Makalah Managemen Kep.

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 65

1

LAPORAN STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN


RUANG KEMUNING BAWAH RSUD KABUPATEN
TANGERANG TAHUN 2019

Disusun Oleh :
1. JUMIATI MARANNU (Nim: 18315097)
2. KARTINI (Nim: 18315098)
3. MAHWAN MAFRUFI (Nim: 18315105)
4. MASPRUJI (Nim: 18305109)
5. MELLIATI (Nim: 18315110)
6. MIA ISLAMIYAH (Nim: 18315112)

MAHASISWA PROGRAM PROFESI NERS TAHUN 2018-2019


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) YATSI
TANGERANGTAHUN 2019
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas berkat dan rahmatnya
kami dapat menyelesaikan tugas Manajemen Keperawatan di Paviliun Kemuning
Bawah RSU Kabupaten Tangerang
Hasil laporan Manajemen Keperawatan ini merupakan hasil dari diskusi
kelompok. Pembahasan ini didalamnya kami dapatkan dari observasi di ruang
Kemuning Bawah, study dokumentasi, browsing. Oleh karena itu pada
kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sedalamnya kepada :
1. Ibu Ida Faridah, S.Kp, M.Kes , selaku Ketua STIKes YATSI Tangerang
dan pembimbing akademik stase Manajemen Keperawatan
2. Ibu Ida Faridah, S.Kep, M.Kes, selaku PenanggungJawab
AkademikProfesi Nurse
3. Ibu Ns.Febi Ratnasari, S.Kep, M. Kep selaku Kaprodi Keperawatan
4. Ibu Suhati, S.S.T selaku kepala ruangan Paviliun Kemuning Bawah dan
pembimbing lahan stase Manajemen Keperawatan
5. Bapak dan Ibu perawat di ruang Kemuning Bawah yang telah membantu
kami dalam menyelesaikan tugas Manajemen Keperawatan
Atas semua bantuan dan dukungan semua pihak kepada penulis, kiranya
Allah SWT akan membalas semua kebaikan yang telah di berikan. Oleh karena
itu pada kesempatan ini penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun serta memberikan motivasi untuk kedepan. Semoga hasil laporan
Manajemen Keperawatan ini dapat bermanfaat untuk tenaga kesehatan atas
perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.

Tangerang, Juni 2019

Penyusun
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Tujuan ......................................................................................... 3
C. Waktu dan Tempat Praktek ....................................................... 3
D. Cara Pengumpulan Data.............................................................. 3
E. Kategori penilaian………………………………………………. 4
F. Peserta Praktek ............................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Profil dan Gambaran Umum Rumah Sakit.................................. 6
B. Unsur Infut……………………………………………………... 15
C. Unsur Output............................................................................... 17
D. Analisa SWOT............................................................................. 19
BAB III INVENTARIS, PRIORITAS MASALAH DAN POA
A. Inventaris Masalah....................................................................... 24
B. Prioritas Masalah ........................................................................ 24
C. Tabel Plan Of Action .................................................................. 26
BAB IV PELAKSANAAN DAN EVALUASI
A. Pelaksanaan................................................................................. 28
B. Evaluasi....................................................................................... 28
BAB V . KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.................................................................................. 30
B. Saran............................................................................................ 30
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
4

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki
peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat derajat kesehatan
masyarakat Indonesia.Pemerintah telah bersungguh-sungguh dan terus
berupaya untuk meningkatkan mutu pelayanan baik yang bersifat promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitasi.Peran tersebut pada dewasa ini semakin
dituntut akibat adanya perubahan-perubahan epidemiologik penyakit,
perubahan struktur organisasi, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, perubahan sosioal ekonomi masyarakat dan pelayanan yang lebih
efektif, ramah dan sanggup memenuhi kebutuhan mereka.
Manajemen keperawatan di Indonesia di masa depan perlu
mendapatkan prioritas utama dalam pengembangan keperawatan di masa
depan. Hal ini berkaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan global bahwa
setiap perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara
profesional dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi di
Indonesia. Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses
keperawatan sebagai satu metode perlakuan asuhan keperawatan secara
profesional, sehingga diharapkan keduanya dapat saling menopang.
Sebagaimana proses keperawatan, dalam manajemen keperawatan terdiri
dari pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi hasil. Karena manajemen keperawatan mempunyai kekhususan
terhadap mayoritas tenaga dari pada seorang pegawai, maka setiap tahapan
didalam proses manajemen lebih rumit dibandingkan proses keperawatan.
Manajemen menjadi semakin penting seiring dengan perkembangan
zaman, begitu juga organisasi tanpa manajemen akan menjadi sulit.
Organisasi diselenggarakan karena adanya kepentingan atau tujuan yang
hendak dicapai. Setiap organisasi mempunyai keterbatasan akan sumber
daya manusia, uang dan fisik untuk mencapai tujuan organisasi.
5

Keberhasilan mencapai tujuan tergantung pada pemilihan tujuan yang akan


dicapai dengan cara menggunakan sumber daya untuk mencapai tujuan
organisasi sesuai dengan apa yang diharapkan, maka salah satu aspek yang
diperhatikan adalah faktor manusia. Tanpa adanya kerjasama sulit bagi
organisasi untuk mencapai sukses dan adapun kiranya untuk mencapai
tujuan tersebut organisasi atau perusahaan seharusnya turut membantu
menciptakan prestasi kerja karyawan.
Prestasi kerja adalah sebagai hasil kerja yang telah dicapai seseorang
dari tingkah laku kerjanya dalam melaksanakan aktivitas kerja. Perusahaan
atau organisasi dapat menjadikan penilaian prestasi kerja sebagai acuan atau
standar di dalam membuat keputusan yang berkenaan dengan kondisi
pekerjaan karyawan, memotivasi, meningkatkan keterampilan kerja, dan
termasuk untuk promosi pada jenjang karir yang lebih tinggi, pemberhentian
dan penghargaan atau penggajian.
Koordinasi merupakan salah satu fungsi manajemen untuk melakukan
berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan, kekosongan kegiatan,
dengan jalan menghubungkan, meyatukan dan menyelaraskan pekerjaan
bawahan sehingga terdapat kerjasama yang terarah dalam mencapai tujuan
organisasi. Usaha yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut
antara lain dengan memberi arahan, mengadakan pertemuan dan memberi
penjelasan, bimbingan atau nasihat.
Manajemen keperawatan mempelajari bagaimana mengelola
sekelompok perawat dengan menggunakan fungsi manajemen sehingga
dapat memberikan asuhan keperawatan kepada klien. Fokusnya adalah
membahas tentang teori-teori manajemen dan kepemimipinan untuk
memberikan pelayanan keperawatan profesional. Penekanannya meliputi
penggunaan keterampilan manajemen dan kepemimpinan pada asuhan klien
secara menyeluruh melalui manajemen pelayanan keperawatan dan
berupaya memprakarsai perubahan yang efektif dalam sistem asuhan
keperawatan. Konsep dasar manajemen yang relevan dan spesifik
diaplikasikan pada pelayanan keperawatan, current issues yang berkaitan,
6

serta sesuai dengan perkembangan keperawatan dan pola pelayanan


keperawatan/kesehatan. Pemahaman akan berbagai konsep manajemen
keperawatan tersebut menjadi dasar untuk melakukan kajian dan telaah
situasi pada berbagai area pelayanan keperawatan.
Pengembangan dalam berbagai aspek keperawatan bersifat saling
berhubungan, saling bergantung, mempengaruhi dan berkepentingan. Oleh
karena itu, inovasi dalam pendidikan keperawatan, praktik keperawatan,
ilmu keperawatan dan kehidupan profesional merupakan fokus utama
keperawatan Indonesia dalam proses profesionalisasi. Keadaan ini akan bisa
dicapai apabila para perawat Indonesia menguasai pengelolaan keperawatan
secara proporsional pada saat ini dan masa yang akan datang. Manajemen
Keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan nyata,
yaitu rumah sakit dan komunitas sehingga perawat perlu memahami konsep
dan aplikasinya. Konsep yang harus dikuasai adalah konsep tentang
pengelolaan perubahan, konsep manajemen keperawatan, perencanaan yang
berupa rencana strategi mempelajari cendekiawan, pengumpulan,
perencanaan yang berupa rencana stratejik, melalui pendekatan,
pengumpulan data, analisis SWOT dan menyusun langkah-langkah
perencanaan, pelaksanaan secara operasional khususnya dalam pelaksanaan
Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) dan melakukan
pengawasan dan pengendalian.Manajemen Keperawatan harus dapat
diaplikasikan dalam tatanan pelayanan nyata di Rumah Sakit, sehingga
perawat perlu memahami bagaiman konsep dan Aplikasinya di dalam
organisasi keperawatan itu sendiri.
7

1.2 Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan praktek menejemen keperawatan, mahasiswa
diharapkan mampu menggunakan menejemen dan kepemimpinan
pada asuhan keperawatan terhadap klien secara menyeluruh melalui
menejemen pelayanan keperawatan dan berupaya memperkarsai
perubahan yang efektif dalam sistem asuhan keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan kegiatan praktek kepemimpinan dan
managemen, mahasiswa mampu :
a. Melakukan pengkajian dalam lingkup manajemen keperawatan
dengan menggunakan pendekatan 5 M (Man, Methode, Material,
Money, Market).
b. Mahasiswa mampu menganalisa situasi ruangan dengan
menggunakan Analisa SWOT.
c. Mahasiswa mampu berperan sebagai agen pembantu dan model
peran dalam kepemimpinan dan penegelolaan pelayanan
keperawatan profesional tingkat dasar.
1.3 Waktu dan Tempat praktek
a. Waktu : 24 juni 2019 – 5 juli 2019
b. Tempat : Ruang Kemuning Bawah
1.4 Cara Pengumpulan Data
Data yang diperoleh menggunakan :
A. Wawancara langsung (Kepala Ruangan Kemuning bawah, Perawat
Ruangan dan Pasien yang ada di Ruang Kemuning bawah)
B. Observasi/pengumpulan data/dokumentasi keperawatan Ruang Kemuning
bawah.
1.5 Kategori Penilaian
Data yang diperoleh menggunakan :
1. Kebutuhan tenaga menurut teori Dororthy Orem
2. Kebutuhan material menurut nursalam
8

3. SOP dan SAK Ruang Kemuning bawah RSUD Kabupaten tangerang


4. Kepuasaan pasien /keluarga (kuesioner)
5. Kepatuhan perawat (observasi)
6. Kepuasan perawat (kuesioner)
9

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Profil dan Gambaran Umum Ruang Kemuning Bawah


