Jurnal 5
Jurnal 5
Jurnal 5
e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 4, April 2022
Abstrak
Program triple eliminasi penularan infeksi dari ibu ke anak merupakan suatu
bentuk pencegahan penularan penyakit HIV, Sifilis, dan Hepatitis B dari ibu ke
anak. Pelaksanaan program tripel eliminasi adalah dengan cara melaksanakan
pemeriksaan HIV, Sifilis, dan Hepatitis B untuk mengetahui risiko infeksi HIV,
Sifilis, dan Hepatitis B pada ibu hamil. Pemeriksaan pada ibu hamil tersebut
dilakukan melalui pemeriksaan darah paling sedikit satu kali pada masa kehamilan.
Dalam penelitian ini dilakukan metode tinjauan literatur yang diperoleh melalui
pencarian pencarian Google dan Web Science (seperti Pubmed, Science Direct,
Springer Link dan Mendey dll) berupa jurnal, artikel ilmiah, laporan kasus, dan
ulasan tertentu. Tujuan penelitian ini: Untuk melihat gambaran sebelum dan
sesudah pelaksanaan program tripel eliminasi di Asia Tenggara sesuai dengan
ketetapan WHO. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Gambaran cakupan
pelaksanaan program tripel eliminasi di Asia Tenggara sudah sesuai dengan
ketetapan WHO yaitu 95%. Dimana pelaksanaan program tripel eliminasi ini
terbukti dapat menurunkan kasus penularan HIV, Sifilis dan Hepatitis B dari ibu ke
bayi, dan dapat menurunkan prevalensi penyakit infeksi HIV, HBV dan Sifilis pada
Wanita hamil.
Abstract
The triple elimination program for transmission of infection from mother to child is
a form of prevention of transmission of HIV, Syphilis, and Hepatitis B from mother
to child. The implementation of the triple elimination program is to carry out hiv,
syphilis, and hepatitis B examinations to determine the risk of HIV, Syphilis, and
Hepatitis B infection in pregnant women. Examination of pregnant women is done
through blood tests at least once during pregnancy. In this study conducted
literature review methods obtained through Google search and Web Science (such
as Pubmed, Science Direct, Springer Link and Mendey etc.) in the form of journals,
scientific articles, case reports, and certain reviews. The purpose of this study: To
see a picture before and after the implementation of the triple elimination program
in Southeast Asia in accordance with WHO regulations. The results of this study
show that the coverage of the implementation of the triple elimination program in
Southeast Asia is in accordance with the WHO's provision of 95%. Where the
implementation of this triple elimination program is proven to reduce cases of
How to cite: Ida Royani N, Pujianto (2022) Systematic Review Implementasi Program Tripel Eliminasi HIV Sifilis dan
Hepatitis B dari Ibu Ke Anak di Asia Tenggara, Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia, 7(4).
E-ISSN: 2548-1398
Published by: Ridwan Institute
Systematic Review Implementasi Program Tripel Eliminasi HIV Sifilis dan Hepatitis B
dari Ibu Ke Anak di Asia Tenggara
transmission of HIV, Syphilis and Hepatitis B from mother to baby, and can reduce
the prevalence of HIV infection, HBV and Syphilis in pregnant women.
Pendahuluan
Pada Ibu hamil ada beberapa penyakit menular yang bisa tertular kepada
bayinya dalam masa kehamilan, persalinan dan menyusui seperti: penyakit infeksi
(Human Immunodefisiensy Virus) HIV, Sifilis, dan Hepatitis B. Akibat terinfeksi HIV,
Sifilis, dan Hepatitis B pada bayi dapat mengakibatkan kesakitan, kecacatan dan
kematian, sehingga berdampak buruk pada kelangsungan dan kualitas hidup anak.
Namun demikian, hal ini dapat dicegah dengan melakukan pemeriksaan sedini
mungkin (deteksi dini) pada saat pelayanan antenatal, penanganan dini, dan pemberian
imunisasi (Kementrian Kesehatan RI, 2017).
