Materi Kepabeanan
Materi Kepabeanan
Materi Kepabeanan
KEPABEANAN, IMIGRASI,
KARANTINA DAN KSOP
PROGRAM DIPLOMA-IV
TIM PENYUSUN
2020
PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas kasih setiaNya Penulis
dimampukan untuk menyelesaikan Modul “Kepabeanan, Imigrasi, Karantina dan KSOP”
sebagai bahan dalam pengembangan dan menambah pengetahuan tentang Instansi-instansi
terkait di Pelabuhan.
Besar harapan agar modul ini dapat bermanfaat dalam Kegiatan Belajar Mengajar Taruna
Politeknik Pelayaran Surabaya Khususnya Jurusan Transportasi Laut.
ii
BAB I
PENGERTIAN, FUNGSI DAN JENIS PELABUHAN
A. PENGERTIAN PELABUHAN
Menurut undang-undang Nomor 17 Tahun 2019 Tentang Pelayaran, menyatakan: “
Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan batas-batas
tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintah dan kegiatan perusahaan yang dipergunakan
sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat barang,
berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan
keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan
intra dan antarmoda transportasi.
Sedangkan pengertian kepelabuhanan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan
pelaksanaan fungsi pelabuhan untuk menunjang kelancaran, keamanan dan ketertiban arus
lalu lintas kapal, penumpang dan/atau barang, keselamatan dan keamanan berlayar, tempat
perpindahan intra dan/atau antarmoda serta mendorong perekonomian nasional dan daerah
dengan tetap memperhatikan tata ruang wilayah.
Unsur terpenting adalah tujuan penyelenggaraan pelabuhan, yakni :
a. Untuk menunjang safety,security dan kualitas layanan kapal, arus barang serta
penumpang,
b. Mendorong pembangunan perekonomian nasional dan daerah.
1
dilalui orang dan barang ke dalam maupun ke luarpelabuhan yang bersangkutan. Dan
disebut sebagai pintu karena pelabuhan adalah jalan atau area resmi bagi lalu lintas
barang dan perdagangan. Masuk dan keluar barang harus memenuhi prosedur
kepabeanan dan karantina, di luar jalur resmi tersebut tidak tidak dibenarkan.
2) Link
Dari batasan pengertian yang telah dipaparkan terdahulu, keberadaan pelabuhan pada
hakikatnya memfasilitasi pemindahan barang muatan antara moda transportasi darat
(inland transport) dan moda transportasi Laut (maritime transport) menyalurkan
barang masuk dan keluar daerah pabean secepat dan seefisien mungkin. Pelabuhan
versi UNCTAD berfungsi sebagai mata rantai (link) yang menjadi penghubung
rangkaian tranportasi atau a port is, therefore, an essential link in the international
maritime transport chain dan menyatakan bahwa “the primary function of a sea port is
to transfer cargo between maritime and inland transport quickly and efficiently.
Palabuhan sebagai Link memiliki tiga unsur penting yakni:
a) Menyalurkan atau memindahkan barang muatan dari kapal ke truk;
b) Operasi pemindahan berlangsung cepat artinya minimum delay;
c) Efesien dalam arti biaya.
3) Interface
Barang muatan yang diangkut via maritime transport setidaknya melintasi area
pelabuhan dua kali, yakni satu kali di pelabuhan muat dan satu kali di pelabuhan
bongkar. Di pelabuhan muat demikian dan satu kali di pelabuhan bongkar. Di pelabuhan
muat dan demikian juga dipelabuhan bongkar dipindahkan dari/ke sarana angkut dengan
menggunakan berbagai fasilitas dan peralatan mekanis maupun non mekanis. Peralatan
untuk memindahkan muatan menjembatani kapal dengan truk/kereta api atau truk/kereta
api dengan kapal. Pada kegiatan tersebut berfungsi pelabuhan adalah antar muka
(interface). Disetiap operasi pemindahan barang yang terdiri dari operasi kapal, operasi
transfer dermaga, operasi gudang/lapangan, dan operasi serah terima barang alat-alat
angkat dan angkut (lifting dan transfer equipment) mutlak perlu. Pada pelayanan barang
muatan curah fungsi interface secara fisik nyata sekali. Peralatan loader/unloader
menghubungkan kapal dengan kereta api/truk di darat. Kehandalan (reliability) alat-alat
dan metode kerja yang sistemik merupakan unsur penentu tingkat kecepatan, kelancaran
dan efisiensi aktivitas kepelabuhan.
4) Industrial entity
Pelabuhan yang diselenggarakan secara baik akan bertumbuh dan akan menyuburkan
bidang usaha lain sehingga area pelabuhan menjadi zona industri terkait dengan
2
kepelabuhanan atau “a port could be regarded as a collection of businesses
(ie.pilotage, towage, stevedoring, storage, bonded warehouse, container, bulk, tanker,
cruises, bunkering, water supply) serving the international trade.
C. JENIS PELABUHAN
Jenis Pelabuhan menurut Undang-undang nomor 17 Tahun 2018, yaitu:
Jenis pelabuhan terdiri atas:
a. pelabuhan laut dan
b. pelabuhan sungai dan danau.
Pelabuhan laut mempunyai hierarki terdiri atas:
a) pelabuhan utama;
Pelabuhan Utama adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan
laut dalam negeri dan internasional, alih muat angkutan laut dalam negeri dan
internasional dalam jumlah besar, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau
barang, serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan antarprovinsi.
b) pelabuhan pengumpul;
Pelabuhan Pengumpul adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan
angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri dalam jumlah
menengah, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan
penyeberangan dengan jangkauan pelayanan antarprovinsi.
c) pelabuhan pengumpan;
Pelabuhan Pengumpan adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan
angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri dalam jumlah terbatas,
merupakan pengumpan bagi pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpul, dan sebagai
tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan dengan
jangkauan pelayanan dalam provinsi.
Jenis pelabuhan dapat dibagi menurut:
a. Alamnya
Menurut alamnya, pelabuhan laut dibagi menjadi pelabuhan terbuka dan pelabuha
tertutup.
1) Pelabuhan terbuka adalah pelabuhan di mana kapal-kapal bisa masuk dan merapat
secara langsung tanpa bantuan pintu – pintu air. Pelabuha di indonesia pada
umumnya adalah pelabuhan terbuka.
2) Pelabuhan tertutup adalah pelabuhan di mana kapal-kapal yang masuk harus melalui
beberapa pintu air , pelabuhan tertutup ini dibuat pada pantai di mana terdapat
perbedaan pasang surut yang besar dan waktu pasang surutnya berdekatan.
Pelabuhan tertutup bisa kita temui di Liverpool Inggris dan bila hendak masuk
terusan panama.
3
b. Pelayanannya
Menurut sasaran pelayanannya, jenis pelabuhan bisa dibagi menjadi pelabuhan umum
dan pelabuhan khusus.
1) Pelabuhan umum menurut Keputusan Menteri Perhubungan Tentang
Penyelenggaraan Tentang Penyelenggaraan Pelabuhan Laut No. KM 26 tahun 1998,
adalah pelabuhan yang di selenggarakan untuk kepentingan umum. Sedangkan
berdasarkan Peraturan Pemerintah No.11 tahun 1983 yang dimaksud pelabuna
umum adalah pelabuhan yang terbuka untuk umum dan berada dibawah pengelolaan
Perum Pelabuhan.
Penyelenggara pelabuhan umum adalah teknis / satuan kerja pelabuhan , atau badan
usaha pelabuhan. Pelabuhan umum di lengkapi fasilitas seperti , dermaga untuk
kapal bersandar dan kegiatan bongkar muat barang, lapangan penumpukan dan
gudang.
2) Pelabuhan khusus adalah pelabuhan yang penggunannya khusus untuk kegiatan
sektor perindustrian, pertambangan, atau pertanian yang pembangunannya oleh
instansi yang bersangkutan untuk bongkar/muat dari bahan baku serta hasil
produksinya. Contoh dari pelabuhan khusus adalah pelabuhan khusus angkatan laut,
pelabuhan khusus untuk minyak sawit, pelabuhan khusus minyak mentah, dan
sebagainya.
Pengelola pelabuhan khusus adalah pemerintah seperti provinsi, kabupaten/ kota
atau badan hukum yang memiliki izin mengelolah dan pelabuhan khusus minyak
(pertamina).
c. Lingkup Pelayaran Yang Dilayani
Menurut lingkup pelayaran yang dilayani, jenis pelabuhan dibagi menjadi pelabuhan
Internasional, pelabuhan regional dan pelabuhan lokal.
1) Pelabuhan Internasional adalah pelabuhan yang melayani perdagangan dan
pelayaran internasional. Contoh pelabuhan International di Luar Negeri :
pelabuhan Singapura dan pelabuhan Liverpool.
