A. Lit - Prof Hermin DKK Implementasi 4.0 Di SMK-2020
A. Lit - Prof Hermin DKK Implementasi 4.0 Di SMK-2020
A. Lit - Prof Hermin DKK Implementasi 4.0 Di SMK-2020
BIDANG ILMU
DANA DIPA PPS UNY
TAHUN ANGGARAN 2020
JUDUL PENELITIAN:
KESIAPAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DALAM MENGHADAPI
TANTANGAN ERA INDUSTRI 4.0
Oleh:
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
TAHUN 2020
LEMBAR PENGESAHAN
PENELITIAN PENGEMBANGAN BIDANG ILMU
Dr. Moch. Bruri Triyono, M.Pd Prof. Dr. Herminarto Sofyan, M.Pd
NIP. 19560216 198603 1 003 NIP. 19631230 198812 1 001
Menyetujui,
Direktur PPs,
ii
KESIAPAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DALAM MENGHADAPI
TANTANGAN ERA INDUSTRI 4.0
Tim Peneliti:
Prof. Dr. Herminarto Sofyan, M.Pd
Dr. Putu Sudira, M.P.
Dr. Gunadi, M.Pd.
Drs. Wardan Suyanto, MA, EdD.
Mahasiswa:
Muhammad Nurtanto, M.Pd
Ranu Iskandar, S.Pd
ABSTRAK
Pendidikan merupakan sektor paling strategis dalam pembangunan nasional, terutama
pendidikan kejuruan dalam menyiapkan tenaga kerja terampil yang dapat mengisi keperluan
pembangunan. Dunia pendidikan khususnya pendidikan kejuruan dihadapkan pada pesatnya
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dimana banyak pekerjaan dan Cara kerja lama
akan lenyap digantikan oleh teknologi dan mesin-mesin cerdas, sementara jenis pekerjaan
baru bermunculan. Oleh karenanya, SMK harus berubah, dengan merespon Revolusi
industri 4.0 SMK harus mampu mempersiapkan keterampilan yang perlu dibekalkan pada
siswa agar dapat beradaptasi dengan jenis pekerjaan masa depan.
Luaran dari penelitian ini adalah buku yang digunakan sebagai materi pembelajaran
Kejuruan mahasiswa PTK S2 dan S3 tentang kesiapan sekolah dalam menghadapi tuntutan
era industry 4.0 yang bertumpu pada cyber physical system yang mengubah secara radikal
cara manusia berkehidupan, bekerja dan berkomunikasi. Pekerjaan yang semula dilakukan
manual dan hanya mengandalkan kognitif semata sudah mulai digantikan oleh mesin/robot
dan teknologi informasi, akan menghilangkan keterampilan dasar digantikan oleh jenis-jenis
pekerjaan baru yang belum bisa kita bayangkan.
Penelitian yang dilakukan menggunakan penelitian pengembangan keilmuan dengan
pendekatan Symatic Literatur Review (SLR) yaitu mengkaji literature review dan konteks
baru dari Industry Revolution 4.0. Sumber data penelitian berupa scopus, Web of Science,
Elsavier, dan Google Scholar. Analisis data yang dilakukan menggunakan tahapan
Identification, Screening, Study Selection, Article Assessment, and Extraction. New concept
vocational learning to develop Capability and employability skills for Industries 4.0
selanjutnya dilakukan uji karakteristik terhadap kondisi nyata di penyelenggara vocational
education-DIY.
Studi eksplorasi yang telah dilakukan dapat disumpulkan bahwa: (1) Pembelajaran
integrasi antara daring dan luring pendakatan pembelajaran yang dipilih adalah e-learning
(6.58%) dan blended learning (17.5%), sedangkan pembelajaran daring sebanyak 75.34%,
menemukan banyak variasi. Pendekatan baru telah diadopsi oleh guru vokasional
diantaranya E-Learning sebesar 54.8%, Google Classroom sebesar 8.22%, Flexible learning
sebesar 8.22%, dan blended learning 4.11%; dan (2) Kesiapan guru vokasional dalam
menghadapi revolusi industry 4 yang ditinjau berdasarkan keterlibatan transformasi
digitalisasi dalam pelaksanaan pembelajaran sebesar 79.8%, prinsip-prinsip design dalam
pelaksanaan pembelajaran sebesar 77.8%, inovasi-inovasi pembelajaran yang telah
dilakukan guru vokasional sebesar 75.00%, dan pengembangan skills yang telah dilakukan
guru vokasional sebesar 77.4%.
Kata kunci: Kesiapan sekolah kejuruan, SMK, Industry 4.0
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I. PENDAHULUAN
kemampuannya mengelola dan memberdayakan SDM dalam menguasai sains dan teknologi
(Ali, Mohammad, 2009: 53). Peningkatan kemampuan perekonomian suatu bangsa sangat
tergantung diantaranya kepada kemampuan sumber daya manusia yang menjadi komponen
pokok dan berperan aktif dalam perubahan melalui tingkat keterampilan dan pengetahuan
yang dimilikinya (Elchanan Cohn: 1979; Ace Suryadi, 2009). Aset paling berharga bagi
suatu bangsa pada era global ini menurut Theodore Schultz dalam Jac Fitz-enz (2000) adalah
sains dan pekerja terdidik (knowledge worker). Pengetahuan (knowledge) telah menjadi
modal bagi pembangunan ekonomi suatu negara menggantikan sumber daya alam yang
Bagi Bangsa Indonesia globalisasi dan industrialisasi merupakan sebuah tantangan dan
peluang yang harus dapat dimanfaatkan untuk dapat hidup sejajar dan berdampingan dengan
masyarakat dunia lainnya. Globalisasi dan industrialisasi di satu sisi membuka peluang
untuk mempercepat laju pembangunan, tetapi di sisi lain membawa tantangan persaingan
yang semakin ketat dan tajam. Tuntutan di era global adalah “keunggulan kompetitif
(competitf advantage)” atas semua produk dan jasa yang dihasilkan oleh industri nasional.
Sehingga secara simultan telah menjadikan sumber daya manusia menjadi “kekuatan utama”
bagi industri nasional dalam menghasilkan keunggulan dalam konteks yang lebih
Pendidikan merupakan sektor paling strategis dalam pembangunan nasional, hal ini
disebabkan karena peningkatan kualitas manusia yang menjadi subyek pembangunan hanya
dapat dicapai melalui pendidikan. Melalui pendidikan selain dapat diberikan bekal
pengetahuan, kemampuan dan sikap juga dapat dikembangkan berbagai kemampuan yang
1
dibutuhkan oleh setiap anggota masyarakat. Untuk menghadapi hal tersebut, Pendidikan di
Indonesia, terutama pendidikan kejuruan dituntut mampu menyiapkan tenaga kerja terampil
yang dapat mengisi keperluan pembangunan, mengubah status siswa dari status beban
menjadi aset bangsa, menciptakan sumberdaya manusia profesional yang dapat diandalkan
pendidikan kejuruan yang berorentasi pada dunia industri dengan penekanan pada
pendekatan pembelajaran dan didukung oleh kurikulum yang sesuai. Oleh karena itu
sekolah kejuruan dalam proses pembelajaran harus bisa membuat pendekatan pembelajaraan
kejuruan dihadapkan pada pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, invensi dan
inovasi diciptakan dengan laju eksponensial (Nizam, 2020). Banyak pekerjaan dan cara
kerja lama lenyap digantikan oleh teknologi dan mesin-mesin cerdas, sementara jenis
kondisi masa depan yang penuh dengan vulnerability, uncertainty, complexity, dan
industri 4.0, tantangan Revolusi Industri 4.0 yang bertumpu pada cyber physical system
yang mengubah secara radikal cara manusia berkehidupan, bekerja dan berkomunikasi.
