Makalah P Korupsi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

KORUPSI DAN BENTUK-BENTUK KORUPSI


Disusun untuk memenuhi tugas
Mata kuliah: Pendidikan anti korupsi
Dosen pengampu: Mashun Ismail, S.H., M.H.

Disusun oleh kelompok 1 kelas E


1. Rizal Ferlianto (2020310094)
2. Ricky Eka Hartanto (2022310033)
3. Sitti Aisyah (2022310035)
4. Intan Larasati (2022310050)
5. Raka Prayogi Adinata (2022310051)
6. Audria Malika Salsabila (2022310123)

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS MADURA
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah Nya sehingga kami dapat menyelesikan tugas makalah yang berjudul
Korupsi dan Bentuk-bentuk Korupsi ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen
pada mata kuliah pendidikan anti korupsi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tetang korupsi dan bentuk-bentuk korupsi
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak (Mashun Isamail,
S.H., M,H.) selaku dosen pengampu mata kuliah pendidikan anti korupsi
yang telah memberikan tugas sehingga menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan mata kuliah yang kami tekuni.
kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Pamekasan12 desember 2022

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................1

1. 1 Latar Belakang Masalah...........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2

1.3 Tujuan......................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................4

2.1 Definisi dan Arti Korupsi...........................................................................................4

2.2 Perilaku Koruptif Dalam Masyrakat........................................................................8

2.3 Perbedaan Korupsi dan Perilaku Koruptif...............................................................12

2.4 Bentuk-Bentuk dan perilaku korupsi......................................................................14

BAB III PENUTUP.............................................................................................................19

3.1 Kesimpulan.............................................................................................................19

3.2 Saran......................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................20

ii
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang Masalah
Korupsi talah menjadi perhatian semua pihak pada saat ini. Bentuk-bentuk
dan perwujudan korupsi jauh lebih banyak dari pada kemampuan untuk
melukiskannya. Iklim yang diciptakan oleh korupsi menguntungkan bagi tumbuh
suburnya kejahatan.
Korupsi pun menjadi permasalahan yang sungguh serius dinegeri ini.
Kasus korupsi sudah tidak terhitung lagi jumlahnya. Berkembang dengan pesat,
meluas dimana-mana, dan terjadi secara sistematis dengan rekayasa yang canggih
dan memanfaatkan teknologi moderen. Kasus terjadinya korupsi dari hari kehari
kian marak. Hampir setiap hari berita tengtang korupsi menghiasi berbagai media.
Bahkan korupsi dianggap biasa dan dimaklumi banyak orang sehingga
masyarakat sulit membedakan mana perbuatan korupsi dan mana perbuatan yng
tidak korupsi. Meskipun sudah ada komisi pemberantas korupsi (KPK) dan
beberapa instansi anti korupsi lainya, faktanya negeri ini memduduki ringking
teratas sebagai negara terkorup di dunia.
Tindak korupsi di negeri ini bisa dikatakan mulai merajalela, bahkan
menjadi kebiasaan, dan yang lebih memperhatikan adalah korupsi dianggap biasa
saja atau hal yang sepele. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk
mencegah terjadinya korusi, namun tetap saja korusi menjadi hal yang sering
terjadi.
Upaya pemberntasan korupsi semata-mata hanya lewat penuntutan
korupsi, padahal yang perlu saat sekarang ini adalah kesadaran setiap orang untuk
taat pada undang-unhdang korupsi. Bangsa indonesia sekrang butuh penerus
bangsa yang berakhlak mulia, dalam artian mempeunyai sikap dan perilaku yang
baik. Kesadran tersebut. Lebih khusus kepada penanaman nilai anti korupsi pada
setiap individu putra bangsa. Namun masalahnya adalah membentuk hal tersebut
tidalkah mudah seperti membalikan telapk tangan.
Upaya pencegahan budaya koruspi dimasyrakat terlebih dahulu dapat
dilakukan dengan mencegah berkembangnya mental korupsi pada anak bangsa
indonesia melalui pendidikan. semangat anti korupsi yang patut menjadi kajian
adalah pola pikir, sikap, dan perilaku anti korupsi melalui sekolah, karena sekolah,
salah satunya yaitu lewat pendidikan anti korupsi.
Proses pendidikan mestinya bersifat sistematis dan massif. Cara sistematis
yang bisa ditempuh adalah dengan melaksanakan pendidikan anti korupsi secara
intensif. Pendidikan anti korupsi menjadi sarana sadar untuk melakukan upaya
pemberantasan korupsi.pendidikan anti korupsi merupakan tindakan untuk
mengendalikan dan mengurangi korupsi berupa keseluruhan upaya untuk
mendorong generasi mendatang untuk mentalitas anti korupsi ini akan terwujud
jika kita sadar membina kemampuan generasi mendatang untuk mengidentifikasi
berbagai kelemahan dari sistem nilai yang mereka warisi dan memperbarui sistem
nilai warisan dengan sistem-sistem yang baru.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana definisi dan anti korupsi ?
2. Bagaimana perilaku koruptif dalam masyarakat ?
3. Apa saja perbedaan korupsi dan perilaku koruptif ?
4. Apa saja bentuk-bentuk perilaku korupsi ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan permasalahan diatas,maka tujuan yang ingin dicapai oleh
kami dalam tesis ini adalah :
1. Untuk mendeskripsikan definisi dan arti korupsi
2. Untuk mendeskripsikan perilaku koruptif dalam masyarakat
3. Untuk mendeskripsikan perbedaan korupsi dan perilaku koruptif
4. Untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk perilaku korupsi

