Muhlis Said
Muhlis Said
Muhlis Said
SKRIPSI
Oleh:
MUHLIS SAID
NIM: 50400113028
2017
KATA PENGANTAR
skripsi ini. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi dan Rasul yang telah
membimbing umatnya ke arah kebenaran yang diridoi oleh Allah swt. dan keluarga
menyelesaikan tugas dan penyusunan skripsi ini, yang berjudul: “Strategi Dakwah
Santri.”
Segala upaya untuk menjadikan skripsi ini mendekati sempurna telah penulis
lakukan, namun keterbatasan yang dimiliki penulis maka akan dijumpai kekurangan
baik dalam segi penulisan maupun dari segi ilmiah. Penulis menyadari tanpa adanya
bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak skripsi ini tidak mungkin dapat
iv
v
terselesaikan seperti yang diharapkan. Oleh karena itu penulis patut menyampaikan
1. Prof. Dr. H. Musafir Pababbari, M.Si. sebagai Rektor, Prof. Dr. H. Mardan,
M.Ag., Prof. Dr. H. Lomba Sultan, M.A., Prof. Hj. St. Aisyah, M.A., Ph.D. dan
Prof. Hamdan Juhannis, M.A., Ph.D. masing-masing sebagai Wakil Rektor I, II,
3. Dra. St. Nasriah, M.Sos.I. dan Dr. Hasaruddin, M.Ag., masing-masing Ketua
4. Dr. H. Muh. Ilham, M.Pd dan Drs. Muh. Anwar, M. Hum sebagai Pembimbing I
5. Prof. Dr. H. Abustani Ilyas, M.Ag dan Dr. H. Mahmuddin M.Ag., Sebagai
Munaqisy I dan Munaqisy II yang telah memberikan arahan, kritikan dan saran
seluruh jajarannya, serta tokoh masyarakat dan aparat pemerintah setempat, yang
telah memberi dukungan dan bantuan moril kepada peneliti dalam melakukan
penelitian.
vi
7. Seluruh Dosen, Kepala Perpustakaan, Pegawai serta Staf Jurusan yang telah
menempuh pendidikan.
2013 terima kasih atas bantuannya selama ini. Juga kepada sahabat- sahabat saya
9. Kepada kedua orang tua tercinta, ayahanda Muh Said Tanre dan ibunda Darma
mertua dan keluarga kecil saya, istri tercinta yaitu Fadhillah Nur Ibrahim dan
sang buah hati Maghfirah Az-zahrah, ucapan terima kasih yang tulus saya
ucapkan atas restu, doa dan kasih sayang yang diberikan yang tulus dan ikhlas
yang telah menjadi pemacu dan pemicu yang selalu mengiringi langkah penulis
motivasi. Semoga bantuan ini, bernilai ibadah di sisi Allah swt. dan mendapat pahala
yang setimpal.
MUHLIS SAID
NIM. 50400113028
DAFTAR ISI
JUDUL …………………………………………………………………………... i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI………………………………………...ii
PENGESAHAN SKRIPSI……………………………………………………….iii
KATA PENGANTAR……………………………………………………………iv
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...vii
DAFTAR TABEL .……………………………………………………………….ix
ABSTRAK………………………………………………………………….......... xi
vii
viii
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..84-86
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Tabel 4.1 : Nama Cabang Pondok Pesantren Darul Istiqamah ..................... 52-53
Tabel 4.2 : Jumlah Santri Madrasah Tsanawiah Sekolah Putra Pesantren Darul
Istiqamah…………………………………………………………...56
Tabel 4.3 : Jumlah Guru Madrasah Tsanawiah Sekolah Putra Pesantren Darul
Tabel 4.4 : Jumlah Santri Madrasah Tsanawiah Sekolah Putra Pesantren Darul
ix
ABSTRAK
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama Islam adalah jalan keselamatan dan kemuliaan bagi setiap orang yang
Islam adalah agama yang mengajak untuk merenungkan tentang hidup dan
mati, kebahagiaan dan siksaan, kehidupan dunia dan akhirat. Mempersiapkan segala
yang harus dilakukan dalam menghadapi akhirat yang menjadi tempat pembalasan
Pada masa sebelum manusia dilahirkan terdapat perjanjian suci di alam roh
Dalam ajaran Islam manusia lahir dalam keadaan fitrah, namun manusia lupa
kepada perjanjian suci tersebut agar umat manusia tetap dalam keadaan suci.
Allah swt. Memerintahkan umat muslim untuk menyeru manusia menuju jalan
kebaikan (ma’rūf) dan mencegah dari yang melanggar perintah Allah swt. (mungkar)
menjalankan apa yang diperintahkan dan menjauhi apa yang dilarang oleh Allah swt.
Dakwah tidak identik dengan khotbah, tablig, dan ceramah. Melainkan dakwah juga
1
2
Dakwah dalam praktiknya merupakan kegiatan yang sudah cukup tua, yaitu
sejak adanya tugas dan fungsi yang harus diemban oleh manusia di kehidupan dunia
ini. Oleh sebab itu, eksistensi dakwah tidak dapat dipungkiri oleh siapa pun, karena
kegiatan dakwah sebagai proses penyelamatan umat manusia dari berbagai persoalan
yang merugikan kehidupannya, merupakan bagian dari tugas dan fungsi manusia
yang sudah direncanakan sejak awal penciptaan manusia sebagai khalifah di bumi. 1
Dalam melaksanakan dakwah tidak lepas dari ilmu dakwah itu sendiri agar
menjadi sistematis, baik dari segi landasan maupun kaidahnya. Ilmu dakwah dalam
1. Tahap konvensional.
2. Tahap sistematis.
3. Tahap ilmiah,.2
berupa seruan atau ajakan untuk menganut dan mengamalkan ajaran Islam. Tahap ini
secara individu. Karena itu tahap ini juga disebut tahap tradisional. Adapun tahap
sistematis yaitu kegiatan dakwah berupa seminar, diskusi, dan pertemuan lainnya
yang secara khusus membahas tentang masalah yang berkenaan dengan dakwah.
Sedangkan pada tahap ilmiah dakwah mulai tersusun sebagai ilmu pengetahuan
1
Enjang dan Aliyudin, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah, (Bandung: Widya Padjadjaran, 2009), h.1
2
Tata Sukayat, Ilmu Dakwah Perspektif Filsafat Mabadi ‘Asyarah (Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, 2015) h. 63-64
3
setelah melalui tahap-tahap sebelumnya dan memenuhi syarat yang objektif dan
sistematis.
Ilmu dakwah tidak lepas dari urgensi, kegunaan dan manfaat dakwah. Dakwah
dibutuhkan oleh manusia karena dakwah merupakan upaya memberikan jawaban atas
pertanyaan dan persoalan yang dihadapi umat manusia. Bahkan dakwah merupakan
sikap, serta perilaku yang merugikan agar manusia mau dan mampu berbuat baik
lain karena:
1. Dakwah dibutuhkan untuk iman tetap tumbuh subur, tanpa dakwah hati akan
mengeras dan mati. Karena nafsu manusia menyukai (condong) kepada hal-hal
yang dilarang.
2. Dakwah melahirkan kebaikan terhadap individu, masyarakat, dan Negara.
3. Dakwah menjadikan manusia lebih mulia.
4. Dakwah menuju jalan bahagia.
5. Dakwah menjauhkan manusia dari kehancuran.
6. Dakwah adalah investasi amal tanpa batas.
7. Dakwah menjadikan manusia lebih produktif dalam beramal.4
Dakwah tidak lepas dari siapa yang melakukan dakwah tersebut, perilaku sikap
dan tutur kata yang baik dapat memberikan contoh kepada sesama manusia. Da’i
adalah orang yang melaksanakan dakwah, baik secara lisan, tulisan, maupun
3
Enjang A.S., Filsafat Dakwah (Sebuah Upaya Keluar dari Kemelut Mempermasalahkan
Dakwah), Makalah yang disampaikan pada “Majelis Reboan” di Bandung, pada 2 September 2014
4
Tata Sukayat, Ilmu Dakwah Perspektif Filsafat Mabadi ‘Asyarah, h.45
4
lembaga.5
Da’i harus mengetahui cara menyampaikan dakwah tentang Allah swt., alam
semesta, kehidupan, dan apa yang dihadirkan dakwah untuk memberikan solusi
terhadap problem yang dihadapi manusia, serta metode yang dihadirkan menjadikan
manusia secara perilaku dan pemikiran tidak melenceng.6 Salah satu wadah yang
terdapat pada kader-kader da’i adalah pesantren. Selain dalam majelis-majelis ilmu
yang biasa dilakukan seperti tarbiyah, pesantren merupakan tempat dimana orang-
daya manusia dalam memahami dan mendalami agama Islam itu sendiri. Pondok
pesantren menjadi salah satu sarana yang sangat efektif dalam mengatasi masalah
tersebut. Kehadiran pondok pesantren pada awalnya tidak hanya sebagai lembaga
pendidikan saja, tetapi sebagai lembaga penyiar agama Islam. Pondok pesantren
seperti Tahfidzul Qur’an untuk penghafal al-Qur’an, atau mempelajari agama Islam
5
Muhammad Munir & Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah (cet ke-II:Jakarta: Kencana, 2009)h.
