Laporan PKL BBTKL

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN KERJA LAPANGAN

BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN

PENGENDALIAN PENYAKIT (BBTKLPP) SURABAYA

PRAKTEK KERJA LAPANGAN

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan program

pendidikan Ahli Madya Kesehatan

Oleh :

PUTRI FITRIANI 20200101337


AGHNIA ZIDNI AURA SALSABILA 20200101317
HESTI SATRIA LENDE 20200101328
GETRIUS NGAILU JOWA 20200101327
NURUN NI`MAH 20200101347
NUR AYU PANGASTUTI 20200101335
DYAH AYU WULANDARI 20200101324

AKADEMI ANALIS KESEHATAN DELIMA HUSADA GRESIK

2023

i
PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN

PEGENDALIAN PENYAKIT (BBTKLPP) SURABAYA

Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan

Praktek Kerja Lapangan

Akademi Analis Kesehatan Delima Husada Gresik

Telah diperiksa dan disahkan :

Pada hari : Tanggal :

Direktur, Ka. Prodi,

Saudi Fitri Susanti, S. Si, M.Si Masfah Raudlotus Shofiyyah, S.Si., M.Si

NIPY. 07412120160011 NIPY. 0741230290026

ii
PERSETUJUAN

LAPORAN KERJA PRAKTEK LAPANGAN

BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN

PEGENDALIAN PENYAKIT (BBTKLPP) SURABAYA

Laporan ini telah diperiksa dan disetujui :

Pada hari : Tanggal :

Dosen Pembimbing, Pembimbing Lapangan,

Nur Yaqin, ST., M.Pd


0731077401
Mengetahui,

Kepala Diklat, Kepala Laboratorium,

Efi Sriwahyuni, SKM Dr. Rosidi Rosian, SKM, SH, MPH, MH

iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN

Kami yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa :

Penulisan Laporan PKL ini dibuat berdasarkan hasil penulisan, pemikiran dan
pemaparan penulis sendiri baik naskah laporan maupun kegiatan yang tercantum
sebagai bagian dari laporan PKL. Jika terdapat karya orang lain maka penulis
mencantumkan sumber yang jelas.

Demikian pernyataan ini kami buat dengan sesungguhnya dan apabila di


kemudian terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam laporan ini maka
kami bersedia menerima sanksi sesuai dengan norma yang berlaku di AAK
Delima Husada Gresik.

Gresik, Maret 2023

Koordinator Mahasiswa

Putri Fitriani
20200101337

Peserta Praktek Kerja Lapangan

AKADEMI ANALIS KESEHATAN DELIMA HUSADA GRESIK

“BALAI BESAR TEKNIK KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PEGENDALIAN PENYAKIT

(BBTKLPP) SURABAYA”

No. Nama Mahasiswa NIM Tanda Tangan

1. Aghnia Zidni Aura Salsabila 20200101317

2. Hesti Satria Lende 20200101328

3. Getrius Ngailu Jowa 20200101327

4. Nurun Ni`Mah 20200101347

5. Nur Ayu Pangastuti 20200101335

6. Dyah Ayu Wulandari 20200101324

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

karunia-Nya penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) Program Studi

D3 Teknologi Laboratorium Medis di Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan

dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Surabaya dapat selesai dengan baik.

Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan salah satu mata kuliah wajib di

Program Studi D3 Teknologi Laboratorium Medis Akademi Analis Kesehatan

Delima Husada Gresik yang dilaksanakan pada semester VI. Tujuan dari

kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini adalah memberikan pengalaman

belajar bagi peserta didik sesuai dengan kompetensi yang hendak dicapai.

Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan oleh mahasiswa pada akhir

pendidikan Program D3, sebelum menyelesaikan studi untuk menjadi seorang

Ahli Madya Kesehatan (A.Md. Kes).

Para penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Praktek

Kerja Lapangan (PKL) ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami

berharap kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan

pelaksanaan kegiatan PKL yang akan datang.

Gresik, Maret 2023

Penyusun

v
DAFTAR ISI

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan suatu bentuk penyelenggaraan

pendidikan, yang memadukan program antara pendidikan dan dunia kerja. Praktek

Kerja Lapangan dilaksanakan salah satunya untuk memenuhi kebutuhan bagi

calon tenaga kerja dalam mencari pengalaman dibidangnya. Dengan mengikuti

praktek kerja lapangan diharapkan dapat menambah pengetahuan, keterampilan

dan pengalaman mahasiswa dalam dunia kerja sebenarnya. Melalui Praktek

Kerja Lapangan mahasiswa mendapat kesempatan untuk mengembangkan cara

berfikir, mampu menjalin komunikasi dengan antar pegawai, menambah

wawasan yang berguna dan dapat menambah pengetahuan mahasiswa sehingga

dapat menumbuhkan rasa disiplin dan tanggung jawab mahasiswa terhadap apa

yang ditugaskan kepadanya. Tanpa dilaksanakannya Praktek Kerja Lapangan

mahasiswa tidak akan mengetahui situasi dan kondisi secara langsung dunia kerja.

Praktek Kerja Lapangan merupakan salah satu kewajiban yang harus

dilaksanakan oleh mahasiswa tingkat akhir, khususnya calon Analis Kesehatan

DIII untuk menyelesaikan masa studi. Penetapan tujuan dalam melaksanakan

Praktek Kerja Lapangan, perlu dilakukan dari pihak institusi yang berisikan

pernyataan spesifik mengenai kompetensi yang hendak dicapai. Analis kesehatan

mempunyai beberapa tugas dan tanggung jawab untuk melakukan berbagai jenis

pemeriksaan seperti Kimia Klinik, Hematologi, Imunoserologi, Mikrobiologi,

Toksikologi, Kimia air, Kimia makanan, Biologi Molekuler, atau Patologi

1
Anatomi. Pemeriksaan ini menggunakan instrumentasi untuk memperlancar

proses diagnosis, pengobatan, dan pencegahan penyakit. Adapun tanggung jawab

Analisis kesehatan untuk mengumpulkan dan mempersiapkan sampel seperti

cairan tubuh, darah, dan jaringan serta menginterpretasi hasil. Tuntutan

peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap tenaga kesehatan tersebut tidak

terkecuali terhadap tenaga kesehatan dibidang laboratorium. Hal ini disebabkan

pelayanan laboratorium kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Laboratorium kesehatan sebagai salah

satu unit pelayanan kesehatan, diharapkan memberikan informasi teliti dan akurat

tentang aspek laboratorium terhadap sampel yang pengujiannya dilakukan di

laboratorium. Peraturan perundang-undangan sudah mulai diarahkan kepada

kesiapan seluruh profesi kesehatan dalam menyongsong hal tersebut. Untuk itu

perlu disusun satu kurikulum pendidikan berbasis kompetensi yang sesuai dengan

standart profesi sehingga dapat menghasilkan lulusan yang profesional.

1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan

Tujuan dari pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Lapangan adalah dapat

menumbuhkan dan meningkatkan sikap sebagai tenaga kesehatan yang profesional serta

dapat menambah wawasan tentang bidang pekerjaan yang akan dilakukan

khususnya di bidang kesehatan.

2
1.3 Manfaat Praktek Kerja Lapangan

Manfaat dari pelaksanaan kegiatan Praktek Kerja Lapangan, antara lain :

1. Bagi Mahasiswa :

1) Mahasiswa mendapatkan pengetahuan dan wawasan keilmuan secara

langsung dari dunia kerja yang sesungguhnya.

