Khittah Perjuangan Dan Tafsir 12 Langkah
Khittah Perjuangan Dan Tafsir 12 Langkah
Khittah Perjuangan Dan Tafsir 12 Langkah
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
mempunyai kepentingan untuk melaksanakan amar ma'ruf nahi mungkar, serta
menyelenggarakan gerakan dan amal usaha yang sesuai dengan lapangan yang
dipilihnya ialah masyarakat, sebagai usaha Muhammadiyah untuk mencapai
tujuannya: "menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud
masyarakat utama, adil dan makmur yang diridlai Allah SWT. Dalam
melaksanakan usaha tersebut, Muhammadiyah berjalan diatas prinsip gerakannya,
seperti yang dimaksud di dalam Matan Keyakinan Cita-cita Hidup
Muhammadiyah. Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah itu senantiasa
menjadi landasan gerakan Muhammadiyah, juga bagi gerakan dan amal usaha dan
hubungannya dengan kehidupan masyarakat dan ketata negaraan, serta dalam
bekerjasama dengan golongan Islam lainnya.
b) Muhammadiyah dan masyarakat
Sesuai dengan khittahnya, Muhammadiyah sebagai Persyarikatan memilih
dan menempatkan diri sebagai Gerakan Islam amar-ma'ruf nahi mungkar dalam
masyarakat, dengan maksud yang terutama ialah membentuk keluarga dan
masyarakat sejahtera sesuai dengan Dakwah Jamaah. Di samping itu
Muhammadiyah menyelenggarakan amal-usaha seperti tersebut pada Anggaran
Dasar Pasal 4, dan senantiasa berikhtiar untuk meningkatkan mutunya.
Penyelenggaraan amal usaha tersebut, merupakan sebagian ikhtiar
Muhammadiyah untuk mencapai Keyakinan dan Cita-Cita Hidup yang
bersumberkan ajaran Islam dan bagi usaha untuk terwujudnya masyarakat utama,
adil dan makmur yang diridlai Allah SWT.
c) Muhammadiyah dan politik
Dalam bidang politik Muhammadiyah berusaha sesuai dengan khittahnya
dengan dakwah amar ma ma'ruf nahi mungkar dalam arti dan proporsi yang
sebenar-benarnya, Muhammadiyah harus dapat membuktikan secara teoritis
konsepsionil, secara operasionil dan secara kongkrit riil, bahwa ajaran Islam
mampu mengatur masyarakat dalam Negara Republik Indonesia yang berdasar
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 menjadi masyarakat yang adil dan
makmur serta sejahtera, bahagia, materiil dan spirituil yang diridlai Allah SWT.
Dalam melaksanakan usaha itu, Muhammadiyah tetap berpegang teguh pada
kepribadiannya. Usaha Muhammadiyah dalam bidang politik tersebut merupakan
3
bagian gerakannya dalam masyarakat, dan dilaksanakan berdasarkan landasan dan
peraturan yang berlaku dalam Muhammadiyah. Dalam hubungan ini Muktamar
Muhammadiyah ke-38 telah menegaskan bahwa:
1. Muhammadiyah adalah Gerakan Dakwah Islam yang beramal dalam
segala bidang kehidupan manusia dan masyarakat, tidak mempunyai
hubungan organisatoris dengan dan tidak merupakan afiliasi dari sesuatu
Partai Politik atau Organisasi apapun.
2. Setiap anggota Muhammadiyah sesuai dengan hak asasinya dapat tidak
memasuki atau memasuki organisasi lain, sepanjang tidak menyimpang
dari Anggaran Dasar (AD), Anggaran Rumah Tangga (ART) dan
ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam Persyarikatan Muhammadiyah.
d) Muhammadiyah dan Ukhuwah Islamiyah
Sesuai dengan kepribadiannya tersebut, Muhammadiyah akan bekerjasama
dengan golongan Islam manapun juga dalam usaha menyiarkan dan mengamalkan
ajaran Agama Islam serta membela kepentingannya. Dalam melakukan kerjasama
tersebut, Muhammadiyah tidak bermaksud menggabungkan dan
mensubordinasikan organisasinya dengan organisasi atau institusi lainnya.
