Bab I Proteksi Sitem Tenaga

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 31

BAB ..

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vii
DAFTAR GAMBAR xiii
BAB 1 PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK 1
1.1 Pendahuluan 1
1.1.1 Deskripsi Singkat 2
1.1.2 Manfaat Relevansi 3
1.1.4 Saran Petunjuk Belajar 3
1.2 Penyajian 4
1.2.1 Sistem Tenaga Listrik 4
1.2.2 Proteksi Sistem Tenaga Listrik 12
1.2.3 Fungsi Proteksi 13
1.2.4 Persyaratan Kualitas Proteksi 15
1.3 Penutup 19
1.3.1 Latihan 19
1.3.2 Rangkuman 20
1.3.3 Tes Formatif 21
BAB 2 PEMUTUS TENAGA 25
2.1 Pendahuluan 25
2.1.1 Deskripsi singkat 26
2.1.2 Manfaat Relevansi 26
viii Proteksi Sistem Tenaga Listrik

2.1.3 Tujuan Instruksional 26


2.1.4 Saran Petunjuk Belajar 26
2.2 Penyajian 27
2.2.1 Sakelar PMT Minyak 27
2.2.2 Sakelar PMT Udara Hembus (Air Blast Circuit 29
Breaker)
2.2.3 Sakelar PMT Vakum (Vacuum Circuit Breaker) 30
2.2.4 Sakelar PMT Gas SF6 (SF6 Circuit Breaker) 30
2.3 Penutup 37
2.3.1 Rangkuman 37
2.3.2 Tes Formatif 39
BAB 3 PROTEKSI MOTOR 43
3.1 Pendahuluan 43
3.1.1 Deskripsi Singkat 44
3.1.2 Manfaat Relevansi 46
3.1.3 Tujuan Instruksional 46
3.1.4 Saran Petunjuk Belajar 46
3.2 Penyajian 46
3.2.1 Pengertian Motor Listrik 46
3.2.2 Prinsip Konversi Energi Elektromekanis 50
3.2.3 Komponen-Kompenen Motor Listrik 53
3.2.4 Poteksi Motor Listrik 56
3.2.5 Proteksi terhadap Gesekan 58
3.2.6 Proteksi terhadap Suhu 60
3.2.7 Proteksi terhadap Beban 63
3.2.8 Faktor-faktor yang Memengaruhi Terjadi 70
Kerusakan Motor Listrik
3.3 Penutup 74
3.3.1 Rangkuman 74
3.3.2 Tes Formatif 78
BAB 4 PROTEKSI TRANSFORMATOR 81
4.1 Pendahuluan 81
4.1.1 Deskripsi Singkat 81
4.1.2 Manfaat Relevansi 82
Daftar Isi ix

4.1.3 Tujuan Instruksional 82


4.1.4 Saran Petunjuk Belajar 82
2.2 Penyajian 82
4.2.1 Meter 83
4.2.2 Sistem Alarm 85
4.2.3 Rekorder 85
4.3 Penutup 88
4.3.1 Rangkuman 88
4.3.2 Tes Formatif 89
BAB 5 PROTEKSI GENERATOR 91
5.1 Pendahuluan 91
5.1.1 Deskripsi Singkat 92
5.1.2 Manfaat Relevansi 92
5.1.3 Tujuan Instruksional 92
5.1.4 Saran Petunjuk Belajar 92
5.2 PENYAJIAN 92
5.2.1 Sistem Proteksi Generator 93
5.2.2 Peran Generator dalam Sistem dan Syarat 93
Proteksi Generator
5.2.3 Gangguan Generator 93
5.2.4 Pengaman terhadap Gangguan 94
dalam Generator
5.3 Penutup 99
5.3.1 Rangkuman 99
5.3.2 Tes Formatif 101
BAB 6 PROTEKSI JARINGAN DISTRIBUSI 105
6.1 Pendahuluan 105
5.1.1 Deskripsi Singkat 106
5.1.2 Manfaat Relevansi 107
5.1.3 Tujuan Instruksional 107
5.1.4 Saran Petunjuk Belajar 107
x Proteksi Sistem Tenaga Listrik

6.2 Penyajian 107


6.2.1 Jaringan Distribusi Pola Radial 108
6.2.2 Jaringan Distribusi Pola Loop 109
6.2.3 Jaringan Distribusi Pola Grid 110
6.2.4 Jaringan Distribusi Pola Spindel 111
6.3 Penutup 141
6.3.1 Rangkuman 141
6.3.2 Tes Formatif 146
BAB 7 RELAY PROTEKSI 149
7.1 Pendahuluan 149
7.1.1 Deskripsi Singkat 149
7.1.2 Manfaat Relevansi 150
7.1.3 Tujuan Instruksional 150
7.1.4 Saran Petunjuk Belajar 150
7.2 Penyajian 151
7.2.1 Syarat-syarat Relay Pengaman 151
7.2.2 Klasifikasi Relay 154
7.2.3 Fungsi Relay Pengaman 156
7.2.4 Daerah Pengamanan (Protective Zone) 157
7.2.5 Prinsip Dasar Kerja Relay EIektro-Magnetis 160
dan Sifat-sifatnya
7.2.6 Beberapa Macam Tipe/Konstruksi Relay 161
Elektro-Magnetis
7.2.7 Relay Arus Lebih (Over Current Relay) 173
7.2.8 Relay Tipe Torak (Plunger) 174
7.2.9 Prinsip Kerja dan Karakteristik Pengamanannya 175
7.2.10 Arus Kerja (Pick-Up) dan Arus Kembali 180
(Drop-Off) 180
7.2.11 Konstruksi Relay Arus Lebih
7.2.12 Kaidah Penyetelan Relay Arus Lebih 193
dengan Karakteristik Waktu-Arus Inverse
7.2.13 Relay Arus Lebih dengan Karakteristik 194
Waktu-Arus Sangat Berbanding Terbalik
(Very Inverse)
Daftar Isi xi