Setiap ibu hamil memiliki risiko untuk menularkan pada bayinya penyakit HIV,
sifilis dan hepatitis B. Sejak ketiga penyakit tersebut menjadi perhatian global,
Indonesia mulai menerapkan layanan pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak
Prevention of Mother to Child Transmission (PMTCT) pada tahun 2007. Pemeriksaan
dan pengobatan sifilis untuk ibu hamil dan bayi baru lahir yang terpajan dimasukkan
dalam pelayanan PMTCT Prevention Mother to Child Transmission yang terintegrasi
dalam pelayanan ibu dan anak pada tahun 2010. Sejak tahun 2016, pemeriksaan dan
pengobatan hepatitis B termasuk dalam pelayanan antenatal care (Puspasari, 2019).
Menurut Kumalasari 2013 dalam Dwi 2019, Ibu Hamil dengan HIV (Human
Immunodefisiensy Virus), Sifilis dan Hepatitis B adalah penyakit yang memiliki cara
penularan yang sama, yaitu melalui darah atau cairan tubuh lainnya. Prevalensi HIV
pada ibu hamil semakin meningkat dan kebanyakan ditemukan pada usia 20-29 tahun.
Diperkirakan di Indonesia sebanyak 8.604 bayi dengan HIV lahir setiap tahun. Infeksi
HIV, Sifilis, dan Hepatitis B pada anak lebih dari 90% tertular dari ibunya. Prevalensi
infeksi HIV, Sifilis dan Hepatitis B pada ibu hamil yaitu 0,3% untuk HIV, 1,7% untuk
sifilis dan 2,5% untuk hepatitis B. Risiko penularan dari ibu ke bayi pada saat
kehamilan untuk HIV adalah 20% - 45%, untuk Sifilis adalah 69 - 80%, dan untuk
Hepatitis B adalah lebih dari 90% (Kementrian Kesehatan RI, 2015).
Pada tahun 2015 di Asia Tenggara jumlah HIV mencapai 5,1 juta jiwa pasien
dengan 77.000 wanita hamil hidup dengan HIV dan sebanyak 19.000 kasus dengan
infeksi HIV pediatric baru telah ditemukan. Hal itu merupakan jumlah yang bisa
disebutkan fantastis dibandingkan dengan daerah lain. Sedangkan untuk kasus sifilis,
incidence rate menunjukkan peningkatan sebanyak 0,32% di wilayah Asia Tenggara.
Jumlah pasien menunjukkan angka hingga 167.000 kasus sifilis pada ibu hamil. Hal itu
berdampak buruk, dan terdapat sebanyak 65.800 kasus yang merugikan dari segi
ekonomi juga termasuk kematian janin dini. Kasus Hepatitis B di Asia Tenggara
menanggung 15% dari jumlah total pasien hepatitis B diseluruh dunia dengan jumlah 39
juta orang (WHO. 2015).
Diperkirakan setiap tahun 180.000 bayi di Wilayah Pasifik barat terinfeksi oleh
hepatitis B, 13.000 oleh sifilis dan 1400 oleh HIV yang penularan dari ibu ke bayi pada
masa kehamilan dan kelahiran. Pencegahan Infeksi ini dapat dilakukan dengan skrining
antenatal, pengobatan dan vaksinasi tepat waktu untuk bayi baru lahir. Meskipun
tantangan dalam mengendalikan setiap penyakit, prestasi besar telah dibuat.
Pelaksanaan program imunisasi nasional telah mengurangi prevalensi hepatitis B lebih
dari 8% pada tahun 1990 menjadi 0,93% di antara anak-anak yang lahir pada tahun
2012. Selainitu, skrining dan pengobatan HIV juga membantu menjaga prevalensi
infeksi HIV regional pada 0,1%. Sebaliknya, jumlah untuk penyakit sifilis pada ibu
masih tinggi di Wilayah Pasifik Barat, dengan perkiraan 45 juta kasus pada tahun 2012.
Kerangka Kerja Regional untuk tripel eliminasi penularan HIV, Hepatitis B dan Sifilis
dari Ibu ke Anak di Asia dan Pasifik 2018-2030 memberikan pendekatan terkoordinasi
untuk mencapai tripel eliminasi penularan HIV, hepatitis B dan sifilis dari ibu keanak
serta memberikan panduan bagi pengambil keputusan, manajer, dan profesional
kesehatan yang bekerja dalam program yang menangani kesehatan ibu, bayi baru lahir
dari ibu dengan HIV, sifilis dan hepatitis B (Joseph Woodring, et al, 2017).