e) Dasar Program Muhammadiyah
Berdasarkan landasan serta pendirian tersebut di atas dan dengan
memperhatikan kemampuan dan potensi Muhammadiyah dan bagiannya, perlu
ditetapkan langkah kebijaksanaan sebagai berikut:
Memulihkan kembali Muhammadiyah sebagai Persyarikatan yang menghimpun
sebagian anggota masyarakat, terdiri dari muslimin dan muslimat yang beriman
teguh, taat beribadah, berakhlaq mulia, dan menjadi teladan yang baik di tengah-
tengah masyarakat;
1. Meningkatkan pengertian dan kematangan anggota-anggota
Muhammadiyah tentang hak dan kewajibannya sebagai warga negara,
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia dan meningkatkan kepekaan
sosialnya terhadap persoalan-persoalan dan kesulitan hidup yang dialami
oleh masyarakat;
2. Menepatkan kedudukan Persyarikatan Muhammadiyah sebagai gerakan
untuk melaksanakan dakwah amar ma'ruf nahi mungkar kesegenap
4
penjuru dan lapisan masyarakat serta di segala bidang kehidupan di
Negara Republik Indonesia yang berdasar Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945.
5
Hendaklah keadilan itu dijalankan semestinya, walaupun akan mengenai badan
sendiri, dan ketetapan yang sudah seadil-adilnya itu dibela dan dipertahankan di
manapun.
g) Melakukan Kebijaksanaan
Dalam gerak kita tidaklah melupakan hikmah, hikmah hendaklah disendikan
kepada Kitabullah dan Sunnaturrasulillah. Kebijaksanaan yang menyalahi kedua
pegangan kita itu, harus kita buang, karena itu bukan kebijaksanaan yang
sesungguhnya, dengan tidak mengurangi segala gerakan kemuhammadiyahan.
h) Menguatkan Majlis Tanwir
Sebab majlis ini nyata-nyata berpengaruh besar dalam kalangan kita
Muhammadiyah dan sudah menjadi tangan kanan yang bertenaga disisi
Hoofdbestuur (PP) Muhammadiyah, maka wajib kita perteguhkan dengan diatur
sebaik-baiknya.
i) Mengadakan Konprensi Bagian
Untuk mengadakan garis yang tentu dalam langkah-langkah bagian kita, maka
hendaklah kita berikhtiar mengadakan Konperensi bagian, contoh Konprensi
Bagian Penyiaran Agama seluruh Indonesia dan lain-lain sebagainya.
j) Memusyawarahkan Putusan
Agar dapat keringanan dan dipermudahkan pekerjaan, maka hendaklah setiap ada
keputusan yang mengenai kepala Majlis (Bagian), dimusyawarahkanlah dengan
yang bersangkutan itu lebih dahulu, sehingga dapat mentanfidzkan dengan cara
menghasilkannya dengan segera.
k) Mengawaskan Gerak Langkah
Pemandangan kita hendaklah kita tajamkan agar mengawasi gerak kita yang ada
di dalam Muhammadiyah, yang sudah berlalu, yang masih langsung dan yang
bertambah (yang akan datang atau berkembang).
l) Mempersambungkan Gerakan Luar
Kita berdaya-upaya akan memperhubungkan diri kepada iuran (ekstern), lain-lain
persyarikatan dan pergerakan di Indonesia, dengan dasar Silaturahim, tolong-
menolong dalam segala kebaikan, yang tidak mengubah asasnya masing-masing,
terutama hubungan kepada persyarikatan dan pemimpin Islam.
6
2. Periode A.R Sutan Mansyur (Khittah Palembang 1956-1959)
a) Menjiwai pribadi anggota dan pimpinan Muhammadiyah dengan
memperdalam dan mempertebal tauhid, menyempurnakan ibadah dengan
khusyu’ dan tawadlu’, mempertinggi akhlak, memperluas ilmu
pengetahuan, dan menggerakkan Muhammadiyah dengan penuh
keyakinan dan rasa tanggung jawab;
b) Melaksanakan uswatun hasanah;
c) Mengutuhkan organisasi dan merapikan administrasi;
d) Memperbanyak dan mempertinggi mutu amal;
e) Mempertinggi mutu anggota dan membentuk kader;
f) Memperoleh ukhuwah sesama muslim;
g) Menuntun penghidupan anggota.
7
d) Untuk lebih meningkatkan partisipasi Muhammadiyah dalam pelaksanaan
pembangunan nasional.
5. Khittah Perjuangan Muhammadiyah Tahun 1978 (Khittah Surabaya)
Dirumuskan pada periode kepemimpinan K.H. A.R. (Abdul Razaq) Fahruddin
pada tahun 1978.
