Laporan Eksplorasi Revisi 1 Februari 2022
Laporan Eksplorasi Revisi 1 Februari 2022
Laporan Eksplorasi Revisi 1 Februari 2022
EXPLORATION
JANUARI
REPORT
2022
DI WILAYAH IUP
PT. LAWAKI TIAR RAYA
1
KATA PENGANTAR
Pemrakarsa,
Direktur Utama
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Lampiran
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 4
1.1 LatarBelakang ................................................................ 4
1.2 Perizinan ......................................................................... 5
1.3 Maksud dan Tujuan ........................................................ 6
1.4 Jadwal dan PelaksanaanPenyelidikan ........................... 7
1.5 Data yang Tersedia......................................................... 8
3
3.1 Persiapan .......................................................................... 36
3.2 KegiatanLapangan ............................................................ 36
3.2.1 PengamatanSingkapan dan Pemboran ................................. 36
3.2.2 Pengambilan dan PenangananSampel Densitas .......... 37
3.3 Kegiatan Studio ............................................................ 38
3.3.1 AnalisisLaboratorium ....................................................... 38
3.3.2 Rekonstruksi Geologi dan Perhitungan Sumberdaya .......... 38
4
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 01
Lampiran 02
Log Plot
Lampiran 03
5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Bahan galian merupakan salah satu sumberdaya alam non hayati
yang keterjadiannya disebabkan oleh proses-proses geologi. Berdasarkan
keterjadian (genesa) dan sifat bahan galian dapat dibagi menjadi 5 (lima)
kelompok/ komoditas tambang, yaitu: mineral logam, mineral non logam,
mineral radioaktif, batuan dan juga batubara. Karakteristik kelima
komoditas tersebut berbeda, sehingga metode eksplorasi yang dilakukan
juga berbeda. Oleh karena itu, diperlukan berbagai macam metode untuk
mengetahui keterdapatan, sebaran, kuantitas dan kualitasnya. Kegiatan
eksplorasi bahan galian khususnya mineral logam dalam hal ini Bijih Nikel
umumnya melalui beberapa tahap eksplorasi, dimulai dari survey tinjau,
prospeksi, eksplorasi umum sampai eksplorasi rinci. Setiap tahap
eksplorasi yang dilakukan melibatkan ahli yang berkompeten dibidangnya
untuk mendukung kegiatan tersebut misalnya orang geologi,
pertambangan dan sebagainya.
Hasil dari kegiatan eksplorasi tersebut harus dapat memberikan
informasi yang lengkap dan akurat mengenai sumberdaya mineral/ bahan
galian maupun kondisi-kondisi geologi yang ada, agar studi kelayakan
untuk pembukaan usaha pertambangan yang dimaksud dapat dilakukan
dengan teliti dan benar (akurat). Dengan adanya kenyataan seperti
diuraikan di atas, maka PT.Lawaki Tiar Jaya akan melakukan kegiatan
eksplorasi untuk bahan galian bijih nikel di Desa Lawaki Jaya Dan Patikala
Kecamatan Tolala Kabupaten Kolaka Utara.
1.2 Perizinan
PT. Lawaki Tiar Raya merupakan pemegang Izin Usaha
Pertambangan (IUP) Operasi Produksi berdasarkan SK Bupati Kolaka
6
Utara No 540/114 Tahun 2013 yang mana telah dirubah dengan SK
Bupati Kolaka Utara No. 540/325 tahun 2014 tentang Perubahan Atas
Keputusan Bupati Kolaka Utara Nomor 540/114 Tahun 2013 Tentang
Persetujuan Peningkatan Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi Menjadi Izin
Usaha Pertambangan Operasi Produksi Kepada PT. Lawaki Tiar Raya.
Luas WIUP PT. Lawaki Tiar Raya adalah 404 Ha yang berlokasi di
Kecamatan Tolala Kabupaten Kolaka Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara.
