Makalah Modul 11 Pendidikan Bahasa Indonesia Di SD
Makalah Modul 11 Pendidikan Bahasa Indonesia Di SD
Makalah Modul 11 Pendidikan Bahasa Indonesia Di SD
Disusun oleh
NIM : 857745303
Prodi : SI PGSD
Pokjar : Taman
BAB I .................................................................................................................................2
Pendahuluan .......................................................................................................................2
B. Permasalahan .........................................................................................................3
Bab II .................................................................................................................................4
Pembahasan .......................................................................................................................4
Penutup ............................................................................................................................ 14
A. Kesimpulan .............................................................................................................. 14
B. Saran .................................................................................................................... 14
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1. Latar Belakang Masalah
Keterampilan berbicara sangat penting dalam berbagai bidang
kehidupan. Bidang pendidikan, misalnya, dalam bentuk keterampilan
berbicara yang melibatkan komunikasi antara guru dan siswa, baik yang
sifatnya satu arah maupun yang timbal balik ataupun keduanya.
Seseorang yang memiliki keterampilan berbicara yang baik, akan
memiliki kemampuan yang baik pula dalam berkomunikasi. Dengan
keterampilannya, segala pesan yang disampaikannya akan mudah
dicerna, sehingga komunikasi dapat berjalan lancar dengan siapa saja.
Pembelajaran berbicara merupakan salah satu keterampilan
berbahasa yang memiliki tingkat kesulitan cukup tinggi dibandingkan
dengan keterampilan berbahasa lainnya. Pressley dan Stahl (dalam
Junita, 2009:1) mengatakan bahwa ketika keterampilan berbahasa ini
tercapai maka anak sudah memiliki modal yang kuat untuk mencapai
perkembangan kognitif dan psikososial yang optimal. Pembelajaran
berbicara yang dilakukan khususnya ditingkat sekolah dasar, yakni
berbicara memberitahukan, melaporkan dan menginformasikan;
berbicara menghibur, dan berbicara membujuk, mengajak, meyakinkan
atau menggerakkan. Ketiga kegiatan berbicara tersebut tentunya masih
dalam jangkauan dasar yang sifatnya sederhana.
Banyak yang menganggap Bahasa Indonesia adalah mata pelajaran
yang sulit untuk dipelajari. Hal ini dapat dipahami karena Bahasa
Indonesia senantiasa mengalami perkembangan, khususnya pada
kosakata yang digunakan. Sabarti Akhadiah (1991:10) mengungkapkan
bahwa pengajaran Bahasa Indonesia bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan menggunakan Bahasa Indonesia dalam segala fungsinya,
yaitu sebagai sarana komunikasi, sarana berpikir atau bernalar, sarana
2
persatuan, dan sarana kebudayaan. Oleh karena itu, pembelajaran
Bahasa Indonesia mengupayakan peningkatan kemampuan siswa untuk
berkomunikasi secara lisan dan tertulis serta menghargai karya cipta
bangsa Indonesia. Untuk itu kita sebagai guru harus mengetahui teori-
teori untuk mempelajari bahasa Indonesia dalam hal ini adalah Bahasa
Indonesia yang fokus dengan sastra.
B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Bagaimana cara merancang pembelajaran bahasa Indonesia dengan
fokus sastra?
2. Bagaimana penerapan pembelajaran bahasa indonesia dengan fokus
berbicara?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini secara khusus:
1. Menjelaskan pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar dan
memilih model pembelajaran bahasa Indonesia dengan fokus sastra.
2. Menjelaskan penerapan pembelajaran bahasa indonesia dengan fokus
berbicara
D. Manfaat Penulisan
Dengan penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
1. Secara Teoritis hasil penulisan makalah ini diharapkan bisa dijadikan
sebagai bahan referensi.
2. Menambah pengetahuan tentang penerapan pembelajaran bahasa
indonesia dengan fokus berbicara.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2. Pembelajaran Bahasa
Pembelajaran pada dasarnya merupakan sebuah aktivitas yang sistemik,
sistematis dan terencana. Untuk mewujudkan ketiga karakteristik pelajaran
bahasa terdapat permasalahan yang harus diantisipasi dan didudukkan
secara proporsional. Permasalahan tersebut berkaitan dengan tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran,strategi pmbelajaran,evaluasi, pengajar
dan siswa.
