EBN Terapi Bermain Origami
EBN Terapi Bermain Origami
EBN Terapi Bermain Origami
Disusun Oleh :
1. Maria Yulia Dewi Kurniasari (202254026)
2. Oktavianus Yobel Novikosari (202254031)
3. Tricia Margaretha Yoslin (202254036)
YOGYAKARTA
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas Evidence Based
Practice Keperawatan Gawat Darurat yang berjudul “Penerapan Terapi Bermain
Origami Terhadap Pasien Anak Yang Mengalami Kecemasan Yang Menjalani
Hospitalisasi di Ruang CB2 RA Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta” dengan
tepat waktu tanpa halangan suatu apapun.
Laporan ini dibuat sebagai pemenuhan tugas Praktik Klinik Keperawatan Anak
dan sebagai bentuk tanggung jawab penulis dalam menyelesaikan tugas Praktik
Klinik Keperawatan Anak di Ruang CB 2 RA Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan dan
menjadi referensi tentang asuhan keperawatan anak yang tepat pada pasien dengan
kecemasan menjalani hospitalisasi bagi pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dan dukungan yang telah
diberikan dalam proses penyusunan laporan pendahuluan, penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Ibu Ch. Ririn Widianti, M.Kep., Ns., Sp.Kep.An. selaku dosen pembimbing
akademik praktik klinik Keperawatan Anak.
2. Ibu Tri Winarti, S.Kep., Ns. selaku dosen pembimbing klinik Praktik
Keperawatan Anak
3. Teman-teman kelompok atas bantuan dan kerjasamanya
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
perpisahan atau disebut separation anxiety karena mereka berpisah dari
keluarga dan teman-teman mereka. Kelompok usia anak yang mengalami
separation anxiety ini adalah anak prasekolah, bentuk kecemasan pada anak usia
pra sekolah seperti menolak makan, mengalami sulit tidur, terus bertanya kapan
orang mereka akan datang, atau menarik diri dari orang lain. Untuk mengatasi
kecemasan anak tersebut, anak dapat diikutkan dalam terapi bermain
menyimpulkan bahwa bermain dapat mengurangi emosi negatif pada anak yang
sedang dirawat di rumah sakit. Sementara itu dengan membuktikan bahwa
bermain memiliki pengaruh yang signifikan untuk mengurangi kecemasan
anak. Bermain juga dapat dilakukan sebagai persiapan perawatan. Sebelum
masuk di ruang perawatan, anak diajak bermain di ruang admisi. Kegiatan ini
terbukti efektif menurunkan kecemasan pada anak.
Kegiatan bermain memiliki berbagai variasi. Salah satu kegiatan bermain yang
sesuai dengan perkembangan anak usia pra sekolah menurut Yulianti 2020
adalah kegiatan melipat kertas atau yang biasa disebut sebagai origami. Sebuah
literatur review menyebutkan bahwa origami telah menjadi kegiatan
keterampilan bagi 97% anak pra sekolah di Jepang dan praktik ini telah
dilakukan lebih dari 140 tahun (Nishida, 2019). Origami menjadi pilihan
kegiatan bagi anak pra sekolah karena pada usia ini, anak berada pada tahap
perkembangan bermain sosial dan fantasi. Kegiatan origami dapat memenuhi
tugas perkembangan fantasi pada anak (Jones, 2018). Selanjutnya, fantasi anak
dapat mendukung kreativitas anak.