7
Gambar I,1 Peta Wilayah Pertambangan Pulau Sulawesi
8
Gambar I.2. Peta Tata Guna Lahan PT Lawaki Tiar Raya
9
1.3 Maksud dan Tujuan
Laporan ini disusun sebagai laporan hasil penyelidikan atau
eksplorasi yang dilakukan di Desa Lawaki Jaya Dan Patikala Kecamatan
Tolala Kabupaten Kolaka Utarayang merupakan salah satu kewajiban bagi
setiap pemegang Izin Usaha Pertambangan berdasarkan Peraturan
Pemerintah nomor 23 tahun 2010 tentang pelaksanaan kegiatan usaha
pertambangan mineral dan batubara pasal 101 ayat 1 bahwa
pemegang Izin Usaha Pertambangan wajib menyerahkan seluruh data
yang diperoleh dari hasil ekeplorasi kepada Bupati, Gubernur sesuai
dengan kewenangannya dan juga berdasarkan Keputusan Menteri Energi
dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor :
1453.K/29/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas
Pemerintahan di Bidang Pertambangan Umum.
Maksud dari kegiatan eksplorasi bahan galian bijih nikel ini adalah
untuk mengetahui mengenai:
1. Kondisi dan sebaran zona pelapukan potensi.
2. Stratigrafi serta struktur geologi dan pengaruhnya terhadap zona
pelapukan potensi.
3. Ketebalan zona pelapukan potensi.
4. Kualitas potensi.
5. Cadangan yang ada.
Tujuannya adalah untuk mengetahui potensi geologi khususnya
potensi nikel sehingga apakah lokasi ini perlu ditindak lanjuti ketahap
berikutnya atau tidak. Tahapan ini juga bisa dijadikan acuan untuk
mempermudah tahap selanjutnya, antara lain sebagai berikut :
a. Untuk memberikan informasi kepada pihak pemerintah baik itu
pemerintah kabupaten, pemerintah provinsi bahkan sampai ke pemerintah
pusat;
10
b. Untuk memenuhi persyaratan teknis dalam peningkatan ke IUP Operasi
produksi.
11
2. Pengamatan dan GPS handheld, palu,
Pengambilan sampel Pengukuran Langsung kompas, pahat, linggis,
densitas dan kadar ember
12
5. 1:250.000 yang dikeluarkan oleh Keputusan Menteri Kehutanan
Republik Indonesia Nomor : SK.490/Menhut-II/2012, Kementerian
Kehutanan.
6. Referensi terkait yang membahas tatanan geologi regional daerah
prospek.
7. Hasil eksplorasi terdahulu yang dikerjakan oleh PT. Lawaki Tiar Jaya..
13
BAB II
GEOGRAFI DAN GEOLOGI REGIONAL
luas wilayah 404 Ha sesuai dengan Surat Keputusan Bupati Kolaka Utara
Eksplorasi PT. Lawaki Tiar Jaya terletak antara 2° 50´ 58” sampai 2°
Timur, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
14
maupun roda empat).
15
Transportasi udara dari Jakarta dapat melalui Bandara Kendari
(Sulawesi Tenggara) dengan waktu tempuh ±2 jam 30 menit, selanjutnya
perjalanan dilanjutkan dengan jalan darat dengan waktu tempuh 8 jam,
dengan kondisi jalan aspal sampai Kecamatan Tolala (Kolaka Utara).
16
Patikala.Untuk mencapai lokasi daerah penelitian dapat ditempuh dengan
mobil dari Kota Kendari kearah Utara melalui jalan Poros Kendari – Tolala
dengan waktu tempuh maksimal 7 – 8 Jam.
2.1.2 Penduduk
Secara umum penduduk yang bermukim di sekitar Wilayah IUP PT.
Lawaki Tiar Jaya berasal dari Suku Tolaki, Bugis, Toraja serta beberapa
warga pendatang dan atau transmigrasi dari Suku Jawa. Agama yang
dianut Penduduk 94,24% Islam, 0,90% Hindu, 1,36% Katolik, 3,78
Protestan. Bahasa keseharian menggunakan Bahasa Tolaki, Bahasa Bugis
dan Bahasa Indonesia.
17
di daerah ini. Pada Bulan Agustus sampai dengan September terjadi
musim kemarau. Sebagai akibat perubahan kondisi alam yang sering
tidak menentu, keadaan musim juga sering menyimpang dari kebiasaan.
