Makalah Kel-8 TKSDMP

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

TATA KELOLA SDM PEMERINTAHAN


(Hubungan Motivasi dan Kinerja SDM Pemerintahan)

Dosen Pengampu : Wenny Dastiana, M.Si

Kelompok VIII :
Livtika Milenia (105190233)
Eisti Rizki Nopia (105190235)
Gustina Binti Muhammad (105190198)
M. Rafdian Mahaldi (105190234)

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan karna atas kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat dan
hidayahnyalah, kami dapat menyelesaikan pembuatan tugas makalah ini yang berjudul
“Hubungan Motivasi dan Kinerja SDM Pemerintahan”.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah “Tata Kelola
SDM Pemerintahan” serta untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca.
Pada kesempatan kali ini, kami menyampaikan terimakasih kepada :
1. Ibuk Wenny Dastiana, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Tata Kelola SDM
Pemerintahan yang telah memberikan bimbingannya dalam penyusunan makalah ini.
2. Rekan-rekan mahasiswa.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan
masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan adanya kritik dan saran
yang bersifat membangun sehingga pembuatan makalah berikutnya lebih baik lagi
kedepannya.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Di era globalisasi seperti sekarang ini, kemampuan untuk menciptakan sumber


daya manusia yang berkualitas sangat penting untuk dilakukan karena SDM
mempunyai peranan yang sangat besar dalam kegiatan organisasi. Sumber daya
manusia adalah harta yang paling berharga dan paling penting dimiliki oleh suatu
organisasi, karena itu keberhasilan suatu organisasi sangat ditentukan oleh unsur
manusia.
Pemberdayaan manusia (pegawai) merupakan salah satu upaya untuk
menciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman sehingga pegawai dapat
memberikan kontibusi yang optimal bagi tempatnya bekerja. Tenaga Kerja merupakan
salah satu aset yang sangat penting. Manusia yang merupakan tenaga kerja bagi kantor
kadang kala sering diabaikan sebagai asset yang berharga. Tak jarang, sebuah kantor
hanya mengganggap bahwa tenaga kerja (pegawai) sebagai beban yang harus selalu
ditekan untuk mengurangi biaya dalam produksi. Namun, itu merupakan pandangan
yang kurang tepat.
Kinerja pada umumnya diartikan sebagai kesuksesan seseorang didalam
melaksanakan suatu pekerjaan. Kinerja pegawai merupakan hasil kerja yang dicapai
seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya.
Kinerja pegawai meliputi kualitas dan kuantitas output serta keandalan dalam bekerja.
Pegawai dapat bekerja dengan baik bila memiliki kinerja yang tinggi sehingga dapat
menghasilkan kerja yang baik pula. Dengan adanya kinerja yang tinggi yang dimiliki
pegawai, diharapkan tujuan organisasi dapat tercapai. Sebaliknya, tujuan organisasi
susah atau bahkan tidak akan tercapai bila pegawai bekerja tidak memiliki kinerja yang
baik, sehingga tidak dapat menghasilkan kerja yang baik pula.
Sedarmayanti (2017) menyatakan bahwa kinerja merupakan sistem yang
digunakan untuk menilai dan mengetahui apakah seorang pegawai telah melaksanakan
pekerjaannya secara keseluruhan. Sedangkan Hersey (Hutapea dan Thoha, 2018)
mengemukakan bahwa kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan.
Untuk menyelesaikan tugas dan pekerjaan, seseorang harus memiliki derajat kesediaan
dan tingkat kemampuan tertentu. Kesediaan dan keterampilan seseorang tidaklah cukup
efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang akan
dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya.
Salah satu faktor yang berkaitan erat dengan prestasi dan kinerja pegawai adalah
motivasi kerja pegawai. Motivasi kerja menjadi hal penting bagi suatu organisasi,
terutama sangat bermanfaat bagi pegawai itu sendiri. Motivasi akan mendorong
pegawai untuk lebih berprestasi dan produktif. Begitu pula motivasi di tempat kerja
dalam rangka peningkatan pelayanan dan kenyamanan melalui perbaikan sikap dan
tingkah laku pegawai.
Diberikannya motivasi kepada pegawai atau seseorang tentu saja mempunyai
tujuan, seperti mendorong semangat dan gairah pegawai, meningkatkan moral dan
kepuasan kerja, meningkatkan produktivitas kerja mempertahankan loyalitas dan
kestabilan, meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi, menciptakan
suasana dan hubungan kerja yang baik, meningkatkan kreativitas dan partisipasi,
meningkatkan kesejahteraan, mempertinggi rasa tanggung jawab terhadap tugas dan
pekerjaannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan motivasi kerja?
2. Bagaimana pentingnya motivasi kerja bagi pegawai?
3. Bagaimana hubungan industrialnya?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan mitivasi kerja.
2. Untuk mengetahui bagaimana pentingnya motivasi kerja bagi pegawai.
3. Untuk mengetahui bagaimana hubungan industrialnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian motivasi kerja