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui tingkat keefektifan Penerapan Terapi Bermain Origami Terhadap
Pasien Anak Yang Mengalami Kecemasan Yang Menjalani Hospitalisasi Di
Ruang CB2RA Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
2
1.3.2 Mengetahui penerapan Terapi Bermain Origami Terhadap Pasien Anak Yang
Mengalami Kecemasan Yang Menjalani Hospitalisasi Di Ruang CB2RA
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Anak Pra Sekolah
2.1.1 Definisi anak pra sekolah
Anak usia prasekolah adalah anak usia 3-5 tahun dimana pada masa ini anak
telah mencapai kematangan dalam berbagai macam fungsi motorik dan di
ikuti dengan perkembangan intelektual dan sosio emosional. Selain itu,
imajinasi intelektual dan keinginan anak untuk mencari tahu dan
bereksplorasi terhadap lingkungan juga merupakan ciri utama anak pada
usia dini (Satyogroho, 2010 yang disitasi oleh Purnamasari, 2020). Anak
merupakan individu yang unik dan bukan orang dewasa. Anak juga bukan
merupakan harta atau kekayaan orang tua yang dapat dinilai secara sosial
ekonomi, anak adalah individu yang bergantung pada orang dewasa dan
lingkunganya, dimana dapat memfasilitasi dalam memenuhi kebutuhan
dasarnya dan untuk belajar mandiri (Supartini, 2013 yang disitasi oleh
Purnamasari, 2020).
2.1.2 Pembagian kelompok umur anak
Berdasarkan peraturan mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
nomer 58 Tahun 2009 dalam kutipan Wijaya Mulyadi (2017) yang disitasi
oleh Noviyanti (2020) tentang standar Pendidikan Anak Usia dini,
pembagian kelompok usia anak sebagai berikut:
1) Tahap usia 0 - < 2 tahun, terdiri dari kelompok usia :
a) < 3 bulan
b) 3 - < 6 bulan
c) 6 - < 9 bulan
d) 9 - < 12 bulan
e) 12 - < 18 bulan
f) 18 - < 24 bulan
2) Tahap usia 2 - < 4 tahun, terdiri dari kelompok usia :
a) 2 - < 3 tahun
b) 3 - < 4 tahun
3) Tahap usia 4 - ≤ 6 tahun, terdiri dari kelompok usia :
4
a) 4 - < 5 tahun
b) 5 - ≤ 6 tahun
5
mengoleskan selai ke roti dengan menggunakan pisau, menuangkan air
kedalam gelas, mandi sendiri, menggunakan gayung saat mandi, dan dapat
ke toilet sendiri (Muscari, 2005 yang disitasi oleh Sholikhatun, 2018).
2.1.3.3 Perkembangan bahasa
Perkembangan bahasa anak mampu menyebutkan hingga empat gambar,
empat warna, menyebutkan kegunaan benda, menghitung, menggunakan
bunyi untuk mengidentifikasi objek, orang atau aktivitas, meniru berbagai
bunyi kata, memahami arti larangan, berespon terhadap panggilan dan
orang-orang anggota keluarga terdekat (Alimul Hidayat, 2005 yang disitasi
oleh Sholikhatun, 2018).
2.1.3.4 Perkembangan adaptasi social
Perkembangan adaptasi sosial dapat bermain dengan permainan sederhana.
Menagis jika dimarahi, membuat permainan sederhana, membuat
permintaan sederhana dengan gaya tubuh, menunjukan peningkatan
kecemasan terhadap perpisahan, mengenali anggota keluarga (Alimul
Hidayat, 2005 yang disitasi oleh Sholikhatun, 2018).
6
lingkungan, melakukan apa yang dilakukannya, dan mengenal waktu, jarak
serta suara (Wong, et al 2008 yang disitasi oleh Madyastuti, 2017).
Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah satu
alat paling efektif untuk mengatasi stres anak. Karena hospitalisasi
menimbulkan krisis dalam kehidupan anak, dan sering disertai stres
berlebihan, maka anak-anak perlu bermain untuk mengeluarkan rasa takut
dan cemas yang mereka alami sebagai alat koping dalam menghadapi stres
(Wong, et al, 2008 yang disitasi oleh Madyastuti, 2017).