4
Komunikasi dapat berlangsung secara lisan dan tulisan. komunikasi
secara lisan mencakup aktivitas menyimak dan berbicara, sedangkan
secara tertulis mencakup kegiatan membaca dan menulis (Idra, dkk.,
2002:5). Komunikasi yang efektif tidak hanya berkaitan dengan apa yang
dikatakan seseorang, tetapi juga pada bagaimana dia mengatakannya.
b. Komponen Berbicara
Menurut Tarigan 91990:157), butir-butir atau komponen yang selalu
terlibat dan mempengaruhi pembicaraan adalah:
1) Pembicara
2) Pembicaraan
3) Penyimak
4) Media
5) Sarana Penunjang
6) Interaksi
c. Hakikat Berbicara
Hakikatnya berbicara merupakan ungkapan pikiran dan perasaan pikiran
seseorang dalam bentuk bunyi-bunyi bahasa. Kemampuan berbicara
adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau
mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan,
menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Jika, komunikasi
berlangsung secara tatap muka, berbicara ini dapat dibantu dengan
mimik dan pantomimik pembicara.
d. Jenis – jenis berbicara
Dalam pembahasan mengenai jenis-jenis berbicara ada 5 landasan tumpu
yang dapat digunakan dalam mengklasifikasikan berbicara (Tarigan,
dkk:1997/1998) yaitu :
1) Jenis berbicara berdasarkan situasi pembicaraan
2) Jenis berbicara berdasarkan tujuan pembicara
3) Jenis berbicara berdasarkan jumlah pendengar
4) Jenis berbicara berdasarkan peristiwa Khusus yang melatari
pembicaraan
5) Jenis berbicara berdasarkan metode penyampaian berbicara
5
4. Teknik Berbicara
Dalam teknik berbicara ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, syarat
tersebut adalah sebagai berikut :
a. memiliki keberanian dan tekad yang kuat
b. memiliki pengetahuan yang luas
c. memahami proses komunikasi massa
d. menguasai bahasa yang baik dan lancar
e. pelatihan yang memadai
5. Efektifitas Berbicara
Hal-hal yang perlu diperhatikan agar komunikasi bisa efektif adalah :
a. adanya kesamaan kepentingan antara pembicara dan pendengar
b. adanya sikap saling mendukung dari kedua belah pihak
c. adanya sikap positif, artinya pikiran atau ide yang diutarakan dapat
diterima
d. sebagai sesuatu yang mendatangkan manfaat bagi keduanya
e. adanya sikap keterbukaan yang disampaikan kedua belah pihak
f. adanya usaha dari masing-masing pihak untuk menempatkan diri dengan
sebaik-baiknya.
6
menyanggah/menolak pendapat orang lain dan melatih siswa berpikir logis
dan kritis serta melatih siswa menghargai pendapat orang lain.
7
1. Metode dan media pembelajaran berbicara
Metode pembelajaran adalah cara menyampaikan materi
pembelajaran kepada siswa. Apabila dikaitkan dengan pengalaman
belajar, metode berfungsi sebagai sarana untuk mewujudkan
pengalaman belajar yang telah dirancang (Tarigan, 1980:260).
b. Lihat Ucap
Metode ini dapat dilakukan dengan cara memperlihatkan sesuatu
yang konkret atau gambar benda sebagai media, kemudian siswa
menyebutkan warna benda tersebut dan menceritakan isi
gambar. Metode lihat ucapkan dapat digunakan untuk lafal yang
masih sering salah bagi siswa kita atau model penseritaan
deskriptif.
c. Memerikan
Dalam pelaksanaannya, siswa disuruh memperlihatkan sesuatu
yang dapat berwujud benda atau peristiwa dengan waktu yang
telah ditentukan, kemudian siswa disuruh memerikan atau
mendeskripsikan sesuatu yang diperlihatkan tersebut secara
lisan. Misalnya, guru membawa dan memperlihatkan daun
pepaya kepada siswa dan meminta siswa sejenak mengamatinya.
Setelah itu, guru meminta siswa memerikan bentuknya, wana
daunnya, manfaat dan sebagainya.