2
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi dan Arti Korupsi
Korupsi telah menjadi masalah bangsa secara internasional dan penyebab
korupsi bisa bermacam-macam, tergantung konteksnya. Biasanya media sering
mempubliksikan kasus korupsi yang berkaitan dengan kekuasaan dalam
pemerintahan. Pada faktanya, korupsi sebenarnya telah terjadi dari hal paling
sederhana sampai hal-hal yang lebih kompleks. Korupsi selalu dikaitkan dengan
politik, ekonomi, kebijakan pemerintahan dalam masalah sosial maupun
internasional, serta pembangunan nasional. Setiap tahun bahkan mungkin setiap
bulan, banyak pejabat pemerintah yang tertangkap karena melakukan tindakan
korupsi.
Pegertian korupsi dapat ditinjau dalam berbagai macam perspektif. Pada
hakekatnya korupsi dapat terjadi dari segi kehidupan mana pun, tidak hanya pada
pemerintahan, sehingga menimbulkan pengertian korupsi yang bermacam-macam.
Korupsi adalah istilah yang berasal dari bahasa Latin Corruptio dari kata kerja
corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik,
menyogok, mencuri, maling, seiring dengan pendapat nurdjana menyatakan
bahwa korupsi adalah istilah yang berasal dari bahsa Yunani yaitu “corruptio”,
yang berarti perbuatan yang tidak baik, buruk, curang, dapat disuap, tidak hormat,
menyimpang dari kesucian, melanggar norma-norma agama materiil, mental dan
hukum.
Menurut kamus Oxfrod, pengertian korupsi adalah pelaku tidak jujur atau
ilega, terutama dilakukan orang yang berwenang. Menurut kamus besar bahasa
indonesia, pengertian korupsi adalah penyelewengan atau penyelahgunaan uang
negara (perusahaan, organisasi, yayasan, dan sebagainya) untuk keuntungan
pribadi atau orang lain
Menurut hukum di indonesia pengertian korupsi adlah perbuatan melawan
hukum dengan maksud memperkaya diri sendiri/orang lain, baik perorangan
maupun korporasi, yang dapat merugikan keuangan negara/perekonomian negara.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001. Ada 30 delik tindakan
pidana korupsi yang dikategorikan menjadi 7 jenis. Kerugian keuangan negara,
penyuapan , pemerasan, penggelapan dalam jabatan kecurangan, benturan
kepentingan dalam pengadaan barang dan jasa, serta gratifikasi.1
Mengawali deskripsi tentang pengertian dan asal kata korupsi, peneliti
memulai dengan ungkapan yang pernah dikemukakan oleh Lord Acton dalam
Dani Krisnawati dkk,sebagai berikut : “Power tends to corrupt,and absolut power
corrupts absolutly”,kekuasaan cenderung untuk korupsi dan kekuasaan yang
absolut cenderung korupsi absolut.mengutip ungkapan dari Lord Acton tersebut
sengaja peneliti lakukan,dengan maksud dan tujuan untuk mengingatkan bahwa
dimanapun dibelahan bumi ini kekuasaan selalu rentan dengan tindakan korupsi.
Definisi tentang korupsi dapat dipandang dari berbagai aspek,bergantung
pada disiplin ilmu yang dipergunakan sebagai mana dikemukakan oleh Benfeniste
dalam suyatno,korupsi di definisikan 4 jenis.
1 Discretionery corruption,ialah korupsi yang dilakukan karena adanya
kebebasan dalam menentukan kebijaksanaan,sekalipun nampaknya
bersifat sah,bukanlah praktik-praktik yang dapat diterima oleh para
anggota organisasi.
Contoh : seorang pelayanan perijinan tenaga kerja asing,memberikan
pelayanan yang lebih cepat kepada “calo”,atau orang yang bersedia
membayar lebih,ketimbang para pemohon yang biasa-biasa saja.Alasannya
karena calo adalah orang yang bisa memberikan pendapatan
tambahan.dalam kasus ini,sulit dibuktikan tentang praktik
korupsi,walaupun ada peraturan yang dilanggar.terlebih lagi apabila dalih
memberikan uang dibungkus dengan jargon tanda ucapan terima kasih dan
diserahkan setelah layanan diberikan.
2 Ilegal Corruption,ialah tindakan yang bermaksud mengacaukan bahasa
atau maksud-maksud hukum,peraturan dan regulasi tertentu.
Contoh : didalam peraturan lelang dinyatakan bahwa untuk penggandaan
barang jenis tertentu harus melalui proses pelelangan atau tender tetapi
1
Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al-Bukhay Dra. Hj. Suryatik, M.Pd. Azhar, S.Th.I., M.Pem.I.,
Tarbiyah Bil Qalam , Vol. V Edisi 2 Juli-Desember 2021, jurnal pendidikan,agama sains, hlm 49-
50