2.1.5 Curah Hujan
Hasil analisa curah hujan selama 10 tahun (2011-2020)
menunjukkan bahwa rata-rata bulan basahnya sebanyak 8,6 bulan dengan
jumlah curah hujan bulanan lebih dari 100 mm, dan rata- rata bulan
keringnya sebanyak 2,8 bulan dengan jumlah curah hujan bulanan kurang
dari 80 mm. Rata-rata curah hujan tertinggi sebesar 259,5 mm terdapat
pada bulan April dengan hari hujan rata- rata 20,1 hari. Rata-rata curah
hujan terendah sebesar 39,18 mm terdapat pada bulan September
dengan hari hujan rata-rata 8,9 hari.
2.1.6 Temperatur dan Kelembapan
Data iklim yang meliputi temperatur kelembaban udara, kecepatan
dan arah angin untuk wilayah studi diperoleh dari pengukuran sesaat di
bulan September 2020, dan hasilnya dapat disajikan pada tabel. Data
tersebut menunjukkan bahwa suhu udara terendah 20,40 ˚C dan suhu
udara maksimum 31,10 ˚C dengan rata-rata 26,80 ˚C. Kelembaban
nisbah berkisar antara 73% - 90% terjadi pada areal terbuka.
2.1.7 Topografi
Seperti halnya dengan kondisi topografi kabupaten lainnya di
Sulawesi Tenggara, Kabupaten Kolaka Utara memiliki topografi permukaan
tanah yang pada umumnya bergunung, bergelombang dan berbukit yang
mengelilingi dataran rendah yang sangat potensial untuk pengembangan
sektor pertanian dan perkebunan. Jenis tanah meliputi Litosol 116.829
Ha atau 23,35 persen, Podzolik 140.845 Ha atau 28,15 persen, Organosol
23.566 Ha atau 4,71 persen, Mediteran 16.961 Ha atau 3,39 persen,
Aluvial 24.067 atau 4,80 persen dan tanah campuran 178.071 Ha atau
35,59 persen.
18
Menurut tingkat kelerengan wilayah ini sebesar 52,30% memiliki
kemiringan topografi lebih besar dari 40% (curam sampai dengan sangat
curam), sebesar 11,70% memiliki kemiringan di bawah 2% (datar agak
landai), sebesar 12,56% memiliki kemiring antara 16% sampai dengan
40% (miring agak curam) dan danau seluas 0,14%. Akibat curah hujan
yang tinggi, struktur geologi yang dipengaruhi oleh dua sesar utama, serta
topografi dengan dominasi kemiringan curam, maka wilayah ini memiliki
pula kawasan yang rawan bencana, khususnya bencana banjir, longsor
maupun rawan gempa.
19
PETA TOPOGRAFI KAB. KOLAKA UTARA
20
PETA TOPOGRAFI WIUP PT. LAWAKI TIAR RAYA
21
2.1.8 Vegetasi
Vegetasi di daerah ini tidak jauh berbeda dibandingkan dengan
vegetasi di daerah lainnya. Vegetasi yang tumbuh baik di daerah adalah
pepohonan lokal seperti rambutan, kelapa, pisang, durian dan tumbuh-
tumbuhan lainnya terutama ilalang.
2.1.9 Tata Guna Lahan
Tata Guna Lahan di wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT
Lawaki Tiar Jaya terdiri dari agri ladang dan agri kebun. Merupakan
daerah yang digunakan untuk pertanian lahan kering seperti ladang dan
perkebunan sehingga masyarakat mayoritas melakukan aktifitas untuk
berkebun dan sebagian kecilnya bekerja sebagai nelayan.