Contoh pelabuhan internasional di Indonesia :
a) Pelabuhan Tanjung Priok, terletak di Provinsi DKI Jakarta.
b) Pelabuhan Merak, terletak di Provinsi Banten.
c) Pelabuhan Harbour Bay, Batam, Kepulauan Riau
d) Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta
e) Pelabuha Soekarno-Hatta Makasar, Tangerang
f) Pelabuhan Batam Centre, Batam, Kepulauan Riau
g) Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, Jawa Timur
h) Pelabuhan Tanjung Perak, terletak di Provinsi Jawa Timur.
4
i) Pelabuhan Tanjung Mas, terletak di Provinsi Jawa Tengah.
j) Pelabuhan Bakaheuni, terletak di Provinsi Lampung.
2) Pelabuhan regional pelabuhan yang melayani kegiatan perdagangan atau
pelayaran regional, seperti pelayaran atau perdagangan di wilayah Asia, Eropa
Barat, Amerika Latin.
Contoh pelabuhan regional :
a) Pelabuhan Cirebon, Jawa Barat
b) Pelabuhan Merak, Cilegon, Banten
c) Pelabuhan Jambi, Jambi
d) Pelabuhan Idris Sardi, Muara Sabak
3) Pelabuhan lokal adalah pelabuhan yang melayani kegiatan perdagangan ata
pelayaran daerah . Contoh dari pelabuhan lokal adalah pelabuhan Tegal di Jawa
Tengah.
Pembagian menurut lingkup kegiatan perdagangan dan pelayaran yang dilayani
juga berpengaruh pada pembagian menurut keadaan fasilitas dan besar kecilnya
pelabuhan.Pelabuhan Internasional, karena melayani perdagangan dan pelayanan
internasional, memiliki fasilitas terlengkap dan besar dibanding fasilitas dan
besarnya pelabuhan regioanl dan lokal.
d. Kegiatan Perdagangan Luar Negeri
Menurut kegiatan perdagangan luar negeri yang dilayani, jenis pelabuhan bisa dibagi
menjadi pelabuhan impor dan pelabuhan ekspor.
1) Pelabuhan impor adalah pelabuhan yang melayani masuknya barang-barang dari
luar negeri.
2) Pelabuhan ekspor adalah pelabuhan yang melayani penjualan barang – barang ke
luar negeri.
e. Kapal yang Diperbolehkan Singgah
Menurut kapal yang yang diperbolehkan singgah, berdasarkan Indische Sheepvaare-
Wet ( Staatablad 1936 No.700 ) jenis pelabuhan dibagi menjadi pelabuhan laut dan
pelabuhan pantai.
1) Pelabuhan laut adalah Pelabuhan yang terbuka bagi perdagangan luar negeri dan
dapat disinggahi oleh kapal-kapal dari negeri sahabat.
2) Pelabuhan Pantai adalah Pelabuhan yang tidak terbuka untuk pedagangan dengan
luar negeri dan hanya dapat dipergunakan oleh kapal- kapal dari Indinesia.
f. Wilayah Pengawasan Bea dan Cukai
Dari segi pembagian wilayah bea cukai, jenis pelabuhan dibagi menjadi custom port
dan free port.
1) Custom Port adalah Pelabuhan dibawah pengawasan Bea dan Cukai
2) Free Port adalah Pelabuhan yang berada diluar pengawasan Bea dan Cukai.
5
g. Kegiatan Pelayarannya
Dilihat dari segi pelayarannya, pelabuhan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu pelabuhan
samudera, pelabuhan nusantara ( pelabuhan interinsuler ), dan pelabuhan pelayaran
rakyat. Contoh pelabuhan samudera adalah pelabuhan tanjung priok di Jakarta Tanjung
Perak di Surabaya. Contoh pelabuhan nusantara adalah pelabuhan Banjarmasin di
Kalimantan Selatan. Sedangkan contoh pelabuhan rakyat adalah pelabuhan Sunda
Kelapa di pasar ikan, Jakarta.
h. Perannya Dalam Pelayaran
Menurut perannya dalam pelayaran, pelabuhan dibagi menjadi dua jenis, yaitu
pelabuhan transito pelabuhan dan pelabuhan ferry.
1) Pelabuhan Transito adalah pelabuhan yang mengerjakan transhipment cargo.
Contohnya adalah pelabuhan Singapura.
2) Pelabuhan Ferry adalah pelabuhan penyeberangan. Pelayanan dilakukan oleh kapal
ferry yang menghubungkan dua tempat dengan sistem roll on dan roll of dengan
membawa penumpang dan kendaraan. Contoh pelabuhan ferry adalah pelabuhan
Banyuwangi Gilimanuk atau Merak Bekahueni.
6
BAB II
INSTANSI PEMERINTAH DI PELABUHAN
7
Fungsi keselamatan dan keamanan pelayaran sebagaimana dimaksud dilaksanakan oleh
Syahbandar. Fungsi kepabeanan, keimigrasian, dan kekarantinaan sebagaimana
dimaksud dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
C. PENYELENGGARA PELABUHAN
Penyelenggara pelabuhan yaitu terdiri atas:
1. Otoritas Pelabuhan; atau
Otoritas Pelabuhan (Port Authority) adalah lembaga pemerintah di pelabuhan sebagai
otoritas yang melaksanakan fungsi pengaturan, pengendalian, dan pengawasan kegiatan
kepelabuhanan yang diusahakan secara komersial. Otoritas Pelabuhan dibentuk oleh
dan bertanggung jawab kepada Menteri.
Untuk melaksanakan fungsi pengaturan dan pembinaan, pengendalian, dan pengawasan
kegiatan kepelabuhanan Otoritas Pelabuhan mempunyai tugas dan tanggung jawab:
a) menyediakan lahan daratan dan perairan pelabuhan;
b) menyediakan dan memelihara penahan gelombang, kolam pelabuhan, alur-pelayaran,
dan jaringan jalan;
c) menyediakan dan memelihara Sarana Bantu NavigasiPelayaran;
d) menjamin keamanan dan ketertiban di pelabuhan;
e) menjamin dan memelihara kelestarian lingkungan dipelabuhan;
f) menyusun Rencana Induk Pelabuhan, serta Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah
Lingkungan Kepentingan pelabuhan;
g) mengusulkan tarif untuk ditetapkan Menteri, atas penggunaan perairan dan/atau
daratan, dan fasilitas pelabuhan yang disediakan oleh Pemerintah serta jasa
kepelabuhanan yang diselenggarakan oleh Otoritas Pelabuhan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
h) menjamin kelancaran arus barang.
Selain tugas dan tanggung jawab Otoritas Pelabuhan melaksanakan kegiatan
penyediaan dan/atau pelayanan jasa kepelabuhanan yang diperlukan oleh pengguna jasa
yang belum disediakan oleh Badan Usaha Pelabuhan.
Untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab Otoritas Pelabuhan mempunyai
wewenang:
1) mengatur dan mengawasi penggunaan lahan daratan dan perairan pelabuhan;
2) mengawasi penggunaan Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan
Kepentingan pelabuhan;
3) mengatur lalu lintas kapal ke luar masuk pelabuhan melalui pemanduan kapal; dan
4) menetapkan standar kinerja operasional pelayanan jasa kepelabuhanan.
8
Otoritas Pelabuhan dan Unit Penyelenggara Pelabuhan diberi hak pengelolaan atas
tanah dan pemanfaatan perairan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Aparat Otoritas Pelabuhan dan Unit Penyelenggara Pelabuhan merupakan
pegawai negeri sipil yang mempunyai kemampuan dan kompetensi di bidang
kepelabuhanan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.
9
Selain Otoritas Pelabuhan dan Unit Penyelenggara Pelabuhan, ada Kantor
Kesyahbandaran dan Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) yang dibentuk
oleh dan bertanggung jawab kepada Menteri.
3. Kesyahbandaran
Syahbandar adalah pejabat pemerintah di pelabuhan yang diangkat oleh Menteri dan
memiliki kewenangan tertinggi untuk menjalankan dan melakukan pengawasan
terhadap dipenuhinya ketentuan peraturan perundang- undangan untuk menjamin
keselamatan dan keamanan pelayaran.
Syahbandar diangkat oleh Menteri setelah memenuhi persyaratan kompetensi di bidang
keselamatan dan keamanan pelayaran serta kesyahbandaran.
Syahbandar melaksanakan fungsi keselamatan dan keamanan pelayaran yang
mencakup, pelaksanaan, pengawasan dan penegakan hukum di bidang angkutan
diperairan, kepelabuhanan, dan perlindungan lingkungan maritim di pelabuhan. Selain
melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud Syahbandar membantu pelaksanaan
pencarian dan penyelamatan (Search and Rescue/SAR) di pelabuhan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang- undangan.