5
karena waktunya mendesak (karena turunnya anggaran terlambat),maka
proses tender itu tidak dimungkinkan untuk itu pemimpin proyek mencari
dasar hukum mana yang bisa mendukung atau memperkuat pelaksanaan
pelelangan sehingga tidak di sahkan oleh inspektur.dicarilah pasal-pasal
dalam peraturan yang memungkinkan untuk bisa dipergunakan sebagai
dasar hukum guna memperkuat sahny pelaksanan tender.dari sekian
banyak pasal,misalnya ditemukan lah suatu pasal yang mengatur perihal
“keadaan darurat” atau “force majeur” dalam pasal ini dikatakan bahwa
“dalam keadaan darurat,prosedur pelelangan atau tender dapat
dikecualikan,dengan syarat harus memperoleh ijin dari pejabat yang
berkompoten”.dari sini lah dimulainya ilegal corruption yakni ketika
pemimpin proyek mengartikulasikan tentang keadaan darurat.andai kata
dalam pasal keadaan darurat tersebut yang berbunyi “termasuk kedalam
keadaan darurat ialah suatu keadaan ialah suatu keadaan yang berada
diluar kendali manusia”,maka dengan serta merta,pemimpin proyek bisa
berdalih bahwa keterbatasan waktu adalah salah satu yang berada diluar
kendali manusia,yang bisa dipergunakan oleh pemimpin proyek sebagai
dasar pembenaran pelaksaan proyek atasa dasar penafsiran itulah
pemimpin proyek meminta persetujuan kepada pejabat yang berkompeten
dalam pelaksanaan proyek seperti kasus ini,sebenarnya bisa dinyatakan
sah atau tidak sah bergantung pada bagaimana pihak menafsirkan
peraturan yang berlaku.bahkan dalam beberapa kasus,letak ilegal
corruption berada pada kecanggihan memainkan kata-kata;bukan
substansinya.
3 Mercenery corruption,ialah jenis tindak pidana korupsi yang dimaksud
untuk memperoleh keuntungan peribadi,melalui penyalahgunaan
wewenang dan,kekuasaan.
Contoh :dalam sebuah persaingan tender,seorang panitia lelang memiliki
kewenangan untuk meluluskan peserta tender.untuk itu,secara terselubung
atau terang-terangan ia mengatakan bahwa untuk memenangkan tender

6
peserta harus bersedia memberi uang “sogok” atau “semir” dalam jumlah
tertentu.
Jika permintaan dipenuhi oleh kontraktor yag mengikuti tender,maka
perbuatan panitia dalam ini sudah termasuk ke dalam kategori mercenery
corruption.bentuk “sogok” atau “semir” itu tidak mutlak berupa uang
namun bisa juga dalam bentuk lain.
4 Ideological Corruption,ialah jenis korupsi ilegal maupun discretionery
yang dimaksudkan untuk mengejar tujuan kelompok.
Contoh : Kasus skandal Watergate adalah contoh ideological
corruption,dimana sejumlah individu memberikan komitmen mereka
kepada presiden Nixon ketimbang kepada undang-undang atau hukum.
Penjualan aset BUMN Untuk mendukung pemenangan pemilihan umum
dari partai politik tertentu adalah contoh dari jenis korupsi ini.2
Dalam arti yang luas, pengertian karupsi adalah penyalahgunaan jabatan
resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah/pemerintahan rentan
korupsi dalam prakatiknya. Berat korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan
dalam bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberikan dan
menerima pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang di resmikan,dan
sebagainya.
Selanjutnya penulis mengemukan pengertian korupsi menurut para ahli,
antara lain menurut Juniadi suwartojo (1997). Pengertian korupsi adalah tingkah
laku atau tindakan seseorang atau lebih yang melanggar norma-norma yang
berlaku dengan menggunakan dan/ atau menyalahgunakan kekuasaan atau
pemberian fasilitas atau jasa lainnya yang dikakukan pada kegiatann penerimaan
dan/atau pengeluaran uang atau kekayaan serta dalam peizinan dan/atau jas
lainnya dengan tujuan keuntungan pribadi atau golongannya sehingga langsung
atau tidak langsung merugikan kepentingan dan /atau keuangan negara/masyrakat.
Menurut Haryatmokon penegertian korupsi adalah upaya menggunakan
kemampuan campur tangan karena posisinya untuk menyalahgunakan informasi,

2
Dr. Ermansjah Djaja, S.H., M. Si., Meredesain pengadilan tindak pidana korupsi , Jl. Sawo Raya
No. 18 Rawamangun Jakarta Timur 13220 , Sinar Grafika November 2010 , hal. 17-20

7
keputusan,pengaruh, uang atau kekayaan demi kepentingan keuntungan dirinya.
Mubayarto berpendapat bahwa pengertian korupsi adaalah suatu masalah politik
lebih dari pada ekonomi ekonomi yang menyentuh keabsahan atau legitimasi
pemerintah dimata generasi muda, kaum elite terdidik dan para pegawas pada
umumnya. Akibatnya yang akan ditimbulkan dari korupsi ini yakni berkurangnya
dukungan pada pemerintah dari kelompok elite di tingkat provinsi dan kabupaten.
Menurut Syed Huseein Alatas bahwa korupsi adalah subordinasi
kepentingan umum dibawah kepentingan pribadi yang mencakup
pelanggarannorma, tugas dan kesejahteraan umum, yang dilakukan dengan
kerahasiaan, penghianatan, penipuan dan kemasabodoan dengan akibat yang
diterima oleh rakyat. S Hornby mengemukakan korupsi adalah suatu pemberian
atau penawaran dan suatu pemberian atau penawaran dan penerimaan hadiah
berupa suap, serta kebusukan atau keburukan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perilaku koruptif adalah segala
sesuatu yang berkaitan dengan sikap tindakan, yang penetahuan seseorang yang
menjebakkan dirinya pada kegiatan korupsi. Dalam peraturan perundang-
undangan memang tidak ada rumusan mengenai apa itu perilaku korutif. Namum
perilaku sehari-hari yang merugikan orang lain di antarnya mencontek,
plagiarisme, berbohong, mencurangi, buang sampah sembarangan, memberi uang
pelican dalam hal pelayanan publik seperti KTP dan SIM, dan lain sebangainya
dan perbuatan tidak tepat waktu.3
2.2 Perilaku Koruptif Dalam Masyrakat
Masyarakat sudah sering mendengar dan melihat kasus korupsi baik secara
langsung. Korupsi seolah menjadi suatu hal yang bisa dalam masyrakat indonesia.
Hampir semua alat pemerintah dan ruang pemerintah mengalami persoalan
korupsi baik itu dari staf terrendah hingga petinggi sekali pun. Dalam masyarakat
indonesia memang sudah menganggap korupsi sebagai suatu kejadian yang luar
biasa (extra ordinary crime). Hal terssebut disebabkan oleh tindakan korupsi yang

