Laporan Akhir Manajemen Bencana Gedung Fikes Lantai 2 Sayap Kanan (Kebakaran Dan Gempa Bumi)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN AKHIR MANAJEMEN BENCANA GEDUNG FIKES LANTAI 2 SAYAP

KANAN (KEBAKARAN DAN GEMPA BUMI)

Dosen Pembimbing : Ns. Retna Tri Astuti, M. Kep

Disusun Oleh :
Zini Puspitasari (19.0601.0017) Reni Maynitasari (19.0601.0022)
Randhika Alfhan A F (19.0601.0018) Mei Lutfi A (19.0601.0023)
Iqbal Maulana (19.0601.0019) Nirmala Titah K (19.0601.0024)
Ella Pradita I (19.0601.0020) Vita Arwin S (19.0601.0025)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUAMMADIYAH MAGELANG
2022

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dengan judul “LAPORAN AKHIR
MANAJEMEN BENCANA GEDUNG FIKES LANTAI 2 SAYAP KANAN
(KEBAKARAN DAN GEMPA BUMI)”

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Magelang, 18 Mei 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

BAB I....................................................................................................................................................5

PENDAHULUAN................................................................................................................................5

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................5

1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................6

1.3 Tujuan..................................................................................................................................6

1.4 Manfaat................................................................................................................................6

BAB II..................................................................................................................................................7

TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................................................7

2.1 Konsep Bencana.........................................................................................................................7

2.1.1 Definisi.................................................................................................................................7

2.1.2 Jenis-jenis Bencana.............................................................................................................7

2.1.3 Faktor yang mempengaruhi bencana................................................................................9

2.2 Konsep Dasar Kesiapsiagaan..................................................................................................10

2.2.4 Definisi kesiapsiagaan.......................................................................................................10

2.2.5 Parameter untuk mengukur kesiapsiagaan.............................................................10

2.3.1 Faktor yang mempengaruhi kesiapsiagaan.................................................................11

BAB III...............................................................................................................................................12

TINJAUAN KASUS..........................................................................................................................12

3.1 Profil FIKES......................................................................................................................12

BAB IV...............................................................................................................................................13

PEMBAHASAN.................................................................................................................................13

4.2 Hal-hal yang perlu diperhatikan saat terjadi bencana.........................................................13

4.3 Manajemen Bencana Gempa Bumi...................................................................................13

BAB V.................................................................................................................................................17

3
KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................................................................17

5.1 Kesimpulan.........................................................................................................................17

5.2 Saran...................................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................18

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia adalah salah satu negara yang rawan akibat berbagai bencana alam, seperti
Gempa bumi, tsunami tanah longsor dan banjir. Sebagai sumber awal mengapa Indonesia
menjadi wilayah yang rawan bencana salah satunya adalah karena Indonesia masuk
dalam wilayah jalur lingkaran api atau yang sering disebut dengan Cincin Api (Ring Of
Fire). Cincin Api Pasifik adalah gugusan gunung berapi di kawasan Pasifik yang
melewati wilayah Indonesia, sehingga membuat wilayah ini rawan letusan vulkanik dan
gempa bumi. Cincin Api Pasifik berbentuk seperti tapal kuda mengelilingi cekungan
samudera pasifik dengan panjang jalur kurang lebih 40.000 km. Tercatat, sekitar 90
persen kejadian gempa bumi di seluruh dunia terjadi di Cincin Api Pasifik. Dan sekitar 81
persen gempa di jalur Cincin Api Pasifik merupakan gempa terbesar di dunia. Jalur
Cincin Api Pasifik menyebabkan terdapatnya sekitar 400 gunung api di Indonesia, dengan
130 diantaranya merupakan gunung api dengan status aktif.1 Dengan banyaknya gunung
api tersebut membuat tanah Indonesia subur, dan juga kaya akan mineral berharga.
Namun di balik semua itu, bumi Indonesia menyimpan bencana yang sewaktu waktu
terjadi, baik dari letusan vulkanik gunung api maupun gempa bumi. Selain gempa bumi,
Indonesia ternyata rentan juga terhadap bencana alam seperti tsunami, tanah longsor,
angin puting beliung dan banjir yang dalam 10 tahun terakhir ini melanda Indonesia,
diantara macam 1 No Author, cincin api dan fenomenanya. 2 bencana tersebut yang
mengancam adalah banjir. Banjir masih mendominasi jenis bencana di Indonesia, nomor
duanya puting beliung.2 Hal semacam ini apabila tidak dilakukan penanganan secara
responsive oleh pemerintah maka dapat mengakibatkan dampak yang sangat buruk pada
kehidupan manusia, ekonomi, dan lingkungan. Dalam kaitannya dengan bencana maka
tidak lain halnya bencana seperti banjir juga dapat masuk dalam kategori sebuah bencana
apabila peristiwa atau rangkaian peristiwa tersebut mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.3 Dari
problem diatas memang yang jadi permasalahan saat ini adalah kurang optimalnya
manajemen terhadap penanggulangan bencana banjir yang baik dan didukung dengan