7.2.14 Relay Arus Lebih dengan Karakteristik Sangat 195


Berbanding Terbalik Sekali (Extremily Inverse,
I 2 t = k)
7.2.15 Relay Arus Lebih Waktu Tertentu 195
Dibandingkan dengan Waktu Terbalik.
7.2.16 ReIay Arus Lebih dengan Karakteristik Waktu 197
Tertentu atau Waktu Terbalik yang
Dikombinasikan dengan Relay Seketika
7.3 Penutup 199
7.3.1 Rangkuman 199
7.3.2 Tes Formatif 202
DAFTAR PUSTAKA 207
GLOSARIUM 213
-oo0oo-
xii Proteksi Sistem Tenaga Listrik
BAB ..

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Pembangkit Listrik ke Konsumen 4


Gambar 1.2 Saluran Transmisi Tenaga Listrik 5
Gambar 1.3 Trafo Distribusi Tenaga Listrik 6
Gambar 1.4 Diagram Sistem Tenaga Listrik 7
Gambar 1.5 Kawat Konduktor Tenaga Listrik 8
Gambar 1.6 Isalator Tenaga Listrik 9
Gambar 1.7 Tiang Transmisi Tenaga Listrik 11
Gambar 1.8 Saluran Transmisi Bawa Tanah 11
Gambar 1.9 Saluran Transmisi Bawa Laut 12
Gambar 1.10 Diagram Sistem Tenaga dengan Daerah Proeksi Berlapis 17
Gambar 1.11 Contoh Penomoran Sistem Proteksi 19
Gambar 2.1 Pemadaman Busur Api pada Pemutus Daya Minyak 27
Gambar 2.2 Pemadaman Busur Api pada Pemutus Daya Udara 29
Hembus
Gambar 2.3 Kontak Pemutus Daya Vakum 30
Gambar 2.4 Pembentukan Busur Api 34
Gambar 3.1 Motor Listrik DC 47
Gambar 3.2 Klasifikasi Jenis Utama Motor Listrik 49
Gambar 3.3 Pengaruh Medan Magnet dalam Kumparan Kawat 50
Gambar 3.4 Proses Perubahan Energi Listrik Menjadi Energi 52
Mekanik
Gambar 3.5 Motor Induksi 54
xiv Proteksi Sistem Tenaga Listrik

Gambar 3.6 Kaidah Tangan Kiri 55


Gambar 3.7 Simbol Pengamanan pada Nameplate 57
Gambar 3.8 Motor Listrik Tahan dari Siraman Air 57
Gambar 3.9 Motor Listrik Tahan Siraman Air Vertikal dan 58
Segala Arah
Gambar 3.10 Konfigurasi Proteksi Arus dan Tegangan Lebih 68
Gambar 3.11 Rangkaian Pembatas Arus Lebih 68
Gambar 3.12 Proteksi Tegangan Lebih 69
Gambar 3.13 Menunjukkan Rangkaian Percobaan Proteksi Arus Lebih 70
Gambar 4.1 Meteran untuk Mengukur Output dari Transmiter 83
Gambar 4.2 Meter DP 84
Gambar 4.3 Meter yang Menunjukkan Posisi Plumb Bob 84
Gambar 4.4 Alarm 85
Gambar 4.5 Diagram Blok Rekorder 85
Gambar 4.6 Jalur Sinyal pada Rekorder 86
Gambar 4.7 Diagram Skematis dari Slide Wire Assembly 87
Gambar 6.1 Pola Jaringan Radial 109
Gambar 6.2 Pola Jaringan Loop 110
Gambar 6.3 Pola Jaringan Grid 110
Gambar 6.4 Sistem Jaringan Spindel 111
Gambar 6.5 Isolator Gantung (Suspension Type Insulator) 115
Gambar 6.6 Isolator Jenis Post Saluran (Pin Post Type Insulator) 115
Gambar 6.7 Pengahntar AAAC 116
Gambar 6.8 Trafo Distribusi Satu Fasa 117
Gambar 6.9 Trafo Distribusi Tiga Fasa 117
Gambar 6.10 Fuse Cut Ou. Fuse Link 118
Gambar 6.11 Auto Voltage Regulator 119
Gambar 6.12 Meter Expor-Impor 119
Gambar 6.13 Disconecting Switch (DS) 123
Gambar 6.14 Air Break Switch., Handle ABSW 124
Gambar 6.15 Load Break Switch (LBS) 125
Gambar 6.16 Recloser 126
Gambar 6.17 Clampmeter 138
Gambar 6.18 Pengawatan Amperemeter 138
Daftar Gambar xv

