Makalah Kelompok-5
Makalah Kelompok-5
Makalah Kelompok-5
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Kelompok 6
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang " Menganalisis Konsep Pemrosesan Informasi dalam
Belajar”. Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak
mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan maupun tata
bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk
pembaca.
Kelompok 5
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
A. Latar Belakang.............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................ 2
C. Tujuan............................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 3
A. Kesimpulan.................................................................................................................... 11
B. Saran.............................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Dapat mengetahui pengertian sensasi, atensi (perhatian), persepsi, serta kaitan ketiganya.
2. Dapat mengetahui apa saja faktor- faktor yang mempengaruhi atensi.
3. Dapat mengetahui pengertian ingatan dan proses terjadinya ingatan.
4. Dapat mengetahui pengertian lupa dan proses terjadinya lupa.
5. Dapat mengetahui upaya pendidik dalam mengoptimalkan pemrosesan informasi pada
peserta didik dalam proses belajar?
BAB II
PEMEBAHASAN
a. Sensasi
Perilaku manusia diawali dengan adanya pengindraan atau sensasi. Pengindraan atau sensasi
adalah proses masuknya stimulus ke dalam alat indra manusia. Setelah stimulus masuk ke alat
indra manusia, maka otak akan menerjemahkan stimulus tersebut. Kemampuan otak dalam
menerjemahkan stimulus disebut dengan persepsi. Persepsi merupakan proses untuk
menerjemahkan atau menginterpretasi stimulus yang masuk dalam alat indra. Stimulus tersebut
berhasil untuk diindra. Suatu stimulus akan berhasil untuk diindra karena memiliki syarat-syarat
berikut :
Dalam dunia pengindraan pengamatan memegang peran yang sangat dominan dalam
kehidupan sehari-hari. Pengamatan adalah usaha untuk mengenal dunia disekitar dengan
menggunakan indera penglihatan. Dalam kehidupan sehari-hari meskipun stimulus yang diindra
atau diamati sama namun bisa menimbulkan interpretasi hasil atau persepsi yang berbeda- beda
(Sugiyanto, 2016).
b. Persepsi
Persepsi adalah proses memberi makna pada sensasi sehingga manusia memperoleh
pengetahuan baru. Ketika anda melihat muballigh kondang, Zainuddin MZ datang dengan
mengendarai mobil mewah, kemudian anda mendengar pidatonya yang menarik, maka sensasi
melalui penglihatan dan pendengaran anda itu berubah menjadi informasi bahwa muballigh
ibukota itu hebat, anda mempersepsi Zainuddin MZ sebagai “hebat”. Ketika anda berjumpa
dengan saudara seperguruan Zainuddin, anda mempersepsi bahwa ia juga tak jauh berbeda
dengan kehebatan Zainuddin, tetapi ketika anda bagaimana mendengar pidato temannya itu,
ternyata anda tidak menjumpai kehebatannya. Dalam hal ini anda keliru dalam mempersepsi.
Tetapi ketika anda mendengar mubaligh mengatakan silat padahal ia mengatakan shalat maka
anda keliru dalam sensasi (Novinggi, 2019).
c. Atensi
a. Usia
b. Jenis kelamin
Terdapat perbedaan yang signifikan antara perempuan dan laki-laki pada aspek orienting,
dengan perempuan memiliki skor yang lebih tinggi daripada laki-laki. Tidak ada perbedaan pada
aspek alerting maupun executive attention.
c. Latihan
Orang yang terlatih memberi atensinya akan memiliki fungsi atensi yang lebih baik
daripada orang yang jarang memberi atensi. Contohnya, orang yang sering bermain video games
mempunyai atensi yang lebih baik daripada orang yang jarang bermain video games.
d. Minat
Seseorang akan lebih mudah menaruh atensi terhadap jenis stimulus yang lebih mereka
sukai. Contohnya, beberapa orang hanya membaca buku yang memiliki genre yang mereka sukai.
e. Kebutuhan
Seseorang bisa memfokuskan atensi pada stimulus yang tidak sukai jika stimulus itu
penting bagi mereka. Contohnya, anak yang tidak suka matematika bisa memfokuskan atensi
terhadap pelajaran matematika ketika ulangan akan diadakan.
f. Prepator set
Kesiapan seseorang untuk merespon terhadap suatu input sensorik tertentu namun tidak
untuk input sensorik yang lain.
Misalnya, semakin besar suatu objek maka objek tersebut akan lebih menarik atensi.
i. Pengulangan
j. Pergerakan
a. Proses encoding (pengkodean terhadap apa yang dipersepsikan dengan cara mengubahn
informasi menjadi simbol- symbol sesuai dengan daya ingat seseorang). Dalam proses encoding
mengubah suatu sifat sebuah informasi ke dalam bentuk yang sesuai dengan sifat- sifat memori
seseorang. Proses encoding sangat mempengaruhi waktu lamanya suatu informasi disimpan
dalam pikiran/jiwa seseorang. Proses ini dapat berlangsung sengaja atau tidak disengaja.
b. Proses storage (penyimpanan terhadap apa yang telah diproses dalam encoding). Proses
storage dapat disebut juga dengan retensi yang merupakan proses mengendapkan informasi yang
diterimanya pada suatu tempat tertentu. Sistem penyimpanan ini sangat mempengaruhi kepada
jenis memori, baik itu memori jangka pendek maupun memori jangka panjang.
c. Proses retrival (pemilihan kembali atau mengingat kembali apa yang telah disampaikan
sebelumnya dalam proses penerimaan informasi). Dalam proses ini seseorang/peserta didik
berusaha mencari dan menemukan kembali informasi yang telah disimpan dalam memori untuk
digunakan kembali. Mekanisme dalam proses mengingat sangat membantu peserta didik untuk
mengatasi permasalahan sehari-hari sehingga sering dikatakan belajar dari pengalaman. Hal ini
terjadi apabila peserta didik mampu menggunakan informasi yang telah diterima di masa lalu
untuk memecahkan permasalahan yang ada di masa sekarang.
