Dokumen - Tips - Laporan Manajemen Keperawatan 570d7fe311649
Dokumen - Tips - Laporan Manajemen Keperawatan 570d7fe311649
Dokumen - Tips - Laporan Manajemen Keperawatan 570d7fe311649
Disusun Oleh :
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas berkat dan rahmatnya
kami dapat menyelesaikan tugas ini yang berjudul Laporan Stase Manajemen
Keperawatan. Tugas ini disusun untuk memenuhi sistem pembelajaran untuk Gerbong
Manajement Keperawatan di STIKes YATSI Tangerang Program Profesi (Ners).
Dalam pembuatan tugas ini kami mendapatkan hambatan dan kesulitan,
namun berkat kerja sama dan usaha dalam kelompok serta dukungan dari semua
pihak, akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas tepat pada waktunya. Oleh karena itu
pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya
kepada :
1. Ibu. Ida Faridah, S.Kp, M.Kes selaku Ketua STIKes YATSI Tangerang
sekaligus sebagai CI Akademik Stase Manajemen Keperawatan.
2. Ibu Ns. Dian Perwita, S.Kep.M. Kes . selaku Pembimbing Lahan Praktik
Stase Managemen
4. Ibu. Ns. Ayu Pratiwi, S.Kep selaku Koordinator Program Profesi (Ners)
Atas semua bantuan dan dukungan semua pihak kepada kami, kiranya Allah
SWT , akan membalas semua kebaikan yang telah di berikan. Oleh karena itu pada
kesempatan ini kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun serta
memberikan motivasi untuk kedepannya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Tujuan ......................................................................................... 2
C. Waktu dan Tempat Praktek ........................................................ 2
D. Cara Pengumpulan Data.............................................................. 3
E. Peserta Praktek ............................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 4
BAB III HASIL PENGKAJIAN....................................................................... 18
BAB III INVENTARIS, PRIORITAS MASALAH DAN POA....................... 124
A. Inventaris Masalah....................................................................... 124
B. Prioritas Masalah ........................................................................ 124
C. Tabel Plan Of Action ................................................................... 125
BAB IV PELAKSANAAN DAN EVALUASI ............................................... 127
BAB V . KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 135
A. Kesimpulan ................................................................................. 135
B. Saran ........................................................................................... 135
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen merupakan suatu ilmu tentang bagaimana menggunakan
sumber daya secara aktif, inovatif dan kreatif serta rasional untuk mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Manajemen mencakup
kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap staf, sarana dan prasarana dalam
mencapai tujuan. Manajemen keperawatan merupakan proses bekerja melalui
anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara
professional. Keperawatan professional dalam pelayanannya diperlukan adanya
pengembangan keperawatan secara professional. Dalam mengoptimalkan peran
dan manajemen keperawatan perlu adanya strategi yang salah satunya adalah
dengan harapan adanya faktor pengelolaan yang optimal serta mampu
meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan keperawatan.
Suatu organisasi dalam mencapai tujuan perlu didukung oleh pengelolaan
faktor-faktor antara lain Man, Money, Machine, Methode dan Material.
Pengelolaan yang seimbang dan baik dari kelima faktor tersebut akan memberikan
kepuasan kepada klien dan pelanggan rumah sakit. Kelima standar rumah sakit
tersebut harusnya telah dimiliki oleh rumah sakit yang telah terakreditasi.
Di dalam suatu rumah sakit unit pelayanan kesehatan terkecil adalah suatu
ruangan yang merupakan pelayanan kesehatan tempat perawat untuk menerapkan
ilmu dan asuhan keperawatanya secara optimal. Akan tetapi, tanpa adanya tata
kelola yang memadai, kemauan, dan kemampuan yang kuat, serta peran aktif dari
semua pihak, maka pelayanan keperawatan profesional hanyalah akan menjadi
suatu teori. Untuk itu perawat perlu mengupayakan kegiatan penyelenggaraan
Model Praktek Keperawatan Profesional yang merupakan penataan sistem
pemberian pelayanan keperawatan melalui pengembangan model praktik
keperawatan.
Model praktek keperawatan professional salah satunya adalah dengan
adanya posisi perawat sebagai seorang kepala ruangan, ketua tim atau perawat
pelaksana, dalam suatu bagian perlu adanya suatu pemahaman tentang bagaimana
mengelola dan memimpin orang lain dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan
yang berkualitas. Mutu asuhan keperawatan yang baik antara lain: memenuhui
1
2
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan praktek manajemen keperawatan di Ruang Interna 1 Rumah
Sakit Umum Kota Tangerang selama 12 hari diharapkan mahasiswa mampu
menerapkan konsep dan prinsip manajemen keperawatan pada unit pelayanan
kesehatan secara nyata dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktek manajemen keperawatan di Ruang Interna 1
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang mahasiswa mampu :
a. Mengumpulkan data, menganalisis data dan memahami data
masalah dalam pengorganisasian asuhan keperawatan
3
E. Peserta Praktek
Mahasiswa tahap profesi Ners Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan YATSI Tangerang dengan anggota :
1. Neneng Satriani Sokhibah
2. Nuraliyani
3. Nurjazilah
4. Rukmana
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
5
a. Kecerdasan
Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan yang
tinggi di atas kecerdasan rata – rata dari pengikutnya akan mempunyai
kesempatan berhasil yang lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya
memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
pengikutnya.
b. Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial
Umumnya di dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal
maupun eksternal, seorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang
matang dan stabil. Hal ini membuat pemimpin tidak mudah panik dan goyah
dalam mempertahankan pendirian yang diyakini kebenarannya.
c. Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi
Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang tinggi
serta dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian tercermin
pada kinerja yang optimal, efektif dan efisien.
d. Sikap Hubungan Kemanusiaan
Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para
pengikutnya mampu berpihak kepadanya.