Dalam melaksanakan fungsi keselamatan dan keamanan Syahbandar mempunyai tugas:
a) mengawasi kelaiklautan kapal, keselamatan, keamanan dan ketertiban di pelabuhan;
b) mengawasi tertib lalu lintas kapal di perairan pelabuhan dan alur-pelayaran;
c) mengawasi kegiatan alih muat di perairan pelabuhan;
d) mengawasi kegiatan salvage dan pekerjaan bawah air;
e) mengawasi kegiatan penundaan kapal;
f) mengawasi pemanduan;
g) mengawasi bongkar muat barang berbahaya serta limbah bahan berbahaya dan
beracun;
h) mengawasi pengisian bahan bakar;
i) mengawasi ketertiban embarkasi dan debarkasi penumpang;
j) mengawasi pengerukan dan reklamasi;
k) mengawasi kegiatan pembangunan fasilitas pelabuhan;
l) melaksanakan bantuan pencarian dan penyelamatan;
m) memimpin penanggulangan pencemaran dan pemadaman kebakaran
dipelabuhan dan
n) mengawasi pelaksanaan perlindungan lingkungan maritim.
Dalam melaksanakan fungsi dan tugas Syahbandar mempunyai kewenangan:
a) mengkoordinasikan seluruh kegiatan pemerintahan di
pelabuhan;
10
b) memeriksa dan menyimpan surat, dokumen, dan warta kapal;
c) menerbitkan persetujuan kegiatan kapal di pelabuhan;
d) melakukan pemeriksaan kapal;
e) menerbitkan Surat Persetujuan Berlayar;
f) melakukan pemeriksaan kecelakaan kapal;
g) menahan kapal atas perintah pengadilan; dan
h) melaksanakan sijil Awak Kapal.
Syahbandar memiliki kewenangan tertinggi melaksanakan koordinasi kegiatan
kepabeanan, keimigrasian, kekarantinaan, dan kegiatan institusi pemerintahan lainnya.
Koordinasi yang dilaksanakan oleh Syahbandar dalam rangka pengawasan dan
penegakan hukum di bidang keselamatan dan keamanan pelayaran.
Dalam melaksanakan keamanan dan ketertiban dipelabuhan sesuai dengan ketentuan
konvensi internasional, Syahbandar bertindak selaku komite keamanan pelabuhan (Port
Security Commitee). Dalam melaksanakan fungsi Syahbandar dapat meminta bantuan
kepada Kepolisian Republik Indonesia dan/atau Tentara Nasional Indonesia. Bantuan
keamanan dan ketertiban di pelabuhan di bawah koordinasi dalam kewenangan
Syahbandar. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan keamanan dan
ketertiban serta permintaan bantuan di pelabuhan diatur dengan Peraturan Pemerintah.
11
BAB III
KEPABEANAN
A. SEJARAH KEPABEANAN DI INDONESIA
Sejak zaman dahulu Indonesia merupakan pintu bagi masuknya barang yang
dibawa oleh berbagai pedagang yang berasal dari belahan bumi, masuknya barang dari
luar Indonesia dan keluarnya barang ataupun hasil pertanian, perkebunan dan rempah-
rempah dari Indonesia. Ini mengisyaratkan bahwa betapa maraknya jalur keluar masuk
barang, pengawasan keluar masuk barang belum dikelola oleh bangsa Indonesia yang
notaben masih dalam masa penjajahan.
Lembaga yang mengawasi jalur masuk dam keluar pada waktu itu masih bersifat
local semenjak jaman kerajaan di Indonesia, sesuai wilayah kerajaannya. Sejak
penjajahan Hindia Belanda melalui VOC, barulah ada pengawasan. Pada masa Hindia
Belanda tersebut, masuk pula istilah douane untuk menyebut Petugas Bea Cukai (istilah
ini masih melekat sampai saat ini). Nama resmi Bea Cukai pada masa Hindia Belanda
tersebut adalah De Dienst der Invoer en Uitvoerrechten en Accijinzwn (I.U 7 A) atau
dalam arti terjemahan berarti Dinas Bea Impor dan Bea Ekspor serta cukai, yang pada
masa itu bertugas untuk memungut invoer-rechten (bea impor/masuk), uitvoer-rechten
(bea ekspor atau bea keluar), dan accijnzen (excise atau cukai). Untuk tugas memungut
bea (“bea” berasal dari bahasa Sansekerta), baik impor maupun ekspor, setrta cukai
(berasal dari bahasa india) inilah yang kemudian memunculkan istilah Bea dan Cukai di
Indonesia. Peraturan yang melandasi saat itu diantaranya Gouvernment Besluit
Nomor.33 tangga; 22 Desember 1928 yang kemudian diubah dengan keputusan
pemerintah tanggal 1 Juni 1934.
Peralihan kekuasaan dari Hindia Belanda ke masa pendudukan Jepang ada sedikit
perubahan dalam pengawasan, berdasarkan Undang-undang Nomor 13 tentang
Pembukaan Kantor-kantor Pemerintahan di Jawa dan Sumatera tanggal 29 April 1942,
tugas pengurusan bea impor dan bea ekspor ditiadakan, Bea dan Cukai sementara hanya
mengurusi cukai saja.
Setelah Indonesia merdeka maka Lembaga Bea Cukai, dibentuk pada tanggal 01
Oktober1946 dengan nama Bea dan Cukai. Saat itu pimpinan Lembaga dipegang R.A
Kartadjoemena sebagai Kepala Pejabatan Bea dan Cukai yang pertama. Secara resmi
Penjabatan Bea Cukai Indonesia berdiri pada tanggal 01 Oktober 1946, dan dilanjutkan
dengan adanya perubahan berdasarkan Peraturan Pemerintah No,or 51 tahun 1948,
Istilah Pejabatan Bea Cukai berubah nama menjadi Jawatan Bea Cukai, yang bertahan
sampai tahun 1965. Setelah tahun 1965 hingga sekarang, namanya menjadi Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) sampai dengan sekarang.
12
B. KEPABEANAN DALAM RANGKA PEMBANGUNAN NASIONAL
Dalam hal pengawasan dan pencegahan terhadap barang yang masuk atau diimpor
dari luar negara Indonesia, kepabeanan menjalankan peran terhadap barang yang akan
menambah pemasukan devisa bagi negara dari sisi pemingutan bea terhadap barang-
barang impor dan dari cukai, maksimalkan pendapatan dari kepabeanan untuk
menbantu negara dalam pembangunan nasional sangat dibutuhkan dari lautan, darat dan
udara. Daerah territorial Kepabeanan Indonesia meliputi :
1. Daratan
Batas Daratan antara negara Indonesia dilakukan dengan perjanjian kerjasama antara
kedua negara, dan disaksikan oleh Mahkamah Internasioanal. Contoh Apabila
pelanggaran yang sering terjadi yang melibatkan kedua belah warga negara yaitu
menyelundupkan barang, ataupun lainnya, tanpa ada dokumen dan penyerta lainnya.
2. Lautan
Menurut Undang-undang perairan Indonesia, Perairan Kepulauan Indonesia adalah
semua perairan yang terletak pada sisi dalam garis pangkal lurus kepulauan tanpa
memperhatikan kedalaman atau jaraknya dari pantai.
Untuk menentukan batas-batas laut dapat kita ketahui dalam bentuk traktat
multilateral sebagai berikut:
a) Batas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)
Zona Ekslusif Ekonomi merupakan wilayah laut dari suatu negara yang batasnya
200 mil laut dari garis pantai.
b) Batas laut Teritorial
Tiap- tiap negara mempunyai kekuasaan terhadap laut territorial hingga 12 mil
dari garis pantai.
c) Batas Zona Bersebelahan
Penentuan batas zona bersebelahan adalah sejauh 12 mil laut diluar batas laut
teritorial atau 24 mil laut dari garis pantai.
d) Batas Landasan Benua
Batas landasan benua yaitu sejauh lebih dari 200 mil laut. Dalam wilayah ini,
negara dapat melakukan eksplotasi dari eksplorasi dengan kewajiban membagi
keuntungan dengan masyarakat internasional.
e) Zona Tambahan
Zona Tambahan, bahwa negara pantai dalam zona tersebut bisa melaksanakan
pengawasan yang diperlukan guna mencegah pelanggaran undang-undang
menyangkut bea cukai, fiskal, imigrasi dan saniter dalam wilayahnya, namun
tidak boleh lebih dari 24 mil laut. Artinya, untuk zona tambahan, jaraknya
diperluas selebar 12 mil laut diukur dari batas laut territorial. Negara Indonesia
mempunyai kedaulatan yang penuh dalam perairan teritorialnya dan dapat
13
menyelenggarakan serta menjalankan tindakan-tindakan seperlunya untuk
menjamin antara lain:
1) Pertahanan keselamatan negara terhadap gangguan/serangan dari luar,
2) Pengawasan atas keluar masuknya orang asing (imigrasi),
3) Penyelenggaraan peraturan fiskal (bea an cukai),
4) Pekerjaan dilapangan kesehatan (karantina),
5) Kepentingan perikanan,
6) Pertambangan dan hasil-hasil alam lainnya.
Tindakan pengawasan yang dilakukan terhadap barang diwilayah lautan
Indonesia dilakukan penuh untuk menghindari penyelundupan yang dipesan
oleh orang Indonesia ataupun oleh orang asing yang ingin mencari keuntungan
tanpa dikenakan bea cukai.
