EBN Terapi Bermain Origami

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 20

ENVIDENCE BASED NURSING KEPERAWATAN ANAK

PENERAPAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI TERHADAP PASIEN


ANAK YANG MENGALAMI KECEMASAN YANG MENJALANI
HOSPITALISASI DI RUANG CB2RA RUMAH SAKIT PANTI RAPIH
YOGYAKARTA

Disusun Oleh :
1. Maria Yulia Dewi Kurniasari (202254026)
2. Oktavianus Yobel Novikosari (202254031)
3. Tricia Margaretha Yoslin (202254036)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI RAPIH

YOGYAKARTA

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas Evidence Based
Practice Keperawatan Gawat Darurat yang berjudul “Penerapan Terapi Bermain
Origami Terhadap Pasien Anak Yang Mengalami Kecemasan Yang Menjalani
Hospitalisasi di Ruang CB2 RA Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta” dengan
tepat waktu tanpa halangan suatu apapun.

Laporan ini dibuat sebagai pemenuhan tugas Praktik Klinik Keperawatan Anak
dan sebagai bentuk tanggung jawab penulis dalam menyelesaikan tugas Praktik
Klinik Keperawatan Anak di Ruang CB 2 RA Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan dan
menjadi referensi tentang asuhan keperawatan anak yang tepat pada pasien dengan
kecemasan menjalani hospitalisasi bagi pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dan dukungan yang telah
diberikan dalam proses penyusunan laporan pendahuluan, penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Ibu Ch. Ririn Widianti, M.Kep., Ns., Sp.Kep.An. selaku dosen pembimbing
akademik praktik klinik Keperawatan Anak.
2. Ibu Tri Winarti, S.Kep., Ns. selaku dosen pembimbing klinik Praktik
Keperawatan Anak
3. Teman-teman kelompok atas bantuan dan kerjasamanya

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak


kekurangan, dan masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan yang
penulis miliki. Atas segala kekurangan dalam makalah ini, penulis sangat
mengharapkan saran, masukan, dan kritik yang bersifat membangun serta
mengarahkan pada penyempurnaan makalah ini.
Yogyakarta, 11 Juni 2023
Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 2

1.3 Tujuan ..................................................................................................... 2

1.4 Ruang Lingkup ....................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN TEORI ................................................................................. 4

2.1 Konsep Anak Pra Sekolah ..................................................................... 4

2.2 Konsep Terapi Bermain ......................................................................... 6

2.3 Konsep Dasar Origami .......................................................................... 8

BAB III HASIL ANALISA PICO ..................................................................... 10

3.1 Analisis PICO ....................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 16

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anak usia prasekolah memiliki peluang besar untuk mengalami masalah
kesehatan jika dikaitkan dengan respon imun dan kekuatan pertahanan dirinya
yang belum optimal . Masalah kesehatan yang sering terjadi pada anak usia
prasekolah adalah infeksi saluran pernafasan, demam dan diare. Permasalahan
kesehatan yang terjadi pada anak usia prasekolah sering mengakibatkan anak
harus menjalani rawat inap atau hospitalisasi. Menurut Sadiah 2014
mengatakan Hospitalisasi merupakan suatu keadaan krisis yang membuat anak
untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai
pemulangan ke rumah. Anak prasekolah yang sakit dan harus dirawat di rumah
sakit dapat mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan. Pengalaman
yang tidak menyenangkan pada anak prsekolah memunculkan berbagai respon
terhadap pengalaman hospitalisasi. Respon yang paling umum pada anak
prasekolah yang menjalani hospitalisasi adalah kecemasan. Stressor utama
Kecemasan pada anak prasekolah selama hospitalisasi yaitu perpisahan,
kehilangan kendali, cedera tubuh dan nyeri. Kecemasan menimbulkan respon
fisiologis dan respon psikologis. Kecemasan yang dialami anak prasekolah
selama hospitalisasi jika tidak segera ditangani akan menghambat proses
kesembuhan anak. Proses kesembuhan terhambat karena anak yang mengalami
kecemasan akan menolak perawatan dan pengobatan yang sedang dijalani
(tidak kooperatif). Anak yang mengalami kecemasan selama hospitalisasi akan
berusaha untuk menolak makan, minum, dan sulit tidur, sehingga akan
membuat kondisi anak menjadi lebih buruk. Kecemasan yang terus menerus
dapat mengakibatkan tubuh menghasilkan hormon yang menyebabkan
kerusakan pada seluruh tubuh termasuk menurunkan kemampuan sistem imun.
Menurut Potts & Mandleco, 2012; Hockenberry & Wilson, 2015 dalam Yulianti
2020 mengatakan kecemasan anak ketika dirawat di rumah sakit tidak dapat
dihindarkan dan ini menjadi salah satu distres psikologis selama dirawat di
rumah sakit. Salah satu kecemasan tersebut adalah kecemasan karena