Gambar 6.19 Pengawatan Voltmeter 139


Gambar 6.20 KWH Meter 1 Fasa 139
Gambar 6.21 KWH Meter 3 Fasa 139
Gambar 6.22 Megger 140
Gambar 6.23 Pengawatan Phasa Sequence 140
Gambar 7.1 Suatu Sistem Tenaga Listrik yang Sederhana 152
MengalamiI Gangguan pada Titik K
Gambar 7.2 Diagram Satu Garis Suatu Sistem Tenaga Listrik 157
dengan Daerah-daerah Pengamannya
Gambar 7.3 Prinsip Saling Meliputi dari Rangkaian Relay 158
Pengaman 1) C.B Diapit oleh Dua Trafo Arus 2)
Kedua Trafo Arus Diletakkan di samping C.B
Gambar 7.4.a Prinsip Lokal Back-Up 159
Gambar 7.4.b Prinsip Remote Back-Up 159
Gambar 7.5 Simbol Kontak Relay: a) Normally Open 160
b) Normally Close
Gambar 7.6 Relay Tipe Torak (Plunger): a) Hubungan Relay b) 163
Kontaktor Relay
Gambar 7.7 Relay Armature yang Digantung: a) Hubungan Relay 165
b) Kontaktor Relay
Gambar 7.8 Relay Batang Seimbang 166
Gambar 7.9 Karakteristik Operasional Relay Batang Seimbang 167
Gambar 7.10 Detail Shading Ring (a) Detail Shading Rings 169
(b) Bentuk Fluksi 1, dan
Gambar 7.11 Diagram Phasa 170
Gambar 7.12 Potongan Membujur Relay Cakram Induksi 171
Gambar 7.13 Berbagai Karakteristik Kerja Relay Arus Lebih 172
yang Inverse
Gambar 7.14 Relay Kup Induksi Tipe 4 Kutub 173
Gambar 7.15 Rangkaian Relay Arus Lebih Seketika 176
Gambar 7.16 Karakteristik Relay Arus Lebih Seketika 176
Gambar 7.17 Rangkaian Relay Arus Lebih 177
Gambar 7.18 Karakteristik Relay Arus Lebih Tertentu 178
Gambar 7.19 Rangkaian Relay Arus Lebih Berbanding Terbalik 179
xvi Proteksi Sistem Tenaga Listrik

Gambar 7.20 Karakteristik Relay Arus Lebih Berbanding Terbalik 179


Gambar 7.21 Rangkaian Relay Arus Lebih dan Relau Waktu 180
Gambar 7.22 Karakteristik Operasi Arus Pick-Up dan Drop-Off 181
Gambar 7.23 Elektro-Magnetik Over Current Relay 183
Gambar 7.24 Jaringan Listrik Terbagi dalam 3 Zone Pengaman 185
Gambar 7.25 Suatu Rangkaian Gardu Induk 20 MVA, 70 / 20 kV 186
Gambar 7.26 Prinsip Dasar Penyetelan Waktu Sistem Radial 188
Gambar 7.27 Jaringan Listrik Radial 189
Gambar 7.28 Karakteristik Arus-Waktu Relay Definite Jaringan 190

Gambar 7.29 Setting Relay Arus Lebih untuk 1 Lokasi Fault 191
(a) Sistem Jaringan dan Lokasi Gangguan
(b) Kurva Karakteristik Relay
Gambar 7.30 Setting Relay Arus Lebih untuk Beberapa Fault 191
(a) Sistem Jaringan dan Lokasi Gangguan
(b) Kurva Karakteristik Relay
Gambar 7.31 Karakteristik Relay Arus Lebih untuk Waktu Berbalik 192
Gambar 7.32 Karakteristik Waktu Kerja Relay 192
Gambar 7.33 Karakteristik Waktu-Arus Pembangkitan Minimum 192
dan Maksimum
Gambar 7.34 Sistem Pengamanan Relay Arus Lebih VIR 194
Gambar 7.35 Karakteristik Relay Arus Labih Waktu Tertentu 197
dan Inverse
Gambar 7.36 Penggunaan Relay t terhadap Generator dan Unit 198
Transformator
Gambar 7.37 Selektivitas Kurva t dengan Kurva Fuse 199

-oo0oo-
BAB 1

PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK

1.1 PENDAHULUAN
Maksud dan tujuan

M
aksud dan tujuan adalah untuk memahami apa yang
dimaksud dengan proteksi sistem tenaga listrik. Listrik sangat
dekat dengan kehidupan manusia, di mana manusia tidak bisa
hidup tanpa adanya listrik
Banyak aktifitas manusia yang tidak lepas dari sumber tenaga listrik,
seperti peralatan rumah tangga dan alat telekomunikasi bahkan alat
transportasi menggunakan tenaga listrik seperti kereta listrik.
Namun menjadi bahan pertimbangan yang sangat serius, di mana
penggunaan listrik dapat menjadi masalah yang serius apabila tidak diolah
dan dimanfaatkan dengan benar.
Banyak peristiwa kebakaran terjadi karena pemanfaatan listrik tidak
dilakukan dengan benar. Masih banyak tangan-tangan yang tidak
bertanggung jawab yang menyebabkan listrik menjadi tidak aman
digunakan
Tujuan

 Menyebutkan beberapa contoh pemakaian sistem Proteksi Tenaga


Listrik dalam kehidupan sehari-hari dengan benar
2 Proteksi Sistem Tenaga Listrik

 Membaca gambar skema sistem proteksi pada Tegangan Tinggi mulai


dari pembangkit tenaga listrik
 Menggambarkan blok diagram sistem proteksi Tenaga Listrik dengan
benar.

1.1.1 Deskripsi Singkat


Keandalan dan keberlangsungan suatu sistem tenaga listrik dalam
melayani konsumen sangat tergantung pada sistem proteksi yang
digunakan. Oleh sebab itu dalam perencangan suatu sistem tenaga, perlu
dipertimbangkan kondisi gangguan yang mungkin terjadi pada sistem,
melalui analisa gangguan.
Dari hasil analisa gangguan dapat ditentukan sistem proteksi yang
akan digunakan, spesifikasi switchgear, rating circuit breaker (CB) serta
penetapan besaran-besaran yang menentukan bekerjanya suatu relay
(setting relay) untuk keperluan proteksi.
Pada unit ini tidak dibahas tentang analisa gangguan karena analisis
gangguan telah dibahas pada kuliah sistem tenaga listrik. Di sini akan
membahas tentang karakter serta gangguan-gangguan pada sistem tenaga
listrik meliputi generator, transformator daya, jaringan dan busbar. Di sini
juga akan membahas tentang sistem proteksi yang digunakan pada sistem
tenaga listrik.
Pengertian proteksi transmisi tenaga listrik adalah proteksi yang
dipasang pada peralatan-peralatan listrik pada suatu transmisi tenaga
listrik sehingga proses penyaluaran tenaga listrik dari tempat pembangkit
tenaga listrik (Power Plant) hingga Saluran distribusi listrik (Substation
Distribution) dapat disalurkan sampai pada konsumer pengguna listrik
dengan aman.
Proteksi transmisi tenaga listrik diterapkan pada transmisi tenaga
listrik agar jika terjadi gangguan peralatan yang berhubungan dengan
transmisi tenaga listrik tidak mengalami kerusakan. Ini juga termasuk saat
terjadi perawatan dalam kondisi menyala. Jika proteksi bekerja dengan
baik, maka pekerja dapat melakukan pemeliharaan transmisi tenaga listrik
Proteksi Sistem Tenaga Listrik 3