2.1.1 Frofil Rumah Sakit
Rumah Sakit Umum Tangerang didirikan pada tahun 1928
berlokasi sebuah ruangan BUI ( penjara ) yang bekas lahannya sekarang
menjadi lokasi Masjid Agung Al-Ittihad dengan kapasitas 12 tempat
tidur, pada tahun 1932 pindah kegedung bekas Bank Jalan Daan Mogot
Nomor 3 dengan kapasitas 40 tempat tidur, ditahun 1943 sampai 1946
dipimpin oleh dr.J.Leimena kemudian oleh dr.Gembiro dengan
kapasitas 65 tempat tidur. Tahun 1946 Rumah Sakit dipindahkan ke
Balaraja dan selanjutnya dipimpin oleh dr.Suparno, dr.Gembiro,
dr.Purwo Sudarmo, dr.Drajatprawinegara dan dr. Djaka Sutadiwirja.
Bekas Rumah Sakit di jalan Daan Mogot dimanfaatkan oleh Nederlands
Indies Civil Administration (NICA). Tahun 1950 setelah penyerahan
kedaulatan Republik Indonesia Rumah Sakit kembali ke jalan Daan
Mogot Tangerang bergabung dengan Rumah Sakit bekas Umum NICA
dipimpin oleh dr.Gusti Hasan dan berfungsi sebagai Rumah Sakit
(RSU).
Tahun 1955 pengelolaan RSU Tangerang diserahkan
kepada Pemerintahan Swatarta Kabupaten Tangerang. Tahun 1959
mulai direncanakan membangun Rumah Sakit baru dilokasi yang
sekarang dijalan Ahmad Yani Nomor 9 Tangerang, bersebelahan
dengan gedung Sekolah Djuru Rawat ( SDK ) dan kementrian
Kesehatan diatas tanah 3,7 H. pada tahun 1963 dibangun gedung kantor
yang sederhana, pada permulaan tahun 1964 Menteri Kesehatan
Prof.dr.Satrio menyerahkan gedung SDK kepada Pemda Tangerang.
Pada tanggal 5 Mei 1964 RSU pindah dari jalan Daan Mogot ke jalan
Ahmad Yani Nomor 9 menggunakan gedung bekas SDK sebagai
tempat perawatan dengan 60 Tempat tidur, dengan penambahan gedung
10

kantor untuk Tata Usaha, Poliklinik Umum, Poliklinik Bedah, Apotik,


dan Laboratorium. RSU Tangerang dipimpin oleh dr. Willy Ranti
sebagai Direktur dan tanggal 5 Mei ditetapkan sebagai hari jadi RSU
Tangerang. Pada tanggal 11 September 1969 telah dijalin kerjasama
antara Pemda Tangerang dengan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo/
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, untuk meningkatkan
fasilitas pada RSU Tangerang. Sejak tahun anggaran 1969/1970 RSU
Tangerang mulai dikembangkan secara bertahap dengan biaya APBD
TK II, APBD TK I dan APBD sehingga mempunyai kapasitas
perawatan 341 tempat tidur.
Pada tahun 1976 RSU Tangerang dimanfaatkan pendidikan
mahasiswa tingkat V dan VI FKUI dari bagian penyakit dalam,
kesehatan anak, bedah, dan kebidanan/kandungan. Sejak 22 September
1989 pergantian kepemimpinan / Direktur RSU Tangerang dari dr.
Willy Ranti kepada dr.H.Syartil Arfan N.SpA. pada tanggal 15
Desember 1993 status RSU Tangerang ditingkatkan dari kelas C
menjadi kelas B non pendidikan dengan kapasitas pada saat itu
sebanyak 337 tempat tidur dan melayani 23 jenis
keahlian/spesialis.Pada bulan april 1994 dilakukan uji coba RS.unit
Swadana Daerah bagi RSU Tangerang. Pada bulan April 1996 RSU
Tangerang diresmikan sebagai RS.Unit Swasedena Daerah. Pada
tanggal 21 Januari 1997 RSU Tangerang memperoleh sertifikat
akreditasi penuh untuk bidang administrasi manajemen
perawatan,gawat darurat dan pelayanan hingga tahun 2000. Tanggal 29
april 1998 pemanfaatan gedung poliklinik yang baru berlantai 3. Pada
tanggal 5 februari 2001 pelantikan dr.H.Budhi Setiawan, SpP, MARS
oleh bapak Bupati Tangerang sebagai Direktur RSU Tangerang
menggantikan dr. H. Syartil Arfan N,SpA yang memasuki masa
pensiunnya.
Pada tanggal 19 Februari 2001 Menteri Kesehatan dr.
Ahmad Suyudi meresmikan instalasi limbah Rumah Sakit untuk 22
11

rumah sakit di 5 Provinsi RSU Tangerang. Dengan dikeluarkannya PP


No.23 Tahun 2005 tentang pola pengelolaan keuangan layanan umum,
maka RSU Tangerang berdasarakan keputusan Bupati Tangerang
No.445/402-HUK/2005 tanggal 20 Desember 2005 terhitung mulai
2006 menyelenggarakan pola pengelolaan keuangan badan layanan
umum daerah. Pada tanggal 21 Maret 2007 pelantikan
dr.MJN.Mamahit, SpOG, MARS oleh Bapak Bupati Tangerang sebagi
Direktur RSU Tangerang menggantikan dr. H. Budhi Setiawan, SpP,
MARS yang memasuki masa pensiunnya. Setelah dikembangkan secara
bertahap saat ini RSU Tangerang mempunyai bangunan dengan luas
keseluruhan 24.701 m² dengan luas lahan 41.615 m² dan memiliki 27
jenis keahlian dan jumlah karyawan 1065 orang. Memiliki fasilitas
perawatan dengan 383 tempat tidur.
Pada hari rabu tanggal 16 Desember 2009 pukul 14:30 Wib,
diketahui terjadi kebakaran gedung kantor RSU Kabupaten Tangerang
yang berada dijalan Ahmad Yani No.9 Kota Tangerang. Ruang yang
terbakar adalah lantai dua gedung kantor RSU Tangerang yang
meliputi Aula,Ruang panitia pengadaan, Ruang panitia pemeriksa,
Ruang bidang Pelayanan Medik, ruang Direktur, Ruang wakil Direktur
(3 ruangan ), Ruang bagian sekretaris, Ruang Diskusi dan tidak ada
korban jiwa.
Rumah sakit umum kabupaten tangerang (RSU)
adalahrumah sakit umum milik pemerintah daerah kabupaten tangerang
yang belokasi diwilayah kota tangerang, tepatnya JL. Jendral A.Yani
No 9 tangerang. Rumah sakit umum tangerang merupakan tipe RS kelas
B non pendidikan dengan fasilitas:

2.1.2 Fasilitas Pelayanan


a. Fasilitas pelayanan rawat jalan
Fasilitas pelayanan rawat jalan terdiri dari klinik kebidanan, klinik
jantung, klinik paru, klinik saraf, klinik penyakit dalam, klinik
12

bedah, klinik gigi dan mulut, klinik gigi, klinik ortopedi, klinik THT,
klinik anak, klinik kulit dan kelamin, klinik mata, klinik psikiatri,
UGD (umum dan maternal) 24 jam.
b. Fasilitas pelayanan rawat inap
Fasilitas pelayanan rawat inap terdiri dari ruang ICU, ruang OK (cito
dan elektif), kamar bersalin, paviliun anyelir, pavilion perinatologi,
paviliun aster, paviliun mawar, paviliun Anggrek B, Anggrek C,
paviliun seruni, paviliun soka, paviliun kemuning, paviliun
flamboyan, paviliun cempaka, paviliun dahlia, paviliun edelweis,
paviliun wijaya kusuma.
c. Fasilitas penunjang
d. “Memberikan pelayanan melebihi harapan pelanggan”
Fasilitas penunjang terdiri dari instalasi farmasi, instalasi
laboratorium, instalasi radiologi, ruang hemodialisa, instalasi gizi,
ruang thalasemi, ruang ekhokardiografi, ruang endoskopi dan ruang
bronkoskopi, kamar jenazah, pelayanan administrasi, ambulance.

2.1.3 Visi, Misi Dan Falsafah RSU Kabupaten Tangerang


a. Visi RSU Kabupaten Tangerang adalah “Rumah Sakit Modern,
Unggul dan Terpercaya”
b. Misi RSU Kabupaten Tangerang adalah :
1. Memeberikan pelayanan kesehatan perorangan yang fropesional ,
santun dan berdaya saing tinggi.
2. Memberikan pelayanan unggulan didukung dengan peralatan
canggih untuk antisipasi tuntutan lingkungan dan perkembangan
penyakit.
3. Mengembangkan kerjasama dengan institusi pendidikan
kedokteran dan kesehatan untuk mendukung pendidikan dan
penelitian dibidang kedokteran dan kesehatan.
c. Falsafah RSU Kabupaten Tangerang adalah :
“Memberikan pelayanan melebihi harapan pelanggan”
13

2.1.4 Tujuan Rumah Sakit


RSU Kabupaten mempunyai tugas dan tujuan, antara lain :
a. Menyediakan dan meningkatkan jenis dan mutu pelayanan (medik,
penunjang medik dan non medik) yang sesuai dengan perkembangan
IPTEK kedokteran dan kebutuhan masyarakat.
b. Menyediakan pelayanan yang optimal untuk masyarakat MASKIN.
c. Mengembangkan system manajemen Rumah Sakit yang efektif dan
efisien, dapat menjamin pelaksanaan bisnis yang sehat dengan tetap
menjalankan fungsi sosialnya.
d. Menyediakan sumber daya (manusia, sarana atau prasarana dan
dana) yang memadai baik kuantitas maupun kualitas.