2) Mahasiswa mendapatkan kesempatan untuk mengaplikasikan ilmu,

keterampilan dan keahliannya secara langsung pada dunia kerja.

3) Mahasiswa mendapatkan pengalaman kerja secara nyata dalam

bidang Mikrobiologi dan Parasitologi.

2. Bagi Lahan Praktek Kerja Lapangan :

1) Membantu dalam menyelesaikan pemeriksaan di Laboratorium.

2) Sarana untuk menjembatani perusahaan dengan Institusi pendidikan,

khususnya dalam mencari tenaga kerja yang memenuhi syarat.

3. Bagi Institusi :

Sebagai sarana untuk institusi pendidikan dengan balai atau perusahaan

khususnya dalam memberikan keterampilan sesuai dengan kebutuhan.

1.4 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan

Praktek kerja lapangan dilakukan pada tanggal 6 – 31 Maret 2023 di Balai

Besar Teknik Kesehatan Lingkungan Dan Pegendalian Penyakit (BBTKLPP)

Surabaya. Jam kerja pada BBTKLPP sebagai berikut :

3
Tabel 1. Jam kerja BBTKLPP Surabaya
Jam Kerja
No. Hari Masuk Pulang
1. Senin 07.30 16.00
2. Selasa 07.30 16.00
3. Rabu 07.30 16.00
4. Kamis 07.30 16.00
5. Jum`at 07.00 16.30
6. Sabtu
LIBUR/TUTUP
7. Minggu

BAB II

4
TINJAUAN UMUM

2.1 Pengertian Instansi Tempat Praktek Kerja Lapangan

Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit

(BBTKLPP) Surabaya adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian

Kesehatan RI yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Direktur

Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit berdasarkan Peraturan Menteri

Kesehatan RI No. 2349/MENKES/PER/XI/2011 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Unit Pelaksana Teknis di Bidang Teknik Kesehatan Lingkungan dan

Pengendalian Penyakit. BBTKLPP Surabaya memberikan pelayanan pencegahan

dan pengendalian penyakit melalui upaya deteksi dan respon dini faktor risiko

penyakit dan kejadian penyakit di empat (4) wilayah provinsi Jawa Timur, Bali,

NTB, dan NTT. Wilayah layanan BBTKLPP Surabaya, meliputi 82

kabupaten/kota, 50,53 juta orang atau sekitar 20,02% dari penduduk Indonesia.

Pelayanan kegiatan pencegahan dan pengendalian penyakit di wilayah

layanan ditingkatkan melalui operasionalisasi dua kantor BBTKLPP Surabaya

yang berada di Surabaya dan Instalasi Laboratorium Pencegahan dan

Pengendalian Penyakit (P2P) di Nongkojajar, Kabupaten Pasuruan. Kantor pusat

Surabaya menjadi lokasi aktivitas Bidang Pengembangan Teknologi

Laboratorium, Bidang Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan, Bidang

Surveilans Epidemiologi, Bagian Tata Usaha, 7 instalasi laboratorium dan 5

instalasi penunjang laboratorium. Adapun di Instalasi Laboratorium P2P

5
Nongkojajar terdapat empat (4) laboratorium, yaitu Instalasi Laboratorium

Zoonosis dan Hewan Coba, Instalasi Laboratorium Parasit, Vektor dan

Kecacingan, Instalasi Laboratorium Virologi, dan Instalasi Uji Resistensi Obat.

Dalam melaksanakan tugas, BBTKLPP Surabaya dilengkapi dengan

dukungan laboratorium baik untuk faktor risiko penyakit maupun untuk kejadian

penyakit. BBTKLPP Surabaya bertanggung jawab dalam melaksanakan respon

cepat kejadian penyakit, melakukan surveilans resistensi penyakit potensial KLB,

penilaian dan penanggulangan KLB, wabah serta bencana.

2.2 Tugas Dan Fungsi Tempat Praktek Kerja Lapangan

Tugas pokok dan fungsi BBTKLPP Surabaya berdasarkan Peraturan Menteri

Kesehatan RI No. 2349/MENKES/PER/XI/2011 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Unit Pelaksana Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit.

1. Tugas Pokok BBTKLPP

Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian

Penyakit (BBTKLPP) mempunyai tugas melaksanakan surveilans

epidemiologi, kajian dan penapisan teknologi, laboratorium rujukan,

kendali mutu, kalibrasi, pendidikan dan pelatihan, pengembangan model

dan teknologi tepat guna, kewaspadaan dini dan penanggulangan KLB di

bidang pengendalian penyakit dan kesehatan lingkungan serta kesehatan

matra.

2. Fungsi BBTKLPP, antara lain :

6
1) Pelaksanaan Surveilans Epidemiologi

2) Pelaksanaan Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan

3) Pelaksanaan Laboratorium Rujukan

4) Pelaksanaan Pengembangan Model dan Teknologi Tepat Guna

5) Pelaksanaan Uji Kendali Mutu dan Kalibrasi

6) Pelaksanaan Penilaian dan Respon Cepat, Kewaspadaan Dini, dan

Penanggulangan KLB/Wabah dan Bencana

7) Pelaksanaan Surveilans Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular

8) Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan

9) Pelaksanaan Kajian dan Pengembangan Teknologi Pengendalian

Penyakit, Kesehatan Lingkungan, dan Kesehatan Matra

10) Pengelolaan data dan sistem informasi

11) Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan

12) Pelaksanaan urusan administrasi UPT Bidang Teknik Kesehatan

Lingkungan dan Pengendalian Penyakit

2.3 Tujuan Instansi Tempat Praktek Kerja Lapangan

Tujuan BBTKLPP Surabaya dalam mendukung pembangunan kesehatan,

khususnya pencapaian program pencegahan dan pengendalian penyakit adalah

menjadi pusat unggulan regional dalam surveilans faktor risiko dan teknologi

tepat guna pencegahan dan pengendalian penyakit.

BAB III

7
INSTANSI TEMPAT PKL

3.1 Sejarah Instansi Tempat Praktek Kerja Lapangan

Cikal bakal BBTKLPP Surabaya telah ada semenjak zaman Belanda. Pada

tahun 1920 Dienst voor de volks Gezondheid atau Dinas Layanan Kesehatan

Masyarakat mendirikan Profestation voor Rivier Water Zuivering voor

Drinkwater di Manggarai Jakarta yang bertugas melakukan penyelidikan

lapangan, pengolahan-pengolahan, pencarian jenis-jenis sumber air, dan

rancangan konstruksi guna menunjang penyediaan air minum dan pengawasan

kualitas air minum dan minuman.Setelah Indonesia merdeka, berubah nama

menjadi Laboratorium Kesehatan Teknik (LKT) dan dipindah ke Yogyakarta

sebagai ibukota negara saat itu.Pada Tahun 1953, LKT berubah nama menjadi

Lembaga Ilmu Kesehatan Teknik Bandung Cabang Yogyakarta.

Pada tahun 1967 lembaga Ilmu Kesehatan Teknik Bandung Cabang

Yogyakarta menjadi Laboratorium Kesehatan Teknik di Yogyakarta yang berada

di bawah koordinasi Biro Umum Bagian Teknik Umum dan Teknik Penyehatan

Departemen Kesehatan RI.Tahun 1978, Laboratorium kesehatan Teknik menjadi

Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) dengan Surat keputusan Menteri

Kesehatan RI No. 143/Men.Kes/SK/IV/78, berada di bawah Direktorat Jenderal

Pelayanan Medik Depkes RI. Tahun 1983 dibentuk BTKL Pos Surabaya yang

masih menjadi bagian BTKL Yogyakarta. Pada periode ini juga digagas

pembentukan BTKL di 7 wilayah regional lain oleh Ir. Srijanto (Kepala Subdit

Elektro Medik, Direktorat Instalasi Kesehatan, Dirjen Yankes Depkes RI dan

Kepala BTKL Yogyakarta 1980 – 1985).