Pekerjaan yang semula dilakukan manual dan hanya mengandalkan kognitif semata sudah
mulai digantikan oleh mesin/robot dan teknologi informasi. Diperkirakan 35% keterampilan
dasar akan hilang, digantikan oleh jenis-jenis pekerjaan baru yang belum bisa kita
dibekalkan pada siswa agar dapat beradaptasi dengan jenis pekerjaan masa depan.
2
B. Identifikasi Masalah
Berbagai pihak mengatakan bahwa program yang dilaksanakan di sekolah kejuruan
belum sesuai dengan kondisi nyata di dunia kerja, belum mencapai kompetensi yang
(mismatch) ini telah menjadi isu utama yang menyebabkan polemik berkepanjangan antara
penyelenggaraan pendidikan kejuruan hingga saat ini telah menunjukkan hasil yang cukup
pengetahuan adalah salah satu kunci utama dalam mempersiapkan lulusan yang
siap untuk diterjunkan ke dunia pekerjaan. Untuk mencapai hal tersebut lembaga
profesional, memiliki etos kerja, disiplin dan tetap menjunjung tinggi budaya
bangsa.
3) Diperkirakan 35% keterampilan dasar akan hilang pada tahun 2025, digantikan
oleh jenis-jenis pekerjaan baru yang belum bisa kita bayangkan. Sehingga, SMK
agar dapat beradaptasi dengan jenis pekerjaan masa depan. Pekerjaan yang
3
semula dilakukan manual dan hanya mengandalkan kognitif semata sudah mulai
mobilitas dan persaingan tenaga kerja secara bebas antar sesama negara anggota
5) Struktur tenaga kerja Indonesia saat ini 64% berpendidikan maksimal SMP harus
Terakhir, adalah hadirnya generasi millenial Indonesia. Mereka adalah generasi yang
cerdas, pembelajar cepat, dan pengguna aktif sosial media, mendambakan fleksibilitas dan
kebebasan untuk bekerja di mana saja, kapan saja dan dengan siapa saja. Mereka adalah
C. Batasan Masalah
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa masih terdapat kesenjangan
kemampuan lulusan SMK sehingga belum sepenuhnya mampu terserap di dunia industry,
di samping beberapa tantangan ke depan khususnya dalam menghadapi Era Industri 4.0 yang
akan memunculkan pekerjaan baru dan menggerus pekerjaan lama yang sifatnya mekanis
4
Dalam penelitian ini akan dilakukan penelitian terhadap identifikasi kesiapan SMK
dalam mengahdapi tantangan Era Industri 4.0 sebagai sebuah jawaban atas tantangan dan
harapan masyarakat terhadap SMK sebagai gardda dalam mengahsilkan lulusan produktif
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, dan focus dalam penelitian ini perlu dirumuskan
masalah penelitian secara operasional. Perumusan masalah tersebut sangat bermanfaat bagi
usaha pengumpulan data dan informasi yang diperlukan dalam rangka usaha pendekatan
ilmiah dalam penelitian ini. Secara operasional pokok-pokok masalah di dalam rumusan
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian adalah:
F. Mafaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk:
5
1) Sebagai dasar dalam perencanaan dan pengembangan program inovasi SMK
6
BAB III. KAJIAN PUSTAKA
Konsep revolusi industri 4.0 pertama kali diperkenalkan oleh Profesor Klaus Schwab.
Ekonom terkenal asal Jerman yang juga pendiri dan Executive Chairman World Economic
Forum, yang pertama kali memperkenalkannya. Dalam bukunya The Fourth Industrial
Revolution (2017), ia menyebutkan bahwa saat ini kita berada pada awal sebuah revolusi
yang secara fundamental mengubah cara hidup, bekerja dan berhubungan satu sama lain.
Era ini telah mengubah banyak bidang kehidupan manusia, termasuk ekonomi, dunia kerja,
bahkan gaya hidup manusia. Singkatnya, revolusi 4.0 menanamkan teknologi cerdas yang
Dunia kerja saat ini dan kedepan sangat jauh berbeda dengan dunia kerja 5 atau 10
tahun yang lalu. Dunia kerja telah berevolusi seiring dengan terjadinya revolusi industri,
sejak revolusi industri pertama yang ditandai dengan penggunaan tenaga air & uap untuk
menggerakkan produksi, revolusi industri kedua yang ditandai dengan tenaga listrik untuk
produksi masal, revolusi industri ke-tiga yang ditandai dengan penggunaan ektronika & TI
untuk produksi otomatisasi dan saat ini memasuki revolusi industry ke-empat dengan
sentuhan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan Artificial Intellegence (AI) yang
disebut dengan era digital. Revolusi industry ke-empat telah menjadikan TIK dan AI sebagai
basis atau penggerak utama dalam system operasional dan telah melahirkan industry 4.0.
Akibatnya waktu dan ruang tidak lagi berjarak dan bahkan real time.
Dampak dari Revolusi Industri 4.0 (ADB : 2017) berupa hilang dan terdisrupsinya
pekerjaan yang akan digantikan oleh teknologi, misalnya robot, Artificial Intellegence (AI).
Hilangnya fungsi layanan manual dan digantikan oleh pemanfaatan teknologi (misalnya
layanan teller di bank digantikan oleh ATM baik untuk tarikan maupun setoran tunai, online
banking) dimana manfaat: layanan lebih murah, lebih cepat dan lebih baik. Selanjutnya 56%
pekerjaan di lima negara ASEAN (Cambodia, Indonesia, Viet Nam, Thailand dan
7
Philippines) terancam hilang karena otomasi pada beberapa decade mendatang. Separuh dari
pekerja retail Amerika diprediksi akan digantikan robot. Diprediksi 7,5 juta pekerjaan akan
tertinggi adalah kasir dimana 73% dipegang oleh pekerja wanita (mailonline, Mei 2017).
Fourth Industrial Revolution (“4IR”) atau Revolusi Industri 4.0 tidak hanya berpotensi
luar biasa dalam merombak industri, tapi juga mengubah berbagai aspek kehidupan
manusia. Bagi Indonesia, fenomena 4IR memberi peluang sangat besar untuk meningkatkan
daya saing bangsa. Sehingga ini merupakan peluang yang besar bagi lulusan Perguruan
tinggi seperti STIE dan Politeknik Kridatama sebagai pemeran utama dalam menghadapi
tantangan Revolusi Industri 4.0. Oleh karena itu lulusan harus mengembangkan potensinya
semaksimal mungkin selama kuliah di kampus, tidak hanya di bidang akademik namun juga
kreativitas dan inovasi untuk berkiprah di dunia usaha dan industry. Terdapat empat hal yang
harus dimiliki lulusan untuk bertarung di era revolusi industri 4.0 yaitu kompetensi
berinteraksi dengan berbagai budaya, keterampilan sosial, literasi baru (data, teknologi
Kehadiran revolusi industri 4.0 memang menghadirkan usaha baru, lapangan kerja
baru, profesi baru yang tak terpikirkan sebelumnya yang berbasis pada kombinasi teknologi
antara lain : (1) Internet of Things, (2) Artificial Intelligence, (3) New Materials, (4) Big
Data, (5) Robotics, (6) Augmented Reality, (7) Cloud Computing, (8) Additive
Manufacturing 3D Printing, (9) Nanotech & Biotech, (10) Genetic Editing, (11) E-Learning.