2.1.5 Gambaran Paviliun Kemuning Bawah


Paviliun Kemuning Bawah RSU Kabupaten Tangerang
merupakan unit rawat inap khusus anak (bedah) kelas 1, 2 dan 3 dengan
jumlah ruang sebanyak 9 ruang terdiri dari kamar nurse station, ruang
tindakan terdiri satu tempat tidur dan satu pendingin ruangan, ruang
kelas 1 terdiri dari 2 tempat tidur dengan komposisi satu kamar mandi
dan satu pendingin ruangan. Di sebelah ruang kelas 1 adalah ruang
kapala ruangan. Untuk ruang kelas 2 terdiri dari 6 tempat tidur yang di
sekat menjadi 2 ruangan yang masing- masing 1 sekat terdiri 3 tempat
tidur, 1 kamar mandi, 1 pendingin ruangan dan 1 heksos fan, ruang
dokter, ruang gudang untuk penyimpanan linen, baik sparei, selimut,
sarung bantal dan perlak yang bersih, kemudian ruang kelas 3 yang
terdiri dari 2 ruangan, dimana 1 ruangan terdiri dari 7 tempat tidur, 1
kamar mandi 1 pendingin ruangan, 3 heksos fan dan ruangan yang ke 2
terdiri dari 6 tempat tidur, 1 pendingin ruangan, 2 heksos fan.
Di paviliun Kemuning bawah ini dipimpin oleh seorang kepala
ruangan, wakil kepala ruangan, 2 ketua tim, 10 perawat pelaksana, dan
1 POS (Pembantu Orang Sakit) dan 1 bagian administrasi ruangan.
14

Dalam usaha meningkatkan pelayanannya paviliun Kemuning


bawah mempunyai karakteristik manajemen sebagai berikut :
a. Budaya kerja
Budaya kerja di paviliun Kemuning Bawah mengikuti budaya kerja
RSU Kabupaten Tangerang yaitu :
I : Integritas
C : Cakap
A : Akuntabel
R : Responsif
E : Efisien
b. Fasilitas untuk pasien
Fasilitas untuk pasien terdiri dari :
 Tempat tidur pasien
 Tempat duduk untuk keluarga pasien
 Kasur busa, bantal dan selimut
 Meja
 Heksos
 Kursi roda
 Kamar mandi
 AC
c. Fasilitas untuk petugas kesehatan
Fasilitas untuk petugas kesehatan terdiri dari :
 Ruang jaga perawat
 Kamar perawat
 Kamar mandi
 Wastafel
 Dapur
 Dispenser
 Kulkas
 Loker pribadi
15

 Kipas angin
 AC
 Computer
 Lemari untuk menyimpan dokumen
d. Jenis Penyakit :
 Pre dan post hyipospadia
 combustia
 fraktur
 arteri vascular malformasi
 dan kasus bedah lainya
e. Jumlah perawat diruangan  terdiri dari :
 1 kepala ruangan + 1 wakil kepala ruangan
 2 ketua tim
 10 perawat pelaksana
 1 POS
 1 Admin
16

2.1.6 Gambaran Umum Ruang Kemuning Bawah


a. Struktur Organisasi Keperawatan RSUD Kabupaten Tangerang
Gambar 2.1

Direktur

Komite Wadir pelayanan Wadir umum


keperawatan dan keuangan

Bidang
keperawatan

Sub Sub mutu Sub etik


kredensial keperawatan disiplin
keperawatan keperawatan

Seksi pelayanan Seksi mutu


keperawatan pelayanan
keperawatan

Kelompok jabatan
instalasi fungsional
keperawatan
17

Gambar 2.2
Struktur Organisasi Ruang Kemuning bawah

Kepala ruangan

Wakil ruangan

Katim 1 Katim 2

PP PP PP PP PP PP PP PP PP PP

POS

Keterangan :
: Kepala Ruangan
: Wakil Kepala Ruanagan
: Ketua Tim 1
: Ketua Tim 2
: Perawat Pelaksana Tim 1
: Perawat Pelaksana Tim 2
: POS
18

Tabel 2.3
Jumlah Tempat Tidur (TT) Di Ruangan Kemuning bawah
NO KELAS RUANGAN KETERANGAN
1 Kamar 1 2 TT perempuan / laki - laki
2 Kamar 2 6 TT Perempuan / laki-laki
3 Kamar 3 7 TT Perempuan / laki-laki
4 Kamar 4 6 TT Perempuan / laki-laki
5 R. Tindakan 1 1 TT diguanakn sebagai
ruangan untuk memasang
infus, penyimpanan obat,
lemari linen, lemari alkes
dan alat-alat medis
(suction, EKG, nebulizer,
rostur)
6 Nurse station 1
7 R.Kepala ruangan 1
8 R. Ganti perawat 1
9 Pantri 1
10 R. Diskusi 1
11 R. Cuci alat 1
JUMLAH 12 22 TT
19

Tabel 2.4
Denah Ruangan Kemuning bawah
T Tangga Kamar
E Menuju 2
T. Ruang Kamar 4
R ke ruang
kemunin Linen/gu dokter
A
g bawah dang
S
Jalur evakuasi
Nurse R, R. karu Kamar Kamar
3 3
stasion tindaka
r.kamar
3.1 Struktur Organisasi
n Ruang Kenanga ( Terlampir )
1
3.2

2.2 Unsur Input


2.2.1 Unsusr Man (M-1)
a) Hasil pengkajian pasien
Berdasarkan data pengkajian yang diambil dari buku register
Ruangan Kemuning bawah pada 3 bulan terakhir dari 1 maret – 31
mei 2019 sebanyak 298 pasien. Dimana pada bulan Maret tercatat
sebanyak 94 pasien, Bulan april tercatat sebanyak 121 pasien dan
pada bulan Mei tercatat sebanyak 83 pasien.
1. Kasus 10 besar penyakit di ruang Kemuning Bawah
Berdasarkan buku registrasi dari bulan maret sampai dengan mei
2019 didapatkan data 10 besar penyakit yang sudah
terdokumentasi.
Tabel 2. 5 10 Besar penyakit Kemuning bawah
No Jenis Penyakit Jumblah Prosentase
Kasus
1 CKS (Cedera kepala sedang) 51 21,25
2 Combustio 49 20,41
3 Apendik 40 16,66
20

4 Hernia 32 13,33
5 Fraktur 30 12,50
6 Tonsilektomi 15 6,25
7 Hidrosepalus 10 4,16
8 AVM (Arteri Vena Malformasi) 10 4,16
9 Atresia Ani 2 O,83
10 Hipospadia 1 0,41
Total 240 100 %

2. Daerah asal
Berdasarkan hasil kajian pada tanggal 25 juli 2019 mengenai
daerah asal pasien dalam 3 bulan terakhir (Maret, april dan mei)
didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 2.6 10 Besar daerah asal pasien
No Daerah asal Jumlah
1 Teluk naga 84
2 Mauk 80
3 Sukadiri 78
4 Mauk 60
5 Kronjo 53
6 Cikupa 46
7 Balaraja 20
8 Pasar kemis 16
9 Pandeglang 3
10 Lebak 2
Total 442

3. Asal Rujukan
21

Bedasarkan hasil kajian pada tanggal 25 juli 2019 mengenai asal


rujukan yang diterima Ruangan kemuning bawah didapatkan data
sebagai berikut :
Tabel 2.7 Asal rujukan
No Asal rujukan Prosentase
1 Poliklinik 32 %
2 Puskesmas 30 %
3 RS lain 23 %
4 Inisiatif sendiri 15%
Total 100 %

b) Hasil pengkajian Ketenagaan


1. Ketenagaan perawat
Berdasarkan pengkajian dan studi dokumentasi pada tanggal 24
juni 2019 didapatkan data jumlah tenaga perawat dan non perawat
di Ruang Kemuning Bawah sebagai berikut :
Tabel 2.8 Jumblah ketenagaan perawat Ruang Kemuning Bawah
NO Ketenagaan Pendidikan Jumlah Ket
1 Kepala Ruangan DIV 1 org PNS

2 Wa-KaRu S1 Ners 1 org PNS

3 Pelaksana S1 Ners 1 org PNS

11 BLU
D3 Kep
4 POS 1 org PNS

5 Admin 1 orang

2. Tenaga Non perawat


22

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara bahwa tenaga non


keperawatan terdapat dua orang yaitu POS lulusan SMA dan
Admin lulusan D3 Akuntansi.
3. Kebutuhan Tenaga keperawatan
a) Perhitungan tenaga keperawatan menurut Teori Doroty Orem
Tabel 2. 9
Kebutuhan tenaga perawat Di Ruang Kemuning bawah
Hari ke-1
Tingkat ketergantungan Jumlah Kebutuhan Tenaga
Tingkat Jml. Pagi Sore Malam
ketergantungan pasien
Minimal -
Parsial -
Total 18 18 x 18 x 18 x
0,36=6,48 0,30=5,4 0,20=3,6
Jumlah 18 6 5 3
Keterangan : Jumlah perawat yang dinas 14 orang
 Komposisi perawat yang dinas pagi: Sore : Malam
(14 x 47%) : (14 x 36%) : (14 x 17%)
6,58 : 5,04 : 2,38
7 5 2
 Kebutuhan perawat satu ruangan :
Hasil hitungan + (20 % x Jml hitungan) + 1 karu + 2 katim
14+ (20% x14) + 1+2 = 19,8 = 20 orang.

b) Perhitungan tenaga keperawatan menurut Teori Doroty Orem


23

Tabel 2. 10
Kebutuhan tenaga perawat Di Ruang Kemuning bawah
Hari- 2
Tingkat ketergantungan Jumlah Kebutuhan Tenaga
Tingkat Jml. Pagi Sore Malam
ketergantungan pasien
Minimal -
Parsial -
Total 18 18 x 18 x 18 x
0,36=6,48 0,30=5,4 0,20=3,6
Jumlah 18 6 5 3
Keterangan : Jumlah perawat yang dinas 14 orang
 Komposisi perawat yang dinas pagi: Sore : Malam
(14 x 47%) : (14 x 36%) : (14 x 17%)
6,58 : 5,04 : 2,38
7 5 2
 Kebutuhan perawat satu ruangan :
Hasil hitungan + (20 % x Jml hitungan) + 1 karu + 2 katim
14+ (20% x14) + 1+2 = 19,8 = 20 orang

Analisa :
Berdasarkan hasil observasi , wawancara dan data sekunder
bahwa ruangan Kemuning bawah merupakan salah satu tempat
pelayanan keperawatan Bedah anak Kelas 1,2 dan 3. Ruang
Kemuning bawah mempunyai 21 kapasitas tempat tidur yang
terdiri dari 2 tempat tidur kelas 1, 6 tempat tidur kelas 2 dan
sisanya kelas 3 dengan dibagi 2 ruangan untuk kelas tiga yang
masing masing 19 tempat tidur. Berdasarkan data dari tabel 2.8
sebagian besar pendidikan adalah D3 keperawatan yaitu
sebanyak 11 orang. Sedangkan Pendidikan perawat Ners
sebanyak 1 orang. Sedangkan pengkajian tenaga perawat
24

berdasarkan Perawat Kopetensi yang dilakukan oleh Komite


Keperawatan sebagai jenjang karir adalah PK III 4 orang, PK II 7
orang dan PK III 3 orang. Untuk kenaikan PK ini dilakukan
berdasarkan pengajuan perawat itu sendiri dan rekomendasi sari
kepala Ruangan yang dilaksanakan 5 tahun sekali dengan
penilaian kredensial. Berdasarkan status kepegawaian karyawan
di Ruang Kemuning bawah yang berstatus PNS adalah 7 orang
dan sisanya berstatus BLU. Sedangkan kebutuhan tenaga perawat
di Ruang kemuning bawah menurut Orem adalah 23 orang/hari,
sedangkan jumlah perawat pelaksana di ruang Kemuning bawah
adalah 14 orang. Sehingga hal ini menjadi masalah kurangnya
ketenagaan di Ruang Kemuning bawah.