8
Saat tahun 1989 Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dipindahkan di bawah

Direktorat Jenderal PPM dan PLP Depkes RI sesuai dengan surat menkes No.

426/Menkes/SK/VI/89 tanggal 23 Juni 1989. Tahun 1993, BTKL Pos Surabaya

berubah nama menjadi BTKL Surabaya. Pada Tahun 1999 BTKL berada di 10

wilayah regional di seluruh Indonesia, yaitu Medan, Batam, Palembang, Jakarta,

Yogyakarta, Surabaya, Banjarbaru, Makassar, Manado, dan Ambon.Tahun 2004

BTKL Surabaya berubah nama menjadi Balai Besar Teknik Kesehatan

Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular (BBTKLPPM). Tahun 2012 –

2020: Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Menular

(BBTKLPPM) berubah nomenklatur menjadi Balai Besar Teknik Kesehatan

lingkungan dan Pengendalian penyakit berdasarkan Permenkes RI Nomor

2349/PER/MENKES/XI/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana

Teknis di Bidang Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit lalu

diganti dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 78 Tahun 2020 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Bidang Teknik Kesehatan

Lingkungan.

3.2 Tata Ruang Instansi Tempat Praktek Kerja Lapangan

Berdasarkan Keputusan Kepala Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan

dan Pengendalian Penyakit Surabaya Nomor : HK.02.03/1/1684/2017 tentang

Penataan Instalasi di Lingkungan BBTKLPP Surabaya, BBTKLPP Surabaya

memiliki 16 instalasi. Dua belas (12) instalasi merupakan instalasi laboratorium,

adapun empat (4) lainnya merupakan instalasi penunjang laboratorium non teknis.

9
 Instalasi Laboratorium Faktor Risiko Penyakit Berasal dari Lingkungan

1. Instalasi Laboratorium Kimia Fisika Media Air

Bertugas melakukan analisa kualitas air minum dan air bersih sesuai

metode analisa SNI dan akreditasi laboratorium pengujian dan kalibrasi

ISO/IEC 17025 : 2017. Tak kurang dari 2000 sampel uji air minum dan air

bersih setiap tahunnya dikerjakan di laboratorium yang didukung 4 orang

pranata laboratorium kesehatan ini.

Kapasitas laboratorium :

1) Pemeriksaan air minum sesuai dengan Permenkes RI

No.492/Menkes/Per/IV/2010 tentang batas syarat kualitas air

minum dengan parameter : suhu, bau, padatan terlarut, kekeruhan,

rasa, warna, pH, Fluorida, besi, mangan, kadmium, kromium total,

seng, kesadahan, klorida, nitrat, nitrit, sulfat,tembaga, dam

amoniak.

2) Pemeriksaan Air Bersih sesuai dengan Permenkes RI

No.416/Menkes/Per/IX/1990 tentang batas syarat kualitas air

bersih dengan parameter : suhu, bau, padatan terlarut, kekeruhan,

rasa, warna, daya hantar listrik, pH, Fluorida, besi, mangan,

kadmium, timbal, seng, kesadahan, klorida, nitrat, nitrit, sulfat, zat

organik, detergen, dan kromium valensi 6.

2. Instalasi Laboratorium Kimia Fisika Limbah Cair

10
Bertugas melakukan analisa kualitas air limbah secara kimia sesuai

metode analisa SNI dan akreditasi laboratorium pengujian dan kalibrasi

ISO/IEC 17025 : 2017. Rata-rata pemeriksaan setiap tahun sebanyak 1500

sampel yang dilakukan 4 orang pranata laboratorium kesehatan yang

kompeten.

Kapasitas laboratorium :

1) Pemeriksaan air limbah rumah sakit, air limbah industi, air limbah

domestik, air badan air, air kolam renang sesuai dengan baku mutu

air limbah berdasarkan peraturan yang berlaku baik nasional

maupun regional.

2) Pengujian air limbah, parameter : suhu,padatan terlarut, padatan

tersuspensi, pH, besi, mangan, tembaga, seng, kadmium, timbal,

nikel, sianida, sulfida, fluorida, klorida, amoniak (NH3-N), nitrit,

nitrat, BOD, COD, Deterjen, Phenol, Krom hexavalen, dan krom

total.

3) Pengujian air badan air, parameter : suhu, padatan terlarut, padatan

tersuspensi, pH, BOD, COD, oksigen terlarut (DO), Phosphat,

nitrat, amoniak (NH3-N), kadmium, kromium, tembaga, besi,

timbal, mangan, seng, klorida, sianida, nitrit, Sulfat, klorin bebas,

H2S, Deterjen, Phenol, dan florida.

4) Pengujian Air Kolam Renang, parameter : bau, benda terapung,

kejernihan, pH, oksigen terabsorbsi, Klorin, tembaga, kesadahan.

3. Instalasi Laboratorium Biologi Media Lingkungan dan Biomarker

11
Bertugas melakukan analisa kualitas bakteriologi air minum, air

bersih,akr,air laut,air badan air,air limbah rumah sakit/domestik/ limbah

klinik, makanan/minuman, swab alat makan/ minum/masak, swab alat

kesehatan/ linen, swab lantai /dinding/AC; melakukan bimbingan teknis

kepada mahasiswa magang, pegawai, dan sebagai laboratorium rujukan

untuk kasus KLB keracunan makanan dan diare di wilayah kerja

BBTKLPP Surabaya. Laboratorium biologi memeriksa 6000 sampel

dengan didukung oleh 4 orang tenaga analis yang profesional.

Kapasitas laboratorium :

Gambar 1. Kapasitas Laboratorium Biologi Media Lingkungan dan


Biomarker (BBTKLPP Surabaya, 2018)

12
4. Instalasi Laboratorium Kimia Fisika Media Udara dan Radiasi

Bertugas melakukan analisa kualitas udara dan radiasi secara kimia

sesuai metode analisa SNI dan akreditasi laboratorium pengujian dan

kalibrasi ISO/IEC 17025 : 2017. Tiap tahun rata-rata laboratorium kimia

fisika media udara dan radiasi memeriksa sebanyak 900sampel.

Pemeriksaan sampel dilakukan oleh 3 orang analis yang kompeten di

bidangnya.

Kapasitas laboratorium :

1) Pengujian Fisika dan Kimia Udara Ambien Sulfur dioksida (SO2),

Nitrogen dioksida (NO2), Oksidan (O3), Amonia (NH3), Karbon

monoksida, H2S, Timah Hitam (Pb), Debu (TSP, PM 10),

kebisingan, suhu, kelembaban, radiasi pengion dan non pengion.

Pemeriksaan Bakteri pada Usap Alat Makan.

2) Pengujian Fisika dan Kimia Udara Ruang (RS, fasyankes) Sulfur

dioksida (SO2), Nitrogen dioksida (NO2), Oksidan (O3), Amonia

(NH3), Karbon monoksida, Debu (TSP, PM 10), kebisingan,

pencahayaan, suhu dan kelembaban.

3) Pengujian Fisika Kimia Udara Lingkungan Kerja Sulfur dioksida

(SO2), Nitrogen dioksida (NO2), Oksidan (O3), Amonia (NH3),

Karbon monoksida, Timah Hitam, H2S, Debu (TSP, PM10),

kebisingan, pencahayaan, suhu dan kelembaban.