Dasar Program Muhammadiyah, sebagai berikut:
a) Memulihkan kembali Muhammadiyah sebagai Persyarikatan yang
menghimpun sebagian anggota masyarakat, terdiri dari muslimin dan
muslimat yang beriman teguh, ta‘at beribadah, berakhlaq mulia, dan
menjadi teladan yang baik di tengah-tengah masyarakat.
b) Meningkatkan pengertian dan kematangan anggota Muhammadiyah
tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan meningkatkan kepekaan sosialnya terhadap
persoalan dan kesulitan hidup masyarakat.
c) Menepatkan Persyarikatan Muhammadiyah sebagai gerakan untuk
melaksanakan da’wah amar ma’ruf nahi munkar ke segenap penjuru dan
lapisan masyarakat serta di segala bidang kehidupan di Negara Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
6. Khittah Perjuangan dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
(Khittah Denpasar Tahun 2002). Dirumuskan pada era kepemimpinan Prof. Dr. H.
Ahmad Syafi’i Ma’arif pada tahun 2002.
a. Muhammadiyah meyakini bahwa politik dalam kehidupan bangsa dan
negara merupakan salah satu aspek dari ajaran Islam dalam urusan
keduniawian (al-umur ad-dunyawiyat) yang harus selalu dimotivasi,
dijiwai, dan dibingkai oleh nilai-nilai luhur agama dan moral yang utama.
Karena itu diperlukan sikap dan moral yang positif dari seluruh warga
Muhammadiyah dalam menjalani kehidupan politik untuk tegaknya
kehidupan berbangsa dan bernegara;
b. Muhammadiyah meyakini bahwa negara dan usaha-usaha membangun
kehidupan berbangsa dan bernegara, baik melalui perjuangan politik
maupun melalui pengembangan masyarakat, pada dasarnya merupakan
wahana yang mutlak diperlukan untuk membangun kehidupan di mana
8
nilai-nilai Ilahiah melandasi dan tumbuh subur bersamaan dengan
tegaknya nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, perdamaian, ketertiban,
kebersamaan, dan keadaban untuk terwujudnya “Baldatun Thayyibatun
Wa Rabbun Ghafur”;
c. Muhammadiyah memilih perjuangan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara melalui usaha-usaha pembinaan atau pemberdayaan masyarakat
guna terwujudnya masyarakat madani (civil society) yang kuat
sebagaimana tujuan Muhammadiyah untuk mewujudkan masyarakat Islam
yang sebenar-benarnya. Sedangkan hal-hal yang berkaitan dengan
kebijakan-kebijakan kenegaraan sebagai proses dan hasil dari fungsi
politik pemerintahan akan ditempuh melalui pendekatan-pendekatan
secara tepat dan bijaksana sesuai prinsipprinsip perjuangan kelompok
kepentingan yang efektif dalam kehidupan negara yang demokratis;
d. Muhammadiyah mendorong secara kritis atas perjuangan politik yang
bersifat praktis atau berorientasi pada kekuasaan (real politics) untuk
dijalankan oleh partai-partai politik dan lembaga-lembaga formal
kenegaraan dengan sebaik-baiknya menuju terciptanya sistem politik yang
demokratis dan berkeadaban sesuai dengan cita-cita luhur bangsa dan
negara. Dalam hal ini perjuangan politik yang dilakukan oleh kekuatan
politik hendaknya benar-benar mengedepankan kepentingan rakyat dan
tegaknya nilai-nilai utama sebagaimana yang menjadi semangat dasar dan
tujuan didirikannya negara Republik Indonesia yang diproklamasikan
tahun 1945;
e. Muhammadiyah senantiasa memainkan peranan politiknya sebagai wujud
dari dakwah amar ma’ruf nahi munkar dengan jalan mempengaruhi proses
dan kebijakan negara agar tetap berjalan sesuai dengan konstitusi dan cita-
cita luhur bangsa. Muhammadiyah secara aktif menjadi kekuatan perekat
bangsa dan berfungsi sebagai wahana pendidikan politik yang sehat
menuju kehidupan nasional yang damai dan berkeadaban;
f. Muhammadiyah tidak berafiliasi dan tidak mempunyai hubungan
organisatoris dengan kekuatan-kekuatan politik atau organisasi manapun.