2.2.2 Unsur Material (M-2)


a) Hasil Pengkajian
1. Kajian data unsur Material (M 2)
Penyediaan bahan, alat dan obat obatan di ruang Kemuning
bawah menggunakan pedoman buku standar fasilitas dan
peralatan keperawatan dan pengadaan alat dan bahan langsung
dikelola oleh bagian tata usaha. Pengelolaan alat alat ini menjadi
tugas tenaga non keperawatan namun dalam pelaksanaannya
belum optimal. Pengisian inventaris yang dalam kebijakannya
diatur tiap bulan sudah dilaksanakan. Buku inventaris sebagai
fungsi monitoring sudah dibuat dan diobservasi sebagai
pencatatan terakhir terhadap inventarisasi. Ruangan memiliki
persediaan obat / emergency yang sesuai dengan standart yang
ditetapkan, managemen obat bagi pasien diorder melalui
komputer sesuai kebutuhan. Dari pihak apotik datang keruangan
dan menyerahkan obat kepada perawat untuk diperiksa kembali.
Setelah itu obat untuk pasien disimpan oleh perawat ruangan yang
25

akan diberikan ke pasien sesuai dosis, nama, cara pemberian,


waktu dan sesuai obat yang diberikan.
2. Alat Medis
Tabel 2.11
Inventaris Alat medis Ruang Kemuning bawah

No Nama Alat Ratio Ideal Kemuning


Bawah
1 Tensi meter 2/ruangan 1
2 Statiscope 2/ruangan 2
3 Timbangan BB 1/ruangan 3
4 Sucction Pump 2/ruangan 1
5 Tabung O2/flow meter 2/ruangan 20
6 Termometer 5/ruangan 3
7 Suction 2/ruangan 1
8 VC set 2/ruangan 0
9 Gunting verban 2/ruangan 1
10 Nasal kateter 2/ruangan 0
11 Kursi roda 2-3/ruangan 1
12 Meja pasien 1:1 1:1
13 Standar waskom double 4-6/ruangan 4
14 Lampu sorot 1/ruangan 4
15 Lampu kunci duplikat 1/ruangan 0
16 Tempat tidur fungsional 1/ruangan 1:1
17 Container tindakan 1/ruangan 1
18 Troly suntik 1/ruangan 2
19 Dorongan O2 1/ruangan 1
20 Keran air 1:1 1:1
21 Tempat sampah besar 4/ruangan 2
tertutup
26

22 Senter 2/ruangan 1
23 Bengkok 2/ruangan 5
24 Pispot 1:1/2 ruangan 7
25 Urinal 1:1/2 ruangan 2
26 Standar infus 1:1 32
27 Lemari obat emergency 1/ruangan 1
28 Light case 1/ruangan 0
29 Over bad table 1:1 0
30 Waskom mandi 8-12/ruangan 2
31 Lampu senter 1-2/ruangan 2
32 Nampan 2-3/ruangan 0
33 Troly balut 1/ruangan 1
34 Timbang BB/TB 1/ruangan 2
35 Tempat sampah pasien 1:1 1

3. Alat Rumah Tangga


Tabel 2.12
Inventaris Alat Rumah Tangga
(Nursalam 2015)
No Alat Ratio ideal Kemuning
bawah
1 Kursi roda 1-3/ruangan 4
2 Lemari obat 1/ruangan 2
3 Pen light 1/ruangan 0
4 Meja pasien 1:1 1:1
5 Over ded table 1:1 1:1
6 Standart infus 2-3/ruangan 6
7 Standar baskom double 4-6/ruangan 0
8 Lampu sorot 1/ruangan 1
9 Nampan 2-3/ruangan 0
27

10 Tempat tidur biasa 2-3/ruangan 0


11 Troli balut 1:1/2 1:1/2
12 Pispot 4-6/ruangan 0
13 Timbangan BB 1/ruangan 5
14 Dororngan oksigen 1/ruangan 2
15 Tempat sampah pasien 1:1 1:1
16 Kran air 1:1 1:1
17 Tempat sampah tertutup 4/ruangan 10
18 Masker 2/ruangan 2
19 Tempat tidur fungsional 1:1 1:1
21 Troly obat 1/ruangan 5

4. Universal Precaution
Tabel 2.13
Inventaris Universal Precoution
No Komponen Ketersediaan
Ya Tidak
1 Sarung tangan tersedia/mudah didapat ya
2 Masker tersedia/mudah didapat ya
3 Tempat sampah medis tersedia ya
4 Tempat sampah non medis ya
5 Tempat sampah benda tajam ya
6 Tempat plabot infus ya
7 Protap pembuangan sampah medis, non ya
medis tersedia (mudah dibaca oleh setiap
petugas)
8 Wadah merendam instrumen bekas pakai ya
9 Larutan clorin / desinfektan / sabun cuci ya
tangan tersedia
10 Tempat cuci tangan dengan air mengalir ya
28

tersedia
11 Protap mencuci tanga tersedia (mudah ya
didapat)
12 Protap dari tindakan tindakan ya
keperawatan telah menggambarkan
prinsip universal precaution
13 Tersedianya lap tangan sekali pakai tidak
Total 12 1
Porsentase 99,07 0,93
% %

5. Obat
Tabel 2.13
Sentarlisasi pemberian obat
No Pernyataan ya tidak
1 Inform concent pengelolaan sentralisasi ya
obat
2 Format kontrol dan pemakaian obat ya
3 Buku sentralisasi obat (buku serah terima ya
obat)
4 Lemari obat ya

Hasil pengkajian :
Dari hasil pengamatan secara langsung dan wawancara kepada
perawat Ruang kemuning bawah didapatkan data bahwa perawat
mendapat resep dari dokter sesuai dengan kebutuhan pasien, obat
disimpan diloker obat masing masing pasien dan diberikan sesuai
jadwal yang telah ditetapkan dan distribusi obat yang sudah
diorder sampai keruang perawatan tepat waktu.
29

6. Alat Tenun
Penetapan kebutuhan alat tenun berdasarkan jumlah, jenis dan
spesifikasi menjamin tersedianya alat tenun yang memadai untuk
mencapai tujuan pelayanan keperawatan. Berdasarkan hasil
observasi dan wawancara bahwa penyediaan alat tenun
berdasarkan sentralisasi, dimana setiap hari kebutuhan alat tenun
terpenuhi berdasarkan permintaan dari ruangan sesuai kebutuhan
kebagian laoundri, dimana pengambilan dan pendistribusian
(penggunaan alat tenun terhadap pasien) dilaksanakan oleh
perawat pelaksana setiap hari.
Tabel 2. 14
Inventaris alat tenun ruang kemuning bawah
(Nursalam 2015)
No Nama alat tenun Ratio ideal R. Kemuning
bawah
1 Sprei besar 1:5 100
2 Perlak 1:5 21
3 Bantal 1:1/4 43
4 Steek laken 1:6 15
5 Selimut biasa 1:5 0
6 Sarung bantal 1:6 80
7 Handuk 1:3 6
8 Barachk short 1:1/2 18

Hasil pengkajian :
Berdasarakan hasil observasi dan pengumpulan data didapatkan
hasil, bahwajumlah alat tenun yang tersedia di ruang Kemuning
bawah belum sesuai standar ideal menurut Nursalam.
30

b) Analisa Data :
Dari hasil data inventaris alat medis, alat rumah tangga, alat
universal precaution, obat dan alat tenun secara general sudah sesyai
standar tetapi hanya selisih volumi yang masih belum mencukupi
sesuai seperti tensi meter anak, temperatur anak kemudian tempat
tidur yang masih menggunakan tempat tidur untuk dewasa sehingga
beresiko anak terjatuh.

2.2.3 Unsur Metode (M – 3)


Standar praktik keperawatan adalah norma atau penegasan tentang mutu
pekerjaan seorang perawat yang dianggap baik, tepat dan benar, yang
dirumuskan sebagai pedoman pemberikan asuhan keperawatan serta
sebagai tolak ukur dalam penilaian penampilan kerja seorang perawat
(Nursalam, 2014). Menurut Gillies (1994) Standar Asuhan
Keperawatan mempunyai tiga tujuan, yaitu
1) Meningkatkan mutu asuhan keperawatan dengan memusatkan upaya
meningkatkan motivasi perawat terhadap pencapaian tujuan.
2) Mengurangi biaya asuhan keperawatan dengan mengurangi kegiatan
asuhan keperawatan yang tidak penting.
3) Memberikan landasan untuk menentukan kelalaian keperawatan
dengan mengantisipasi suatu hasil yang tidak memenuhi standar
asuhan keperawatan serta menentukan bahwa kegagalan dari perawat
untuk memenuhi standar, membahayakan pasien.
4) Standar asuhan keperawatan tidak harus baku, melainkan sewaktu-
waktu dapat kembali ditinjau dan disesuaikan dengan perkembangan
IPTEK Kesehatan khususnya keperawatan, serta sistem nilai
masyarakat yang berlaku :
a) Standar I, Pengkajian Keperawatan
Asuhan keperawatan paripurna memerlukan data yang lengkap
dan dikumpulkan secara terus menerus, tentang keadaannya untuk
31

menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Data kesehatan


harus bermanfaat bagi semua anggota tim kesehatan.
b) Standar II, Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data status
kesehatan pasien, dianalisis dan dibandingkan dengan norma
fungsi kehidupan pasien.
c) Standar III, Perencanaan Keperawatan.
Perencanaa keperawatan disusun berdasarkan diagnosa
keperawatan, komponen perencanaan meliputi : prioritas masalah,
tujuan asuhan keperawatan, rencana tindakan.
d) Standar IV, Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pelaksaan rencana tindakan
yang ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi
secara maksimal yang mencangkup aspek peningkatan,
pencegahan, pemeliharaan serta pemulihan kesehatan dengan
mengikutsertakan pasien dan keluarganya.
Suatu ruang perawatan didalam sebuah rumah sakit idealnya
mempunyai prosedur tetap atau SPO tindakan yang berlaku secara
resmi yang dipahami dan diterapkan oleh seluruh staf di ruangan,
ruang perawatan mempunyai prosedur tetap semua tindakan
perawatan dan SAK (Standar Asuhan Keperawatan) minimal 10
kasus diagnosis terbanyak. Standar Asuhan Keperawatan (SAK)
RSUD Kabupaten Tangerang disusun berdasarkan standar asuhan
keperawatan internasional. Standar acuan yang dipakai adalah
Standarized Nursing Language, yaitu NANDA (North American
Nursing Diagnosis Association) taksonomi II untuk diagnosa
keperawatan, NOC (Nursing Outcome Classification) untuk tujuan
dan outcome yang ingin dicapai, dan NIC (Nursing Intervention
Classification) untuk rencana tindakan/ intervensinya. SAK berisi
penjelasan/informasi tentang penyakit dan rencana asuhan
keperawatan. Informasi tentang penyakit meliputi Pengertian, Tanda
32

dan Gejala, Etiologi, Patofisiologi, Pemeriksaan penunjang, dan


Manajemen terapi, serta Prinsip pengkajian kasus penyakit (Brunner,
2012). Standar asuhan keperawatan adalah acuan dalam proses
pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh perawat
sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan
llmu dan kiat keperawatan. Mulai dari pengkajian, perumusan
diagnosa dan atau masalah keperawatan, perencanaan, implementasi
evaluasi dan pencatatan asuhan keperawatan.