22
regional Sulawesi terletak pada pertemuan 3 Lempeng besar yaitu Eurasia
,dan Eurasia, Pasifik dan Indo Australia serta sejumlah lempeng lebih kecil
(Lempeng Filipina) yang menyebabkan kondisi tektoniknya sangat
kompleks. Kumpulan batuan dari busur kepulauan, kepulauan batuan
bancuh, bancuh ofiolit, dan bongkah dari mikrokontinen terbawa bersama
proses penunjaman, tumbukan, serta proses tektonik lainnya (Van
Leeuwen, 1994). Lokasi IUP termasuk Bagian Timur Sulawesi yang
sebagian besarnya terdiri dari komplek batuan basa dan ultrabasa yang
mengalami deformasi yang kuat sehingga sebagian besar ditempati oleh
jalur batuan ophiolit. Morfologi lembar Lasusua – Kendari dapat
dibedakan menjadi empat satuan yaitu pegunungan, perbukitan, kras
dan dataran rendah (Rusmana, dkk, 1993). Pegunungan menempati
bagian tengah dan barat lembar, perbukitan terdapat pada bagian barat
dan timur, morfologi kras terdapat di Pegunungan Matarombeo dan di
bagian hulu Sungai Waimenda serta Pulau Labengkie.
23
Gambar 2.1 Peta morfologi regional lengan tenggara P.Sulawesi
24
Daerah penelitian terdapat pada morfologi perbukitan dan dataran
rendah. Satuan perbukitan ini umumnya tersusun oleh batuan sedimen
dengan ketinggian berkisar 75 – 750 meter diatas permukaan laut.
Puncak yang terdapat pada satuan perbukitan adalah Gunung Meluhu
(517 meter) dan beberapa puncak lainnya yang tidak memiliki nama,
sungai di daerah ini umumnya berpola aliran meranting (dendritik).
Dataran rendah terdapat didaerah pantai dan sepanjang aliran sungai
besar dan muaranya, seperti Aalaa Kokapi, Aalaa Konaweha dan Aalaa
Lasolo.
25
PETA GEOLOGI REGIONAL PT. Lawaki Tiar Jaya
26
2.1.12 Struktur Geologi
Struktur geologi di Sulawesi didominasi oleh arah barat laut –
tenggara yang berupa sesar mendatar sinistral dan sesar naik. Sesar
Palu–Koro memotong Sulawesi bagian barat dan tengah, menerus ke
bagian utara hingga ke Palung Sulawesi Utara yang merupakan batas tepi
benua di Laut Sulawesi. Jalur Sesar Palu – Koro merupakan sesar
mendatar sinistral dengan pergeseran lebih dari 750 km (Tjia, 1973;
Sukamto, 1975), arah gerak sesuai dengan jalur Sesar Matano dan jalur
Sesar Sorong. Sesar Sadang yang terletak di bagian barat dan
sejajar dengan Sesar Palu berada pada lengan Selatan Sulawesi,
menghasilkan lembah Sungai Sadang dan Sungai Masupu yang
sistemnya dikontrol oleh sesar mendatar (Hamilton, 1979). Sesar
Gorontalo merupakan sesar mendatar dekstral (Katili, 1969; Sukamto,
1975) yang berlawanan arah dengan Sesar Palu– Koro dan pola
sesar sungkupnya memperlihatkan arah yang konsekuen terhadap
platform Banggai – Sula sehingga memberikan gambaran adanya
kemungkinan kompresi mendatar yang disebabkan oleh dorongan
platform Banggai – Sula kearah barat. Matano merupakan sesar
mendatar sinistral berarah barat laut – timur memotong Sulawesi
Tengah dan melalui Danau Matano, merupakankelanjutan dari Sesar
Palu ke arah timur yang kemudian berlanjut dengan prisma akresi Tolo
di Laut Banda Utara. Sistem Sesar Lawanopo berarah barat laut –
tenggara, melewati Teluk Bone dan Sulawesi Tenggara. Sesar ini
kemungkinan berperan dalam pembukaan Teluk Bone, seperti
pembukaan yang terjadi di daratan Sulawesi Tenggara yang
merupakan zona sesar mendatar sinistral Neogen. Sesar Lawanopo
memisahkan mintakat benua Sulawesi Tenggara pada lengan Tenggara