Motivasi merupakan salah satu hal yang mempengaruhi perilaku manusia,


motivasi disebut juga sebagai pendorong, keinginan, pendukung atau
kebutuhankebutuhan yang dapat membuat seseorang bersemangat dan termotivasi
untuk mengurangi serta memenuhi dorongan diri sendiri. Menurut Siswanto (2005,
hal.119) motivasi dapat diartikan sebagai keadaan kejiwaan dan sikap mental manusia
yang memberikan energi, mendorong kegiatan (moves) dan mengarah atau
menyalurkan perilaku kearah mencapai kebutuhan yang memberi kepuasan atau
mengurangi ketidakseimbangan. Kebutuhan tersebut timbul akibat adanya berbagai
hubungan. Kebutuhan dapat berwujud fisik bilogis serta sosial ekonomis. Akan tetapi
yang lebih penting adalah adanya kebutuhan (needs) yang bersifat sosial psikis,
misalnya penghargaan, pengakuan, keselamatan, perlindungan, keamanan, jaminan
sosial, dan sebagainya. Jadi secara singkat motivasi diartikan sebagai bagian integral
dan hubungan perburuan dalam rangka proses pembinaan, pengembangan, dan
pengarahan sumber daya manusia.
Motivasi kerja merupakan suatu daya pendorong atau penggerak yang dimiliki
atau terdapat dalam diri setiap individu dalam melakukan suatu kegiatan agar individu
mau berbuat, bekerja serta beraktifitas untuk menggunakan segenap kemampuan dan
potensi yang dimilikinya guna mencapai tujuan yang dikehendaki, sebagaimana
ditetapkan sebelumnya. Untuk mewujudkan motivasi kerja yang tinggi memerlukan
tingkat perhatian khusus kepada karyawan guna bertujuan perusahaan dalam
menghasilkan laba agar dapat berkesinambungan. Seperti yang dikemukakan oleh
Stephen P. Robbine dalam Hasibuan (2011, hal. 219) motivasi merupakan suatu
kerelaan untuk berusaha seoptimal mungkin dalam pencapaian tujuan organisasi yang
dipengaruhi oleh kemampuan usaha untuk memuaskan beberapa kebutuhan invidu.
Para karyawan dapat termotivasi apabila penetapan tujuan perusahaan
didasarkan atas kepentingan dan kebutuhan karyawan. Heidjrachman dan Husnan
(2002, hal. 194) mengemukakan beberapa faktor motivasi yang dipengaruhi oleh
kepuasan kerja yaitu gaji yang baik, pekerjaan yang aman, rekan kerja yang kompak,
penghargaan terhadap pekerjaan dan pekerjaan yang berarti. Motivasi adalah faktor
pendorong seseorang yang menimbulkan semangat kerja karyawan. Karyawan yang
termotivasi dengan baik akan mengalami tingkat kepuasan kerja yang tinggi pula.
Selain itu, ada juga kepuasan kerja yang mencakup berbagai hal seperti kondisi
dan kecenderungan perilaku seseorang. Kepuasan-kepuasan itu tidak tampak serta
nyata, tetapi dapat diwijudkan dalam suatu hasil pekerjaan. Salah satu masalah yang
sangat penting agar mendorong karyawan untuk bekerja dengan lebih produktif.
Menurut Hasibuan (2007, hal.202) kepuasan kerja merupakan sikap emosional yang
menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja,
kedisiplinan, dan prestasi kerja. Kepuasan kerja dinikmati dalam pekerjaan, luar
pekerjaan dan kombinasi dalam dan luar pekerjaan.