13
5. Instalasi Laboratorum Kimia Fisika Padatan, Material, dan Biomarker

Bertugas melakukan analisa kualitas padatan dan biomarker secara

kimia sesuai metode analisa SNI dan akreditasi laboratorium pengujian

dan kalibrasi ISO/IEC 17025 : 2017. Dalam satu tahun rata-rata instalasi

ini melakukan pemeriksaan sebanyak 500 sampel. Instalasi diperkuat

sumber daya manusia sebanyak 2 orang analis laboratorium yang ahli di

bidangnya.

Kapasitas laboratorium :

1) Pengujian Toxicity Characteristic Leaching Procedure (TCLP)

Anorganik (Terakreditasi) Pemeriksaan Logam : plumbum (Pb),

kadmium (Cd), kromium (Cr), copper (Cu), kobalt (Co), nikel (Ni),

seng (Zn), besi (Fe), mangan (Mn).

2) Pengujian Kesuburan tanah (Terakreditasi) Parameter : Kadar air,

pH, Total Organic Carbon (TOC), Total Kjeldahl Nitrogen (TKN)

Proses Pengujian Kandungan Logam Berat Menggunakan Metode

TCLP.

3) Total Logam dalam padatan Parameter : plumbum (Pb), kadmium

(Cd), kromium (Cr), copper (Cu), kobalt (Co), nikel (Ni), seng

(Zn), besi (Fe), mangan (Mn).

4) Parameter lain disesuaikan dengan kemampuan laboratorium :

Silika, kimia makanan (boraks, formalin, nitrit).

6. Instalasi Laboratorium Pengembangan Teknologi Media dan Reagensia

14
Bertugas menyediakan kebutuhan instrumen pengambil sampel dan

media pemeriksaan biologi, serta menyediakan reagensia kerja bagi

laboratorium udara,air,air limbah, dan padat cair. Penyiapan media dan

reagensia didukung oleh 4 orang dengan latar belakang analis

laboratorium kesehatan.

Kapasitas laboratorium :

1) Pembuatan media mikrobiologi lingkungan

2) Sterilisasi dan pemberian label pada peralatan pengujian dan

pengambilan contoh uji

3) Pembuatan reagensia untuk analisa contoh uji lingkungan

4) Melakukan kendali mutu instrumen penunjang pengujian

diantaranya uji fungsi autoclave dan uji fungsi kelaikan bahan

penunjang (alat, media dan reagensia)

5) Mitra dalam pendidikan dan pelatihan baik siswa menengah atas

maupun mahasiswa, dan instansi

6) Melakukan pengembangan metode diantaranya

7) Metode sterilisasi instrumen sampling (botol dengan tutup plastik

bersegel), pengembangan alat sampling makanan dengan kemasan

yang lebih representatif, alat ukur pengambilan swab sanitasi

lingkungan, pengembangan botol sampel khusus pemeriksaan

polio.

7. Instalasi Pengembangan Metode, Kendali Mutu dan Kalibrasi

15
Bertugas melaksanakan kendali mutu, kalibrasi dan melaksanakan uji

banding. Laboratorium kalibrasi BBTKLPP Surabaya didukung 3 orang

SDM yang profesional di bidangnya dan berpengalaman melakukan

kalibrasi di lingkungan laboratorium, rumah sakit dan industri baik

instansi pemerintah maupun swasta. Laboratorium Kalibrasi BBTKLPP

Surabaya telah diakreditasi secara Nasional oleh Komite Akreditasi

Nasional (KAN) dengan register No. LK-144-IDN, sesuai aturan

persyaratan standar ISO/IEC 17025:2017.

Kapasitas laboratorium :

1) Kalibrasi Enclosure, meliputi : Refrigerator, Bath, Inkubator, Oven

2) Kalibrasi Termometer cairan dalam gelas

3) Kalibrasi Termohygrometer

4) Kalibrasi Massa (neraca elektronik)

5) Kalibrasi Volumetrik glassware

6) Kalibrasi pH meter

7) Kalibrasi Conductivity meter

8) Kalibrasi Spektrofotometer

 Instalasi Laboratorium Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P)

BBTKLPP Surabaya di Nongkojajar – Kabupaten Pasuruan

Instalasi laboratorium pencegahan dan pengendalian penyakit (P2P)

BBTKLPP Surabaya di Nongkojajar KabupateN Pasuruan terdapat 4 instalasi

yaitu Instalasi Laboratorium Zoonosis dan Hewan Coba; Instalasi

16
Laboratorium Parasit, Vektor dan Kecacingan; Instalasi Laboratorium

Virologi; dan Instalasi Uji Resistensi Obat.

1. Instalasi Laboratorium Zoonosis dan Hewan Coba

Bertugas Melakukan identifikasi reservoir dan vektor penyakit,

pemeriksaan serologi, bakteriologi dan biomolekular. Tugas tersebut

dalam rangka mendukung program surveilans epidemiologi penyakit

bersumber binatang/Zoonosis khususnya Pes (Plague) dan Leptospirosis.

Pemeriksaan di tunjang peralatan laboratorium, sarana kandang hewan

coba, IPAL, dan Incenerator.

2. Instalasi Laboratorium Parasit, Vektor dan Kecacingan

Instalasi Laboratorium Parasit, vektor, dan kecacingan bertugas dalam

pemeriksaan penyakit tular vektor, parasit, dan cacing. Instalasi

laboratorium pasasitologi & entomologi mempunyai kapasitas personal

yang tersertifikasi nasional dan internasional di bidang parasitologi dan

pengendalian vektor.

Kapasitas laboratorium :

1) Pemeriksaan Malaria Mikroskopis (Identifikasi Nyamuk , Densitas

Parasit) dan Pemeriksaan Menggunakan Metode PCR

2) Pemeriksaan Kecacingan dengan Metode Langsung dan Pemekatan

3) Pemeriksaan Filariasis Secara Mikroskopis dan RDT

4) Pemeriksaan resistensi obat kecacingan secara molekuler

5) Survei Vektor Secara Spot Survei, Survei Longitudinal, Evaluasi

Survey

17
6) Uji Resistensi Insektisida, Uji Efektifitas Kelambu, Uji Efikasi Obat

7) Survey Penemuan Penderita, Misalnya MBS, MFS, Migration Survey

8) Uji Banding Antar Laboratorium Pengujian Untuk Parameter

Mikroskopis Malaria, Bentuk Kegiatan Memberi Dan Menerima

Sediaan Darah Malaria untuk dilakukan pemeriksaan silang

3. Instalasi Laboratorium Virologi

Bertugas Melaksanakan identifikasi adanya infeksi virus melalui

pemeriksaan antigen dan antibodi dengan metode PCR dan ELISA.

4. Instalasi Uji Resistensi Obat

Bertugas Menyiapkan rancangan pelaksanaan identifikasi resistensi

mikroba terhadap antibiotik guna mendukung kajian pencegahan dan

pengendalian penyakit prioritas nasional. Dalam menjalankan tugasnya,

instalasi didukung 3 orang sumberdaya manusia yang kompeten dan

profesional di bidang pengujian mikrobiologi. Laboratorium ini

dikembangkan pertama kali oleh BBTKLPP Surabaya dan menajdi bagian

dari penyediaan data resistensi dengan dinas kesehatan, Direktorat

Jenderal P2P, dan Global Antimicrobial Resistance Surveilans System

(GLASS).