7
2.2.3 Karakteristik bermain sesuai tahap usia pra sekolah
Dalam memilih permainan harus memperhatikan kebutuhan anak sehingga
tumbuh kembang anak sesuai dengan usianya (Adriana, 2017 yang disitasi
oleh Alvianda, 2019). Anak usia prasekolah (3 – 6 tahun) berada pada tahap
perkembangan motorik kasar dan motorik halus. Anak dapat melompat,
berlari, atau main sepeda karena sangat energetic dan juga imaginatif anak
sudah dapat bermain dengan kelompok dan karakteristik bermainnya adalah
assosiatif play yaitu bermain kelompok, dramatic play yaitu bermain peran
seperti bonekabonekaan dan skill play seperti bermain sepeda dan
menyusun puzzle.
8
permainan dengan baik. Namun anak-anak bisa memainkannya sebagai
media bermain peran (Fadlillah, 2017 yang disitasi oleh Hafsah, 2020).
9
BAB III
3.1.1 Jurnal 1
3.1.1.1 Judul : Terapi Bermain Origami Terhadap Kecemasan Anak Usia
Prasekolah (3-6 Tahun) Yang Menjalani Hospitalisasi
3.1.1.2 Penulis : Muhammad Al-Ihsan, Eka Santi, Anggi Setyowati
3.1.1.3 Tahun : 2018
3.1.2 Jurnal 2
3.1.2.1 Judul : Origami Sebagai Tindakan Adjuvant Atraumatic Care Terhadap
Tingkat Kecemasan Anak Yang Menjalani Hospitalisasi
3.1.2.2 Penulis : Neneng Aria Nengsih
3.1.2.3 Tahun : 2020
3.1.3 Jurnal 3
3.1.3.1 Judul : Terapi Bermain Origami Untuk Menurunkan Kecemasan Anak
Usia Prasekolah Selama Hospitalisasi
3.1.3.2 Penulis : Gratsiana Florensiana Da silva , Natalia R. Yulianti , dan Apolonia
A. Ina
3.1.3.3 Tahun : 202
10
Kecemasan Anak Yang Prasekolah Selama
Menjalani Hospitalisasi Hospitalisasi
Patient, Berdasarkan Hasil studi Hasil studi pendahuluan Berdasarkan studi kasus
Population or pendahuluan yang dilakukan yang dilakukan peneliti yang dilakukan sakit umum
Problem peneliti pada bulan Oktober 2016, pada bulan Oktober daerah di Jawa Tengah
diruang rawat inap anak RSUD 2016, diruang rawat terdapat 228 anak usia pra
(Pasien,
Idaman Banjarbaru, dari hasil inap anak RSUD sekolah yang dirawat dalam
populasi, dan
pengamatan kepada 10 anak usia Idaman Banjarbaru, dari tiga bulan terakhir. Sebagai
masalah yang
prasekolah (3-6 tahun) didapatkan hasil pengamatan dampak perawatan tersebut,
diangkat
hasil 7 anak mengalami kepada 10 anak usia anak-anak rentan
dalam karya
kecemasan ditandai dengan anak prasekolah (3-6 tahun) mengalami kecemasan.
ilmiah yang
menangis saat dilakukan tindakan didapatkan hasil 7 anak
ditulis)
keperawatan, anak terlihat rewel mengalami kecemasan
saat jauh dari orang tua, anak takut ditandai dengan anak
kepada petugas kesehatan yang menangis saat
berpakaian putih dan 3 anak tidak dilakukan tindakan
mengalami kecemasan keperawatan, anak
dikarenakan anak sudah beberapa terlihat rewel saat jauh
kali menjalani perawatan di rumah dari orang tua, anak
sakit sebelumnya. takut kepada petugas
kesehatan yang
berpakaian putih dan 3
anak tidak mengalami
kecemasan dikarenakan
anak sudah beberapa
kali menjalani
perawatan di rumah
sakit sebelumnya.
RSUD 45 Kuningan
telah melakukan upaya
mengurangi
kecemasan/stressor
11
selama hospitalisasi
seperti memodifikasi
ruangan dengan
berbagai warna cat
tembok dan gambar
menarik serta
memperbolehkan anak
ditemani oleh satu orang
anggota keluarganya,
namun sangat
disayangkan ruang
perawatan anak belum
menerapkan terapi
bermain sebagai terapi
pendamping non
farmakologis sebagai
manajemen atraumatic
care dalam mengatasi
masalah kecemasan
pada anak selama
dirawat di rumah sakit.