3. Udara
Wilayah udara Indonesia adalah yang berada diatas negara Indonesia dan dibawah
pengawasan dan kekuasaan Indonesia.
14
7. Pemberitahuan pabean adalah pernyataan yang dibuat oleh orang dalam rangka
melaksanakan kewajiban pabean dalam bentuk dan syarat yang ditetapkan dalam
Undang-Undang ini.
8. Menteri adalah Menteri Keuangan Republik Indonesia.
9. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Bea dan Cukai.
10. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai adalah unsur pelaksana tugas pokok dan fungsi
Departemen Keuangan di bidang kepabeanan dan cukai.
11. Pejabat bea dan cukai adalah pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang
ditunjuk dalam jabatan tertentu untuk melaksanakan tugas tertentu berdasarkan
Undang-Undang ini.
12. Orang adalah orang perseorangan atau badan hukum.
13. Impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah pabean.
14. Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean.
15. Bea masuk adalah pungutan negara berdasarkan Undang-Undang ini yang dikenakan
terhadap barang yang diimpor.
16. Bea keluar adalah pungutan negara berdasarkan Undang-Undang ini yang dikenakan
terhadap barang ekspor.
17. Tempat penimbunan sementara adalah bangunan dan/atau lapangan atau tempat lain
yang disamakan dengan itu di kawasan pabean untuk menimbun barang, sementara
menunggu pemuatan atau pengeluarannya.
18. Tempat penimbunan berikat adalah bangunan, tempat, atau kawasan yang memenuhi
persyaratan tertentu yang digunakan untuk menimbun barang dengan tujuan tertentu
dengan mendapatkan penangguhan bea masuk.
19. Tempat penimbunan pabean adalah bangunan dan/atau lapangan atau tempat lain
yang disamakan dengan itu, yang disediakan oleh pemerintah di kantor pabean, yang
berada di bawah pengelolaan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk menyimpan
barang yang dinyatakan tidak dikuasai, barang yang dikuasai negara, dan barang
yang menjadi milik negara berdasarkan Undang-Undang ini.
20. Barang tertentu adalah barang yang ditetapkan oleh instansi teknis terkait sebagai
barang yang pengangkutannya di dalam daerah pabean diawasi.
21. Audit kepabeanan adalah kegiatan pemeriksaan laporan keuangan, buku, catatan dan
dokumen yang menjadi bukti dasar pembukuan, surat yang berkaitan dengan
kegiatan usaha termasuk data elektronik, surat yang berkaitan dengan kegiatan di
bidang kepabeanan, dan/atau sediaan barang dalam rangka pelaksanaan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan.
22. Tarif adalah klasifikasi barang dan pembebanan bea masuk atau bea keluar.
15
Hal-hal tyang disebutkan diatas merupakan hal-hal yang perlu diketahui dalam
bidang kepabeanan terutama yang berkaitan dengan barang-barang yang ada diwilayah
kepabeanan Republik Indonesia dan wajib dilaksanakan oleh setiap perusahaan,
individu atau pemilik barang.
Penanggumg jawab dalam bidang kepabeanandari pemerintah di bawah Kementrian
Keuangan dan di bawah pengawasan Direktorat Bea dan Cukai dan didukung oleh
instansi lain yang mengetahui apabila terjadi penyimpangan dala hal kepabeanan.
Dalam dunia internasional lembaga dunia yang menangani kepabeanan dunia adalah
World Customs Organization (WCO) yang dulunya bernama Customs Cooperation
Council (CCC) markas WCO berada di Brussel-Belgia, WCO memiliki anggota 179
negara dari seluruh dunia.
16
3) Konsentrat yang mengandung etil alkohol adalah bahan yang mengandung etil
alkohol sebagai bahan baku atau bahan penolong dalam pembuatan minuman yang
mengandung etil alkohol;
4) Sigaret adalah hasil tembakau yang dibuat dari tembakau ranjangan yang
dibalutdengan kertas dilinting untuk dipakai yanpa mengindahkan bahan pengganti
atau bahan pembantu yang digunakan dalam pembuatannya (sigaret kretek, sigaret
putih dan sigaret kelembak kemenyan);
5) Sigaret kretek adalah sigaret yang dalam pembuatannya dicampur dengan cengkeh
atau bagiannya, baik asli maupun tiruan tanpa memperhatikan jumlahnya;
6) Sigaret putih adalah sigaret yang dalam pembuatannya tanpa dicampur cengkeh,
kemenyan dan kelembak;
7) Sigaret kretek/putih yang dibuat dengan mesin adalah sigaret kretek dan sigaret
putih yang dalam pembuatannya mukai daripelintingannya, pemasangan filter,
pengemasannya dalam kemasan untuk penjualan ereran, sampai dengan pelekatan
pita cukai, seluruhnya atau sebagian menggunakan mesin;
8) Sigaret kretek/putih yang dibuat dengan cara lain selain mesin adalah sigaret kretek
dan sigaret putih yang dalam pembuatannya mulai dari oelintingan, pemasangan
filter, pengemasannya dalam kemasan untuk penjualan eceran sampai dengan
pelekatan pita cukai, tanpa menggunakan mesin.
9) Cerutu adalah hasil tembakau yang dibuat dari lembaran-lembaran daun tembakau
dirilis atau tidak, dengan cara digulung demikian rupa dengan daun tembakau,
untuk dipakai tanpa mengindahkan, bahan pengganti, atau bahan pembantu yang
digunakan dalam pembuatannya.
10) Rokok daun adalah hasil tembakau yang dibuat dari daun nipah, daun jagung
(klobot), atau sejenisnya dengan cara dilinting, untuk dipakai, tanpa mengindahkan
bahan pengganti atau bahan pembatu yang digunakan dalam pembuatannya.
11) Tembakau iris adalah hasil tembakau yang dibuat dari daun tembakau yang
dirajang, untuk dipakai, tanpa mengindahkan bahan pengganti atau bahan
pembantu yang digunakan dalam pembuatannya.
12) Hasil pengolahan tembakau lainnya adalah hasil tembakau yang dibuat dari daun
tembakau selain yang disebut dalam huruf ini yang dibuat secara lain sesuai
dengan perkembangan teknologi dan selera konsumen, tanpa mengindahkan bahan
pengganti atau bahan pembantu yang digunakan dalam pembuatannya.
13) Gula, untuk jenis gula antara lain:
a. Gula tebu, gula bit, dan gula lainnya yang mempunyai susunan kimia sebagai
gula tebu
b. Zat pemanis tiruan lainnya yang mempunyai daya pemanis lebih tinggi daripada
gula, yebu, antara lain sekarin dan sodium siklamar.
17
Gula yang dikenai cukai yaitu gula buatan dalam negeri dan gula impor.
14) Bir adalah minuman yang tidak disuling dibuat dari alkohol yang meragi. Bir yang
terkena cukai adalah bir produksi dalam negeri.
15) Alkohol sulingan adalah barang cair yang mengandung alkohol yang diperoleh
dengan cara menyuling.
Barang kena cukai berupa hasil tembakau dikenai cukai berdasarkan tarif paling tinggi:
1) Untuk yang dibuat di Indonesia:
a. 275% (dua ratus tujuh puluh lima persen) dari harga dasar apabila harga dasar
yang digunakan adalah harga jual pabrik; atau
b. 57% (lima puluh tujuh persen) dari harga dasar apabila harga dasar yang
digunakan adalah harga jual eceran.
2) Untuk diimpor:
a. 275% (dua ratus tujuh puluh lima persen) dari harga dasar apabila harga dasar
yang digunakan adalah nilai pabean ditambah bera masuk
b. 57% (lima puluh tujuh persen) dari harga dasar apabila harga dasar yang
digunakan adalah harga jual eceran.
3) Barang kena cukai lainnya kenai cukai berdasarkan tariff paling tinggi:
a. Untuk yang dibuat di Indonesia:
1.150% (seribu seratus lima puluh persen) dari harga dasar apabila harga
dasar yang digunakan adalah harga jual pabrik; atau
80% (delapan puluh persen) dari harga dasar apabila harga dasar yang
digunakan adalah harga jual eceran.
b. Untuk yang diimpor;
1.150% (seribu seratus lima puluh persen) dari harga dasar apabila harga
dasar yang digunakan adalah nilai pabean ditambah bea masuk : atau
80% (delapan puluh persen) dari harga dasar apabila harga dasar yang
digunakan adalah harga jual.
Penerapan tarif cukai atas barang kena cukai di atas merupakan ketentuan yang
harus dipatuhi bagi setiap perusahaan dan dibebankan kepada konsumen melalui
pembayaran, pelekatan pita cukai seperti pada rokok dan pembubuhan tanda cukai
lainnya.
Ada beberapa pengertian menurut Undang-undang No.39 Tahun 2007yang perlu
diketahui:
a) Pabrik adalah tempat tertentu termasuk bangunan, halaman, dan lapangan yang
merupakan bagian daripadanya, yang dipergunakan untuk menghasilkan barang
kena cukai dan/atau untuk mengemas barang kena cukai dalam kemasan untuk
penjualan eceran.