22
6
Mustafa Malaikah, Manhaj Dakwah Yusuf Qordhawi Harmoni antara Kelembutan dan
Ketegasan (Jakarta: Pusaka Al-Kauthsar, 1997) h.18
5
lebih dalam untuk berdakwah yang disertai dengan pelajaran sekolah umum lainnya
seperti IPA dan IPS. Namun, perlu diperhatikan manajemen dan strategi dakwah yang
diterapkan dalam tiap pondok pesantren. Beberapa pesantren yang manajemen dan
strategi dakwahnya tertata dengan baik sehingga meningkatkan kualitas dari dakwah
itu sendiri.
dari tingkat Ibtidaiyah, Tsanawiah dan Aliyah. Adapun tingkat Tsanawiah dan Aliyah
terbagi menjadi dua yaitu, Tahfizul Qur’an putra dan Tahfizul Qur’an putri yang
diperuntukkan bagi santri yang ingin menghafal Al-qur’an. Selain itu ada juga
Sekolah Putra Darul Istiqamah dan Sekolah Putri Darul Istiqamah (SPIDI) yang
diperuntukkan bagi santri yang ingin mempelajari pelajaran umum dan dakwah.
dunia pendidikan melalui dakwah. Sehingga pondok pesantren darul istiqamah harus
memiliki strategi dakwah yang baik agar dapat mencetak kader-kader da’i yang
berkualitas. Namun dari hasil observasi awal, peneliti menemukan bahwa strategi
dakwah pada Pondok Pesantren Darul Istiqamah Maros belum berjalan secara efektif.
1. Masih adanya santri yang belum mampu menguasai materi dakwahnya ketika
latihan dakwah.
2. Adanya santri yang tidak siap ketika tiba waktunya untuk latihan dakwah.
6
Pesantren Darul Istiqamah Maros yang semasa nyantri merasakan bahwa strategi
dakwah pesantren tersebut belum berjalan secara efektif, sehingga menyebabkan masi
adanya santri yang belum mampu berdakwah di depan umum ketika lulus dari
pesantren.
Hal inilah yang membuat peneliti tertarik melakukan penelitian lebih lanjut
1. Fokus Penelitian
Judul dari penelitian ini adalah “Strategi Dakwah Pondok Pesantren Darul
penelitian yang dilakukan akan difokuskan pada strategi dakwah yang digunakan
santri serta faktor pendukung dan faktor penghambat Pondok Pesantren Darul
Istiqamah Maros.
penafsiran yang keliru dari pembaca dan agar tetap pada pokok permasalahan maka
peneliti akan berfokus pada Madsarah Tsanawiyah Pondok Pesantren Darul Istiqamah
Maros.
7
2. Deskripsi Fokus
peneliti dalam penelitian ini adalah suatu proses perencanaan dalam upaya
penelitian ini peneliti hanya fokus pada kekuatan dan kelemahan yang dimiliki
santri.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas maka peneliti
Pada bagian ini akan disebutkan beberapa penelitian sebelumnya yang ada
hubungannya dengan penelitian yang akan dilakukan. Semua itu untuk menunjukkan
bahwa pokok masalah yang akan diteliti dan dibahas belum pernah diteliti atau
dibahas oleh penulis lain sebelumnya. Oleh karena itu tidak layak menulis sebuah
skripsi yang sudah pernah ditulis oleh orang lain. Atas dasar itu beberapa penelitian
terdahulu dianggap perlu untuk dihadirkan, dan yang berkaitan dengan penelitian ini,
antara lain.
dakwah.
relevansi yang sangat kuat ditinjau dari segi Strategi Dakwah dalam meningkatkan
kualitas dakwah santri, akan tetapi perbedaannya terletak pada objek yang diteliti.
1. Tujuan Penelitian
2. Kegunaan Penelitian
a. Secara Teoritis
8
Muhammad Sahir, Sterategi Dakwah dalam Meningkatkan Minat Baca Tulis Al-Qur’an Santri
dan Santriwati Tk/Tpa Al Mukmin Desa Topejawa Kecamatan Mangarabombang Kabupaten Takalar,
Skripsi. Makassar: Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin, 2016.
10
b. Secara Praktis
Maros menjadi lebih baik lagi dalam menjalankan strategi dakwah agar
TINJAUAN TEORETIS
1. Strategi
a. Pengertian strategi
perang dan damai atau rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai
sasaran khusus.1
Kata strategi berasal dari bahasa Yunani: strategia berarti kepemimpinan atas
pasukan atau seni memimpin pasukan. Kata strategia bersumber dari kata strategos
yang berkembang dari kata stratus (tentara) dan kata agein (memimpin) sampai masa
dakwah.2
Sterategi sebenarnya adalah istilah yang berasal dari dunia militer yaitu usaha
1
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga
(Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 1093
2
Samiang Katu, Taktik dan Strategi Dakwah di Era Milenium (Makasar: Alauddin University
Press, 2011), h. 27.
11
12
Di sisi lain strategi juga adalah rencana jangka panjang yang diikuti dengan
strategi adalah sebagai arah yang dipilih oleh suatu organisasi untuk diikuti dalam
mencapai tujuannya.6
Menyadari betapa pentingnya taktik dan strategi dalam usaha mencapai suatu
pemahaman tentang taktik dan strategi merupakan hal yang tidak bisa diabaikan.
Karena itu, keberhasilan Nabi Muhammad saw menyiarkan ajaran Islam dalam
waktu yang relatif singkat yakni 23 tahun (13 tahun di Makkah dan 10 tahun di
Madinah) dan mampu merubah keadaan bangsa Arab dari bangsa biadab ke bangsa
3
Abdul Basist, Filsafat Dakwah (Bandung: PT. Raja Grafindo persada, 2013), h. 156.
4
Mahmuddin, Transformasi Social (Aplikasi Dakwah Muhammadiyah Terhadap Budaya
Local) (Cet. I; Makasar: Alauddin University Press, 2013), h. 39.
5
Mahmuddin, Transformasi Social (Aplikasi Dakwah Muhammadiyah Terhadap Budaya
Local), h. 38.
6
Mahmuddin, Transformasi Social (Aplikasi Dakwah Muhammadiyah Terhadap Budaya
Local), h. 39.
13
yang beradab, berkaitan erat dengan taktik dan strategi yang digunakannya dalam
Dari defenisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, strategi adalah taktik,
siasat, seni memimpin pasukan, serta rencana jangka panjang untuk mencapai tujuan
b. Tahap-Tahap Strategi
1. Perumusan Strategi.
mengenai tujuan dan ancaman eksternal, penetapan kekuatan dan kelemahan secara
internal, serta memilih strategi untuk dilaksanakan. Pada tahap ini adalah proses
2. Implementasi Strategi.
7
Samiang Katu, Taktik dan Strategi Dakwah di Era Milenium, h. 28.
14
3. Evaluasi Strategi.
diperoleh dengan tingkat pencapaian tujuan. Tahap akhir dari strategi adalah evaluasi
yang direncanakan oleh perusahaan atau organisasi tidak akan berjalan secara efektif
dan efesian.
c. Karakteristik strategi
(RENOP), yang kumudian dijabarkan pula dalam bentuk program kerja dan proyek
tahunan.
profit kurang lebih sampai 10 tahun mendatang, sedangkan untuk organisasi non
profit khususnya di bidang pemerintahan untuk satu generasi, kurang lebih untuk 25
– 30 tahun.
8
Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep (Jakarta: Prenhalindo,2002), h. 5.
15
3. Visi dan misi, pemilihan strategi yang menghasilkan strategik induk (utama),
dan tujuan strategi organisasi untuk jangka panjang, merupakan acuan dalam
kontrol.9
Strategi dalam organisasi menjadi hal yang wajib dimiliki, karakteristik di atas
9
Nawawi hadari, Manajemen strategi. Yogyakarta: Gadjah mada university press, 2005 h.
150-151
16
2. Dakwah
a. Pengertian dakwah
1. Etimologi
Dakwah secara etimologi berasal dari bahasa Arab yaitu دعوة- يدعوا-دعا, yang
dakwah artinya adalah memanggil (to call), mengundang (to invite), mengajak (to
summon), menyeru (to propose), mendorong (to urge), dan memohon (to pray).11
menyeru, dan mengajak manusia menuju Allah swt. Sedangkan yang dimaksud
ajakan kepada Allah swt berarti ajakan kepada agama-Nya, yaitu Islam.12
Menurut pendapat ulama Basrah, dasar pengambilan kata dakwah itu adalah
dari kata mashdar yakni Da’watan yang artinya panggilan. Sedangkan menurut ulama
Kufah perkataan dakwah itu diambil dari akar kata Da’aa yang artinya telah
memanggil.13
pemakaiannya dalam kalimat. Namun dalam hal ini yang dimaksud adalah dakwah
10
Muhammad Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta : Hidakarya Agung, 1990), h. 127.
11
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah (cet II:Jakarta: Paragonatama Jaya, 2013), h. 1.
12
Tata Sukayat, Ilmu Dakwah (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2015), cet 1, h. 7.
13
Nazaruddin, Publisistik dan Dakwah (Jakarta: Airlangga, 1974), h. 87.
17
dalam arti seruan, ajakan atau panggilan. Itu adalah panggilan kepada Allah swt,
Atas dasar ayat di atas, salah satu tujuan dakwah adalah membentangkan jalan
2. Terminologi
Secara terminologi istilah dakwah telah banyak dikemukakan oleh para ahli,
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahanya (Jakarta Timur: CV. Darus Sunnah,
14
2002), h. 248
15
Hamriani, Manajemen Dakwah (Makassar: Alauddin University press, 2013), h, 25.
18
Dakwah adalah aktivitas dan upaya untuk mengubah manusia, baik individu
maupun masyarakat dari situasi yang tidak baik kepada situasi yang lebih baik.
1. Dakwah adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang bersifat menyeruh atau
16
Enjang dan Aliyudin, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah, (Bandung: Widya Padjadjaran, 2009),
h.40
17
M. Natsir, Fungsi Dakwah Perjuangan (Yogyakarta: Sipres, 1996), cet.I, h, 52.
18
M. Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), cet. 5,
h, 6.
19
mengubah pandangan hidup dan perilaku umat yang tidak sesuai dengan
ajakan kepada jalan Allah, baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan
sebagainya yang dilakukan secara sadar dan terencana dalam rangka menyampaikan
pesan-pesan agama Islam kepada orang lain agar mereka menerima ajaran Islam
Perintah dakwah juga dapat ditemukan dalam QS. Ali Imran/3: 104.