1
perpisahan atau disebut separation anxiety karena mereka berpisah dari
keluarga dan teman-teman mereka. Kelompok usia anak yang mengalami
separation anxiety ini adalah anak prasekolah, bentuk kecemasan pada anak usia
pra sekolah seperti menolak makan, mengalami sulit tidur, terus bertanya kapan
orang mereka akan datang, atau menarik diri dari orang lain. Untuk mengatasi
kecemasan anak tersebut, anak dapat diikutkan dalam terapi bermain
menyimpulkan bahwa bermain dapat mengurangi emosi negatif pada anak yang
sedang dirawat di rumah sakit. Sementara itu dengan membuktikan bahwa
bermain memiliki pengaruh yang signifikan untuk mengurangi kecemasan
anak. Bermain juga dapat dilakukan sebagai persiapan perawatan. Sebelum
masuk di ruang perawatan, anak diajak bermain di ruang admisi. Kegiatan ini
terbukti efektif menurunkan kecemasan pada anak.
Kegiatan bermain memiliki berbagai variasi. Salah satu kegiatan bermain yang
sesuai dengan perkembangan anak usia pra sekolah menurut Yulianti 2020
adalah kegiatan melipat kertas atau yang biasa disebut sebagai origami. Sebuah
literatur review menyebutkan bahwa origami telah menjadi kegiatan
keterampilan bagi 97% anak pra sekolah di Jepang dan praktik ini telah
dilakukan lebih dari 140 tahun (Nishida, 2019). Origami menjadi pilihan
kegiatan bagi anak pra sekolah karena pada usia ini, anak berada pada tahap
perkembangan bermain sosial dan fantasi. Kegiatan origami dapat memenuhi
tugas perkembangan fantasi pada anak (Jones, 2018). Selanjutnya, fantasi anak
dapat mendukung kreativitas anak.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana keefektifan Penerapan Terapi Bermain Origami Terhadap Pasien
Anak Yang Mengalami Kecemasan Yang Menjalani Hospitalisasi Di Ruang
CB2RA Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui tingkat keefektifan Penerapan Terapi Bermain Origami Terhadap
Pasien Anak Yang Mengalami Kecemasan Yang Menjalani Hospitalisasi Di
Ruang CB2RA Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

2
1.3.2 Mengetahui penerapan Terapi Bermain Origami Terhadap Pasien Anak Yang
Mengalami Kecemasan Yang Menjalani Hospitalisasi Di Ruang CB2RA
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

1.4 Ruang Lingkup


Keperawatan Anak dengan pasien anak yang mengalami kecemasan Yang
Menjalani Hospitalisasi Di Ruang CB2RA Rumah Sakit Panti Rapih
Yogyakarta

