Laporan PKL BBTKL
Laporan PKL BBTKL
Laporan PKL BBTKL
Oleh :
2023
i
PENGESAHAN
Saudi Fitri Susanti, S. Si, M.Si Masfah Raudlotus Shofiyyah, S.Si., M.Si
ii
PERSETUJUAN
iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN
Penulisan Laporan PKL ini dibuat berdasarkan hasil penulisan, pemikiran dan
pemaparan penulis sendiri baik naskah laporan maupun kegiatan yang tercantum
sebagai bagian dari laporan PKL. Jika terdapat karya orang lain maka penulis
mencantumkan sumber yang jelas.
Koordinator Mahasiswa
Putri Fitriani
20200101337
(BBTKLPP) SURABAYA”
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan salah satu mata kuliah wajib di
Delima Husada Gresik yang dilaksanakan pada semester VI. Tujuan dari
belajar bagi peserta didik sesuai dengan kompetensi yang hendak dicapai.
Kerja Lapangan (PKL) ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami
Penyusun
v
DAFTAR ISI
vi
BAB I
PENDAHULUAN
pendidikan, yang memadukan program antara pendidikan dan dunia kerja. Praktek
dapat menumbuhkan rasa disiplin dan tanggung jawab mahasiswa terhadap apa
mahasiswa tidak akan mengetahui situasi dan kondisi secara langsung dunia kerja.
Praktek Kerja Lapangan, perlu dilakukan dari pihak institusi yang berisikan
mempunyai beberapa tugas dan tanggung jawab untuk melakukan berbagai jenis
1
Anatomi. Pemeriksaan ini menggunakan instrumentasi untuk memperlancar
satu unit pelayanan kesehatan, diharapkan memberikan informasi teliti dan akurat
kesiapan seluruh profesi kesehatan dalam menyongsong hal tersebut. Untuk itu
perlu disusun satu kurikulum pendidikan berbasis kompetensi yang sesuai dengan
menumbuhkan dan meningkatkan sikap sebagai tenaga kesehatan yang profesional serta
2
1.3 Manfaat Praktek Kerja Lapangan
1. Bagi Mahasiswa :
3. Bagi Institusi :
3
Tabel 1. Jam kerja BBTKLPP Surabaya
Jam Kerja
No. Hari Masuk Pulang
1. Senin 07.30 16.00
2. Selasa 07.30 16.00
3. Rabu 07.30 16.00
4. Kamis 07.30 16.00
5. Jum`at 07.00 16.30
6. Sabtu
LIBUR/TUTUP
7. Minggu
BAB II
4
TINJAUAN UMUM
dan pengendalian penyakit melalui upaya deteksi dan respon dini faktor risiko
penyakit dan kejadian penyakit di empat (4) wilayah provinsi Jawa Timur, Bali,
kabupaten/kota, 50,53 juta orang atau sekitar 20,02% dari penduduk Indonesia.
5
Nongkojajar terdapat empat (4) laboratorium, yaitu Instalasi Laboratorium
dukungan laboratorium baik untuk faktor risiko penyakit maupun untuk kejadian
matra.
6
1) Pelaksanaan Surveilans Epidemiologi
menjadi pusat unggulan regional dalam surveilans faktor risiko dan teknologi
BAB III
7
INSTANSI TEMPAT PKL
Cikal bakal BBTKLPP Surabaya telah ada semenjak zaman Belanda. Pada
tahun 1920 Dienst voor de volks Gezondheid atau Dinas Layanan Kesehatan
sebagai ibukota negara saat itu.Pada Tahun 1953, LKT berubah nama menjadi
di bawah koordinasi Biro Umum Bagian Teknik Umum dan Teknik Penyehatan
Pelayanan Medik Depkes RI. Tahun 1983 dibentuk BTKL Pos Surabaya yang
masih menjadi bagian BTKL Yogyakarta. Pada periode ini juga digagas
pembentukan BTKL di 7 wilayah regional lain oleh Ir. Srijanto (Kepala Subdit
8
Saat tahun 1989 Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dipindahkan di bawah
Direktorat Jenderal PPM dan PLP Depkes RI sesuai dengan surat menkes No.
berubah nama menjadi BTKL Surabaya. Pada Tahun 1999 BTKL berada di 10
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Bidang Teknik Kesehatan
Lingkungan.
adapun empat (4) lainnya merupakan instalasi penunjang laboratorium non teknis.
9
Instalasi Laboratorium Faktor Risiko Penyakit Berasal dari Lingkungan
Bertugas melakukan analisa kualitas air minum dan air bersih sesuai
ISO/IEC 17025 : 2017. Tak kurang dari 2000 sampel uji air minum dan air
Kapasitas laboratorium :
amoniak.