5
faktor alam yaitu gundulnya hutan yang kemudian menyebabkan banjir selalu terjadi
setiap tahunnya di Indonesia khususnya di daerah yang rawan terkena bencana banjir.
Oleh karenanya landasan nasional dalam penanggulangan bencana dan pengurangan
risiko bencana akan memberikan advokasi dan dukungan kepada pemerintah dalam upaya
melaksanakan penyelenggaraan penanggulangan bencana nasional dan penanggulangan
bencana di daerah secara terencana, sistematis dan menyeluruh. Secara khusus
penanggulangan bencana di daerah ditangani oleh Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD), hal ini dikarenakan BPBD merupakan 2Muhammad Ali, Indonesia
Rawan Bencana, DPR Minta Mendagri Perluas BPBD. 3 Undang-Undang Nomor 24
tahun 2007 Pasal 1 tentang Penanggulangan Bencana. 3 unsur pelaksana yang
mempunyai tugas melaksanakan urusan Pemerintah Daerah dan sebagai unsur pelaksana
penyelenggara penanggulangan bencana yang ada di daerah. Ketentuan mengenai
pembentukan, fungsi, tugas, struktur organisasi dan tata kerja lembaga BPBD diatur
dalam Peraturan Daerah masing-masing.4
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara manajemen bencana Ketika gempa bumi dan kebakaran di Gedung
fikes lantai 2 ruang dekanan Universitas Muhammadiyah Magelang?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui cara manajemen bencana Ketika terjadi bencana gempa bumo dan
kebakaran di Gedung fikes lantai 2 ruang dekanan Universitas Muhammadiyah
Magelang.
1.4 Manfaat
1. Bagi penulis
Dapat memberikan pengetahuan serta pemahaman baru bagi penulis bagaimana cara
manajemen bencana gempa bumi dan kebakaran di Gedung fikes lantai 2 ruang
dekanan Universitas Muhammadiyah Magelang.
2. Bagi pembaca
Melalui makalah ini diharapkan mampu memberikan informasi untuk pembaca
mengenai bagaimana cara manajemen bencana gempa bumi dan kebakaran di Gedung
fikes lantai 2 ruang dekanan Universitas Muhammadiyah Magelang.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Bencana


2.1.1 Definisi
Bencana adalah peristiwa atau kejadian potensial yang merupakan ancaman terhadap
kesehatan, keamanan atau kesejahteraan masyarakat atau fungsi ekonomi masyarakat maupun
kesatuan organisasi pemerintah yang lebih luas (Fitriadi et al. 2017).
Bencana merupakan suatu peristiwa alam yang mengakibatkan dampak besar bagi populasi
manusia. Peristiwa ini dapat berupa banjir, gempa bumi, letusan gunung api, tanah longsor,
tsunami (Wiarto, 2017).
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan atau
faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (Ramli, 2010).

2.1.2 Jenis-jenis Bencana


Menurut Ramli (2010), bencana diklasifikasi atas 3 macam sebagai berikut :
1. Bencana Alam
Yaitu bencana yang bersumber dari fenomena alam seperti letusan gunung api, banjir,
pemanasan global, tanah longsor, gempa bumi, dan tsunami. Ramli (2010) bencana
alam terjadi hampir sepanjang tahun diberbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia.
Jenis bencana alam sangat banyak diantaranya sebagai berikut :
a) Gempa Bumi Gempa bumi merupakan peristiwa alam yang belum dapat
diprediksi terjadinya sehingga dapat menimbulkan kerugian material dan
merenggut nyawa manusia (Ayub et al., 2020).
b) Tsunami Tsunami berasal dari bahasa Jepang (tsu = pelabuhan, nami =
gelombang) yang dapat diartikan sebagai gelombang pasang. Umumnya,
tsunami menerjang pantai landai. Tsunami diperkirakan terjadi karena adanya
perpindahan badan air yang disebabkan perubahan muka laut secara vertical
dengan tiba-tiba yang disebabkan oleh berbagai faktor, karena gempa bumi
yang berpusat di bawah laut, longsor bawah laut (Ramli, 2010).

