3-Buku Informasi Tempe
3-Buku Informasi Tempe
3-Buku Informasi Tempe
PEMBUATAN TEMPE
BUKU INFORMASI
MELAKUKAN
PROSES PEMBUATAN TEMPE
THP.OO03.089.01
KATA PENGANTAR
Kami menyadari bahwa modul yang kami susun ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan masukan untuk perbaikan agar
tujuan dari penyusunan modul ini menjadi lebih efektif.
Demikian kami sampaikan, semoga Tuhan YME memberikan tuntunan kepada kita
dalam melakukan berbagai upaya perbaikan dalam menunjang proses pelaksanaan
pembelajaran di lingkungan direktorat guru dan tenaga kependidikan.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR------------------------------------------------------------------------------ 1
DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------------- 2
BAB I PENDAHULUAN ----------------------------------------------------------------------- 5
A. Tujuan Umum -------------------------------------------------------------------- 5
B. Tujuan Khusus ------------------------------------------------------------------- 5
BAB II MEMILIH DAN MENANGANI BAHAN UNTUK PROSES PRODUKSI-------------- 7
A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Memilih dan menangani bahan
untuk proses produksi----------------------------------------------------------- 7
1. Jenis dan jumlah kebutuhan bahan baku dan bahan pembantu
untuk satu periode proses------------------------------------------------- 7
2. Persyaratan kacang kedelai untuk dibuat tempe----------------------- 10
3. SOP pemilihan dan penanganan kacang kedelai untuk dibuat
tempe------------------------------------------------------------------------- 12
4. Faktor mutu untuk bahan baku dan bahan pembantu----------------- 12
5. Persyaratan produksi bahan baku dan bahan pembantu untuk
tempe------------------------------------------------------------------------- 14
B. Keterampilan yang Diperlukan dalam Memilih dan menangani bahan
untuk proses produksi----------------------------------------------------------- 14
C. Sikap Yang Diperlukan Dalam Mengenali Memilih dan menangani bahan
untuk proses produksi----------------------------------------------------------- 14
BAB III MEMILIH DAN MENYIAPKAN PERALATAN PRODUKSI---------------------------- 15
A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Memilih dan menyiapkan
peralatan produksi--------------------------------------------------------------- 15
1. Peralatan produksi tempe sesuai dengan kapasitas yang diperlukan 15
2. Persyaratan kebersihan dan status peralatan--------------------------- 15
3. Jenis dan fungsi alat produksi--------------------------------------------- 16
4. Komponen peralatan yang terkait kebutuhan produksi tempe------- 24
5. Parameter proses dan operasi-------------------------------------------- 26
BAB I
PENDAHULUAN
A. Tujuan Umum
Setelah mempelajari modul ini peserta Diklat diharapkan mampu melakukan
proses membuat tempe.
B. Tujuan Khusus
Adapun tujuan mempelajari unit kompetensi melalui buku informasi melakukan
proses membuat tempe guna memfasilitasi peserta diklat sehingga pada akhir
pelatihan diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Memilih dan menangani bahan untuk proses produksi yang meliputi: menyusun
jenis dan jumlah kebutuhan bahan baku dan bahan pembantu untuk satu periode
proses, menyiapkan komoditas kacang kedelai untuk dibuat tempe,
menentukan SOP pemilihan dan penanganan kacang kedelai untuk dibuat
tempe, mengidentifikasikan faktor mutu untuk bahan baku dan bahan
pembantu, dan menyediakan bahan baku dan bahan pembantu untuk
memenuhi persyaratan produksi.
2. Memilih dan menyiapkan peralatan produksi yang meliputi menyiapkan peralatan
produksi tempe sesuai dengan kapasitas yang diperlukan, mengidentifikasi
persyaratan kebersihan dan status peralatan, menetapkan jenis dan fungsi alat
produksi, mencocokkan komponen peralatan yang terkait dengan kebutuhan
produksi tempe, memasukkan parameter proses dan operasi, melaksanakan
pemeriksaan dan pre-star, dan Mengkondisikan peralatan produksi siap
dioperasikan sesuai SOP.