10
Bertugas melakukan analisa kualitas air limbah secara kimia sesuai
kompeten.
Kapasitas laboratorium :
1) Pemeriksaan air limbah rumah sakit, air limbah industi, air limbah
domestik, air badan air, air kolam renang sesuai dengan baku mutu
maupun regional.
total.
11
Bertugas melakukan analisa kualitas bakteriologi air minum, air
Kapasitas laboratorium :
12
4. Instalasi Laboratorium Kimia Fisika Media Udara dan Radiasi
bidangnya.
Kapasitas laboratorium :
13
5. Instalasi Laboratorum Kimia Fisika Padatan, Material, dan Biomarker
dan kalibrasi ISO/IEC 17025 : 2017. Dalam satu tahun rata-rata instalasi
bidangnya.
Kapasitas laboratorium :
kadmium (Cd), kromium (Cr), copper (Cu), kobalt (Co), nikel (Ni),
TCLP.
(Cd), kromium (Cr), copper (Cu), kobalt (Co), nikel (Ni), seng
14
Bertugas menyediakan kebutuhan instrumen pengambil sampel dan
laboratorium kesehatan.
Kapasitas laboratorium :
polio.
15
Bertugas melaksanakan kendali mutu, kalibrasi dan melaksanakan uji
Kapasitas laboratorium :
3) Kalibrasi Termohygrometer
6) Kalibrasi pH meter
8) Kalibrasi Spektrofotometer
16
Laboratorium Parasit, Vektor dan Kecacingan; Instalasi Laboratorium
pengendalian vektor.
Kapasitas laboratorium :
Survey
17
6) Uji Resistensi Insektisida, Uji Efektifitas Kelambu, Uji Efikasi Obat
(GLASS).
18
3.3 Struktur Organisasi
19
Gambar 2. Struktur organisasi BBTKLPP Surabaya
laporan, urusan keuangan, kepegawaian, dan umum. Bagian tata usaha terdiri
atas :
tangga.
advokasi, dan fasilitas kejadian luar biasa, serta wabah dan bencana.
20
diseminasi informasi, serta pendidikan dan pelatihan bidang surveilans
epidemiologi.
kesehatan manusia.
matra.
21
lingkungan fisik dan kimia, serta dampak lingkungan biologi, dan pendidikan
lingkungan.
yang berlangsung selama kurang lebih 1 bulan yang dimulai dari tanggal 06 - 31
merupakan unit yang ditempati sebagai lahan untuk PKL. Adapun jadwal
22
kegiatan praktik kerja lapangan berlangsung pada hari Senin sampai Jumat.
Jam Kerja
No. Hari
Masuk Pulang
1. Senin 07.30 16.00
2. Selasa 07.30 16.00
3. Rabu 07.30 16.00
4. Kamis 07.30 16.00
5. Jum`at 07.00 16.30
6. Sabtu
LIBUR/TUTUP
7. Minggu
3.5 Unit Laboratorium Mikrobiologi
1) Pemeriksaan Tuberculosis
2) Pemeriksaan Leptospirosis
3) Pemeriksaan Legionella
4) Pemeriksaaan Kusta
5) Pemeriksaan Difteri
1. Pemeriksaan Tuberculosis
23
BBTKLPP Surabaya menggunakan sampel dahak dan metode yang digunakan
Prosedur kerja :
kedalam pot steril, dipipet menggunakan pipet steril sampai tanda batas.
yaitu 1 : 2.
menit.
24
3) Kemudian scan barcode pada cartridge lalu isi identias pasien (nama
GeneXpert.
6) Pelaporan hasil.
2. Pemeriksaan Leptospirosis
blood, urine dan serum manusia. Metode yang digunakan yaitu PCR
(Polymerase Chain Reaction) untuk sampel organ ginjal tikus, air, whoole
blood, urine dan MAT (Microskopic Aglutination Test) untuk sampel serum.
Prosedur kerja :
Chain Reaction).
25
Preparasi Sampel
4) Bagi menjadi 2 bagian dan ambil bagian tengah ginjal dengan pisau.
6) Masukan pada tutup yang steril dan beri identitas ginjal tikus sesuai
pada wadah.
Proses Ekstraksi
dengan vortex.
5) Setiap 2 jam sekali aduk dengan vortex dan letakkan kembali pada
26
drybath dengan suhu 55°C.
endapannya.
dengan vortex.
vortex.
Proses Purifikasi
7) Ganti collection tube dengan microtube steril dan beri kode sampel.
27
8) Tambahkan 50 µl Purelink Genomic Elution Buffer dan biarkan
selama 3 menit.
12) Simpan sampel ekstraksi ginjal tikus pada kulkas dengan suhu (-
20°C).