dalam kondisi bertegangan. Jika saat melakukan pemeliharaan tersebut


terjadi gangguan, maka pengaman-pengaman yang terpasang hurus
bekerja demi mengamankan sistem dan manusia yang sedang melakukan
perawatan.
Transmisi tenaga listrik terbagi dalam beberapa kategori. Kategori
yang pertama adalah transmisi dengan tegangan sebesar 500KV. Ini
merupakan transmisi yang sangat tinggi. Karena di Indonesia masih
menggunakan sistem 500 KV. Kategori yang kedua adalah transmisi
dengan tegangan sebesar 150 KV. Dan yang ketiga adalah transmisi 75 KV.
Untuk dibawah 75 KV selanjutnya dinamakan dengan distribusi tenaga
listrik.
Proteksi ini berbeda dengan pengaman. Jika pengaman suatu sistem
berarti sistem tersebut tidak merasakan gangguan. Sedangkan proteksi
atau pengaman sistem, sistem merasakan gangguan tersebut namun dalam
waktu yang sangant singkat dapat diamankan. Sehingga sistem tidak
mengalami kerusakan akibat gangguan yang terlalu lama.

1.1.2 Manfaat Relevansi


Dengan mengetahui dan memahami materi ini diharapkan dapat diketahui
arti penting keamanan listrik dan arti penting dari proteksi sistem tenaga
listrik.

1.1.3 Tujuan Instruksional


Setelah mempelajari bagian ini mahasiswa diharapkan dapat :

 Menjelaskan definisi proteksi sistem tenaga listrik


 Menjelaskan komponen -komponen sistem tenaga listrik

1.1.4 Saran Petunjuk Belajar


Sebelum mempelajari materi ini, kepada mahasiswa perlu memiliki
pengetahuan dasar tentang listrik.
4 Proteksi Sistem Tenaga Listrik

1.2 PENYAJIAN

1.2.1 Sistem Tenaga Listrik


Untuk sampai ke konsumen listrik harus melalui proses yang cukup
panjang. Proses penyampaian listrik kepada konsumen disebut
transmisi. Proses trnasmisi listrik ada yang melalui darat maupun
melalui air.
Pengertian proteksi transmisi tenaga listrik adalah proteksi yang
dipasang pada peralatan-peralatan listrik yang dipasang pada peralatan-
peralatan listrik pada suatu transmisi tenaga listrik sehingga proses
penyaluran tenaga listrik dari tempat pembangkit tenaga listrik (power
plant) hingga saluran distribusi listrik (substation distribution) dapat
disalurkan sampai pada consumer penggunaan listrik dengan aman.
TRANSMISI TENAGA LISTRIK

Gambar 1.1 Pembangkit Listrik ke Konsumen

Proteksi transmisi tenaga listrik diterapkan pada transmisi tenaga


listrik agar jika terjadi gangguan peralatan yang berhubungan dengan
transmisi tenaga listrik tidak mengalami kerusakan. Ini juga termasuk saat
Proteksi Sistem Tenaga Listrik 5

terjadi perawatan dalam kondisi menyala. Jika saat melakukan


pemeliharaan terjadi gangguan, maka pengaman-pengaman yang ter-
pasang harus bekerja demi mengamankan system dan manusia yang
sedang melakukan perawatan.
Pusat Pembangkit Listrik (Power Plant).
Yaitu tempat energi listrik pertama kali dibangkitkan, dimana terdapat
turbin sebagai penggerak mula (Prime Mover) dan generator yang
membangkitkan listrik.
Pembangkit Tenaga Listrik
Merupakan proses penyaluaran tenaga listrik dari tempat pembangkit
tenaga listrik (Power Plant) hingga Saluran distribusi listrik (substation
distribution) sehingga dapat disalurkan sampai pada konsumen pengguna
listrik.

Sumber: ............................

Gambar 1.2 Saluran Transmisi Tenaga Listrik

Transmisi Tenaga Listrik merupakan subsistem tersendiri yang


terdiri dari: Pusat Pengatur (Distribution Control Center, DCC), lC t l C t
DCC). Saluran tegangan menengah (6KV dan 20KV yang juga biasa disebut
tegangan distribusi primer) yang merupakan saluran udara atau kabel
6 Proteksi Sistem Tenaga Listrik

tanah, gardu distribusi tegangan menengah yang terdiri dari panel-panel


pengatur tegangan menengah dan trafo sampai dengan panel-panel
distribusi tegangan rendah (380V, 220V) yang menghasilkan tegangan
kerja/tegangan jala-jala untuk industri dan konsumen.

Sumber: ............................

Gambar 1.3 Trafo Distribusi Tenaga Listrik

Trafo Distribusi Merupakan Pengguna / Konsumer Listrik


Dalam kontaks pembahasan ini, yang dimaksud transmisi (penyaluran)
adalah Penyaluran energi listrik sehingga mempunyai listrik, maksud
proses dan cara menyalurkan energi listrik dari satu tempat ke tempat
lainnya, misalnya:

 Dari pembangkit listrik ke gardu induk.