3. Mengendalikan proses dan menilai mutu hasil yang meliputi menjalankan proses
produksi sesuai dengan persyaratan perusahaan dan kapasitas yang
diperlukan, memantau titik pengendalian dan memastikan bahwa kinerja
proses berada pada kendali sesuai dengan spesifikasi, menjalankan proses
pembuatan tempe mencapai spesifikasi dan mempertahankan sesuai
persyaratan produksi, melanjutkan proses produksi bila mutu hasil sesuai
BAB II
MEMILIH DAN MENANGANI BAHAN UNTUK PROSES PRODUKSI
Kedelai kuning adalah kedelai yang kulit bijinya berwarna kuning, putih
atau hijau dan bila dipotong melintang memperlihatkan warna kuning pada
bidang irisan keping bijinya, tidak tercampur lebih dari 10% kedelai jenis
lain. Kedelai hitam adalah kedelai yang kulit bijinya berwarna hitam dan
tidak tercampur lebih dari 10% kedelai jenis lain. Kedelai hijau adalah
kedelai yang kulit bijinya berwarna hijau dan bila dipotong melintang
memperlihatkan warna hijau pada bidang irisan keping bijinya, serta tidak
tercampur lebih dari 10% kedelai jenis lain. Kedelai campur adalah kedelai
yang tidak memenuhi syarat-syarat jenis-jenis kedelai kuning, hijau, hitam,
dan kedelai berwarna dua macam.
Menurut Susanto dan Saneto (1994), ukuran biji kedelai tergolong kecil
apabila memiliki bobot 8-10 g/100 biji, berukuran sedang jika bobotnya 10-
13 g/100 biji, dan berukuran besar bila bobotnya > 13 g/100 biji. Ukuran
biji juga berpengaruh terhadap pemanfaatan kedelai.
2) Air
Kriteria umum
a. Tua optimal, kondisi tua optimal diperoleh dari hasil pemanenan
tepat waktu dan pemanenan dilakukan dengan cara yang benar
b. Bebas dari sisa tanaman (kulit polong, potongan batang atau ranting),
batu, kerikil, tanah, atau biji-bijian tanaman lainnya.
c. Biji kedelai tidak luka atau bebas serangan hama dan penyakit.
d. Biji kedelai tidak memar atau rusak.
e. Kulit biji tidak keriput.
Kriteria khusus
Keterangan:
a. Kadar air adalah jumlah kandungan air di dalam biji kedelai yang
dinyatakan dalam persentase basis basah (bb).
b. Kotoran adalah benda-benda bukan kedelai seperti batu, tanah,
pasir, batang, tangkai, kulit polong, dan biji lain.
c. Butir rusak adalah biji kedelai atau sebagian biji kedelai yang rusak
karena faktor-faktor biologik, fisik, mekanik dan proses kimia
seperti berkecambah, kutuan, berjamur, busuk, warna, bau, rasa,
dan bentuk,
d. Butir keriput adalah biji kedelai yang berubah bentuk menjadi
keriput, berasal dari biji muda atau karena pertumbuhannya tidak
sernpurna.
e. Butir belah adalah biji kedelai tidak rusak, tetapi kulit biji terkupas
dan keping-kepingnya terlepas. Butir warna lain adalah biji kedelai
yang mempunyai kulit biji berwarna lain dari normal, misalnya
kedelai hitam terdapat kedelai kuning, hijau, dan coklat
Mutu suatu produk banyak dipengaruhi oleh bahan baku yang digunakan
untuk membuat produk tersebut. Produk tempe di pasaran terdapat ragam
bahan baku yang dibedakan satu sama lain dari jenis dan mutunya, misalnya
tempe yang baik bila 100% bahannya dari kacang kedelai kualitas nomor
satu. Artinya kacang kedelai yang merupakan bahan baku tempe tersebut
telah dipilih agar mutunya baik. Sedangkan tempe yang mutunya kurang
baik, bila bahan bakunya tidak semuanya kedelai tetapi dicampur kacang
lain. di samping mutu kacang kedelainya bukan kacang kedelai pilihan.
Mutu tempe juga sangat dipengaruhi oleh kualitas ragi (starter) yang
digunakan untuk inokulasinya. Berikut merupakan syarat starter yang baik
untuk pembuatan tempe.
a. Mampu memproduksi spora dalam jumlah banyak.
b. Mampu bertahan beberapa bulan tanpa mengalami perubahan genetis
dan kemampuan tumbuhnya.
c. Memiliki presentase pertumbuhan spora yang tinggi segera setelah
diinokulasikan.
d. Mengandung biakan jamur tempe murni, dan bila digunakan berupa
campuran harus memiliki proporsi yang tepat.
e. Bebas dari mikroba kontaminan dan jika memungkinkan strain yang
dipakai memiliki kemampuan untuk melindungi diri dari dominasi
mikroba kontaminan.
f. Mampu menghasilkan produk yang stabil berulang-ulang.
g. Pertumbuhan miselia setelah inokulasi harus kuat, lebat berwarna putih
bersih, memiliki aroma spesifik tempe yang enak dan tidak mengalami
sporulasi terlalu dini.
Disamping itu bahan pembantu juga harus memenuhi syarat seperti ragi
atau inokulum yang berkualitas, dan air yang tidak mengandung kaporit. Air
yang digunakan sebaiknya air bersih agar fermentasi berhasil dengan baik.
BAB III
MEMILIH DAN MENYIAPKAN PERALATAN PRODUKSI
Timbangan kasar
Fungsi alat:
untuk untuk menimbang
bahan baku kedelai dalam
jumlah besar
Timbangan kasar
Fungsi alat:
untuk untuk menimbang
bahan baku kedelai dalam
jumlah kecil, juga bisa
digunakan untuk
menimbang pada saat
pengemasan
Timbangan halus
(digital)
Fungsi alat:
untuk untuk menimbang
bahan pendukung seperti
ragi/laru dalam jumlah
kecil, juga bisa digunakan
untuk menimbang pada
saat pengemasan
Burner LPG/Semawar
Fungsi alat:
Sebagai pengatur pembakaran dalam
proses memasak kedelai, ada
berbakai ukuran yang akan
disesuaikan dengan kapasitas masak
yang diinginkan
c. Panci untuk merebus bahan, terbuat dari email atau stainless steel
dan berkapasitas sesuai kebutuhan. Alat perebus ini sering digunakan
pula dalam proses perendaman kedelai.
Dandang perebus
kedelai
Fungsi alat:
untuk untuk merebus
kedelai. Dengan kapasitas
sampai dengan 80
kg/pemasakan, maka
dandang ini akan
mempercepat proses
pemasakan dan
memberikan hasil yang
lebih cerah dan matang
lebih merata
Meja kerja
Fungsi alat:
untuk melakukan proses
pengemasan dan
penyusunan tempe yang
telah dikemas
Meja peragian
Fungsi alat:
Merupakan alat bantu untuk
melakukan proses peragian,
dimana pada meja ini
kedelai yang telah ditiriskan
dihamparkan untuk ditaburi
ragi, biasanya digunakan
alas kain saring.
Tampah
Fungsi alat:
Merupakan alat bantu untuk
melakukan proses peragian,
kedelai yang telah ditiriskan
dihamparkan untuk ditaburi
ragi
Bak perendaman
Fungsi alat:
Berfungsi sebagai wadah
untuk proses perendaman
kedelai
Bak pencucian
Fungsi alat:
Berfungsi sebagai wadah
untuk mencuci kedelai yang
telah dikupas, bak
pencucian ini dapat
menampung 35 kg
kedelai/batch. Alat ini
dilengkapi dengan kran
pembuang air
i. Rak Fermentasi, dibuat dari kayu yang kuat/atau besi yang dibuat
secara bertingkat dengan jarak antar tingkat minimum 30 cm yang
bertujuan untuk keleluasaan udara panas bergerak keatas. Dasar rak-
rak tersebut dibuat dari kawat kasa (kawat loket) yang lubangnya
besar-besar agar udara dari bawah dapat lewat dengan mudah dan
hendaknya dijaga kebersihannya
Hand Sealer
Fungsi alat:
untuk merekatkan kantong
plastik pengemas tempe
b. Rangka mesin
Rangka mesin berfungsi sebagai dudukan semua komponen mesin.
Dengan kerangka mesin ini setiap komponen dapat terpasang
dengan baik dan kuat.
c. Poros
Komponen ini berfungsi sebagai penerus putaran dari mesin melalui
V-belt kepuli dan kedudukan penggiling berputar. Komponen ini juga
sebagai kedudukan puli yang digerakan.
d. Puli
Alat pengupas kulit ini menggunakan puli sebagai transmisinya. Puli
yang digunakan ada dua, yaitu: puli penggerak dan puli penerus
putaran.
e. Sabuk
Sabuk yang digunakan pada alat pengupas kulit ari biji kedelai ini
adalah sabuk V. Transmisi sabuk V terbuat dari karet dan
mempunyai penampang trapezium. Sabuk V dibelitkan disekeliling
alur puli yang berbentuk V.
f. Bantalan
Bantalan yang digunakan adalah bantalan gelinding, yang terpasang
pada rangka mesin sebagai kedudukan poros. Jika bantalan tidak
berfungsi dengan baik maka kemampuan seluruh mesin akan
menurun atau tidak mau bekerja secara semestinya.
g. Mesin
Motor listrik pada alat ini merupakan penggerak utama yang akan
memutarkan penggiling sehingga terjadi proses pengupasan kulit ari
biji kedelai.