Perencanaan
Penghapusan Penganggaran
Pengendalian (control)
Pendistribusian Pengadaan
Penyimpanan
2.3.1 Perencanaan
Pengertian umum adalah proses untuk merumuskan sasaran dan
menentukan langkah-langkah yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan. Sedangkan secara khusus perencanan logistik adalah
merencanakan kebutuhan logistik yang pelaksanaannya dilakukan oleh semua
calon pemakai (user) kemudian diajukan sesuai dengan alur yang berlaku di
masing- masing organisasi( Mustikasari: 2007). Subagya menyatakan
perencanaan adalah hasil rangkuman dari kaitan tugas pokok, gagasan,
pengetahuan, pengalaman dan keadaan atau lingkungan yang merupakan cara
terencana dalam memuat keinginan dan usaha merumuskan dasar dan
pedoman tindakan
Pengelolaan logistik cenderung semakin kompleks dalam
pelaksanannya sehingga akan sangat sulit dalam pengendalian apabila tidak
didasari oleh perencanaan yang baik. Perencanaan yang baik menuntut adanya
sistem monitoring, evaluasi dan reporting yang memadai dan berfungsi
sebagai umpan balik untuk tindakan pengandalian terhadap devisi-devisi yang
terjadi.
Dalam suatu kegiatan dari tahap persiapan, pelaksanaan sampai dengan
pencapaian tujuan ( Sasaran ) di perlukan kerjasama yang terus menerus antara
pimpinan / staf, perencana, pelaksana dan pengawas dengan masing-masing
kegiatan yang dilakukan sesuai dengan uraian tugas masing-masing. Seluruh
kegiatan diarahkan pada pencapaian tujuan (untuk mencapai sasaran)
organisasi.
Perencanaan dapat dibagi ke dalam periode-periode sebagai berikut:
a. Rencana jangka panjang (Long range)
b. Rencana jangka menengah (Mid range)
c. Rencana jangka pendek (Short range)
Periodisasi dalam suatu perencanaan sekaligus merupakan usaha
penentuan skala perioritas secara menyeluruh dan berguna untuk usaha tindak
lanjut yang terperinci. Melalui fungsi perencanaan dan penentuan kebutuhan
ini akan menghasilkan antara lain:
a. Rencana Pembelian
b. Rencana Rehabilitasi
8
c. Rencana Dislokasi
d. Rencana Sewa
e. Rencana Pembuatan.
Dalam tahapan perencanaan logistik pada umumnya dapat menjawab dan
menyimpulkan pernyataan sebagai berikut:
a. Apakah yang di butuhkan (what) untuk menentukan jenis barang yang tepat
b. Berapa yang di butuhkan (how much, how many) untuk menentukan
jumlah yang tepat
c. Bilamana dibutuhkan (when) untuk menentukan waktu yang tepat
d. Di mana dibutuhkan (where) untuk menentukan tempat yang tepat
e. Siapa yang mengurus atau siapa yang menggunakan (who) untuk
menentukan orang atau unit yang tepat
f. Bagaimana diselenggarakan (how) untuk menentukan proses yang tepat
g. Mengapa di butuhkan (why) untuk mengecek apakah keputusan yang di
ambil benar-benar tepat
2.3.2 Penganggaran
Penganggaran (budgetting), adalah semua kegiatan dan usaha untuk
merumuskan perincian penentu kebutuhan dalam suatu skala tertentu/skala
standar yaitu skala mata uang dan jumlah biaya (Subagya & Mustikasari).
Dalam fungsi penganggaran, semua rencana-rencana dari fungsi
perencanaan dan penentu kebutuhan dikaji lebih lanjut untuk disesuaikan
dengan besarnya biaya dari dana-dana yang tersedia. Dengan mengetahui
hambatan-hambatan dan keterbatasan yang dikaji secara seksama maka
anggaran tersebut merupakan anggaran yang reliable.
Apabila semua perencanaan dan penentu kebutuhan telah dicek
berulang kali dan diketahui untung ruginya serta telah diolah dalam rencana
biaya keseluruhan, maka penyediaan dana tersebut tidak boleh diganggu
lagi, kecuali dalam keadaan terpaksa.
Pengaturan keuangan yang jelas, sederhan dan tidak rumit akan sangat
membantu kegiatan.
Dalam menyususn anggaran terdapat beberapa hal yang harus di
perhatikan antara lain adalah:
a. Peraturan–peraturan terkait
9
2.3.3 Pengadaan
Pengadaan adalah semua kegiataan dan usaha untuk menambah dan
memenuhi kebutuhan barang dan jasa berdasarkan peraturan yang berlaku
dengan menciptakan sesuatu yang tadinya belum ada menjadi ada. Kegiatan
ini termasuk dalam usaha untuk tetap mempertahankan sesuatu yang telah
ada dalam batas-batas efisiensi. (Subagya: 1994). Sedangkan Mustikasari
berpendapat fungsi pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasi atau
mewujudkan kebutuhan yang telah direncanakan atau telah disetujui
sebelumnya.
Pengadaan tidak selalu harus dilaksanakan dengan pembelian tetapi
didasarkan dengan pilihan berbagai alternatif yang paling tepat dan efisien
untuk kepentingan organisasi. Cara–cara yang dapat dilakukan untuk
menjalankan fungsi pengadaan adalah:
a. Pembelian
b. Penyewaan
c. Peminjaman
d. Pemberian ( hibah )
e. Penukaran
f. Pembuatan
10
g. Perbaikan
Proses pengadan peralatan dan perlengkapan pada umumnya
dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:
a. Perencanaan dan penentuan kebutuhan
b. Penyususnan dokumen tender
c. Pengiklanan/penyampaian uandangan lelang
d. Pemasukan dan pembukuan penawaran
e. Evaluasi penawaran
f. Pengusulan dan penentuan pemenang
g. Masa sanggah
h. Penunjukan pemenang
i. Pengaturan kontrak
j. Pelaksanaan kontrak
Mengingat fungsi pengadaan adalah fungsi tehnis yang menyangkut
pihak luar maka pengendalian fungsi pengadaan perlu mendapatkan
perhatian. Pengendalian dilaksanakan dari awal kegiatan sampai dengan
pemeliharaan. Kebijakan pemerintah yang mengatur tentang pengadaan
barang adalah Keppres No. 80 tahun 2003.
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada fungsi pengadaan antara lain:
a. Kode etik pengadaan
Kode etik pengadaan yang dikemukakan oleh George W. Aljian, antara
lain:
Hubungan pribadi dengan para pedagang sangat perlu, namun seorang
pembeli harus tetap tidak berpihak dalam semua tahap perdagangan
Tidak boleh ada keterangan orang dalam, kepada siapapun.
Memberi batas kepada seorang rekanan adalah melanggar etika
b. Pelelangan pengadaan barang
Setiap mengadakan pelelangan dan pengadaan barang harus dibentuk
panitia pengadaan dan pelangan milik negara yang ditentukan sebagai
berikut:
Keanggotaan panitia sekurang-kurangnya 5 orang terdiri dari unsur:
Perencana, pemikir pekerjaan yang bersangkutan, penaggung jawab
keuangan, penanggung jawab perlengkapan, penanggung jawab tehnis.
11
2.3.4 Penyimpanan
Penyimpanan merupakan suatu kegiatan dan usaha untuk melakukan
pngelolaan barang persediaan di tempat penyimpanan. (Mustikasari: 2007)
Penyimpanan berfungsi untuk menjamin penjadwalan yang telah ditetapkan
dalam fungsi-fungsi sebelumya dengan pemenuhan setepat-tepatnya dan
biaya serendah-rendahnya. Fungsi ini mencakup semua kegiatan mengenai
pengurusan, pengelolaan dan penyimpanan barang. Fungsi yang lain
adalah: Kualitas barang dapat dipertahankan, barang terhindar dari
kerusakan, pencarian barang yang lebih mudah dan barang yang aman dari
pencuri.
Faktor – faktor yang perlu mendapat perhatian dalam fungsi
penyimpanan adalah:
a. Pemilihan lokasi
Aksesibilitas, utilitas, komunikasi, bebas banjir, mampu menampung
barang yang disimpan, keamanan dan sirkulasi udara yang baik.
b. Barang (Jenis, bentuk barang atau bahan yang disimpan)
Jenis dan bentuk barang dapat digolongkan ke dalam:
Barang biasa: Kendaraan, mobil ambulance, alat-alat berat, brankar, kursi
roda dll.
Barang khusus: Obat-obatan, alat-alat medis dll.
c. Pengaturan ruang
Bentuk-bentuk tempat penyimpanan, rencana penyimpanan, penggunaan
ruang secara efisien dan pengawasan ruangan.
d. Prosedur/sistem penyimpanan
12
2.3.6 Penghapusan
Penghapusan adalah kgiatan atau usaha pembebasan barang dari
pertanggungjawaban sesuai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku
(Subagya: 1994). Alasan penghapusan barang antaralain:
a. Barang hilang, akibat kesalahan sendiri, kecelakaan, bencana alam,
administrasi yang salah, tercecer atau tidak ditemukan
b. Tehnis dan ekonomis: Setelah nilai barang dianggap tidak ada manfaatnya.
Keadaan tersebut disebabkan faktor-faktor: Kerusakaan yang tidak dapat
diperbaiki, obsolete (meningkatkan efisiensi atau efektifitas), kadaluarsa
yaitu suatu barang tidak boleh dipergunakan lagi menurut ketentuan waktu
yang ditetapkan, aus atau deteriorasi yaitu barang mengurang karena susut,
menguap atau hadling, Busuk karena tidak memenuhi spesifikasi sehingga
barang tidak dapat dipergunakan lagi.
13
2.3.7 Pengendalian
Pengendalian adalah sistem pengawasan dari hasil laporan, penilaian,
pemantauan dan pemeriksaan terhadap langkah-langkah manajemen logistik
yang sedang atau telah berlangsung (Mustikasari: 2007). Bentuk kegiatan
pengendalian antara lain:
a. Merumuskan tatalaksana dalam bentuk manual, standar, kriteria, norma,
instruksi dan prosedur lain
b. Melaksanakan pengamatan (Monitoring), evaluasi dan laporan, guna
mendapatkan gambaran dan informasi tentang penyimpangan dan
jalannya pelaksanaan dari rencana
14
b. Pengorganisasian (organizing)
Diruang Interna 1 pengorganisasiannya menggunakan PJ Sift, dimana
dalam setiap sift terdapat 1 penanggung jawab. Setiap penanggung
jawab pada sift tersebut bertanggung jawab pada SDM ( sumber daya
manusia) dan inventaris ruangan. PJ atau penanggung jawab sift
bertugas mengatur dan menentukan tugas-tugas yang akan dilakukan
oleh perawat pelaksana. Ruang Interna 1 terdiri dari 7 ruangan dengan
rincian 1 kamar isolasi; 5 kamar Ruang rawat inap khusus penyakit
dalam dengan jenis kelamin laki laki.
c. Penggerak (actuating)
Kepala ruang Interna 1 bersifat terbuka dan demokrasi kepada semua
perawat diruang Interna 1 sehingga semua perawat diruang Interna 1
terjalin keakraban satu sama lain.
18
3. Deskriptif Ruangan
Nama RS : RSU Kota Tangerang
Nama Ruangan : Interna 1
Jenis type / kelas : Tipe non class
Kapasitas Ruangan : 5 Ruang perawatan dan 1 ruang isolasi, 1
Ruang perawat
Jumlah Klien : 26 Orang
Jenis Penyakit : Penyakit Dalam
Jumlah perawat : 15 Orang (2 lulusan S1 Ners, 12 lulusan D3
keperawatan, 1 orang lulusan SPK).
19
KASI Keperawatan
KARU
Administrasi
pp pp pp pp pp pp pp pp pp pp
Asper
16
Keterangan :
1. Kepala Ruangan
Br. Adil Laksana Dewa, AMK
2. PJ shift
Zr. Erna, AMK
Zr. Nani, AMK
Zr. Sugiarti, AMK
Zr. Tri, AMK
3. Anggota
Ns. Nizar, S.Kep
Br. Oji, AmK
Ns. Heri, S.Kep
Zr. Dewi AmK
Br. Adi, AmK
Zr. Aryani, AmK
Br. Syarif, AMK
Zr. Maidah,AmK
Asper Evi
17
e) Komputer
f) Kulkas
g) TV
h) Dapur (piring, gelas, dll)
i) Dispenser
j) Kipas angin
19
1 Man
a. Ketenagaan - Ketenagaan - Jumlah perawat yang masih kurang menyebabkan adanya - Adanya peluang Kekurangan
pekerjaan perawat yang dikerjakan oleh administrasi contoh : dalam perawat dapat
Ka.Ru = 1 org menjelaskan obat pulang klien yang harusnya dilakukan oleh penerimaan menimbulkan
PJ.shift= 4 perawat tapi di jelaskan oleh administrasi. perawat baru.
org peningkatan
- Jam visit dokter yang tidak tetap menyebabkan penumpukan
PP = 9 org kerja perawat di pagi hari, sehingga perawat di pagi hari kelebihan beban
Asper = 1 org kelebihan beban kerja. kerja perawat
- Berdasarkan penghitungan ketenagaan menurut Thailand & sehingga terjadi
Philiphine : penurunan kinerja
Jumlah jam perawatan /pasien = 7 jam perawat dan
Tenaga yang dibutuhkan = kualitas asuhan
Jml jam perawatan x 52mgg x 7 hr x jml TT x BOR
Jml mgg efektif x 40 jam
keperawatan.
Koreksi = 25%
Tenaga yang dibutuhkan =
jml tenaga yang di butuhkan + 25 %
7 jam x 52mgg x 7 hr x 26 TT x 85%
39 mgg x 40 jam
60642
38,87
1560
Faktor koreksi = 38,87 x 25 % = 9,71 10
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan : 17 + 10 = 27 orang
Saat ini tenaga perawat di Ruang interna 1= 14 + 1 Ka.ru
20
b. Latar Belakang - Tingkat Pendidikan - Perawat dengan tingkat - Adanya kesempatan Tuntunan masyarakat
Pendidikan pendidikan S1 Ners 2 orang untuk melanjutkan dalam pelayanan yang
S1 Kep Ns = 2 org dan 12 orang dengan latar pendidikan ke jenjang optimal dan holistic.
D3 Kep = 12 org belakang hanya dengan yang lebih tinggi
SPK = 1 org pendidikan Diploma - Adanya pre conference
Keperawatan sebelum memulai
- Kesempatan dalam asuhan keperawatan
melanjutkan pendidikan yang - Adanya post
lebih tinggi terbatas. conference di akhir.
- Belum adanya perbedaan - Adanya sharing dengan
antara perawat lulusan DIII kepala ruangan
dengan perawat lulusan - Adanya rapat bulanan
S1dalam tugas sebgai evaluasi.
keperawatannya.
- Adanya motivasi dari kepala
ruangan.
c. Pendidikan - Kesempatan dalam mengikuti - Perawat mempunyai Adanya keterbatasan
dan Pelatihan - Motivasi perawat dalam pelatihan / seminar terbatas peluang untuk perawat dan kemampuan
mengembangkan diri - Informasi yang kurang tentang mengikuti seminar/ perawat dalam kualitas
pelatihan dan seminar diluar pelatihan
pelayanan.
- PJ shift dan perawat pelaksana RS - Kesempatan dalam
diikutsertakan dalam - Tidak adanya reward yang meningkatkan Sumber
significant bagi karyawan daya perawat.
pelatihan-pelatihan
yang berprestasi
- Adanya kesempatan untuk
melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi
KESEMPATAN
d. Karakteristik - Klien di interna 1 memiliki - Tenaga perawat yang terbatas - Tingkat ketergantungan - Rumah sakit swasta di
pasien tingkat ketrgantungan yang dan jam visite dokter yang klien yang berbeda dapat kota Tangerang yang
berbeda-beda mulai dari yang tidak tetap meningkatkan memiliki ruangan dan
yang minimal care sampai - Tidak ada data karakteristik pengetahuan dan asuhan keperawatan
total care. Namun rata-rata pasien sesuai tingkat ketrampilan perawat yang berkualitas.
memiliki tingkat ketergantungan pasien dalam memberikan
ketergantungan minimal care. Asuhan keperawatan.
e. Kedisiplinan - Kejelasan jadwal mulai dari - Ketidak disiplinan perawat - Kedisiplinan yang tinggi - Ketidakdisiplinan
ketepatan waktu datang dan dalam hal kehadiran akan tercipta suasana perawat terhadap
jadwal dinas. (ketepatan waktu datang) yang nyaman bagi pasien kehadiran akan
- Banyaknya keluarga klien dan perawat. menghambat proses
- Adanya kejelasan waktu yang berkunjung tidak patuh pelayanan asuhan
berkunjung dan batas umur terhadap peraturan batas keperawatan.
waktu berkunjung dan - Ketidakpatuhan
pengunjung.
jumlah penunggu keluarga pasien
terhadap peraturan
batas waktu
berkunjung dan jumlah
penunggu akan
menimbulkan infeksi
nosokomial dan
menghambat asuhan
keperawatan.