Analisa :
Metode asuhan keperawatan yang digunakan di Ruang Kemuning
bawah saat ini adalah metode tim dimana kepala ruangan langsung
membawahi katim, dan katim dibantu oleh 2 orang perawat
pelaksanan setiap shiftnya. Katim yang tercatat saat ini sebanyak 4
orang katim, dan 8 orang perawat pelaksana. Bagan struktur
organisasi ruang Kemuning bawah sudah terpasang di ruang
perawat.

2.2.4 Unsur Money (M-4)


Hasil Pengkajian
1) Identifikasi Pengolaan Dana Ruangan.
Sumber dana dan pengaturan keuangan telah sesuai dengan prosedur
yang berlaku di RS. Pengelolaan keuangan di Ruang Kemuning
bawah diatur sepenuhnya secara sentral oleh bidang keuangan
RSUD Kabupaten Tangerang di bawah pimpinan RS dan ikut terlibat
dalam perencanaan dan pengadaan baik triwulan, semesteran
maupun tahunan.
2) Cara Pembayaran Rawat Inap
a) Umum
b) BPJS
33

3) Gaji Pegawai
a) Untuk PNS gaji disesuaikan dengan golongan dan tunjangan,
baik itu gaji pokok atau tunjangan lainnya.
b) Untuk TKK di sesuaikan dengan tingkat pendidikan yang sudah
dari awal ditetapkan pada saat tanda tangan kontrak pertama,
jika ada perubahan penyesuian gaji sesuai pendidikan terakhir
disesuaikan dengan peraturan yang berlaku.
c) Insentif atau jasa pelayanan di hitung perbulan dan idealnya
dikeluarkan satu bulan sekali walaupun kadang tidak tepat
waktu pencairannya.
Analisa
Semua gaji pegawai dan tunjangan ataupun jasa pelayanan baik PNS
ataupun TKK dikeluarkan oleh bagian keuangan khususnya
bendahara pengeluaran melalui transfer bank BJB ke rekening
masing-masing pegawai yang sebelumnya sudah terdaftar nomer
rekeningnya di bagian keuangan RSUD Kabupaten Tangerang.
Semakin meningkatnya tuntutan dan kebutuhan masyarakat akan
pelayanan kesehatan di RSUD Kabupaten Tangerang, memicu setiap
pemberi pelayanan di RSUD Kabupaten Tangerang untuk terus
meningkatkan keprofesionalan dalam pemberikan pelayanan yang
terbaik kepada masyarakat. Dengan salah satu contoh menambah
Ruangan baru yaitu 3 lantai untuk ruangan rawat inap yaitu ruangan
anggrek B dan C sebagai salah satu bentuk pelayanan rawat inap
yang optimal.

2.2.5 Market (M-5)


Hasil Pengkajian
1) Sistem Pemasaran Ruangan.
Sistem pemasaran ruangan yang ada ruang Kemuning bawah,
melalui media informasi multimedia yang ada di ruang lobby RSUD
yang di tayangkan setiap hari kerja, selain itu juga pasien dan
34

keluarga diberikan informasi langsung melalui intalasi UGD ataupun


Poliklinik. Leaflet dan Banner juga disediakan di Ruang Kemuning
bawah, untuk mempermudah pasien mendapat informasi yang
akurat.
2) Penataan Ruangan
Ruangan Perawatan Kemuning bawah, terletak di lantai dasar, yang
memiliki 4 Ruang perawatan umum, dan 1 ruang tindakan. Jumlah
tempat tidur diruang kemuning adalah 21 tempat tidur dibagi 4
kamar dengan tingkatan kelas satu, dua dan kelas tiga.ruang umum
yaitu 5 tempat tidur, dan 1 tempat tidur di Ruang Isolasi, dengan
jumalah total tempat tidur 26.
3) Media informasi
Media informasi ini digunakan untuk pasien dan keluarga guna
memperoleh informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan
ruangan maupun proses perawatan pasien. Media informasi untuk
pasien baru diruang Kemuning bawah tentang DPJP, cuci tangan,
pembuangan sampah, pasien beresiko sudah ada dalam bentuk leaflet
atau poster.

2.3 Unsur Output


2.3.1 Efisiensi Ruang Kemuning Bawah
Efisiensi pelayanan meliputi 4 ( empat ) menurut grafik barber-
johnshon indikator mutu pelayanan yang meliputi :
1) BOR (Bed Occupancy Rate)
BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan
waktu tertentu, indikator ini memberikan gambaran tinggi
rendahnya parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85%.
Aplikasi Rumus BOR pada ruangan Kemuning bawah
Jumlah hari perawatan RS
x 100%
Jumlah bed x periode
35

standar BOR sebesar 60-85%.


2) LOS (Length Of Stay)
Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat
efisiensi juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan,
apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal
yang perlu pengamatan lebih lanjut. Secara umum nilai LOS
yang ideal 6-9 har.
3) TOI (Turn Over Internal)
Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi
penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak
terisi pada kisaran 1- 3 hari.

(Jumlah TT x Periode) – Hari Perawatan


Jumlah Pasien Keluar

4) BTO (Bed Turn Over)


Indikator ini menggambarkan frekuensi pemakaian tempat
tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam
satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat
tidur dipakai 40-50 kali. Berdasarkan data bulan januari 2019.

Jumlah pasien keluar


Jumlah tempat tidur

Table 2.15
BOR, LOS, BTO, TOI

Bulan

BOR LOS BTO TOI

Maret 72,71 % 6 5 3
36

April 69,43 % 7 5 3

Mei 72,03 % 7 6 3

Analisa
Berdasarkan table diatas rata-rata pemakaian tempat tidur
(BOR) selama bulan maret 2019 adalah 72,71 %, rata-rata
lama perawatan pasien (LOS) di ruangKemuning bawah
adalah 6, rata-rata lama perawatan pasien (TOI) adalah 5. Pada
bulan april 2019 menunjukam BOR mengalami penurunan
menjadi 69,43 %, LOS 7, BTO 5 dan TOI 3, dan pada bulan
Mei 2019 BOR naik lagi menjadi 72,03 %, LOS 7, BTO 6 dan
TOI 3.
a) Keberadaan Dokumen
SPO dan SAK
SPO dan SAK yang ada diruang Kemuning bawah diterbitkan
dan di sahkan oleh direktur RSUD Kabupaten Tangerang yang
merupakan pedoman pelaksanaan asuhan keperawatan yang
ada.

Hasil Pengkajian
Menurut kepala ruangan kemuning bawah didapatkan informasi,
bahwa pendokumentasian asuhan keperawatan sesuai dengan
format yang ada, yang sudah disepakati bersama antara kepala
ruangan dan komite keperawatan, audit rutin sudah dilakukan,
sehingga dapat diketahui tingkat kepatuhan perawat dalam
mengisi dokumentasi keperawatan. Tersedia lembar penulisan
standar asuhan keperawatan (SAK), yaitu lembar catatan
perkembangan pasien yang sudah terintegrasi. Pengkajian dan
37

diagnosa keperawatan sudah mencerminkan kondisi pasien yang


seutuhnya, evaluasi sudah didokumentasikan secara kontinue,
tetapi format dokumentasi keperawatan (pengkajian sampai
dengan evaluasi) yang sudah terisi sudah cukup optimal. Format
audit penulisan dokumentasi diruangan sudah ada. Pada
pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan tidak ada
permasalahan asuhan keperawatan ditulis secara lengkap sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan yaitu ditemukan nama
terang setelah tanda tangan dari penulis dokumentasi.
2.3.2 Analisa Data
Dari hasil pengkajian di Ruang Kemuningbawah pada tanggal 24
juni 2019 - 5 Juli 2019 semua Standar Operational Prosedur
tersusun rapih di lemari pinyimpanan Ners stasion jadi sewaktu-
waktu dibutuhkan, mudah dijangkau untuk dibaca. Adapan SOP
tersebut sudah dijalankan oleh perawat yang bertugas di ruang
Kemuning bawah, walaupun belum semaksimal yang ditetapkan
oleh SPO.
1) Proses Asuhan Keperawatan
a) Pengkajian
Dalam pengkajian keperawatan di dapatkan berdasarkan hasil
wawancara dengan pasien langsung ataupun keluarga dan
juga hasil pemeriksaan laboratorium, rontgen dan lainnya.
Pengkajian diisi berdasarkan formulir yang sudah disediakan
dari ruang pendaftaran. Lembar pengkajian keperawatan udah
dibuat dan ditetapkan oleh bagian komite keperawatan dan
bidang terkait lainnya.
b) Diagnosa Keperawatan
Penegakan Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan
data yang telah diperoleh pada saat pengkajian dengan
melihat acuan dari diagnose keperawatan NANDA, yang
sudah di tetapkan oleh bidang keperawatan.
38

c) Perencanaan
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan ke perawat jaga
dan juga hasil observasi, di dapatkan data perencanaan di
tulis di lembar CPPT dan juga lembar ceklish perencanaan
keperawatan. Perencanan tindakan keperawatan ini juga
berisi keterlibatan semua disiplin ilmu, baik medis,
penunjang dan juga gizi.
d) Implementasi
Tindakan keperawatan dilakukan berdasarkan rencana
keperawatan yang telah dibuat sesuai tahapannya.
Implementasi ini juga di tulis di catatan perkembangan pasien
terintergrasi atau sering disebut CPPT.
e) Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada saat tindakan keperawatan sudah
dilakukan, evaluasi ini di tulis langsung oleh perawat yang
melakukan tindakan keperawatan.
f) Timbang Terima
Berdasarkan pengamatan selama 10 hari di ruang perawatan
Kemuning bawah, operan dinas dilakukan setiap shift di
ruang perawat ataupun operan keliling ke kamar pasien,
walaupun operan ini belum efektif sepenuhnya.
Ketidaktepatan jam operan serta belum terselesaikannya
tugas shift sebelumnya sehingga terkadang membuat operan
dines tersebut tidak optimal.
g) Pasien Savety
Kepala Ruangan Kemunng bawah melakukan pengontrolan
pada pelaksanaan 6 SKP (savety pasien) yang sudah menjadi
kebijakan RSUD Kabupaten Tangerang.
39