Keterangan :
(a) corong pemasukan
(b) ruang pengupasan
(c) selinder pengupas
(d) landasan gesek
(e) corong pengeluaran, dan
(f) kran penyemprot air)
Prinsip kerja alat ini dapat dijelaskan sebagai berikut: Biji kedelai yang
telah direbus dan direndam di masukkan ke dalam landasan gesek berupa
permukaan kasar melengkung. Sebuah selinder pengupas yang
permukaannya ditutupi karet berputar di atas landasan gesek sehingga
biji tergencet di antara landasan gesek dan selinder pengupas.
BAB IV
MENGENDALIKAN PROSES DAN MENILAI MUTU HASIL
a. Sortasi
Sortasi bertujuan untuk memperoleh produk tempe yang berkualitas,
yaitu memilih biji kedelai yang bagus dan padat berisi. Biasanya di dalam
biji kedelai tercampur kotoran seperti pasir atau biji yang keriput dan
keropos. Sebelum melakukan proses produksi, diperlukan sortasi bahan
baku berdasarkan standardisasi kedelai, membuang bji kedelai cacat dan
muda, membuang kotoran, serangga dan biji-bijian lainnya
b. Pencucian I
Setelah diperoleh kedelai yang baik selanjutnya kedelai dicuci dengan air
sampai bersih. Pencucian pertama ini bertujuan untuk menghilangkan
kotoran yang melekat maupun tercampur di antara biji kedelai. Air yang
digunakan dalam pengolahan harus terbebas dari mikroba patogen
maupun mikroba penyebab kebusukan makanan. Umumnya air yang
memenuhi persyaratan standar air minum, cukup baik memenuhi
persyaratan untuk industri.
c. Perebusan I
Perebusan dimaksudkan untuk memasak biji kedelai agar menjadi lunak
sehingga dapat ditembus oleh miselia kapang yang menyatukan biji,
kedelai yang terpisah menjadi kompak satu dengan yang lainnya.
Perebusan ini juga berguna untuk memberikan air ke dalam biji kedelai
(hidrasi) sehingga biji kedelai menjadi besar, kulit mudah terlepas dan
yang penting dalam hidrasi ini adalah menjadikan kandungan air didalam
biji kedelai cukup/memenuhi syarat untuk pertumbuhan kapang
Rhizopus sp. Kelunakan biji kedelai juga memudahkan penetrasi asam
untuk mengubah pH kedelai agar cocok untuk pertumbuhan kapang.
Hidrasi adalah suatu proses agar biji kedelai yang kering dibiarkan
menyerap air sebanyak-banyaknya. Penyerapan air dapat juga terjadi
apabila biji kedelai direndam di dalam air. Air yang digunakan dapat air
pada suhu ruang atau air mendidih. Bila hidrasi dengan perendaman biji
kedelai tidak mengalami pemasakan dan pelunakan, maka waktu yang
diperlukan untuk hidrasi lebih lama dari pada waktu hidrasi dengan
perebusan. Perendaman 1 kg kedelai dengan air pada suhu ruang
memerlukan waktu sekurang-kurangnya 3 jam sampai bobot kedelai
mencapai 2 kali bobot kering. Perendaman dengan air mendidih
memerlukan waktu lebih singkat satu sampai satu setengah jam, dengan
perebusan hanya memerlukan 20-30 menit.
d. Perendaman
Setelah melalui tahap pengupasan, keping biji kedelai dipisahkan dari
kulit kedelai. Kulit kedelai lebih ringan dari keping kedelai. Karena itu,
bila kedelai terkupas ditaruh di dalam suatu wadah dan ditambah air,
kulit kedelai mengambang dan mudah dipisahkan.