18
b) Orang adalah orang pribadi atau badan hukum.
c) Pengusaha pabrik adalah orang yang mengusahakan pabrik.
d) Tempat penyimpanan adalah tempat, bangunan, dan/atau lapangan yang bukan
merupakan bagian dari pabrik, yang dipergunakan untuk menyimpan barang kena
cukai berupa etil alkohol yang masih terutang cukai dengan tujuan untuk disalurkan,
dijual, atau diekspor.
e) Pengusaha tempat penyimpanan adalah orang yang mengusahakan tempat
penyimpanan.
f) Tempat penjualan eceran adalah tempat untuk menjual secara eceran barang kena
cukai kepada konsumen akhir.
g) Pengusaha tempat penjualan eceran adalah orang yang mengusahakan tempat
penjualan eceran.
h) Penyalur adalah orang yang menyalurkan atau menjual barang kena cukai yang
sudah dilunasi cukainya yang sematamata ditujukan bukan kepada konsumen akhir.
i) Dokumen cukai adalah dokumen yang digunakan dalam rangka pelaksanaan
undang-undang ini dalam bentuk formulir atau melalui media elektronik.
j) Kantor adalah Kantor Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
k) Direktorat Jenderal Bea dan Cukai adalah unsur pelaksana tugas pokok dan fungsi
Departemen Keuangan di bidang kepabeanan dan cukai.
l) Menteri adalah Menteri Keuangan Republik Indonesia.
m) Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Bea dan Cukai.
n) Pejabat bea dan cukai adalah pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang
ditunjuk dalam jabatan tertentu untuk melaksanakan tugas tertentu berdasarkan
undang-undang ini.
o) Tempat penimbunan sementara adalah bangunan dan/atau lapangan atau tempat lain
yang disamakan dengan itu di kawasan pabean untuk menimbun barang sementara
menunggu pemuatan atau pengeluarannya.
p) Tempat penimbunan berikat adalah bangunan, tempat, atau kawasan yang memenuhi
persyaratan tertentu yang digunakan untuk menimbun barang dengan tujuan tertentu
dengan mendapatkan penangguhan bea masuk.
q) Daerah pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat,
perairan, dan ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di zona ekonomi
eksklusif dan landas kontinen yang di dalamnya berlaku undang-undang di bidang
kepabeanan.
r) Audit cukai adalah serangkaian kegiatan pemeriksaan laporan keuangan, buku,
catatan dan dokumen yang menjadi bukti dasar pembukuan, dan dokumen lain yang
berkaitan dengan kegiatan usaha, termasuk data elektronik, serta surat yang
19
berkaitan dengan kegiatan di bidang cukai dan/atau sediaan barang dalam rangka
pelaksanaan ketentuan perundang-undangan di bidang cukai.
s) Surat tagihan adalah surat berupa ketetapan yang digunakan untuk melakukan
tagihan utang cukai, kekurangan cukai, sanksi administrasi berupa denda, dan/atau
bunga.
21
Diperlukan penggabungan beberapa pos menjadi satu pos, dengan syarat:
a. Pos BC 1.1 yang akan digabungkan berasal BC 1.1 yang sama
b. Nama dan alamat shipper/supplier, consignee, notify address/notify party,
dan pelabuhan pemuatan harus sama untuk masing-masing pos yang akan
digabungkan
c. Telah diterbitkan revisi Bill of Lading/Airway Bill;
- Terdapat kesalahan data lainnya atau perubahan pos manifest.
c. Pembongkaran dan penimbunan barang impor
Setelah baeang impor sampai dan dibawa oleh sarana pengangkut dengan segala
ketentuan melengkapi persyaratan pemberitahuan dan dokumen pendukung maka,
tahap selanjutnya yang akan dilakukan adalah pembongkaran barang impor yang
dilaksanakan di:
1) Kawasan Kepabeanan,
2) Tempat lain setelah mendapat ijin dari Kepala Bidang Penindakan dan
Penyidikan atau pejabat yang ditunjuk
Setelah semua barang mendarat atau berlabuh dalam wilayah yang disebutkan
diatas maka dalam 12 (dua belas) jam setelah selesai pembongkaran sarana
pengangkut baik yang dilaut maupun di udara wajib menyampaikan daftar kemasan
atau peti kemasan atau jumlah jumlah barang curah yang telah dibongkar kepada
Pejabat di Kantor Pabean. Penyerahan Pemberitahuan dimaksud dilakukan secara
manual atau melalui media elektronik (faksimili ataupun email). Pejabat Bea dan
Cukai dapat melakukan pengawasan atas pembongkaran barang impor dimaksud.
Apabila dari sarana pengangkutan tidak memberikan informasi yang benar kepada
petugas pengawas Bea dan Cukai mengenai kelebihan bongkar, jumlah peti kemas
atau jumlah kemasan atau barang lain yang tidak diberitahukan maka akan dikenai
sanksi administrasi berupa denda.
Penimbunan untuk barang impor yang belum diselesaikan kewajiban pabeannya
dapat dilaksanakan di:
- Tempat Penimbunan Sementara (TPS) 8; atau
- Gudang atau lapangan penimbunan milik importer setelah mendapat persetujuan
dari Kepala Kantor Pabean yang mengawasi tempat tersebut.
Pengusaha Tempat Penimbunan yang tidak dapat mempertanggungjawabkan
barang yang seharusnya berada di tempat penimbunannya wajib melunasi Bea
Masuk, Cukai dan Pajak dalam rangka impor yang seharusnya dibayar berikut sanksi
administrasi berupa denda sesuai dengabn Undang-undang No.17 Tahun 2006.
22
d. Pengeluaran Barang Impor untuk Dipakai
Pengeluaran barang impor ada beberapa macam ada yang dibawa oleh
penumpang, ada juga untuk kepentingan perusahaan melalui sarana pengangkut, semua
hal mengenai pengeluaran barang milik penumpang ataupun barang yang akan dipakai
akan dijelaskandidalam poin ini.
Untuk pengeluaran barang impor dari kawasan pabean, atau tempat lain yang
diperlakukan sama dengan tempat penimbunan sementara dengan tujuan diimpor untuk
dipakai wajib memberitahukan dengan Pemberitahuan Impor Barang (PIB) yang
disampaikan ke Kantor Pabean. Pemberitahuan Impor barang (PIB) adalah
Pemberitahuan Pabean untuk pengeluaran barang yang diimpor untuk dipakai, ada
pengecualian untuk barang yang dipakai tetapi tidak menggunakan dokumen
Pemberitahuan Impor barang (PIB) sebagai berikut:
1) Menggunakan dokumen pemberitahuan impor barang khusus (PIBK) yaitu untuk
barang impor:
Barang pindahan;
Barang impor sementara yang dibawa penumpang;
Barang impor melalui jasa titipan
2) Barang impor tertentu yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai;
3) Dengan menggunakan Custom Declaration untuk impor barang penumpang. Apa itu
Custom Declaration, yang dimaksud dengan Custom Declaration menurut
(www.beacukai.go.id) adalah dokumen pabean yang digunakan oleh Awak Sarana
Pengangkut atau penumpang dalam memberitahukan barang bawaannya ketika yang
bersangkutan datang dari luar negeri. Dokumen ini sering juga dikenal dengan
dokumen pabean BC 2.2. Penumpang yang datang dari luar negeri, diwajibkan
mengisi Custom Declaration, penumpang biasanya mendapatkan Custom
Declaration pada saat diatas pesawat, kru pesawat tyang penumpang naiki akan
menyampaikan mengenai kewajiban mengenai pabean terhadap barang bawaan dan
wajib diisi sesuai dengan barang impor yang dibawa oleh penumpang. Cukup satu
dokumen Custom Declaration untuk satu keluarga, penumpang atau keluarga akan
diberikan pembebasan sebesar nilai pabean FOB USD 250 per orang atau USD 1000
per keluarga, selebihnya akan dikenakan pungutan bea masuk dan pajak dalam
rangka impor sesuai ketentuan yang berlaku.
23
Gambar 3.1 Contoh Custom Declaration
Penumpang atau keluarga yang berasal dri luar negri yang tidak memberitahukan
barang yang dibawa atau barang bawaan dari luar negeri (yang seharusnya
dikenakan bea masuk dan pajak dalam rangka impor), dianggap sebagai pelanggaran
dan akan dikenakan sanksi asministrasi bagi penumpang.
Pembebasan bea masuk terhadap barang sebagaimana dimaksud, tewrhadap
barang pribadi penumpang yang merupakan barang kena cukai juga diberikan
pembebasan cukai untuk setiap orang dewasa paling banyak:
200(dua ratus) batang sigaret, 25 (dua puluh lima) batang cerutu, atau 100
(seratus) gram tembakau iris/hasil tembakau lainnya; dan
1 (satu) liter minuman mengandung etil alcohol.