B. Pentingnya Motivasi Kerja Bagi Pegawai

Pegawai bekerja di sebabkan karena mereka ingin memenuhi kebutuhan


hidupnya maupun kebutuhan penunjang lainnya. Dengan bekerja mereka berharap agar
semua kebutuhan hidup mereka dapat penuhi cara maksimal. Untuk dapat terpenuhinya
secara maksimal setiap kebutuhan hidup tersebut, maka setiap pegawai harus mampu
meningkatkan dan mempertahankan semangat kerjanya dengan baik. Sehubunngan
dengan itu maka disinilah letak pentingnya motivasi sebagai kekuatan pendorongan
bagi para pegawai untuk lebih meningkatkan dan mempertahankan semangat kerjanya
dengan baik. Seperti yang dikemukakan oleh (Rivai, 2015) bahwa motivasi bukan saja
harus tumbuh didalam diri setiap pegawai itu, tetapi juga bagaimana kemampuan
pimpinan dari organisasi itu menumbuhkan atau menstimulasi agar dorongan semangat
itu tumbuh dan berkembang di kalangan dengan baik dikalangan para pegawai, maka
diharapkan para pegawai mau dan mampu melaksanakan tugas- tugas yang dibebankan
kepadanya dengan penuh semangat dan kegairahan. Dan ini sangat besar pengaruhnya
terhadap pencapaian tujuan-tujuan organisasi efektif dan efisien. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa motivasi kerja dapat mempengaruhi semangat kerja (Ulfah et al.,
2014); (Hendriani & Indarti, 2011).
Faktor lain yang mempengaruhi semangat pegawai dalam bekerja adalah
lingkungan kerja. Lingkungan kerja dalam suatu instansi merupakan suatu kondisi
pekerjaan untuk memberikan suasana dan situasi kerja pegawai yang nyaman dalam
pencapaian tujuan yang diinginkan oleh suatu instansi. Seperti yang dikemukakan oleh
(Mangkunegara, 2017) bahwa kondisi kerja yang buruk berpotensi menjadi penyebab
pegawai mudah jatuh sakit, mudah stres, sulit berkonsentrasi dan menurunnya
produktivitas kerja. Jika ruangan kerja tidak nyaman, panas, sirkulasi udara kurang
memadai, ruangan kerja terlalu padat, lingkungan kerja kurang bersih, berisik, akan
berdampak pada kenyamanan kerja pegawai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
lingkungan kerja dapat mempengaruhi semangat kerja (Sari, 2015) dan (Annisa, 2015).
Semangat kerja merupakan hal penting yang harus dijalani oleh setiap pegawai
diinstansi manapun karena semangat kerja menggambarkan perasaan senang individu
atau kelompok yang mendalam dan puas terhadap kebijakan, karir, kondisi kerja, kerja
sama, dan lingkungan kerja serta mendorong mereka untuk bekerja secara lebih baik
dan produktif. Adapun ciri-ciri dari turunya semangat kerja yaitu, turunnya
produktivitas kerja, tingkat absensi yang rendah, dan tidak atau berkurangnya
kegelisahan. Zainun, (2015) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang
menyebabkan munculnya semangat kerja. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah
hubungan yang harmonis antara pimpinan dengan bawahan terutama antara pimpinan
kerja sehari-hari langsung berhubungan dan berhadapan dengan para bawahan,
kepuasan para petugas terhadap tugas dan pekerjaannya karena memperoleh tugas yang
disukai sepenuhnya, terdapat satu suasana dan iklim kerja yang yang bersahabat dengan
anggota organisasi, apabila dengan pegawai yang sehari-hari banyak berhubungan
dengan pekerjaan, rasa pemanfaatan bagi tercapainya tujuan organisasi yang juga
merupakan tujuan bersama yang harus diwujudkan secara bersama-sama pula, adanya
tingkat kepuasan ekonomis dan kepuasan nilai lainnya yang memadai sebagai imbalan
yang dirasakan adil terhadap jerih payah yang telah diberikan kepada organisasi, serta
adanya ketenangan jiwa, jaminan kepastian serta perlindungan terhadap segala sesuatu
yang dapat membahayakan diri pribadi dan karier dalam perjalanan.