Bila semua kulit kedelai dibuang, tempe yang dihasilkan dikenal sebagai
tempe murni. Sebagian perajin tempe tidak membuang seluruh kulit
kedelai untuk meningkatkan volume tempe yang dihasilkan. Adanya
campuran kulit kedelai pada tempe dapat diketahui bila tempe diiris,
akan tampak kulit kedelai. Selain itu dapat juga diidentifikasi dengan
memperhatikan jarak antara keping biji kedelai yang jauh, atau bila
tempe digoreng menyerap banyak minyak. Kulit kedelai yang disisakan
juga dapat memacu pertumbuhan bakteri selama perendaman. Proses
perendaman dimaksudkan untuk mencapai tingkat keasaman (pH), yang
sesuai untuk pertumbuhan kapang pada keping kedelai. Kapang akan
tumbuh baik bila PH keping kedelai di antara 3.5 dan 5.2.
e. Pengupasan Kulit
Setelah proses hidrasi dilakukan pengupasan yaitu melepaskan kulit ari
dari keping biji kedelai, proses ini harus dilakukan agar terjadi penetrasi
asam dan miselium kapang kedalam keping biji. Miselium kapang tidak
dapat menembus lapisan kulit ari kedelai karena zat tanduk (khitin) yang
terkandung dalam kulit, sehingga bila kulit tidak terlepas dari keping
kedelai, produk tempe tidak atau kurang kompak.
Pengupasan kedelai dalam jumlah kecil, 1-2 kg, dapat dilakukan dengan
tangan. Lebih dari jumlah itu, pengupasan dengan tangan terasa
merepotkan. Tangan diganti oleh kaki. Kedelai diinjak-injak di dalam
keranjang bambu. Cara ini menyebabkan orang tertentu enggan makan
tempe karena prosesnya tidak higenis. Untuk menghilangkan kesan tidak
higienis, kedelai dimasukan ke dalam karung, yang diinjak-injak
karungnya. Pengupasan dengan cara diinjak mempercepat proses dan
mengurangi pengeluaran energi, karena berat badan secara fisik
membantu proses.
Cara pengupasan kedelai yang paling higienis dan estetis ialah yang
menggunakan alat pengupas. Alat pengupas sederhana terdiri dari dua
silinder kayu yang digerakkan tangan. Alat ini dapat dibuat sendiri.
Setingkat lebih maju, alat pengupas ini dilengkapi pedal sepeda,
digerakkan oleh kaki, seperti halnya mengayuh sepeda. Alat/mesin
pengupas yang dibuat oleh pabrik menggunakan motor listrik sebagai
penggerak.
Kedelai produksi dalam negeri perlu diayak dulu untuk memperoleh biji
yang seragam ukurannya.
f. Pencucian II
Pencucian ke dua ini dimaksudkan untuk membuang kulit kedelai yang
masih tertinggal. Pencucian juga dimaksudkan untuk menghilangkan
bakteri dan mikroorganisme lain yang tumbuh selama perendaman, juga
untuk membuang kelebihan asam dan lendir yang terproduksi.
Pencucian harus dilakukan sampai keping biji kedelai tidak licin lagi oleh
lendir dan kedelai tidak terlalu asam. Lendir dan bakteri apabila tidak
tercuci bersih akan mengganggu pertumbuhan kapang Rhizopus sp.
Sehingga dapat menyebabkan kegagalan produksi.
g. Pemasakan/Perebusan II
Proses pemasakan dapat dilakukan dengan cara merebus atau
mengukus. Proses pemasakan ini selain untuk melunakkan biji kedelai
juga sebagai proses sterilisasi untuk mematikan bakteri-bakteri yang
tumbuh selama proses perendaman. Keuntungan melalui proses ini yaitu
tempe akan lebih tahan lama, tidak berasa asam dan tidak berlendir.
i. Penambahan Inokulum
Secara tradisional inokulum tempe disebut sebagai ragi tempe atau bibit
tempe atau laru tempe. Bibit tempe sebenarnya ialah spora kapang,
semacam biji pada tumbuhan tingkat tinggi. Spora kapang yang tua
berwarna hitam. Pada pembuatan tempe secara tradisional, yang
menggunakan daun waru atau daun pisang yang dicabik cabik sebagai
bahan pengemas selama pemeraman, spora menempel pada bulu daun
waru atau disela-sela cabikan daun pisang. Daun bekas pembungkus itu
kemudian dikeringkan agar dapat disimpan untuk digunakan bila perlu.