Banyak hal yang tak terpikirkan sebelumnya, tiba-tiba muncul dan menjadi inovasi baru,
serta membuka lahan bisnis yang sangat besar. Munculnya transportasi dengan sistem ride-
(SDM) tetap akan menjadi sangat penting dalam era ini. SDM yang memiliki keterampilan
8
(Skill) dan pengetahuan (Knowledge) dengan perilaku-perilaku (attitude) handal termasuk
social skill (keterampilan sosial) akan menjadi syarat kualifikasi kompetensi yang wajib
dimiliki setiap SDM agar mampu bersaing dan mengambil bagian dalam Era Revolusi
Industri 4.0.
A. Pendidikan Kejuruan
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di industri menuntut peran
pendidikan sebagai hal yang sangat penting dalam mengembangkan tenaga kerja terdidik.
Dunia pendidikan dituntut harus mampu menghasilkan lulusan yang menguasai ilmu
mengetahuan dan teknologi serta mampu mengembangkan sikap profesional untuk mengisi
kebutuhan dunia kerja yang semakin kompetitif. Namun pada kenyataannya sistem
Indonesia sebagai sumber daya yang berkualitas dan mampu bersaing dalam semua level.
Mutu pendidikan merupakan fokus utama yang dijadikan agenda untuk diatasi dalam
bermutu akan diperoleh lulusan bermutu yang mampu membangun diri, keluarga,
kerja tingkat menengah (Purwoko, 2010). Sejalan dengan kebutuhan untuk mendapatkan
SDM yang berkualitas maka pemerintah melalui sekolah menengah kejuruan (SMK)
bekal penunjang bagi penguasaan keahlian profesi dan bekal kemampuan pengembangan
diri untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang tertentu
(Calhoun and Finch, 1976; Sukamto, 1988; Slamet, 1996). Hal ini tertulis dalam penjelasan
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional
9
yang berbunyi: “Pendidikan kejuruan adalah merupakan pendidikan menengah yang
mempersiapkan siswa terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu”. Ditegaskan pula
dalam kurikulum SMK (Depdiknas, 2004: 1) bahwa peran SMK adalah menyiapkan siswa
dengan kemampuan dan keterampilan bidang tertentu agar setelah lulus dapat bekerja pada
bidang tertentu baik secara mandiri (wiraswasta) maupun untuk mengisi lowongan yang ada.
Sehingga salah satu program pendidikan SMK adalah memberikan pelayanan proses
Program pendidikan di SMK berbeda dengan sekolah umum (Cholik, 2010). Sekolah
lulusan yang siap kerja, sedangkan untuk sekolah umum menitikberatkan pada sektor
teoritik yang hasil lulusannya siap memasuki perguruan tinggi. Melalui pendidikan SMK
diharapkan siswa mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan program
keahliannya (Evans and Herr, 1978; Power, 1999; Pavlova, 2009), sehingga setelah lulus
mempunyai bekal untuk memasuki dunia kerja yang sesuai dengan keahliannya (Winch,
pendidikannya tidak dapat diukur dari jumlah siswa yang lulus maupun berprestasi, akan
tetapi seberapa besar lulusan SMK tersebut dapat tersalurkan untuk mengisi dunia kerja
Kualitas pendidikan di SMK diukur dari kualitas dan relevansi lulusannya dengan
keseluruhan, namun sudah barang tentu mempunyai kekhususan atau karakteristik tertentu
10
yang membedakannya dengan pendidikan yang lain (Cholik, 2010). Perbedaan ini tidak
hanya dalam definisi, struktur organisasi dan tujuan pendidikannya saja, tetapi juga
tercermin dalam aspek-aspek lain yang erat kaitannya dengan perencanaan kurikulum, yaitu
: (1) orientasi pendidikannya, (2) justifikasi untuk eksistensinya, (3) fokus kurikulumnya,
perbekalan logistiknya (7) hubungannya dengan masyarakat dunia usaha (Finch &
Crunkilton, 1984). Hubungan lebih jauh dengan masyarakat yang mencakup daya dukung
dan daya serap lingkungan yang sangat penting perannya bagi hidup dan matinya suatu
sekolah menengah kejuruan. Perwujudan hubungan timbal balik yang menunjang ini
kesediaan dunia usaha menampung anak didik sekolah menengah kejuruan dalam program
nomor 29 Tahun 1990, bahwa pendidikan kejuruan diartikan sebagai pendidikan yang
mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu. Dalam Undang-
Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 yang baru, sistem pendidikan
kejuruan diperluas menjadi tiga jenis yaitu pendidikan kejuruan, vokasi dan profesi.
keterampilan dan keahlian terapan dalam bidang tertentu. Sedangkan pendidikan profesi
kemampuan dan keterampilan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang pekerjaan
tertentu.
Pendidikan kejuruan merupakan salah satu jenjang pendidikan pada tingkat menengah
dalam sistem pendidikan dua jalur yang diterapkan di Indonesia (Slamet, 1996). Ada
11
beberapa definisi tentang pendidikan kejuruan. (1) Menurut Evans and Herr (1978),
Pendidikan kejuruan adalah bagian dari pendidikan untuk menjadikan individu lebih mampu
bekerja dalam satu kelompok kerja dibanding dengan lainnya; (2) batasan lain diberikan
oleh Home Committee on Education and Labour, (Oemar, 1990: 24) adalah suatu bentuk
mengarah pada dunia kerja yang dipandang sebagai latihan keterampilan; (3) sedangkan
direncanakan untuk menyiapkan peserta didiknya untuk memasuki dunia kerja tertentu atau
jabatan di keluarga, atau meningkatkan mutu para pekerja; (4) Menurut Brown (1979: 16)
...prepared to take part in the world of work, either pemannently or during a period of
further education ..... able to earn a living is invaluable to anyone, and the nation’s work
Dari beberapa pengertian di atas, jelas bahwa pendidikan kejuruan berorientasi pada
pekerjaan sehingga programnyapun dipersiapkan untuk dunia kerja, namun bukan semata-
kehidupan yang layak karena relevan dengan kebutuhan masyarakat, melainkan juga
memberi bekal bagaimana bekerja yang efekfif dan efisien serta menyiapkan kompetensi-
lulusannya untuk siap memasuki dunia kerja. Hal ini seperti yang dikemukakan Calhoun
dan Finch (1982: 64), ".. The Pinciple have not changed even though the implementation
has brought new approach, there is vocational education provides the skills and knowledge
valuable in the labour market”. Selanjutnya Clarke and Winch, (2007: 9) menyampaikan
12
bahwa pendidikan kejuruan berfungsi untuk mempersiapkan generasi muda dan manusia
accelerative changes, and the merger of technology and globalization will drive our life,
terutama pada bidang pendidikan kejuruan. Tantangan tersebut, secara sadar harus diikuti
sebagai upaya persaingan globalisasi. Trailing dan Fadel (2009) telah mendeskripsikan
pendekatan pembelajaran abad ke-21 yang berorientasi pada empat unsur yaitu knowledge
work, thinking work, learning research, and digital lifestyle (gambar 2). Ketiga unsur dari
empat unsur tersebut sangat dekat dengan konsep penyelenggaraan pendidikan kejuruan
yaitu pengetahuan cara kerja, penguatan alat berpikir, dan gaya hidup pada digital.
