Makalah Sistem Endokrin Rindu
Makalah Sistem Endokrin Rindu
Makalah Sistem Endokrin Rindu
HIPOTIROID
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2 :
1. GOHANNA MERIDA
2. IMAM MAULIDIN
3. RINDU ARISYA
4. SALSABILA DINI PUTRI
DOSEN PEMBIMBING :
T.A 2023/2024
KATA PENGATAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas terselesainya makalah Hipotiroid dalam
memenuhi tugas mata kuliah Sistem Endokrin. Makalah ini disusun berupaya meningkatkan
kemampuan dalam pemahaman mengenai Hipotiroid . Materi dalam makalah ini bersumber
dari buku atau media cetak , dan informasi internet.
Dalam penyusunan makalah ini , Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan karena faktor batasan pengetahuan
penyusun , oleh sebab itu kritik dan saran sangat diperlukan untuk penyempurnaan makalah
ini dan demi kualitas penyusunan makalah selanjutnya .
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 1
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan 3
1.4 Manfaat 3
BAB II PEMBAHASAN 4
2.1 Anatomi Fisiologi5
2.2 Definisi Hipotiroid 5
2.3 Etiologi Hipotiroid 5
2.4 Klasifikasi Hipotiroid 5
2.5 Manifestasi Klinis Hipotiroid 5
2.6 Patofisiologi Hipotiroid 5
2.7 Pathway Hipotiroid 5
2.8 Komplikasi Hipotiroid 5
2.9 Pemeriksaan Diagnostik 5
2.10 Penatalaksaan Hipotiroid 5
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN 4
3.1 Pengkajian 5
3.2 Diagnosa Keperawatan 5
3.3 Intervensi Keperawatan 5
3.4 Implementasi 5
3.5 Evaluasi 5
BAB IV PENUTUP 6
4.1 Kesimpulan 6
4.2 Saran 6
DAFTAR PUSTAKA 9
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Mampu memahami rumusan masalah pada makalah ini mengenai Hipotiroid,serta mampu
memberikan pemahaman terhadap teman sejawat dalam materi ini dan memberikan
informasi serta pengetahuan yang jelas,benar,dan sesuai dengan buku medikal bedah.
1.4 Manfaat
Manfaat yang ingin diperoleh dalam penyusunan makalah ini adalah:
1. Dapat memahami tentang Anatomi Fisiologi Hipotiroid.
2. Dapat memahami Definisi Hipotiroid.
3. Dapat memahami tentang Etiologi penyakit Hipotiroid.
4. Dapat memahami Jenis-jenis Hipotiroid.
5. Dapat memahami tentang Manifestasi Klinis dan pengobatan penyakit Hipotiroid.
6. Dapat memahami Komplikasi serta Klasifikasi pada penyakit Hipotiroid.
7. Memahami Pemeriksaan Diagnostik pada penyakit Hipotiroid.
8. Memahami Penatalaksanaan serta Pencegahan penyakit Hipotiroid.
9. Memahami mengenai Asuhan Keperawatan pasien pada penyakit Hipotiroid.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi Fisiologi
Kelenjar tiroid merupakan kelenjar yang terletak di leher dan terdiri atas sepasang
lobus di sisi kiri dan kanan. Terletak di leher dihubungkan oleh ismus yang menutupi
cincin trakea 2 dan 3. Kelenjar ini tersusun dari zat hasil sekresi bernama koloid yang
tersimpan dalam folikel tertutup yang dibatasi oleh sel epitel kuboid. Koloid ini tersusun
atas tiroglobulin yang akan dipecah menjadi hormon tiroid (T3 dan T4) oleh enzim
endopeptidase. Kemudian hormon ini akan disekresikan ke sirkulasi darah untuk
kemudian dapat berefek pada organ target. Kelenjar tiroid berperana mempertahankan
derajat metabolisme dalam jaringan pada titik optimal. Hormon tiroid merangsang
penggunaan O2 pada kebanyakan sel tubuh, membantu mengatur metabolisme lemak
dan hidrat arang, dan sangat diperlukan untuk pertumbuhan serta maturasi normal.