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma´ruf dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orang-orang yang beruntung.20
19
Mustafa Malaikah, Munhaj Dakwah Yusuf Al-Qodhowi Harmoni Antara Kelembutan dan
Ketegasan (Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 1997), h. 18.
20
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Cet. X; Bandung: CV. Diponegoro,
2006), h. 50
20
Pada ayat di atas, Allah swt memerintahkan umat Islam untuk menyeru
manusia kepada kebajikan, yaitu menuju jalan yang luas dan lurus serta mencegah
berbeda dalam rangka perintah berdakwah. Pertama kata Yad’una yakni mengajak,
Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan, tulisan, maupun
Mad’u adalah manusia yang menjadi sasaran dakwah atau manusia penerima
dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik manusia yang
beragama maupun tidak, atau dengan kata lain manusia secara keseluruhan.
Maddah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan da’i kepada mad’u.
21
Hamriani, Manajemen Dakwah (Makassar: Alauddin University prees, 2013), h. 15.
21
Thariqah adalah jalan atau cara yang dipakai juru dakwah untuk
menyampaikan ajaran materi dakwah Islam.22 Metode dakwah dijelaskan Allah swt
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.23
Dari ayat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa metode dakwah yang baik
menjalankan ajaran-ajaran Islam mereka tidak lagi merasa terpaksa atau keberatan.
22
Tata Sukayat, Ilmu Dakwah Perspektif Filsafat Mabadi ‘Asyarah (Bandung: PT. Remaja
Rodakarya Offset, 2015), h. 23.
23
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 281
22
atau menyampaikan ajaran-ajaran Islam dengan rasa kasih sayang, sehingga nasihat
dan ajaran Islam yang disampaikan itu dapat menyentuh hati mereka.
3. Mujadalah Billati Hiya Ahsan, yaitu berdakwah dengan cara bertukar pikiran
dan membantah dengan cara yang sebaik-baiknya dengan tidak memberikan tekanan-
dakwah perlu melakukan 3 metode dakwah, yaitu dengan cara Bil Hikmah, Mauizatul
Hasanah, Mujadalah Billati Hiya Ahsan agar dakwah yang disampaikan oleh da’i
3. Strategi Dakwah.
yang didesain untuk mencapai tujuan dakwah. Dalam hal ini ada dua yang perlu
diperhatikan. Yaitu:
2. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua
24
Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah ( Jakarta : Prenada Media, 2006 ), h. 34
23
sebelum menentukan strategi, perlu dirumuskan tujuan yang jelas serta dapat
diukur keberhasilannya.25
Tujuan utama dakwah merupakan garis pokok yang menjadi arah semua
kegiatan dakwah, yaitu perubahan sikap dan perilaku mad’u sesuai dengan ajaran
Islam. Tujuan dakwah ini tidak dapat dicapai sekaligus karena mengubah sikap dan
perilaku seseorang bukan pekerjaan sederhana. Oleh karena itu perlu tahap-tahap
pencapaian. Mad’u yang telah memahami pesan dakwah tidak selalu segera diikuti
dengan pengamalannya akan tetapi sering kali melalui lika-liku kehidupan dan waktu
yang panjang. Tujuan utama dakwah itulah yang dijadikan dasar penyusunan strategi
Siagian bahwa strategi dakwah adalah metode, siasat, taktik, atau yang digunakan
Selain defenisi di atas dalam buku Moh. Ali Aziz, Al-Bayaninu juga
a. Strategi sentimentil.
25
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah ( Jakarta : Prenada Media Grup, 2004), h. 349
26
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, h. 350.
27
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, h. 353.
28
Sondang P. Siagian, Manajemen Strategi (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 7.
24
menggerakkan perasaan dan batin mad’u. Memberikan nasihat yang baik kepada
Strategi ini sesuai untuk mad’u yang terpinggirkan dan dianggap lemah, seperti kaum
perempuan, anak-anak, orang yang masih awam, muallaf, orang-orang miskin, anak-
anak yatim, dan sebagainya. Strategi ini diterapkan oleh nabi Muhammad saw saat
b. Strategi rasional.
pada aspek akal pikiran. Startegi ini mendorong mad’u untuk berpikir, merenungkan,
dan mengambil pelajaran dari ayat-ayat serta hadits rasulullah saw. Nabi saw
c. Strategi indrawi.
Strategi indrawi juga dapat disebut dengan strategi eksperimen atau strategi
ilmiah. Ini didefenisikan sebagai sistem dakwah atau kumpulan metode dakwah yang
berorientasi pada pancaindra serta berpegang teguh pada hasil penelitian dan
percobaan. Di antara metode yang dihimpun oleh strategi ini adalah praktek
perwujudan dari strategi indrawi yang disaksikan oleh para sahabat. Sekarang, umat
muslim menggunakan Al-qur’an dan hadits untuk memperkuat atau menolak hasil
25
penelitian ilmiah yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Adnan Oktar, penulis dari
pakar tafsir Indonesia juga sering menguraikan hasil penemuan ilmiah saat
Dakwah merupakan salah satu bentuk perjuangan umat Islam mulai dari
masa kenabian, sahabat, sampai sekarang bahkan sampai pada masa yang akan
datang. Karena itu hendaknya disertai dengan strategi yang jitu sesuai dengan
dakwah harus dikaitkan dengan masyarakat yang makin modern dengan melakukan
pemahaman dan penyegaran kembali tentang pengertian dakwah. Untuk itu ada dua
tersebut maka pesan dakwah dapat menggunakan dua jalur dialog dakwah yaitu
dialog dakwah pada masyarakat kota dan dialog dakwah pada masyarakat desa 30
sebaiknya muncul terus secara kreatif sesuai dengan perkembangan zaman. Dengan
29
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, h. 355.
30
Mahmuddin, Transformasi Social (Aplikasi Dakwah Muhammadiyah Terhadap Budaya
Local), h. 43.
26
dakwah memiliki pandangan yang sama dengan Kuntowijoyo yakni strategi dakwah
logis serta menyentuh hati dan menyejukkannya. Sebab masyarakat perkotaan banyak
terdiri dari orang-orang yang memiliki pendidikan tinggi serta para pengusaha yang
sukses yang haus ketenangan batin. Sedangkan dakwah untuk masyarakat pinggiran
dan pedesaan dengan dakwah bil hal, sebab masyarakat ini perlu mendapat sentuhan
keagamaan.32
melihat perkembangan zaman, dengan menggunakan dua jalur dialog dakwah yaitu
dialog dakwah pada masyarakat kota dan dialog dakwah pada masyarakat desa agar
dalam berdakwah para da’i dapat menyampaikan materi dakwahnya sesuai dengan
Penentuan strategi dakwah juga bisa berdasar pada QS. Al-Baqarah/2 : 129.
31
Mahmuddin, Transformasi Social (Aplikasi Dakwah Muhammadiyah Terhadap Budaya
Local), h. 44
32
Mahmuddin, Transformasi Social (Aplikasi Dakwah Muhammadiyah Terhadap Budaya
Local), h. 46
27
Ya Tuhan Kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka,
yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan
kepada mereka Al kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta
mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha
Bijaksana.33
Ayat di atas memiliki pesan yang sama yaitu tentang tugas para rasul
mendengarkan penjelasan da’i atau mad’u membaca sendiri pesan yang ditulis oleh
da’i. Ini merupakan transfer pesan dakwah dengan lisan dan tulisan. Seorang da’i
bergerak lebih banyak pada ranah pemikiran yang transformasinya melewati indra
33
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 20.
34
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, h. 355-356
28
Salah satu misi dakwah adalah menyucikan jiwa manusia. Kekotoran jiwa dapat
berbagai penyakit, baik penyakit hati atau badan. Sasaran strategi ini bukan pada jiwa
yang bersih, tetapi jiwa yang kotor. Tanda jiwa yang kotor dapat dilihat dari gejala
jiwa yang tidak stabil, keimanan yang tidak istiqamah seperti akhlak tercela lainnya.
Adapun Strategi ta’lim hampir sama dengan strategi tilawah, yakni keduanya
mendalam, dilakukan secara formal dan sistematis. Artinya, metode ini hanya dapat
diterapkan pada mitra dakwah yang tetap, dengan kurikulum yang telah dirancang,
dilakukan secara bertahap, serta memiliki target dan tujuan tertentu. Nabi saw.
Mengajarkan Al-qur’an dengan strategi ini, sehingga banyak sahabat yang hafal Al-
qur’an dan mampu memahami kandungannya. Agar mitra dakwah dapat menguasai
ilmu fiqih, ilmu tafsir, atau ilmu hadis, da’i perlu membuat tahapan-tahapan
pembelajaran, sumber rujukan, target dan tujuan yang ingin dicapai dan sebagainya
metode. Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai suatu tujuan,
sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi.
perkembangan ilmu dan dinamika masyarakat. Istilah-istilah itu antara lain : juru
29
penyiar agama, propaganda islam, dan lain-lain. Asal kata da’i (bahasa arab) berasal
dari kata da’a, yad’uu, dakwatan35. Yang bermakna menyeru, memanggil, mengajak.
Secara istilah da’i dapat diartikan orang yang mempunyai komitmen atas berbagai
mentransformasikan ajaran islam kepada lain, baik terhadap orang yang sudah
pentingnya suatu tujuan adalah untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Fokus
perhatian dari ahli dakwah memang penting untuk ditujukan kepada strategi dakwah,
karena berhasil tidaknya kegiatan dakwah secara efektif banyak ditentukan oleh
Kegiatan dakwah tidak bisa lepas dari da’i sebagai orator dakwah, di mana
kegiatan dakwah itu sendiri merupakan proses interaksi antara da’i dan sasaran
dakwah (mad’u) dengan strata sosialnya yang berkembang. Antara sasaran dakwah
sehingga keduanya sama-sama menuntut porsi materi, metode dan media tertentu.