4) Dengan menggunakan Pencacahan dan Pembean Kiriman Pos (PPKP) untuk
barang kiriman melalui PT. (Persero) Pos dan Indonesia.
25
BC 2.4 Pemberitahuan Penyelesaian Barang Impor yang Mendapat
Pembebasan Bea Masuk dan/atau Cukai serta Pajak Pertambahan
Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Tidak Dipungut.
BC 2.5 Pemberitahuan Pengeluaran Barang dari Tempat Penimbunan
Berikat.
BC 3.0 Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB).
BC 4.0 Pemberitahuan Pemasukan Barang Asal Daerah Pebean ke
Kawasan Berikat.
Dalam bentuk bagan yang lebih sederhana dokumen Pemberitahuan Pabean tersebut
dapat disajikan sebagai berikut:
PEMBERITAHUAN PABEAN
BARANG KAPAL
26
(c) Risiko melekat pada dokumen oleh importir yang eksistensi/jaminan
finansialnya kurang kuat.
HIJAU dengan perlakuan:
(a) Intervensi dokumen;
(b) Barang Impor dapat segera dikeluarkan;
(c) Risiko melekat pada dokumen oleh importer yang eksistensi/jaminan
finansialnya kurang kuat.
MITA dengan perlakuan :
(a) Tanpa Intervensi pemeriksaan karena ditunda hingga tiba saatnya post
clearance;
(b) Importasi oleh importir yang pola bisnisnya sudah terpola serta berperilaku
baik.
Bagan alir penetapan jalur pelayanan importasi sebagaimana tersedia pada halaman
berikut ini, menunjukkan bahwa:
PIB dikirimkan importer ke KPBC, Rekonsiliasi pembayaran/jaminan pembayaran,
dan konfirmasi perizinan dilaksanakan untuk jalur merah kuning, kuning dan hijau.
Pemeriksaan keabsahan dokumen untuk jalur merah dan kuning.
Pemeriksaan fisik barang dicocokkan dengan dokumen untuk jalur merah.
Pelayanan terpendek adalah pada jalur prioritas.
MITA
Pelayanan MERAH KUNING HIJAU NON PRIORITAS
PRIORITAS
PIB Dikirimkan
Rekonsiliasi
Pembayaran /Jaminan
Konfirmasi Perizinan
Penelitian Dokumen
Pemeriksaan Fisik
SPPB
Penelitian Dokumen
27
Gambar 3.4: Sistem Aplikasi Pelayanan Impor Melalui PDE
Sistem inhouse Kantor Pelayanan Bea cukai (KPBC) didesain untukmmenerima,
memproses, dan merespon dokumen yang disampaikan pihak impotir. Setelah
melakukan perhitungan sendiri (self assessment) importer yang bersangkutan membayar
kewajibannya ke bank devisa persepsi yang ditunjuk. Kemudian PIB dikirimkan melalui
jaringan Pertukaran Data Elektronik (PDE). Sistem Melakukan validasi/cek data pada
dokumen PIB apakah barang yang diimpor masuk kategori barang dibatasi atau bahkan
dilarang. Jikalau barang termasuk dibatasi atau dilarang, maka petugas menganalisis
risiko untuk diteruskan ke petugas penetu jalur. Namun jikalau tidak dibatasi atau
dilarang, maka petugas menetapkan jalur pelayanan apakah merah atau hijau. Barang
pada jalur merah selain dokumen diperiksa, fisik barangpun diinvestigasi.
Proses Pelayanan KPBC terhadap pengiriman barang ekspor, penelitian PEB,
penetapan jalur, sampai dengan penerbitanPersetujuan Ekspor (PE) dapat dijelaskan
dengan bagan alir berikut ini:
28
Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) berikut bukti-bukti pendukung. Proses dilanjutkan
dengan mandatory check dan penelitian apakah barang tersebut termasuk barang yang
dikarantina atau bebas karantina pertanian, hewan dan iakn. Jika barang bebas karantina,
petugas menentukan jalur pelayanan. Jalur merah memeriksa fisik dan dokumen barang.
Pelayanan semua jalur diakhiri dengan penerbitan Nota Pesetujuan Ekspor (NPE) atau
Custom Approval.
Setelah memenuhi semua ketentuan pabean, eksportir mengantarkan barang
dengan menjalani prosedur kepelabuhanan, untuk selanjutnya barang diserahkan ke
terminal, akhirnya dimuat diatas kapal.
- Barang Ekspor-Impor yang diatur, Diawasi, atau Dilarang
1) Impor
(a) Diatur
Bahan Perusak Lapisan Ozon (BPO Metil Bromida dan BPO Non Metil
Bromida);
(b)Diawasi
Gula;
Beras;
Minuman Mengandung Etil Alkohol;
Konsentrat mengandung Etil Alkohol;
Hasil Tembakau.
(c) Dilarang
Udang.
2) Ekspor
(a) Diatur
Produk Perkebunan
0901 Kopi
Produk Kehutanan
1401 Rotan
4404 Poho Jenis Komifera dan non-Komifera
4408 Lembaran kayu venire tebal ≤ 6 mm
4409 Kayu dibentuk
4410 Papan partikel
4411 Papan dari serat kayu
4412 Kayu Lapis
4413 Kayu dipadatkan berbentuk balok
4414 Bingkai kayu untuk lukisan
4415 Peti, kotak, krat dari kayu
4416 Tahang, tong, bejana, pasu dari kayu
4417 Perkakas, badan perkakas, acuan sepatu dari kayu
4418 Perabot dan bahan bangunan rumah dari kayu
4419 Perabotan meja dan perabotan dapur dari kayu
4421 Barang lainnya dari kayu
4601 Produk-produk industry berbahan baku rotan
4703 Pulp dan kertas dengan bahan kayu
9401/9403 Mebel dari kayu atau rotan
9406 Bangunan prefabrikasi
Kayu Cendana dalam segala bentuk dan ukuran
29
(b)Diawasi
Produk Peternakan
0102 Binatang sejenis lembu hidup
0102.90.900 Kerbau
4103.20 Kulit buaya dalam bentuk wet blue
Produk Perikanan
Ikan dalam keadaan Hidup
0301.10.100 Anak ikan Napoleon Wrasse
0301.10.910 Ikan Napoleon Wrasse
0311.91.100 Benih ikan bandeng (nener)
Produk Perkebunan
1207.10.000 Inti kelapa sawit
Produk Pertambangan
Minyak dam gas bumi
2709 Minyak bumi mentah
2710 Minyak bumi selain minyak mentah olahan
2711 Gas minyak bumi & hydrocarbon berbentuk gas lain
2712 Petroleum jelly, paraffin, ozokerit, bara muda
Produk Industri
3102.10.000 Pupuk urea
7204 Limbah dan scrap dari besi tua
7204.21.000 Baja Stainless
7404.000.000 Tembaga
7407.21.000 Kuningan
7602.00.000 Aluminium
(c) Dilarang
Produk Perikanan
0301.10.100 Anak ikan arowana
0302.20.920 Ikan arowana
0301.92.100 Benih ikan sidat ukuran ˂ 5 mm
0301.10.920 Ikan hias air tawar jenis botia ukuran ≥ 15 cm
0306.29.190 Udang galah ukuran ˂ 8 cm
0306.29.190 Udang Panaeidae (induk dan calin induk)
Produk Kehutanan
1401.20 Rotan asalan dan rotan setengah jadi
4403 Kayu bulat dari semua jenis kayu diameter ˃30 cm
4403 s/d 4404 Bahan baku serpih kayu diameter ≤ 29 cm
4406 Bantalan rel kereta api atau trem dari kayu
4407 Kayu gergajian atau dibelah membujur
Produk Pertambangan
2505 Pasir alam segala jenis, pasir silica dan pasir kwarsa
2508 Tanah Liat
2530 Top soil
2609.00 Bijih timah dan konsentratnya
2620 Abu dan residu
7103&7104 Batu mulia (selain intan)
Produk Perkebunan
4001.22 Karet bongkah
4001.29 Bahan – bahan remailing dan rumah asap
Produk Peternakan
3103.20 Kulit mentah (kecuali kulit buaya wet blue)
30
Produk Industri
Sisa dan scrap Fero, ingot hasil peleburan kembali besi/baja
7204.10 Sisa dan scrap dari besi tuang
7204.30 Sisa dan scrap dari besi/baja dilapis timah
7204.50 Sisa dan scrap dari ingot hasil peleburan kembali
Cagar Budaya
Barang kuno yang mempunyai nilai budaya.
- Pungutan Negara
Berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang kepabeanan dinyatakan
bahwa barang-barang yang dibawa dari luar negeri masuk ke kawasan pabean (import)
maupun keluar kawasan pabean tujuan luar negeri (export) dikenakan pungutan untuk
negara. Jenis pungutan Negra RI adalah :
Impor
1. Bea Masuk (BM). Sesuai buku Tarif Bea Masuk Indonesia (BTBMI) sebesar
maksimum 40% x harga CIF,
2. Bea Masuk Anti Dumping (BMAD). Dikenakan apabila :
a. Menyebabkan kerugian indudtri dalam negeri;
b. Mengancam terjadinya kerugian industri dalam negeri dan
c. Menghalangi pengembangan industri dalam negeri.