Muhammadiyah senantiasa mengembangkan sikap positif dalam
9
memandang perjuangan politik dan menjalankan fungsi kritik sesuai
dengan prinsip amar ma’ruf nahi munkar demi tegaknya sistem politik
kenegaraan yang demokratis dan berkeadaban;
g. Muhammadiyah memberikan kebebasan kepada setiap anggota
Persyarikatan untuk menggunakan hak pilihnya dalam kehidupan politik
sesuai hati nurani masing-masing. Penggunaan hak pilih tersebut harus
merupakan tanggungjawab sebagai warga Negara yang dilaksanakan
secara rasional dan kritis, sejalan dengan misi dan kepentingan
Muhammadiyah, demi kemaslahatan bangsa dan Negara;
h. Muhammadiyah meminta kepada segenap anggotanya yang aktif dalam
politik untuk benar-benar melaksanakan tugas dan kegiatan politik secara
sungguh-sungguh dengan mengedepankan tanggung jawab (amanah),
akhlak mulia (akhlaq al-karimah), keteladanan (uswah hasanah), dan
perdamaian (ishlah). Aktifitas politik tersebut harus sejalan dengan upaya
memperjuangkan misi Persyarikatan dalam melaksanakan da’wah amar
ma’ruf nahi munkar;
i. Muhammadiyah senantiasa bekerjasama dengan pihak atau golongan mana
pun berdasarkan prinsip kebajikan dan kemaslahatan, menjauhi
kemudharatan, dan bertujuan untuk membangun kehidupan berbangsa dan
bernegara ke arah yang lebih baik, maju, demokratis dan berkeadaban.
10
Pengurus Besar Muhammadiyah hanya dikuasai oleh tiga tokoh tua, yaitu K.H.
Hisyam (Ketua Pengurus Besar), K.H. Mukhtar (Wakil Ketua), dan K.H. Syuja’
sebagai Ketua Bahagian PKO (Penolong Kesengsaraan Oemoem).
Situasi bertambah kritis ketika dalam Kongres Muhammadiyah ke-26 di
Yogyakarta pada tahun 1937, Ranting-ranting Muhammadiyah lebih banyak
memberikan suara kepada tiga tokoh tua tersebut. Kelompok muda di lingkungan
Muhammadiyah semakin kecewa. Namun setelah terjadi dialog, ketiga tokoh
tersebut ikhlas mengundurkan diri.
Setelah mereka mundur lewat musyawarah, Ki Bagus Hadikusumo diusulkan
untuk menjadi Ketua Pengurus Besar Muhammadiyah, namun ia yang menolak.
Kiai Hadjid juga menolak ketika ia dihubungi untuk menjadi Ketua Pengurus
Besar Muhammadiyah. Perhatian pun diarahkan kepada Mas Mansur (Konsul
Muhammadiyah Daerah Surabaya). Pada mulanya Mas Mansur menolak, tetapi
setelah melalui dialog panjang ia bersedia menjadi Ketua Pengurus Besar
Muhammadiyah.
Pergeseran kepemimpinan dari kelompok tua kepada kelompok muda dalam
Pengurus Besar Muham¬madiyah tersebut menunjukkan bahwa Muhammadiyah
saat itu sangat akomodatif dan demokratis terhadap aspirasi kalangan muda yang
progresif demi kemajuan Muhammadiyah, bukan demi kepentingan perseorangan.
Bahkan Pengurus Besar Muhammadiyah pada periode Mas Mansur juga banyak
didominasi oleh angkatan muda Muham¬madiyah yang cerdas, tangkas, dan
progresif.
Sebagai ketua bear muhammadiayah, Mas Mansur menanamkan sikap disiplin
dalam berorganisasi sehingga lahirnya terobosan baru yang menjadi landasan
perjuangan Muhammadiyah dikenal dengan lankah 12 Muhammadiayah. Langkah
12 ini lahir dikarenakan adanay kebosanan angkatan Muda Muhammadiyah pada
kebijakan sebelumnya yang hanay mementingkan pendidikan dan melupakan
tabligh. Sehingga lahirlah langkah 12 yang menyempurnakan keduanya.
Tafsir 12 langkah Muhammadiyah berisi:
1. Memperdalam Iman
Hendaklah iman ditabligkan, disiarkan seluas-luasnaydiberi riwyat dan dalil
buktinya, dipengaruhnya dan digembirakannya hingga iman itu mndarah
11
dagigmasuk di tulag sumsum dan mendalam di hati sanubari pad anggota
muhammadiyah semuanya.