3
BAB II

TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Anak Pra Sekolah
2.1.1 Definisi anak pra sekolah
Anak usia prasekolah adalah anak usia 3-5 tahun dimana pada masa ini anak
telah mencapai kematangan dalam berbagai macam fungsi motorik dan di
ikuti dengan perkembangan intelektual dan sosio emosional. Selain itu,
imajinasi intelektual dan keinginan anak untuk mencari tahu dan
bereksplorasi terhadap lingkungan juga merupakan ciri utama anak pada
usia dini (Satyogroho, 2010 yang disitasi oleh Purnamasari, 2020). Anak
merupakan individu yang unik dan bukan orang dewasa. Anak juga bukan
merupakan harta atau kekayaan orang tua yang dapat dinilai secara sosial
ekonomi, anak adalah individu yang bergantung pada orang dewasa dan
lingkunganya, dimana dapat memfasilitasi dalam memenuhi kebutuhan
dasarnya dan untuk belajar mandiri (Supartini, 2013 yang disitasi oleh
Purnamasari, 2020).
2.1.2 Pembagian kelompok umur anak
Berdasarkan peraturan mentri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
nomer 58 Tahun 2009 dalam kutipan Wijaya Mulyadi (2017) yang disitasi
oleh Noviyanti (2020) tentang standar Pendidikan Anak Usia dini,
pembagian kelompok usia anak sebagai berikut:
1) Tahap usia 0 - < 2 tahun, terdiri dari kelompok usia :
a) < 3 bulan
b) 3 - < 6 bulan
c) 6 - < 9 bulan
d) 9 - < 12 bulan
e) 12 - < 18 bulan
f) 18 - < 24 bulan
2) Tahap usia 2 - < 4 tahun, terdiri dari kelompok usia :
a) 2 - < 3 tahun
b) 3 - < 4 tahun
3) Tahap usia 4 - ≤ 6 tahun, terdiri dari kelompok usia :

4
a) 4 - < 5 tahun
b) 5 - ≤ 6 tahun

Sedangkan pembagian kelompok umur anak yang dipakai dalam


program kesehatan di kementerian kesehatan adalah sebagai berikut :

1) Bayi umur 0 - < 1 tahun


2) Balita umur 0 - < 5 tahun
3) Anak balita umur 1 - < 5 tahun
4) Anak prasekolah umur 5 - < 6 taahun
5) Anak remaja 10 - 18 tahun, dibagi menjadi praremaja (10 - < 13
tahun) dan remaja (13 - < 18 tahun)
6) Anak usia sekolah 6 - < 18 tahun

2.1.3 Perkembangan anak usia pra sekolah


2.1.3.1 Perkembangan fisik
Pada pertumbuhan masa prasekolah pada anak pertumbuhan fisik
khususnya berat badan mengalami kenaikan pertahunnya rata-rata 2 kg,
kelihatan kurus akan tetapi aktivitas motorik tinggi, dimana sistem tubuh
sudah mencapai kematangan seperti berjalan, melompat, dan lain-lain. Pada
pertumbuhan khususnya ukuran tinggi badan anak akan bertambah rata-rata
6,75 – 7,5 meter setiap tahunya (Alimul Hidayat, 2005 yang disitasi oleh
Sholikhatun, 2018).
2.1.3.2 Perkembangan motoric
Keterampilan motorik kasar pada anak usia 3-6 tahun sudah dapat melompat
dengan satu kaki, melompat dan berlari lebih lancar, mengembangkan
kemampuan olah raga seperti meluncur dan berenang, anak usia prasekolah
dapat mengendarai sepeda roda 3, menaiki dan menuruni tangga dengan
kaki bergantian, berdiri dengan satu kaki selama beberapa menit, melompat
dengan satu kaki. Pada usia 4 tahun dapat melompati tali, dan berdiri
seimbang dengan satu kaki dan mata tertutup pada usia 5 tahun.
Keterampilan motorik halus dapat merekatkan sepatu, dapat membuat
jembatan dengan tiga balok, menggambar tanda silang, mengancingkan
baju sendiri, makan sendiri, dapat makan menggunakan sendok dan garpu,

5
mengoleskan selai ke roti dengan menggunakan pisau, menuangkan air
kedalam gelas, mandi sendiri, menggunakan gayung saat mandi, dan dapat
ke toilet sendiri (Muscari, 2005 yang disitasi oleh Sholikhatun, 2018).
2.1.3.3 Perkembangan bahasa
Perkembangan bahasa anak mampu menyebutkan hingga empat gambar,
empat warna, menyebutkan kegunaan benda, menghitung, menggunakan
bunyi untuk mengidentifikasi objek, orang atau aktivitas, meniru berbagai
bunyi kata, memahami arti larangan, berespon terhadap panggilan dan
orang-orang anggota keluarga terdekat (Alimul Hidayat, 2005 yang disitasi
oleh Sholikhatun, 2018).
2.1.3.4 Perkembangan adaptasi social
Perkembangan adaptasi sosial dapat bermain dengan permainan sederhana.
Menagis jika dimarahi, membuat permainan sederhana, membuat
permintaan sederhana dengan gaya tubuh, menunjukan peningkatan
kecemasan terhadap perpisahan, mengenali anggota keluarga (Alimul
Hidayat, 2005 yang disitasi oleh Sholikhatun, 2018).