Pencegahan penularan dari infeksi ke tiga penyakit ini dapat dilakukan dengan
cara mencegah penularan pada usia reproduktif, pencegahan kehamilan yang tidak
diinginkan, skrining ANC (Ante Natal Care), tatalaksana dan pemberian vaksinasi
(WHO, 2018). Ibu hamil dan bayi baru lahir merupakan kelompok rawan tertular
penyakit IMS. Kegagalan dalam mendiagnosis dan terapi dini IMS pada ibu hamil dapat
mengakibatkan morbiditas dan mortalitas pada ibu dan bayi baru lahir serta komplikasi
(Lingkungan, 2016).
Pada tahun 2014, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan daftar
kriteria validasi untuk memfasilitasi upaya penghapusan penularan dari ibu ke anak
(EMTCT) HIV dan sifilis, yang diperbarui pada tahun 2017 (Viser et al. 2019).
Karangka regional WHO menetapkan visi setiap bayi harus bebas dari HIV, hepatitis B
dan sifilis. Tujuan untuk mencapai dan mempertahankan eliminasi penularan dari ibu ke
anak (EMTCT) HIV, hepatitis B dan sifilis dan mencapai kesehatan yang lebih baik
bagi perempuan, anak-anak dan keluarga mereka melalui pendekatan dan upaya
terkoordinasi pada tahun 2030. Sedangkan Target dari kerangka regional WHO dalam
tripel eliminasi yaitu: Cakupan pelayanan antenatal 95% , Skrining HIV, hepatitis B dan
sifilis antenatal 95% (Word Health Organization, 2018).
Kementrian Kesehatan pada tahun 2017 merefleksikan kebijakan kriteria WHO
yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan No 52 tahun 2017 tentang
pelaksanaan tripel eliminasi penularan HIV, Sifilis dan Hepatitis B dari Ibu ke anak
yang dilaksanakan oleh puskesmas. Peraturan tersebut merupakan suatu kebijakan
terkait pelaksanaan eliminasi penularan HIV, Sifilis dan Hepatitis B dari Ibu ke anak
yang berisikan mengenai pedoman dan strategi untuk melaksanakan upaya eliminasi
penularan HIV, Sifilis dan Hepatitis B dari Ibu ke anak. Selain itu sebagai acuan dan
pedoman bagi pemerintah dan tenaga kesehatan untuk melaksanakan kebijakan tersebut
(Kementrian Kesehatan RI, 2017).
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan tinjauan sistematis (Systematic Review). dengan
menggunakan metode PRISMA (Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and
Meta-analyses) yang dilakukan secara sistematis dengan mengikuti tahapan atau
protokol penelitian yang benar. Prosedur dari systematic Review ini terdiri dari
beberapa langkah yaitu 1) menyusun Background and Purpose (Latar Belakang dan
tujuan), 2) Research Question, 3) Searching for the literature 4) Selection Criteria 5)
Practical Screen 6) Quality Checklist and Procedures 7) Data Extraction Strategy, 8)
Data Synthesis Strategy.
Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Januari 2022 - April 2022. Pencarian
artikel penelitian yang relevan dengan topik penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan kata kunci: Triple elimination, HIV, Syphilis, Hepatitis B yang diperoleh
dari Pubmed, Science direct, Springer Link dan Mendeley.
HBV dari 14,1% menjadi 13% sedangkan untuk kasus sifilis sangat
signifikan turunnya mulai dari 9,4% menjadi 4,6%.
Pengobatan antivirus untuk bumil dan dan memberikan vaksin HBV dan
HBIG pada bayi baru lahir dari wanita yang terpajan HBV memberi
perlindungan 96,5% terhadap penularan HBV dari ibu hamil kepada bayi.
B. Pembahasan
Berdasarkan analisis artikel didapatkan bahwa di Indonesia, Vietnam dan
Kamboja sudah melaksanakan program tripel eliminasi HIV, Sipilis dan Hepatitis B
pada ibu hamil yang sesuai dengan ketetapan WHO yaitu: setiap ibu hamil wajib
melakukan pemeriksaan HIV, Sifilis dan Hepatiti B minimal 1x pada saat
melakukan ANC, Cakupan pelayanan antenatal 95%, untuk Skrining HIV, hepatitis
B dan sifilis antenatal 95%, Tujuan tripel eliminasi dilakukan untuk memutus mata
rantai penularan HIV, Sifilis dan Hepatiti B dari ibu ke bayinya.