Sulawesi dengan metamorf Sulawesi Tengah. Sesar naik Batui terletak
pada bagian timur lengan Timur Sulawesi, merupakan hasil dari
27
tumbukan platform Banggai – Sula dengan Sulawesi yang
menyebabkan pergeseran secara oblique sehingga Cekungan Gorontalo
menjadi terangkat. Kompleks Pompangeo diduga telah beberapa
kali mengalami masa perlipatan. Perlipatan tua diperkirakan
berarah utara – selatan atau baratdaya – timurlaut, sedangkan
lipatan muda berarah baratlaut – tenggara atau barat – timur, serta
ada pula yang berarah hampir sama dengan lipatan tua. Perdaunan
atau foliasi juga umumnya berkembang baik dalam satuan batuan
malihan Kompleks Pompangeo dan di beberapa tempat dalam
amfibolit, sekis glaukofan dan serpentin yang tersekiskan dalam
Kompleks Ultramafik. Secara umum perdaunan berarah barat –
timur dan baratlaut – tenggara. Di beberapa tempat perdaunan
terlipat dan pada jalur sesar mengalami gejala kink banding. Struktur
geologi yang dijumpai di daerah kegiatan adalah sesar, lipatan dan
kekar. Sesar dan kelurusan umumnya berarah baratlaut–tenggara
searah dengan Sesar g e s e r jurus mengiri Lasolo. Sesar Lasolo aktif
hingga kini, yang dibuktikan dengan adanya mata air panas di
Desa Sonai, Kecamatan Pondidaha pada Bijih Nikel terumbu yang
berumur Holosen dan jalur sesar tersebut di tenggara Tinobu. Sesar
tersebut diduga ada kaitannya dengan Sesar Sorong yang aktif kembali
pada Kala Oligosen (Simandjuntak, dkk., 1983). Sesar naik ditemukan di
daerah Wawo, sebelah barat Tampakura dan di Tanjung Labuandala di
selatan Lasolo; yaitu beranjaknya batuan ofiolit ke atas Batuan Malihan
Mekonga, Formasi Meluhu dan Formasi Matano. Sesar Anggowala juga
merupakan sesar utama, sesar mendatar menganan (dextral),
mempunyai arah baratlaut-tenggara. Kekar terdapat pada semua jenis
batuan. Pada Bijih Nikel kekar ini tampak teratur yang membentuk
kelurusan (E. Rusmana dkk,2010). Kekar pada batuan beku umumnya
menunjukkan arah tak beraturan.
28
2.1.13 PotensiNikel
Batuan induk bijih nikel adalah batuan peridotit. Menurut Vinogradov
batuan ultra basa rata- rata mempunyai kandungan nikel sebesar 0,2 %. Unsur
nikel tersebut terdapat dalam kisi-kisi kristal mineral olivin dan piroksin,
sebagai hasil substitusi terhadap atom Fe dan Mg. Proses terjadinya
substitusi antara Ni, Fe dan Mg dapat diterangkan karena radius ion dan
muatan ion yang hampir bersamaan di antara unsur-unsur tersebut. Proses
serpentinisasi yang terjadi pada batuan peridotit akibat pengaruh larutan
hydrothermal, akan mengubah batuan peridotit menjadi batuan serpentinit
atau batuan serpentinit peroditit. Sedangkan proses kimia dan fisika dari
udara, air serta pergantian panas dingin yang bekerja kontinu, menyebabkan
disintegrasi dan dekomposisi pada batuan induk.
Pada pelapukan kimia khususnya, air tanah yang kaya akan CO2
berasal dari udara dan pembusukan tumbuh-tumbuhan menguraikan mineral-
mineral yang tidak stabil (olivin dan piroksin) pada batuan ultra basa,
menghasilkan Mg, Fe, Ni yang larut; Si cenderung membentuk koloid dari
partikel-partikel silika yang sangat halus. Didalam larutan, Fe teroksidasi dan
mengendap sebagai ferri-hydroksida, akhirnya membentuk mineral-mineral
seperti geothit, limonit, dan haematit dekat permukaan. Bersama mineral-
mineral ini selalu ikut serta unsur cobalt dalam jumlah kecil.