2.1.4 Stimulasi tumbuh kembang


Menurut Nursalam (2005) yang disitasi oleh Nurbaniah (2018), stimulasi
merupakan bagian dari kebutuhan dasar anak yaitu asah. Dengan mengasah
kemampuan anak secara terus-menerus, kemampuan anak akan semakin
meningkat, pemberian stimulus dapat dilakukan dengan latihan dan
bermain. Anak yang memperoleh stimulus yang terarah akan lebih cepat
berkembang dibandingkan anak yang kurang memperoleh stimulus.

2.2 Konsep Terapi Bermain


2.2.1 Definisi terapi bermain
Aktivitas bermain yang dilakukan anak-anak merupakan cerminan
kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial. Bermain juga
merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain anakanak
akan berkatakata (berkomunikasi), belajar menyesuaikan diri dengan

6
lingkungan, melakukan apa yang dilakukannya, dan mengenal waktu, jarak
serta suara (Wong, et al 2008 yang disitasi oleh Madyastuti, 2017).

Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah satu
alat paling efektif untuk mengatasi stres anak. Karena hospitalisasi
menimbulkan krisis dalam kehidupan anak, dan sering disertai stres
berlebihan, maka anak-anak perlu bermain untuk mengeluarkan rasa takut
dan cemas yang mereka alami sebagai alat koping dalam menghadapi stres
(Wong, et al, 2008 yang disitasi oleh Madyastuti, 2017).

2.2.2 Tujuan bermain


Secara umum tujuan bermain dapat di klasifikasikan menjadi beberapa
bentuk sebagai berikut (Ananda (2021):
2.2.2.1 Eksplorasi anak, yaitu mengeluarkan atau mencurahkan seluruh
kemampuan yang dimiliki. Jiwa anak adalah suka berpetualang. Anak suka
melakukan hal-hal baru yang diinginkan dan dianggap menarik baginya.
Dalam konteks ini bermain merupakan salah satu tempat untuk
bereksplorasi, sehingga rasa keingintahuannya dapat terpenuhi sesuai yang
diinginkan.
2.2.2.2 Eksperimen anak, bermain sebagai eksperimen anak memiliki makna
bahwa melalui bermain anak dapat melakukan uji coba-uji coba untuk
mendapatkan informasi pengetahuan atau pengalaman yang baru.
2.2.2.3 Imitation anak, bermain merupakan suatu bentuk peniruan anak-anak
terhadap permainan yang dimainkan.
2.2.2.4 Adaptasi anak, tujuan lain dari kegiatan bermain ialah untuk melatih
adaptasi anak-anak dengan lingkungan sekitar. Adaptasi sendiri bermakna
mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan. Maksudnya manakala anak
bermain bersama teman-teman sebayanya secara otomatis akan melatih
anak bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.

7
2.2.3 Karakteristik bermain sesuai tahap usia pra sekolah
Dalam memilih permainan harus memperhatikan kebutuhan anak sehingga
tumbuh kembang anak sesuai dengan usianya (Adriana, 2017 yang disitasi
oleh Alvianda, 2019). Anak usia prasekolah (3 – 6 tahun) berada pada tahap
perkembangan motorik kasar dan motorik halus. Anak dapat melompat,
berlari, atau main sepeda karena sangat energetic dan juga imaginatif anak
sudah dapat bermain dengan kelompok dan karakteristik bermainnya adalah
assosiatif play yaitu bermain kelompok, dramatic play yaitu bermain peran
seperti bonekabonekaan dan skill play seperti bermain sepeda dan
menyusun puzzle.

