Indonesia
Indonesia
Indonesia
id/berita/read/34315/awal-tahun-kemendagri-dorong-pemda-tingkatkan-
penyerapan-apbd
Jakarta - Mengawali tahun 2023, Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) mendorong pemerintah
daerah (Pemda) meningkatkan penyerapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Wakil
Menteri Dalam Negeri (Wamendagri) John Wempi Wetipo menyebut, rata-rata realisasi pendapatan
nasional per tanggal 29 Desember 2022 sebesar 93,48 persen atau Rp1.113,12 triliun. Realisasi
pendapatan ini lebih rendah 2,68 persen dibandingkan rata-rata nasional pada 31 Desember 2021
sebesar 96,16 persen atau Rp1.123,73 triliun.
Kemudian, lanjut Wamendagri, rata-rata realisasi belanja nasional per tanggal 29 Desember 2022
sebesar 83,04 persen atau Rp1.081,41 triliun. Angka realisasi belanja tersebut lebih rendah 3,12 persen
dibandingkan dengan rata-rata nasional per 31 Desember 2021 sebesar 86,16 persen atau Rp1.098,29
triliun.
“Realisasi APBD masih terus bergerak, karena masih banyak pemerintah daerah yang sedang melakukan
konsolidasi dengan seluruh SKPD untuk penyusunan dan penyampaian laporan realisasi anggaran per 31
Desember 2022,” katanya dalam Rapat Koordinasi Pencabutan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan
Masyarakat (PPKM) secara hybrid di Kantor Pusat Kemendagri Jakarta, Senin (2/1/2023).
Dia mengatakan, penyebab lambatnya realisasi belanja dalam APBD Tahun Anggaran 2022 di antaranya
pertama, pelaksanaan lelang yang terlambat. Kedua, perencanaan Detail Engineering Design (DED) pada
tahun anggaran yang sama dengan kegiatan fisik. Ketiga, keterlambatan Penetapan Pejabat Pengelola
Keuangan dan Pejabat Pengadaan Barang/Jasa. Keempat, penetapan Petunjuk Teknis (Juknis) Dana
Alokasi Khusus (DAK) dari kementerian/lembaga.
Dalam rangka meningkatkan penyerapan APBD 2022, Kemendagri telah melakukan sejumlah upaya. Hal
itu di antaranya mendorong Pemda untuk membentuk tim monitoring bersama
antar-kementerian/lembaga (K/L), melaksanakan rapat koordinasi dengan K/L terkait, serta melakukan
monitoring, evaluasi, dan analisis dengan turun langsung ke daerah maupun secara virtual bersama tim
monitoring.
“Melaksanakan rapat koordinasi keuangan daerah di tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota.
Mengadakan kegiatan webinar series keuangan daerah update setiap hari Rabu pada setiap Minggu
untuk mendorong realisasi APBD dan literasi keuangan daerah, peningkatan kapasitas SDM. (Kemudian)
sosialisasi kebijakan dan peraturan perundang-undangan serta memberikan bimbingan teknis
pengelolaan keuangan daerah,” tambahnya.
Upaya lainnya, lanjut Wamendagri, dengan menerbitkan Surat Edaran Bersama (SEB) antara
Kemendagri, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), dan Lembaga Kebijakan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) tentang Percepatan Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
dalam Pengelolaan Keuangan Daerah. Kemudian juga menerbitkan Surat Edaran (SE) Nomor
903/9232/KEUDA tentang Persiapan Pelaksanaan APBD Tahun Anggaran 2022.