 Identifikasi pasien: pemakaian gelang pasien dengan 2


karakter nama, tanggal/bulan/tahun lahir pasien dan no
register pasien.
 Komunikasi efektif: pelaksanaan SBAR
 Ketepatan pemberian obat dengan 5 cara tepat, penandaan
hight allert
 Ketepatan prosedur operasi dengan cara 3 benar termasuk
penendaan daerah/sisi operasi oleh dokter penanggung
jawab pasien (DPJP)
 Pengendalian infeksi, budaya mencuci tangan 5 momen, 6
langkah cuci tangan yang sudah dilakukan oleh SDM
ruang Kemuning bawah.
 Pengendalian pasien dengan resiko, pemakain gelang
kunimg pada pasien resiko jatuh, pemakai gelang merah
untuk pasien dengan riwayat alergi, dan gelang ungu
untuk pasien yang tidak boleh dilakukan resusitasi.
h) Discharge Planning
Menurut nursalam dan effendi (2008) discharge Planning
merupakan proses mulainya pasien mendapatkan pelayanan
kesehatan sampai pasien merasa siap kembali ke
lingkungannya. Di ruang kemuning bawah, discharge
planning sudah dilakukan dengan baik.
2) Manajemen Pelayanan Keperawatan
a) Fungsi Perencanaan
1. Perencanaan jangka pendek dan jangka menengah
Perencanaan harian kepala ruangan dan semua SDM
ruang Kemuning bawah dibuat sebelum melakukan
kegiatan harian dan dilengkapi pada saat kegiatan pre
dan post compference dan pada saat timbang terima
operan pasien setiap pergantian shif.
40

Rencana bulanan kepala ruangan Kemuning bawah yang


sudah dilaksanakan berdasarkan hasil observasi yang
telah dilakukan adalah sebagai berikut:
 Merencanakan dan membuat jadwal dinas untuk satu
bulan
 Membuat jadwal pemimpin pre dan post conference
 Membuat perencanaan kebutuhan bulanan untuk
alat kesehatan, alat tenun, obat-obatan untuk ruang
Kemuning bawah. Membuat jadwal tupoksi masing-
masing SDM seperti jadwal apel, perawat
penanggung jawab penerimaan pasien baru.
 Membuat laporan audit keperawatan bulanan dan
membuat perencanaan untuk bulan berikutnya.
2. Perencanan Jangka Panjang
 Kepala ruangan Kemuning bawah sudah membuat
perencaan untuk satu tahun yang tertuang dalam
rencana kerja bulanan dan tahunan kepala ruangan
seperti:
 Menyusun perencanaan proses MPKP untuk ruang
Kemuning bawah, mmerencanakan kebutuhan
tenaga tahunan ruang kemuning bawah
Merencanakan penyegaran suasana kerja, seperti
rotasi tim
 Membuat perencanaan pengembangan SDM seperti
membuat jenjang untuk peningkatan karir SDM
ruang untuk melanjutkan pendidikan formal
keperawatan.
 Membuat audit keperawatan ruang Kemuning
bawah
 Membuat perencanaan kebutuhan sarana dan
prasarana tahunan ruang Kemuning bawah
41

Analisis: berdasarkan hasil observasi dari kajian


data yang dilakukan dari tanggal 24 juni 2019-5 juli
2019, fungsi perencanaan manajemen keperawatan
diruang Kemuning bawah sudah berjalan dengan
baik.
b) Fungsi Pengorganisasian
Perorganisasian diruang Kemuning bawah menggunakan
pola struktur yang saling berinteraksi dari atasan sampai
bawahan. Dalam memberikan asuhan keperawatan, ruang
Kemuning bawah telah menerapkan metode asuhan
keperawatan metode tim. Dari bagan struktur organisasi
ruang Kemuning bawah tergambar bahwa dalam
menjalankan fungsi manajemen keperawatan kepala
ruangan kemuning bawah dibantu oleh 4 orang kepala tim,
dimana tiap-tiap ketua tim membawahi 2 orang perawat
pelaksana.
1. Pembagian tugas
Kepala ruangan dibantu oleh ketua tim dalam
penerapan asuhan keperawatan MPKP, setiap tim di
kepalai oleh ketua tim. Ketua tim dipilih berdasarkan
pengalaman masa kerja. Tugas ketua tim 1
bertanggung jawab untuk inventaris ruang kemuning
bawah. Tugas kepala tim 2 bertanggung jawab pada
SDM ruang Kemuning bawah yaitu mengatur dan
menentuan tugas-tugas yang harus dilakukan perawat
pelaksana. Diruang kemuning bawah pembagian jam
kerja disesuaikan dengan peraturan dan kebijakan dari
rumah sakit, pelayanan asuhan keperawatan diruang
kemuning bawah dibagi menjadi 3 shif yaitu pagi,
siang, malam. Dalam satu sheef ada 1-2 perawat
pelaksana, untuk shift pagi ditambah oleh kepala
42

ruangan, dan tenaga admin, diruang Kemuning bawah


telah dibantu 2 orang administrasi pendelegasian tugas.
Pendelegasian tugas pada tiap tiap shif di atur oleh
ketua tim 1 dengan persetujuan kepala ruangan.
Tanggung jawab pemberian asuhan keperawatan untuk
shif siang dan malam diberikan kepada perawat
pelaksana yang lebih senior. Untuk pendelegasian
tugas tiap kamar perawatan, diserahkan kepada
penanggung jawab shif.
Analisis : Berdasarkan pengkajian didapatkan hasil
bahwa pembagian tugas sudah tergambar dengan baik,
hanya dalam pelaksananaannya kurang efektif karena
kurangnya tenaga keperawatan yang tersedia dengan
jumlah tugas yang harus dikerjakan sehingga hasil
yang maksimal dan optimal kurang tercapai.
2. Koordinasi dan komunikasi
Diruang kemuning bawah sistem koordinasi belum
tergambar jelas dari struktur organisasi, karena adanya
rotasi dan penerimaan perawat baru (orientasi) serta
perawat yang resign. Setiap perawat pelaksana selalu
berkoordinasi dengan ketua tim, ketua tim akan
berkoordinasi dengan kepala ruangan kemuning
bawah. Komunikasi diruang Kemuning bawah sudah
baik. Kepala ruang Kemuning bawah sangat terbuka,
sehingga komunikasi antar personil berjalan sangat
efektif. Selain komunikasi personil diruang Kemuning
bawah, kepala ruang kemuning bawah juga selalu
mengingatkan kepada bawahannya untuk melakukan
komunikasi efektif baik dengan dokter maupun bagian
lainnya, hal ini menghindari kesalahan dalam
komunikasi dan penerimaan order/intruksi dari dokter.
43

Analisis: berdasarkan hasil observasi dari kajian data


yang dilakukan mulai tanggal 24 juni- 5 juli 2019,
fungsi koordinasi manajemen keperawatan diruang
kenuning bawah belum tergambar karena struktur
organisasi belum di perbaharui, namun fungsi
komunikasi yang terjalin di ruang kemuning bawah
telah menunjukan komunikasi yg baik dan efektif.
c) Fungsi Ketenagaan
Jumlah ketenagaan yang berada diruang Kemuning bawah
ada 16 orang dengan rincian: 1 kepala ruangan, 1 wakil
kepala ruangan, 4 katim, 8 perawat pelaksana, 1 Adm dan 1
POS.
d) Fungsi Pengarahan
Kepala ruang kemuning bawah Ibu Suhati, S.ST
selalu memotivasi bawahannya untuk selalu melakukan
tindakan keperawatan sesuai dengan prosedur atau SOP
yang berlaku di RSUD Kabupaten Tangerang.
Dalam kegiatan pre dan post comference serta rapat rutin
bulanan ruang kemuning bawah, kepala ruang selalu
memberikan kesempatan kepada SDM nya untuk
mengemukakan pendapat, memberikan masukan ataupun
kritikan terhadap kinerja kepala ruangan, kepala tim
ruangan, dan SDM yang lainnya. Semua ini dilakukan demi
meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan di
ruang kemuning bawah. Kepala ruang kemuning bawah
juga selalu mengarahkan dan memotivasi SDMnya dalam
setiap melakukan tindakan harus memperhatikan savety
baik untuk SDMnya maupun untuk pasien. Seperti
penggunaan APD yang sudah menjadi standarisasi RSU
Kabupaten Tangerang. Berdasarkan hasil observasi dan
kajian data yang telah dilakukan diruang kemuning bawah
44

mulai tanggal 24 juni-5 juli 2019, fungsi pengarahan


manajemen keperawatan ruang kemuning bawah sudah
terlaksana dengan baik.
e) Fungsi Pengendalian
Kepala ruangan mengawasi pelaksanaan pelayanan asuhan
keperawatan yang dilakukan SDMnya setiap hari, selain
bertanya langsung kepada SDMnya, kepal ruangan juga
melakukan pengecekan langsung kepada pasien dengan
bertanya kepada pasien dan keluarganya tentang pelayanan
asuhan keperawatan yang telah diberikan dan keluhan atau
masalah-masalah apa yang dirasakan oleh pasien atau
keluarganya. Kepala ruanganan melakukan pengontrolan
pada pemdokumentasian asuhan keperawatan yang telah
dilakukan SDMnya. Kepala ruangan melakukan
pengontrolan kejadian infeksi pada pasien, seperti: infeksi
flebitis, dekubitus, dan IDO (infeksi daerah operasi) dan
membuat catatan pelaporannya yang setiap bulan
dilaporkan kepada PPI RSUD kabupaten Tangerang.
f) Fungsi Evaluasi
 Evaluasi jangka pendek
Kepala ruangan melakukan evaluasi harian pada
pelayanan asuhan keperawatan yang telah diberikan
kapada pasien pada saat pre dan post comference, kepala
ruang bertanya langsung kepada SDMnya apakah
perencanaan yang dibuat telah dlaksanakan atau belum.
Masalah-masalah atau hambatan-hamabatan apa saja
yang terjadi pada saat pemberian asuhan keperawatan
bersama-sama dengan SDMnya, kepala ruang kemuning
bawah mencari penyelesaian untuk masalah atau
hambatan tersebut. Kepala ruangan juga melakukan
evaluasi pada pendokumentasian asuhan keperawatan
45

yang telah dilakukan oleh SDMnya jika ada yang masih


kurang kepala ruangan langsung memberikan
pengarahan cara penyelesaiannya.
 Evaluasi jangka panjang
Kepala ruang Kemuning bawah melakukan evaluasi dari
kinerja SDMnya untuk jangka waktu satu bulan, tiga
bulan, enam bulan dan satu tahun. Membuat evalusi
tahunan untuk semua pelayanan di Kemuning bawah.
Audit keprawatan tahunan.
3) Instrumen Kepuasan Pasien.
Tingkat kepuasan pasien di RSUD Kabupaten Tangerang
dijabarkan dalam survey yang dilakukan kepada masyarakat
yang telah mendapatkan pelayanan kesehatan di RSUD
Kabupaten Tangerang. Dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Table 2.2.8
Hasil Survey Kepuasan Pasien RSUD Kabupaten Tangerang
Tahun 2018