2.2.4 Prinsip bermain di rumah sakit


Meskipun anak sedang sakit atau dirawat di rumah sakit, tugas
pekembangan tidaklah terhenti. Hal ini bertujuan, melanjutkan tumbuh dan
kembang selama perawatan, sehingga kelangsungan tumbuh kembang dapat
berjalan, dapat mengembangkan kreativitas dan pengalaman, anak akan
mudah beradaptasi terhadap stress karena penyakit yang dialami. Prinsip
bermain di rumah sakit yaitu:
2.2.4.1 Tidak banyak mengeluarkan energi diberikan secara singkat dan sederhana.
2.2.4.2 Mempertimbangkan keamanan dan infeksi silang.
2.2.4.3 Kelompok usia yang sebaya.
2.2.4.4 Permainan tidak bertentangan dengan pengobatan.
2.2.4.5 Melibatkan orang tua atau keluarga (Suriadi & Rita, 2010 yang disitasi oleh
Rahayu, 2018)

2.3 Konsep Dasar Origami


2.3.1 Definisi bermain origami
Origami merupakan alat permainan edukatif yang terbuat dari kertas.
Origami merupakan bentuk permainan kreativitas yang berasal dari Jepang.
Bahan yang diperlukan, yaitu potongan kertas lipat berbentuk persegi.
Pembuatan alat permainan ini sedikit agak rumit, sebab membutuhkan
kemahiran tersendiri. Untuk anak-anak biasanya belum dapat membuat alat

8
permainan dengan baik. Namun anak-anak bisa memainkannya sebagai
media bermain peran (Fadlillah, 2017 yang disitasi oleh Hafsah, 2020).

2.3.2 Indikator kemampuan anak pada kegiatan origami


Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai
oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yaitu mencakup sikap,
pengetahuan dan keteramnpilan (Sudrajat, 2008 yang disitasi oleh
Pramudianti, 2019). Indikator kemampuan anak pada kegiatan origami
adalah:
2.3.2.1 Melipat kertas lebih dari satu lipatan.
2.3.2.2 Anak dapat mengenal langkah-langkah pelaksanaan dalam melakukan suatu
kegiatan, yang pada gilirannya anak-anak diharapkan dapat meniru dan
melakukan apa yang didemonstrasikan oleh guru.
2.3.2.3 Percaya diri dalam melipat kertas.
2.3.2.4 Mandiri dalam melipat kertas.
2.3.2.5 Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi tentang bentuk origami.
2.3.2.6 Mengabaikan ejekan dari orang lain ketika melipat kertas.
2.3.2.7 Melipat kertas sampai menjadi suatu bentuk origami.

9
BAB III

HASIL ANALISA PICO

3.1 Analisis PICO

3.1.1 Jurnal 1
3.1.1.1 Judul : Terapi Bermain Origami Terhadap Kecemasan Anak Usia
Prasekolah (3-6 Tahun) Yang Menjalani Hospitalisasi
3.1.1.2 Penulis : Muhammad Al-Ihsan, Eka Santi, Anggi Setyowati
3.1.1.3 Tahun : 2018

3.1.2 Jurnal 2
3.1.2.1 Judul : Origami Sebagai Tindakan Adjuvant Atraumatic Care Terhadap
Tingkat Kecemasan Anak Yang Menjalani Hospitalisasi
3.1.2.2 Penulis : Neneng Aria Nengsih
3.1.2.3 Tahun : 2020

3.1.3 Jurnal 3
3.1.3.1 Judul : Terapi Bermain Origami Untuk Menurunkan Kecemasan Anak
Usia Prasekolah Selama Hospitalisasi
3.1.3.2 Penulis : Gratsiana Florensiana Da silva , Natalia R. Yulianti , dan Apolonia
A. Ina
3.1.3.3 Tahun : 202

Judul Jurnal 1 2018 Jurnal 2 2020 Jurnal 3 2020


Penelitian Terapi Bermain Origami Terhadap Origami Sebagai Terapi Bermain Origami
Kecemasan Anak Usia Prasekolah Tindakan Adjuvant Untuk Menurunkan
(3-6 Tahun) Yang Menjalani Atraumatic Care Kecemasan Anak Usia
Hospitalisasi Terhadap Tingkat