7
c) Letusan Gunung Api Letusan terjadi akibat endapan magma di dalam perut
bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Magma adalah
cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan bumi dengan suhu yang sangat
tinggi, yakni diperkirakan lebih dari 1.000C.
d) Banjir Banjir merupakan bencana alam yang paling dapat diramalkan
kedatangannya. Karena berhubungan besar curah hujan. Banjir pada umumnya
terjadi di daratan rendah dan di bagian hilir daerah aliran sungai. Umumnya
berupa delta maupun alluvial. Secara geologis, berupa lembah atau bentuk
cekungan bumi lainnya dengan porositas rendah. Banjir adalah tanah
tergenang akibat luapan sungai, yang disebabkan oleh hujan deras atau banjir
akibat kiriman dari daerah lain yang berada ditempat yang lebih tinggi
(Findayani et al,. 2015).
e) Longsor Longsor merupakan gejala alam untuk mencapai kondisi kestabilan
kawasan. Seperti halnya banjir, sebenarnya gerakan tanah merupakan bencana
alam yang dapat diramalkan kedatangannya, karena berhubungan dengan
besar curah hujan (Ramli, 2010).
2. Bencana Non Alam
Adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non alam
yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, dan wabah penyakit.
3. Bencana Sosial
Adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik social antar kelompok atau antar
komunitas masyarakat dan teror.

8
2.1.3 Faktor yang mempengaruhi bencana
Menurut Nurjanah et al. (2012) menyebutkan faktor yang mempengaruhi bencana yaitu :
1) Bahaya (Hazard) Bahaya merupakan suatu fenomenan alam atau buatan yang
mempunyai potensi mengancam kehidupan manusia, kerugian harta benda dan
kerusakan lingkungan. Bahaya dikelompokan menjadi 2 yaitu bahaya alami yang
terdiri dari bahan geologi, hidrologi-meteorologi, biologi dan lingkungan. Sedangkan
bahaya buatan manusia yang terdiri dari kegagalan teknologi, degradai, lingkungan
dan konflik.
2) 2) Kerentanan (Vulnerability) Kerentanan adalah suatu kondisi dari suatu masyarakat
yang menyebabkan ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bahaya. Faktor-
faktor yang mempengaruhi kerentanan adalah sebagai berikut :
a) Kerentanan fisik Menggambarkan suatu kondisi fisik yang rawan terhadap faktor
bahaya tertentu seperti persentase kawasan terbangun, kepadatan bangunan, jaringan
listrik, rasio panjang jalan dan jalan kereta api.
b) Kerentanan sosial Menggambarkan suatu kondisi tingkat kerapuhan sosial dalam
menghadapi bencana seperti kepadatan penduduk, laju pertumbuhan penduduk dan
persentase penduduk usia balita-lansia.
c) Kerentanan ekonomi Menggambarkan suatu kondisi tingkat kerapuhan ekonomi
dalam mengahadapi ancaman bencana seperti persentase rumah tangga yang bekerja
di sector rentan dan persentase rumah tangga miskin.
d) Kerentanan lingkungan Menggambarkan suatu kondisi tingkat kerapuhan
lingkungan dalam menghadapi bencana meliputi ketersediaan atau kerusakan sumber
daya seperti lahan, udara dan air. 3) Resiko bencana (Disaster Risk) Resiko bencana
adalah interaksi antara tingkat kerentanan daerah dengan ancaman bahaya yang ada.
Secara umum bahaya menunjukkan kemungkinan terjadinya bencana, baik alam
maupun non alam. Kerentanan menunjukkan kerawanan yang dihadapi suatu
masyarakat dalam menghadapi ancaman. Semakin tinggi bahaya dan kerentanan akan
semakin besar resiko bencana yang dihadapi. Upaya yang dapat dilakukan dalam
mengurangan resiko bencana yaitu melalui penurunan tingkat kerentanan karena hal
ini relative lebih mudah dibandingkan dengan mengurangi atau memperkecil bahaya,
social dan lingkungan.