Bibit pada daun digunakan dengan cara menggosok-gosokkan daun
pada keping biji kedelai. Kadang-kadang daun yang kering benar
diremas dan dicampurkan ke dalam kedelai. Cara ini mengakibatkan
tempe kotor oleh serpihan daun.
Jumlah spora pada satu unit ukuran inokulum, gram atau sendok, dapat
diubah dengan memperbanyak bahan pembawa. Jumlah bahan
pembawa yang lebih banyak memudahkan penyebaran spora yang lebih
merata, lebih menjamin pertumbuhan yang baik.
Lain halnya kalau digunakan Inokulum murni yaitu inokulum yang terdiri
dari spora kapang saja. Perubahan yang terjadi hanya yang ditimbulkan
oleh enzim-enzim yang dihasilkan kapang yaitu penguraian protein,
karbohidrat dan asam lemak. Sedangkan aroma yang timbul karena
penguraian karbohidrat oleh khamir dan pembentukan vitamin-vitamin B
serta senyawa isoflavon oleh bakteri, tidak terjadi.
Teknik penambahan inokulum yang dilakukan perajin ada dua cara yaitu
pertama inokulum ditaburkan pada kedelai yang telah ditiriskan dan
didinginkan, kedua Inokulum ditambahkan pada kedelai yang direndam
air dan dibiarkan beberapa lama, kemudian air dikeluarkan melalui
lubang-lubang kecil yang dibuat pada bagian dasar wadah. Teknik kedua
dimaksudkan agar Inokulum merata pada seluruh keping biji kedelai,
karena Inokulum yang ditambahkan hanya sedikit. Teknik kedua ini
j. Pengemasan
Keping-keping biji kedelai yang sudah dicampur dengan inokulum
diperam dalam kemasan. Kemasan diperlukan karena kapang hanya
memerlukan sedikit oksigen untuk tumbuh. Karena itu kemasan
dilubangi agar oksigen dapat masuk ke dalam kemasan. Kemasan juga
berguna untuk mengkondisi suhu agar selalu sesuai untuk pertumbuhan
kapang. Jenis pengemas dan teknik pengemasan menentukan jangka
waktu pemeraman.
k. Pemeraman
Pemeraman dimaksudkan untuk memberikan kesempatan tumbuh
kepada kapang. Pertumbuhan kapang yang baik akan terjadi pada suhu
di antara 20°C-37°C. Bila suhu di bawah 20°C perlu diberi penghangatan
dengan cara menutupi kemasan kedelai dengan kain atau karung goni,
atau ruang pemeraman dipasangi lampu. Kelembaban dan oksigen
mempengaruhi kecepatan tumbuh kapang. Kelembaban rendah akan
menghambat pertumbuhan kapang. Sebaliknya, bila keping biji kedelai
terlalu basah, bakteri akan tumbuh mendahului kapang. Terlalu banyak
oksigen akan menyebabkan pertumbuhan kapang yang terlalu pesat,
sedangkan bila oksigen kurang, kapang tidaK tumbuh baik.
Aktifitas enzim amilase terjadi pada periode pemeraman 0-12 jam dan
tertinggi tercapai pada waktu 12 jam. Aktifitas amilase tertinggi
dihasilkan oleh Rhizopus oryzae. Jumlah maltosa yang dibebaskan oleh
kapang mencapai maksimum pada fermentasi 12 jam. Aktifitas enzim
protease pada pemeraman 36 jam dari kapang Rhizopus oligosporus dan
kapang campuran sama, sedang aktifitas protease dari kapang Rhizopus
oryzae lebih rendah. Aktifitas protease tertinggi dari Rhizopus
oligosporus dan Rhizopus oryzae tertinggi pada pemeraman 72 jam,
namun pada periode antara 36 sampai 72 jam fermentasi aktifitas enzim
protease ini bukan hanya untuk hidrolisa protein menjadi asam amino
namun juga untuk pembentukan amonia.
mikroba
kontaminan
.
Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Pengolahan Tempe Kedelai:
a. Perebusan yang dilakukan pada suhu 100 0C selama 30 menit bertujuan
untuk melunakkan biji kedelai agar mudah ditembus oleh miselium
kapang dan mudah didegradasi makromolekulnya oleh kapang,
a. Kebersihan pekerja
1) Kesehatan Karyawan
2) Kebersihan Karyawan
a) Karyawan harus selalu menjaga kebersihan badannya.
b) Karyawan seharusnya mengenakan pakaian kerja/celemek
lengkap dengan penutup kepala, sarung tangan dan sepatu
kerja. Pakaian dan perlengkapannya hanya dipakai untuk
bekerja. Karyawan harus menutup luka dan perban.
c) Karyawan harus selalu mencuci tangan dengan sabun
sebelum memulai kegiatan mengolah pangan, sesudah
menangani bahan mentah atau bahan/alat yang kotor dan
sesudah ke luar dari toilet.
3) Kebiasaan Karyawan
4) Kondisi Bangunan
c. Kebersihan lingkungan
1) Kondisi Lingkungan
2) Pencegahan Hama
d. Kebersihan produk
Kebersihan produk merupakan hasil akhir dari kegiatan produksi.
Dalam hal ini patut diperhatikan:
1) Pengendalian Proses
2) Proses Penyimpanan
1) Kemasan
2) Pelabelan
Menurut Kasmidjo (1990) tempe yang baik harus memenuhi syarat mutu
secara fisik dan kimiawi. Tempe dikatakan memiliki mutu fisik jika tempe itu
sudah memenuhi ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut :
a) Warna Putih
Warna putih ini disebabkan adanya miselia kapang yang tumbuh pada
permukaan biji kedelai.
Untuk mendapatkan tempe yang berkualitas baik, selain bahan baku dan
bahan pembantu yang digunakan harus berkualitas baik, proses pengolahan
juga harus diperhatikan. Salah satu tahapan proses pembuatan tempe
adalah fermentasi. Fermentasi pada tempe bukan merupakan fermentasi
spontan seperti pada pembuatan pikel, sehingga untuk proses fermentasi
tempe sengaja ditambahkan ragi yang mengandung mikroorganisme dari
jenis kapang yaitu Rhizopus sp. Oleh karena itu untuk mendapatkan tempe
yang baik maka laru/ragi tempe harus dalam keadaan aktif, artinya kapang
tempe mampu tumbuh dengan baik. Menggunakan laru yang masih baru
akan berpeluang menghasilkan tempe yang baik. Laru sangat berpengaruh
terhadap pembentukan rasa, aroma dan flavor tempe yang dihasilkan.
b. Suhu
Kapang tempe bersifat mesofilik, yaitu untuk tumbuhnya memerlukan
suhu antara 25o – 30o C atau suhu kamar, oleh sebab itu suhu ruangan
tempat pemeraman perlu diperhatikan dengan memberikan ventilasi
yang cukup baik.
BULAN : ……………………………………
TANGGAL
URAIAN JUMLAH
Kedelai (kg)
Ragi (g)
Catatan :
……………………………………………………………………………………………………………………
Cianjur, …………………….
Penanggung jawab
( ……………………………… )
BULAN : ……………………………………
TANGGAL
URAIAN JUMLAH
Produk :
Jumlah (pcs)
Gagal (pcs)
Catatan :
……………………………………………………………………………………………………………………
Cianjur, …………………….
Penanggung jawab
( ……………………………… )
Setip tahapan proses dari proses produksi tempe juga perlu dicatat, hal ini
bertujuan untuk memastikan bahwa proses produksi sesuai SOP, dan
Tahapan Hasil
No. Kriteria
Proses Pengamatan
Tahapan Hasil
No. Kriteria
Proses Pengamatan
tinggi
2.3. Kedelai terlalu basah karena
kurang tir
2.4. Lubang pembungkus terlalu
kecil
2.5. Alat tidak bersih dan tidak
higienis
c. Pembersihan basah (wet cleaning). Hal ini berlaku untuk area dimana
seluruh ruangan atau zona harus selalu dibersihkan dengan basah. Isi
(peralatan, nampan, kabel, plafon, dinding, dll) dicuci tanpa batasan
jumlah cairan pembersih yang digunakan. Metode pembersihan basah
dilakukan di area produksi industri pengolahan daging, susu dan ikan.
Pembersihan basah disarankan digunakan untuk membersihkan residu
mengandung bahan alergen yang lengket.