Pengetahuan cara kerja adalah kesesuaian pola industry yang harus diikuti oleh
berpikir adalah kemampuan berinteraksi terhadap teknologi, alat digital dalam membangun
literasi yang tepat. Gaya hidup digital merupakan kemampuan dalam menggunakan dan
dari pelaksanaan pembelajaran untuk mencapai keterampilan abad 21. Beberapa perubahan
yang telah ditawarkan oleh peneliti diantaranya: (1) pemecahan masalah yang kompleks; (2)
berpikir kritis; (3) kreativitas; (4) manajemen orang dalam tim; (5) kerjasama dalam tim; (6)
kecerdasan emosional; (7) penilaian dan pengambilan keputusan; (8) orientasi layanan; (9)
negosiasi; dan (10) fleksibilitas kognitif. Framework keterampilan abad ke 21 juga relavan
dengan misi UNESCO pada empat pilar yaitu (1) learning to how; (2) learning to do; (3)
learning to be; and (4) learning to live together. Sifatnya yang unpredictable, menghasilkan
a. Tujuh keterampilan yang harus dicapai oleh peserta didik yaitu: (1) kemampuan berpikir
kritis dan pemecahan masalah, (2) kolaborasi dan kepemimpinan, (3) ketangkasan dan
berkomunikasi efektif baik secara oral maupun tertulis, (6) mampu mengakses dan
menganalisis informasi, dan (7) memiliki rasa ingin tahu dan imajinasi, (Wagner, 2010);
kejuruan yang mampu memanajerial dirinya dalam menghadapi tantangan global. Semua
pendekatan keterampilan memiliki unsur kebenaran. Apabila diringkas dalam tiga aspek
dimensi mengarah pada informasi, komunikasi dan etika dan pengaruh social. Meskipun
dukung yang dimiliki oleh setiap Negara. Hal ini memungkinkan prinsip atau cara dalam
14
menghadapi setiap tantangan dalam pola yang berbeda. Konsep dalam perubahan baru harus
dilakukan dan beberapa konsep lama harus tetap dipertahankan yaitu culture. Hal ini
dimaksudkan untuk tetap menjaga kearifan local yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.
Keterampilan yang harus dipersiapkan untuk pekerjaan masa depan ditunjukkan dengan
dimaksudkan adalah pemcahan masalah sebesar 36%, social sebesar 19%, proses sebesar
18% dan system 17% merupakan keterampilan yang akan dicari oleh industry. Sehingga
konsep pembelajaran abad ke 21 yang harus dilakukan perubahan lebih pada unsur-unsur
tersebut. Sedangkan kebutuhan pada keterampilan yang mengedepankan pada fisik akan
memiliki konspe yang jelas terhadap industry dan perguruan tinggi dalam menyiapkan
15
lulusannya. Terlebih pada bidang technology rekayasa pada keahlian otomotif, banyak
dijumpai dalam pelaksanaan pembelajaran belum pada kebutuhan industry. Hal ini perlu
dilakukan pemetaan terhadap kesiapan sekolah kejuruan terutama di bidang TKR agar
industry saat ini. Hubungan simbiosis dalam kesiapan Sekolah Kejuruan didasarkan pada
teknologi lampau, saat ini dan masa depan, yang dipisahkan dalam kebutuhan primer,
sekunder, tersier dan quarter berdasarkan sumber daya industrt tingkat local, nasional dan
global dalam lingkungan keahlian otomotif (gambar 4). Hasil yang dicapai menjadi rujukan
16
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Systematic Literatur Review (SLR) yang
disarankan Chitu Okoli and Kira Schabram, (2010) and Barbara Kitchenham and Stuart
Charters, (2007). Tahapan dari metode SLR yaitu pencarihan untuk pemilihan,
menganalisis dan menilai study yang dihasilkan. Identfikasi penelitian didasarkan pada
thema atau topic yang telah diputuskan yaitu kesiapan, SMK, dan Era Industry 4.0. Adapun
Tahap pertama dalam pelaksanaan SLR adalah menentukan objek penelitian dan
pertanyaan penelitian yang dipertimbangkan. Dalam tahap ini, beberapa masalah harus
diatasi berdasarkan tujuan penelitian dalam latar belakang dan pendekatan teori yang telah
diungkapkan. Hal ini adalah suatu keharusan untuk menghindari kesalahan yang merusak
proses penelitian Lipsey, M., & Wilson, D., (2001). Sehingga, penting dilakukan untuk
memastikan bahwa konsep tersebut dilakukan penyelidikan melalui tinjauan systemic dan
publisher dan journal institusi. Beberapa yang dijadikan rujukan utama yaitu sciendirect,
Springerlink, IEEE dan Emerland untuk menjaga kualitas artikel yang discreening.
Beberapa hasil dari google scholar, researchgate menjadi pertimbangan sendiri, namun
Tahap kedua adalah mengusulkan dan menciptakan istilah utama untuk mencari
artikel yang berkolerasi dalam sumber yang dipilih. Pencarian terdiri dari kalimat utama atau
keyword berkaitan dengan topic penelitian atau synonym kata. Peneliti menggunakan
atau mengkorelasikan hubungan sesame paper. Kata kunci pencarian yang digunakan adalah
17
(“prepare” OR “Implementation”) AND (“Vocational Learning”OR “Develop Capability”
Initial search result is article. After With select of keywords search on sources
(Stage 2)
Making full review of the article The article must meet the criteria and also
align with the design of prepare in
to make sure that it is inline with vocational learning in Era IR 4.0 for
research question adequate assessment
Assessment (Stage 4)
Research Article
sejalan dengan pertanyaan penelitian yang diajukan. Artikel yang sesuai dengan pertanyaan
18
penelitian, tersedia dalam bahasa Inggris, dan artikel lengkap dapat diakses disertakan.
SpringerLink, IEEE dan pencarian lain menggunakan pencarian google. Pencarian web
Google dilakukan untuk mendapatkan beberapa artikel yang tidak tersedia dari indeks
penjurnalan. Artikel-artikel yang dipilih ini kemudian disiapkan untuk tahap seleksi studi
selanjutnya.
Pada tahap ketiga, tinjauan lengkap dikondisikan pada artikel yang dipilih untuk
memilih artikel yang terkait atau sejalan dengan pertanyaan penelitian penelitian ini. Artikel
yang dipilih harus memenuhi kriteria, Anh Nguyen-Duc, Daniela S.Cruzes, and Reidar
Conrad, (2015) and Øyvind Hauge, Reidar Conradi and, Claudia P. Ayala (2010).
Memiliki deskripsi yang jelas tentang permintaan pencarian artikel, studi penelitiannya juga
harus sejajar dengan Vocational Learning learning to develop Capability and employability
skills for Industries 4.0 bahwa konten artikel adalah penilaian yang memadai.
Pada tahap keempat ini, penilaian dilakukan untuk artikel yang dipilih, dengan
membaca kualitas artikel, kalimat dengan kalimat, konten, dan kemudian memilih sepuluh
artikel dari masing-masing sumber publikasi yang memiliki hubungan paling representabel
dengan pertanyaan penelitian yaitu desain penjualan musik digital online, sehingga paper
yang digunakan sebagai sumber lebih tersebar dan diratakan, sambil menjaga jumlah paper
cukup kecil untuk penilaian terperinci pada batasan waktu yang tersedia.
Untuk artikel yang ditolak, umumnya memiliki konten yang berhubungan dengan
Vocational Learning learning to develop Capability and employability skills for Industries
4.0 tetapi tidak cukup atau memilikinya jauh lebih sedikit daripada artikel pilihan lainnya.