Sebagai contoh, ketika guru menanyakan kepada peserta didiknya tetang hal-hal apa yang
telah mereka lupakan mengenai materi yang telah ia berikan. Salah seorang peserta didik
menjawabnya dengan mengatakan sebagian besar materi yang telah diajarkan kepadanya.
Apakah peserta didik tersebut juga masih dikatakan lupa? Tentu, tidak. Materi-materi yang
dikatakannya tersebut merupakan hal-hal yang mereka ingat dan hanya sebagian kecil yang tidak
dikatakannya merupakan yang dilupakan. Berdasarkan uraian di atas, dapat lupa dapat diartikan
sebagai kegagalan seseorang untuk mereproduksi kembali hal-hal yang sebelumnya telah terjadi
yang disebabkan oleh lemahnya item informasi untuk ditimbulkan ulang saat informasi tersebut
dibutuhkan.
Faktor-faktor penyebab lupa dalam belajar dan pembelajaran Peserta didik dapat
mengingat suatu kejadian/informasi dalam pembelajaran, berarti kejadian/informasi yang diingat
tersebut pernah dialami atau dengan kata lain pernah dimasukkan dalam kesadaran, kemudian
disimpan dan pada suatu ketika kejadian itu ditimbulkan kembali di atas kesadaran. Dengan
demikian ingatan itu merupakan kemampuan pikiran/jiwa yang dimiliki oleh seseorang untuk
menerima dan memasukkan (learning), menyimpan (retention), dan menimbulkan kembali
(remembering) dengan mengingat hal-hal yang sudah lampau. Terkadang dalam proses
remembering seseorang mengalami kesulitan dalam memanggil/menimbulkan lagi informasi-
informasi yang dibutuhkan (Muafiah, 2019).
Peran sebagai sumber belajar berkaitan erat dengan penguasaan materi pelajaran. Kita
bisa menilai baik atau tidaknya seorang guru hanya dari penguasaan materi pelajaran. Sehingga
guru berperan benar-benar sebagai sumber belajar bagi anak didiknya. Apapun yang ditanyakan
siswa berkaitan dengan materi pelajaran yang sedang diajarkannya, ia akan bisa menjawab
dengan penuh keyakinan. Sebaliknya, ketidakpahaman guru tentang materi pelajaran biasanya
ditunjukkan oleh perilaku-perilaku tertentu, misalnya teknik penyampaian materi pelajaran yang
monoton, guru sering duduk di kursi sambil membaca, suaranya lemah, tidak berani melakukan
kontak mata dengan siswa, miskin dengan ilustrasi, dan lain-lain. Perilaku guru yang demikian
bisa menyebabkan hilangnya kepercayaan pada diri siswa, sehingga guru akan sulit
mengendalikan siswa.
Guru berperan dalam memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan
proses pembelajaran. Sebelum proses pembelajaran dimulai sering guru bertanya: “Bagaimana
caranya agar ia (baca: guru) mudah menyajikan bahan pelajaran?” Pertanyaan ini sekilas
memang ada benarnya. Melalui usaha yang sungguh-sungguh, guru ingin agar ia mudah
menyajikan bahan pelajaran dengan baik. Namun demikian, pertanyaan tersebut menunjukkan
bahwa proses pembelajaran berorientasi pada guru. Oleh sebab itu, akan lebih tepat manakala
pertanyaan tersebut diarahkan kepada siswa. Misalnya apa yang harus dilakukan agar siswa
mudah mempelajari bahan pelajaran sehingga tujuan belajar tercapai secara optimal. Pertanyaan
tersebut mengandung makna kalau tujuan mengajar adalah mempermudah siswa belajar. Inilah
hakikat peran fasilitator dalam proses pembelajaran.
Guru sebagai Pengelola
Dalam melaksanakan pengelolaan pembelajaran ada dua macam kegiatan yang harus
dilakukan, yaitu mengelola sumber belajar dan melaksanakan peran sebagai sumber belajar itu
sendiri. Artinya bahwa sebagai pengelola pembelajaran (learning manager), guru perperan
dalam menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman.
Melalui pengelolaan kelas yang baik, guru dapat menjaga kelas agar tetap kondusif untuk
terjadinya proses belajar seluruh siswa.
Siswa adalah individu yang unik. Keunikan itu bisa dilihat dari adanya setiap perbedaan.
Artinya tidak ada dua individu yang sama. Walaupun secara fisik mungkin individu memiliki
kemiripan, tetapi pada hakikatnya mereka tidaklah sama, baik dalam bakat, minat, kemampuan,
dan sebagainya. Agar guru berperan sebagai pembimbing yang baik, maka ada bebrapa hal yang
harus dimiliki. Pertama, guru harus memiliki pemahaman tentang anak yang sedang
dibimbingnya. Pemahaman ini sangat penting, sebab akan menentukan teknik dan jenis
bimbingan yang harus diberikan kepada mereka. Kedua, guru harus memahami dan terampil
dalam merencanakan, baik merencanakan tujuan dan kompetensi yang akan dicapai maupun
merencanakan proses pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran, motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat
penting. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuannya
yang kurang, tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi untuk belajar sehingga ia tidak berusaha
untuk mengerahkan segala kemampuannya. Proses pembelajaran akan berhasil ketika siswa
mempunyai motivasi dalam belajar. Oleh sebab itu, guru perlu menumbuhkan motivasi belajar
siswa.
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran