Bab 2
Bab 2
Bab 2
LANDASAN TEORI
2.1 Profitabilitas
Profitabilitas adalah suatu rasio yang digunakan untuk mengukur suatu kemampuan
sebuah perusahaan agar perusahaan tersebut dapat menghasilkan laba dalam masa periode
tertentu pada tingkat penjualan, asset, dan modal saham. Setiap perusahaan pasti
menginginkan profit yang maksimal. Alat ukur utama kesuksesan sebuah perusahaan dilihat
laba melalui semua kemampuan dan sumber daya yang ada pada badan usaha seperti kegiatan
penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang perusahaan, dan lain sebagainya
(Sofyan Syafri Harahap, 2011). Sedangkan menurut Sutrisno (2013) Profitabilitas adalah
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan semua modal yang bekerja
didalamnya.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan adalah kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan sumber daya yang ada didalam
perusahaan itu sendiri. Rasio profitabilitas juga memiliki tujuan dan manfaatnya tersendiri,
tidak hanyak untuk pemilik perusahaan tetapi juga untuk pihak dari luar perusahaan terutama
pihak-pihak yang memiliki kepentingan atau hubungan dengan perusahaan tersebut. Tujuan
serta manfaat profitabilitas bagi perusahaan maupun pihak luar sebagai berikut:
Profitabilitas juga memiliki tujuan baik bagi pemilik badan usaha atau manajemen
melainkan juga bagi pihak di luar badan usaha, terutama pada pihak-pihak yang memiliki
hubungan atau kepentingan dengan badan usaha atau manajemen tersebut (Fahmi, dkk.,
2016). Tujuan penggunaan profitabilitas bagi badan usaha dan bagi pihak luar sebagai
berikut:
b. Untuk menilai posisi laba atau profit perusahaan pada tahun sebelumnya
Rasio profitabiltas memiliki manfaat yang tidak hanya bagi badan usaha tetapi juga
bagi pihak di luar badan usaha yang masih memiliki kepentingan bagi perusahaan itu sendiri
(Kasmir, 2014). Manfaat profitabilitas bagi badan usaha dan bagi pihak luar sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui besar tingkatan laba atau profit yang diperoleh perusahaan
b. Untuk mengetahui posisi laba atau profit perusahaan pada tahun sebelumnya
d. Untuk mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
waktu 1 (satu) periode atau kurun waktu tertentu serta mencari penyebabnya. Secara umum
ada empat jenis analisis utama yang digunakan untuk menilai tingkat profitabilitas yakni
terdiri dari:
Adalah suatu rasio yang mengukur keuntungan netto per rupiah penjualan. Net profit
margin adalah perbandingan antara net operating income dengan net sales menurut Riyanto
(2013). Net profit margin merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas
penjualan. Rasio ini akan menggambarkan penghasilan bersih perusahaan berdasarkan total
penjualan bersih.
Return on asset menurut Kasmir (2012) adalah rasio yang menunjukan hasil atas jumlah
aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Toto Prihadi (2011) mengemukakan ROA
memperoleh laba dan mengukur hasil total untuk seluruh kreditor dan pemegang saham
selaku penyedia sumber dana. Persentase ini dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
laba bersih
ROA= x 100 %
total aset
ekuitas biasa mengukur tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham. Sedangkan
menurut Sawir (2012) return on equity adalah rasio yang memperlihatkan sejauh manakah
perusahaan mengelola modal sendiri secara efektif mengukur tingkat keuntungan dari
investasi yang telah dilakukan pemiliki modal sendiri atau pemegang saham perusahaan.
laba bersih
ROE= x 100 %
ekuitas pemegang saham
Earning per share merupakan rasio yang menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh
untuk setiap lembar saham biasa (Syamsuddin, 2013). Menurut Sofyan Syafri Harahap
(2011) earning per share merupakan rasio yang menunjukan berapa besar kemampuan per
lembar saham dalam menghasilkan laba. Earning per share merupakan suatu indikator
Loan to deposit ratio (LDR) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan suatu
bank dalam menyediakan dana kepada debiturnya dengan modal yang dimiliki oleh bank
maupun dana yang dapat dikumpulkan dari masyarakat. Loan to deposit ratio (LDR)
merupakan sebuah perbandingan antara total kredit yang diberikan dengan total dana dari
pihak ketiga (Riyadi 2015). LDR diukur dengan sebuah perbandingan antara jumlah kredit
yang diberikan terhadap jumlah dana pihak ketiga. Rasio ini digunakan untuk melihat
seberapa besar sumber dana pihak ketiga yang pada umumnya jangka pendek digunakan
Menurut Kasmir (2014) batasan aman dari LDR suatu bank adalah sekitar 80% dan
batas maksimal adalah 110%. Menurut ketentuan pada Bank Indonesia tingkat LDR yang
baik berada diantara 75 % - 100 %. Sedangkan menurut ketentuan Bank Sentral batas aman
BOPO adalah rasio keuangan yang memperlihatkan efesiensi perbankan dalam kegiatan
operasionalnya atau bisa disebut dengan rasio efisiensi, karena itu semakin kecil rasio BOPO
maka, semakin efisien perbankan dalam menjalankan aktivitas operasionalnya. Rasio BOPO
juga digunakan untuk mengukur efisiensi perusahaan dalam pengelolaan beban terhadap
pendapatan dalam satu periode (Maryadi, dkk. 2020). Dengan begitu bank perlu menjaga
rasio ini agar nilai nya tetap kecil, sehingga mereka menjadi perusahaan yang dapat meraih
laba. Rasio BOPO ini harus diperhitungkan untuk meliat efisiensi bank dalam melakukan
Menurut Riyadi, dkk (2013) Rasio BOPO merupakan perbandingan antara beban
kemampuan bank dalam melakukan kegiatan pengoperasianya. Semakin kecil rasio BOPO
maka akan jadi lebih baik, karena bank yang bersangkutan dapat menutup beban operasional
dengan pendapatan operasionalnya. Ketentuan Bank Indonesia untuk standar BOPO
maksimal 90%. Jika melebihi, bank akan dianggap tidak efisien dan efektif.
Capital adequacy ratio (CAR) adalah perbandingan rasio antar rasio modal terhadap
aktiva tertimbang menurut risiko serta sesuai dengan ketentuan pemerintah (Kasmir 2016).
CAR memiliki tujuan antara lain untuk memastikan bank memiliki cadangan yang cukup
untuk kerugian yang wajar sebelum bangkrut dan kehilangan dana. Menurut Hery (2019),
capital adequacy ratio merupakan rasio untuk mengukur sebuah kecukupan di dalan modal
bank sebagai penunjang aset yang mengandung atau menghasilkan risiko, salah satu
contohnya adalah risiko kredit. Rasio ini memperlihatkan sejauh apa bank mengandung risiko
baik di kredit, surat berharga, tagihan, pernyataan dan lain-lain pada batas aman yaitu
minimal 8%.