BAB V
MENGEMAS HASIL PRODUKSI SESUAI SPESIFIKASI YANG DITENTUKAN
Saat ini dipasaran sering kita jumpai tempe dengan bungkus plastik, baik
yang berbentuk persegi maupun bulat memanjang. Selain itu juga banyak
ditemukan tempe yang dibungkus dengan daun pisang. Bahkan zaman
dahulu saat belum umum penggunaan plastik untuk bungkus tempe, orang
banyak menggunakan bungkus daun waru. Namun kini bungkus daun waru
telah banyak digantikan oleh plastik.
BAB VI
MENGHITUNG BIAYA
1.500.000,00 5 tahun
2. Rak fermentasi
1.000.000,00 5 tahun
3. Timbangan duduk
kapasitas 150 kg
300.000,00 2 tahun
4. Timbangan kue 2
buah
3.500.000.00 5 tahun
5. Mesin pengupas kulit
ari biji kedelai
800.000,00 5 tahun
6. Kompor smawar 2
buah
300.000,00 5 tahun
7. Tong plastik 2 buah
600.000,00 2 tahun
8. Ember plastik 4 buah
250.000,00 5 tahun
9. Panci besar 4 buah
200.000,00 1 tahun
10.Tampah 8 buah
350.000,00 5 tahun
12.Hand sealer
10.800.000,00
Total
BIAYA TETAP:
1. Listrik untuk penerangan = Rp 50.000/bln
2. Penyusutan alat = Rp. 216.000/bln
3. Sewa Bangunan = Rp. 500.000/bln
Jumlah Rp. 766.000
BIAYA VARIABEL:
1. Bahan baku:
- kacang kedelai 60kg @ Rp 8.000,- = Rp.480.000,-
- ragi tempe 2,5 kg @ Rp. 15.000 = Rp. 37.500,-
Sub total Rp. 517.500
2. Bahan tambahan:
- 1,5 kg plastik = Rp. 60.000,-
- Listrik untuk mesin = Rp. 25.000,-
- LPG = Rp. 24.000,-
Sub total Rp. 109.000,-
3. Gajih karyawan
- Ongkos harian 4 orang x @Rp. 20.000,- = Rp. 80.000,-
- Uang Makan 4x Rp.10.000 = Rp. 40.000,-
Sub total = Rp. 120.000,-
Biaya tetap :
DAFTAR PUSTAKA
A. Dasar Perundang-undangan
1. Badan Standarisasi Nasional, 1995, SNI 01-3922-1995, Kedelai
2. Badan Standarisasi Nasional, 2015. SNI 3144-2015, Tempe Kedelai
B. Buku Referensi
1. Danik Dania A, 1998, Pembuatan Tempe, PPPG Pertanian, Cianjur
2. Kasmidjo, 1990. Tempe: Mikrobiologi dan Kimia Pengolahan serta
Pemanfaatannya. PAU Pangan dan Gizi UGM. Yogyakarta
3. Sarwono, 2002. Membuat Tempe dan Oncom. Penebar Swadaya. Jakarta
4. Susanto, T. dan B. Saneto, 1994. Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian. Bina
Ilmu, Surabaya.
5. Tim Agroindustri, 2011. Modul Pembuatan Tempe. Pengolahan Serealia dan
kacang-kacangan. PPPPTK Pertanian Cianjur
D. Referensi Lainnya
1. BSN (2012), Tempe: Persembahan Indonesia untuk Dunia. Badan
Standardisasi Nasional. Jakarta.
2. Krisdiana, R. (2007). Preferensi industri tahu dan tempe terhadap ukuran dan
warna biji kedelai. Retrieved Januari 20, 2018, from Iptek Tanaman Pangan,
Balai Litbang Pertanian: http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id
3. Syahrial, I. Analisa Pak Dosen Tentang Usaha Tempe. Retrieved Pebruari 1,
2018, from https://www.academia.edu
A. Daftar Peralatan
No
Nama Peralatan/Mesin Keterangan
.
1. Laptop, infocus, laserpointer Untuk di ruang teori
2. Whiteboard
3. Standar chart dan kelengkapannya
4. Peralatan Praktik untuk pembuatan tempe Untuk di ruang praktik
5. Alat sanitasi
6. Alat Pelindung Diri (APD) Setiap peserta
B. Daftar Bahan
No
Nama Bahan Keterangan
.
1. Modul Pelatihan (buku informasi, buku kerja, Setiap peserta
buku penilaian)
2. Kertas polio bergaris
3. Spidol whiteboard
4. Kertas chart (flip chart)
5. ATK
6. Bahan praktik Setiap peserta
7. Bahan sanitasi