1) Di Indonesia pelaksanaan program tripel eliminasi indikator keberhasilan untuk
cakupannya sudah sesuai dengan kriteria WHO. Namun sebelum kebijakan
tripel eliminasi ini dilaksanakan di Indonesia, menurut Octaviana et al, 2021
pemeriksaan pada ibu hamil untuk skrining HIV, sifilis, dan Hepatitis B
dilakukan secara terpisah (tidak sekaligus ke 3 penyakit di periksakan), dan
sebelum pelaksanaan tripe eliminasi untuk kasus HIV pada wanita hamil 205
orang, 35 orang wanita dengan sifilis dan 1035 orang wanita dengan Hepatitis B.
Setelah pelaksanaan kebijakan program tripel eliminasi didapatkan efek yaitu
turunnya kasus ke 3 penyakit pada ibu hamil di ke 3 puskesmas Surabaya yaitu
menurunnya kasus yang terinfeksi HIV menjadi 3, terinfeksi sifilis 4 kasus, dan
terinfeksi hepatitiss B menjadi 41 kasus. Pelaksanaan program tripel eliminasi di
Indonesia cakupan skrinig tripel eliminasi sudah sesuai kriteria WHO dan
Jumlah kasus ketiga penyakit tersebut menjadi rendah pada ibu hamil (di bawah
persentase maksimum ibu hamil yang terinfeksi) dengan tidak ada ibu hamil
yang menderita lebih dari satu penyakit dari tiga penyakit menular. Di Amerika,
menurut penelitian Kiarie J et al, 2017 menunjukkan bahwa ketika cakupan tes
tripel eliminasi meningkat, jumlah kasus menurun drastis karena penerapan
pemeriksaan tripel eliminasi dan imunisasi yang terintegrasi dengan baik.
Berbeda dengan Amerika menurut Miyahara R, negara dengan cakupan tes tripel
eliminasi yang rendah yaitu Afrika, memiliki prevalensi HIV, sifilis, dan
hepatitis B yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa cakupan tes berpengaruh
signifikan terhadap jumlah kasus penyakit.
2) Di Vietnam pelaksanaan program tripel eliminasi ini juga sudah sesuai dengan
kriteria/ketetapan WHO. Pelaksanaan tripel eliminasi di Indonesia hampir sama
dengan di Vietnam. Menurut Nguyen, Et al. 2021, sebelum pelaksanaan tripel
eliminasi di Vietnam didapatkan dari data nasional prevalensi HIV di Vietnam
rendah (0,36% di antara orang dewasa 15-49 tahun dan 0,2% pada wanita
hamil), dan pada tahun 2019 hanya 50,2% wanita hamil yang melakukan tes
HIV. Untuk data sifilis prevalensinya rendah (0,03%) pada wanita hamil, tetapi
lebih tinggi pada wanita pekerja seks (3,8%). Sedangkan prevalensi Hepatitis B
virus (HBV) tinggi pada populasi umum dan wanita hamil (8,2%). Di Vietnam
dari ketiga penyakit hanya tes HIV yang rutin ditawarkan gratis kepada ibu
hamil karena beberapa alasan antara lain asuransi kesehatan tidak mencakup tes
skrining; anggaran negara tidak mencakup tes HBV dan sifilis untuk ibu hamil.
Pada tahun 2012 – 2014 Menurut Nguyen, Et al. 2021, di Vietnam pelaksanaan
program tripel eliminasi berlangsung dan hasil dari pelaksanaan tripel eliminasi
tersebut jumlah infeksi dari ke 3 penyakit yang dapat dicegah yaitu: Cakupan tes
HIV, HBV dan sifilis untuk ibu hamil adalah 98%. Prevalensi infeksi HIV
0,14%, infeksi virus Hepatitis B 7,8% dan infeksi sifilis 0,03%. Pada
pelaksanaan program tripel eliminasi ini juga dilakukan pemberian vaksin HBIG
dan obat profilaksis HIV dan Sifilis kepada bayi yang baru lahir dari ibu yang
terinfeksi, dan hasilnya tidak ada bayi yang terinfeksi HIV ataupun Sifilis,
sedangkan untuk infeksi HBV didiagnosis pada 27 bayi (13,9%) positif.