10
Kecemasan Anak Yang Prasekolah Selama
Menjalani Hospitalisasi Hospitalisasi
Patient, Berdasarkan Hasil studi Hasil studi pendahuluan Berdasarkan studi kasus
Population or pendahuluan yang dilakukan yang dilakukan peneliti yang dilakukan sakit umum
Problem peneliti pada bulan Oktober 2016, pada bulan Oktober daerah di Jawa Tengah
diruang rawat inap anak RSUD 2016, diruang rawat terdapat 228 anak usia pra
(Pasien,
Idaman Banjarbaru, dari hasil inap anak RSUD sekolah yang dirawat dalam
populasi, dan
pengamatan kepada 10 anak usia Idaman Banjarbaru, dari tiga bulan terakhir. Sebagai
masalah yang
prasekolah (3-6 tahun) didapatkan hasil pengamatan dampak perawatan tersebut,
diangkat
hasil 7 anak mengalami kepada 10 anak usia anak-anak rentan
dalam karya
kecemasan ditandai dengan anak prasekolah (3-6 tahun) mengalami kecemasan.
ilmiah yang
menangis saat dilakukan tindakan didapatkan hasil 7 anak
ditulis)
keperawatan, anak terlihat rewel mengalami kecemasan
saat jauh dari orang tua, anak takut ditandai dengan anak
kepada petugas kesehatan yang menangis saat
berpakaian putih dan 3 anak tidak dilakukan tindakan
mengalami kecemasan keperawatan, anak
dikarenakan anak sudah beberapa terlihat rewel saat jauh
kali menjalani perawatan di rumah dari orang tua, anak
sakit sebelumnya. takut kepada petugas
kesehatan yang
berpakaian putih dan 3
anak tidak mengalami
kecemasan dikarenakan
anak sudah beberapa
kali menjalani
perawatan di rumah
sakit sebelumnya.
RSUD 45 Kuningan
telah melakukan upaya
mengurangi
kecemasan/stressor

11
selama hospitalisasi
seperti memodifikasi
ruangan dengan
berbagai warna cat
tembok dan gambar
menarik serta
memperbolehkan anak
ditemani oleh satu orang
anggota keluarganya,
namun sangat
disayangkan ruang
perawatan anak belum
menerapkan terapi
bermain sebagai terapi
pendamping non
farmakologis sebagai
manajemen atraumatic
care dalam mengatasi
masalah kecemasan
pada anak selama
dirawat di rumah sakit.
Intervention, Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Pra Penelitian ini merupakan
Prognostic, quasi eksperimental dengan Eksperimen ini jenis penelitian Quasi
Factor or rancangan penelitian pretest- menggunakan Experiment dengan
Exposure posttest non equivalent control rancangan One Group rancangan one group
group design (13). Populasi pada Pretest Posttest tanpa pretest-postest. Hipotesis
(Intervensi,
penelitian ini adalah seluruh kelompok pembanding penelitian ini adalah H1:
faktor
pasien anak usia prasekolah (3- 6 (kontrol), tetapi Ada pengaruh terapi
prognostik
tahun) yang didampingi orang tua setidaknya sudah bermain origami terhadap
atau paparan
selama menjalani perawatan di dilakukan observasi kecemasan anak usia
yang akan
RSUD Idaman Banjarbaru. pertama (pretest) yang prasekolah yang mengalami
diangkat
dapat memungkinkan hospitalisasi. H0: Tidak ada

12
dalam karya menguji perubahan- pengaruh terapi bermain
ilmiah) perubahan yang terjadi origami terhadap
setelah adanya kecemasan anak usia
eksperimen. Penelitian prasekolah yang mengalami
Pra Eksperimen ini hospitalisasi. Penelitian ini
menggunakan dilakukan di dua rumah
rancangan One Group sakit daerah di Jawa Tengah
Pretest Posttest tanpa yang dilaksanakan pada
kelompok pembanding bulan Juli 2019. Teknik
(kontrol), tetapi pengambilan sampel dalam
setidaknya sudah penelitian ini adalah teknik
dilakukan observasi consecutive sampling
pertama (pretest) yang dengan responden 70
dapat memungkinkan sampel.
menguji perubahan-
perubahan yang terjadi
setelah adanya
eksperimen
Comparison Berdasarkan kecemasan anak Berdasarkan tabel 1 Penelitian ini membuktikan
or sesudah diberikan terapi bermain distribusi kecemasan bahwa terapi bermain
Intervention origami pada kelompok intervensi anak sesudah diberikan origami dapat menurunkan
(If didapatkan bahwa t-score rata-rata terapi bermain origami kecemasan anak pra sekolah
Apropriate) kecemasan mengalami penurunan pada kelompok yang mengalami
menjadi 62,27 dengan standar intervensi didapatkan hospitalisasi. Dengan
(Perbandingan
deviasi 7,80 hasil ini menujukan bahwa t-score rata-rata demikian penelitian ini
atau
bahwa ada penurunan tscore rata- kecemasan mengalami memperkuat hasil
intervensi
rata kecemasan sesudah pada penurunan menjadi penelitian-penelitian
yang ingin
kelompok intervensi sebesar 7,06 62,27 dengan standar sebelumnya, Terapi bermain
dibandingkan
dengan derajat kepercayaan 95% deviasi 7,80 hasil ini origami mampu
dengan
berada dalam rentang 6,83 sampai menujukan bahwa ada menurunkan kecemasan
intervensi
7,31. Pada kelompok kontrol tidak penurunan tscore rata- anak ketika dirawat di
atau paparan
diberikan terapi bermain origami rata kecemasan sesudah rumah sakit karena kegiatan