2. Memperluas Paham Agama
Memperluas paham agama seluas-luasnya dalam artian, boleh diujikan dan
diperbandingkan, sehingga warga muhammadiyah da yang lainnya mengerti
perluasan agama islam, itulah yang paling benar, ingan dan berguna, maka
mendahulukna pekerjaan agama itu.
3. Memperbuahkan Budi Pekerti
Hendaklah diterangkan dengan jelas tentang akhlaq yang terpuji dan akhlaq yang
tercla serta diperbahaskannya tentang memakainya akhlaq mahmudh dan
menjauhkan akhlaq madzmumah itu. Sehingga menjadi amalan kita.
4. Menuntun Amalan Intiqad
Hendaklah senantiasa memperbaiki diri sendiri (self correction) dlam segala usah
dan pekrjaan. Kecuali di perbesarkan diperbaikilah juga. Buah penyelidikan
perbaiakn itu harus di musysawarahkan ditempat yang tentu dngan dasar
mnadtngkan maslahat dan menjauhkan mudharat
5. Menguatkan Persatuan
Hendalah menjadi tujuan kita meguatkan persatuan organisasi, mengikohkan
pergaulan persaudaraan mempersamaka nhak dan memerdekakan lahirnya
pikiran-pikiran kita
6. Menegakkan Keadilan
Hendaklah keadilan dijalankan semestinya walaupun terhadap diri sendiri, dan
ketetapan yang sudah seadilnya dan dipertahankan dimana juga
7. Melakukan Kebijaksanaan
Dalam gerak kita tidaklah melupakan hikmat kebiksanaan yang disendikan kepada
kitabullah dan sunnah rasulullah, kebijaksanaan yang menyalahi kedua itu
haruslah di buang kerna itu bukan kebijaksanaan yang sesungguhnya, oleh kerana
itu dengan tidak mengurangi
8. Menguatkan Tanwir
Tawir mempunyai pengaruh besar dalam kalangan organisasi muhammadiyah dan
menjadi tangan kanan yang bertenaga di sisi PP Muhammadiyah. Karenanya
tanwir wajiblah di perteguh dan diatur baiknya.
12
9. Megadakan Musyawarah
Untuk mnegadakan garis yang tentu dlam langkah-langkah dan perjunagan kita,
hendaklah diadakan musyawarah-musyawarah terutama untuk hal yang khusus
dan penting, seperti usaha dakwah islam diindonesia dal lain-lain
10. Memusyawartkan Putusan
Agar dapat meringankan dan memudahkan peerjaan , hendaklah setiapputusan
tiap2 majli/bagian, dimusyawarahkan dengan phak yang bersangkutan, sehingga
dapatlah mentanfidzkan untuk mendapatkan hasil dengan segera
11. Mengawasi Gerakan Kedalam
Pandangan kita hendak kita tajamkan, mengawasi gerak yang ada dalam
muhammadiyah, baik mnegenai yangsudah lalu, yang masih berlangsung maupun
yang akan dihadapi
12. Memperhubungkan Gerakan Luar
Kita berdaya upaya menghubungkan diri degan pihak luar, persyarikatan dan
pergerakan-pergerakan lain di Indonesia dengan dasar silaturahmi, tolong
menolong dengan segala kbaikan, dngn tidak mengubah asas masing-masing.
Perhubungn dengan persyarikatan dan pemimpin islam
13
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah sebgai berikut:
1. Khitah artinya garis besar perjuangan. Khittah mmengandung konsepsi
(pemikiran) perjuangan yang merupakan tuntunan, pedoman dan arah
berjuang.
2. Salah satu khittah perjuangan Muhammadiyah adalah Dua Belas langkah
Muhammadiayah yang lahir pada periode Mas Mansur (1936-1942)
3. Dua Belas langkah Muhammadiayah lahir karena adanaya kebosanan
angkatan Muda Muhammadiyah dengan kebijakan sebelumnya yang
hanya memprioritaskan pendidkan dan hampir melupakan tabligh,
sehingga lahirlah Langkah ini dan mencakup keduanya.
14
DAFTAR PUSTAKA
http://www.muhammadiyah.or.id/id/news-4172-detail-pentingnya-memahami-
khittah-perjuangan-muhammadiyah.html
http://mustabsyira.blogspot.co.id/2014/09/kemuhammadiyahan-tafsir-12-
langkah_3.html
https://www.academia.edu/5651882/
KHITTAH_PERJUANGAN_MUHAMMADIYAH
15