Diperkirakan 23 infeksi HBV dari ibu ke bayi dicegah dengan intervensi tripel
eliminasi ini.
3) Negara kamboja pelaksanaan program tripel eliminasi sama seperti di Indonesia
dan Vietnam, Sebelum dilaksanakan program tripel eliminasi Menurut Lei
Zhang et al, 2019, program pencegahan penularan HIV, Sifilis dan HBV
dilakukan secara terpisah. Pada Desember 2013 cakupan skrining HIV pada ibu
hamil 73,1%. Pada tahun 2014 cakupan pemeriksaan sifilis pada ibu hamil pada
kunjungan ANC pertama adalah 45%, dan 97% ibu hamil positif sifilis
mendapat pengobatan. Untuk layanan skrining infeksi HIV dan sifilis
dilaboratorium, dijalankan secara terpisah. Untuk pencegahan penularan vertikal
Hepatitis B Virus belum menjadi bagian dari program PMTCT Kamboja. Pada
tahun 2017 di Kamboja perkiraan prevalensi HIV sebesar 6,6%, prevalensi HBV
14,1% dan prevalensi Sifilis 9,4%. Pada Tahun 2017 di mulailah pelaksanaan
kebijakan program tripel eliminasi di Kamboja dan efek dari tripel eliminasi ini
yaitu: Pada ibu hamil terjadi penurunan kasus penularan HIV, Sifilis dan
Hepatitis B dari ibu ke anak yaitu: untu kHIV menjadi 6,1% untuk HBV
13,0% dan untuk sifilis 4,6%. Peningkatkan skrining tripel eliminasi 3 penyakit
pada ibu hamil menjadi 87%, yang mana sebelum pelaksanaan tripel eliminasi
skrining HIV hanya 73% , Sifilis 45% dan HBV tidak ada yang diskrining.
Pelaksanaan pemberian pengobatan antivirus untuk ibu hamil dan vaksin HBIG
pada bayi baru lahir dapat mengurangi tingkat penularan HIV, HBV dan Sifilis
menjadi 3,5%, dibandingkan dengan sebelumnya yaitu 5,0%
Di dalam pelaksanaa program tripel eliminasi ini penanganan pada bayi yang
lahir dari wanita yang terinfeksi HIV, Sifilis dan Hepatitis B setelah kelahiran
sangat penting dilakukan, untuk mencegah penularan infeksi penyakit HIV, Sifilis
dan Hepatitis B kepada bayi. Menurut Kiarie J et al, 2017, Untuk tindak lanjut yang
dilakukan pada bayi yang lahir dari wanita yang terinfeksi Sifilis dengan
memberikan pengobatan cepat dengan benzatin IM pada wanita positif awal
kehamilan, dan kepada bayi yang baru dilahirkannya, ini akan memberikan
perlindungan kepada bayinya 99,9 %. Menurut PMK No.52 Tahun 2017, bayi dari
ibu Sifilis sebelum pulang dari fasilitas pelayanan kesehatan diterapi Benzatin
Peniclin G 50.000IU/kgBB seluruhnya, saat usia 3 bulan dilakukan titer RPR ibu
dan bayinya, ternyata seorang bayi menunjukkn titer 1:512 sedangkan 4 bayi lainnya
menunjukkan titer RPR lebih rendah 4 kali lipat dari titer ibunya.
Untuk Tindak lanjut pada bayi yang baru lahir dari wanita yang terinfeksi HIV
yaitu Menurut Kepmenkes RI No. HK.01.07/MENKES/90/2019 dengan
memberikan Profilaksis menggunakan zidovudine (AZT) monoterapi selama 6
minggu terbukti sangat efektif untuk mencegah penularan vertikal HIV pada bayi
yang lahir dari ibu yang mendapat therapy ARV dan jumlah virus HIV di darahnya
tidak terdeteksi. Pediatric AIDS Clinical Trials Group (ACTG) protokol 076
mengatakan pemberian therapy AZT per oral saat kehamilan dan intravena (IV) saat
persalinan pada ODHA hamil dan dilanjutkan dengan pemberian AZT per oral
(2mg/kg/kali setiap 6 jam) pada bayi yang dilahirkannya sampai dengan umur 6
minggu terbukti dapat menurunkan risiko transmisi vertikal HIV sebesar 67,5%.