Dari tahap ini, artikel terbaik telah dipilih dan dihasilkan. Untuk tahapan lebih lanjut dari
new concept terkait Vocational Learning learning to develop Capability and employability
skills for Industries 4.0 dilakukan pengujian karakteristik di tingkat local yaitu DIY,
19
tujuannya adalah melihat konsep yang telah diperoleh disesuaikan dengan konsep pada
kondisi sebenarnya.
20
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
berupa google form yang berisi instrument untuk mendeskripsikan konsep design
pembelajaran di sekolah vokasional saat ini. Tujuan penting dari instrument ini
data responden perlu ditampilkan, untuk mendukung pemaknaan data. Berikut sajian
21
Gambar 8. Pengalaman Mengajar Responden
pekerjaan teringgi adalah guru vokasional dengan ikatan kerja sebagai pegawai sipil
(PNS) dengan partisipan sebanyak 56 (76,7%). Selain itu, guru vokasional dengan
status sebagai guru Yayasan (GY). Keduanya memiliki tingkat kesetaraan yang
sama. Pembedanya adalah guru PNS secara gaji dan tunjangan diatur oleh
vokasional. Namun, di sekolah vokasional sejauh ini juga menerima guru vokasional
non PNS sama dengan GY juga menerima guru baru dengan status GTT, GK, atau
GTB (Gambar 6.). Mereka semua dapat diberhentikan sebagai guru atau ditingkatkan
statusnya apabila dirasa tidak memenuhi atau memenuhi kriteria. Untuk menjawab
sebesar 50 (65.5%) dan perempuan sebesar 23 (31.5%) dapat dilihat pada (Gambar
7.). Peneliti memaknai bahwa sebaran data bersifat hetrogenitas. Artinya diwakili
22
pengalaman mengajar guru vokasional. Tidak ada keterlibatan guru vokasional
dengan pengalaman di bawah 1 tahun, bahkan paling banyak adalah guru vokasional
dengan pengalaman kerja lebih dari 15 tahun sebanyak 40 (54.8%) dapat dilihat pada
(Gambar 8.). Peneliti memaknai bahwa guru vokasional yang terlibat dalam
penelitian.
Dari data responden yang telah dikategorisasikan, peneliti mulai menyasar pada
dalam tuntutan Era Revolusi Industri 4.0. Peneliti mulai merumuskan indicator-
indikator konsep pembelajaran guru vokasional yang sudah diterapkan. Peneliti telah
sepakat, bahwa studi eksplorasi dibangkitkan dari keadaan di lapangan yaitu apa
yang sudah dilakukan guru vokasional kaitannya dengan inovasi dan teknologi
dalam pembelajaran mereka. Sejumlah indicator untuk menjawab RQ1 telah disusun
yaitu:
23
E-Learning
Discovery Learning
Daring (On-Line)
Luring (Off-Line)
Problem Based Learning
Blended Learning
E-Learning
Problem Based Learning
Daring (On-Line)
Project Based Learning
Flexible Learning
dari konstruksi pembelajaran saat ini. Namun, perubahan tersebut memberikan korelasi yang
positif dalam menghadapi tantangan di era 4.0 terutama guru vokasional lebih berdaya guna
dalam teknologi.
lagi dalam pelaksanaan luring melainkan kombinasi dari keduaya (daring – luring). Akan
tetapi, dalam integrasi tersebut guru yang melaksanakannya juga terbatas, hanya sebanyak
18 orang guru vokasional memilih konsep ini. Selebihnya 55 orang guru vokasional lainnya
24
Fakta ini menunjukkan adanya perubahan yang nyata. Bahwa keadaan telah menjadikan
guru terbawa pada arus globalisasi dengan pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran.
Meskipun dalam penelitian lainnya daring juga memberikan dampak negative, terutama
pembelajaran integrasi antara daring dan luring pendakatan pembelajaran yang dipilih
adalah e-learning (6.58%) dan blended learning (17.5%). Secara pemaknaan, keduanya lebih
menekankan pada potensi teknologi ICT. Dengan tegas peneliti mendeskripsikan bahwa,
Diperkuat dengan kasus kedua yaitu guru secara dominan dalam pembelajaran daring
sebanyak 75.34%, menemukan banyak variasi. Pendekatan baru telah diadopsi oleh guru
Flexible learning sebesar 8.22%, dan blended learning 4.11%. Disimpulkan bahwa daring
Mengkrucut pada model dan metode (RQ1.3) yang dipilih guru vokasional
ditunjukkan pada gambar 9 dan gambar 10 terdapat empat metode yang diadopsi diantaranya
problem-based learning (PBL), discovery learning, Project based learning (PBL) dan inquiry
learning. Metode tersebut telah digulirkan pada beberapa decade terakhir, bersamaan dengan
isu pembelajaran Abad ke 21. Artinya guru vokasional memiliki inovasi yang baik dalam
menangkap perubahan dan tantangan globalisasi. Telah jelas bahwa konsep design
25
2. Model Pengembangan Design Pembelajaran Kejuruan
Pengembangan pembelajaran vokasional dikonstruksi dari kesiapan sekolah
vokasional (SMK) dalam menyikapi Era 4.0. Peneliti mengukur kesiapan dalam empat
mewakili empat unsur kesiapan sekolah vokasional. Berikut pembahasan dari empat unsur
tersebut.
Transformasi Digital (DT) erat dengan digital dan teknologi. Dalam perencanaan
pembelajaran, guru kejuruan harus mengintegrasikan peran digital dan teknologi secara
meluas dan mendalam. Hasil studi eksplorasi dari kesiapan guru kejuruan terhadap unsur
digital (DT) sebesar 79.8% (M = 3.99, SD = 0.49). Hasil tersebut memberikan persepsi
bahwa guru kejuruan dalam kategori “melakukan DT dengan Baik” selama persiapan
26
b. Kesiapan Pembelajaran Guru Kejuruan terhadap Penerapan Industri 4.0
ketengkasan dan kegesitan; (b) kapasitas komunikasi; (c) visualisasi dalam pemahaman; (d)
desentralisasi; (e) manajemen data waktu nyata; (f) orientasi layanan; dan (g) proses bisnis
terintegrasi. Hasil studi eksplorasi dari kesiapan guru terhadap penerapan industry 4.0 yang
berdasarkan industry 4.0 sebesar 77.8% (M = 3.89, SD = 0.55). Persepsi guru kejuruan
terhadap penerapan industry 4.0 pada kategori “melakukan cukup baik”. Dengan demikian
tantangan guru kejuruan dalam pembelajaran perlu ditingkatkan secara meluas dan
mendalam.