 Dari satu gardu induk ke gardu induk lainnya.
 Dari gardu induk ke jaring tegangan menengah dan gardu distribusi.
Ketentuan Dasar Sistem Tenaga Listrik.
1. Menyediakan setiap waktu, tenaga listrik untuk keperluan konsumer.
2. Menjaga kestabilan nilai tegangan, dimana tidak lebih toleransi ± 10%.
3. Menjaga kestabilan frekuensi, dimana tidak lebih toleransi ± 0 1Hz.
Proteksi Sistem Tenaga Listrik 7

4. Harga yang tidak mahal (Efisien).


5. Standar keamanan (safety).
6. Respek terhadap lingkungan.
Diagram dasar dari sistem transmisi dan distribusi tenaga listrik
diperlihatkan pada gambar berikut ini.

Gambar 1.4 Diagram Sistem Tenaga Listrik

 Terdiri dari stasiun pembangkit (generating station)


 Transmission substation menyediakan servis untuk mengubah dalam
menaikkan dan menurunkan tegangan pada saluran tegangan yang
ditransmisikan serta meliputi regulasi tegangan.
 Percabangan hubungan antar substation (interconnecting substation)
untuk pasokan tenaga listrik yang berbeda untuk keperluan pengguna
konsumer.
 Distribution Substation, pada bagian ini merubah tegangan aliran
listrik dari tegangan medium menjadi tegangan rendah dengan
transformator step-down, step down, di mana memiliki tap otomatis dan
memiliki kemampuan untuk regulator tegangan rendah.
8 Proteksi Sistem Tenaga Listrik

Tegangan Transmisi

 Tegangan generator dinaikkan ke tingkat yang dipakai untuk transmisi


yaitu antara 11 KV dan 765 KV.
 Tegangan extra-tinggi (Extra High Voltage – EHV): 345 KV dan 765 KV.
 Tegangan tinggi standar (High Voltage-HV Standard): 115 KV, 138 KV,
dan 230 KV
 Untuk sistem distribusi, tegangan menengah yaitu antara 2,4 KV dan
69 KV. Umumnya antara 120V dan 69 KV dan untuk tegangan rendah
yaitu antara 120V sampai 600V
Komponen Transmisi Listrik
Saluran transmisi Tenaga Listrik terdiri atas :
1. konduktor.
2. Isolator.
3. Tiang Penyangga/Tower
Konduktor

Gambar 1.5 Kawat Konduktor Tenaga Listrik

 Kawat konduktor ini digunakan untuk menghantarkan listrik yang


ditransmisikan.
 Kawat konduktor untuk saluran transmisi tegangan tinggi ini selalu
tanpa pelindung/isolasi, hanya menggunakan isolasi udara.
 Jenis Konduktor yang dipakai
 Tembaga (Cu)
 Alumunium (Al)
 Baja (Steel)
Proteksi Sistem Tenaga Listrik 9

 Jenis yang sering dipakai adalah jenis alumunium dengan campuran


baja.
 Jenis-jenis penghantar Aluminium
 AAC (All-Alumunium Conductor), yaitu kawat penghantar yang
seluruhnya terbuat dari alumunium.
 AAC (All-Alumunium-Alloy Conductor), yaitu kawat penghantar
yang seluruhnya terbuat dari campuran alumunium.
 ACSR (Alumunium Conductor Steel-Reinforced) Conductor, Steel-
Reinforced), yaitu kawat penghantar alumunium berinti kawat
baja.
 ACAR (Alumunium Conductor, Alloy-Reinforced), yaitu kawat
penghantar alumunium yang di perkuat dengan logam campuran.
 Jenis yang sering digunakan adalah ACSR.
Isolator

Gambar 1.6 Isalator Tenaga Listrik

• Isolator pada sistem transmisi tenaga listrik di sini berfungsi


untuk penahan bagian konduktor terhadap ground. Isolator di sini
bisanya terbuat dari bahan porseline, tetapi bahan gelas dan
bahan isolasi sintetik juga sering digunakan di sini. Bahan isolator
harus memiiki resistansi yang tinggi untuk melindungi kebocoran
arus dan memiliki ketebalan yang secukupnya (sesuai standar)
untuk mencegah breakdown pada tekanan listrik tegangan tinggi
sebagai pertahanan
10 Proteksi Sistem Tenaga Listrik

fungsi isolasi tersebut. Kondisi nya harus kuat terhadap goncangan


apapun dan beban konduktor.
 Jenis isolator yang sering digunakan pada saluran transmisi adalah
jenis porselin atau gelas.
Menurut penggunaan dan konstruksinya, isolator diklasifikasikan
menjadi:

 Isolator jenis pasak


 Isolator jenis pos-saluran
 Isolator jenis gantung
 Isolator jenis pasak dan isolator jenis pos-saluran digunakan pada
saluran transmisi dengan tagangan kerja relatif rendah (22-33 KV),
sedangkan isolator jenis gantung dapat digandeng menjadi rentengan
rangkaian isolator yang jumlahnya dapat disesuaikan dengan
kebutuhan.
Tiang Penyangga (Tower)
• Tiang Penyangga Saluran transmisi dapat berupa saluran udara dan
saluran bawah tanah, namun pada umumnya berupa saluran udara.
Energi listrik yang disalurkan lewat saluran transmisi udara pada
umumnya menggunakan kawat telanjang sehingga mengandalkan
udara sebagai media antar isolasi antar kawat penghantar. Dan untuk
menyanggah/merentangkan kawat penghantar dengan ketinggian dan
jarak yang aman bagi manusia dan lingkungan sekitarnya, kawat-
kawat penghantar tersebut dipasang pada suatu konstruksi bangunan
yang kokoh, yang biasa disebut menara/tower. Antar menara/
tower listrik dan kawat penghantar disekat oleh isolator.
• Saluran Kabel bawah laut, ini merupakan saluran listrik yang melewati
medium bawah air (laut) karena transmisi antar pulau yang jaraknya
dipisahkan oleh lautan.
Konstruksi Saluran Transmisi Berdasarkan pemasangannya dibagi
menjadi , dua kategori, yaitu :
Proteksi Sistem Tenaga Listrik 11