KESEMPATAN ANCAMAN
f. Jumlah pasien - Jumlah BOR pada bulan - Hanya klien jenis kelamin - Adanya Peningkatan - Banyaknya RS yang
februari 2015 = 86,58% laki-laki yang dapat dirawat di mutu pelayanan. berlokasikan di kota
ruang interna 1. - Peningkatan BOR dari tangerang sehingga
klien yang di kirim oleh masyarakat bebas
IGD dan poli penyakit memilih pelayanan
dalam. yang merasa dapat
memberikan pelayanan
yang optimal.
g. Kinerja - Perawat ruangan memiliki - Masih adanya tenaga perawat - Klien dan keluarga klien - Sikap perawat yang
sikap yang baik, ramah yang kurang ramah, kurang yang merasa puas dengan kurang baik dapat
kepada klien dan keluarga sabar terhadap klien dan pelayanan perawat mengakibatkan
klien. keluarga klien. interna 1. pelayanan yang kurang
optimal.
23
WEAKNEES / OPPORTUNITY /
NO ANALISA STRENGTH / KEKUATAN THREATS / ANCAMAN
KELEMAHAN KESEMPATAN
2
Material
a. Ruang Rawat - Ruang Interna 1 adalah ruang - Cleaning service terbatas - Adanya dana untuk - Banyaknya RS berdiri
perawatan penyakit dalam laki- - Hordeng ruangan hanya penambahn cleaning di Tangerang dengan
laki non class dengan kapasitas satu. service kondisi ruangan yang
26 tempat tidur, terdiri dari 5 - Adanya pembagian lebih nyaman dan lebih
ruangan perawatan dan 1 Ruang jadwal yang jelas menarik
isolasi, setiap ruangan berisi 1 cleaning service
TV dan 2 unit AC, wastafel dan - Adanya kesempatan
km mandi, 1 TT dilengkapi 1 untuk merenovasi dan
meja pasien ruangan
- Terdapat Hand Hygiene di
depan masing-masing ruangan.
b. Ruang Perawat - Ruang ka.Ru dan ruang perawat - Dalam pelaksanaannya - Adanya kesempatan - Membahayakan bagian
menjadi satu km ganti dan masih terdapat penyatuan untuk permintaan lemari lain bila sampah medis
tempat sholat petugas pembuangan sampah Obat dan nonmedis sampai
- Terdapat lemari Obat, alat medis medis dan non medis - Adanya kesempatan menyatu
dan lemari obat emergency - Kondisi lemari tempat permohonan dibuatkan - Ketidaknyamanan
penyinmpanan Obat perlu kamar ganti dan tempat ruang kerja, kamar
- Adanya Ners station di ruang perbaikan/pergantian sholat petugas ganti dan tempat sholat
Interna 1 karena masih kekurangan - Kolaborasi ruangan dapat menurunkan
- Terdapat gudang yang berfungsi tempat untuk peyimpanan dengan management RS motivasi kerja perawat
meletakkan tempat sampah obat pasien
medis dan nonmedis,
penyimpanan alat kesehatan
24
WEAKNEES / OPPORTUNITY /
NO ANALISA STRENGTH / KEKUATAN THREATS / ANCAMAN
KELEMAHAN KESEMPATAN
- Adanya tempat sampah yang - Permintaan bahan Perlu sosialisasi tentang Resiko pada keselamatan kerja
sudah terpisah medis dan non medis (APD) maksud tujuan dari prosedur bagi petugas terutama
medis terbatas pemakaian APD perawat.
- Sudah terlaksananya cara
pembuangan spuit.
- Tersedianya alat-alat pelindung
di ruangan (masker dan
handscoon)
3. Metode
a. Penugasan - Metode yang digunakan adalah
Kerja metode PJ shift, Karu = 1 - Pelaksanaan - Pelaksanaan asuhan - Kurang meratanya
Orang, PJ shift 4 orang, penugasan metode PJ keperawatan dilakukan pengetahuan perawat
Pelaksana = 9 orang dan 1 shift belum optimal secara menyeluruh, setiap diruangan dapat
Asper dan bersifat pelaksana mempunyai
menurunkan kualitas askep
fungsional peluang untuk
bertanggung jawab pada
pasien.
- Operan shift sudah - Materi Operan shift - Ciptakan komunikasi - Isi dari operan shift yang
dilaksanakan di nurse station belum berfokus pada yang lebih baik dalam tidak lengkap dan belum
dan keliling melihat kondisi masalah keperawatan. tukar informasi pasien berfokus pada masalah
klien saat Operan shift keperawatan menyebabkan
perawat yang dinas
selanjutnya tidak
mengetahui kondisi klien
secara menyeluruh.
25
WEAKNEES / OPPORTUNITY /
NO ANALISA STRENGTH / KEKUATAN THREATS / ANCAMAN
KELEMAHAN KESEMPATAN
b. Protap - Adanya SPO Belum adanya SAK - Meminimalkan terjadinya Kesalahan kerja dapat
kesalahan dalam terjadi kapan saja dalam
pemberian asuhan pemberian Asuhan
keperawatan dengan
Keperawatan diruang
protap.
rawat
WEAKNEES / OPPORTUNITY /
NO ANALISA STRENGTH / KEKUATAN THREATS / ANCAMAN
KELEMAHAN KESEMPATAN
5. Machine
a. Peralatan - Adanya alat TPRS.