N PASIEN JUMLAH
O

1 Rawat Inap 130

2 Kebidanan 28

3 Rawat Jalan 70

4 IGD 45

Total 273

Hasil survey diperoleh dalam bentuk presentase yang berarti


jumlah responden yang menyatakan puas terhadap kriteria/aspek
penilaian per 100 responden. Dari pengolahan data rekapitulasi
hasil survey kepuasan pasien didapatkan rata rata pencapaian
kepuasan pasien terhadap pelayanan RSUD Kabupaten Tangerang
adalah sebesar 95,34 %. Presentase rata-rata hasil survey kepuasan
46

pasien pada tiap jenis pelayanan ada dalam tabel berikut.

N RESPONDEN/PASIEN PERSENTASE (%)


O

1 Rawat Inap 97,9

2 Kebidanan 96

3 Rawat Jalan 89,57

4 IGD 97,9

Rata-rata 95,34

2.3.3 Analisa SWOT

N ANALISA SWOT
O
1. A. Intenal Faktor
Strength
1. Terdapat program kerja yang sudah sesuai dengan
pelaksanaannya
2. Terdapat sebagian besar SOP dan SAK yang
sudah terlaksana dengan baik diruangan
3. Terdapat struktur organisasi dalam rungan yang
sudah sesuai dengan tugas dan fungsi masing-
masing bagian tetapi belum terupdate
4. Jumlah perawat diruangan sebanyak 14 orang,
sehingga tidak sesuai dengan jumlah pasien rawat
setiap hari.
5. Terdapat ruangan dokter dan perawat untuk diskusi
47

6. Sudah menerapkan model TIM


7. Melakukan operan di ruangan dengan tatap muka
kepada pasien
8. Terdapat fasilitas yang lengkap untuk pasien

Weakness
1. Jumlah perawat tidak sebanding dengan jumlah
kebutuhan pasien
2. Sudah terlaksananya pendokumentasian khususnya
catatan perkembangan ada yang tidak sesuai
dengan keluhan pasien
3. Sebagian besar perawat diruang Kemuning bawah
berpendidikan D3 keperawatan
2. 4. Pelaksanaan discharge planning tidak dilaksanakan
sejak awal pasien datang namun dilaksanakan pada
saat pasien pulang
5. Belum adanya persediaan / leaflet untuk pasien
pulang
B. Eksternal Faktor
Oportunity
1. Adanya kebijakan untuk perawat melanjutkan
pendidikan yang lebih tinggi
2. Adanya program pelatihan atau seminar bagi
perawat
3. Adanya kerja sama yang baik antara mahasiswa
dan perawat diruang Kemuning bawah
Treathened
1. Adanya tuntutan yang tinggi dari pasien dan
keluarga untuk melengkapi sarana dan prasasarana
2. Adanya tuntutan yang tinggi dari pasien dan
keluarga untuk mendapatkan pelayanan
48

keperawatan yang baik


3. Adanya kesadaran pasien dan keluarga akan
tanggung jwab dan tanggung gugat
4. Makin tinggi kesadaran masyarakat akan
pentingnya kesehatan
1

BAB III
INVENTARIS MASALAH

Terdapat 99 % perawat yang tidak MAN


mengetahui cara mencari dan menegakkan METHODE
diagnosa keperawatan dengan sumber
perawat masih menggunakan sumber yang
terbaru saat ini
lama dalam menyusun dan menegakkan
diagnosa keperawatan

Proses dokumentasi
askep terutama pada
diagnosa
keperawatan tidak
update, begitu pula
- belum ada tindakan dari manajement
dengan intervensi dan
Adanya anggaran yang harus dikeluarkan rumah sakit
implementasi yang
untuk membeli buku dan memberi seminar - belum ada SOP mengenai penggunaan diberikan
atau pelatihan pada seluruh perawat tentang SDKI,SLKI dan SIKI

aplikasi penggunaan ssdSDKI,SLKI, dan SIKI - belum ada umpan balik dari para perawat
- itu sendiri

MATERIAL

MACHINE
1

3.1 Rumusan Masalah

No Data Etiologi Problem

1 Dari hasil pengkajian Jumlah pasien banyak, Resiko mutu Asuhan


tanggal 24 juni-5 juli tenaga kurang keperawatan
2019, terdapat jumlah menurun
pasien sebanyak 18 berhubungan dengan
Tugas Perawat
pasien dan perawat kurangnya motivasi
berlebih,
yang berdinas sebanyak kerja perawat.
ketidakseimbangan
3 orang.
dengan idealisme
perawat
(profesionalisme)

Kualitas kerja
menurun

Kualitas perumusan
masalah Keperawatan
tidak sesuai dan
uptodate

Asuhan Keperawatan
tidak efektif.
2

2 Dari hasil pengkajian Jumlah pasien banyak, Resiko terjadi tidak


tanggal 6-17 mei 2019 tenaga kurang adekuatnya terapi
didapatkan data : cairan.
Pergantian cairan infus
tidak disertai dengan
etiket penanggalan
Pemantauan cairan
infus dengan
infus yang diberikan
menggunakan stiker
kurang.
(belum tersedianya
stiker/label infus).

Tidak tersedianya
etiket pelabelan cairan
infus.

Tuntutan pekerjaan
perawat semakin
meningkat.

Ketepatan terapi
cairan yang tidak
efektif.
3

3.2 Identifikasi Masalah

No Identifikasi Masalah Penyebab


1. MAN - Tidak adanya kepedulian
terhadap ilmu keperawatan baik
Terdapat 99 % perawat yang
tidak mengetahui cara mencari dari pihak manajemen maupun
dan menegakkan diagnosa perawat
keperawatan dengan sumber
terbaru saat ini

2. METHODE

Perawat masih menggunakan - Ketidaktahuan sumber terbaru


sumber yang lama dalam dalam menyusun diagnosa
menyusun dan menegakkan
keperawatan
diagnosa keperawatan
- tidak ada support dari
manajement rumah sakit
3. MACHINE
- Proses cukup lama dan
adanya anggaran yang harus
memakan waktu untuk disetujui
dikeluarkan untuk membeli
atau tidaknya rencana ini
buku dan memberi seminar
atau pelatihan pada seluruh
perawat tentang aplikasi
penggunaan SDKI,SLKI, dan
SIKI

4. MATERIAL

- belum ada tindakan dari - kurangnya support dari


manajement rumah sakit manajemen keperawatan itu
- belum ada SOP mengenai sendiri dan manajemen rumah
4

penggunaan SDKI, SLKI sakit


dan SIKI

- belum ada umpan balik


dari para perawat itu
sendiri

3.3 Inventaris Masalah


Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh kelompok selama dua
minggu, mendapatkan hasil bahwa manajemen mutu pelayanan ruang
Kemuning bawah sudah 85% baik, dan dari hasil observasi tersebut
didapatkan masalah bahwa :
a Pendokumentasian asuhan keperawatan tidak update
b Isi pendokumentasian pershift sama hanya berbeda jika ada dokter visit
maupun terapi tambahan
c Intervensi dan implementasi yang diberikan hampir dominan tindakan
kolaboratif atau dari dokter
d Suasana Ruang perawat/ nurse stasion yang sirkulasinya kurang baik atau
panas sehingga membuat perawat tidak nyaman.
e Sarana dan prasarana medik yang tidak memadai.
f Jumlah perawat tidak sesuai dengan jumlah pasien yang ada.
g Ketidaktepatan waktu operan dinas karena kurang tepatnya waktu datang
petugas.
h Komunikasi yang kurang baik dengan pasien ataupun keluarga pasien,
sehingga menimbulkan resiko komplain.
i Kurangnya reinforcement positif atasan kepada bawahan pencapaian
tentang keberhasilan asuhan keperawatan yang
j Model penerapan asuhan keperawatan yang masih belum berjalan dengan
baik.
5

3.4 Prioritas Masalah


Prioritas masalah akan difokuskan pada 2 masalah keperawatan. Dengan
menggunsakan tehnik pembobotan yang dengan memperhatikan aspek-
aspek sebagai berikut :

1. Magnitude (Mg) : Kecendrungan besar seringnya terjadi masalah


2. Savety (Sv) : Besarnya kerugian yang ditimbulkan
3. Manageability : Bisa dipecahkan.
4. Nursing Cosern (Nr): Berfokus pada keperawaan
5. Affordability: Ketersedian sumber manusia.
Rentang yang digunakan 1-4 dengan kriteria sebagai berikut:
Nilai 1 = Tidak Sesuia
Nilai 2 = Kurang sesuai
Nilai 3 = Cukup sesuai
Nilai 4 = Sangat sesuai

Table 3.1 Analisa Masalah


NO Masalah Jumla Prioritas
h
Mg Sv Mn Nr Afd

1 Resiko mutu 4 4 3 3 2 17 Pertama


Asuhan
keperawatan
menurun
berhubungan
dengan
kurangnya
motivasi kerja
perawat
2 Resiko 4 3 3 2 2 15 Kedua
6

terjaditidak
adekuatnya
terapi cairan

Analisis
Berdasarkan data diatas dapat disimbulkan bahwa pengetahuan perawat dalam
menentukan diagnosa keperawatan kurang tepat dan tidak uptudate, sehingga
kelompok menentukan priotitas masalah pertama adalah Resiko mutu Asuhan
keperawatan menurun berhubungan dengan kurangnya motivasi kerja perawat.