Intervention, Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Pra Penelitian ini merupakan
Prognostic, quasi eksperimental dengan Eksperimen ini jenis penelitian Quasi
Factor or rancangan penelitian pretest- menggunakan Experiment dengan
Exposure posttest non equivalent control rancangan One Group rancangan one group
group design (13). Populasi pada Pretest Posttest tanpa pretest-postest. Hipotesis
(Intervensi,
penelitian ini adalah seluruh kelompok pembanding penelitian ini adalah H1:
faktor
pasien anak usia prasekolah (3- 6 (kontrol), tetapi Ada pengaruh terapi
prognostik
tahun) yang didampingi orang tua setidaknya sudah bermain origami terhadap
atau paparan
selama menjalani perawatan di dilakukan observasi kecemasan anak usia
yang akan
RSUD Idaman Banjarbaru. pertama (pretest) yang prasekolah yang mengalami
diangkat
dapat memungkinkan hospitalisasi. H0: Tidak ada
12
dalam karya menguji perubahan- pengaruh terapi bermain
ilmiah) perubahan yang terjadi origami terhadap
setelah adanya kecemasan anak usia
eksperimen. Penelitian prasekolah yang mengalami
Pra Eksperimen ini hospitalisasi. Penelitian ini
menggunakan dilakukan di dua rumah
rancangan One Group sakit daerah di Jawa Tengah
Pretest Posttest tanpa yang dilaksanakan pada
kelompok pembanding bulan Juli 2019. Teknik
(kontrol), tetapi pengambilan sampel dalam
setidaknya sudah penelitian ini adalah teknik
dilakukan observasi consecutive sampling
pertama (pretest) yang dengan responden 70
dapat memungkinkan sampel.
menguji perubahan-
perubahan yang terjadi
setelah adanya
eksperimen
Comparison Berdasarkan kecemasan anak Berdasarkan tabel 1 Penelitian ini membuktikan
or sesudah diberikan terapi bermain distribusi kecemasan bahwa terapi bermain
Intervention origami pada kelompok intervensi anak sesudah diberikan origami dapat menurunkan
(If didapatkan bahwa t-score rata-rata terapi bermain origami kecemasan anak pra sekolah
Apropriate) kecemasan mengalami penurunan pada kelompok yang mengalami
menjadi 62,27 dengan standar intervensi didapatkan hospitalisasi. Dengan
(Perbandingan
deviasi 7,80 hasil ini menujukan bahwa t-score rata-rata demikian penelitian ini
atau
bahwa ada penurunan tscore rata- kecemasan mengalami memperkuat hasil
intervensi
rata kecemasan sesudah pada penurunan menjadi penelitian-penelitian
yang ingin
kelompok intervensi sebesar 7,06 62,27 dengan standar sebelumnya, Terapi bermain
dibandingkan
dengan derajat kepercayaan 95% deviasi 7,80 hasil ini origami mampu
dengan
berada dalam rentang 6,83 sampai menujukan bahwa ada menurunkan kecemasan
intervensi
7,31. Pada kelompok kontrol tidak penurunan tscore rata- anak ketika dirawat di
atau paparan
diberikan terapi bermain origami rata kecemasan sesudah rumah sakit karena kegiatan
13
pada karya hanya diukur tscore kecemasan pada kelompok bermain dapat mengurangi
ilmiah yang sesudah tanpa diberikan terapi. intervensi sebesar 7,06 stres dan membebaskan
akan ditulis) Dari hasil distribusi kecemasan dengan derajat anak dari tekanan. Hal
anak sesudah tanpa diberikan kepercayaan 95% tersebut disebabkan anak-
terapi bermain origami pada berada dalam rentang anak diberi kebebabasn
kelompok kontrol didapatkan 6,83 sampai 7,31. Pada mengkespresikan ketakutan,
adanya peningkatan skor rata-rata kelompok kontrol tidak kekuatiran, dan kecemasan
sebesar 1,06 dengan derajat diberikan terapi bermain mereka. Kegiatan origami
kepercayaan 95% berada dalam origami hanya diukur memberikan kesempatan
rentang 1,3 sampai 0,83. Hasil ini tscore kecemasan anak membuat bentuk-
kemungkinan disebabkan sesudah tanpa diberikan bentuk yang ada di sekitar
keteramilan koping yang dimiliki terapi. Dari hasil rumah sakit.