- Terdapat alat neubulizer 1 buah - Alat sering rusak - Mempermudah dalam - Alat suction, alat
Terdapat alat suction disetiap TT pemberian Askep neubulizer, bila
Adanya fasilitas AC di ruang - Hilang alat - Kalibrasi alat secara perawatannya kurang
visite dr, serta lemari es untuk berkala / 6 bulan dan baik dapat berisiko
penyimpanan obat rutin dapat meminimalisir meningkatkan angka
.
- Terdapat tabung oxigen yang angka kerusakan alat. infeksi nosokomial
dapat membantu dalam bila angka
memberikan askep secara perbaikannya lebih
kolaboratif. tinggi menimbulkan
- Adanya 2 buah rostour kerugian bagi RS
27
- Observasi : di dalam ruang interna 1 belum ada data demografi dan data asal
rujukan pasien yang biasanya berasal dari IGD dan poli penyakit dalam
- Masalah : tidak ada data demografi pasien dan asal rujukan pasien.
Tabel 3
Kualifikasi Pendidikan Formal Tenaga Keperawatan
Ruang Interna 1 RSU Daerah Tangerang
c. Dana
1). Kajian Teori
Memberikan pelayanan kesehatan baik medis maupun nonmedis merupakan
salah satu fungsi rumah sakit agar pelayanan rumah sakit tersebut dapat berjalan
secara optimal dan dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat untuk itu rumah sakit
perlu mempersiapkan peralatan atau bahan medis, dan non medis.
2). Kajian Data
RSUD Tangerang merupakan RS pemerintah dan merupakan Badan pelayanan
Kesehatan Kota Tangerang, sumber dana berasal dari :
a) APBD Kota Tangerang untuk kegiatan belanja langsung dan belanja tidak
langsung.
b) Klien berbayar (BPJS dan Multiguna)
e . Metode
1. Kebijakan
a) Kajian Teori
standar sebagai pernyataan diskriptif tentang tingkat penampilan yang
dipakai untuk menilai kualitas struktur, proses, dan hasil.
Menurut Undang-undang RI. No.23 tahun 1992 tentang kesehatan
dalam penjelasan pasal 53 ayat 2 mendefinisikan standar profesi sebagai
“pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan
profesi secara baik” atau secara singkat dapat dikatakan standar adalah
pedoman agar pekerjaan dapat berhasil dan bermutu. Berdasarkan alasan
inilah maka adanya standar pelayanan dan asuhan keperawatan yang identik
dengan standar profesi keperawatan, berguna sebagai kriteria untuk
mengukur keberhasilan dan mutu pelayanan dan asuhan keperawatan.
31
a) Kajian data
Kebijakan di Ruang Interna 1 dapat dilihat pada tabel berikut:
Kebijakan di Ruang Interna 1 RSUD Tangerang
No Kebijakan
1. Biaya perawatan pelayanan kesehatan di Ruang Interna 1
RSUD Tangerang
2. Pengangkatan kepala ruang
3. Wewenang bagi kepala ruang mengatur manajemen ruang.
Analisa Data :
Berdasarkan tabel diatas didapatkan data sudah ada kebijakan – kebijakan perawatan
yang dikeluarkan oleh RSUD Tangerang sehingga koordinasi ruang dapat berjalan
dengan lebih baik lagi.
Tanggal
No Nama SAK Nomor Dokumen
Diterbitkan
1 Memasang kanul rectal 003/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
2 Memberikan obat secara 081/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
intravena
3 Petunjuk memberikan obat 037/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
4 Mencuci tangan 062/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
5 Identifikasi pasien 065/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
6 Penggunaan alat pelindung diri 063/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
(APD)
7 Memberikan glycerin spuid 061/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
8 Mengukur blance cairan 073/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
9 Mengukur suhu tubuh melalui 001/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
aksila dengan mengunakan
termometer digital
10 Mengukur tekanan darah 002/SPO/RI/RSUD/2013 16 Desember 2013
33
Analisa Data :
f. Material
a) Kajian Teori
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari sistem pelayanan
kesehatan di RS dan puskesmas sehingga mutu pelayanan kesehatan RS atau
Puskesmas juga ditentukan oleh mutu pelayanan keperawatan secara professional.
Mutu pelayanan secara professional ini dapat memberikan kontribusi terhadap citra RS
atau Puskesmas melalui pemberian jasa pelayanan kesehatan yang menyeluruh.
37
2. Pengelolaaan Sampah
Perawat telah membuang sampah pada tempatnya. Perawat membuang
limbah medis benda non tajam di tempat limbah medis benda non tajam tetapi
ada juga sebagian perawat tidak membuang limbah medis benda tajam di
tempat limbah medis benda tajam dan untuk pembuangan jarum sebagian
besar tidak di pisahkan dengan spuitnya melainkan dijadikan satu dengan
ampul, flakon dan spuit, selain itu sampah flabot sebagian masih dibuang di
tempat sampah domestik
Analisa Data:
Hasil observasi discharge planning di ruang Interna 1 menunjukkan hasil 88,89%. Hal
ini menunjukkan bahwa discharge planning di ruang Interna 1 dikategorikan baik atau sudah
mengacu pada standar yang ada dan perlu untuk lebih ditingkatkan. Oleh karen itu dengan
hasil yang sudah baik perawat perlu untuk menyiapkan tempat untuk digunakan discharge
planing dan dapat mengevaluasi pada keluarga tentang informasi yang telah diberikan.