Untuk Tindak lanjut pada bayi yang baru lahir dari wanita yang terinfeksi
Hepatitis B dengan cara memberikan Vaksinasi untuk melawan virus hepatits B
merupakan cara pencegahan yang hemat biaya. WHO merekomendasikan
pelaksanaan pemberian dosis pertama vaksin anti-hepatitis B untuk semua bayi baru
lahir dalam waktu 24 jam setelah lahir, selanjutnya harus diikuti dengan pemberian
dosis ke 2 dan 3 untuk melengkapi rangkaian imunisasi. Setelah tiga dosis jadwal
vaksinasi, vaksin akan menginduksi ke tingkat protektif lebih dari 95% dari bayi,
anak-anak, dan dewasa muda, dapat perlindungan dari vaksin tersebut dan dapat
berlangsung lebih dari 20 tahun atau seumur hidup. (Zanella et al., 2020)
Kesimpulan
Gambaran pelaksanaan program tripel eliminasi di Asia Tenggara sudah sesuai
dengan ketetapan WHO. Dimana tujuan pelaksanaan program tripel eliminasi untuk
mencapai 0 eliminasi HIV Sifilis dan Hepatitis B tahun 2030. Pelaksanaan tripel
eliminasi di asia tenggara ini dapat menurunkan kasus penularan HIV, Sifilis dan
Hepatitis B dari ibu ke anak, dan prevalensi infeksi HIV, HBV dan Sifilis di ketiga
negara menjadi rendah yaitu: a). Prevalensi di Indonesia untuk HIV 0,5%, Infeksi virus
Hepatitis B 7,1% dan infeksi sifilis 0,6%. b). Prevalensi di Vietnam untuk HIV 0,14%,
Infeksi virus Hepatitis B 7,8% dan infeksi sifilis 0,03%. c). Prevalensi di Kamboja
untuk HIV 6,1%, Infeksi virus Hepatitis B 13% dan infeksi sifilis 4,6%.
Pada pelaksanaan program tripel eliminasi ini juga sangat efektif untuk
mencegah penularan HIV, Hepatitis B dan Sifilis dari ibu ke bayinya daripada program
sebelum dilaksanakan tripel eliminasi. Dalam pelaksanaan program tripel eliminasi
sangat diperlukan keterlibatan multi-stakeholder termasuk individu, keluarga dan
masyarakat semua pemangku kepentingan harus terlibat dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pemantauan dan evaluasi upaya menuju tripel eliminasi, khususnya
masyarakat yang terkena dampak dan populasi rentan. Untuk meningkatkan kwalitas
mutu pelayanan diperlukan pelatihan yang komprehensif bagi petugas kesehatan,
terutama dokter, bidan dan perawat, dalam semua program terkait tentang bagaimana
meningkatkan cakupan dan kualitas perawatan antenatalcare dan tripel eliminasi.
BIBLIOGRAFI
Joseph Woodring et al. (2017). Integrating HIV, hepatitis B and syphilis screening and
treatment through the Maternal, Newborn and Child Health platform to reach
global elimination targets Jurnal pengawasan dan tanggapan Pasifik Barat :
WPSAR (2017) ,10.5365/wpsar.2017.8.3.005. Google Scholar
Zanella, B., Bechini, A., Boccalini, S., Sartor, G., Tiscione, E., Bonanni, P., Biondi, I.,
Chellini, M., Del Riccio, M., Innocenti, M., Manzi, F., Ninci, A., Paolini, D.,
Puggelli, F., Barbacci, P., Sala, A., Bellini, F., Schiatti, R., Muricci, S., … Santini,
M. G. (2020). Hepatitis b seroprevalence in the pediatric and adolescent population
of florence (Italy): An update 27 years after the implementation of universal
vaccination. Vaccines, 8(2), 1–14. https://doi.org/10.3390/vaccines8020156
Copyright holder:
Ida Royani N, Pujianto (2022)