MASALAH lambatnya penyerapan dana daerah merupakan isu yang senantiasa muncul setiap evaluasi
penyerapan anggaran daerah, utamanya di triwulan akhir setiap tahun. Tidak kurang dari Presiden Joko
Widodo menyoroti anggaran pemerintah daerah yang justru makin banyak menganggur di bank. Data
dari Kementerian Keuangan pada akhir November 2021 misalnya, dana pemda yang mengendap di bank
mencapai Rp226 triliun. Sejatinya dana pemda yang tersimpan di bank tidaklah salah. Berbagai
ketentuan memang mengharuskan pemda menyimpan uang di bank dalam berbagai bentuk layanan,
baik giro, maupun deposito. Imbal hasil dari layanan tersebut, bahkan merupakan salah satu sumber
bagi pendapatan daerah. Masalahnya kenapa daerah lambat menyalurkannya? Perencanaan
pembangunan Salah satu penyebab masalah yang muncul, terkait dengan penyerapan anggaran ialah
perencanaan pembangunan. Banyak keluhan dari pusat dan daerah, bahwasanya perencanaan
pembangunan antara pusat dan daerah dirasakan tidak ada kesesuaian, tidak harmonis. Bahkan, di
beberapa daerah cenderung bersilangan kalau tidak mau disebut bertentangan. Ketidakkonsistenan
atau ketidakharmonisan perencanaan pembangunan, antara pusat dan daerah sebetulnya terjadi karena
sistem politik dan sistem ketatanegaraan serta sistem administrasi negara, yang diterapkan semenjak
reformasi, yang juga tidak konsisten dan tidak kompatibel. Pascareformasi, praktik yang sangat
memengaruhi perencanaan pembangunan, baik di pusat maupun di daerah ialah diselenggarakannya
desentralisasi dan otonomi daerah, yang diberlakukan secara masif di seluruh Indonesia sejak tahun
2001. Pada hakikatnya, perencanaan pembangunan baik di pusat maupun di daerah, telah diatur dalam
berbagai peraturan perundang-undangan, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Setiap
undang-undang telah pula dilengkapi dengan berbagai peraturan pelaksanaannya, baik berupa
peraturan pemerintah (PP) maupun peraturan menteri (permen). Apabila kita kelompokkan pengaturan
terkait perencanaan pembangunan akan melingkupi, pertama pengaturan sistem politik. Kedua,
pengaturan sistem pemerintahan. Ketiga, pengaturan sistem keuangan. Keempat, pengaturan sistem
perencanaan pembangunan. Praktik perencanaan pembangunan, dan penganggaran pembangunan di
pusat dan di daerah akan dapat berlangsung secara konsisten dan harmonis, manakala, berbagai
peraturan perundang-undangan tersebut memiliki asas dan substansi pengaturan yang konsisten, dan
harmonis satu dengan yang lainnya. Kenyataannya, baik sistem maupun substansi pengaturannya tidak
konsisten satu dengan yang lainnya. Karenanya, tidaklah heran, apabila rencana pembangunan di pusat
dan di daerah pada saat ini tidak harmonis, tidak konsisten, bahkan ada yang bertentangan.
Ketidakharmonisan ini, akan mengganggu pengesahan APBD setiap tahunnya, yang berakibat pada
lambannya proses pelaksanaan pembangunan, dan akhirnya akan membuat penyerapan anggaran
menjadi terlambat. Konsistensi rencana pembangunan Pada prinsipnya, perencanaan pembangunan
daerah merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional, sebagaimana
diatur di dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN). Dengan menerapkan kaidah SPPN,
seyogianya akan menghasilkan rencana pembangunan yang konsisten dan harmonis. Dengan
terwujudnya konsistensi dan keharmonisan antara perencanaan pembangunan di tingkat nasional dan di
daerah, maka akan didapatkan berbagai manfaat dalam memperkuat koordinasi antarpelaku
pembangunan di pusat dan daerah, serta menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik
antardaerah, antarruang, antarwaktu, maupun antarfungsi pemerintah. Selain itu, keharmonisan juga
akan menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan
pengawasan, baik di pusat maupun di daerah, serta menjamin tercapainya penggunaan sumber daya
secara efi sien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan. Strategi dan langkah-langkah dalam melakukan
konsistensi dan harmonisasi dapat dilakukan dengan melakukan konsultasi dan koordinasi secara lebih
efektif, dalam penyusunan peraturan perundangan yang terkait dengan perencanaan pembangunan.
Dalam jangka panjang, ini akan dilaksanakan secara masif pada tahun 2024 ialah melakukan pemilihan
kepala daerah (pilkada) secara serentak. Ke depan, pilkada secara serentak seyogianya dilakukan satu
tahun setelah pemilihan presiden dan legislatif nasional. Dengan demikian, daerah-daerah akan memiliki
acuan yang sama, yakni RPJM Nasional dari presiden terpilih. Meskipun berbagai hambatan masih
terjadi, konsistensi dan keharmonisan ini harus secara sungguhsungguh diterapkan. Indonesia ialah
negara kesatuan seyogianya semua daerah harus bersatu dan harmonis. Konsistensi dan harmonisasi
Upaya pembangunan yang konsisten dan harmonis hanya dapat dilakukan manakala rencana
pembangunan di pusat dan di daerah telah konsisten dan harmonis. Konsistensi dan harmonisasi akan
dapat terwujud manakala sistem politik, sistem perencanaan dan sistem administrasi negara, terutama
sistem perencanaan pembangunan, juga konsisten dan harmonis. Ketidakkonsistenan sistem ini
memerlukan perubahan berbagai undang-undang, di antaranya, Undang-Undang tentang Keuangan
Negara dan Undang Undang Sistem Perencanaan Nasional. Dengan konsistensi dan harmonisasi sistem
yang terkait politik, perencanaan pembangunan dan keuangan negara, semua proses perencanaan dan
rencana yang dihasilkan akan dapat dikoordinasikan dengan lebih baik sehingga program-program
prioritas nasional akan pula dapat diprioritaskan oleh daerah lokus sasaran pembangunan nasional.