Kapasitas labotarorium : Uji resistensi terhadap antibiotik pada

penyakit yang disebabkan mikroorganisme Eschericia coli dan Salmonella

sp. Sebagai langkah awal, kerjasama dilakukan dengan Dinas Kesehatan

Kabupaten Pasuruan, RSUD Bangil Pasuruan, dan empat (4) Puskesmas di

wilayah Kabupaten Pasuruan.

18
3.3 Struktur Organisasi

19
Gambar 2. Struktur organisasi BBTKLPP Surabaya

1. Koordinator tata usaha

Bagian tata usaha mempunyai tugas melaksanakan penyusunan program dan

laporan, urusan keuangan, kepegawaian, dan umum. Bagian tata usaha terdiri

atas :

1) Sub Koordinator program dan laporan, bertugas dalam penyiapan

bahan penyusunan program, evaluasi dan laporan, serta informasi.

2) Kepala subbagian administrasi umum, bertugas dalam melakukan

keuangan, kepegawaian, urusan tata usaha, perlengkapan, dan rumah

tangga.

2. Koordinator suveilans epidemiologi

Pada bagian ini mempunyai tugas melaksanakanperencanaan dan evaluasi di

bidang surveilans epidemiologi penyakit menular dan penyakit tidak menular,

advokasi dan fasilitasi kesiapsiagaan dan penanggulangan KLB, kajian dan

diseminasi informasi, kesehatan lingkungan, kesehatan matra, kemitraan, dan

jejaring kerja, serta pendidikan dan pelatihan bidang surveilans epidemiologi.

Bidang surveilans epidemiologi terdiri atas :

1) Sub koordinator advokasi kejadian luar biasa, bertugas dalam melakukan

penyiapan bahan perencanaan, evaluasi dan koordinasi pelaksanaan

advokasi, dan fasilitas kejadian luar biasa, serta wabah dan bencana.

2) Sub koordinator pengkajian dan diseminasi, bertugas dalam penyiapan

bahan perencanaan, evaluasi dan koordinasi kajian, pengembangan dan

20
diseminasi informasi, serta pendidikan dan pelatihan bidang surveilans

epidemiologi.

3) Koordinator pengembangan teknologi dan laboratorium (PTL), bertugas

dalam melaksanakan perencanaan dan evaluasi, pengembangan dan

penapisan teknologi dan laboratorium, kemitraan dan jejaring kerja,

kesehatan lingkungan, kesehatan matra serta pendidikan dan pelatihan

bidang pengembangan teknologi dan laboratorium pengendalian penyakit,

kesehatan lingkungan dan kesehatan matra. Bidang pengebangan teknologi

dan laboratorium terdiri atas :

1) Sub koordinator teknologi pengendalian penyakit, bertugas dalam

melakukan penyiapan bahan perencanaan, evaluasi dan koordinasi

pelaksanaan pengembangan dan penapisan teknologi serta pendidikan

dan pelatihan di bidang pengendalian penyakit, kesehatan lingkungan dan

kesehatan manusia.

2) Sub koordinator teknologi laboratorium, bertugas dalam melakukan

penyiapan bahan perencanaan, evaluasi dan koordinasi pelaksanaan

pengembangan teknologi laboratorium, pendidikan dan pelatihan di

bidang pengendalian penyakit, kesehatan lingkungan dan kesehatan

matra.

3. Koordinator analisa dampak kesehatan lingkungan (ADKL)

Bidang Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan mempunyai tugas

melaksanakan perencanaan dan evaluasi pelaksanaan analisis dampak

21
lingkungan fisik dan kimia, serta dampak lingkungan biologi, dan pendidikan

pelatihan di bidang pengendalian penyakit, kesehatan lingkungan, dan

kesehatan manusia. Bidang analisis dampak kesehatan lingkungan terdiri atas :

1) Sub koordinator lingkungan fisik dan kimia, bertugas dalam melakukan

penyiapan bahan perencanaan, evaluasi dan koordinasi pelaksanaan

analisis dampak lingkungan fisik dan kimia di bidang pengendalian

penyakit, kesehatan lingkungan dan kesehatan matra.

2) Sub koordinator lingkungan biologi, bertugas dalam melakukan penyiapan

bahan perencaan, evaluasi dan koordinasi pelaksanaan analisis dampak

lingkungan biologi di bidang pengendalian penyakit dan kesehatan

lingkungan.

3.4 Kegiatan Instansi Praktek Kerja Lapangan

Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan pada semester VI

yang berlangsung selama kurang lebih 1 bulan yang dimulai dari tanggal 06 - 31

Maret 2023. Pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) bertempat di

Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit

(BBTKLPP) Surabaya yang beralamat di Jalan Tenggilis Tengah No. 4,

Kendangsari, Kec. Tenggilis Mejoyo, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur.

BBTKLPP Surabaya memiliki beberapa instansi laboratorium pengujian,

diantaranya yaitu unit laboratorium mikrobiologi dan laboratorium vektor

merupakan unit yang ditempati sebagai lahan untuk PKL. Adapun jadwal

22
kegiatan praktik kerja lapangan berlangsung pada hari Senin sampai Jumat.

Jam Kerja
No. Hari
Masuk Pulang
1. Senin 07.30 16.00
2. Selasa 07.30 16.00
3. Rabu 07.30 16.00
4. Kamis 07.30 16.00
5. Jum`at 07.00 16.30
6. Sabtu
LIBUR/TUTUP
7. Minggu
3.5 Unit Laboratorium Mikrobiologi

Laboratorium mikrobiologi merupakan unit laboratorium yang mendiagnosa

beberapa pemeriksaan yaitu :

1) Pemeriksaan Tuberculosis

2) Pemeriksaan Leptospirosis

3) Pemeriksaan Legionella

4) Pemeriksaaan Kusta

5) Pemeriksaan Difteri

Sedangkan yang sering dikerjakan oleh mahasiswa PKL yaitu pemeriksaan

Tuberculosis dan pemeriksaan Leptospirosis.

1. Pemeriksaan Tuberculosis

Pemeriksaan Tuberculosis adalah pemeriksaan untuk mendeteksi bakteri

Mycobacterium tuberculosis yang menjadi penyebab penyakit tuberkulosis.

Pemeriksaan tuberculosis yang dilakukan di laboratorium mikrobiologi

23
BBTKLPP Surabaya menggunakan sampel dahak dan metode yang digunakan

yaitu PCR (Polymerase Chain Reaction).

Prosedur kerja :

 Tahap preparasi sampel

1) Menyiapkan alat, bahan dan sampel

Alat : Bahan : Sampel :


 Cartridge Buffer (reagen) Dahak
 Pipet steril
 Pot steril
 Spidol
2) Lihat sampel dahak, apabila terlalu banyak sampel dahak dipisahkan

kedalam pot steril, dipipet menggunakan pipet steril sampai tanda batas.

3) Tambahkan buffer (reagen) dengan menggunakan pipet steril sebanyak

2 kali pipetan, perbandingan antara sampel dahak dan buffer (reagen)

yaitu 1 : 2.

4) Dikocok hingga homogen, lalu diamkan selama 10 menit.

5) Setelah 10 menit, dihomogenkan kembali dan diamkan lagi selama 5

menit.

6) Siapkan cartridge dan beri label (nama pasien).

7) Buka cartridge, masukkan sampel kedalam cartridge menggunakan

pipet steril sampai tanda batas, lalu tutup cartridge kembali.

 Tahap pembacaan di alat GeneXpert

1) Pastikan alat GeneXpert dan komputer sudah menyala.