3
Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al-Bukhay Dra. Hj. Suryatik, M.Pd. Azhar, S.Th.I., M.Pem.I.,
Tarbiyah Bil Qalam, Vol. V Edisi 2 Juli-Desember 2021, jurnal pendidikan,agama sains ,hlm 50-
51

8
sangat merungikan rakyat dan negara baik dari segi finansial maupun non-
finansial.
Permasalahan yang muncul adalah masyrakat telah dan sudah menganggap
korupsi sebagi sesuatu yang wajar dan biasa. Korupsi memang sangat berkaitan
dengan pelaku para pejabat Negara, tetapi masyarakat sipil atau masyarkat biasa
pun tidak lepas dari tindakan tersebut. Mulai sipil (CPNS), penyuapan dalam
pemerimaan calon TNI/polisi, tahun 2017 menjadi berita terhangat tenteng kasus
yang terjadi di polda jawa barat yang akhirnya terungkap ke publik, korupsi dalam
penerimaan caolon polisi yang sangat mengejutkan. Dalam kasus tersebut tentu
pejabat negara dan masyrakat sipil terlibat bersama sama melakukan tindak
korupsi. Sedangkan, masyarakat sipil yang lain banyak hanya mengetahui atau
melihat langsung seolah hanya diam dan menganggap hal tersebut wajar adanya.
Disinalah titik dimana korupsi menjadi suatu hal yang biasa dan menjadi
kebiasaan dalam masyarakat indonesia sehingga korupsi seolah olah menjadi
bagian dari budaya yang tidak bisa lepas dari kehidupan masyarakat
Masyarakat memang tidak bisa melepaskan dirinya dari kejahatan korupsi
baik skala besar maupun dalam skala kecil sekalipun. Kejahatan korupsi memang
sudah merambat di semua alat pemerintah dan ruang pemerintahan, seperti di
legislatif, yudikatif, eksekutif, maupun dalam masyarakat sipil korupsi juga
menjerat semua golongan masyarakat mulai dari pejabat tinggi, staf rendah,
maupun masyarakat biasa sekalipun. Hal tersebut merefleksikan bahwa budaya
korupsi sudah tidak asing dan sudah melekat di kehidupan masyarakat.
Budaya korupsi sendiri di sebabkan oleh beberapa faktor yang juga dekat
dalam kehidupan masyarakat. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah:
1 Lemahnya pendidikan agama dan etika
2 Tidak dapat membedakan milik pribadi dengan milik lembaga
3 Konolialisme
4 Kurangnya pendidikan
5 Kemiskinan
6 Tidak adanya sanksi yang keras
7 Kelangkankaan lingkungan yang subur untuk pelaku anti korupsi

9
8 Struktur pemerintahan
9 Perubahan radikal; dan
10 Keadaan masyarakat
Faktor lingkungan dan keadaan masyarakat memang memberikan dampak
yang cukup tinggi dalam dilakukannya tindakan korupsi. Lingkungan yang jauh
dari perilaku anti korupsi, dan keadaan masyarakat yang membiasakan dan
mendiamkan tindak korupsi meruapak faktor pendorong berkembangnya tindak
korupsi.
Masayarakat memang tidak bisa melepaskan dirinya dari tindak korupsi
dalam kehidupan sehari-hari baik itu korupsi berupa finansial maupun non
finansial. Korupsi sendiri seolah sudah melekat dalam kehidupan masyarakat kita,
mulai dari pejabat hingga masyarakat sipil. Bisa dikatakan korupsi menjadi bagian
dari buday masyarakat yang melekat dalam kehidupan mereka.
Dengan demikian korupsi merupakan tindakan seorang pejabat publik
untuk mengambil sesuatu yang bukan haknya. Tindakan itu justru merugikan
pihak lain atau umum(negara). pejabat publik melakukan tindakan korupsi dengan
sebuah kesadaran yang melatar belakangi oleh keinginannya untuk
membahagiakan dirinya atau kelompoknya. 4
contoh prilaku koruptisf di dalam lingkup publik. Misalnya pemberian
uang atu barang jaminan kepada keluarga atau rekan agar seseorang di terima
menjadi pegawai negeri atau swasta, memberi uang peicin untuk mempercepat
urusan administrasi seperti pembuatan kartu tanda penduduk atau kartu keluarga
dan sebaginya. Adapun perilaku koruptif yang juga biasa dilakukan di lingkup
publik di antaranya pemberian uang damai kepada polisi saat menggar lalu lintas,
petugas KUA yang meminta uang tambahan untuk trasport, pemebrian uang
jainan kepada guru agar anaknya di terima masuk ke sekolah yang di ajarnya,
hingga pemebrian uang dan barang pada pelaksanaan pemilu.
1 Urgensi peran serta masyarakat dalam pencegahan dan
pemberantasan korupsi