Apabila tidak terdapat kelenjar tiroid, orang tidak akan tahan dingin, akan timbul
kelambanan mental dan fisik, dan pada anak-anak terjadi retardasi mental. Sebaliknya,
sekresi tiroid yang berlebihan meninbulkan penyusutan tubuh, gugup, takikardi, tremor,
dan terjadi produksi panas yang berlebihan.
Proses pembentukan hormon tiroid adalah:
1. Proses penjeratan ion iodida dengan mekanisme pompa iodida. Pompa ini dapat
memekatkan iodida kira-kira 30 kali konsentrasinya di dalam darah;
2. Proses pembentukan tiroglobulin. Tiroglobulin adalah glikoprotein besar yang nantinya
akan mensekresi hormon tiroid;
3. Proses pengoksidasian ion iodida menjadi iodium. Proses ini dibantu oleh enzim
peroksidase dan hidrogen peroksidase.
4. Proses iodinasi asam amino tirosin. Pada proses ini iodium (I) akan menggantikan
hidrogen (H) pada cincin benzena tirosin. Hal ini dapat terjadi karena afinitas iodium
terhadap oksigen (O) pada cincin benzena lebih besar daripada hidrogen. Proses ini
dibantu oleh enzim iodinase agar lebih cepat.
5. Proses organifikasi tiroid. Pada proses ini tirosin yang sudah teriodinasi (jika
teriodinasi oleh satu unsur I dinamakan monoiodotirosin dan jika dua unsur I menjadi
diiodotirosin).
6. Proses coupling (penggandengan tirosin yang sudah teriodinasi). Jika monoiodotirosin
bergabung dengan diiodotirosin maka akan menjadi triiodotironin. Jika dua diiodotirosin
bergabung akan menjadi tetraiodotironin atau yang lebih sering disebut tiroksin. Hormon
tiroid tidak larut dalam air jadi untuk diedarkan dalam darah harus dibungkus oleh
senyawa lain, dalam hal ini tiroglobulin. Tiroglobulin ini juga sering disebut protein
pengikat plasma. Ikatan protein pengikat plasma dengan hormon tiroid terutama tiroksin
sangat kuat jadi tiroksin lama keluar dari protein ini. Sedangkan triiodotironin lebih
mudah dilepas karena ikatannya lebih lemah. (Guyton. 1997) .
Apabila hipotiroidisme terjadi pada anak bayi yang baru lahir, akan menimbulkan
kegagalan pertumbuhan fisik dam mental, yang sering bersifat ireversibel; keaddan ini
disebut kretinisme. Kretinisme dapat timbul endemik pada suatu daerah geografik yang
dietnya kekurangan yodium yang berguna untuk sintesis hormon tiroid. Kasus sporadis
dapat timbul akibat kelainan kongenital berupa tidak terdapatnya jaringan tiroid, atau
defek enzim yang menghambat sintesis hormon .
Hipotirod adalah Suatu sindrom klinis akibat produksi dan sekresi hormon tiroid dan
akan menimbulkan penurunan laju metabolisme tubuh dan penurunan glikosa
minoglikan di intersisial terutama di kulit dan di otot yang dapat dipengaruhi oleh faktor
geografi dan lngkungan. Sedangkan dalam sumber lain dibutuhkan oleh tubuh untuk
keperluan metabolismenya yang dapat terjadi akibat adanya kekurangan produksi tiroid
atau terdapat defek pada reseptornya.
2.3 Etiologi
Hipotiroidisme dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid,hipofisis, atau hipotalamus.
Apabila disebabkan oleh malfungsi kelenjartiroid, maka kadar Hormon Tiroid ( HT) rendah
yang disertai oleh peningkatan kadar TSH dan TRH karena tidak adanya umpan baliknegatif.