9
2.2 Konsep Dasar Kesiapsiagaan
2.2.1 Definisi kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana
melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
Kesiapsiagaan dilakukan untuk memastikan upaya secara tepat dan cepat dalam menghadapi
bencana (Aminudin, 2013). The Indonesian Development of Education and Permaculture
(IDEP) tahun 2007 menyatakan tujuan kesiapsiagaan yaitu :
a. Mengurangi ancaman
b. Mengurangi kerentanan masyarakat
c. Mengurangi akibat d. Menjalin kerjasama

2.2.2 Parameter untuk mengukur kesiapsiagaan


Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang bekerja sama dengan United Nations
Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) pada tahun 2006 menetapkan 5
(lima) fraktor kritis yang kemudian disepakati menjadi parameter untuk mengukur
kesiapsiagaan untuk mengantisipasi bencana alam dalam kerangka kerja kajian (Assessment
Framework). Kelima parameter tersebut yaitu:
a. Pengetahuan
Sikap dan keterampilan dalam melakukan tindakan terhadap risiko bencana Dasar dari
setiap sikap dan tindakan manusia adalah adanya persepsi, pengetahuan dan
keterampilan yang dimilikinya.
b. Kebijakan dan panduan
Kebijakan dalam kesiapsiagaan meliputi: pendidikan publik emergency planning,
sistem peringatan bencana bencana dan mobilisasi sumber daya.
c. Rencana untuk keadaan darurat bencana
Rencana yang berkaitan dengan evakuasi pertolongan dan penyelamatan merupakan
bagian penting dalam kesiapsiagaan untuk meminimakan timbulnya korban saat
bencana.
d. Sistim peringatan bencana
Tanda peringatan dan distribusi informasi akan terjadinya bencana sangat diperlukan
agar masyarakat dapat melakukan tindakan tepat dalam penyelamatan diri sendiri
orang lain harta benda dan mencegah kerusakan lingkungan yang meluas.
e. Mobilisasi sumber daya

10
Sumber daya meliputi Sumber Daya Manusia (SDM) maupun sarana dan prasarana
yang merupakan faktor pendukung dalam kesiapsiagaan bencana alam.
2.2.3 Faktor yang mempengaruhi kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan suatu komunitas dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu. Menurut LIPI-
UNESCO/ISDR (2006) faktor yang dapat mempengaruhi kesiapsiagaan terhadap bencana,
antara lain :
a. Kondisi fisik dan keadaan sosial budaya
b. Kelembagaan sosial
c. Kemampuan ekonomi
d. Pengetahuan
e. Sikap dan Perilaku

11
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Profil FIKES


Universitas Muhammadiyah Magelang Fakultas Ilmu Kesehatan memiliki total tiga lantai.
Lantai pertama berupa lantai laboratorium keperawatan dan laboratorium farmasi. Lantai
kedua berupa aula, ruang dosen, ruang Tata Usaha, Ruang Dekanan, dan Ruang masak.
Lantai ketiga berupa ruang-ruang kelas keperawatan daa ruang-ruang kelas farmasi. Setiap
lantai memiliki 2 jalan keluar berupa tangga di kanan dan kiri. Di Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Magelang ada banyak dosen dan mahasiswa.
Di lantai dua sayap kanan terdapat ruang dekan, ruang Tata Usaha, dan Ruang masak. Di
lantai dua sayap kanan biasanya digunakan untuk mengurus administrasi di Ruang Tata
Usaha, untuk tempat bekerja pejabat di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Magelang di Ruang Dekanan, dan digunakan untuk memasak makanan untuk dosen dan
karyawan lain di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Magelang di Ruang
Masak. Di ruangan dekanan ini terdapat 11 bilik (setiap bilik di Ruang Dekanan berbahan
kaca), terdapat 2 jalur evakuasi di pintu depan dan belakang, terdapat apart dan kotak p3k di
depan Ruang Tata Usaha, terdapat 2 meja besar di depan bilik kaprodi d3 keperawatan, di
bilik diskusi, ada beberapa lemari kaca di ruang diskusi, dan tidak terdapat bacaan di dinding
mengenai kebencanaan.
Di setiap lantai di Gedung fakultas ilmu Kesehatan universitas Muhammadiyah magelang
berpotensi bisa terkena bencana kebakaran dan gempa bumi. Adapun nanti cara bagaimana
manajemen bencana Ketika terjadi kebakaran dan gempa bumi di Gedung fikes khususnya di
lantai 2 sayap kanan ruang dekanan.