29
Larutan yang mengandung Mg, Ni, dan Si terus menerus kebawah
selama larutannya bersifat asam, hingga pada suatu kondisi dimana suasana
cukup netral akibat adanya kontak dengan tanah dan batuan, maka ada
kecenderungan untuk membentuk endapan hydrosilikat. Nikel yang
terkandung dalam rantai silikat atau hydrosilikat dengan komposisi yang
mungkin bervariasi tersebut akan mengendap pada celah-celah atau rekahan-
rekahan yang dikenal dengan urat-urat garnierit dan krisopras. Sedangkan
larutan residunya akan membentuk suatu senyawa yang disebut saprolit yang
berwarna coklat kuning kemerahan. Unsur-unsur lainnya seperti Ca dan
Mg yang terlarut sebagai bikarbonat akan terbawa kebawah sampai batas
pelapukan dan akan diendapkan sebagai dolomit, magnesit yang biasa
mengisi celah-celah atau rekahan-rekahan pada batuan induk. Dilapangan
urat-urat ini dikenal sebagai batas petunjuk antara zona pelapukan dengan
zona batuan segar yang disebut dengan akar pelapukan (root of
weathering).
Faktor-faktor yang memengaruhi pembentukan bijih nikel potensi
ini adalah:
30
dalam batuan yang akan mempermudah proses atau reaksi kimia
pada batuan.
31
terdapat pada daerah-daerah yang landai sampai kemiringan sedang,
hal ini menerangkan bahwa ketebalan pelapukan mengikuti bentuk
topografi. Pada daerah yang curam, secara teoretis, jumlah air yang
meluncur (run off) lebih banyak daripada air yang meresap ini dapat
menyebabkan pelapukan kurang intensif.
e. Waktu. Waktu yang cukup lama akan mengakibatkan pelapukan yang
cukup intensif karena akumulasi unsur nikel cukup tinggi.
Profil nikel laterit keseluruhan terdiri dari 5 zona gradasi
sebagai berikut:
32
lithiophorite. Terkadang terdapat mineral talc, tremolite, chromiferous,
quartz, gibsite, maghemite.
5. Bedrock: bagian terbawah dari profil potensi. Tersusun atas bongkah yang
lebih besar dari 75 cm dan blok peridotit (batuan dasar) dan secara
umum sudah tidak mengandung mineral ekonomis (kadar logam sudah
33
mendekati atau sama dengan batuan dasar). Batuan dasar merupakan
batuan asal dari nikel potensi yang umumnya merupakan batuan beku
ultrabasa yaitu harzburgit dan dunit yang pada rekahannya telah terisi oleh
oksida besi 5-10%, garnierit minor dan silika > 35%. Permeabilitas
batuan dasar meningkat sebanding dengan intensitas serpentinisasi.
Zona ini terfrakturisasi kuat, kadang membuka, terisi oleh mineral
garnierite dan silika. Frakturisasi ini diperkirakan menjadi penyebab
adanya root zone yaitu zona high grade Ni, akan tetapi posisinya
tersembunyi.
2.1.14 Mineralisasi
34
karena radius ion dan muatan ion yang hampir bersamaan diantara unsur-
unsur tersebut. Proses serpentinisasi yang terjadi pada batuan peridotit
akibat pengaruh larutan hydrothermal, akan merubah batuan peridotit
menjadi batuan serpentinit atau batuan serpentinit peridotit. Sedangkan
proses kimia dan fisika dari udara, air serta pergantian panas dingin yang
bekerja kontinu, menyebabkan disintegrasi dan dekomposisi pada batuan
induk.
2.1.15 Morfologi
Berdasarkan hasil pemetaan topografi yang kemudian
diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi Van Zuidam, 1979, diketahui bahwa
lokasi IUP Eksplorasi PT. Lawaki Tiar Jaya memilki 2 (dua) satuan relief,
yaitu Relief bukit bergelombang lemah-sedang/topografi miring (lereng)
dengan kemiringan lereng 8-13% dan beda tinggi 25 - 75 m, serta Relief
berbukit bergelombang sedang - perbukitan/topografi cukup curam
dengan kemiringan lereng 14-20% dan beda tinggi 50-200 m.
2.1.16 Struktur
Struktur utama di daerah ini adalah Sesar dan lipatan. sesar meliputi
sesar turun, sesar geser, sesar naik, sesar sungkup. Penyesaran diduga
berlangsung sejak mesozoikum, sesar matano merupakan sesar utama
dengan arah barat laut – tenggara. Sesar ini menunjukkan gerakan mengiri
(sinistral), diduga bersambung dengan sesar sorong. Keduanya merupakan
system sesar jurus yang mungkin telah terbentuk sejak oligosen.