13
pada karya hanya diukur tscore kecemasan pada kelompok bermain dapat mengurangi
ilmiah yang sesudah tanpa diberikan terapi. intervensi sebesar 7,06 stres dan membebaskan
akan ditulis) Dari hasil distribusi kecemasan dengan derajat anak dari tekanan. Hal
anak sesudah tanpa diberikan kepercayaan 95% tersebut disebabkan anak-
terapi bermain origami pada berada dalam rentang anak diberi kebebabasn
kelompok kontrol didapatkan 6,83 sampai 7,31. Pada mengkespresikan ketakutan,
adanya peningkatan skor rata-rata kelompok kontrol tidak kekuatiran, dan kecemasan
sebesar 1,06 dengan derajat diberikan terapi bermain mereka. Kegiatan origami
kepercayaan 95% berada dalam origami hanya diukur memberikan kesempatan
rentang 1,3 sampai 0,83. Hasil ini tscore kecemasan anak membuat bentuk-
kemungkinan disebabkan sesudah tanpa diberikan bentuk yang ada di sekitar
keteramilan koping yang dimiliki terapi. Dari hasil rumah sakit.
anak dalam menangani stres masih distribusi kecemasan
kurang baik sehingga anak tidak anak sesudah tanpa
dapat beradaptasi dengan diberikan terapi bermain
lingkungan yang baru. origami pada kelompok
kontrol didapatkan
adanya peningkatan
skor rata-rata sebesar
1,06 dengan derajat
kepercayaan 95%
berada dalam rentang
1,3 sampai 0,83. Hasil
ini kemungkinan
disebabkan keteramilan
koping yang dimiliki
anak dalam menangani
stres masih kurang baik
sehingga anak tidak
dapat beradaptasi
dengan lingkungan
yang baru.

14
Outcome you Setalah diberikan terapi bermain Berdasarkan hasil uji Penelitian ini membuktikan
would like to pada kelompok intervensi nilai statistik perbedaan bahwa terapi bermain
measure or rata-rata t-score setiap domain tingkat kecemasan origami mampu
achive kecemasan mengalami penurunan sebelum dan sesudah menurunkan kecemasan
pada kelompok intervensi. Setelah pemberian terapi anak prasekolah selama
(Target apa
diberikan terapi bermain origami bermain pada responden hospitalisasi sehingga dapat
yang ingin
terdapat tiga domain Setalah ada perbedaan tingkat menjadi referensi bagi
dicapai dari
diberikan terapi bermain pada kecemasan sebelum dan perawat dalam mendistraksi
suatu
kelompok intervensi nilai rata-rata sesudah diberikan terapi anak ketika mengalami
penelitian
t-score setiap domain kecemasan bermain origami pada kecemasan selama
misalnya
mengalami penurunan pada anak yang menjalani hospitalisasi.
pengaruh atau
kelompok intervensi. Setelah prosedur invasif infus di
perbaikan dari
diberikan terapi bermain origami Ruang anak RSUD 45
suatu kondisi
terdapat tiga domain Kuningan. Ini berarti
atau penyakit
bahwa terapi bermain
tertentu)
dengan menggunakan
origami bisa
mengurangi tingkat
kecemasan anak usia
pra sekolah yang
dibuktikan dengan
respon anak mulai
kooperatif dan tampak
tenang terhadap
kehadiran petugas
kesehatan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Alvianda,V. W. (2019). Pengaruh Terapi Bermain Puzzle Terhadap Tingkat


Kecemasan Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) Pada Saat Hospitalisasi di
Ruang Anak RS Bhayangkara Sartika Asih. Retrieved from
http://repository.bku.ac.id/

Al-Ihsan, M., Santi, E., & Setyowati, A. (2018). Terapi bermain origami terhadap
kecemasan anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang menjalani hospitalisasi.
Dunia Keperawatan: Jurnal Keperawatan dan Kesehatan, 6(1), 63-70.