Reaction).
Prosedur Ekstraksi :
spidol, tissue.
c. Sampel : air
sebanyak 15 mL.
28
menggunakan vortex.
µl.
16) Didapatkan hasil ekstraksi dan disimpan pada suhu beku (-20°C).
Aglutination Test)
Preparasi Sampel
29
3) Tutup tube dan masukkan kedalam waterbath dengan suhu 56°C
selama 30 menit.
Tahap Pemeriksaan
5) Pipet 15 µl sampel yang ada pada sumuran dan teteskan pada objek
glass.
dilanjutkan ke pengenceran).
30
6) Tambahkan 50 µl serovar yang positif.
Chain Reaction).
dalam microtube.
menggunakan vortex.
vortex.
31
kecepatan 14.000rpm selama 3 menit.
1. Ha Hi Yersinia Pestis
32
2) Dilakukan palpasi intravena pada leher domba yang telah dibersihkan
atau dicukur.
telah ingin memasuki Spuit akan terlihat darah pada ujung spuit dan
tarik torak sampai spuit penuh, jika sudah penuh putar dan lepaskan
Pembuatan SRBC
3) Buang supernatan.
6) Buanglah supernatannya.
33
1) NRS (Normal Rabbit Serum) sebanyak 1,0 mL.
menit.
sampel.
well terakhir.
campur perlahan.
34
5) Tutup permukaan plate dan inkubasi dalam suhu kamar selama 4 jam
6) Baca hasil pada keesokan harinya. Bila ada sambel yang positif maka
2) Ginjal tikus disimpan dalam botol vial yang berisi alkohol 70% dan
diberi label.
hingga hancur.
Ekstraksi DNA
dan 20 µl Proteinase K.
35
2) Dipanaskan dalam metabath 55°C sampai lisis.
selama 3 menit.
6) Ditambahkan 20 µl RNase A.
Purifikasi
selama 1 menit.
36
9) Hasil elution DNA disimpan pada suhu -20°C jika tidak segera
digunakan.
Identifikasi tikus
2) Ditulis pada buku sampel identitas tikus yang ditangkap meliputi nama
warga atau lokasi pengambilan habitat jenis tikus, tanggal (hari, bulan,
dihisap dengan spuit hingga darah pada mencit tidak keluar lagi atau
habis.
4) Darah dalam spuit dimasukkan pada tabung reaksi dengan cara melepas
jarum atau niddle yang ditujukan supaya darah tikus tidak lisis lalu beri
label.
6) Pisahkan antara serum dan sel darah merah dengan mengambil seluruh
8) Tikus disikat untuk mendapatkan pinjal, jika terdapat pinjal catat jenis
37
9) Dimasukkan pinjal ke dalam tabung reaksi yang berisi NaCl.
masing-masing tabung.
mencit.
7) Diinkubasi selama 5 hari dan dikontrol setiap hari mengenai makan dan
minum.
10) Jika mencit tidak mati maka dapat disimpulkan tidak terdeteksi
Yersinia Pestis.
4. Pemeriksaan malaria
38
Preparasi sampel nyamuk
Ekstraksi DNA
dan 20 µl Proteinase K.
6) Ditambahkan 20 µl RNase A.
Purifikasi
39
3) Diganti collection tube dan ditambah 500 µl wash buffer 1 dan
selama 1 menit.
9) Hasil elution DNA disimpan pada suhu -20°C jika tidak segera
digunakan.
centrifuge.
2) Aduk hingga homogen dan diamkan beberapa menit sekitar 3-5 menit.
40
8) Jika terdapat telur cacing maka telur akan mengapung dan menempel
ditetesi eosin.
10) Dibaca pada mikroskop dengan perbesaran 400x (lensa objektif 40x
BAB IV
PEMBAHASAN
yaitu PCR (Polymerase Chain Reaction) atau yang biasa disebut dengan TCM
41
Penyakit leptospirosis merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh
infeksi bakteri yang berbentuk spiral dari genus leptospira yang patogen. Penyakit
leptospirosis menyebar melalui air kencing hewan yang terinfeksi oleh bakteri
leptospira. Hewan yang sering menjadi vektor penyakit ini yaitu tikus. Manusia
bisa terinfeksi leptospirosis melalui kontak langsung dengan urine hewan yang
42
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
respon dini faktor resiko penyakit dan kejadian penyakit. BBTKLPP Surabaya
memberikan pelayanan ini diempat wilayah provinsi, yakni Jawa Timur, Bali,
Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat. Dari kegiatan Praktik Kerja
43
1. Pengetahuan dan kemampuan dalam menganalisis sampel air bersih, air
perkuliahan.
44