.
BAB IV
Sesuai dengan rencana kegiatan atau Plan Of Action (POA) yang telah disusun sebelumnya,
pelaksanaan dan evaluasi kegiatan berdasarkan prioritas masalah di Ruang Ranap Interna 1
RSUD Kota Tangerang adalah sebagai berikut:
A. Pelaksanaan
Adapun diketahui mulai tanggal 6 - 10 April 2015 di ruang Interna 1 Setiap pasien
dengan diagnosa Hiperglikemi diberikan intervensi dan penyuluhan tentang cara cara
pemberian insulin dengan benar selama 15 menit.
Intervensi intervensi
408-1 Tn. A Selulitis GDS : 288 GDS : 125
Hiperglikemi Belum dapat memberikan Sudah dapat
insulin dengan mandiri memberikan insulin
dengan mandiri
408-3 Tn. S Diabetes mellitus GDS : 192 GDS : 123
Hipetensi Sudah dapat memberikan Sudah dapat
Vertigo insulin dengan mandiri memberikan insulin
dengan mandiri
409-1 Tn. CKD GDS : 362 GDS : 232
AA Dipsnea Sudah dapat memberikan Sudah dapat
Hiperglikemi insulin dengan mandiri memberikan insulin
dengan mandiri
409-2 Tn. M Hemiparesedex GDS : 257 GDS :173
SNH Belum dapat memberikan Sudah dapat
Hiperglikemi insulin dengan mandiri memberikan insulin
dengan mandiri
409-5 Tn. W Hipertensi GDS : 341 GDS : 327
Vomitus Sudah dapat memberikan Sudah dapat
DVT insulin dengan mandiri memberikan insulin
Hiperglikemi dengan mandiri
410-1 Tn. D Edema anasarka GDS : 337 GDS : 291
CHF Belum dapat memberikan Sudah dapat
Hipertensi insulin dengan mandiri memberikan insulin
Hiperglikemi dengan mandiri
410-2 Tn. Edema anasarka GDS : 227 GDS : 125
Muh CKD Belum dapat memberikan Sudah dapat
Hipertensi insulin dengan mandiri memberikan insulin
Hiperglikemi dengan mandiri
410-3 Tn. K Diabetes mellitus GDS : 159 GDS : 74
Penurunan Belum dapat memberikan Belum dapat
kesadaran insulin dengan mandiri memberikan insulin
dengan mandiri
B. Evaluasi
43
Didapat hasil bahwa adanya hubungan antara intervensi dan penyuluhan tentang cara
memberikan insulin dengan benar di ruang interna 1 yaitu hasil sebelum dan sesudah
dilakukannya intervensi sebagai berikut:
1. Tn. A dengan diagnose Selulitis Hiperglikemi sebelum dilakukan intervensi dengan
nilai GDS 288 belum dapat memberikan insulin dengan mandiri. Kemudian setelah
dilakukan intervensi GDS 125 sudah dapat memberikan insulin dengan mandiri.
2. Tn. S Diabetes melitus dengan diagnose hipetensi Vertigo sebelum dilakukan
intervensi dengan nilai GDS 192 sudah dapat memberikan insulin dengan mandiri.
Kemudian setelah dilakukan intervensi GDS 123 Sudah dapat memberikan insulin
dengan mandiri.
3. Tn. AA dengan diagnose CKD Dipsnea Hiperglikemi sebelum dilakukan intervensi
dengan nilai GDS 362 sudah dapat memberikan insulin dengan mandiri .
Kemudian setelah dilakukan intervensi GDS 232 sudah dapat memberikan insulin
dengan mandiri.
4. Tn. M dengan diagnose Hemiparesedex SNH Hiperglikemi sebelum dilakukan
intervensi dengan nilai GDS 257 belum dapat memberikan insulin dengan mandiri.
Kemudian setelah dilakukan intervensi GDS 173 sudah dapat memberikan insulin
dengan mandiri.
5. Tn. W dengan diagnose Hipertensi Vomitus DVT Hiperglikemi sebelum dilakukan
intervensi dengan nilai GDS 341 Sudah dapat memberikan insulin dengan mandiri.
Kemudian setelah dilakukan intervensi GDS 327 sudah dapat memberikan insulin
dengan mandiri.
6. Tn. D dengan diagnose Edema anasarka CHF Hipertensi Hiperglikemi
sebelum dilakukan intervensi dengan nilai GDS 337 belum dapat memberikan
insulin dengan mandiri. Kemudian setelah dilakukan intervensi GDS 291 sudah
dapat memberikan insulin dengan mandiri.
7. Tn. Muh dengan diagnose edema anasarka CKD Hipertensi Hiperglikemi
sebelum dilakukan intervensi dengan nilai GDS 227 belum dapat memberikan
insulin dengan mandiri. Kemudian setelah dilakukan intervensi GDS 125 sudah
dapat memberikan insulin dengan mandiri.
44
Analisa Data
Dari hasil evaluasi diatas, bahwa saat dilakukan pengkajian Kadang-kadang
masih ada perawat yang belum melakukan sosialisasi tentang cara pemberian insulin
dengan benar ke pasien, dan para perawat di Ruang Ranap Interna 1 yang telah
sosialisasi tentang cara pemberian insulin dengan benar sebanyak 97%. Hal ini
didukung dengan kepala ruang yang selalu mengingatkan para perawat untuk selalu
mensosialisasikan tentang cara pemberian insulin dengan benar pada klien dengan
diagnose hiperglikemi, selain itu para perawat juga saling mengingatkan antar perawat
satu dengan yang lain untuk selalu bisa bersosialisasi dengan pasien dan keluarga
pasien.