Kelanjutannya diperkirakan pada sesar Palu- Koro yang menunjukkan gerakan
mengiri 9di luar lembar Bungku; diperkirakan masih aktif)’
35
BAB III
KEGIATAN PENYELIDIKAN
3.1 Persiapan
Tahapan ini merupakan tahapan awal yang meliputi
beberapa persiapan penting diantaranya :
Studi Literatur.
- Mengumpulkan data-data hasil penelitian terdahulu, baik secara regional
maupun lokal daerah penelitian.
- Melakukan kajian literatur semua data-data yang telah terkumpul.
“Verifikasi“ data
- Desk study data-data yang diperlukan meliputi ; data singkapan
batuan. Melakukan peremajaan/update database dan evaluasi data hasil
penyelidikan terdahulu.
Melakukan kajian regional menggunakan peta SRTM dan Lembar Peta
Kendari
Pengadaan bahan-bahan untuk inventarisir seperti peta dasar, peta
geologi regional, dan peta-peta lain yang terkait.
Membuat Perencanaanpembuatan titik pemboran.
Perijinan ke perangkat desa, sebelum masuk lokasi (dilakukan oleh
client).
Pembuatan dokumen perencanaan eksplorasi.
Tahapan ini untuk memberikan gambaran awal dan strategi pekerjaan
lapangan agar pelaksanaan dapat dilakukan lebih efektif dan efisien.
3.2 KegiatanLapangan
3.2.1 PengamatanSingkapan dan Pemboran
Pelaksanaan pemboran di wilayah IUP PT. Lawaki Tiar Raya
sebagai berikut :
Inventarisir singkapan di sekitar Blok 1 PT. Lawaki Tiar Raya.
Alat yang digunakan GPS Handheld, palu geologi, kompas geologi, plastik
sampel, meteran, kamera, pita dan alat tulis kantor (ATK).
Pelaksanaan kegiatan meliputi :
- Penelurusan singkapan, pengecekan tataguna lahan dan
pengamatan morfologi.
36
- Melakukan tracking lintasan dengan GPS.
- Mengamati dan mencatat informasi yang dijumpai pada singkapan atau
dari sampel hasil pemboran tersebut.
- Mencatat koordinat singkapan atau pemboran dengan menggunakan
GPS handheld.
- Grid plan drill awal 100 meter x 100 meter. Setelah mendapatkan
beberapa potensi nikel ore yang bagus, dilakukan inline 50 meter
3.2.2 Pengambilan dan Penanganan Sampel Densitas
Pelaksanaan pemboran di wilayah IUP PT. Lawaki Tiar Rayasebagai
berikut :
Inventarisir singkapan di sekitar Blok PT. Lawaki Tiar Jaya.
Alat yang digunakan GPS Handheld, palu geologi, kompas geologi, plastik
sampel, meteran, kamera, pita dan alat tulis kantor (ATK).
Pelaksanaan kegiatan meliputi :
- Penelurusan singkapan, pengecekan tataguna lahan dan pengamatan
morfologi.
- Melakukan tracking lintasan dengan GPS.
- Mengamati dan mencatat informasi yang dijumpai pada singkapan atau
dari sampel hasil pemboran tersebut.
- Mencatat koordinat singkapan atau pemboran dengan menggunakan
GPS handheld.
- Grid plan drill awal 100 meter x 100 meter. Setelah mendapatkan
beberapa potensi nikel ore yang bagus, dilakukan inline 50 meter
37
3.3 Kegiatan Studio
3.3.1 AnalisisLaboratorium
Analisis Laboratorium
Analisis laboratorium sampel Nikel dilakukan oleh PT. Lawaki Tiar Jaya
dengan metode X - Ray Fluorescence (metode pendar sinar X). Masing-masing
conto akan dianalisa yang meliputi : nilai kandungan unsur Ni, Fe, Mn, Mg, Cr,
Cu, Zn, Co, Si, dan Ca.