C. Hubungan Industrial Kerja

Hubungan industrial pada masa lalu kurang mendapatkan perhatian lebih


terutama dari para menejer puncak dan manajer SDM (sumber daya manusia). Namun
demikian, pada era sekarang, khususnya pada 20 tahun terakhir, hubungan industrial
mendapatkan perhatian lebih besar. Hal ini dikarenakan semakin semakin kompleksnya
hubungan antara pekerja/buruh dengan pengusaha. Kondisi inilah kemudian, menjadi
sebab hadir dan berkembangnya hubungan perburuhan.
Hubungan perburuhan sejak semula di desain untuk membahas masalah-msalah
menyangkut hubungan antara pekerja/buruh dengan pengusaha. Hubungan perburuhan
yang menonjol adalah hubungan secara bipatrit. Tetapi dalam pengembangannya,
masalah hubungan antara pekerja/buruh dengan pengusaha juga berhubungan erat
dengan masalah-masalah lain, seperti : ekonomi, social, politik, budaya dan
lingkungan.
Menyadari istilah hubungan perubahan sudah tidak relevn lagi, maka seanjutnya
muncul istilah baru yakni hubungan industrial. Hubungan industrial spesifik membahas
seluruh aspek dan permasalahan hubungan pekerja/buruh dengan pengusaha yang
menyangkut ekonomi, sosial, politik, budaya baik secara langsung maupun tidak
langsung (Wardiningsih, 2011:78-79).
Istilah hubungan industrial sudah lama dikenal di negara Eropa dan Amerika.
Di sana hubungan tersbut tidak hanya terbatas pada pengertian industri dalam arti
sempit, tetapi meliputi semua badan usaha yang di dalamnya terdapat hubungan kerja.
Pentingnya hubungan industry bagi suatu negara dapat dilihat dari aspek sejarah bahwa
tidak ada negara maju secara ekonomi tanpa membina terlebih dahulu sistem industri
antara pekerja/buruh dengan pengusaha (Nasution, 2015: 1).
Hubungan industrial menjadi salah satu aspek penting dalam kaitan dengan
hubungan ketenagakerjaan. Secara praktis, hubungan industrial itu bisa diartikan
sebagai hubungan antara semua pihak yang terkait dalam proses produksi suatu barang
dan jasa di suatu organisasi atau perusahaan (Hanggraeni, 2012: 185). Hubungan ini
melibatkan pekerja/buruh dan pengusaha serta pemerintah sebagai pihak regulator yang
menjembatani dan berkepentingan untuk Pembina ekonomi nasional (Riyanto et.al,
2014: 83).
Berdasarkan uraian di atas, maka jika diperinci pada dasrnya hubungan
industrial meliputi hal-hal:
1. pembentukan perjanjian kerja/perjanjian kerja bersama yang merupakan titik tolak
adanya hubungan industrial.
2. Kewajiban pekerja/buruh melakukan pekerjaan pada atau dibawah pimpinan
pengusaha, yang sekaligus merupakan hak penguasa atas pekerjaan dari
pekerja/buruh.
3. Kewajiban penguasa membayar upah kepada pekerja/buruh yang sekaligus
merupakan hak pekerja/buruh atas upah.
4. Berakhirnya hubungan industrial.
5. Caranya perselisihan antara pihak-pihak yang bersangkutan diselesaikan dengan
sebaik-baiknya.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Motivasi merupakan salah satu hal yang mempengaruhi perilaku manusia,
motivasi disebut juga sebagai pendorong, keinginan, pendukung atau
kebutuhankebutuhan yang dapat membuat seseorang bersemangat dan termotivasi
untuk mengurangi serta Motivasi kerja merupakan suatu daya pendorong atau
penggerak yang dimiliki atau terdapat dalam diri setiap individu dalam melakukan
suatu kegiatan agar individu mau berbuat, bekerja serta beraktifitas untuk
menggunakan segenap kemampuan dan potensi yang dimilikinya guna mencapai tujuan
yang dikehendaki, sebagaimana ditetapkan sebelumnya. Untuk mewujudkan motivasi
kerja yang tinggi memerlukan tingkat perhatian khusus kepada karyawan guna
bertujuan perusahaan dalam menghasilkan laba agar dapat
berkesinambungan.memenuhi dorongan diri sendiri.
Pegawai bekerja di sebabkan karena mereka ingin memenuhi kebutuhan
hidupnya maupun kebutuhan penunjang lainnya. Dengan bekerja mereka berharap agar
semua kebutuhan hidup mereka dapat penuhi cara maksimal. Untuk dapat terpenuhinya
secara maksimal setiap kebutuhan hidup tersebut, maka setiap pegawai harus mampu
meningkatkan dan mempertahankan semangat kerjanya dengan baik. Sehubunngan
dengan itu maka disinilah letak pentingnya motivasi sebagai kekuatan pendorongan
bagi para pegawai untuk lebih meningkatkan dan mempertahankan semangat kerjanya
dengan baik.
Hubungan industrial menjadi salah satu aspek penting dalam kaitan dengan
hubungan ketenagakerjaan. Secara praktis, hubungan industrial itu bisa diartikan
sebagai hubungan ant ara semua pihak yang terkait dalam proses produksi suatu barang
dan jasa di suatu organisasi atau perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA

Sedarmayanti. 2001. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung: Mandar Maju.

Agustini, F. (2011). Manajemen Sumber Daya Manusia Lanjutan. Medan: Madenatera.

Ainanur, A., & Tirtayasa, S. (2018). Pengaruh Budaya Organisasi, Kompetensi dan Motivasi
terhadap Kinerja Karyawan. Maneggio: Jurnal Ilmiah Magister Manajemen, 1(1), 1–14.

Andayani, I., & Tirtayasa, S. (2019). Pengaruh Kepemimpinan, Budaya Organisasi, Dan
Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai. Maneggio: Jurnal Ilmiah Magister Manajemen, 2(1), 45–
54.

Annisa, N. (2015). Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Semangat Kerja Pegawai Di Kantor
Kelurahan Air Putih Samarinda. Jurnal Administrasi Negara, 3(5), 1452–1463.

Anda mungkin juga menyukai