Apabila hipotiroidisme terjadi akibat malfungsi hipofisis, makakadar HT yang rendah
disebabkan oleh rendahnya kadar TSH, TRH darihipotalamus tinggi karena. tidak adanya
umpan balik negatif baik dariTSH maupun HT.
a. Hipotiroid Primer
2. Titrasi terapi
American Thyroid Association (ATA) pada tahun 2014 menyatakan bahwa kadar T3
serum mungkin tidak akan menjadi normal pada semua pasien hipotiroid yang diobati
dengan tiroksin dan beberapa pasien tetap bergejala saat menerima monoterapi
levotiroskin. Titrasi dosis levotiroskin untuk mencapai konsentrasi TSH normal tetap
memerlukan pendekatan lini pertama. Hal ini juga direkomendasikan oleh European
Thyroid Association.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
B. Data Objektif
1. Status Mental : Perhatian pendek, emosi labil, tremor, hiperkinesia
2. Perubahan Kardiovaskular : Tekanan darah sistolik meningkat, tekanan diastolik
menurun, takikardi a walaupun waktu istirahat, disritmia dan murmur 3. Perubahan pada
Kulit : Hangat, kemerahan dan basah
3. Perubahan pada Rambut : Halus dan menipis
4. Perubahan pada Mata : Lidlag, glovelag, diplopia, dan penglihatan kabur
5. Perubahan Nutrisi / Metabolik : Berat badan menurun, nafsu makan dan asupan makan
bertambah serta kolesterol dantrigliserida serum menurun
6. Perubahan Muskuloskeletal : Otot lemah, tonus otot kurang dan sulit berdiri dari posisi
duduk
7. Hasil pemeriksaan diagnostik yang harus dikaji adalah peningkatan T3 dan T4 serum dan
penurunan TSH serum.
3.2. Diagnosa Keperawatan
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan volume sekuncup akibat brakikardi
c. Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal
d. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh s.d. peningkatan kecepatan
metabolisme
e. Perubahan suhu tubuh berhubungan dengan produksi kalor menurun
3.4. Implementasi
Implemetasi keperawatan adalah kategori serangkaian perilaku perawat yang
berkoordinasi dengan pasien, keluarga, dan anggota tim kesehatan lain untuk membantu
masalah kesehatan pasien yang sesuai dengan perencanaan dan kriteria hasil yang telah
ditentukan dengan cara mengawasi dan mencatat respon pasien terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilakukan. implementasi pelaksanaan kegiatan dibagi dalam
beberapa kriteria yaitu: Dependen Interventions: dilaksanakan dengan mengikuti order
dari pemberi perawatan kesehatan lain, Collaborative (interdependen): interpensi yang
dilaksanakan dengan professional kesehatan lainnya, dan Independent (autonomous)
Intervention: intervensi dilakukan dengan melakukan nursing orders dan sering juga
digabungkan dengan order dari medis.
3.5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan untuk mengetahui
sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai. Evaluasi ini dilakukan dengan
cara membandingkan hasil akhir yang teramati dengan tujuan dan kriteria hasil yang
dibuat dalam rencana keperawatan. Evaluasi ini akan mengarahkan asuhan keperawatan,
apakah asuhan keperawatan yang dilakukan ke pasien berhasil mengatasi masalah pasien
ataukan asuhan yang sudah dibuat akan terus berkesinambungan terus mengikuti siklus
proses keperawatan sampai benar-benar masalah pasien teratasi.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hipotiroid adalah suatu kondisi yang di karakteristikan oleh produksi hormon tiroid
yang abnormal rendahnya. Ada banyak kekacauan-kekacauan yang berkaitan pada
Hipotiroid. Kekacauan-kekacauan ini mungkin langsung atau tidak langsung melibatkan
kelenjar tiroid, karena hormon tiroid mempengaruhi pertumbuhan. Hormon-hormon
tiroid di produsikan oleh kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid bertempat
pada bagian bawah leher, Kelenjar membungkus sekeliling saluran udara:Trakea
dan mempunyai suatu bentuk yang menyerupai kupu-kupu yang di bentuk oleh dua
sayap dan di lekatkan olehs uatu bagian tengah. Kelenjar tiroid mengambil yodium dari
darah yang kebanyakan datang dari makanan-makanan seperti seafood, roti, dan garam
serta menggunakannya untuk memproduksi hormon-hormon tiroid.
4.2 Saran
Potter, A., & Perry, A. (2017). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktik (4th ed.). Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Ns. Yanti Anggraini & Ns. Hasian (2019) Modul Keperawatan Medikal Bedah II.Universitas
Kristen Indonesia: Buku Modul Keperawatan Medikal Bedah II.