27
c. Kesiapan Pembelajaran Guru Kejuruan dalam Inovasi-Inovasi Pembelajaran
dari penelitian ini meliputi inovasi design dan deliveri, pendekatan, strategi, metode, media,
model, pengelolaan, peran guru, dan konten yang mendukung kebutuhan keterampilan
0.61). Data yang diperoleh mengindikasikan bahwa kesiapan guru dalam melakukan
inovasi-inovasi pembelajaran dalam kategori cukup baik dari keseluruhan aspek. Peran
penting dari digitalisasi dan teknologi terhadap inovasi pembelajaran perlu ditingkatkan.
coordinating with others, emotional intelligence, judgment, and decision making, service
pengembangan skills telah disajikan (Tabel 4.) dalam hasil studi eksplorasi sebagai berikut:
28
Tabel 4. Kesiapan Pembelajaran Guru Kejuruan dalam Inovasi-Inovasi Pembelajaran
No Indikator Pengembangan Skills N Mean SD
1 Pembelajaran saya seting berdasarkan kebutuhan di industry, 71 3,89 0,79
dunia usaha, dan dunia kerja
2 Pelaksanaan pembelajaran menekankan tahap analisis, 71 3,88 0,69
evaluasi dan mengkreate (HOTS)
3 Pencapaian kompetensi berdasarkan pendapat dari pemikiran 71 3,77 0,66
bersama
4 Pelaksanaan pembelajaran menitikberatkan cara mengelola 71 4,00 0,71
informasi dari berbagai sumber
5 Pelaksanaan pembelajaran menitikberatkan cara 71 3,73 0,69
berkomunikasi dan menyimpulkan pendapat orang lain
6 Pelaksanaan pembelajaran menitikberatkan cara 71 3,81 0,72
penyampaian laporan kepada orang lain
7 Pelaksanaan pembelajaran menitikberatkan pada keputusan 71 4,08 0,70
yang dapat dipertangungjawabkan
8 Pada permasalahan tertentu, peserta didik mampu 71 3,81 0,70
menjelaskan penyebab dan menjelaskan solusi alternative
yang dilakukan
Total 71 3,87 0,51
Data yang dianalisis berdasarkan aspek secara keseluruhan diperoleh sebanyak 77.4%,
(M = 3.87, SD = 0.51). Identifikasi data dikategorikan dalam cukup baik. Studi eksplorasi
tentang kesiapan guru kejuruan, terbatas pada pemaknaan data secara general. Penelitian ini
hanya melihat sebarapa dalam katagorisasi dari variable konsep baru pembelajaran kejuruan.
Pemaknaan data dilakukan secara deskripsi yang dimaksudkan sejauh mana DT dan Industry
kejuruan mampu mengikuti arus globalisasi apabila era industry 4.0 telah diterapkan dan
dikembangkan. Bagaimanapun dunia kerja telah berubah, maka pembelajaran yaitu guru
sebagai actor pendidikan harus mengikuti arah perubahan, serta mempertahankan status
sebagai guru professional. Apabila konsep baru diabaikan, tentunya kompetensi peserta
digital dan teknologi. Konsep tersebut dipengaruhi oleh prinsip-prinsip design, inovasi-
29
memberikan penguatan-penguatan pada pelaksanaan pembelajaran terhadap aspek-aspek
ditinjau dari persepsi guru kejuruan secara keseluruhan aspek sebesar 75.00% – 79.8 %
TANTANGAN REVOLUSI
INDUSTRI 4.0
PEMBELAJARAN DI
PJJ SEKOLAH VOKASIONAL COVID-19
Pengembangan Skills
4 3
Inovasi-Inovasi Pembelajaran
Daring Luring
Media Based Digital Kecepatan, Penyelesaian Transferskills based Penyesuaian Kebutuhan
Masalah, acuan waktu teknologi IDUKA
Kompetensi Base Kecekatan, gesit Pendekatan Blended HOTS
Teknologi
Kemampuan komunikasi Inovasi based Produk Perpaduan Sumber
Informasi
Sumber Belajar Kolaborasi tim
Kapabilitas guru
Based Digital Negosiasi
Pengembangan
Konten
30
Akhirnya dari penelitian yang sudah dilakukan dengan pengintegrasian pelaksanaan
pembelajaran dan kesiapan guru vokasional ditemukan thema-thema yang dirasa perlu
31
BAB V. KESIMPULAN
Studi eksplorasi yang telah dilakukan dapat disumpulkan bahwa: (1) Pembelajaran integrasi
antara daring dan luring pendakatan pembelajaran yang dipilih adalah e-learning (6.58%)
menemukan banyak variasi. Pendekatan baru telah diadopsi oleh guru vokasional
diantaranya E-Learning sebesar 54.8%, Google Classroom sebesar 8.22%, Flexible learning
sebesar 8.22%, dan blended learning 4.11%; dan (2) Kesiapan guru vokasional dalam
dilakukan guru vokasional sebesar 75.00%, dan pengembangan skills yang telah dilakukan
guru vokasional sebesar 77.4%. Selanjutnya model hipotetik telah dikonstruksi dan
dikembangkan.
32
DAFTAR PUSTAKA
Calhoun, Calfrey C and Finch, Alton V. (1982), Vocational Education: concepts and
operation. Belmont: Wadsworth Publishing Co.
Chitu Okoli and Kira Schabram, "A Guide to Conducting a Systematic Literature
Review of Information Systems", Sprouts: Working Papers on Information Systems
10 (26) 2010.
Curtis R. Finch, dan John R. Crunkilton, (1984) Curriculum Development in Vocational and
Technical Education: Planning, Content ajd lmplementation (Boston: Allyn and
Bacon, Inc.,
Curtis R. Finch and John R. Crunkliton, (1979). Curriculum Development in Vocational and
Technical Education, Boston: Allyn and Bacon, Inc,
Dedi Supriadi, dkk, (2002). Sejarah Pendidikan Teknik dan Kejuruan di Indonesia,
Membangun Manusia Produtif, Jakarta : Dikmenjur Ditjendikdasmen Depdiknas
Jac Fitz-enz, (2000). The ROI of Human Capital: Measuring the Economic Value of
Employee Performance. New York: AMACOM
Lipsey, M., & Wilson, D. (2001). Practical meta-analysis. Thousand Oaks, CA: Sage
33
Øyvind Hauge, Reidar Conradi and, Claudia P. Ayala, "Adoption of Open Source
Software in Software-Intensive Organizations –A Systematic Literature Review",
Information and Software Technology 52 (11), 1133–1154 (2010)
Trilling, B. and Fadel, C. 2009. 21st Century Skills: Learning for Life in Our Times. San
Francisco, Calif., Jossey-Bass/John Wiley & Sons, Inc
Wagner, T. 2010. Overcoming The Global Achievement Gap (online). Cambridge, Mass.,
Harvard University
34
LAMPIRAN
A. Instrumen Penelitian
No Indikator/Unsur Sub Indikator Item
1 Transformasi Digital (1) Pelaksanaan pembelajaran berbasis 1-5
(TD) digital
(2) Muatan kurikulum berbasis teknologi
pada IDUKA lebih dominan
(3) Kompetensi KPA terhadap technology
(4) Sumber dan media belajar berbasis
teknologi dan digital (teknologi AR dan
VR)
(5) Peningkatan SDM melalui berbagai
pelatihan kompetensi berbasis digitalisasi
dan teknologi
2 Revolution Industri 4.0 (1) Kecepatan, kecerdasan, ketangkasan, 6-15
dan kegesitan.
(2) Kapasitas komunikasi
(3) Visualisasi dalam pemahaman
(4) Desentralisasi
(5) Manajemen data waktu nyata
(6) Orientasi pada pelayanan
(7) Proses bisnis terintegrasi
3 Inovasi Pembelajaran (1) inovasi design dan deliveri 16-22
(2) inovasi pendekatan
(3) inovasi strategi
(4) inovasi metode
(5) inovasi media
(6) inovasi model
(7) inovasi pengelolaan
(8) inovasi peran guru
(9) inovasi konten
4 Pengembangan skills (1) complex problem solving, 23-30
(2) critical thinking,
(3) creativity,
(4) people management,
(5) coordinating with others,
(6) emotional intelligence,
(7) judgment and decision making,
(8) service orientation,
(9) negotiation, and
(10) cognitive flexibility
35
INSTRUMEN PENELITIAN
Instrument digunakan untuk setiap mata pelajaran yang anda ampu dalam satu tahun
terakhir. Tuliskan nama mata pelajaran tersebut:
Nama Mata Pelajaran Kelas Jumlah Siswa
Berilah tanda (√) pada pertanyaan berikut. Anda diperbolehkan memilih lebih dari satu
jawaban. Sesuaikan dengan kondisi sebenarnya:
1. Komunikasi yang digunakan selama pembelajaran:
Daring [on-line]
Luring [off line]
36
Pertanyaan Tertutup
Untuk pernyataan berikut, mohon tunjukkan sejauh mana anda:
a. Sangat tidak pernah Melakukan [1]
b. Tidak Melakukan [2]
c. Tidak pasti [3]
d. Melakukan [4]
e. Selalu Melakukan [5]
Tidak ada jawaban “benar”atau “salah”. Satu-satunya pernyataan yang benar adalah yang
benar menurut anda.