Konsistensi dan harmonisasi pembangunan antara pusat dan daerah pada gilirannya akan mempercepat
penyerapan anggaran di daerah, dan dana pemda tidak terlampau lama tersimpan di bank.
Sumber: https://mediaindonesia.com/opini/504812/lambatnya-penyerapan-anggaran-daerah
Mendagri : Serapan APBD minimal 90 persen
Bandar Lampung--: Menteri Dalam Negeri Jenderal Polisi (Purn.) H.M. Tito Karnavian, meminta target
minimal serapan APBD 2022 yakni 90 persen. Hal tersebut disampaikan menjawab pertanyaan
wartawan usai kegiatan Kunkungan Kerja dalam rangka Monitoring, Evaluasi Program, dan Kegiatan
Strategis di Provinsi Lampung, di Mahan Agung, Rabu (5/1/2022).
"Kita harapkan targetnya kalau bisa minimal 90%. Jadi sisa lebihnya, SILPA istilahnya, kalau bisa 10%.
Kita juga tidak mengharapkan harus 100% habis, karena perlu untuk pembayaran yang tidak bisa
ditunda di awal tahun yang transfernya mungkin terlambat dari pusat. Misalnya, gaji pegawai, air, listrik.
Itu kan harus dibayarkan, sehingga perlu adanya SILPA. Tapi jangan berlebihan sisanya itu. Jadi kalau
bisa mencapai target 90% saja, itu sudah bagus, suapaya ada uang yang beredar di masyarakat", ucap
Mendagri.
"Kalau seandainya ada daerah yang tinggi realisasi pendapatan dan belanjanya, saya sedang berembuk
dengan Kementerian Keuangan, kita akan memberikan penghargaan kepada daerah-daerah yang
realisasi pendapatannya mencapai hampir 100% dan belanjanya juga tinggi", lanjutnya.
"Di Lampung, dua-duanya dapet tuh. Pendapatannya tinggi, belanjanya juga tinggi di tingkat Nasional,
terimakasih untuk itu Bapak Gubernur, " Kata Mendagri.
Masih kata Mendagri, Sedangkan untuk Kabupaten Kota, rata-rata juga tinggi. Tapi untuk Kota juga ada
yang realisasi pendapatan dan belanjanya rendah. "Mudah-mudahan bisa menjadi masukan untuk
perbaikan kedepan untuk sanksi, sementara saya sampaikan saja himbauan"
Menurut Mendagri, untuk Kepala Daerah yang realisasi pendapatan dan belanja rendah sudah
disampaikan oleh setingkat Menteri, agar bisa menjadi koreksi.
"Tapi kalau sudah sampai di tingkat rendah sekali sampai 30-40%, berarti kan uang tidak beredar di
masyarakat, saya akan buat teguran tertulis dan diumunkan kepada publik," Tegas Mendagri
Selain itu Mendagri juga menjawab pertanyaan rerkait penanganan pandemi Covid-19, menurutnya
yang paling utama sekali adalah pengendalian pandemi, karena pengendalian pandemi ini menjadi kunci
kita semua untuk bisa mencapai target pendapatan sekaligus untuk mengeksekusi program sesuai
dengan rencana belanja.
"Kalau pandeminya tidak terkendali, ya susah kita untuk mencapai target pendapatan dan target belanja
karena mengelola pemerintahan itu baik di daerah sama. Bagaimana caranya pendapatan lebih besar
dari belanja. Pendapatannya banyak belanjanya dibawah sedikit, itu namanya surplus. Jangan sampai
target pendapatannya tidak tercapai, belanjanya tinggi, itu defisit, (program) tidak bisa dieksekusi",
jelasnya.
"Dalam konteks penanganan pandemi, saya menyampaikan apresiasi kepada Bapak Gubernur karena
hampir semua indikator penanganan pandemi relatif bagus. Tingkat vaksinasi juga sudah diatas 70%,
terimakasih banyak"
"Namun saya juga menyampaikan kepada Bapak Gubernur, Bupati dan Walikota agar tidak lengah.