12
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Hasil
- Membuat video edukasi berupa cara manajemen kebencanaan (Kebakaran dan gempa bumi)
di Gedung Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Magelang lantai 2 sayap
kanan ruang dekanan. Animasi merupakan salah satu media yang di sukai oleh anak – anak
karena animasi lebih cepat dipahami oleh anak – anak, dapat memudahkan anak – anak
dalam memperoleh informasi, dan lebih menarik sehingga dapat meningkatkan minat anak –
anak untuk mengetahui tentang cara penyelamatan bencana (Faja, Gita Sispratiwi dkk, 2020)
- Memberikan sosialisasi mengenai kebencanaan berupa video edukasi dan paparan materi ke
mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan dan Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Magelang.
4.2 Hal-hal yang perlu diperhatikan saat terjadi bencana
a. Jangan panik
b. Segera keluar dari ruangan dengan berjalan secara cepat, tidak dengan cara berlari.
c. Berjalan dengan sedikit merunduk dengan dua tangan dibelakkang kepala melewati
pintu terdekat dari posisi anda. Jika menggunakan sepatu hak tinggi, harap dilepas
untuk menghindari cidera.
d. Mengikuti petunjuk arah evakuasi menuju arah lapangan basket.
Gedung fikes dilengkapi dengan apar di masing-masing lantai, nomor telepon darurat,
kotakP3K, dan jalur evakuasi.

4.3 Manajemen Bencana Gempa Bumi


Indonesia merupakan negara yang wilayahnya rawan terhadap bencana alam, salah
satunya adalah bencana gempa bumi. Gempa bumi adalah getaran atau guncangan
yang terjadi di permukaan bumi akibat pelepasan energi dari bawah permukaan
secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang seismik. Cara mengahda[I gempa
bumi apabila berada digedung :
a. Jangan panik
a) Saat terjadi gempa bumi hindari untuk panic, jika panik maka akan kesulitan
berfikir bagaimana cara menyelamatkan diri dan tidak bisa menolong orang lain.
b. Berlindung di Bawah Meja

13
a) Langsung berlindung di bawah meja. Saat gempa terjadi, Jika tidak ada meja,
pastikan tangan melindungi kepala. Kalau gempa cukup keras, ada kemungkinan
benda di atas akan berjatuhan.
c. Keluar dari Bangunan
a) Setelah gempa berakhir, harus segera keluar bangunan menuju titik kumpul
melalui pintu darurat yang terdekat dengan posisi anda dengan cara jalan cepat
tetapi tidak berlari kemudia kepala merunduk dan kedua tangan melindungi kepala
dengan benda yang dapat digunakan sebagai pelindung.
d. Jangan Berdiri di Dekat Bangunan
a) Setelah keluar dari bangunan, kamenjauhi bangunan agar tidak tertimpa bangunan
yang mungkin saja runtuh. Jauhi juga tiang listrik, pohon besar, papan reklame,
dan lainnya. Kalau bisa, kamu berada di tanah yang lapang.
e. Bersiap untuk Gempa Susulan
Biasanya setelah gempa pertama akan terjadi gempa susulan, kita harus siap untuk
apabila terjadi gempa susulan (Lestari, Ayu Widya dan Husna, 2017).

Berdasarkan jurnal penelitian di atas, maka manjemen bencana di gedung fikes lantai2 sayap
kiri dapat diterapkan dengan melakukan kesiapsiagaan bencana saat menghadapi gempa bumi
yang meliputi:

1. Saat terjadi gempa bumi di gedung fikes kita tidak boleh panik agar kita dapat
berfikir jernih cara menyelamatkan diri.
2. Segera mencari perlindungan, seperti berlindung dibawah meja
3. Lindungi kepala dan jauhi kaca.
4. Jika getaran sudah berhenti segera keluar secara teratur berjalan cepat jangan lari
melalui tangga darurat menuju titik kumpul di lapngan basket mengikuti arahan tim
penyelamat.