8
d. Menjawab Pertanyaan
Metode ini digunakan untuk semua mata pelajaran dan dalam
pembelajaran BI dapat digunakan untuk semua standar
kompetensi karena dalam setiap pembelajaran guru dapat
mengawali dengan memberikan pertanyaan. Siswa yang pemalu
lama-lama akan menjadi terlatih keberanian berbicaranya
apabila ia selalu diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan
secara lisan.
e. Bertanya
Guru yang baik selalu memberika kesempatan kepada siswanya
untuk bertanya. Jangan lupa bahwa setiap guru akan mengawali
pembelajaran dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan
terhadap materi yang akan dibahas, dan belum mengakhiri guru
harus memberi tugas atau memberitahukan materi yang harus
dikerjakan siswa untuk pelajaran yang akan datang. Dengan
demikian, akan sering terjadi tanya jawab atau pertanyaan dari
siswa-siswi tentang tugas yang diberikan. Bertanya kepada
siswa bukan hanya pada kegiatan berbicara saja karena pada
hakikatnya pembelajaran semua keterampilan selalu ada
pertanyaan. Melalui pertanyaan siswa dapat mengungkapkan
keingintahuannya tentang sesuatu hal. Melalui pertanyaan pula
guru akan tahu kemampuan siswa dalam berbicara.
Misalnya:
Guru membawa/menyimpan benda dalam dos atau di
atas meja yang ditutup. Kemudian, siswa disuruh bertanya
tentang benda yang dimaksud secara bergilir. Pertanyaan yang
diajukan siswa harus bisa dijawab dengan jawaban ya atau tidak.
Guru : Benda apa yang ada dalam dos ini?
Siswa : Apakah benda itu bernyawa?
Guru : Tidak
Siswa : Apakah benda itu berwarna? Guru Ya
9
Siswa : Apakah benda itu untuk kegiatan belajar?
Guru : Ya
Siswa : Buku
Guru : Bagus (guru memberi reward)
f. Bertanya Menggali
Pertanyaan menggali dimaksudkan untuk melatih siswa banyak
berbicara karena pertanyaan menggali merangsang siswa untuk
banyak berpikir. Pertanyaan menggali merupakan pertanyaan
yang membutuhkan jawaban yang berupa penjelasan. Jadi,
bukan sekedar jawaban ya atau tidak. Pertanyan menggali yang
dilakukan guru dapat juga digunakan untuk mengetahui
kedalaman pemahaman siswa terhadap suatu masalah.
Misalnya:
Guru : Apa yang Anda ketahui tentang hujan?
Siswa : Hujan itu adalah air yang turun dari langit.
Guru : Bagaimana proses terjadinya?
Siswa : Hujan berasal dari air yang menguap
karena adanya panas. Uap tersebut membentuk awan, setelah
terkumpul jadilah hujan.
g. Melanjutkan Cerita
Pelaksanaan metode ini, kita sebagai seorang guru dapat
membuat sesuatu permainan cerita. Siswa disuruh menceritakan
sesuatu, kemudian siswa yang lain disuruh melanjutkan cerita
itu. Guru dapat terlibat langsung dengan bertindak sebagai
motivator atau pengumpan.
Misalnya:
Guru : Kelas IIB selalu menjadi juara. Ruang kelas terletak
di dekat ruang guru. Suasana kelas ini tertata baik karena siswa-
siswinya selalu bekerja sama.
Siswa A : Iuran untuk penataan kelas pun dilakukan bersama-
sama. Pemilihan dekorasinya selalu dimusyawarahkan.
10
Siwa B : Semua siswa kelas IIB selalu merasa nyaman di
kelas dan nyaman dalam belajar sehingga selalu memperoleh
prestasi yang membanggakan.
h. Menceritakan Kembali
Metode ini dapat diterapkan untuk mengintegrasikan
kompetensi membaca, mendengarkan, dan sastra. Untuk
memulai pelajaran guru dapat memutar kaset, memberi bahan
bacaan, atau membacakan sebuah bacaan sastra kepada siswa.
Tinggal dari mana guru memulai pembelajaran jika dengan
kaset, guru cukup memutarkan kemudian siswa disuruh
melanjutkan ceritanya. Apabila memberikan bahan bacaan,
siswa disuruh membaca kemudian disuruh menceritakan isi
bacaan.
i. Bercakap-Cakap
Percakapan merupakan pertukaran pikiran atau pendapat tentang
suatu masalah atau topik antara dua orang atau lebih. Pada
umumnya, suasana dalam percakapan adalah suasana akrab dan
spontan. Dalam penggunaan metode ini, guru dapat menanyakan
apa yang sedang siswa bicarakan atau mereka terima
sebelumnya. Kemudian, guru gunakan sebagai bahan
percakapan siswa.