Karena kita sedang menunggu, masa yang sangat penting, yaitu masa setelah Nataru. Kita lihat 2 minggu
kedepan, mudah-mudahan secara nasional tidak terjadi lonjakan secara signifikan, termasuk Lampung
juga bisa tetap landai. Ini merupakan tes yang sangat penting"
"Tapi saya meminta kepada Bapak Gubernur, Bupati dan Walikota tetap kampanyekan protokol
kesehatan pakai masker, apapun variannya masker nomor , mempercepat vaksinasi terutama untuk
orang tua, sisir kembali door to door. Supaya tingkat kematian bisa betul-betul diturunkan".
"Selain itu siapkan kalau ada skenario terburuk bila terjadi lonjakan kasus, masuk rumah sakit diberikan
perawatan maksimal, kita sudah siap. Kita belajar dari pengalaman yang lalu. Sarana Faskes, obat-
obatan, tenaga kesehatan dalam satu bulan ini betul-betul disiapkan".
"Terkait pemulihan ekonomi, saya memberikan apresiasi kepada beliau karena pendapatan Provinsi
Lampung itu tertinggi nomor 2 mencapai 99%. Itu sangat bagus sekali, saya juga gak ngerti. Resepnya
beliau, saya perlu belajar, kemudian, nanti saya akan buat tim untuk belajar kiatnya beliau supaya nanti
saya bisa memberikan masukan kepada provinsi lain yang rendah. Banyak daerah yang masih rendah,
masih 70% pendapatannya. Kalau pendapatannya kurang kan belanjanya kurang, kasihan rakyat. Ini sih
bagus, 99%. Nomor 2 setelah Jawa Barat".
"Kemudian saya juga mengapresiasi Bapak Gubernur, karena belanjanya termasuk 5 tertinggi. Artinya
apa, uangnya tidak disimpan, diedarkan kepada masyarakat dalam bentuk program-program. Ini sangat
bagus sekali. Sama, saya juga akan pelajari apa kiatnya beliau", ucap Mendagri.
"Beliau juga banyak terobosan-terobosan kreatif di bidang pertanian dan lain-lain. Saya dari Pemerintah
Pusat tentunya mendorong dan mendukung, apalagi Lampung merupakan salah satu Gudang Pangan,
Sumber Pangan Nasional"
"Saya juga minta, lima Visi Misi Bapak Presiden supaya menjadi pegangan dalam menyusun program-
program untuk membuat Lampung melompat"
"Lampung ini saya lihat luar biasa lompatannya, setelah pemekaran dari Sumatera Bagian Selatan. Ini
bisa-bisa sebentar lagi melampaui Sumatera Selatan, cepat sekali kemajuannya"
"Dalam melakukan pembangunan harus tetap berwawasan lingkungan, karena daerah kita ini rentan
dengan bencana. Mulai dari gempa bumi, tsunami, kebakaran hutan, banjir, longsor, dan lain-lain"
"Ada yang sudah ditakdirkan demikian karena letak geografisnya, tapi juga ada yang buatan manusia
karena eksploitasi yang berlebihan" pungkasnya.
tanggal 12 (Januari) launching dan berlaku secara nasional. Nanti saya kira dari Dinas Kesehatan Provinsi,
akan dikoordinasikan oleh Bapak Menkes untuk penyaluran vaksinnya.
Berapa vaksin yang diperlukan untuk booster, tapi ada vaksin yang berbayar kan, ada juga yang tidak
berbayar, PBI (Penerima Bantuan Iuran).
Mengenai distribusi vaksinbakan diatur oleh Bapak Menkes, namun daerah perlu membuat skenario.
Dihitung, kira-kira berapa yang PBI daerah Kabupaten Kota masing-masing, direkap sehingga nanti bisa
tahu, berapa kira-kira kebutuhan vaksin di daerah itu dan berapa yang berbayar, sehingga nanti saat
distribusinya nanti pas.
Untuk PTM, prinsipnya didorong untuk tatap muka. Tapi semua situasional untuk di daerah. Tapi baiknya
dipercepat dulu vaksinasi, setelah aman paling tidak dua pertiga dari yang ada di sekolah itu sehingga
sudah terjadi herd immunity, kemudian baru dilakukan PTM penuh. Sangat situasional tergantung
daerah masing-masing.(Diskominfotik Provinsi Lampung).
https://lampungprov.go.id/detail-post/mendagri-serapan-apbd-minimal-90-persen