2) Pada halaman pertama di klik “Create Test”.

24
3) Kemudian scan barcode pada cartridge lalu isi identias pasien (nama

pasien, nama faskes pengirim, umur dan alamat).

4) Kemudian klik “Start Test”, lalu masukkan cartridge kedalam alat

GeneXpert.

5) Tunggu selama 1 jam setengah hingga pemeriksaan selesai.

6) Pelaporan hasil.

Gambar 3. Alat GeneXpert

2. Pemeriksaan Leptospirosis

Pemeriksaan Leptospirosis adalah pemeriksaan untuk mendeteksi adanya

bakteri Leptospira yang menjadi penyebab penyakit Leptospirosis.

Pemeriksaan leptospirosis yang dilakukan di laboratorium mikrobiologi

BBTKLPP Surabaya menggunakan sampel organ ginjal tikus, air, whoole

blood, urine dan serum manusia. Metode yang digunakan yaitu PCR

(Polymerase Chain Reaction) untuk sampel organ ginjal tikus, air, whoole

blood, urine dan MAT (Microskopic Aglutination Test) untuk sampel serum.

Prosedur kerja :

 Pemeriksaan Leptospirosis sampel ginjal tikus, metode PCR (Polymerase

Chain Reaction).

25
 Preparasi Sampel

1) Menyiapkan alat, bahan dan sampel yang akan digunakan,

a. Alat : BSC, objek glass, pinset, pisau, microtube, mikropipet

50µl, 1000µl ,tissue, centrifuge, vortex, drybath

b. Bahan : etanol 96% atau 100%

c. Sampel : ginjal tikus

2) Buka penutup wadah ginjal tikus dan ambil menggunakan pinset.

3) Letakkan pada objek glass.

4) Bagi menjadi 2 bagian dan ambil bagian tengah ginjal dengan pisau.

5) Potong bagian yang sudah diambil menjadi kecil-kecil.

6) Masukan pada tutup yang steril dan beri identitas ginjal tikus sesuai

pada wadah.

 Proses Ekstraksi

1) Sampel ginjal pada tube dan dan buka penutup tube.

2) Tambahkan 180 µl Purelink Genomik Digestion Buffer.

3) Tambahkan 20 µl proteinase K dan tutup tube kemudian aduk

dengan vortex.

4) Panaskan pada drybath dengan suhu 55°C sampai lisis.

5) Setiap 2 jam sekali aduk dengan vortex dan letakkan kembali pada

26
drybath dengan suhu 55°C.

6) Keluarkan tube dan homogenkan tube dengan vortex.

7) Centrifuge tube dengan kecepatan maximal selama 3 menit.

8) Pindahkan supernatan ke microtube baru (steril) dan buang

endapannya.

9) Tambahkan 20 ul RNase A dan homogenkan dengan vortex.

10) Inkubasi tube selama 2 menit dalam suhu ruang.

11) Tambahkan 200 µl purelink lysis / Binding Buffer dan homogenkan

dengan vortex.

12) Tanbahkan 20 µl etanol 96-100% kemudian homogenkan dengan

vortex.

 Proses Purifikasi

1) Sampel yang sudah di ekstraksi dipindahkan ke dalam spin column.

2) Centrifuge dengan kecepatan 10.000 rpm selama 1 menit.

3) Ganti collection tube dan tambahkan 500 µl wash buffer 1.

4) Centrifuge dengan kecepatan 10.000 rpm selama 1 menit.

5) Ganti collection tube dan tambahkan 500 µl wash buffer 2.

6) Centrifuge dengan kecepatan 12.000 rpm selama 1 menit.

7) Ganti collection tube dengan microtube steril dan beri kode sampel.

27
8) Tambahkan 50 µl Purelink Genomic Elution Buffer dan biarkan

selama 3 menit.

9) Centrifuge dengan kecepatan 12.000 rpm selama 1 menit.

10) Buang spin column dan tutup microtube steril.

11) Beri keterangan pada rak sampel (Nama sampel, tanggal

pemeriksaan dan asal sampel).

12) Simpan sampel ekstraksi ginjal tikus pada kulkas dengan suhu (-

20°C).

 Pemeriksaan Leptospirosis sampel air, metode PCR (Polymerase Chain

Reaction).

Prosedur Ekstraksi :

1) Menyiapkan alat, bahan dan sampel,

a. Alat : BSC, centrifuge, microtube, mikropipet, vortex, drybath,

spidol, tissue.

b. Bahan : etanol 96% atau 100%

c. Sampel : air

2) Sampel air sebanyak 1000 mL dicentrifuge kemudian diambil

sebanyak 15 mL.

3) Pipet sebanyak 200 µl kedalam tube.

4) Tambahkan sebanyak 20 µl proteinase K kemudian homogenkan

28
menggunakan vortex.

5) Tambahkan 200 µl buffer ATL/AL.

6) Inkubasi di drybath pada suhu 56°C selama 10 menit.

7) Ditambahkan 200 µl etanol kemudian masukkan pada spin column.

8) Centrifuge dengan kecepatan 8000 rpm selama 1 menit .

9) Spin column dipindahkan pada tube.

10) Tambahkan buffer AW 1 sebanyak 500 µl.

11) Centrifuge dengan kecepatan 8000 rpm selama 1 menit.

12) Tambahkan buffer AW 2 sebanyak 500 µl.

13) Centrifuge dengan kecepatan 14.000 rpm selama 3 menit.

14) Pindahkan pada tube kemudian tambahkan buffer AE sebanyak 100

µl.

15) Centrifuge dengan kecepatan 8000 rpm selama 1 menit.

16) Didapatkan hasil ekstraksi dan disimpan pada suhu beku (-20°C).

 Pemeriksaan Leptospirosis sampel serum, metode MAT (Microscopic

Aglutination Test)

 Preparasi Sampel

1) Siapkan tube dan masukkan sampel serum sebanyak 50 µl.

2) Tambahkan PBS sebanyak 450 µl.

29
3) Tutup tube dan masukkan kedalam waterbath dengan suhu 56°C

selama 30 menit.

 Tahap Pemeriksaan

1) Masukkan PBS kedalam sumuran plate sebanyak 40 µl.

2) Tambahkan sampel sebanyak 10 µl.

3) Tambahkan serovar 1-20 sebanyak 50 µl dan rotator sumuran plate.

4) Inkubasi selama 1 jam pada suhu 30°C.

5) Pipet 15 µl sampel yang ada pada sumuran dan teteskan pada objek

glass.

6) Amati di bawah mikroskop dark field (Apabila hasil positif

dilanjutkan ke pengenceran).

 Pengenceran Hasil Positif

1) Masukkan sebanyak 50 µl PBS pada satu kotak sumuran.

2) Pada baris sumuran pertama tambahkan 40 µl PBS dan 10 µl

sampel kemudian homogenkan.

3) Pipet sebanyak 50 µl pada sumuran baris pertama pindahkan

kesumuran baris kedua.

4) Lakukan langkah tersebut hingga baris akhir (Sumuran ke 8).

5) Pada sumuran baris ke 8 buang sisa pengenceran sebanyak 50 µl.

30
6) Tambahkan 50 µl serovar yang positif.

7) Inkubasi selama 1 jam pada suhu 30°C.

8) Pipet sebanyak 15 µl pengenceran yang ada pada sumuran dan

teteskan pada objek glass.

9) Amati dibawah mikroskop dark field.

 Pemeriksaan Leptospirosis sampel whole blood, metode PCR (Polymerase

Chain Reaction).