Modal
CAR= x 100 %
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko ( ATMR )
terdahulu yaitu;
Tabel 2.1
Penelitian Sebelumnya
No Nama Peneliti Judul Variabe2. Metode Hasil
Penelitian Penelitian
Jurnal penerbit
2137-2166. perbankan di
Bursa Efek
Variabel
Indonesia,
bebas:
CAR, 2)BOPO
BOPO, berpengaruh
NPL, dan negatif dan
LDR signifikan
terhadap
Profitabilitas
pada
perusahaan
perbankan di
Bursa Efek
Indonesia,
2.6 Pengembangan Hipotesis
pengembalian dana deposan yang dihimpun di bank yang dapat diambil kembali sewaktu-
waktu dengan mengontrol jumlah kredit yang diberikan. Semakin tinggi rasio LDR
memberikan indikasi bahwa semakin tinggi tingkat likuiditas bank yang bersangkutan, oleh
karena itu semakin tinggi tingkat likuiditas bank tersebut maka pendapatan yang diperoleh
Hal ini didukung oleh Muttaqin (2017) menemukan bahwa LDR berpengaruh positif
terhadap ROA. Penelitian yang dilakukan Dewi (2017) menemukan hasil bahwa LDR
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA dan penelitian dari Rahman, dkk (2019)
menemukan bahwa LDR berpengaruh terhadap ROA. Dengan demikian, maka hipotesis pada
ROA
Risiko operasional dalam penelitian ini diwakili oleh biaya operasional terhadap
pendapatan operasional (BOPO) yaitu rasio antara biaya operasional dibandingkan dengan
pendapatan operasional. Oktaviantari, dkk (2013) menyatakan bank yang memiliki tingkat
BOPO yang tinggi menunjukkan kegiatan operasional dari bank tersebut tidak dijalankan
menurunkan laba bank tersebut. Sebaliknya, rendahnya tingkat BOPO menunjukkan bahwa
bank sudah mengelola biaya operasionalnya dengan efisien sehingga laba yang diperoleh
Hal tersebut di dukung oleh penelitian yang dilakukan Muttaqin (2017) menunjukkan
bahwa BOPO berpengaruh positif terhadap ROA. Billian, dkk (2017) menemukan bahwa
BOPO memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Penelitian tersebut juga
sejalan dengan hasil penelitian dari Dewi (2017) yang menemukan bahwa BOPO
berpengaruh signifikan terhadap ROA. Dengan demikian, maka hipotesis pada penelitian ini
Capital adequacy ratio (CAR) merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk
menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan
oleh aktiva yang berisiko. Capital adequacy ratio merupakan suatu rasio yang menunjukan
sejauh mana kemampuan permodalan bank yang berguna untuk menyerap berbagai risiko
kegagalan kredit sehingga apabila rasio CAR semakin tinggi maka bank tersebut dinyatakan
semakin sehat juga dengan sebaliknya (Fordian, 2017). Bank Indonesia menetapkan angka
Hal tersebut sejalan dengan peneliti Alifah (2014), Defri (2012), dan Rahman, dkk
(2019) menemukan bahwa CAR berpengaruh positif signifikan terhadap ROA. Dengan
2.6.4 Pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR), Pengaruh Biaya Operasional terhadap
profitabilitas (ROA)
Profitabilitas (ROA) dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu loan to deposito
ratio (LDR), BOPO, dan capital adequacy ratio (CAR). Loan to deposito ratio (LDR)
memiliki pengaruh yang baik dengan cara memberikan indikasi bahwa semakin tinggi tingkat
likuiditas bank yang bersangkutan, oleh karena itu semakin tinggi tingkat likuiditas bank
tersebut maka pendapatan yang diperoleh bank akan tinggi dan otomatis akan meningkatkan
pengaruh penting terhadap ROA dengan tingginya BOPO menunjukkan bahwa beban
operasional bank melebihi pendapatannya sehingga akan menurunkan laba bank tersebut.
Sebaliknya, rendahnya tingkat BOPO menunjukkan bahwa bank sudah mengelola biaya
operasionalnya dengan efisien sehingga laba yang diperoleh bank tersebut meningkat.
Capital adequacy ratio (CAR) dinyatakan berpengaruh positif signifikan terhadap ROA
dikarenakan apabila rasio CAR semakin tinggi maka bank tersebut dinyatakan semakin sehat
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Damayanti, dkk (2012),
Dewi (2017), dan Defri (2012). Berdasarkan hasil penelitian tersebut loan to deposit ratio
(LDR), biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO), dan capital adequacy
ratio (CAR) secara simultan berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA). Dengan demikiran
(BOPO), dan capital adequacy ratio (CAR) secara simultan berpengaruh positif terhadap
profitabilitas (ROA).
Penelitian ini mengkaji tentang pengaruh LDR, BOPO, dan CAR terhadap
profitabilitas (ROA). Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Loan to
deposit ratio (LDR), biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO), dan capital
adequacy ratio (CAR) sebagai variabel independen, dan profitabilitas (ROA) sebagai
variabel dependen. Adapun kerangka penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
Loan to Deposit
Ratio (LDR)
H1 (+)
X1 (+)
Capital Adequacy
Ratio (CAR)
X3 (+)
H4 (+)
Keterangan :
secara bersama-sama