Para ners muda juga telah membuat karikatur-karikatur tentang pemberian insulin,
untuk mengingatkan para perawat di Ruang Ranap Interna 1 agar selalu memberikan
sosialisasi pada pasien hiperglikemi, selain itu dengan adanya karikatur dan leaflet,
dapat mengoptimalkan para perawat untuk dengan mudah mensosialisasikan tentang
hiperglikemi. Karikatur yang digunakan telah dikonsulkan dengan kepala ruang dan
bidang keperawatan, setelah disetujui para ners muda kemudian memberikan pada
kepala ruang untuk ditindak lanjuti. Adapun faktor pendukung dan penghambat
adalah sebagai berikut :
a. Faktor Pendukung
1) Adanya dukungan dari Kepala Ruangan dan Pembimbing
2) Perawat bersedia melakukan Sosialisasi tentang Hiperglikemi kepada Pasien
dan Keluarga Pasien
b. Faktor Penghambat
1) Belum adanya Poster/Leaftlet tentang Diabetes Melitus
D. Penyuluhan tentang DM
Telah dilakukan pada tanggal 06 April 2015 – 10 April 2015 sebelum makan siang
sekitar jam 11.00 – jam 12.00 WIB dan di ikuti oleh pasien dan keluarga
45
3. Tahap Evaluasi
a. Melakukan evaluasi magang kepala ruang pada tanggal 11 April 2015
Analisa Data
Dari tabel diatas dapat dianalisa bahwa para ners muda telah melakukan
magang kepala ruang interna 1, di mana jadwal telah di tetapkan oleh
Pembimbing Akademik.
50
Target
Pokok Penanggung
Masalah Uraian Kegiatan Tujuan Sasaran Waktu Orang yang terkait
Kegiatan jawab
Pelaksanaan
Hiperglikemi Untuk Lakukan Tn. D dengan dx, Pelaksanaan
Neneng Satriani Kepala Ruangan
(Kenaikan menstabilkan Pemeriksaan hiperglikemi dilakukan
Tn. M dengan dx.
Kadar Gula kembali kadar kadar glukosa padatanggal
Anjurkan Hiperglikemi Nuraliyani Ketua Tim
dalam Darah) gula dalam 6-8
Tn. K dengan dx.
darah. Pasien untuk
Diabetes Melitus siangHari
membatasi Nurjazilah Perawat Pelaksana
Tn. W
makan- denganHiperglikemi
makanan yang Tn. AA Rukmana
Siang hari
manis. denganHiperglikemi
Anjurkan klien
Tn. S dengan
untuk patuh Siang hari
Diabetes Melitus
menyuntikkan Tn. M
insulin. denganHiperglikemi
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan dalam bab-bab sebelumnya, maka KelompokNers Manajemen
Keperawatan STIKES YATSI Tangerang dapat menyimpulkan sebagai berikut:
a. Dalam pelaksanaan Universal Precaution didapatkan hasil bahwa saat memberikan
insulin terkadang masih ada perawat yang belum mengajarkan pemberian insulin dengan
benar kepada klien, dan setelah di lakukan sosialisasi perawat telah mengajarkan cara
pemberian insulin dengan benar kepada klien dan para perawat di Ruang Interna 1 telah
saling mengingatkan untuk mengajarkan pemberian insulin kepada klien saat
memberikan insulin kepada klien.
Para Ners muda juga telah membuat karikatur-karikatur dan poster tentang diabetes
mellitus dan pemberian insulin dengan benar, untuk mengingatkan para perawat di Ruang
Interna 1 agar selalu mengajarkan klien cara memberikan insulin dengan benar saat
membeikan insulin, selain itu dengan adanya karikatur dan poster, dapat mengoptimalkan
para perawat untuk mengajarkan cara memberikan insulin dengan benar.
b. Dalam pembuatan baganVisi dan Misi di Ruang Interna 1dengan target awal 100%,
criteria keberhasilanya itu telah tersusun baganVisi dan Misi di Ruang Interna 1 sesuai
kondisi saat ini. Dari hasil pelaksanaan didapatkan hasil 100% yang artinya bahwa bagan
Visi dan Misi telah dilaksanakan dengan baik.
c. Dalam proses magang kepala ruang didapatkan hasil bahwa ners muda yang belum
berpengalaman menjadi kepala ruang, setelah magang menjadi kepala ruang telah
mendapatkan gambaran menjadi kepala ruang.
B. SARAN
Dari hasil evaluasi dan pembahasan yang telah dilaksanakan, maka kami memiliki beberapa
saran antara lain :
a. SAK Diabetes Melitus, SNH dan TB Paru belum tersusun, diharapkan rumah sakit dapat
segera menyususn SAK Diabetes Melitus agar dapat mengaplikasikan dan
mengoptimalkan SAK tersebut sesuai dengan SAK yang telah ada.
b. Sebelum melakukan tindakan keperawatan agar perawat tetap selalu mengajarkan cara
penyuntikan insulin untuk pasien yang akan pulang kerumah.
51
c. Bagan Visi dan Misi yang telah di buat semoga dapat dirawat dengan baik dan dapat
menjadikan patokan dalam melaksanakan tugas pelayanan kepada pasien. Selain itu dapat
memberikan semangat kepada seluruh petugas di ruang interna 1
d. Setelah para ners muda melakukan magang kepala ruang, untuk kedepannya agar waktu
dalam magang sebagai kepala ruang dapat ditambahkan waktu untuk praktek manajemen
dari pihak akademik, untuk lebih memahami tugas kepala ruang dan menambah
pengalaman ners muda.
DAFTAR PUSTAKA
52