35
Mahmud Yunus. Kamus Arab Indonesia. h. 127
36
Awaluddin Pimai. Paradigma Dakwah Humanis. (Semarang : Rasail, 2005), h. 69.
37
Hafidz, Abdullah Cholis, dkk, Dakwah Transformatif, (Jakarta: PT. LAKPESDAM NU,
2006), h. 35
30
Dalam strategi dakwah peranan da’i sangatlah penting. Strategi dakwah harus
luwes sedemikian rupa sehingga da’i sebagai pelaksana dapat segera mengadakan
perubahan apabila ada suatu faktor yang mempengaruhi. Suatu pengaruh yang
Dari penjelasan di atas dapat difahami bahwa peranan da’i dalam strategi
dakwah sangatlah penting, karena tanpa adanya seorang da’i kegiatan dakwah yang
1. Peningkatan Dakwah
Proses peningkatan ini didasarkan atas usaha untuk meningkatkan sebuah kesadaran
kemauan, keahlian serta keterampilan para elemen dakwah agar proses dakwah
38
Hafidz, Abdullah Cholis, dkk, Dakwah Transformatif, h. 50.
39
Muhammad Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, h. 243
31
perilaku para santri memiliki beberapa keuntungan potensial dalam proses pergerakan
dakwah.
mereka ketahui dan apa yang harus mereka ketahui dalam menyiapkan mereka untuk
Dalam hal ini manajer dakwah harus memberikan peluang yang cukup bagi
para da’i untuk memperoleh kemajuan dan keberhasilan dalam menguasai materi
keterampilan.
berhasil dipelajari.40
40
Muhammad Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, h. 245-247.
32
dakwah sangat penting untuk berjalannya proses dakwah. Agar dakwah yang
Standar kegiatan dan kriteria keberhasilan dakwah adalah erat kaitannya dengan
perencanaan, sebab perencanaan itulah yang dijadikan standar bila dilihat dari segi
pengawasan.41
bahwa standar adalah alat-alat yang penting sekali untuk manajemen yang dapat
Proses pengendalian dakwah adalah penetapan standar atau alat ukur. Dengan
standar atau alat ukur ini dapat diketahui apakah perencanaan dakwah berjalan
Standar atau alat ukur ada yang berbentuk ukuran kualitas, kuantitas, waktu,
41
Mahmuddin, Manajemen Dakwah, (Makassar: Alauddin University Press, 2011), h. 106.
42
Mahmuddin, Manajemen Dakwah, h. 106-107.
43
Mahmuddin, Manajemen Dakwah,h. 107.
33
G.R. Terry dan L.W. Rue dalam buku mahmuddin menjelaskan bahwa ukuran
Menurut Goesth dan Davis yang dikutip oleh Tjiptono mengemukakan bahwa
kualitas adalah suatu kondisi dinamis dimana yang berhubungan dengan produk, jasa,
adalah kualitas sumber manusia yang mengacu pada pengetahuan, keterampilan, dan
Dalam pengertian kualitas sumber daya manusia ada tiga hal yang penting
yaitu:
daya berfikir serta penguasaan ilmu yang luas yang dimilki anggota.
di bidang tertentu.
keberhasilan dakwah santri pada Pondok Pesantren Darul Istiqamah Maros dapat
44
Mahmuddin, Manajemen Dakwah, h. 108.
45
Tjiptono, dkk, Total Quality Management (Yogyakarta: PT. Bumi Aksara, 2003), h. 53.
46
Syarifuddin, Manajemen Mutu (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2002), h. 25.
47
Syarifuddin, Manajemen Mutu, h. 29.
34
dilihat dari standar kualitas sumber daya manusianya yaitu dengan mengacu pada
Kata pesantren berasal dari kata santri, dengan awalan pe dan akhiran en
anak-anak muda dan dewasa belajar secara lebih mendalam dan lebih lanjut agama
Islam yang diajarkan secara sistematis, langsung dari bahasa Arab berdasarkan
asrama sekarang lebih jauh lagi dikatakan bahwa pondok dijiwai mirip dengan
kesederhanaan sebagai dasar perkiraan kelompok. Disini guru dan santri setiap
48
Ghazali, M. Bahri, Pendidikan Pesanten Berwawasan Lingkungan, (Jakarta: CV.
Prasasti, 2004), h. 53.
49
Dawam raharjo, Pesantren dan Pembaharuan, (Jakarta: LP3ES, 1995), h. 2.
50
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Mutiara, 1979), h. 231.
35
hari bertemu dan berkumpul dalam waktu yang lama bersama-sama menempuh di
pondok.51
adalah gabungan dari dua kata yaitu pondok dan pesantren yang berarti suatu
lembaga pendidikan yang menekankan pelajaran agama islam dan didukung asrama
sebagai tempat tinggal santri yang bersifat permanen. Sebuah pondok pesantren pada
dasarnya adalah asrama Islam tradisional dimana para guru lebih dikenal dengan
sebagai berikut:
“Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan agama Islam yang tumbuh serta
diakui oleh masyarakat sekitar dengan sistem asrama (kompleks) di mana santri-santri
menerima pendidikan agama melalui system pengajian atau madrasah yang
sepenuhnya berada dibawah kedaulatan seorang atau beberapa orang kiai dengan ciri-
ciri khas yang bersifat kharismatik serta independen dalam segala hal”. 52
aktor atau pelaku seperti kiai dan santri. Perangkat keras pesantren meliputi masjid,
asrama, pondok, rumah kiai dan sebagainya, sementara perangkat lunaknya adalah
lainnya.53
51
Soejoko Prasadjo, Profil Pesantren ( Jakarta: LP3ES, 2000). h. 11.
52
M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam ( Cet. Ke-III:Jakarta: Bina Aksara, 1995), h.
67.
53
Mastuhu, Dinamika Pendidikan Pesantren: Suatu Kajian Tentang Unsur dan Nilai Sistem
Pendidikan Pesantren, (Jakarta: INIS, 1994), h. 55-56.
36
dengan jumlah santri antara seribu sampai dua ribu orang, mempunyai pengaruh dan
memiliki popularitas juga menarik simpati para santri di seluruh tanah air, bahkan
Brunei Darussalam.54
pendidikan yang dimilikinya. Perbedaan dari segi pendidikannya dapat terlihat dari
modern.
dakwah dan lembaga sosial dapat dilihat dari perangkat-perangkat keras (hardware)
lima unsur yaitu: masjid, pengajaran kitab klasik, kiai, santri, dan asrama atau
54
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Kiyai, (Jakarta: LP3ES,
1982). h. 44.
37
pondok.55 Sementara itu menurut Imam Barwani pondok pesantren ditandai dengan
lima elemen pendukung yaitu, pondok, masjid, santri, pengajaran kitab klasik dan
unsur yang terakhir adalah unsur yang paling esensial dalam suatu pesantren
lain seperti para ustadz sebagai pembantu kiai dalam pengajaran, bangunan (gedung)
sekolah atau madrasah, pengurus, manajemen, organisasi, tata tertib, dan lain
a. Masjid
Secara etimologis, masjid berasal sari bahasa arab “sajada” yang berarti
patuh, taat, serta tunduk dengan penuh hormat dan takdzim. Sedangkan secara
55
Dhofier, Zamakhsyari, Relevansi Pesantren dan Pengembangan Ilmu di Masa Datang,
dalam Majalah Pesantren, (Jakarta: P3M, 2000), h. 44-45.
56
Imam Barwani, Tradisionalisme dalam Pendidikan Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 2000), h.
90.
38
kepatuhan kepada Allah. 57 Masjid dianggap sebagai tempat yang tepat dan strategis
untuk mendidik para santri, terutama dalam sholat berjamaah, sholat jum’at, latihan
dakwah dan tempat pengajian. Masjid merupakan sentral kegiatan dalam tradisi
Tujuan utamanya adalah mendidik para santri sebagai calon-calon kiai merupakan
b. Kiai
Kiai atau pengasuh pondok pesantren merupakan elemen yang paling pokok
dan esensial dari suatu lembaga yang bernama pondok pesantren. Sosok kiai begitu
sangat berpengaruh, kharismatik dan berwibawa, sehingga sosok kiai amat disegani
Menurut asal muasalnya, kiai mengacu kepada pengertian bahwa gelar kiai
diberikan kepada para pemimpin agama Islam atau Pondok Pesantren dalam
c. Santri
Santri adalah siswa atau murid yang belajar di pesantren, santri merupakan
elemen paling penting dalam suatu lembaga pesantren, karena sebuah lembaga tidak
57
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an (Bandung: Mizan, 1996), h. 459.
39
bisa disebut pesantren manakala tidak ada santri yang belajar di lembaga tersebut.
1) Santri mukim yaitu santri yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap
dalam kelompok pesantren. Santri mukim yang paling lama tinggal (santri
hari.
2) Santri kalong yaitu santri yang berasal dari desa-desa disekeliling pesantren,
perkembangan, santri yang belajar semakin bertambah, bahkan banyak yang berasal
dari luar daerah. Kesederhanaan para santri didukung oleh kesederhanaan sarana dan
58
Zamakhari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kiai, (Jakarta:
LP3ES, 2000) h. 51-52.
40
duniawi.
segala keperluan.
pondok pesantren.
Pengajaran kitab-kitab kuning berbahasa Arab dan tanpa harakat atau sering
disebut dengan kitab gundul. Kitab ini merupakan satu-satunya metode yang secara
besar manfaatnya. Dengan sistem pondok, santri dapat konsentrasi belajar sepanjang
pembentukan kepribadian santri, baik dalam tata cara bergaul dan bermasyarakat
59
Zamakhari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kiai, h. 54.
60
Ahmad Supeno dkk, Pembelajaran Pesantren; Suatu Kajian Komparatif, Proyek Pelapontren
Depag RI (tidak disebutkan tahun terbit), h. 12.