4
Maharso, S.KM.,M.Kes. Tomy Sujarwadi, S. Sos., M.S, Fenomena Korupsi, Yogyakarta,
DEEPUBLISH, 2018. Hlm:79-86

10
Kejahatan korupsi di indonesia sampai saat ini masih sangat
memprihatikan, karena hampir setiap lembaga atau istansi masih terjadi praktik-
praktik korupsi (Rohrohmana,2017). Kejahatan korupsi terjadi bukan hanya
terjadi di indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Hal tersebut sebagaimana
tercantum dalam preambul ke-4 United Nations Convention Againts Corruption,
tahun 2003 yang menyatakan: “menyakini bahwa korupsi tidak lagi merupakan
masalah lokal, melaikan suatu fenomena transnasional yang mempengaruhi
seluruh masyarakat dan ekonomi yang mendorong kerja sama internasional untuk
mencengah dan mengontorlnya secara esensial (widyastuti,2015)
Semua negara didunia sepakat bahwa kejahatan korupsi merupakan
bentuk kejahatan yang dapat dikategorikan sebagi tindak pidana “luar biasa”.
Disebut luar biasa karena umumnya dikerjakan secra sistematis, punya aktor
intelektual, melibatkan stakeholder disuatu daerah, termasuk melibatkan aparat
penegak hukum, dan punya damapak “merusak” dalam spektrum yang.
Karakteistik inilah yang menjadikan pemberantasan korupsi semakin sulit jika
hanya mengandalkan aparat penegak hukum biasa, terlebih jika korupsi sudah
menmbudaya dan menjangkiti seluruh aspek dan lapisan masyrakat . oleh karena
itu, operasionalisasi pemberantasan korupsi harus dilakukan secra komprehensif,
integral, dan holistik.
Dalam hal ini peran masyrakat disini sangat diperlukan dalam
pemberantasan tindak pidana korupsi, paling tidak, masyarakat harus ikut ambil
bagian karena dua hal yakni masyarakat sebagai komponen negara. ditinjau dari
masyarakat sebagai komponen negara bahwa suatu negara terdiri atas tiga
komponen utama yaitu pemerintah, masyraat dan swasta. Keberhasilan suatu
negara tergantung pada kinerja dan kerja sama ketiganya jika kerja sama
dilakukan dengan baik maka akan berpengaruh baik pada negara ini, begitupun
sebaliknya jika buruk cepat lambatnya bangsa itu akan hancur
Tentu bukan hal yang mudah dalam memcahkan masalah korupsi,
sekalipun harus melibatkan seluruh elemen bangsa termasuk rakyat, hal ini karena
korupsi merupakan kejahatan yang dinamakan dengan White Collar Crime serta
sebagai kejahtan luar biasa

11
2. bentuk peran serta masyarakat dalam pencegahan dan
pemberntasan tindak pidana korupsi
Peran serta masyarakat dalam pencenghan dan pemberantasan tindak
pidana korupsi tambah semakin jelas lagi berdasarkan ketentuan undang-undang
No. 31 Tahun 1999 jo undang-undang No 20 Tahun 2001 tentang pemberantasan
tindak pidana korupsi dapat diwujudkan dalam bentuk: (a) hak untuk mencari
memperoleh dan memberikan informasi adanya dugaan telah terjadi tindak pidana
korupsi;(b) hak untuk memperoleh pelayanan dalam mencari memperoleh dan
memberikan informasi adanya dugaan telah terjadi tindak pidana korupsi kepada
penegak hukum yang menangani perkara tindak pidana korupsi; (c) hak
menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab kepada penegak
hukum yang menangani perkara tindak pidana korupsi; (d) hak untuk memperoleh
jawaban atas pertanyyan tentang laporannya yang diberikan kepada penegak
hukumm dalam waktu paling lama 30 hari ; (e) hak untuk memperoleh
perlindungan hukum dalam hal: melaksanakan haknya sebagimana dimaksud
dalam huruf a,b,dan c: dan diminta hadir dalam proses penyelidikan, penyidikan
dan disidang pengadilan sebagai saksi pelapor, saksi atau saki ahli, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 5
2.3 Perbedaan Korupsi dan Perilaku Koruptif
Korupsi adalah masalah yang sangat besar, tetapi tidak gampang
memberantas masalah korupsi. Korupsi juga dapat hadir dalam bentuk hadiah,
bahkan suap lebih dikenal dari pada menerima uang terkait jabatan tanpa catatan
adaministrasi. Secara hukum, korupsi didefinisikan sebagai delik menurut
pengertian ketentuan peraturan perundangan-undangan tentang korupsi. Konsep
korupsi lebih ditekankan pada tindakan yang merugikan kepentingan umum atau
masyarakat luas untuk kepentingan individu atau kelompok.6 Korupsi juga