1. Saluran Udara (Overhead Lines) saluran transmisi yang menyalurkan


energi listrik melalui kawat-kawat yang digantung pada isolator antara
menara atau tiang
Transmisi atau Tower.
Jenis-jenis Tower Menurut bentuk konstruksinya jenis-jenis tower
dibagi atas macam 4 yaitu:
1. Lattice tower
2. Tubular steel pole
3. Concrete pole
4. Wooden pole

Gambar 1.7 Tiang Transmisi Tenaga Listrik

2. Saluran kabel bawah tanah (underground cable), saluran transmisi yang


menyalurkan energi listrik melalui kabel yang dipendam di dalam
tanah.

Gambar 1.8 Saluran Transmisi Bawa Tanah


12 Proteksi Sistem Tenaga Listrik

3. Saluran bawah Laut adalah Saluran transmisi yang di bangun di


dalam laut.

Gambar 1.9 Saluran Transmisi Bawa Laut

1.2.2 Proteksi Sistem Tenaga Listrik


Yang dimaksud dengan proteksi sistem tenaga listrik adalah sistem
proteksi yang dilakukan kepada peralatan-peralatan listrik yang terpasang
pada suatu sistem tenaga misalnya generator, transformator jaringan dan
lain-lain, terhadap kondisi tidak normal operasi sistem itu sendiri.
Pengertian proteksi transmisi tenaga listrik adalah proteksi yang
dipasang pada peralatan-peralatan listrik pada suatu transmisi tenaga
listrik sehingga proses penyaluran tenaga listrik dari tempat pembangkit
tenaga listrik (Power Plant) hingga Saluran distribusi listrik (substation
distribution) dapat disalurkan sampai pada konsumen pengguna
listrik dengan aman. Proteksi transmisi tenaga listrik diterapkan pada
transmisi tenaga listrik agar jika terjadi gangguan peralatan yang
berhubungan dengan transmisi tenaga listrik tidak mengalami
kerusakan. Ini juga termasuk saat terjadi perawatan dalam kondisi
menyala. Jika proteksi bekerja dengan baik, maka pekerja dapat
melakukan pemeliharaan transmisi tenaga listrik dalam kondisi
bertegangan. Jika saat melakukan pemeliharaan tersebut terjadi
gangguan, maka pengaman-pengaman yang
Proteksi Sistem Tenaga Listrik 13

terpasang haurus bekerja demi mengamankan sistem dan manusia yang


sedang melakukan perawatan.
Kondisi tidak normal itu dapat berupa antara lain:

 Hubung singkat,
 Tegangan lebih,
 Beban lebih,
 Frekuensi sistem rendah,
 Asinkron
 Dan lain lain.

1.2.3 Fungsi Proteksi


Proteksi berfungsi sebagai berikut,
1. Untuk menghindari ataupun untuk mengurangi kerusakan peralatan-
peralatan akibat gangguan (kondisi abnormal operasi sistem).
Semakin cepat reaksi perangkat proteksi yang digunakan maka akan
semakin sedikitlah pengaruh gangguan kepada kemungkinan
kerusakan alat
2. Untuk cepat melokalisir luas daerah terganggu menjadi sekecil
mungkin
3. Untuk dapat memberikan pelayanan listrik dengan keandalan yang
tinggi kepada konsumsi dan juga mutu listrik yang baik.
4. Untuk mengamankan manusia terhadap bahaya yang ditimbulkan
oleh listrik.
Pengetahuan mengenai arus-arus yang timbul dari pelbagai tipe
gangguan pada suatu lokasi merupakan hal yang sangat esensial bagi
pengoperasian sistem proteksi secara efektif. Jika terjadi gangguan pada
sistem, para operator yang merasakan adanya gangguan
tersebut diharapkan segera dapat mengoperasikan circuit-circuit yang
tepat untuk mengeluarkan sistem yang terganggu atau memisahkan
pembangkit dari jaringan yang terganggu. Sangat sulit bagi seorang
operator untuk mengawasi gangguan-gangguan yang mungkin terjadi
dan menentukan
14 Proteksi Sistem Tenaga Listrik

CB mana yang diperoperasikan untuk mengisolir gangguan tersebut secara


manual.
Mengingat arus gangguan yang cukup besar, maka perlu secepat
mungkin dilakukan proteksi. Hal ini perlu suatu peralatan yang digunakan
untuk mendeteksi keadaan-keadaan yang tidak normal tersebut
dan selanjutnya mengistruksikan circuit-circuit yang tepat untuk
bekerja memutuskan rangkaian. Peralatan tersebut kita kenal dengan
relay.
Ringkasnya proteksi dan tripping otomatik circuit-circuit yang
sehubungan mempunyai dua fungsi pokok :
1. Mengisolir peralatan yang terganggu agar bagian-bagian yang lainnya
tetap beroperasi seperti biasa.
2. Membatasi kerusakan peralatan akibat panas lebih (over heating),
pengaruh gaya-gaya mekanik dst.
Koordinasi antara relay dan circuit breaker (CB) dalam mengamati dan
memutuskan gangguan disebut sebagai sistem proteksi. Banyak hal yang
harus dipertimbangkan dalam mempertahankan arus kerja maksimum
yang aman. Jika arus kerja bertambah melampaui batas aman yang
ditentukan dan tidak ada proteksi atau jika proteksi tidak memadai atau
tidak efektif, maka keadaan tidak normal dan akan mengakibatkan
kerusakan isolasi.
Pertambahan arus yang berkelebihan menyebabkan rugi-rugi daya
pada konduktor akan berkelebihan pula. Perlu diingat bahwa pengaruh
pemanasan adalah sebanding dengan kwadrat dari arus :
H  12 Rt Joules

di mana :
H = panas yang dihasilkan (Joule)
I = arus konduktor (ampere)
R = tahanan konduktor (ohm)
t = waktu atau lamanya arus yang mengalir (detik)
Proteksi Sistem Tenaga Listrik 15

