Bahan Kuliah Menajemen Pelabuhan Utk Ujian

Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Unduh sebagai pptx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 55

APA ITU PELABUHAN ?

Pelabuhan adalah daerah perairan yang terlindung terhadap gelombang, yang


dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi darmaga di mana kapal dapat
berlabuh untuk bongkar muat barang, kran untuk bongkar muat barang, gudang
laut (transito), dan tempat-tempat penyimpanan lainnya di mana barang dapat
disimpan dalam beberapa waktu sebelum dikirim ke daerah tujuan

Tipologi pelabuhan :
Pelabuhan Umum dan Khusus
Pelabuhan Laut dan Pantai
Gateway Port Pelabuhan Perikanan, Penumpang,
Regional Collector Port Barang, Minyak, Militer, Campuran
Trunk Port Pelabuhan Alam, Pelabuhan Semi
Feeder Port Alam, Pelabuhan Buatan
Pelabuhan diusahakan dan tidak
diusahakan
PROSPEK PENGEMBANGAN PELABUHAN

Indonesia :

Pernah jaya sebagai raja pelayaran Asia era 70 – 8-an. Kekuatan armada Indonesia
tahun 2005 sebanyak 6.041 units. Tahun 2007 naik menjadi 7.137 units.
Di kawasan ASEAN kalah bersaing khususnya untuk pelayaran Ocean Going

Malaysia :

Dengan dukungan deep sea port membuat MISC (Malaysian International


Shipping Corp) telah mampu masuk kedalam World Shipping Lines Network.
Dengan Grand Alliance mampu merebut 11.8% total kapasitas Cargo Dunia.

Singapura :

Dengan dukungan Port of Singapore Authority (PSA) sebagai penjamin logistik


muatan telah mampu mengambil alih perusahaan pelayaran American President
Line dan menjadi anggota New York Alliance

Martodihardjo (2008)
PROSPEK PENGEMBANGAN PELABUHAN
Pelabuhan di Asia dan Rangking Dunia (Berdasarkan Kapasitas Empiris)

No Pelabuhan Negara Tons*)


1 Singapura Singapura 393.418
2 Shanghai China 378.962
4 Nigbo China 225.850
5 Hongkong China 220.879
6 Busan RO Korea 219.760
7 Guangzhou China 215.190
8 Tianjin China 206.161
11 Nagoya Jepang 182.289
12 Chiba Jepang 169.254
13 Kwangyang RO Korea 165.875
14 Qingdao China 161.650

(Tia Eng, 2007)


PROSPEK PENGEMBANGAN PELABUHAN
Pelabuhan di Asia dan Rangking Dunia Kapasitas Empiris

No Pelabuhan Negara Tons*)


15 Ulsan RO Korea 156.517
16 Kaohsiung Taiwan 156.468
18 Qinhuangdao China 150.320
19 Dalian China 145.162
21 Shenzhen China 135.246
22 Yokohama Jepang 126.960
24 Incheon RO Korea 113.073
26 Kitakyushu Jepang 103.245
27 Port Klang Malaysia 99.911
29 Osaka Jepang 93.147
30 Tokyo Jepang 91.427
32 Kobe Jepang 65.661

(Tia Eng, 2007)


PROSPEK PENGEMBANGAN PELABUHAN

A. Pangsa Muatan Laut Indonesia (dalam Juta Ton)

2003 2004 2005

Angkutan Domestik 170,53 177,35 181,15


Angkutan Ekspor Impor 442,02 473,92 480,52

B. Perkembangan Perusahaan Pelayaran Nasional

2001 2002 2003 2004 2005

Perusahan Pelayaran 1.794 888 1.030 1.150 1.255


Pelayaran khusus 509 524 267 300 316

Sumber : Layar (2006)


PROSPEK PENGEMBANGAN PELABUHAN
PELABUHAN RENCANA 2005-2009
Batam Konversi ke kontainer
Lhokseumawe Tetap
Belawan Pengembangan dermaga
Tanjung Pinang Perluasan dermaga
Dumai Sesuai permintaan
Pekan Baru Sesuai permintaan
Teluk Bayur Sesuai permintaan
Palembang Sesuai permintaan
Panjang Pengembangan dan butuh joint dengan
investor strategik
Tanjung Priok Konversi dermaga
Banten/Bojonegara Operasional Kontainer
Pontianak Sesuai permintaan
Tanjung Emas Diterima
Tanjung Perak Konversi dermaga
Sumber : Layar (2006)
PROSPEK PENGEMBANGAN PELABUHAN

PELABUHAN RENCANA 2005-2009


Benoa Sesuai permintaan
Tanau/Kupang Sesuai permintaan
Banjarmasin Sesuai permintaan
Samarinda Perluasan dermaga
Balikpapan Sesuai permintaan
Bitung Sesuai permintaan
Makassar Perluasan dermaga
Ambon Sesuai permintaan
Jayapura Perluasan dermaga
Biak Sesuai permintaan
Sorong Perluasan dermaga
Sumber : Layar (2006)
PROSPEK PENGEMBANGAN PELABUHAN