5
Merten Bunga, Mustating Dg Maroa, Amelia Arief, Hardianto Djanggih Urgensi peran serta
masyrakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korups, volume 15,
nomor tahun2019 hlm 88-91
6
Dr. Musnar Indra Daulay, M. Pd. Dr. Linda F Saleh, S.H., M.H. Dr. Thahir, S.H., M.H. Hironimus
Bao Wolo, S. Fil., M.Hum. Dr. Abigail soesana, S.Th., MA., M. Th., M.Si Dr. Amruddin, S.Pt.,
M.Pd., M.Si Muhammad Adam HR, S.H.I.,M.H.I, pendidikan anti korupsi, kota bandung- jawa
barat, media sains indonesia, mei 2022 hlm 134

12
merupakan perilaku menyimpang pejabat publik dari norma-norma yang diterima
dan dianut oleh masyarakat dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan
secara pribadi. Sementara itu klitgaard (2001) memberikan pengertian korupsi
sebagai tingkah laku yang menyimpang dari tugas resmi sebuah jabatan karena
keuntungan status atau uang yang menyangkut pribadi, pemahaman tersebut
diperkut oleh johnston (dalam lubis & scott,1993) yang menyatakan pada
tingkatnya yang mendasar, kurupsi merupakan bentuk penyalahgunaan peran dan
sumber daya pemerintah untuk kepentingan pribadi.7
Sedangkan perilaku koruptif adalah perilaku yang merusak tatanan
kehidupan. Dampak dari perilaku koruptif tidak hanya merusak moral, tetapi juga
berdampak pada sisi kemanusiaan. Dampak yang di timbulkan yaitu berupa
hilangnya rasa kemanusiaan pada pelaku korup itu sendiri, dimana jika seseorang
sudah berperilaku korup mereka dapat menghalalkan segala cara untuk mencapi
tujuanya. Bahkan pelaku tidak korupsi sendiri tidak segan sendiri tidak sengan
untuk mengorbankan hajat hidup orang banyak dan bahkan menyingkirkan
siapaun yang menghalangi tujuannya. Perilaku koruptif dipahami sebagai
kecenderungan pandangan, sikap maupun keberpihakan terhadap tindakan korupsi
di mana seseorang atau sekelompok orang, secara sadar dan senagaja melakukan
penyelewengan.
Korupsi merupakan perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai
moralitas kehidupan (Hartono,2017). Perilaku koruptif adalah segala sesuatu yang
berkatitan dengan sikap, tindakan, dan pengetahuan seseorang yang menyebabkan
dirinya pada kegiatan korupsi. Perliaku koruptif, sangatlah besar dan merugikan
bagi masyarakat. 8 perbedaan kedua istilah ini, korupsi dan perilaku koruptif,
dibahas dalam perbicangan antara KPK dengan direktorat jenderal perbendraan
(DJPb) ini mejelaskan bahwa korupsi dan perilaku koruptif secara bahasa
memang mirip, ttp maknanya sangat berbeda. Mejelaskan bahwa krupsi adalah
tindakan merugikan keuangan negara yang memiliki konsekuensi hukum jika

7
Dian Herdiana, kecenderungan perilaku koruptif kepala desa dalam pembangunan desa, ,
volume 3 (1) 2019 , Matra Pembaruan jurnal kebajikan, hlm 2-3
8
Lydia Christina Handoyo, dkk, sosiologi korupsi kasus korupsi di lembaga negara indonesi,
kota bandung –jawa barat, media sains indosesia, januari 2022, hlm 146-147

13
dilakukan, yaitu hukuman penjara dan / denda. Terdapat 30 jenis korupsi yang
dijelaskan dalam undang-undang, lau di kerucutkan lagi menjadi tujuh jenis yaitu
merugikan uang negara, suap menyuap, pengelapan dalam jabatan, pemerasaan,
perbuatan curang, benturan kepentingan dalam penggandaan, dan gratifikasi.
Perilaku koruptif memiliki makna hampir serupa namun sebagian besarnya tidak
memiliki konsekuensi hukum seperti tindakk pidana korupsi. Perilaku koruptif
dapat diartikan sebagai kecurangan, atau perbuatan-perbuatan buruk yang
bertentangan dengan peraturan dalam kehidupan keseharian. “ perilaku koruptif
misalnya tidak on-time mencontek, dan perbuatan-perbuatan tidak displin lainya”.

2.4 Bentuk-Bentuk dan perilaku korupsi


Berdasarkan buku saku yang dikeluarkan oleh KPK (2006), terdapat
beberapa bentuk korupsi di antaranya yaitu:
a. Kerugian keuangan negara
1.) secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri
atau orang lain atau korporasi.
2.) dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau
korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang
ada.
b. Suap menyuap
1.) memberi atau menjajikan sesuatu kepada pegawai negeri atau
penyelenggara negara. dengan maksud supaya berbuat sesuatu atu tidak
berbuat sesuatu dalam jabatanya.
2.) memberi hadiah atau janji kepada pegawai negeri dengan meningat
kekuasaan atau wewenang yang melekat pada jabatan atau
kedudukannya atau oleh pemberi hadiah/janji dianggap melekat pada
jabatan atau kedudukan tersebut.
3.) bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah
atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji
tersebut diberikan untuk menggerakan agar melakukan sesuatu atau
tidak melakukan sesuatu dalam jabatanya, yang bertentangan dengan