3.3.2 Rekonstruksi Geologi dan PerhitunganSumberdaya
Kegiatan rekonstruksi geologi meliputi rekontruksi struktur geologi lokal,
stratigrafi lokal, penyebaran dan gambaran potensi geologi nikel potensi
daerah penyelidikan, termasuk verifikasi terhadap data-data geologi dan
secara simultan dilakukan evaluasi dan pengolahan menggunakan software
sehingga dihasilkan penampang untuk perhitungan sumberdaya regional.
Rekontruksi kebawah permukaan menggunakan data data coring sampel
pemboran berupa stratigrafi dan hasi analisa berupa Grade Nikelnya.
38
BAB IV
HASIL PENYELIDIKAN
4.1 Geologi Daerah Penelitian
4.1.1 Geomorfologi
Secara umum morfologi lokal IUP PT. Lawaki Tiar Raya di bagi
dalam satu jenis bentang alam (klasifikasi van zuidam,1983) yaitu
perbukitan bergelombang.
39
4.2 Endapan Potensi
Proses-proses dan kondisi yang mengatur dan mengendalikan laterisasi
dari batuan ultrabasa begitu banyak dan beragam, akibatnya kondisi alamiah
dari tiap profil berbeda secara detail dari satu tempat ke tempat lainnya
dalam hal ketebalan, kimiawi, komposisi mineralogi dan perkembangan relatif
dari zona profil secara individu.
Endapan potensi di blok timur ini berkisar 2 sampai 6 meter dengan
ketebalan obe sekitar 20 meter. Di daerah pengamatan inipengayaan mineral
nikel terdapat pada zona sedimen yang berisi floting gampingan
(kalkkerudit) dan floting ultramafik. Zona laterisasi tidak berkembang
dengan baik hanya sedikit didaerah selatan tepatnya pada hole A18 ke
selatan, karena bedrock di hole ini adalah endapan pasiran pada formasi QA.
Karakter dari nikel disini tidak dijumpai adanya redish limonit maupun
yelow limonit, tetapi dijumpai endapan clay gouds yang menerus langsung ke
stratigrafi Ferro saprolit bahkan langsung ke saprolitekuning kehijauan.
Faktor – faktor yang mempengaruhi pembentukan bijih nikel laterit:
a. Batuan Asal
40
b. Iklim
c. Topografi
d. Struktur
e. Waktu
waktu yang cukup lama akan mengakibatkan pelapukan yang
cukup intensif karena akumulasi unsure nikel cukup tinggi.
41
4.3 Neraca Sumber Daya dan Cadangan
Perhitungan sumberdaya dan cadangan bijih nikel laterit PT.
Lawaki Tiar Raya berdasarkan pada titik bor dan peta penyebaran bijih
nikel laterit yang di buat mengacu pada Kode KCMI-2017 dan SNI 4726
tahun 2019 tentang pedoman pelaporan hasil eksplorasi sumberdaya dan
cadangan mineral.
42
Sedangkan cadangan terbukti PT. Lawaki Tiar Raya yaitu 7.107.091 MT
dengan kadar rata-rata 1,75% Ni. Perhitungan cadangan ini di dasarkan
pada hasil pengeboran yang di estimasi blok model menggunakan
software surpac 6.3.
43
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Hal – hal yang dapat dijadikan kesimpulan adalah sebagai
berikut :
1. Morfologi daerah penyelidikan terdiri dari 2 satuan morfologi yaitu
satuan morfologi bergelombang dan morfologi pedataran.
2. Secara geologi, daerah penyelidikan terutama tersusun litologi
ultramafic, seperti Dunit, peridotir dan harzburgit dan endapan
alluvial.
3. Lokasi prospek untuk rencana penambangan seluas 320 Ha atau
sekitar 68.96 % dari luas IUP Eksplorasi PT. Lawaki Tiar Jaya.
4. Berdasarkan data pemetaan geologi, test pit dan hasil
pengeboran didapatkan hasil untuk perhitungan Sumber daya
terukur bijih nikel laterit sebesar 7.410.541 MT dan cadangan terbukti
sebesar 7.107.091 MT.
5.2 Saran
44