41
dengan kitab-kitab kuning sebagai literature dasar, dengan sistem dan metode kajian
METODOLOGI PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
yang menjadikan manusia sebagai instrumen, dan disesuaikan dengan situasi yang
wajar dalam kaitannya dengan pengumpulan data yang pada umumnya bersifat
kualitatif.1
deskripsi berupa kata-kata tertulis atau lisan dan prilaku yang dapat diamati.
besarnya populasi atau sampel bahkan populasi atau sampel sangat terbatas. Jika data
sudah terkumpul sudah mendalam dan bisa menjelaskan kondisi dan fenomena yang
diteliti, maka tidak perlu mencari sampling lainnya 2, karena yang ditekankan adalah
kualitas data.
kondisi objek yang alami, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti
1
Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosdakarya, 2001), h. 3.
2
Rachmat Kriantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Cet I:Jakarta: Kencana, 2009), h. 56-
57.
41
42
trianggulasi (gabungan), analisi data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif
lebih menekankan makna dari pada generalisi.3 Menurut Bogdan dan Taylor dalam
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.4 Dasar penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus yaitu penelitian yang melihat objek
penelitian sebagai kesatuan yang terintegrasi, yang penelahannya kepada satu kasus
berbagai kondisi, sebagai situasi atau berbagai fenomena.5 Realitas sosial yang ada
di masyarakat yang menjadi objek penelitian, dan berupaya menarik realitas itu
kepermukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang
2. Lokasi Penelitian
3
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 1.
4
Lexy. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif. h. 23.
5
Burhan Bungin, Peneliti Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publick, dan Ilmu
soaial, (jakarta: Kencana, 2007), h. 68.
43
B. Pendekatan Penelitian
pengorganisasian dakwah dan peningkatan kualitas dakwah santri, untuk itu peneliti
yang telah mapan dalam bidang disiplin ilmu manajemen dakwah untuk
mengungkapkan dan menjelaskan mengenai suatu fenomena atau gejala yang terkait
C. Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari informan yang
erat kaitannya dengan masalah yang akan diteliti yaitu peningkatan kualitas dakwah
santri pada pondok pesantren darul istiqamah. Dalam penelitian ini yang termasuk
dari data primer adalah hasil wawancara dengan pengurus pondok, dan santri sebagai
2. Data Sekunder
menunjang penelitian ini, yaitu dapat berupa: buku, majalah, koran, internet, serta
1. Observasi
diselidiki.6 Observasi menjadi salah satu teknik pengumpulan data apabila sesuai
dengan tujuan penelitian, direncanakan, dan dicatat secara sistematis dapat dikontrol
gambaran umum mengenai Pondok Pesantren Darul Istiqamah, selain itu juga untuk
2. Metode Wawancara
mengumpulkan keterangan secara lisan dari seorang responden secara langsung atau
bertatap muka untuk menggali informasi dari responden. Wawancara itu dilakukan
oleh dua belah pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan. Adapun data yang akan
6
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian (Cet. VIII; Jakarta: PT. Bumi
Aksar, 2007), h. 70.
7
Husaini Usma dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Cet. I; Jakarta:
PT. Bumi Aksara, 2008), h. 52.
45
diungkapkan dalam metode wawancara ini tentunya data yang bersifat valid terhadap
Pesantren Darul Istiqamah Maros dalam Meningkatkan Kualitas Santri. Adapun yang
menjadi informan yaitu, Santri, Pembina, Kepala sekolah, Mudir atau direktur
3. Dokumentasi
dokumen lembaga yang diteliti. Di samping itu, foto maupun sumber tertulis lain
E. Instrumen Penelitian
yang sengaja dikaji dan dikumpulkan guna mendeskripsikan suatu peristiwa atau
kegiatan lainnya. Data yang diperoleh melalui penelitian akan diolah menjadi suatu
informasi yang merajuk pada hasil penelitian nantinya. Oleh karena itu dalam
8
Suharsimi Arikunto, Prosedur Peneliti Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi VI; Jakarta:
Rineka Cipta, 2006), h.68.
46
gunakan. Oleh karena itu penelitian lapangan (field research) yang meliputi observasi
dan wawancara dengan daftar pertanyaan yang telah disediakan, dibutuhkan kamera,
alat perekam (recorder) dan alat tulis menulis berupa buku catatan dan pulpen.
Teknik pengolahan data yang digunakan adalah deskriftif kualitatif. Data yang
akan disajikan dalam bentuk narasi kualitatf yang dinyatakan dalam bentuk verbal
yang diolah menjadi jelas akurat dan sistematis.9 Peneliti akan melakukan pencatatan
dan berupaya mengumpulkan informasi megenai keadaan suatu gejala yang terjadi
Analisa data merupakan upaya untuk mencapai dan menata secara sistematis
pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menjadikannya sebagai temuan
bagi orang lain.10 Analisis data adalah proses pengorganisasian dan pengurutan data
kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar. 11 Tujuan analisis data adalah untuk
menyederhanakan data kedalam bentuk yang mudah dibaca. Metode yang digunakan
9
Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif (Cet. I; Yogyakarta: PT Lkis, 2008), h. 89.
10
Noen Muhajir, Metode Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Reka Sarasin 1998), h.183.
11
Lexy. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif , h.103.
47
adalah metode survey dengan pendekatan kualitatif, yang artinya setiap data
terhimpun dapat dijelaskan dengan berbagai persepsi yang tidak menyimpang dan
suatu proses menggambarkan keadaan sasaran yang sebenarnya, penelitian secara apa
adanya, sejauh ini yang peneliti dapatkan dari hasil observasi, wawancara, maupun
dokumentasi.12
sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil. Peneliti mengelola data
dengan bertolak dari teori untuk mendapatkan kejelasan pada masalah, baik data yang
12
Tjetjep Rohendi Rohidi, Analisis Data Kualitatif (Jakarta: UI Press, 1992), h.15.
13
Asep Saeful Muhtadi dan Agus Ahmad Safei, Metode Penelitian Dakwah (Bandung:
Pustaka Setia, 2003), h.107.
48
Display data adalah penyajian dan pengorganisasian data kedalam satu bentuk
tertentu sehingga terlihat sosoknya secara utuh. Dalam penyajian data dilakukan
Dalam teknik ini peneliti mengkaji data yang telah diperoleh dari lapangan
secara sistematis dan mendalam kemudian membandingkan data tersebut satu sama
lain.
kesimpulan dan verifikasi, setiap kesimpulan awal masih kesimpulan sementara yang
akan berubah bila diperoleh data baru dalam pegumpulan data berikutnya.
penelitian berlangsung dengan cara memikirkan kembali dan meninjau ulang catatan
HASIL PENELITIAN
Pondok Pesantren Darul Istiqamah Maros didirikan oleh KH. Ahmad Marzuki
Hasan pada tahun 1970. KH. Ahmad Marzuki Hasan lahir pada 31 Januari 1917 di
kota Sinjai, Sulawesi Selatan. Ayahnya bernama Kyai Hasan, seorang Qadhi di Sinjai
Timur, sedangkan ibunya Syarifah Aminah. KH. Ahmad Marzuki pernah belajar di
Datumuseng di kota Makassar. Selain itu beliau pernah mengaji kitab pada Prof
Darwis Zakaria (guru di Perguruan Datumuseng asal Sumatera Barat) di kota yang
sama. Prof Darwis Zakaria menjelaskan ayat-ayat Al Qur’an dengan pendekatan yang
modern. Dan dari Prof Darwis, KH. Ahmad Marzuki Hasan mempelajari kitab Fathul
Qadir karangan Imam Asy-Syaukani, seorang ulama, imam, mufti dan syaikhul
Islam.1
Pada akhir tahun 1967, KH. Ahmad Marzuki Hasan bersama keluarga pindah
1
Marzuki Hasan, Shalat Malam Sumber Kekuatan Jiwa: Tafsir Tematik QS.Al-Muzammil,
(Makassar: Darul Istiqamah Press, 2004), h. 90.
49
50
terpelihara. Selain itu agar pemikiran tidak selalu berhadapan dengan yang hal
perbedaan pendapat perihal agama. Menurut KH. Ahmad Marzuki Hasan perlu
pertikaian.3
Pada tahun 1969, KH. Ahmad Marzuki Hasan mengikuti pertemuan yang
diadakan oleh panglima Kodam XIV Siliwangi dijabat oleh Brigadir Jendral Aziz
Mustam. Dalam pertemuan penglima kodam dan Alim Ulama Sulawesi selatan dan
tenggara tersebut menghasilkan satu kesepakatan atas anjuran Panglima bahwa perlu
didirikan pesantren seperti dulu, pesantren sebelum perang yang tamatannya itu bisa
mandiri di masyarakat dan ulama serta gurunya menyatu dengan masyarakat. Bukan
2
Marzuki Hasan, Shalat Malam Sumber Kekuatan Jiwa: Tafsir Tematik QS.Al-Muzammil, h.
79.
3
Marzuki Hasan, Shalat Malam Sumber Kekuatan Jiwa: Tafsir Tematik QS.Al-Muzammil, h.
80.
4
Marzuki Hasan, Shalat Malam Sumber Kekuatan Jiwa: Tafsir Tematik QS.Al-Muzammil, h.
80.
51
Pada tahun yang sama dibentuklah Yayasan Pembina Dakwah Islamiyah dan
secara resmi diakui pada tahun 1970. Dari yayasan tersebut dibangun pesantren yang
sudah berbadan hukum. KH. Ahmad Marzuki Hasan bersama tiga orang temannya
mengayuh sepeda dari kota Makassar ke kabupaten Maros untuk mencari lokasi
Kabupaten Maros yang termasuk tanah milik negara seluas satu hektar. Setelah
melakukan beberapa kali kunjungan dan mengajukan permintaan pada Bupati Maros.