4.4 Manajemen Bencana Kebakaran


Kebakaran adalah suatu bencana alam nyalanya api kecil maupun besar pada tempat,
situasi ataupun waktu yang tidak dikehendaki yang bersifat merugikan dan umumnya
itu sulit dikendalikan dan apabila kebakaran ini terjadi akan banyak memakan korban
jiwa.
Cara menghadapi kebakaran di dalam gedung :
14
1. Dengarkan Instruki
Bila Anda bekerja di perkantoran, biasanya terdapat instruksi jika terjadi suatu
bencana seperti kebakaran. Dengarkan instruksi tersebut baik-baik, dan ikutilah
petunjuk yang diberikan. Namun, jika tidak ada instruksi terdengar dari speaker,
ikutilah instruksi dari seseorang yang memandu ketika terjadi bencana. Seseorang
tersebut bisa security ataupun person in charge yang telah ditunjuk dan di-training
sebelumnya. Atur barisan dengan rapi dan jangan berhamburan atau berebut
menuju tempat evakuasi. Dahulukan ibu hamil, anak-anak, penyandang
disabilitas, serta orangtua dan wanita.
2. Menenangkan Diri
Bila Anda melihat asap, dan mendengar sirine tanda kebakaran, waspadalah dan
sikapilah dengan serius. Namun, Anda juga harus tetap tenang. Kepanikan hanya
akan membuat pikiran Anda kacau, serta dapat mengganggu proses evakuasi yang
terjadi. Dengan pikiran yang tenang, Anda akan dapat membaca situasi yang
terjadi serta langkah apa yang harus dilakukan. Termasuk pula dengan
ketenangan, Anda dapat membantu menyelamatkan orang – orang lain yang
berada di lantai tersebut.
3. Hindari Lift dan Gunakan Tangga Darurat
Jangan menuju ke arah lift ketika kondisi darurat. Biasanya, lift langsung
dimatikan karena dapat membahayakan keselamatan Anda. Tangga darurat
merupakan standar wajib yang harus dimiliki oleh gedung perkantoran, dimana
pintu tangga darurat berlapis material khusus yang tahan api. Melajulah ke sana
dengan tenang dan tidak berebut. Panik ketika menuruni anak tangga darurat
hanya akan menimbulkan permasalahan tersendiri. Anda maupun orang lain dapat
terjatuh saat sedang menuruni tangga darurat. Turunilah tangga darurat dengan
langkah yang teratur, gerakan cepat, namun tetap berhati-hati.
4. Lindungi Saluran Pernapasan
Bayangkan bila Anda di dalam gedung yang sudah terbakar. Anda berada dalam
posisi dimana titik kebakaran cukup dekat dengan Anda, maka pastinya asap tebal
tidak mungkin bisa dihindari. Cara terbaik adalah sesegera mungkin melindungi
pernafasan Anda. Lindungi hidung dan mulut Anda dengan menggunakan tisu
kering ataupun tisu basah. Bisa juga gunakan sapu tangan atau baju atasan yang
Anda gunakan. Jika terjebak dalam kondisi yang ramai, lebih baik tetap berada di

15
tempat dan bungkukkan badan. Tetap menutup hidung dan mulut, serta
bernafaslah dengan perlahan.
Cara menggunakan APAR:

1) Cara menggunakan APAR dengan benar pertama, saat mencabut kunci


pengaman yang perlu diperhatikan jangan menekan tuas atas dan bawah
secara bersamaan. Hal ini akan membuat Pin atau kunci pengaman susah
dilepas, karena pin tertekan.
2) Pegang bagian ujung selang sebagai cara menggunakan APAR dengan benar
kedua. Jangan sekali-kali menekan bagian tengah atau pangkal selang
karena akan mengakibatkan media tidak terarah dengan baik.
3) Mengarahkan selang tepat ke sumber api merupakan cara menggunakan
APAR dengan benar dan akan mempercepat proses pemadaman. Kesalahan
yang sering dilakukan, pengguna mengarahkan ke bagian atas sumber api
atau ditembakkan di bagian lidah apinya. Sehingga, kebakaran lama padam,
bahkan risiko terburuk api tidak padam.
4) Tekan tuas (katup) bagian atas sepenuhnya sebagai cara menggunakan
APAR dengan benar. Lakukan cara menggunakan APAR ini agar proses
pemadaman api ringan lebih terkendali dan aman. Menekan tuas secara
penuh akan lebih cepat mengeluarkan seluruh isi media alat pemadam
kebakaran.
5) Cara menggunakan APAR dengan benar terakhir adalah sapukan dari satu
sisi ke sisi lainnya. Cara menggunakan APAR ini dilakukan agar media
merata dan kebakaran dapat dipadamkan dengan segera.