anak dalam menangani stres masih distribusi kecemasan
kurang baik sehingga anak tidak anak sesudah tanpa
dapat beradaptasi dengan diberikan terapi bermain
lingkungan yang baru. origami pada kelompok
kontrol didapatkan
adanya peningkatan
skor rata-rata sebesar
1,06 dengan derajat
kepercayaan 95%
berada dalam rentang
1,3 sampai 0,83. Hasil
ini kemungkinan
disebabkan keteramilan
koping yang dimiliki
anak dalam menangani
stres masih kurang baik
sehingga anak tidak
dapat beradaptasi
dengan lingkungan
yang baru.
14
Outcome you Setalah diberikan terapi bermain Berdasarkan hasil uji Penelitian ini membuktikan
would like to pada kelompok intervensi nilai statistik perbedaan bahwa terapi bermain
measure or rata-rata t-score setiap domain tingkat kecemasan origami mampu
achive kecemasan mengalami penurunan sebelum dan sesudah menurunkan kecemasan
pada kelompok intervensi. Setelah pemberian terapi anak prasekolah selama
(Target apa
diberikan terapi bermain origami bermain pada responden hospitalisasi sehingga dapat
yang ingin
terdapat tiga domain Setalah ada perbedaan tingkat menjadi referensi bagi
dicapai dari
diberikan terapi bermain pada kecemasan sebelum dan perawat dalam mendistraksi
suatu
kelompok intervensi nilai rata-rata sesudah diberikan terapi anak ketika mengalami
penelitian
t-score setiap domain kecemasan bermain origami pada kecemasan selama
misalnya
mengalami penurunan pada anak yang menjalani hospitalisasi.
pengaruh atau
kelompok intervensi. Setelah prosedur invasif infus di
perbaikan dari
diberikan terapi bermain origami Ruang anak RSUD 45
suatu kondisi
terdapat tiga domain Kuningan. Ini berarti
atau penyakit
bahwa terapi bermain
tertentu)
dengan menggunakan
origami bisa
mengurangi tingkat
kecemasan anak usia
pra sekolah yang
dibuktikan dengan
respon anak mulai
kooperatif dan tampak
tenang terhadap
kehadiran petugas
kesehatan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ihsan, M., Santi, E., & Setyowati, A. (2018). Terapi bermain origami terhadap
kecemasan anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang menjalani hospitalisasi.
Dunia Keperawatan: Jurnal Keperawatan dan Kesehatan, 6(1), 63-70.
16
Roemani Semarang (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Semarang). Retrieved from http://repository.unimus.ac.id/2922
Sadiah, R. H., Hardiani, R. S., & Rondhianto, R. (2014). Pengaruh Terapi Bermain
Origami terhadap Tingkat Kecemasan pada Anak Prasekolah dengan
Hospitalisasi di Ruang Aster RSD dr. Soebandi Jember (The Effect of
Origami Play Therapy toward Anxiety Level on Preschool Age Children
Hospitalization in Aster’s Room. Pustaka Kesehatan, 2(3), 530-536.
Yulianti, N. R., & Ina, A. A. (2020). Terapi Bermain Origami Untuk Menurunkan
Kecemasan Anak Usia Prasekolah Selama Hospitalisasi. Jurnal Kesehatan,
9(1), 13-19.
17