No Pernyataan 1 2 3 4 5
1 Pelaksanaan pembelajaran lebih dominan menggunakan media digital
2 Kompetensi dan sub kompetensi mata pelajaran lebih didominasi pada
peran teknologi sesuai perkembangan di Industry, Dunia Usaha dan
Dunia Kerja (IDUKA)
3 Kompetensi Kognitif, Psikomotor, dan Afektif (KPA) ditekankan pada
pada fungsi dan peran teknologi sesuai pokok bahasan
4 Sumber belajar yang dipilih berorientasi pada digitalisasi
5 Media belajar yang dipilih berorientasi pada technologi
37
24 Pelaksanaan pembelajaran menekankan tahap analisis, evaluasi dan
mengkreate (HOTS)
25 Pencapaian kompetensi berdasarkan pendapat dari pemikiran bersama
26 Pelaksanaan pembelajaran menitikberatkan cara mengelola informasi
dari berbagai sumber
27 Pelaksanaan pembelajaran menitikberatkan cara berkomunikasi dan
menyimpulkan pendapat orang lain
28 Pelaksanaan pembelajaran menitikberatkan cara penyampaian laporan
kepada orang lain
29 Pelaksanaan pembelajaran menitikberatkan pada keputusan yang dapat
dipertangungjawabkan
30 Pada permasalahan tertentu, peserta didik mampu menjelaskan
penyebab dan menjelaskan solusi alternative yang dilakukan
Pernyataan Terbuka
1. Apa saja kesulitan-kesulitan yang anda hadapi selama pembelajaran berlangsung?
2. Apa saja inovasi-inovasi yang pernah anda lakukan selama pembelajaran
berlangsung?
3. Apa saja pekerjaan di IDUKA yang sesesuai dengan pokok bahasan atau mata
pelajaran yang anda ajarkan?
4. Apa saja peran teknologi yang anda ajarkan pada kompetensi atau capaian
pembelajaran?
38
B. Personalia Tenaga Peneliti
39
C. Draf Artikel Ilmiah
40
Vocational Teachers Readiness in Face of the Industrial
Revolution 4.0: Vocational Teachers Perceptions in
Yogyakarta-Indonesia
Abstract. Vocational learning requires new reconstruction in accordance with the demands
of globalization. As a result, vocational teachers must carry out new concepts in their
learning. This study aims to obtain facts from the learning readiness of vocational teachers
in the field of automotive engineering expertise in facing industry 4.0 challenges. This study
uses a survey method approach. Data generated from the teacher perception instrument in
Yogyakarta - Indonesia with a Likert scale. A total of 71 vocational teachers were involved
in the study. The results showed that digital transformation, design principles, learning
innovations and vocational teacher skills development have a readiness range between
75.00% -79.8% which is in a good category and needs to increase perceptions widely and
deeply. An important finding from the facts of this research is that learning is emphasized on
the role of digitalization and technology that is relevant to industry, business, and the world
of work (IDUKA).
Key words: Vocational learning, vocational teachers, industry 4.0, digital transformation,
skills development.
1. Introduction
The industrial revolution 4.0 has taken place and is causing diffusion. Production activities that were
originally human powered [1], will be replaced by automation technology. Even so, especially in
Indonesia, there are three characteristics that must be adjusted, namely (1) local industry will
continue to maintain human labor with the consideration that the presence of technology is expensive
and less human, (2) industry with human and machine labor in a balanced proportion / intermediate
proportion; and (3) industry which is entirely operated by sophisticated technological machines. This
situation indicates that vocational society must adapt quickly [2].
Changes that occur in the industry are developmentally difficult for the organizers of vocational
education to follow. So, several strategies must be carried out including updated skills on the quality
of vocational teachers and the implementation of learning must be adjusted to relevant
circumstances. Vocational teachers are required to quickly make breakthroughs with industrial
parties and be directly involved with their production processes, and students as prospective workers
familiarize themselves with industrial changes including demands for high quality and productivity
[2], [3]. Thus, the learning outcomes must change [4]. The vocational teachers must carry out
learning innovations, apply technology and digitization in the learning process, apply design
principles, and develop skills called new contexts in learning.
41
Figure 1. New Context of Vocational Learning
Based on Figure 1, the new context of vocational learning is the involvement of digitalization and
technology into learning. Thus, a new reconstruction will be formed including curriculum,
competence and learning resources with the role of technology and digitization of learning
implementation more dominant and massive [5]. However, the design principles of digital
transformation must be applied, namely (1) Speed, intelligence, agility, and agility; (2)
Communication capacity; (3) Visualization in understanding; (4) Decentralization; (5) Real time
data management; (6) Service orientation; and (7) integrated business processes [6], [7]. Vocational
teachers make new habits that the learning process uses a time reference.
On the other hand, learning innovations must be carried out including design and delivery
innovations, approaches, strategies, methods, media, models, management, teacher roles, and
content. As an effort to improve the quality of graduates. Furthermore, skills development must be
carried out. Previously, vocational learning was directed at 4Cs. However, industry 4.0 challenges
have predicted several skills that need to be trained [8], namely complex problem solving, critical
thinking, creativity, people management, coordinating with others, emotional intelligence, judgment
and decision making, service orientation, negotiation, and cognitive flexibility.
The new context in implementing vocational learning has not been fully implemented. This
exploratory research was conducted to find out teachers' perceptions about their readiness to face the
challenges of Industry 4.0, especially vocational education in Yogyakarta-Indonesia. Research
findings become the basis for consideration for vocational education in terms of human resources
and learning requires a new concept and order.
2. Research design
42
Table 1. Respondents Data
Variable Category f %
Gender Male 56 76,71
Female 17 23,29
Job status PNS 56 76,71
GTY 6 8,22
GTT 8 10,96
Other 3 4,11
Age 21 - 30 Years 14 19,18
31 - 40 Years 14 19,18
41 - 50 Years 19 26,03
> 51 Years 26 35,62
Levels of Educations D-III 1 1,37
S1 Education 60 82,19
S1 Applied 4 5,48
S2 Education 5 6,85
S2 Applied 3 4,11
Teaching experience Less than 1 year - -
1 to 5 years 18 24,66
6 to 10 Years 3 4,11
11 to 15 Years 12 16,44
More than 15 Years 40 54,79
Institution/sector Public school 62 84,93
Private school 10 15,07
3.1. Readiness for Vocational Teacher Learning Based on Digital Transformation (DT)
Digital Transformation (DT) is closely related to digital and technology. In learning planning,
vocational teachers must integrate the roles of digital and technology in a broad and deep manner.
The results of an exploratory study of the readiness of vocational teachers to the elements of digital
transformation are as follows: Based on Digital Transformation (DT).