3. Bea Masuk Imbalan (BMI),
4. Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP),
5. Cukai. Dikenakan atas :
a. Minuman dan konsentrat mengandung Etil Alkohol dan
b. Hasil tembakau.
6. Pajak Pertambahan Nilai (PPN),
7. Pajak Pertambahan Nilai Barang Mewah (PPnBM),
8. Pajak Penghasilan (PPh) ps.22,
9. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
10. Sanksi Administrasi/Denda. Dikenakan terhadap pelanggaran administrative,
dam denda atas kekurangan pembayaran BM atau Pungutan Ekspor sebesar
100% s/d 1000% dari kekurangan Bayar.
11. Bunga. Pungutan karena utang atau tagihan kepada Negara yang tidak atau
kurang bayar sejak tanggal jatuh tempo sampai hari pembayarannya.
Ekpor
1. Pajak Ekspor, Pungutan Ekspor, Bea Keluar.
2. Peneriaman Negara Bukan Pajak (PNBP).
Undang No.20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak, dan
Peraturan Pemerintah No.44 Tahun 2003 tentang Tarif Atas jenis Penerimaan
Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Departemen Keuangan.
3. Sanksi Administrasi
4. Bunga.
BEA CUKAI
PELAYARAN PORT
OPERATOR
EXPORTIR/
MODA TRANSPORT DEPO PETIKEMAS,
IMPORTIR/
DARAT PERGUDANGAN
MANUFAKTUR
PEMERINTAH/ BANK
REGULATOR
36 INSTANSI
PELAYARAN
PORT OPERATOR
BANK
BEA CUKAI
EXPORTIR/ PEMERINTAH/
IMPORTIR/ REGULATOR
MANUFAKTUR 36 INSTANSI
MODA TRANSPORT
DARAT
32
Jejaring NSW pada gambar diatas menunjukkan berlangsungnya penyederhanaan
(simplification) prosedur di bidang perdagangan ekspor-impor, keterpaduaan
penangaanan dokumen berbagai mitra dan instansi terkait lintas sektoral (integration),
standardisasi dokumen mengurangi keanekaragaman data sehingga jumlahnya
tereliminasi (eliminating) secara signifikan, dan dengan tersedianya gateway tunggal
maka arus barang komoditas, informasi,dan transaksi pembayaran sepenuhnya berada
dibawah control pemerintah.
Pengalaman korea selatan menerapkan regulasi perdagangan secara elektronik
setelah didahului dengan legalisasi undang-undang electronic commerce menghasilkan
keunggulan, dan daya saing ekonomi perdagangan Negara itu. Korea selatan bermitra
dengan Malaysia melalukan transaksi ekspor-impor dengan prinsip dokumen tunggal
(single document) elektronik. Dokumen ekspor dari Malaysia diproses layaknya
dokumen impor di korea selatan, dan sebaiknya dokumen ekspordari korea selatan
diproses sebagai dokumen impor di Malaysia. Kedua negara yang disebutkan diatas
mengawali keberhasilan dengan pertukaran data elektronik sektoral di bidang
transportasi dan kepelabuhan, kemudian ditingkatkan ke bidang sektoral, dan kini
dengan sesama negara di kawasan Asia Fasific. Malaysia dengan Dagang Net dan
Korea Selatan dengan Korean Logistic Net (KL Net).
Jejaring Tunggal Nasional (NSW) Indonesia akan menjadi jaringan perdagangan
di kawasan ASEAN yang keunggulannya setara dengan Negara tetangga se kawasan
Asia Pasific. Portal Indonesia adalah Solusi menyeluruh atau prosedur panjang dan
banyakannya dokumen perdagangan sebagaimana hasil riset UNCTAD tahun1989.
33
BAB IV
IMIGRASI
1. PERMOHONAN
PELAYARAN
2. PERSETUJUAN IMIGRASI
35
Melarang setiap orang naik atau turun dari alat angkut tanpa izin Pejabat Imigrasi
selama dilakukan pemeriksaan keimigrasian,
Membawa kembali ke luar wilayah Indonesia setiap orang asing yang datang
dengan alat angkutnya yang tidak mendapatkan Izin Masuk dari Pejabat Imigrasi
di Tempat Pemeriksaan Imigrasi.
Tugas dan fungsi pengawasan keimigrasian serta kewajiban orang asing di
Indonesia ditetapkan pada pasal 38 dan pasal 39 seperti berikut:
Pasal 38 ayat (1) pengawasan terhadap orang asing di Indonesia meliputi (a)
masuk dan keluarnya orang asing ked an dari wilayah Indonesia; (b) keberadaan
serta kegiatan orang asing di wilayah Indonesia; dan ayat (2) untuk kelancaran
dan ketertiban pengawasan, pemerintah menyelenggarakan pendaftaran orang
asing yang berada di wilayah Indonesia.
Pasal 39, setiap orang asing yang berada diwilayah Indonesia wajib : (a)
memberikan segala keterangan yang diperlukan mengenai identitas diri dan/atau
keluarganya, perubahan status sipil dan kewarganegaraan serta perubahan
alamatnya; (b) memperlihatkan Surat Perjalanan atau dokumen keimigrasian yang
dimilikinya pada waktu diperlukan dalam rangka pengawasan; (c) mendaftarkan
diri jika berada di Indonesia lebih dari 90 (se,bilan puluh) hari,
Konsekuensi ketentuan tersebut diatas antara lain ialah bahwa Pejabat Imigrasi
menyusun basis data(data base) seluruh orang asing yang berada dan menjalankan
kegiatan di Indonesia, sehingga tugas dan fungsi pengawasan berlangsung efektif.
36
Buku pelaut sebagai Dokumen Identitas Pelaut resmi menerapkan standar
peralatan sistem teknologi informasi yang berbasis biometric fingerprint standard
dengan barcode. Sistem pengawasannya sederhana luar biasa, yakni buku di scan
untuk dibaca di computer seluruh data diri yang unik dari tenaga kerja pelaut yang
bersangkutan.
Kemudian izin ke darat, transit dan pemindahan pelaut yang memiliki Seafarers’
Identity Document (SID) dilakukan setelah melalui proses verifikasi singkat, kecuali
latar belakang atau dat pelaut tersebut diragukan. Pejabat Imigrasi tidak berwenang
menolak pemberian izin turun ke darat seperti ke umah sakit, kantor pos, bank atau
kepolisian.
Pemberlakuan konvensi ILO No.185 ditujukan kepada setiap Pelaut yang
dipekerjakan atau terlibat atau bekerja dalam jabatan apapun diatas kapal teermasuk
kapal penangkap ikan komersil. Akan tetapi Buku Pelaut (SID) yang dimaksud tidak
berlaku bagi anggota angkatan laut atau awak kapal perang.
Penerbitan Dokumen Identitas Pelaut diselenggarakan oleh negara anggota ILO
dan yang memberlakukan konvensi kepada pelaut warga negaranya dan kepada
pelaut yang bertempat tinggal permanen di wilayah hokum negaranya.
Kepemilikan dan pencabutan SID didokumentasikan secara tripartite
(pemerintah, operator kapal dan pelaut yang bersangkutan. Dokumen pelaut harus
dicabut jikalau pelaut tidak lagi memenuhi kondisi atau persyaratan yang ditetapkan
konvensi.
37
BAB V
KESEHATAN PELABUHAN (PORT HEALTH)
1. PERMOHONAN
PELAYARAN
3. PERSETUJUAN
KESEHATAN
38
Pemerintah dan Pemerintah Dearah menetapkan jenis penyakit yang memerlukan
karantina, tempat karantina dan lama/durasi karantina.
Pembuat Undang-undang memberikan wewenang kepada Pemerintah Psat dan
Pemerintah Daerah untuk menetapkan jenis penyakit, tempat dan lama karantina
kesehatan guna melindungi penularan penyakit kepada masyarakat daerah belakang
(hinterland) atau lingkungan sekitar kawasan pelabuhan.
Kapal Terjangkit dilayani sebagaimana flow chart di halaman berikut. Diawali dengan
permohonan nahkoda kapal atau agen perusahaan pelayaran untuk mendapat dokumen
kesehatan (Bill of Health). Petugas karantina kesehatan melakukan pemeriksaan. Jikalau
kapal terjangkit penyakit karantina, maka kapal diawasi dan menjalani tindakan
karantina oleh dokter dari kantor kesehatan pelabuhan. Namun kapal yang tidak
terjangkit atau dinyatakan sehat setelah tindakan karantina, dinyatakan bebas penyakit
karantina atau free pratique.
PERMOHONAN FREE
PRATIQUE
NAHKODA/AGEN
PELAYARAN
Tidak
TERJANGKIT
TINDAKAN KARANTINA
Tidak
SEHAT
Ya
FREE
PRATIQUE
39
2) Pelaksanaan pengamatan penyakit karantina dan penyakit menular potensial
wabah yang terjadi dalam/luar negeri melalui media cetak dan media elektronik.