Bupati Maros yaitu H. Kasim DM memberi respon positif dan menyerahkan tanah
tersebut kepada KH. Ahmad Marzuki Hasan untuk didirikan pesantren. Tanpa acara
peresmian semua dimulai dengan persiapan seadanya, tingginya respon positif warga
sekitar sehingga ada yang menyumbangkan sebuah gubuk. Gubuk tersebut kemudian
didirikan oleh almarhum KH. Ahmad Marzuki Hasan pada tahun 1970, awalnya luas
pesantren satu hektar, tanah itu wakaf dari bapak Bupati Maros pada saat itu. Dijabat
Mendengar pesantren dibuka, beberapa teman dari KH. Ahmad Marzuki Hasan
dan teman dari anak KH. Ahmad Marzuki Hasan turut bergabung. Secara perlahan
5
Marzuki Hasan, Shalat Malam Sumber Kekuatan Jiwa: Tafsir Tematik QS.Al-Muzammil, h.
81.
6
Mujawwid M. Arif (34 tahun), Mudir Sekolah Pondok Pesantren Darul Istiqamah,
Wawancara, Maccopa-Maros, 22 Mei 2017.
52
dan bertahap dimulai pengembangan pesantren secara fisik dan pengajaran. Peletakan
batu pondasi pertama dilakukan meskipun dengan bahan yang masih sangat
sederhana. Santri yang awalnya hanya dua orang bertambah menjadi tujuh hingga
mencapai dua puluh santri. KH. Ahmad Marzuki Hasan kemudian hijrah bersama
Masajid, murid Muallimin dari Bontoala dan anggota pengajian Aisyiah ikut hijrah ke
KH. M. Arif Marzuki Hasan yang saat itu berumur 28 tahun bersama 20 orang
santri lainnya mulai membuat pondok-pondok tambahan yang terbuat dari bambu dan
berdinding Gamacca serta beratapkan daun nipa dan masing-masing terdapat bale-
bale di dalamnya. Melalui perjuangan yang panjang, santri mulai bertambah. Mulai
terbentuk sistem kelas yang terdiri dari tingkatan Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan dalam
perjalanannya berdiri pula kelas Aliyah. Kemudian ada juga kelas penghafal al-
Qur’an yang menjadi ciri, corak dan inti pengajaran pesantren, meskipun suka duka
memiliki nilai tersendiri. Hal ini terus berkembang hingga santri putri mempunyai
sehingga KH. Ahmad Marzuki Hasan mulai mengembangkan pesantren keluar daerah
7
Marzuki Hasan, Shalat Malam Sumber Kekuatan Jiwa: Tafsir Tematik QS.Al-Muzammil, h.
81.
8
Marzuki Hasan, Shalat Malam Sumber Kekuatan Jiwa: Tafsir Tematik QS.Al-Muzammil, h.
82.
53
Timur dari kota Maros, di Welado Kabupaten Bone, dan Puce’e Kabupaten Sinjai.
berupaya mencari dan menghidupkan pesantren bukan hanya bergantung pada dana
Darul Istiqamah telah memiliki 28 cabang yang tersebar di Indonesia bagian timur. 9
Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Mudir sekolah Pondok Pesantren
Darul Istiqamah Maros. Sekarang ini Pondok Pesantren Darul Istiqamah sudah
memiliki 20 lebih cabang yang tersebar di Sulawesi selatan dan Sulawesi tenggara
Tabel. 4.1
Cabang Pesantren Darul Istiqamah
9
Marzuki Hasan, Shalat Malam Sumber Kekuatan Jiwa: Tafsir Tematik QS.Al-Muzammil, h.83
10
Mujawwid M. Arif (34 tahun), Mudir Sekolah Pondok Pesantren Darul Istiqamah,
Wawancara, Maccopa-Maros, 22 Mei 2017.
54
Sumber Data: Wawancara dengan Mudir sekolah Pondok Pesanren Darul Istiqamah Maros .11
Maros yang terletak di sebelah utara Kota Maros. Letak Kecamatan Mandai berada
pada posisi yang strategis, sebelah Utara yang berbatasan langsung dengan Kota
Makassar.12
mana jalan Poros Makassar-Maros KM. 25 Maccopa Maros terletak dalam wilayah
11
Mujawwid M. Arif (34 tahun), Mudir Sekolah Pondok Pesantren Darul Istiqamah,
Wawancara, Maccopa-Maros, 22 Mei 2017.
12
Dokumen sekolah Pondok Pesantren Darul Istiqamah, tanggal 21 Mei 2017
56
jalur yang biasa dilalui semua kendaraan yang akan menuju ke kabupaten lain, seperti
Pangkep, Barru, Pare-pare, Bone, dan lain-lain. Jalur ini digunakan juga oleh
kendaraan umum dan pejalan kaki dalam kegiatan sehari-hari untuk menunjang
kelancaran aktivitasnya.
Berikut ini sekilas gambaran tentang letak geografis Pondok Pesantren Darul
Istiqamah Maros.
NSM : 121273090004
57
Status : Swasta
Tabel. 4.2
Jumlah Santri Sekolah Putra Pesantren Darul Istiqamah Maros
Tingkat Madrasah Tsanawiyah 2016/2017
Tabel. 4.3
Jumlah Guru Madrasah Tsanawiah Sekolah Putra Pesantren Darul Istiqamah
Maros 2016/2017
Jumlah Guru
PNS Non-PNS
S1 S2 S3 S1 S2 S3
Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr
2 - - - - 12 - 1 - - -
sekolah Putra Pesantren Darul Istiqamah Maros berjumlah 15 orang. Jumlah guru
Tabel. 4.4
Jumlah Santri Madrasah Tsanawiah Sekolah Putra Pesantren Darul
Istiqamah Maros yang Lulus
Jumlah siswa yang lulus
2013 2014 2015 2016
32 38 34 42
Jumlah 146
Sumber Data: Dokumen sekolah Pondok Pesantren Darul Istiqamah.
Tabel di atas menunjukkan jumlah santri Madrasah Tsanawiah yang telah lulus
Sekolah Pondok Pesantren Darul Istiqamah Maros adalah salah satu wadah
Tsanawiah dan Madrasah Aliyah khusus putra yang memadukan antara kurikulum
Istiqamah Maros telah beberapa kali mengalami perubahan nama sejak berdirinya
pada tahun 1970 yaitu awal mula berdirinya Pondok Pesantren Darul Istiqamah di
yang telah siap terjun sebagai penggerak ummat di tengah masyarakat dan juga
alumni yang telah melanjutkan akademik di PTS, PTN serta Universitas Islam di
Pondok Pesantren Darul Istiqamah Maros berada di lokasi yang strategis dan
dilingkungan asri serta masyarakat yang islami. Terletak di jalan trans Sulawesi yang
berjarak 15 menit dari bandara Sultan Hasanuddin dan 20 menit dari pelabuhan
Soekarno-Hatta.
a. Visi.
b. Misi.
13
Dokumen sekolah Pondok Pesantren Darul Istiqamah Maros, tanggal 21 Mei 2017
60
4. Mencetak para da’i dan muballigh yang memiliki pemahaman ilmu Islam,
c. Tujuan Pesantren.
Majelis Ukhuwah Santri atau yang disingkat menjadi MUS adalah organisasi
santri yang menjadi pembina dalam asrama. Adapun program kerja MUS sebagai
berikut:
c. Menjadikan bahasa Arab dan bahasa Inggris sebagai bahasa wajib di dalam
sadar diri.
14
Mujawwid M. Arif (34 tahun), Mudir Sekolah Pondok Pesantren Darul Istiqamah,
Wawancara, Maccopa-Maros, 22 Mei 2017.
61
Shalihin
penyampaian dakwah.15
1. Divisi keamanan.
g. Melarang santri memakai celana pendek kecuali pada tempat dan waktu tertentu.
2. Divisi pendidikan.
15
Program Kerja Majelis Ukhuwah Santri (MUS), 2016-2017.
62
3. Divisi bahasa.
a. Memberikan kosakata atau mufrodat kepada santri setiap hari kecuali hari
jum’at.
e. Mewajibkan santri untuk berbahasa inggris dan arab mulai jam 07:00-12:30.
4. Divisi kebersihan.
kebersihan masing-masing.
5. Divisi kesehatan.
6. Divisi olahraga.
b. Menindak santri yang menggunakan fasilitas olahraga tanpa izin dari divisi
olahraga.
e. Membeerikan sanksi bagi santri yang melanggar disiplin bagian olah raga.
7. Divisi humas.
8. Divisi konsumsi.
d. Membuat tata tertib konsumsi dan menindak santri yang melanggar tata
tertib tersebut.
bertugas.16
Program kerja inilah yang menjadi acuan Pembina dan ustad dalam
6. Struktur Organisasi.
hubungan antara individu dan kelompok yang satu sama lain mempunyai hubungan
kerja sama yang baik dengan kewajiban, hak dan tanggung jawab masing-masing
sesuai dengan tugas yang diamanahkan sesuai dengan kebutuhan kerja untuk
16
Program Kerja Majelis Ukhuwah Santri (MUS), 2016-2017.
65
organisasi sekolah Pondok Pesantren Darul Istiqamah Maros adalah terdiri dari
Mudir, kepala sekolah, guru, wali kelas dan santri, sebagai berikut.
Tabel.4.5
Nama-Nama Pimpinan Pondok Pesantren Darul
Istiqamah Maros.
Tabel. 4.6
Struktur Organisasi Sekolah Putra
Pesantren Darul Istiqamah 2016/2017
17
Mujawwid M. Arif (34 tahun), Mudir Sekolah Pondok Pesantren Darul Istiqamah,
Wawancara, Maccopa-Maros, 22 Mei 2017.