Proteksi harus sanggup menghentikan arus gangguan sebelum arus


tersebut naik mencapai harga yang berbahaya. Proteksi dapat dilakukan
dengan Sekering atau Circuit Breaker. Proteksi juga harus sanggup
menghilangkan gangguan tanpa merusak peralatan proteksi itu sendiri.
Untuk ini pemilihan peralatan proteksi harus sesuai dengan kapasitas arus
hubung singkat “breaking capacity” atau Repturing Capacity.
Di samping itu proteksi yang diperlukan harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
1. Sekering atau circuit breaker harus sanggup dilalui arus nominal
secara terus menerus tanpa pemanasan yang berlebihan (overheating).
2. Overload yang kecil pada selang waktu yang pendek seharusnya tidak
menyebabkan peralatan bekerja
3. Proteksi harus bekerja walaupun pada overload yang kecil tetapi
cukup lama sehingga dapat menyebabkan overheating pada rangkaian
penghantar.
4. Proteksi harus membuka rangkaian sebelum kerusakan yang
disebabkan oleh arus gangguan yang dapat terjadi.
5. Proteksi harus dapat melakukan “pemisahan” (discriminative) hanya
pada rangkaian yang terganggu yang dipisahkan dari rangkaian yang
lain yang tetap beroperasi.
Proteksi overload dikembangkan jika dalam semua hal rangkaian
listrik diputuskan sebelum terjadi overheating. Jadi disini overload action
relatif lebih lama dan mempunyai fungsi inverse terhadap kwadrat dari
arus.
Proteksi gangguan hubung singkat dikembangkan jika action dari
sekering atau circuit breaker cukup cepat untuk membuka rangkaian
sebelum arus dapat mencapai harga yang dapat merusak akibat
overheating, arcing atau ketegangan mekanik.

1.2.4 Persyaratan Kualitas Proteksi


Ada beberapa persyaratan yang sangat perlu diperhatikan dalam suatu
perencanaan sistem proteksi yang efektif yaitu :
16 Proteksi Sistem Tenaga Listrik

1. Selektivitas dan Diskriminasi


Efektivitas suatu sistem proteksi dapat dilihat dari kesanggupan sistem
dalam mengisolir bagian yang mengalami gangguan saja
2. Stabilitas
Sifat yang tetap tidak operasi apabila gangguan-gangguan terjadi
diluar zona yang melindungi (gangguan luar).
3. Kecepatan Operasi
Sifat ini lebih jelas, semakin lama arus gangguan terus mengalir,
semakin besar kerusakan peralatan. Hal yang paling penting adalah
perlunya membuka bagian-bagian yang terganggu sebelum generator-
generator yang dihubungkan sinkron kehilangan sinkronisasi dengan
sistem selebihnya. Waktu pembebasan gangguan yang tipikal dalam
sistem sistem tegangan tinggi adalah 140 ms. Dimana mendatang
waktu ini hendak dipersingkat menjadi 80 ms sehingga memerlukan
relay dengan kecepatan yang sangat tinggi (very high speed relaying)
4. Sensitivitas (kepekaan)
Yaitu besarnya arus gangguan agar alat bekerja. Harga ini dapat
dinyatakan dengan besarnya arus dalam jaringan aktual (arus primer)
atau sebagai prosentase dari arus sekunder (trafo arus).
5. Pertimbangan ekonomis
Dalam sistem aspek ekonomis hampir mengatasi aspek teknis, oleh
karena jumlah feeder, trafo dan sebagainya yang begitu banyak, asal
saja persyaratan keamanan yang pokok dipenuhi. Dalam sistem-sistem
transmisi justru aspek teknis yang penting. Proteksi relatif mahal,
namun demikian pula sistem atau peralatan yang dilindungi dan
jaminan terhadap kelangsungan peralatan sistem adalah vital. Biasanya
digunakan dua sistem proteksi yang terpisah, yaitu proteksi primer
atau proteksi utama dan proteksi pendukung (back up)
6. Realiabilitas (Keandalan)
Sifat ini jelas, penyebab utama dari “outage” rangkaian adalah tidak
bekerjanya proteksi sebagaimana mestinya (mal operation).
7. Proteksi Pendukung
Proteksi pendukung (back up) merupakan susunan yang sepenuhnya
terpisah dan bekerja untuk mengeluarkan bagian yang terganggu
Proteksi Sistem Tenaga Listrik 17

apabila proteksi utama tidak bekerja (fail). Sistem pendukung ini


sedapat mungkin indenpenden seperti halnya proteksi utama,
memiliki trafo-trafo dan rele-rele tersendiri. Seringkali hanya triping
CB dan trafo-trafo tegangan yang dimiliki bersama oleh keduanya.
Tiap-tiap sistem proteksi utama melindungi suatu area atau zona
sistem daya tertentu. Ada kemungkinan suatu daerah kecil diantara zona-
zona yang berdekatan misalnya antara trafo-trafo arus dan circuit breaker
tidak dilindungi. Dalam keadaan seperti ini sistem back up (yang
dinamakan remote back up) akan memberikan perlindungan karena berlapis
dengan zona-zona utama seperti pada gambar beriku