3) Pelaksanaan pusat/simpul jejaring surveilans epidemiologi local, regional,
nasional sesuai penyakit yang terkait dengan lalu lintas internasioanl seperti
pelabuhan dan bandar udara.
4) Pelaksanaan fasilitas dan advokasi kesiapsiagaan dan pemamggulangan keadaan
tanggap darurat bidang kesehatan.
5) Pelaksanaan fasilitas dan advokasi pembinaan kesehatan kerja di lingkungan
kerja pelabuhan dan bandar udara.
6) Pelaksanaan pemberian sertifikat obat, makanan-minuman, dan Alat Kesehatan
(OMKA) ekspor dan mengawasi persyaratan dokumen OMKA impor.
7) Pelaksanaan pengawasan kesehatan pada alat angkut, inspeksi kapal meliputi
sistem sanitasi, hama tikus dan serangga yang dapat menularkan penyakit.
8) Pelaksanaan pemberian layanan kesehatan terhadap komunitas pelabuhan serta
penduduk di sekitar lingkungan kerja pelabuhan.
9) Pelaksanaan pengendalian risiko lingkungan pelabuhan antara lain ketersedian air
bersih, vector (nyamuk, tikus, lalat, kecoa), bangunan rumah makan dan
pembuangan sampah.
Khususnya pelaksanaan fungsi kekarantinaan terhadap sarana pengangkut atau
kapal, karantina kesehatan melakukan tindakan suci hama diantaranya pembasmian
hama tikus dengan fumigasi yakni ruang akomodasi kapal disemprot gas fumigan
sehingga kapal terbebas dari segala macam kutu dan jasad renik.
Kapal yang telah bebas hama tikus dan jenis hama lainnya diberikan sertifikat
bebas tikus (Deratting Certificate atau Deratting Exemption Certificate).
40
BAB VI
KARANTINA PERTANIAN
KARANTINA PERTANIAN
Aktivitas pelayanan kekarantinaan bidang karantina pertanian di lingkungan kerja
pelabuhan laut secara umum ditunjukkan dalam Gambar 2.9 Nahkoda atau operator
kapal melaporkan dokumen kapal (Bill of Health) dan Daftar Muatan (Manifest) ke
Kantor atau Pusat atau Unit Pelaksana atau Balai Karantina.
Sementara itu, pemilik barang/muatan atau eksportir-importir menyampaikan
permohonan izin bongkar dan.atau muat, menyelesaikan semua urusan untuk
mendapatkan persetujuan (Quarantine Approval).
Petugas karantina mengadakan penelitian dokumen dan dilanjutkan dengan
pemeriksaan fisik jiika dipandang perlu. Jikalau kapal berikut muatan dinyatakan
bebas karantina, maka diterbitkan Clearance muat ataupun bongkar.
a
PELAYARAN
1
b 1
2
3
4
KARANTINA 5 EMKL/IMPORTIR/
b EKSPORTIR
c d
Keterangan :
1 = Manifest a = Shipping Instruction
2 = EMKL/Importir mengurus izin bongkar b = EMKL/eksportir mengurus izin muat
3 = Pemeriksaan muatan oleh petugas c = Pemeriksaan kapal oleh petugas
4 = Hewan/Tumbuhan masuk karantina d = Hewan/ Tumbuhan masuk karantina
5 = Clearance dari karantina e = Clearance muat dari karantina
41
Pasal 8 ayat (1) Media pembawa yang dimasukkan ke dalam, dibawa, atau
dikirim dari suatu area ke area lain, transit di dalam, dan/atau dikeluarkan dari
wilayah negara Republik Indonesia dikenakan tindakan karantina; (2) Tindakan
karantina berupa pemeriksaan, pengasingan, pengamatan, perlakuan, penahanan,
penolakan, pemusnahan dan pembebasan; (3) Pelaksanaan tindakan karantina
terhadap media pembawa yang membahayakan kesehatan manusia,
dikooordinasikan dengan instansi yang bertanggung jawab dibidang kesehatan
masyarakat veteriner dan zoonosis.
Pasal 16 ayat (1) Pembebasan sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (2)
dilakukan terhadap media pembawa yang dimasukkan ke dalam wilayah negara
Republik Indonesia, dan diberikan sertifikat pelepasan, apabila ternyata: a)
setelah dilakukan pemeriksaan tidak tertular hama penyakit hewan karantina; (b)
setelah dilakukan pengamatan dan pengasingan tidak tertular penyakit hewan
karantina; (c) setelah dilakukan perlakukan dapat disembuhkan dari hama
penyakit hewan karantina; tau (d) setelah dilakukan penahanan seluruh
persyaratan yang diwajibkan dapat ipenuhi. Pasal 16 ayat (2) Pemberian sertifikat
pelepasan terhadap media pembawa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
ditujukan kepada dokter hewan yang berwenang di daerah tujuan.
Pasal 8 dan pasal 16 Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2000 dapat
dianalogikan untuk diberlakukan juga terhadap Karantina Ikan, dan Karantina
Tumbuhan.
2) Karantina Ikan
Proses pelaksanaan tindakan karantina yang bertujuan untuk mencegah masuk
dan tersebarnya hama penyakit karantina dari luar negeri dan dari satu daerah ke
daerah lain di dalam negeri, atau keluarnya hama penyakit karantina dari wilayah
Indonesia ke wilayah negara lainnya.
Meningkatkan tranksaksi perdagangan ikan Indonesia yang diangkut dari/ke
luar negeri maupun antar wilayah dalam negeri melalui pelabuhan penyakit ikan
berbahaya. Untuk menangkal penularan hama penyakit yang membahayakan
kesehatan manusia konsumen, maka tindakan karantina sebagai keputusan
preventif sangat diperlukan.
42
Aliran kerja pelaksanaan Tindakan Karantina ditunjukkan dalam Gambar 6.2
PERMOHONAN PUSAT/UNIT/BALAI
PEMILIK KARANTINA
MUATAN/PRODUK/
MEDIA
Tidak
TERJANGKIT
TINDAKAN KARANTINA:
1. PEMERIKSAAN
2. PENGASINGAN
3. PENGAMATAN
4. PERLAKUAN
5. PENAHANAN
6. PENOLAKAN
7. PEMUSNAHAN
8. PEMBEBASAN
Tidak
BEBAS ?
Ya
SERTIFIKASI
43
Penahanan atas media dikenakan apabila (a) tidak dilengkapi dengan sertifikat
kesehatan negara/daerah asal; (b) tidak membuat surat permohonan clearance; dan (c)
pemilik tidak mengurus izin memasukkan atau mengeluarkan produk.
Penolakan apabila persyaratan karantina tidak dipenuhi dan setelah tahap perlakuan
media pembawa tidak dapat disembuhkan dari hama penyakit.
Pemusnahan dilakukan apabila batas waktu penolakan sudah lewat dan produk tidak
dapat dibebaskan.
Pembebasan apabila media pembawa (produk) telah bebas dari hama penyakit
karantina dan diberikan sertifikat kesehatan.
3) Karantina Tumbuhan
Sebagaimana telah dikemukakan terdahulu bahwa Undang- undang No.16 Tahun
1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan adalah dasar hokum normative
mengatur atau membentengi wilayah negara Republik Indonesia dari penularan hama
penyakit yang terbawa produk-produk peternakan, perikanan, kehutanan dan
perkebunan.
Produk-produk dimaksud merupakan media pembawa hama penyakit melalui
aktivitas bongkar dari dan/atau muat ke atas kapal di pelabuhan sebagai pintu gerbang
keluar-masuk barang yang diperdagangkan.
Aturan pelaksanaan pelayanan karantina tumbuhan antara lain diatur dengan
Keputusan Menteri Pertanian No. 37/Kpts/HK.060/1/2006 tentang Persyaratan Teknis
dan Tindakan Karantina Tumbuhan untuk Pemasukan Buah-buahan dan/ atau Sayuran
Buah segar ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia, dan
No.38/Kpts/HK.060/1/2006 tentang Jenis-jenis Organisme Pengganggu Tumbuhan
Karantina Golongan I Kategori A1 dan A2, Golongan II Kategori A1 dan A2,
Tanaman Inang, Media Pembawa, dan Daerah Sebarnya.
Peraturan pelaksanaan teknis operasional mempunyai tujuan:
Mencegah masuknya hama penyakit, dan organisme pengganggu tumbuhan
karantina dari luar negeri ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia.
Mencegah tersebarnya hama penyakit, dan organisme pengganggu tumbuhan
karantina dari suatu daerah ke daerah lain di dalam wilayah Negara Republik
Indonesia
Mencegah keluarnya hama dan organisme penggsnggu tumbuhsn tertentu dari
Wilayah Negara Republik Indonesia ke luar negeri apabila negara tujuan
menghendaki.
44
45