14
kewajibannya dan banyak lagi perbuatan korupsi suap menyuap
lainnya.
c. Penggelapan dalam jabatan
1.) pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan
menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau sementara
waktu, dengan sengaja memlasukan buku-buku atau daftar-daftar yang
khusus untuk memeriksa adminstrasi.
2.) pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan
menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau sementara
waktu, dengan sengaja menggelapkan, merusakkan, atau membuat tidak
dapat di pakai barang, akta, surat atau daftar yang digunakan untuk
menyakinkan atau membuktikan di muka pejabat yang berwenang,
yang dikuasai karena jabatanya.
3.) pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan
menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau sementara
waktu, dengan sengaja membiarkan orang lain menghilangkan,
menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipaiki barang,
akta, surat,atau daftar tersebut.
d. Pemasaran
1.) pegawai negeri atau peyelenggara negara yang dengan maksud
menungntukan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, atau
dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang
memberikan sesuatu, membayar,atau menerima pembayaran dengan
potongan atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri.
2.) pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu
menjalankan tugas, meminta ataubmenerima pekerjaan atau penyerahan
barang, seolah-olah merupakan utang kepada dirinya, padahal
diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan utang.
e. Perbuatan curang
1.) pemborong, ahli bengunan yang pada waktu membuat bangunan, atau
penjula bahan bangunan yang pada waktu menyerahkan bahan

15
bangunan, melakukan perbuatan curang yang dapat membahayakan
keamanan orang atau banrang, atau keselamatan negara dalam keadaan
perang.
2.) setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau menyrahkan
bahan bangunan, sengaja membiarkan perbuatan curang.
f. Benturan kepentingan dalam pengadaan
Pegawai negeri atau penyelenggara negara baik langsung maupun tidak
langsung dengan sengaja turut serta dalam pemborongan, penganddan
atau persewaan yang pada saat dilakukan perbuatan, untuk seluruh atau
sebagian ditugaskan untuk mengurus atau mengawasinya.
g. Gratifikasi
Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara dianggap
pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang
berlawanan dengan kewajiban tugasnya.9

Bentuk- bentuk perilaku korupsi menurut komisi pemberantasan korupsi


(2006) meliputi kerugian keuangan negara, yaitu perbuatan melawan hukum,
memperkaya diri sendiri dan menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, dan
sarana yang ada. Bentuk lain korupsi adalah suap menyuap, penggelapan dalam
jabatan, pemerasan, pembuatan curang, benturan kepentingan dalam
penggandaan, dan gratifikasi. Bentuk bentuk perilaku yang seharusnya bagian dari
perilaku korupsi dinilai sebagi bukan korupsi tetapi perilaku wajar dari generasi
ke generasi, seperti menggunakan dana proyek untuk kepentingan pihak lain tetapi
diri sendiri juga mendapatkan bagian keuntungan karena telah membantu
kepentingan pihak lain. 10
Dalam prakteknya , bentuk perilaku korupsi tersebut memiliki sebutan
tersendiri. Dalam kajian sosiologi korupsi, suatu perilaku korupsi memliki

9
Drs. Andi Mursidi, M.Si Emi Sulistri., S.Pd., M.Pd Frahasini, S. Pd., M. Pd Mariyam, S.Pd., M.Pd
Nurhayati, S.Pd., M.Pd, pendidikan anti korupsi Jl . jatinom Boyolali, Srikaton, Rt.003. Rw.001
puncangmiliran, tulung, klaten, jateng , penerbit lakeisha, 1 april 2020, hlm 5-7
10
Liatyo yuwanto, profil koruptor berdasarkan tinjauan basic human values, volume 1 nomor
1-november 2015 , hal 4 dan 8

16
ssejumlah unsur. Unsur-unsur dimaksudkan, anatara lain: pertama, perilaku itu
terjadi dalam bidang penggunaan ditetapkan bagi kekuasaan tersebut. Kedua,
perilaku yang menyimpang dalam menggunakan kekuasaan itu dilakukan dalam
penuh kerahasian- ketika melakukan korupsi tidak diketahui orang lain dan tidak
ada bukti-buktinya. Ketiga, penyimpangan penggunaan kekuasaaan itu bersifat
mendua. Dari luar, penggunaan kekuasaan terlihat wajar, tetapi pada saat
bersamaan justru memperlihatkan sebaliknya, dalam hubungan anata pemegang
kekuasaan dengan anggota (masyarakat, staf/karyawan). Keempat, mereka yang
terlibat dalam penyalahgunaan kekuasaan itu memdapat keuntungan, terutama
prestasi dimana kecenderuangan buruk kinerja dalam pelayanan. Kelima, mereka
yang terlibat berusaha saling mempengaruhi sehingga terjadi penyalahgunaan
kekuasaan. Keenam, sebagai akibat dari perilaku kurupsi itu masyarakat/ negara/
instansi menglami kerugian tertentu, baik berbentuk polisis, ekeonomis dan
psikologis.11

11
Prof. Dr. Abdullah Idi, M.Ed., Dinamika sosiologis indonesia agama dan pendidikan dalam
perubahan sosial, jl. Parangtritis Km. 4,4 Yogyakarta, PT. LkiS Pelangi Aksara, 2015 hlm 213