k. Bercerita
11
Dengan metode ini guru dapat meminta siswa memilih cerita
yang menarik tentang dirinya, cerita orang lain, atau cerita yang
pernah ia baca. Kegiatan bercerita ini akan menuntun siswa
menjadi pembicara yang baik. Perlu diingat, dengan
menggunakan metode ini bukan berarti seluruh kegiatan diisi
siswa bercerita. Akan tetapi, diselingi dengan lain yang
menunjang kegiatan bercerita siswa.
l. Memberi Petunjuk
Dalam menggunakan metode ini, guru meminta siswa untuk
memberi petunjuk tentang suatu acara, tempat, letak, atau cara
menggunakan/mengerjakan sesuatu dengan bahasa yang
singkat, jelas, dan tepat.
m. Melaporkan
Dalam pembelajaran dengan teknik “Melaporkan”, guru dapat
meminta siswa untuk melaporkan sesuatu secara lisan. Agar
laporan baik dan lancar terlebih dahulu siswa disuruh menulis
apa yang akan dilaporkan. Hal yang dilaporkan dapat diambil
dari peristiwa yang ada di sekitar siswa.
n. Bermain Peran
Bermain peran hampir sama dengan percakapan. Hanya saja,
dalam percakapan seseorang memerankan diri sendiri masing-
masing, sedangkan dalam bermain peran seseorang memerankan
orang lain.
o. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dalam bentuk tanya jawab.
Dalam situasi formal, orang yang diwawancarai adalah orang
yang berprestasi, ahli, atau yang mengalami. Adapun dalam
situasi nonformal, wawancara dapat berlangsung antarteman.
12
Agar siswa dapat mewawancarai dengan baik, terlebih dahulu
siswa dilatih membuat pertanyaan secara tertulis apa yang akan
ditanyakan.
p. Diskusi
Diskusi adalah percakapan dalam bentuk lanjut karena isi, cara,
dan bobot pembicaraan lebih tinggi daripada percakapan biasa
(Tarigan dalam Idra, dkk. 2002:68). Oleh sebab itu, metode
diskusi dapat digunakan pada kelas tinggi, khususnya kelas 5
dan 6.
q. Bertelepon
Melalaui metode ini, guru dapat meminta siswa untuk
mendemonstrasikan berbicara lewat telepon. Yang perlu
diketahui siswa bahwa dalam telepon, pembicaraan harus jelas,
lugas, dan singkat karena waktu sangat diperhitungkan. Media
yang dapat digunakan adalah telepon-teleponan (telepon
mainan) dan jika sekolah bisa digunakan sekadar contoh.
r. Dramatisasi.
Bermain drama lebih kompleks daripada bermain peran karena
guru dan siswa harus mempersiapkan skenario, pelaku, dan
perlengkapan. Dalam hal ini, skenario dapat dibuat oleh guru
atau siswa dan dapat juga menggunakan skenario yang sudah ada
yang ditulis orang lain.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada makalah ini secara umum dapat diartikan bahwa komunikasi
merupakan hal yang sangat penting, dalam komunikasi sebagai media atau
alat komunikasi disebut bahasa. Bahasa dapat dipelajari dan memiliki
metode dalam pengajarannya. Pembelajaran bahasa dapat dikategorikan
berdasarkan usia dan kebutuhan setiap peserta didik.
Berbicara adalah bentuk atau sebagai wujud aktivitas secara lisan
yang aman dalam berbicara memiliki sebuah komponen-komponen tertentu
yang menunjangnya. Pembelajaran berbicara dapat dilakukan dengan cara
pemfokusan diri dan tidak dengan pemfokusan. Jika pembelajaran
dilakukan dengan cara pemfokusan yaitu semua aktivitas belajar dari
berangkat, tertuju dan pulang pada keterampilam berbicara.
B. Saran
Setelah menyusun makalah ini, ada beberapa saran yang akan dipaparkan
antara lain:
14
DAFTAR PUSTAKA
Gagne, R.M., Briggs, L.J., dan Wager, W.W. (1992). Principles of Instructional Design.
Edisi IV. Orlando: Harcourt Brace Jovanovich College Pub.
Goodman, K.S., dkk. (1987). Language and Thinking in School: A Whole Language
Curriculum. Edisi Ketiga. New York: Richard C. Owen Pub.
Kemp, J.E. (1985). The Instructional Design Process. New York: Harper & Row. Kentjono,
Dj., Ed. (1984). Dasar-dasar Linguistik Umum. Jakarta: FS-UI.
Reece, I. dan Walker, S. (1997). Teaching, Training, and Learning: A Practical Guide. Edisi
III. Sunderland, Tyne and Wear: Business Education Pub.
15