43
No Indicators of Digital Transformation N Mean SD
2 Competencies and sub-competencies in subjects are more dominated 71 3,86 0,69
by the role of technology in accordance with developments in
Industry, Business, and the World of Work (IDUKA)
3 Cognitive, Psychomotor, and Affective Competencies (KPA) are 71 3,90 0,71
emphasized on the function and role of technology according to the
subject matter
4 The selected learning resources are digitization-oriented 71 3,95 0,68
5 The selected learning media is technology-oriented 71 4,10 0,67
Total 71 3,99 0,49
Overall, vocational teachers' learning readiness for digital transformation (DT) was 79.8% (M =
3.99, SD = 0.49). These results provide the perception that vocational teachers are in the “doing
good” category during lesson preparation. However, increasing the competency of DT needs to be
improved and has a certain level of measurability.
3.2. Readiness for Vocational Teacher Learning based on Application of Industry 4.0
The design principles in DT are measured based on (a) speed, intelligence, agility and agility; (b)
communication capacity; (c) visualization in understanding; (d) decentralization; (e) real-time data
management; (f) service orientation; and (g) integrated business processes. The results of an
exploratory study of the readiness of teachers to implement industry 4.0 which are reviewed based
on design principles are presented (Table 3.) as follows:
Overall, the readiness of vocational teachers in applying design principles based on industry 4.0 was
77.8% (M = 3.89, SD = 0.55). Vocational teachers' perceptions of the application of industry 4.0 in
the "doing good enough" category. Thus, the challenges of vocational teachers in learning need to
be increased extensively and deeply.
44
The success of digital transformation in the concept of vocational learning is new innovations in the
implementation of learning. The innovations explored from this research include design and delivery
innovations, approaches, strategies, methods, media, models, management, the role of teachers, and
content that supports the needs of industry 4.0 skills. The results of the exploratory study (Table 4.)
are shown.
Table 4. Vocational Teacher Learning Readiness in Learning Innovations
No Indicators of Innovations in Learning N Mean SD
1 Design and transfer of skills to competencies using various digital 71 3,75 0,66
technologies
2 The learning approach uses blended learning 71 3,53 0,90
3 Learning methods have innovations in problem solving, producing 71 3,81 0,84
products, and the like that are fun
4 Learning media using digital multimedia 71 3,88 0,80
5 Learning management has changed in content or competency 71 3,78 0,75
adjustments at work at IDUKA
6 As a teacher, I have developed my capabilities through various 71 3,67 0,85
trainings in the past year
7 Learning content is developed and simplified based on competency 71 3,84 0,80
needs at IDUKA
Total 71 3,75 0,61
Based on the analyzed data, it was obtained an average of 75.00% (M = 3.75, SD = 0.61). The data
obtained indicates that the readiness of the teacher in carrying out learning innovations is good
enough category from all aspects. The important role of digitalization and technology in learning
innovation needs to be improved.
45
The data analyzed based on the overall aspect was obtained as much as 77.4%, (M = 3.87, SD =
0.51). The data identification is categorized as good enough. This study only looks at how big the
categorization is in the new concept variables of SMK learning. The definition of data is carried out
descriptively, namely the extent to which DT and Industry 4.0 have been implemented in learning.
Based on theory, vocational learning can follow the flow of globalization if the industrial era 4.0 has
been implemented and developed. However, the world of work has changed, so that learning, namely
teachers as actors of education must follow the direction of change and maintain their status as
professional teachers. If this new concept is ignored, of course the competence of students in
responding to opportunities in the world of work will experience new problems.
The new concept of implementing learning lies in the mastery and use of digital and technology [10].
The concept is influenced by design principles, learning innovation, and skills development. The
vocational teachers must be able to provide reinforcement in the implementation of learning [11],
[12]. The findings of an exploratory study conducted in Yogyakarta-Indonesia in terms of
perceptions of vocational teachers were 75.00% - 79.8% in the good category.
4. Conclusion
An exploratory study based on perceptions of vocational teacher readiness in facing the industrial
revolution 4 which is reviewed based on the involvement of digitalization transformation in the
implementation of learning by 79.8%, design principles in the implementation of learning by 77.8%,
learning innovations that have been carried out by vocational teachers are 75.00%, and the
development of skills that have been carried out by vocational teachers by 77.4%. All aspects have
been developed by vocational teachers but must be improved massively and deeply.
5. References
[1] V. Sima, I. G. Gheorghe, J. Subić, and D. Nancu, ‘Influences of the Industry 4.0 Revolution
on the Human Capital Development and Consumer Behavior: A Systematic Review’,
Sustainability, vol. 12, no. 10, p. 4035, May 2020, doi: 10.3390/su12104035.
[2] S. Y. Prabowo, I. W. Susuila, M. Muhaji, T. Rijanto, M. Munoto, and L. Nurlaela, ‘Student
Readiness Vocational High School toward Industrial Revolution 4.0’, Int. J. Educ. Vocat.
Stud., vol. 2, no. 3, Art. no. 3, Apr. 2020, doi: 10.29103/ijevs.v2i3.2160.
[3] R. Y. Zhong, X. Xu, E. Klotz, and S. T. Newman, ‘Intelligent Manufacturing in the Context
of Industry 4.0: A Review’, Engineering, vol. 3, no. 5, pp. 616–630, Oct. 2017, doi:
10.1016/J.ENG.2017.05.015.
[4] C. R. Finch and J. R. Crunkilton, Curriculum Development in Vocational and Technical
Education: Planning, Content, and Implementation. Allyn and Bacon, 1999.
[5] S. Susanti, H. Harti, and V. Pratiwi, ‘The readiness of teacher candidates for vocational high
school in the 4th industrial era viewed from teaching skill and capability in technology’, J.
Pendidik. Vokasi, vol. 10, no. 1, Art. no. 1, Apr. 2020, doi: 10.21831/jpv.v10i1.28057.
[6] A. Ustundag and E. Cevikcan, Industry 4.0: Managing The Digital Transformation. Cham:
Springer International Publishing, 2018.
[7] C. Salkin, M. Oner, A. Ustundag, and E. Cevikcan, ‘A Conceptual Framework for Industry
4.0’, in Industry 4.0: Managing The Digital Transformation, A. Ustundag and E. Cevikcan,
Eds. Cham: Springer International Publishing, 2018, pp. 3–23.
[8] Word Economic Forum, ‘The Future of Jobs: Employment, Skills and Workforce Strategy for
the Dpurth Industrial Revolution’, Global Challange Insight Report, 2016. .
[9] J. J. Vaske, Survey Research and Analysis, 2nd Edition. Sagamore-Venture, 2019.
46
[10] A. Martin and J. Grudziecki, ‘DigEuLit: Concepts and Tools for Digital Literacy
Development’, Innov. Teach. Learn. Inf. Comput. Sci., vol. 5, no. 4, pp. 249–267, Dec. 2006,
doi: 10.11120/ital.2006.05040249.
[11] R. Bakar, ‘The influence of professional teachers on Padang vocational school students’
achievement’, Kasetsart J. Soc. Sci., vol. 39, no. 1, pp. 67–72, 2018, doi:
10.1016/j.kjss.2017.12.017.
[12] Z. Arifin, M. Nurtanto, A. Priatna, N. Kholifah, and M. Fawaid, ‘Technology Andragogy
Work Content Knowledge Model as a New Framework in Vocational Education: Revised
Technology Pedagogy Content Knowledge Model’, TEM J., vol. 9, no. 2, pp. 786–791, May
2020, doi: 10.18421/TEM92-48.
47
48