Tabel 3.2 Plan Of Action

Program/ Indikator/Target
No. Masalah Tujuan
Kegiatan Penyesuaian
1. Kurang adanya Tersosialisasinya Melakukan Perawat bisa
kepedulian SOP tentang cara sosialisasi SOP menerapkan cara
mencari dan tentang cara
terhadap ilmu mencari dan
menegakkan mencari dan
keperawatan baik diagnosa menegakkan menegakkan
dari pihak keperawatan dengan diagnosa diagnosa
sumber terbaru saat keperawatan
manajemen keperawatan
ini dengan sumber
maupun perawat terbaru saat ini sesuai dengan
dengan berbasis SOP SDKI
SDKI

2. Isi Setiap shift mampu Adanya pelatihan Seluruh perawat


pendokumentasia melakukan cara menggunakan mampu
n pershift sama pendokumentasian asuhan melakukan
hanya berbeda yang terintegrasi keperawatan pendokumentasi
jika ada dokter berbasis an asuhan
visit maupun SDKI,SLKI,SIKI keperawatan
berbasis SDKI,
7

terapi tambahan SLKI, SIKI

3. Intervensi dan Adanya tindakan Adanya anggaran Support dari Tim


implementasi dari management yang harus Management
yang diberikan Rumah Sakit untuk dikeluarkan untuk Rumah Sakit
hampir dominan pengadaan buku membeli buku dan untuk dapat
tindakan SDKI, SLKI, dan memberi seminar menyediakan
kolaboratif atau SIKI atau pelatihan pada buku SDKI,
dari dokter seluruh perawat SLKI, dan SIKI
tentang aplikasi
penggunaan
SDKI,SLKI, dan
SIKI
8

BAB IV
IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN

4.1 Pelaksanaan
Pada tanggal 24 juni – 5 juli 2019, kelompok melaksanakan Praktik
Keperawatan Klinik stase manajemen keperawatan diruang Kemuning
bawah. Pada minggu pertama kelompok melakukan observasi mengenai
kekurangan atau sistem manajemen keperawatan yang belum berjalan
diruang kemuning bawah , kelompok melaksanakan observasi
menggunakan lembar observasi yang penilaiannya dilakukan sendiri oleh
tiap idividu, dari hasil observasi didapatkan beberapa masalah seperti :
a. Pendokumentasian asuhan keperawatan tidak update
b. Isi pendokumentasian pershift sama hanya berbeda jika ada dokter visit
maupun terapi tambahan
c. Intervensi dan implementasi yang diberikan hampir dominan tindakan
kolaboratif atau dari dokter
Berdasarkan masalah yang didapat, Pendokumentasian asuhan
keperawatan yang tidak update. Untuk itu kelompok melakukan inovasi
pada minggu kedua dengan cara melakukan pendokumentasian asuhan
keperawatan kepada pasien di ruangan menggunakan SDKI, SLKI, dan
SIKI serta mensosialisasikan kepada seluruh perawat dan kepala ruangan di
ruang Kemuning bawah. Kelompok juga mengingatkan dan memberikan
demostrasi kepada seluruh perawat tentang cara penggunaan buku SDKI,
SLKI, dan SIKI guna memberikan asuhan keperawatan secara tepat danm
benar mengingat ruang Kemuning bawah adalah ruang rawat inap yang
selalu memberikan asuhan keperawatan dalam pelayanannya.
Pada saat demonstrasi tentang penggunaan buku SDKI, SLKI, SIKI,
dengan Perawat ruangan di ruang Kemuning bawah, kelompok serta seluruh
perawat melakukan pembahasan dan saling mengingatkan mengenai cara
9

menentukan diagnosis keperawatan, intervensi dan Implementasi sesuai


SOP dan juga pembahasan mengenai penggunaan buku SDKI, SLKI, dan
SIKI . Kelompok memulai untuk melakukan wawancara kembali setelah
demonstrasi diberikan kepada seluruh perawat, atau Tim yang bertugas
memberikan evaluasi terkait penggunaan buku SDKI, SLKI, SIKI serta
meminta seluruh perawat di ruang Cendana 1 untuk mendemonstasikan
ulang mengenai cara penggunaan buku SDKI, SLKI, SIKI.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh P.O.Y.Nurhesti,
N.K.G. Prapti, K.Tirtayasa yang terdapat didalam jurnal yang berjudul
“analisis Aplikasi penggunaan Diagnosis keperawatan berbasis SDKI dan
Nanda di Rumah Sakit Universitas Udayana” Tahun 2017 menyebutkan
bahwa SDKI merupakan inovasi perawat Indonesia untuk aplikasi asuhan
keperawatan yang praktis sesuai dengan budaya, siatuasi dan kondisi yang
ada di Indonesia. Standar ini disusun oleh PPNI sebagai organisasi profesi
perawat yang bertanggung jawab secara nasional untuk meningkatkan
profesionalisme perawat dan kualitas asuhan keperawatan (SDKI, 2016).
Diagnosa keperawatan berdasarkan SDKI merupakan gabungan
konsep diagnosis keperawatan berdasarkan NANDA, Carpenito dan ICNP .
Pernyataan masalah pada SDKI sesuai dengan NANDA 2015-2017.
Diagnosa ini sudah disesuaikan dengan budaya Indonesia serta karakteristik
pasien yang dirawat di Indonesia (SDKI, 2016)
4.2 Evaluasi
Berdasarkan hasil evaluasi yang didapat oleh kelompok seluruh
perawat ruang Kemuning bawah, sudah cukup mengerti dan bisa
menerapkan cara penggunaan buku SDKI, SLKI, SIKI, Seluruh perawat
sudah mulai menerapkan penggunaan buku SDKI, SLKI, dan SIKI, dan
kelompok yang bertugas tidak berhenti untuk selalu mengingatkan kepada
seluruh perawat ruang Kemuning bawah agar selalu menerapkan
penggunaaan SDKI, SLKI, Dan SIKI dalam setiap asuhan keperawatan
kepada pasien.
10

Inovasi atau edukasi yang diberikan oleh kelompok terhadap seluruh


perawat dan kepala ruangan Kemuning bawah berdampak baik terhadap
sistem pemberian asuhan keperawatan yang baik dan benar.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari uraian yang didapat pada BAB 1-5 maka dapat di
tarik kesimpulan bahwa :
Pada dasarnya penulis sudah mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan
sesuai dengan tujuan yang akan di capai seperti :
a. Masalah yang ada telah teridentifikasi, analisis telah terlaksana, dan
menemukan prioritas masalah diruang kemuning bawah, untuk dilakukan
tindakan dalam memberikan pelayanan yang optimal dan meningkatkan
mutu pelayanan khususnya diruangan mengidentifikasi alternative
pemecahan masalah diruang Kemuning bawah, dalam memberikan
pelayanan yang optimal dan meningkatkan mutu pelayanan khususnya
diruang Kemuning bawah Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Tangerang Tahun 2019.
b. Rencana kegiatan yang telah ada telah terlaksana dengan maksimal.
c. Melakukan evaluasi tindakan memecahkan masalah diruang Kemuning
bawah, dalam memberikan pelayanan yang optimal dan meningkatkan
mutu pelayanan khususnya diruang kemuning bawah Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Tangerang Tahun 2019.

5.2 Saran
1. Manajemen pelayanan ruangan
Agar pelayanan keperawatan sesuai SOP perlu di lakukan supervise
dalam meningkatkan skill dan terdapat evaluasi sebagai acuan dalam
meningkatkan mutu pelayanan yang optimal.
2. RumahSakit
11

Sebaiknya sarana dan prasana tersedia sesuai kebutuhan dalam


pelaksanaan asuhan keperawatan.

3. Perawat
Diharapkan perawat mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan sesuai
SOP SDKI, SLKI, dan SIKI.
4. Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa selanjutnya dapat menyempurnakan intervensi
manajeman yang sudah dilakukan mahasiswa Profesi Ners STIkes
YATSI Tangerang.
12

DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. 2012.Manajemen Jeperawatan : Aplikasi dalam praktik keperawatan


professional edisi 2 .Jakarta : EGC
Rangkuti.2013. Analisis SWOT : Teknik membedah kasus bisnis. Jakarta :
Gramedia Pustaka
Swanburg. 2012. Pengantar Kepemimpinan dan manajemen keperawatan untuk
perawat klinis. EGC
13

Lampiran

Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI)


A.    Pengertian
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) adalah tolak
ukur yang dipergunakan sebagai pedoman penegakkan diagnosis
keperawatan dalam rangka memberikan asuhan keperawatan yang aman,
efektif dan etis. Standar ini merupakan salah satu komitmen profesi
keperawatan dalam memberikan perlindungan kepada masyarakat sebagai
klien dari asuhan keperawatan yang dilakukan oleh anggtota profesi
perawat. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia ( SDKI) ini dalam
penyususnannya telah disesuaikan dan dikembangkan dari Standar Praktik
Keperawatan Indonesia yang dikeluarkan oleh PPNI tahun 2005.
C.    Tujuan SDKI
1. Menjadi panduan atau acuan bagi perawat dalam menegakkan diagnosis
keperawatan
2. Meningkatkan otonomi perawat dalam memberikan pelayan kesehatan
3. Memudahkan komunikasi intraprofesional dan interprofesional dengan
penggunaan istilah yang seragam dan terstandarisasi
4. Meningkatkan mutu asuhan keperawatan
D. Landasan Hukum
1. Undang-Undang No 38 Tahun 2014 tentang keperawatan
2. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan
3. Undang-Undang No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
4. Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
5. Peraturan presiden No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
HK.02.02/MENKES/148?I/2010 tentang izin dan Penyelenggaraan Praktik
14

LEMBAR HASIL OBSERVASI YA TIDAK


OBSERVASINO
1 Jumlah ketersedian perawat
mencukupi
15

2 Ruang penyedian/pengoplosan
obat baik
3 Suasana Kerja/Ners stasion yang
nyaman
4 Sarana dan prasarana menunjang
dengan baik
5 Isi dari operan dinas efektif dan
efisian
6 Operan keliling ke pasien setiap
kali perpindahan shift
7 Melakukan pengkajian pasien
head to toe
8 Perumusan diagnosa keperawatan
menggunakan SDKI, SIKI dan
SLKI
9 Melakukan orientasi ruangan pada
pasien baru.
10 Dilakukan pre dan Post
Comperance oleh kepala ruangan
11 Menerapkan tehnik aseptic dalam
melakukan perawatan.
12 Melaksananan Five Momen cuci
tangan
13 Perawat melakukan pencegahan
penyebaran infeksi nasokomial
dengan melakukan 6 langkah
tahapan cuci tangan
14 Melalukukan tindakan keperawaan
sesuai SPO.
15 Kepala ruangan memotivasi semua
perawat untuk melakukan
16

pendokumentasian yang baik


15 Memberikan pelebelan pada setiap
pergantian cairan infus.

Anda mungkin juga menyukai