1) Sampel darah (whole blood) dipipet sebanyak 100 µl dimaskkan ke

dalam microtube.

2) Tambahkan proteinase K sebanyak 20 µl.

3) Tambahkan buffer AL sebanyak 200 µl, homogenkan

menggunakan vortex.

4) Inkubasi di drybath pada suhu 56°C selama 10 menit.

5) Tambahkan etanol sebanyak 200 µl, homogenkan mengunakan

vortex.

6) Semua sampel yang ada di microtube dipindahkan ke spin column

dan dicentrifuge dengan kecepatan 8.000rpm selama 1 menit.

7) Tambahkan buffer AW 1 sebanyak 500 µl dan dicentrifuge dengan

kecepatan 8.000rpm selama 1 menit.

8) Tambahkan buffer AW 2 sebanyak 500 µl dan dicentrifuge dengan

31
kecepatan 14.000rpm selama 3 menit.

9) Silika membran dipindahkan ke microtube yang baru.

10) Tambahkan AE (elution buffer) sebanyak 70 µl dan didiamkan

(inkubasi) pada suhu ruang selama 1 menit.

11) Centrifuge dengan kecepatan 8.000rpm selama 1 menit.

12) Silika membran dibuang .

13) Hasil elution DNA disimpan pada suhu -20°C.

Gambar 4. Alat-alat yang digunakan untuk pemeriksaan Leptospirosis

3.6 Unit Laboratorium Vektor

Laboratorium vektor merupakan unit laboratorium yang mendiagnosa

beberapa pemeriksaan yaitu :

1. Ha Hi Yersinia Pestis

 Pengambilan darah domba

1) Digunting bulu domba dengan gunting pada leher domba.

32
2) Dilakukan palpasi intravena pada leher domba yang telah dibersihkan

atau dicukur.

3) Desinfeksi dengan alkohol 70% pada area yang telah ditentukan.

4) Dilakukan pembendungan pada leher sampai mengembang atau

terbendung intravena dengan tangan.

5) Ditusuk dengan spuit 25 mL dengan posisi lubang di atas, jika darah

telah ingin memasuki Spuit akan terlihat darah pada ujung spuit dan

tarik torak sampai spuit penuh, jika sudah penuh putar dan lepaskan

spuit lalu masukkan dalam erlenmeyer berisi silica gel. Lakukan

pengambilan darah sebanyak dua kali.

6) Digoyang-goyangkan erlenmeyer agar tidak ada bekuan dalam darah.

 Pembuatan SRBC

1) Masukkan 10 mL darah domba segar.

2) Centrifuge dengan kecepatan 3000rpm selama 1 menit

3) Buang supernatan.

4) Cuci dengan cara menambahkan alsever + NaCl perbandingan 1 : 1.

5) Centrifuge dengan kecepatan 3000rpm selama 10 menit.

6) Buanglah supernatannya.

7) Ulangi langkah 4,5,6 sebanyak 5 sampai 6 kali.

8) Sel yang telah dicuci diambil dengan pipet.

9) Disimpan pada suhu 4°C jika tidak segera dipakai.

10) Selanjutnya SRBC dipindahkan pada tube sebanyak 1000 µl.

 Pembuatan Hem Aglutinasi (Ha diluent)

33
1) NRS (Normal Rabbit Serum) sebanyak 1,0 mL.

2) Saline 0,85% sebanyak 99,0 mL.

3) Disterilisasi dengan filtrasi kemudian disimpan pada suhu 4°C dengan

batas waktu selama 12 bulan.

 Persiapan serum atau plasma

1) Inaktif serum atau plasma dengan pemanasan suhu 56°C selama 30

menit.

2) Tambahkan 50 µl SRBC yang telah dicuci ke dalam setiap 0,5 mL

sampel.

3) Biarkan absorpsi selama 30 sampai 60 menit pada suhu kamar atau

semalam pada suhu 4°C.

4) Centrifuge dengan kecepatan 2500rpm selama 10 menit.

5) Pindahkan sampel ke vial baru, sampel siap diperiksa.

6) Simpan pada suhu 4°C bila belum dikerjakan.

 Pemeriksaan 4 well PHA ( tes skrining)

1) Tambahkan 25 µl Ha Diluent ke dalam semua well.

2) Pada masing-masing well pertama dimasukkan 20 µl sampel

3) Lakukan pengenceran serial dari wheel pertama dengan cara mengambil

25 µl dari masing-masing well sampai well keempat, buang 25 µl dari

well terakhir.

4) Tambahkan 25 OLS SRBC yang telah dilarutkan ke dalam semua well,

campur perlahan.

34
5) Tutup permukaan plate dan inkubasi dalam suhu kamar selama 4 jam

atau semalaman pada suhu 4°C.

6) Baca hasil pada keesokan harinya. Bila ada sambel yang positif maka

diteruskan dengan pemeriksaan Hi.

2. Pemeriksaan Leptospirosis pada tikus

 Pengambilan sampel ginjal pada tikus

1) Setelah selesai diidentifikasi tikus dilakukan pembedahan dan

pengambilan organ ginjal tikus.

2) Ginjal tikus disimpan dalam botol vial yang berisi alkohol 70% dan

diberi label.

 Pencacahan dan penggerusan ginjal tikus

1) Diambil ginjal tikus dalam botol vial.

2) Dipotong dan diambil bagian tengah organ ginjal menggunakan pisau

dan pinset yang telah disteril menggunakan alkohol dan bunsen.

3) Diambil sebanyak 2 gram.

4) Dicacah kecil-kecil dan dimasukkan ke dalam microtube.

5) Ditumbuk ginjal dalam microtube menggunakan penumbuk pistol

hingga hancur.

6) Beri label pada microtube.

 Ekstraksi DNA

1) Sampel ginjal ditambahkan 180 µl purelink genomic disgestion buffer

dan 20 µl Proteinase K.

35
2) Dipanaskan dalam metabath 55°C sampai lisis.

3) Aduk dengan vortex.

4) Centrifuge hasil sampel lisis pada kecepatan maksimal yaitu 13.000rpm

selama 3 menit.

5) Dipindahkan supernatan ke microtube baru dan steril.

6) Ditambahkan 20 µl RNase A.

7) Sampel diaduk menggunakan vortex.

8) Di inkubasi selama 2 menit dalam suhu ruang.

9) Ditambahkan 200 µl purelink lisis aduk dengan vortex.

10) Ditambahkan 200 etanol 96-100% aduk dengan vortex.

11) Dilanjutkan dengan purifikasi.

 Purifikasi

1) Sampel yang telah diekstraksi dipindahkan ke dalam spin column.

2) Dicentrifuge dengan kecepatan 10.000rpm selama 1 menit.

3) Diganti collection tube dan ditambah 500 µl wash buffer 1 dan

dicentrifuge dengan kecepatan 10.000rpm selama 1 menit.

4) Diganti collection tube dan ditambah 500 µl wash buffer 2 dan

dicentrifuge dengan kecepatan 12.000rpm selama 1 menit.

5) Diganti collection tube dengan microtube steril.

6) Ditambah 50 µl Purelink Genomic Elution Buffer.

7) Didiamkan 3 menit lalu dicentrifuge dengan kecepatan 12.000rpm

selama 1 menit.

8) Lalu buang spin column dan beri label pada microtube.

36
9) Hasil elution DNA disimpan pada suhu -20°C jika tidak segera

digunakan.