66
WALI KELAS
GURU
SANTRI
Sumber Data: Struktur Organisasi sekolah Pondok Pesantren Darul Istiqamah Maros
Istiqamah Maros terdapat 5 komponen yang meliputi yaitu Mudir sekolah Pondok
Pesantren Darul Istiqamah Maros, kepala sekolah, guru, wali kelas dan santri. Posisi
Mudir adalah sebagai pemimpin yang memiliki wewenang tertinggi baik dalam
struktur maupun sebagai komando koordinasi dan pengawas dari berbagai aspek.
baru ada pada tahun 2004, adapun nama-nama yang telah menjabat yaitu:
67
Tabel. 4.7
Sumber Data: Wawancara dengan Mudir sekolah Pondok Pesanren Darul Istiqamah Maros.18
Tabel di atas menjelaskan tentang nama-nama mudir sekolah putra pesantren darul
Sarana dan prasarana sangat dibutuhkan sebagai salah satu faktor penunjang
guna mencapai tujuan. Demikian pula dengan Pondok Pesantren Darul Istiqamah
sebagai salah satu yang bergerak dalam bidang pendidikan dan dakwah, penyediaan
seluruh komponen sumber daya manusia yang ada di dalamnya. Sarana pendidikan di
Pondok Pesantren Darul Istiqamah Maros peralatan dan perlengkapan yang secara
gedung, ruang kelas, meja, kursi serta alat-alat dan media pembelajaran. Sedangkan
18
Mujawwid M. Arif (34 tahun), Mudir Sekolah Pondok Pesantren Darul Istiqamah,
Wawancara, Maccopa-Maros, 22 Mei 2017.
68
prasarana adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses
pendidikan atau pengajaran seperti halaman, taman Pesantren, jalan menuju Pesantren
Tabel. 4.8
1 Masjid 1 1 _ _ _ _
2 Gedung Berlantai 2 1 _ _ _ _ _
3 Dapur Umum 1 _ _ _ _ _
4 Ruang Makan 1 _ _ _ _ _
5 Kamar Santri 8 8 _ _ _ _
6 Ruang Uks 1 _ _ _ _ _
_
7 Toilet 6 4 2 _
8 Lapangan Olahraga 1 _ _ _ _
9 Ruang Kelas 7 6 1 _ _
69
10 Ruang Mudir 1 _ _ _ _ _
11 Ruang Kepala 1 _ _ _ _ _
Sekolah
12 Ruang Guru 1 _ _ _ _ _
13 Lab Bahasa 1 _ _ _ _ _
14 Lab Komputer 1 _ _ _ _ _
15 Perpustakan 1 _ _ _ _ _
16 Kantin 1 _ _ _ _ _
17 Mimbar 1 _ _ _ _ _
Pondok pesantren darul istiqamah maros sekarang ini telah memiliki kurang
lebih 500 santri putra dan putri dari 3 lembaga yang berada di dalam pesantren serta
telah menamatkan ratusan alumni yang telah siap untuk terjun menyebarkan dakwah
di masyarakat.
tahun sehingga diperlukan strategi dakwah yang baik agar dapat meningkatkan
70
kualitas dakwah dari santri. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh kepala
Alhamdulillah santri di sekolah ini setiap tahun semakin bertambah karena itu
diperlukan strategi dakwah yang baik agar dakwah para santri dapat meningkat
maka strategi dakwah merupakan hal yang tidak bisa diabaikan. Strategi dakwah
Strategi yang diterapkan oleh Pondok Pesantren Darul Istiqamah Maros pada
tradisional dalam penerapan setrategi dakwahnya. Hal ini sejalan dengan yang
Maros pada intinya adalah meningkatkan kualitas dakwah santri dengan cara seperti
berikut:
19
Fatwa R (30 tahun), Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiah Pondok Pesantren Darul Istiqamah
Maros, Wawancara, Maccopa-Maros, Tanggal 22 Mei 2017.
20
Mujawwid M. Arif (34 tahun), Mudir Sekolah Pondok Pesantren Darul Istiqamah,
Wawancara, Maccopa-Maros, Tanggal 22 Mei 2017.
71
diketahui dan apa yang harus mereka ketahui dalam menyiapkan santri untuk terjun
langsung ke objek dakwah. Hal ini diungkapkan oleh ustad Marzuki sebagai Pembina
dakwah.
strategi sendiri dalam mengidentifikasi apa yang dibutuhkan oleh santri untuk
peningkatan dakwahnya. Strategi ini sangat tepat untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan santri dalam membuat materi dakwah sehingga para Pembina dapat
Latihan dakwah merupakan salah satu kegiatan yang wajib diikuti oleh semua
santri baik Tsanawiah maupun Aliyah. Latihan dakwah ini rutin dilakukan dua kali
dalam seminggu yaitu pada malam ahad dan malam selasa. Dalam latihan dakwah
para santri dibentuk menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan tujuh sampai
21
Marzuki (23 tahun), Pembina Dakwah Pondok Pesantren Darul Istiqamah Maros,
Wawancara, Maccopa-Maros, Tanggal 22 Mei 2017.
72
dakwahnya para santri diberi waktu minimal tujuh menit dan maksimal sepuluh
menit.
Rasa percaya diri sangat dibutuhkan dalam menyampaikan dakwah karena itu
Pembina dan ustad berperan penting untuk membantu santri dalam menumbuhkan
rasa percaya diri dalam proses peningkatan dakwahnya. Hal ini dilakukan dengan
Setiap latihan dakwah santri diawasi oleh ustad yang berpengalaman dan
mempunyai kemampuan dakwah yang baik lalu diberikan masukan mengenai dakwah
yang telah disampaikan santri. Hal ini sesuai dengan pernyataan ustad Marzuki
langsung oleh saya sendiri kemudian ada juga ustad yang bertugas untuk mengoreksi
Berikut pula yang dikatakan saudara Abd Rajab salah seorang santri kelas dua
Madrasah Tsanawiah yang mengatakan bahwa setiap latihan dakwah ustad Marzuki
mengawasi berjalannya proses latihan dakwah dan ustad Fatwa R bertugas untuk
santri, namun apabila dakwah yang disampaikan oleh santri tidak sampai dengan
22
Marzuki (23 tahun), Pembina Dakwah Pondok Pesantren Darul Istiqamah Maros,
Wawancara, Maccopa-Maros, Tanggal 22 Mei 2017.
73
waktu yang ditetapkan maka akan diberikan sanksi oleh ustad Marzuki selaku
Latihan khutbah jum’at dilakukan oleh santri Madrasah Aliyah pada malam
senin. Kegiatan ini juga diawasi langsung oleh ustad Marzuki dan ustad Fatwa R.
c. Praktikum Dakwah
dakwah agar santri dapat menyampaikan atau mempraktekkan apa yang telah
dakwahnya serta mampu melihat apa yang diinginkan oleh mad’u. Pondok Pesantren
23
Abd Rajab (14 tahun), Santri Madrasah Tsanawiah Pondok Pesantren Darul Istiqamah Maros,
Wawancara, Maccopa-Maros, Tanggal 22 Mei 2017
24
Fatwa R (30 tahun), Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiah Pondok Pesantren Darul Istiqamah
Maros, Wawancara, Maccopa-Maros, Tanggal 22 Mei 2017.
74
Kultum adalah pesan yang disampaikan secara singkat jelas dalam bentuk
ceramah agama dengan waktu yang sempit, santri ditugaskan untuk menyampaikan
kultum di beberapa masjid pesantren yang disampaikan setelah shalat dhuhur, kegitan
percaya diri santri Pondok Pesantren Darul Istiqamah Maros dalam menyampaikan
dakwah kemasyarakat. Serta dapat dijadikan sebagai modal santri Pesantren Darul
2. Ceramah Ramadhan
surat untuk diserahkan kepada panitia masjid sebagai bukti bahwa santri tersebut
ditugaskan oleh Pondok Pesantren untuk mengisi jadwal ceramah ramadhan yang
kosong atau kultum di masjid tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh ustad marzuki
“Di bulan ramadhan para santri diberikan tugas untuk ceramah di masjid dekat
rumahnya masing-masing dengan memberikan surat kepada santri yang
ditujukan kepada panitia masjid yang berisi tentang permohonan izin untuk
melakukan tugas dakwah dari Pesantren.”25
25
Marzuki (23 tahun), Pembina Dakwah Pondok Pesantren Darul Istiqamah Maros,
Wawancara, Maccopa-Maros, Tanggal 22 Mei 2017.
75
karena dengan melakukan penugasan dakwah santri dapat mengaplikasikan ilmu yang
telah dipelajari.
berhasil dipelajari. Proses ini dilakukan Pondok Pesantren Darul Istiqamah Maros
Pengabdian adalah tugas yang wajib dilakukan oleh santri setelah lulus dari
Madrasah. Pengabdian ke cabang merupakan suatu strategi yang dilakukan oleh pihak
pesantren sebagai rencana jangka panjang bagi santri dalam upaya untuk
meningkatkan kualitas dakwah santri. Hal ini sesuai dengan pernyataan ustad
Mujawwid M. Arif selaku mudir sekolah Pondok Pesantren Darul Istiqamah Maros.
Pengabdian ini dilakukan agar santri yang telah lulus dapat mengaplikasikan
ilmu yang didapat dari pembinaan di pusat. Santri yang diutus mengabdi di cabang
Pengabdian ke cabang adalah tugas akhir bagi santri Pesantren Darul Istiqamah
26
Mujawwid M. Arif (34 tahun), Mudir Sekolah Pondok Pesantren Darul Istiqamah,
Wawancara, Maccopa-Maros, Tanggal 22 Mei 2017.