3
1 3
2 3
4 4 1

4 4

Gambar 1.10 Diagram Sistem Tenaga dengan Daerah Proeksi Berlapis

Pada sistem distribusi aplikasi back up digunakan tidak seluas dalam


sistem tansmisi, cukup jika hanya mencakup titik-titik strategis saja.
Remote back up bereaksi lambat dan biasanya memutus lebih banyak dari
yang diperlukan untuk mengeluarkan bagian yang terganggu.
18 Proteksi Sistem Tenaga Listrik

Komponen-komponen sistem proteksi terdiri dari :

 Circuit Breaker (PM)


 Relay
 Trafo arus (CT)
 Trafo tegangan (PT)
 Kabel kontrol
 Supplay (Batere)
Di dalam sistem proteksi untuk membaca gambar single line diagram
maka diperlukan penomoran-penomoran dalam gambar untuk me-
mudahkan kita membaca gambar, dimana penomoran tersebut adalah
sebagai berikut:

 2 Time delay starting ,or closing relay


 21 Distance relay
 25 Syncrononizing, or syncronism-chek, device.
 27 Undervoltage relay
 30 Annunciator relay
 32 Directional power relay
 37 Undercurrent or underpower relay
 46 Reverse-phase or phase balance current relay
 49 Machine, or transformator, thermal relar
 50 Instantaneous overcurrent, or rate-of rise, relay
 51 AC time over current relay
 52 AC Circuit Breakers
 55 Power Faktor relay
 59 Over voltage relay
 60 Voltage balance relay
 61 Current balance relay
 64 Ground foult protective relay
 67 AC directional over current relay
 68 Blocking relay
 76 DC over current relay
 78 Phasa angle measuring, or uot-of step protective relay
Proteksi Sistem Tenaga Listrik 19

 79 AC reclosing relay
 81 Freguensi relay
 83 Automatic selective control, or transfer, relay
 85 Carrier, or pilot wire, receiver relay
 86 Locking out relay
 87 Differential Protective relay
 92 Voltage and power directional relay
Contoh pemakaian penomoran dalam sistem proteksi tenaga listrik

Gambar 1.11 Contoh Penomoran Sistem Proteksi

1.3 PENUTUP

1.3.1 Latihan
1. Sebutkan pengertian proteksi sistem tenaga listrik!
2. Sebutkan fungsi proteksi sistem tenaga listrik!
3. Sebutkan persyaratan kualitas proteksi sistem tenaga
listrik
20 Proteksi Sistem Tenaga Listrik

1.3.2 Rangkuman
Yang dimaksud dengan proteksi terhadap tenaga Iistrik ialah sistem
pengamanan yang diIakukan ternadap peralatan-peralatan listrik, yang
terpasang pada sistem tenaga Iistrik tersebut. Misalnya Generator,
Transformator, Jaringan transmisi/distribusi dan lain-lain ternadap
kondisi operasi abnormal dari sistem itu sendiri. Yang dimaksud dengan
kondisi abnormal tersebut antara lain dapat berupa:

 Hubung singkat
 Tegangan lebih/kurang
 Beban iebih
 Frekuensi sistem turun/naik
 Dan iain-lain
Adapun fungsi dari sistem proteksi adalah:
 Untuk menghindari atau mengurangi kerusakan peralatan Iistrik
akibat adanya gangguan (kondisi abnormal). Semakin cepat reaksi
perangkat proteksi yang digunakan, maka akan semakin sedikitlah
pengaruh gangguan terhadap kemungkinan kerusakan alat.
 Untuk mempercepat melokaliser luas/zone daerah yang terganggu,
sehingga daerah yang terganggu menjadi sekeciI mungkin.
 Untuk dapat memberikan pelayanan Iistrik dengan keandalan yang
tinggi kepada konsumen, dan juga mutu listriknya baik.
 Untuk mengamankan manusia (terutama) terhadap bahaya yang
ditimbulkan oleh Iistrik.
Agar sistem proteksi dapat dikatakan baik dan benar (dapat bereaksi
dengan cepat, tepat dan murah), maka perlu diadakan pemiIihan dengan
seksama dan dengan memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut
Proteksi dan automatic tripping Circuit Breaker (CB) dibutuhkan untuk:
1. Mengisolir peralatan yang terganggu agar bagian-bagian yang lainnya
tetap beroperasi seperti biasa.
2. Membatasi kerusakan peralatan akibat panas lebih (overheating),
pengaruh gaya mekanik dan sebagainya. Proteksi harus dapat
Proteksi Sistem Tenaga Listrik 21

menghilangkan dengan cepat arus yang dapat mengakibatkan panas


yang berkelebihan akibat gangguan
H = I2R × t Joules
Peralatan proteksi selain sekering adalah peralatan yang dibentuk
dalam suatu sistem koordinasi relay dan circuit breaker. Peralatan proteksi
dipilih berdasarkan kapasitas arus hubung singkat ‘Breaking capacity’ atau
‘Repturing Capcity’.
Selain itu peralatan proteksi harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
1. Selektivitas dan Diskriminasi
2. Stabilitas
3. Kecepatan operasi
4. Sensitivitas (kepekaan).
5. Pertimbangan ekonomis.
6. Realibilitas (keandalan).
7. Proteksi pendukung (back up protection)

1.3.3 Tes Formatif


Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut sesuai dengan materi diatas :
1. Jelaskan dengan singkat mengapa proteksi dibutuhkan.
Jawab :
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
… ……………………………………………………………………………...
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ‘Breaking Capacity’ atau ‘Repturing
Capacity’pada sistem proteksi.
Jawab :
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………… ...

Anda mungkin juga menyukai