3. Pemeriksaan Yersinia Pestis pada mencit

 Identifikasi tikus

1) Tikus yang tertangkap dimasukkan pada kantong yang telah berisi

identitas dan dilakukan dislokasi leher lakukan identifikasi tikus.

2) Ditulis pada buku sampel identitas tikus yang ditangkap meliputi nama

warga atau lokasi pengambilan habitat jenis tikus, tanggal (hari, bulan,

tahun), jenis kelamin, panjang total, panjang ekor, panjang kaki,

panjang telinga dan timbang berat badan tikus.

3) Diambil darah tikus dengan posisi jarum tepat mengenai jantung

dihisap dengan spuit hingga darah pada mencit tidak keluar lagi atau

habis.

4) Darah dalam spuit dimasukkan pada tabung reaksi dengan cara melepas

jarum atau niddle yang ditujukan supaya darah tikus tidak lisis lalu beri

label.

5) Dicentrifuge dengan kecepatan 3000rpm selama 10 menit.

6) Pisahkan antara serum dan sel darah merah dengan mengambil seluruh

serum dan dimasukkan pada microtube lalu beri label.

7) Serum siap digunakan.

8) Tikus disikat untuk mendapatkan pinjal, jika terdapat pinjal catat jenis

pinjal dan jumlahnya.

37
9) Dimasukkan pinjal ke dalam tabung reaksi yang berisi NaCl.

10) Simpan pada suhu ruang jika tidak langsung digunakan.

 Inokulasi ginjal pada mencit

1) Dibuang NaCl pada tabung reaksi, ditumbuk pinjal dengan

menggunakan tumbuk pistol sampai hancur dan halus.

2) Ditambahkan NaCl sebanyak 0,2 mL pada masing-masing tabung.

3) Di homogenkan masing-masing tabung dan diambil supernatan dari

masing-masing tabung.

4) Dimasukkan kedalam microtube dan dihomogenkan.

5) Diambil suspensi yang telah dihomogenkan menggunakan spuit

sebanyak 0,2 mL.

6) Diinokulasikan pada jaringan bawah kulit pada bagian baawah dada

mencit.

7) Diinkubasi selama 5 hari dan dikontrol setiap hari mengenai makan dan

minum.

8) Jika dalam kurang lebih 2 hari mencit sudah mati kemungkinan

disebabkan penyakit atau infeksi lainnya bukan karena Yersinia Pestis.

9) Jika dalam kurang lebih 5 hari mencit mati maka kemungkinan

disebabkan oleh Yersinia Pestis dan dilakukan pemeriksaan lanjutan.

10) Jika mencit tidak mati maka dapat disimpulkan tidak terdeteksi

Yersinia Pestis.

4. Pemeriksaan malaria

38
 Preparasi sampel nyamuk

1) Sampel nyamuk dipisahkan dari bagian kaki dan sayap.

2) Dimasukkan dalam microtube.

3) Sampel nyamuk ditumbuk dalam microtube hingga hancur.

4) Beri label microtube.

 Ekstraksi DNA

1) Sampel ginjal ditambahkan 180 µl purelink genomic disgestion buffer

dan 20 µl Proteinase K.

2) Dipanaskan dalam metabath 55°C sampai lisis.

3) Aduk dengan vortex.

4) Centrifuge hasil sampel lisis pada kecepatan maksimal yaitu

13.000rpm selama 3 menit.

5) Dipindahkan supernatan ke microtube baru dan steril.

6) Ditambahkan 20 µl RNase A.

7) Sampel diaduk menggunakan vortex.

8) Di inkubasi selama 2 menit dalam suhu ruang.

9) Ditambahkan 200 µl purelink lisis aduk dengan vortex.

10) Ditambahkan 200 etanol 96-100% aduk dengan vortex.

11) Dilanjutkan dengan purifikasi.

 Purifikasi

1) Sampel yang telah diekstraksi dipindahkan ke dalam spin column.

2) Dicentrifuge dengan kecepatan 10.000rpm selama 1 menit.

39
3) Diganti collection tube dan ditambah 500 µl wash buffer 1 dan

dicentrifuge dengan kecepatan 10.000rpm selama 1 menit.

4) Diganti collection tube dan ditambah 500 µl wash buffer 2 dan

dicentrifuge dengan kecepatan 12.000rpm selama 1 menit.

5) Diganti collection tube dengan microtube steril.

6) Ditambah 50 µl Purelink Genomic Elution Buffer.

7) Didiamkan 3 menit lalu dicentrifuge dengan kecepatan 12.000rpm

selama 1 menit.

8) Lalu buang spin column dan beri label pada microtube.

9) Hasil elution DNA disimpan pada suhu -20°C jika tidak segera

digunakan.

5. Pemeriksaan telur cacing pada tanah

1) Timbang sampel tanah 5 gram lalu dimasukkan ke dalam tabung

centrifuge.

2) Aduk hingga homogen dan diamkan beberapa menit sekitar 3-5 menit.

3) Centrifuge dengan kecepatan 2.000rpm kurang lebih 2 menit.

4) Buang supernatan, endapan ditambah MgSO4 atau NaCl jenuh sampai

90% volume tabung.

5) Centrifuge dengan kecepatan 2.500rpm selama 5 menit.

6) Lalu ditambah NaCl jenuh sampai permukaan tabung hingga sedikit

menggembung atau cembung.

7) Tutup dengan cover glass tunggu 30 menit.

40
8) Jika terdapat telur cacing maka telur akan mengapung dan menempel

pada cover glass.

9) Pindahkan cover glass pada objek glass yang sebelumnya sudah

ditetesi eosin.

10) Dibaca pada mikroskop dengan perbesaran 400x (lensa objektif 40x

dan lensa okuler 10x).

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pemeriksaan Tuberculosis

Pemeriksaan Tuberculosis adalah pemeriksaan untuk mendeteksi bakteri

Mycobacterium tuberculosis yang menjadi penyebab penyakit tuberkulosis.

Pemeriksaan tuberculosis yang dilakukan di laboratorium mikrobiologi

BBTKLPP Surabaya menggunakan sampel dahak dan metode yang digunakan

yaitu PCR (Polymerase Chain Reaction) atau yang biasa disebut dengan TCM

(Tes cepat molekuler).

4.2 Pemeriksaan Leptospirosis

41
Penyakit leptospirosis merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh

infeksi bakteri yang berbentuk spiral dari genus leptospira yang patogen. Penyakit

leptospirosis menyebar melalui air kencing hewan yang terinfeksi oleh bakteri

leptospira. Hewan yang sering menjadi vektor penyakit ini yaitu tikus. Manusia

bisa terinfeksi leptospirosis melalui kontak langsung dengan urine hewan yang

terinfeksi atau melalui air, tanah, atau makanan yang terkontaminasi.

42
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit

(BBTKLPP) merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang memberikan

pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit melalui upaya deteksi dan

respon dini faktor resiko penyakit dan kejadian penyakit. BBTKLPP Surabaya

memberikan pelayanan ini diempat wilayah provinsi, yakni Jawa Timur, Bali,

Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat. Dari kegiatan Praktik Kerja

Lapangan (PKL) mahasiswa mendapatkan manfaat sebagai berikut :

43
1. Pengetahuan dan kemampuan dalam menganalisis sampel air bersih, air

minum, dan makanan secara fisika, kimia dan mikrobiologi dengan

beberapa parameter analisis.

2. Berkesempatan untuk mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari selama

perkuliahan.

3. Pengalaman melakukan analisis yang sesuai dengan SOP di laboratorium

dalam dunia kerja yang sebenarnya.

44

Anda mungkin juga menyukai