17
18
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari makalah ini adalah sebagai berikut
1. Dalam arti yang luas, pengertian karupsi adalah penyalahgunaan jabatan
resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah/pemerintahan
rentan korupsi dalam prakatiknya. Berat korupsi berbeda-beda, dari yang
paling ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan untuk
memberikan dan menerima pertolongan, sampai dengan korupsi berat
yang di resmikan,dan sebagainya.
2. Permasalahan yang muncul adalah masyrakat telah dan sudah
menganggap korupsi sebagi sesuatu yang wajar dan biasa. Korupsi
memang sangat berkaitan dengan pelaku para pejabat Negara, tetapi
masyarakat sipil atau masyarkat biasa pun tidak lepas dari tindakan
tersebut. Mulai sipil (CPNS), penyuapan dalam pemerimaan calon
TNI/polisi, tahun 2017 menjadi berita terhangat tenteng kasus yang terjadi
di polda jawa barat yang akhirnya terungkap ke publik, korupsi dalam
penerimaan caolon polisi yang sangat mengejutkan. Dalam kasus tersebut
tentu pejabat negara dan masyrakat sipil terlibat bersama sama melakukan
tindak korupsi. Sedangkan, masyarakat sipil yang lain banyak hanya
mengetahui atau melihat langsung seolah hanya diam dan menganggap
hal tersebut wajar adanya. Disinalah titik dimana korupsi menjadi suatu
hal yang biasa dan menjadi kebiasaan dalam masyarakat indonesia
sehingga korupsi seolah olah menjadi bagian dari budaya yang tidak bisa
lepas dari kehidupan masyarakat.
3. korupsi sebagai tingkah laku yang menyimpang dari tugas resmi sebuah
jabatan karena keuntungan status atau uang yang menyangkut pribadi,
Sedangkan perilaku koruptif adalah perilaku yang merusak tatanan
kehidupan. Dampak dari perilaku koruptif tidak hanya merusak moral,
tetapi juga berdampak pada sisi kemanusiaan. Dampak yang di timbulkan
yaitu berupa hilangnya rasa kemanusiaan pada pelaku korup itu sendiri,
dimana jika seseorang sudah berperilaku korup mereka dapat
menghalalkan segala cara untuk mencapi tujuanya.
4. Dalam prakteknya , bentuk perilaku korupsi tersebut memiliki sebutan
tersendiri. Dalam kajian sosiologi korupsi, suatu perilaku korupsi memliki
ssejumlah unsur. Unsur-unsur dimaksudkan, anatara lain: pertama,
perilaku itu terjadi dalam bidang penggunaan ditetapkan bagi kekuasaan
tersebut. Kedua, perilaku yang menyimpang dalam menggunakan
kekuasaan itu dilakukan dalam penuh kerahasian- ketika melakukan
korupsi tidak diketahui orang lain dan tidak ada bukti-buktinya. Ketiga,
penyimpangan penggunaan kekuasaaan itu bersifat mendua. Dari luar,
penggunaan kekuasaan terlihat wajar, tetapi pada saat bersamaan justru
memperlihatkan sebaliknya, dalam hubungan anata pemegang kekuasaan
dengan anggota (masyarakat, staf/karyawan). Keempat, mereka yang
terlibat dalam penyalahgunaan kekuasaan itu memdapat keuntungan,
terutama prestasi dimana kecenderuangan buruk kinerja dalam pelayanan.
Kelima, mereka yang terlibat berusaha saling mempengaruhi sehingga
terjadi penyalahgunaan kekuasaan. Keenam, sebagai akibat dari perilaku
kurupsi itu masyarakat/ negara/ instansi menglami kerugian tertentu, baik
berbentuk polisis, ekeonomis dan psikologis.

3.2 Saran
Setela melihat perkembangan korupsi dan bentuk bentuk korupsi maka
penulis memunculkan saran- saran sebagai berikut:
1. Yang harus dilakukan untuk mengatasi korupsi adalah memperbaiki
sistem dan memantau pengaduan masyrakat, pemberlakuan kewajiban
pelaporan transaksi keuangan tertentu.
2. Cara mencegah terjadinya perilaku koruptif di sektor publik yaitu ada
beberapa cara kebijakan yang mesti ditempuh oleh pemerintah guna
mencegah korupsi pelayanan publik, yakni, mengadopsi teori
pencegahan kejahatan, seperti situasional crime prevention,

20
memperkuat etika dan tata kelola birikrasi melalui good corporate
governance, pemberian sanksi yang tegas bagi birokrat yang
menerima.

DAFTAR PUSTAKA
Putri, D. (2022). KORUPSI DAN PRILAKU KORUPTIF. TARBIYAH bil
QALAM Jurnal Pendidikan, Agama dan Sain, 5(2).

Fenomena Korupsi dari Sudut Pandang Epidemiologi. (2018). (n.p.): Deepublish.

21
Bunga, M., Maroa, M. D., Arief, A., & Djanggih, H. (2019). Urgensi Peran Serta
Masyarakat Dalam Upaya Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi. Law Reform, 15(1), 85-97.

Pendidikan Antikorupsi (Model Pemberantasan Korupsi). (2022). (n.p.): Media


Sains Indonesia.

Herdiana, D. (2019). Kecenderungan perilaku koruptif kepala desa dalam


pembangunan desa. Matra Pembaruan: Jurnal Inovasi Kebijakan, 3(1), 1-
11.

Sosiologi Korupsi: Kasus Korupsi di Lembaga Negara


Indonesia. (2022). (n.p.): Media Sains Indonesia.

PENDIDIKAN ANTI KORUPSI. (2020). (n.p.): Penerbit Lakeisha.

Yuwanto, L. (2015). Profil koruptor berdasarkan tinjauan basic human values.


Integritas Jurnal Antikorupsi, 1(1), 1-11.

Idi, A. (2015). Dinamika sosiologis Indonesia: agama dan pendidikan dalam


perubahan sosial. LKIS PELANGI AKSARA.

22

Anda mungkin juga menyukai