Ananda, D. (2021). Implementasi Terapi Bermain dalam Meningkatkan Kreativitas


Anak di TK Nurul Ilmi Kelurahan Paccinongan Kecamatan Somba Opu
Kabupaten Gowa (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar). Retrieved from http://repositori.uin-alauddin.ac.id/

Hafsah, D. (2020). Pengaruh Bermain Origami Terhadap Perkembangan Motorik


Halus Anak Prasekolah di PAUD Citra Bangsa dan KB Bintang Harum
Mojokerto (Doctoral dissertation, STIKES BINA SEHAT PPNI). Retrieved
from https://repositori.stikes-ppni.ac.id/

Madyastuti, L. (2017). Keperawatan Dasar Anak. retrieved from


http://elibs.unigres.ac.id/

Nengsih, N. A. (2020). Origami Sebagai Tindakan Adjuvant Atraumatic Care


Terhadap Tingkat Kecemasan Anak Yang Menjalani Hospitalisasi Di Rsud
45 Kuningan. Journal of Nursing Practice and Education, 1(1), 11-20.

Noviyanti, N. (2020). Identifikasi Mewarnai Gambar Terhadap Peningkatan


Motorik Halus Pada Anak Prasekolah (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surabaya). Retrieved from http://repository.um-
surabaya.ac.id/

Nurbaniah, I. (2018). Asuhan Keperawatan Hospitalisasi Pada Anak Prasekolah


Dengan Penerapan Terapi Bermain Mewarnai Gambar Di Rumah Sakit

16
Roemani Semarang (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Semarang). Retrieved from http://repository.unimus.ac.id/2922

Pramudianti, D. T. (2019). Efektivitas Play Therapy Berbasis Origami Untuk


Mengurangi Perilaku Agresif Pada Anak Usia Dini (Doctoral dissertation,
Skripsi, Universitas Muhammadiyah Magelang). Retrieved from
http://eprintslib.ummgl.ac.id/

Purnamasari, S. (2020). Pengaruh Permainan popsicle stick Terhadap


Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Usia 4–5 Tahun di TK Sunan
Ampel Kecamatan Dampit Kabupaten Malang (Doctoral dissertation,
Poltekkes RS dr. Soepraoen). Retrieved from http://repository.itsk-
soepraoen.ac.id/575/

Rahayu, F. S. (2018). Penerapan Terapi Bermain Puzzle terhadap Tingkat


Kecemasan Pada Hospitalisasi Anak Usia Prasekolah di Bangsal Dahlia
RSUD Wonosari (Doctoral dissertation, poltekkes kemenkes yogyakarta).
Retrieved from http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2121/

Sadiah, R. H., Hardiani, R. S., & Rondhianto, R. (2014). Pengaruh Terapi Bermain
Origami terhadap Tingkat Kecemasan pada Anak Prasekolah dengan
Hospitalisasi di Ruang Aster RSD dr. Soebandi Jember (The Effect of
Origami Play Therapy toward Anxiety Level on Preschool Age Children
Hospitalization in Aster’s Room. Pustaka Kesehatan, 2(3), 530-536.

Sholikhatun, U. (2018). Perbedaan Terapi Bermain Origami Dengan Terapi


Bermain Puzzle Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah
(3-6 Tahun) Dalam Menghadapi Hospitalisasi di RSUD Dr. Soeroto
Ngawi (Doctoral dissertation, STIKES Bhakti Husada Mulia). Retrieved
from http://repository.stikes-bhm.ac.id/

Yulianti, N. R., & Ina, A. A. (2020). Terapi Bermain Origami Untuk Menurunkan
Kecemasan Anak Usia Prasekolah Selama Hospitalisasi. Jurnal Kesehatan,
9(1), 13-19.

17

Anda mungkin juga menyukai