76
santri dituntut untuk mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari di Pesantren Darul
rutin seperti:
1. Pengajian Tafsir.
Pengajian tafsir adalah pengajian yang rutin dilakukan dalam 4 kali seminggu
yaitu pada hari senin, rabu, jum’at dan ahad dimulai dari ba’da shalat subuh sampai
jam 06.30 pagi. Pengajian ini membahas tentang tafsir Al-Qur’an yang dibawakan
oleh pimpinan Pondok Pesantren Darul Istiqamah Maros yaitu KH. M. Arif Marzuki
Hasan. Pengajian ini dihadiri oleh seluruh santri dan warga Pondok Pesantren Darul
Istiqamah Maros. Berikut pernyataan yang disampaikan oleh ustad Marzuki selaku
Pengajian tafsir yang rutin dilakukan dalam 4 kali seminggu wajib dihadiri oleh
semua santri dan wajib untuk mencatat apa yang disampaikan oleh pimpinan
pesantren karena yang disampaikan dapat menjadi bahan dakwah bagi santri.27
Dari pernyataan di atas merupakan salah satu strategi Pondok Pesantren Darul
2. Pengajian Mingguan.
27
Marzuki (23 tahun), Pembina Dakwah Pondok Pesantren Darul Istiqamah Maros,
Wawancara, Maccopa-Maros, Tanggal 22 Mei 2017.
77
yaitu pada malam rabu. Pengajian ini membahas tentang kitab Bulughul Maram yang
dibawakan oleh salah satu ustad di Pondok Pesantren Darul Istiqamah Maros yaitu
Nadhir Salim. Nadhir Salim merupakan santri pertama Pondok Pesantren Darul
Istiqamah Maros yang telah diajar langsung oleh pendiri Pesantren Darul Istiqamah
Maros. Kitab Bulughul Maram berisi tentang fiqhi dan hadis sehingga sangat
bermanfaat bagi santri karena dapat menjadi bahan dakwah yang akan disampaikan
3. Pengajian tahunan.
tahun. Pengajian ini dilakukan sebagai antisipasi kepada agar tidak mengikuti
kebiasaan masyarakat pada umumnya yang merayakan pergantian tahun dengan cara
yang tidak sesuai dengan ajaran islam seperti menghabiskan malam bersama yang
Pengajian ini biasanya disertai dengan murajaah hafalan 30 juz yang dilakukan oleh
pimpinan Pondok Pesantren Darul Istiqamah Maros kemudian disimak oleh para
santri dan warga pesantren. Seperti yang dijelaskan oleh ustad Mujawwid M. Arif
“Pengajian ini dilakukan agar santri tidak keluar asrama dan mencegah santri
untuk meminta izin libur tahun baru, juga kegiatan ini dilakukan untuk
mengupayakan santru tidak terbiasa mengikuti budaya-budaya luar, budaya barat
pada khususnya.”28
28
Mujawwid M. Arif (34 tahun), Mudir Sekolah Pondok Pesantren Darul Istiqamah,
Wawancara, Maccopa-Maros, Tanggal 22 Mei 2017.
78
santrinya sehingga mengadakan pengajian tahun. Selain untuk menjaga agar santri
tidak mengikuti budaya-budaya luar pengajian tahunan ini juga untuk menambah
1. Faktor Pendukung.
sebelah utaranya berbatasan langsung dengan kota Makassar. Akses jalan yang
terletak di jalan trans Sulawesi yang berjarak waktu tempuh 15 menit dari bandara
Sultan Hasanuddin.
Letak yang strategis menjadi salah satu keunggulan Pondok Pesantren Darul
Istiqamah Maros. Hal ini mendukung dalam pelaksanaan dakwah yang akan
dilakukan oleh santri karena banyaknya akses transportasi yang dapat ditempuh.
Fasilitas menjadi sarana yang sangat dibutuhkan sebagai salah satu faktor
penunjang guna mencapai tujuan. Demikian pula dengan Pondok Pesantren Darul
Istiqamah Maros sebagai salah satu yang bergerak dalam bidang pendidikan dan
79
seluruh santri.
Salah satu fasilitas yang menjadi pendukung dalam peningkatan dakwah santri
seperti pengajian tafsir dan kajian kitab Bulughul Maram sebagai penunjang untuk
memperluas pemahaman santri. Hal ini sesuai dengan pernyataan ustad Fatwa R
Maros.
poin penting karena ilmu yang didapat dari pesantren akan diaplikasikan ke
masyarakat.
akan menyampaikan dakwah di masjid belum mampu atau belum pantas berdiri di
depan jamaah. Hal ini akan menjadi hambatan bagi peningkatan dakwah santri namun
29
Fatwa R (30 tahun), Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiah Pondok Pesantren Darul Istiqamah
Maros, Wawancara, Maccopa-Maros, Tanggal 22 Mei 2017.
80
2. Factor Penghambat.
a. Pembina
pelaksanaan strategi dakwah yang telah ditetapkan akan tetapi dilain sisi pembina
juga dapat menjadi penghambat dalam pengembangan dakwah santri. Seperti yang
b. Santri
terutama bagi para pembina dalam melakukan peningkatan dakwah pada awalnya
dari kesadaran santri itu sendiri. Kesadaran santri di Pondok Pesantren Darul
Istiqamah Maros dianggap masih kurang karena masih banyak yang acuh terhadap
30
Fatwa R (30 tahun), Kepala Sekolah Madrasah Tsanawiah Pondok Pesantren Darul Istiqamah
Maros, Wawancara, Maccopa-Maros, Tanggal 22 Mei 2017.
81
menyebabkan apa bila telah lulus dari pesantren ada santri yang belum mampu
untuk berbicara di depan umum atau berdakwah.”31
Semua orang tua menginginkan anaknya menjadi anak yang shaleh dan
pendapat dari anak dengan harapan dapat memperdalam ilmu agamanya, akan tetapi
tidak semua anak masuk pesantren karena keinginannya sendiri. Anak yang masuk ke
pesantren karena keinginan orang tuanya akan merasa tertekan dan tidak dapat
menerima pelajaran dengan baik, bahkan sebagian anak ada yang lari dari pesantren.
Hal inilah yang menjadi faktor penghambat dalam peningkatan kualitas santri,
karena terkadang santri yang masuk dengan keadaan terpaksa dapat menjadi
31
Marzuki (23 tahun), Pembina Dakwah Pondok Pesantren Darul Istiqamah Maros,
Wawancara, Maccopa-Maros, Tanggal 22 Mei 2017.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pesantren Darul Istiqamah Maros dalam meningkatkan kualitas santri, maka penulis
1. Perencanaan Dakwah.
Adapun faktor pendukung yaitu. Letak pesantren yang strategis, fasilitas yang
terhadap peningkatan kualitas dakwah santri yaitu. Faktor internal Pembina dan santri
sedangkan faktor eksternal yaitu. Santri belum mampu membaca al-Qur’an dan
82
83
B. Implikasi
Istiqamah Maros, maka adapun saran-saran yang ingin penulis sampaikan kepada
dengan santri dan mengetahui kendala yang dihadapi oleh santri dalam
2. Apabila ada santri yang belum tau atau belum lancar membaca Al-qur’an
4. Perlunya kesadaran dari para santri untuk lebih giat dan lebih aktif lagi dalam
Al-Qur’anul karim.
Achmadi, Abu dan Cholid Narbuko Metodologi Penelitian. Cet. VIII; Jakarta: PT.
Bumi Aksar, 2007.
Amin, Samsul Munir. Ilmu Dakwah. cet II:Jakarta: Paragonatama Jaya, 2013.
Arifin, M. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Cet. Ke-III;Jakarta: Bina Aksara, 1995.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Peneliti Suatu Pendekatan Praktik. Edisi revisi VI;
Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
Arifin, M. Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi. Cet. V;Jakarta: Bumi Aksara,
2000.
Aziz, Moh. Ali. Ilmu Dakwah. Jakarta : Prenada Media Grup, 2004.
Basist, Abdul. Filsafat Dakwah. Bandung: PT. Raja Grafindo persada, 2013.
84
85
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahanya. Jakarta Timur: CV. Darus
Sunnah, 2002.
Hasan, Marzuki Shalat Malam Sumber Kekuatan Jiwa: Tafsir Tematik QS.Al-
Muzammil. Makassar: Darul Istiqamah Press, 2004.
Katu, Samiang. Taktik dan Strategi Dakwah di Era Milenium. Makasar: Alauddin
University Press, 2011.
Mastuhu, Dinamika Pendidikan Pesantren: Suatu Kajian Tentang Unsur dan Nilai
Sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta: INIS, 1994.
Patoni, Achmad. Peran Kiai Pesantren dalam Partai Politik. Cet. I; Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2007.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka, 2005.
Safei, Agus Ahmad Dam Asep Saeful Muhtadi., Metode Penelitian Dakwah.
Bandung: Pustaka Setia, 2003.
Sahir, Muhammad. Sterategi Dakwah dalam Meningkatkan Minat Baca Tulis Al-
Qur’an Santri dan Santriwati Tk/Tpa Al Mukmin Desa Topejawa Kecamatan
Mangarabombang Kabupaten Takalar, Skripsi. Makassar: UIN Alauddin. 2016.
Sukayat, Tata. Ilmu Dakwah Perspektif Filsafat Mabadi ‘Asyarah. Bandung: PT.
Remaja Rodakarya Offset, 2015.
Maros?
Istiqamah Maros?
Istiqamah Maros?
santri
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus
C. Rumusan Masalah
D. Kajian Pustaka/Peneliti Terdahulu
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
BAB II TINJAUAN TEORETIS
A. Kesimpulan
B. Implikasi Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
dari SDN Parinring dan lulus pada tahun ajaran 2006. Pada
lulus pada tahun ajaran 2009. Pada tahun yang sama Penulispun melanjutkan
Maros, dengan Jurusan Agama dan lulus pada tahun ajaran 2012. Setelah lulus
Istiqamah di Desa Timbuseng Kec. Pattallassang Kab. Gowa. Selama satu tahun.
Setelah itu penulis melanjutkan kejenjang perguruan tinggi dan mendaftar di UIN
Alauddin Makassar pada tahun 2013 dan mengambil Jurusan Manajemen Dakwah
pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Pada tahun 2016 penulis telah
mempersunting wanita yang bernama Fadhillah Nur Ibrahim dan pada tahun 2017