Rencana tindak lanjut manjamen bencana yaitu jika terjadi bencana dan
mengakibatkan cidera ataupun korban jiwa segera membawa ke klinik atau
puskesmas terdekat. Selain itu memberikan sosialisasi terkait potensi bencana
dengan memberikan pengarahan dan informasi lebih lanjut tebntang potensi
bencana dan kesiapsiagaan menghadapi bencana. Serta memberikan informasi apa
saja alat atau fasilitas perlindungan diri yang terdapat di gedung fikes

16
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Indonesia adalah salah satu negara yang rawan akibat berbagai bencana alam, seperti
Gempa bumi, tsunami tanah longsor dan banjir. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat
yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan atau faktor nonalam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat terjadi bencana,
meliputi:Jangan panik, Segera keluar dari ruangan dengan berjalan secara cepat, tidak
dengan cara berlari, Berjalan dengan sedikit merunduk dengan dua tangan dibelakkang
kepala melewati pintu terdekat dari posisi anda. Jika menggunakan sepatu hak tinggi,
harap dilepas untuk menghindari cidera, Mengikuti petunjuk arah evakuasi menuju arah
lapangan basket.

5.2 Saran
Masalah penanggulangan bencana tidak hanya menjadi beban pemerintah atau lembaga-
lembaga yang terkait. Tetapi juga diperlukan dukungan dari masyarakat umum.
Diharapkan masyarakat dari tiap lapisan dapat ikut berpartisipasi dalam upaya
penanggulangan bencana.

17
DAFTAR PUSTAKA

Badan Penanggulangan Bencana Daerah JawaTengah. Kejadian Kebakaran di Jawa Tengah.

2012.www.jatengprov.go.id diakses pada tanggal 20 Maret 2016.

Arif, Syaifudin. Studi Analisis Penanggulangan Kebakaran di RSUD dr. M. Ashari

Pemalang. 2015

Nugraha FK. Analisis Implementasi Sistem Tanggap Darurat Kebakaran pada Gedung

Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang. 2014

Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana. Statistik Peristiwa Kebakaran di

Wilayah DKI Jakarta. 2008. http://www.kebakaran.jakarta.co.id diakses pada tanggal


20 Maret 2016

http://indonesiannursing.com/manajemen-penanganan-bencana-berbasis-masyarakat/ pada

tanggal 6 September 2016 pukul 14.15 wib

http://p2mb.geografi.upi.edu/Tentang_Bencana.html pada tanggal 6 September 2016 pukul

14.35 wib

http://poskosiagabencana.blogspot.co.id/2013/06/12-prinsip-penanggulangan- bencana.html

pada tanggal 8 September 2016 pukul 10.30 wib

Kementrian PPN. 2006. Bab 33 Rehabilitasi dan Rekrontruksi NAD dan Sumatra Utara.

http://www.bappenas.go.id diakses pada tanggal 5 Oktober 2016.

Faja, Gita Sispratiwi. (2020). Animasi Tata Cara Penyelamatan Bencana Gempa Bumi Untuk

Anak-anak. Sasak: Desain Visual Dan Komunikasi, 2(1), 33 – 41.

https://doi.org/10.30812/sasak.v2i1.748

Kementrian PPN. 2006. Bab 34 Rehabilitasi dan Rekonstruksi Di Wilayah Provinsi Nanggroe

Aceh Darussalam dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Daerah

18
Istimewa Yogyakarta Dan Provinsi Jawa Tengah, dan Penanggulangan Lumpur

Sidoarjo, Serta Pengurangan Risiko Bencana. http://www.bappenas.go.id diakses pada

tanggal 6 Oktober 2016.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Peraturan Kepala Badan Nasional

Penanggulangan Bencana nomor 11 tahun 2008 tentang Pedoman Rehabilitasi dan

Rekontruksi Pasca Sarjana

19

Anda mungkin juga menyukai