Industri Pelabuhan Kontekstual


Kompetitif Desentralisasi
Peluang Investasi

Revisi Undang-Undang
Pelayaran

Peningkatan
Industri Pelabuhan Pemisahan antara
Kesempatan Kerja
Efisien Regulator dan
Operator
PROSPEK PENGEMBANGAN PELABUHAN

A. Pembiayaan

Bentuk pembiayaan yang dapat diberikan adalah :

Modal kerja pada jasa pelayaran dan galangan kapal


Investasi kapal baru maupun bekas
Pembuatan kapal dalam negeri

(Adopted from Aviliani, 2008)


PROSPEK PENGEMBANGAN PELABUHAN
B. Perkembangan Pembiayaan Terhadap Industri Maritim

12

10

0
2006 2007

Kredit (Rp Triliun)

(Adopted from Aviliani, 2008)


PROSPEK PENGEMBANGAN PELABUHAN
C. Perkembangan Pangsa Kredit Maritim

1
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
2006 2007

Pangsa Kredit (%)

(Adopted from Aviliani, 2008)


PROSPEK PENGEMBANGAN PELABUHAN
D. Perkembangan Non-Performing Loan Industri Maritim

12

10

0
2006 2007

NPL

(Adopted from Aviliani, 2008)


TIPOLOGI PEMBIAYAAN PELABUHAN
A. Tipe Lease-Financed Ship

Perusahaan Leasing

kontrak Perusahaan Pelabuhan/


Perusahaan
Asuransi Pelayaran

Perusahaan
Management
Pembiayaan

(Adopted from Aviliani, 2008)


TIPOLOGI PEMBIAYAAN PELABUHAN
B. Tipe Bank-Financed Ship

Bank

Perusahaan Pelabuhan/
Pelayaran

Perusahaan Perusahaan
Management Asuransi
Pembiayaan

(Adopted from Aviliani, 2008)


TIPOLOGI PEMBIAYAAN PELABUHAN
C. Tipe Bank-Leasing Financed Consortium

Bank

Perusahaan Lead Management Perusahaan Pelabuhan/


Galangan Kapal Company (Leasing) Pelayaran

Kontrak Pembelian

Penyedia Kapal

(Adopted from Aviliani, 2008)


PENGELOLAAN PELABUHAN DAN
INTEGRATED COASTAL MANAGEMENT
Marine habitats Threats

Coral reefs Eurtrophication, sediments, over fishing, destructive fishing, reef mining,
aquarium and curio trade, diseases
Wetlands Reclamation and development, including landfills
Seagrass beds Siltation, coastal development, eutrophications, physical disturbance
Coastal lagoons Reclamation, pollutions
Mangroves Excessive exploitation, clearing for reclamation, development and
aquaculture
Shorelines Development modification of habitats, erosion
Watersheds Deforestation, soil erosion, pollution, loss habitats
Small island Change in sea level, waste management, pollution
Continental shelves Pollution, fishing, dredging, navigation
Semi-enclosed seas Pollution, coastal development, fishing

Source : GESAMP, 2001


PENGELOLAAN PELABUHAN DAN
INTEGRATED COASTAL MANAGEMENT
INITIATING DEVELOPING
• Environmental profiling • Data gathering
PREPARING • Issues identification and • Refined risk assessment
• Project management prioritization • Coastal strategy
mechanism • Initial environment risk implementation plan
• Work plan and budget assessment • Issues-specific and/or
• Human and financial • Stakeholders consensus area-specific action plans
resources arrangements building • Institutional arrangements
• Stakeholders consultation • Public awareness • Financial/investment
• Training of core staff
• Coastal strategy options
• Project mentoring
program • Integrated information • Environmental monitoring
management system • Stakeholders participation

New Cycle
ADOPTING
Starts • Organizational and legal
mechanism
• SEMP and action plans
• Funding mechanisms
REFINING and
CONSOLIDATING
IMPLEMENTING
• Co-ordinating and program
• Institutional setup • Environmental monitoring
• Program monitoring and evaluation program
• Revising strategies and action plans • Action plans
• Planning for next cycle (Tia Eng, 2007)
PENGELOLAAN PELABUHAN DAN
INTEGRATED COASTAL MANAGEMENT
Unsur Keterpaduan

Keterpaduan antar sektor


Keterpaduan antar level
pemerintahan
Keterpaduan ekosistem darat dan
laut
Keterpaduan sains dan manajemen
Keterpaduan antar daerah / negara
PENGELOLAAN PELABUHAN DAN
INTEGRATED COASTAL MANAGEMENT
Activity Consequence to Environmental impacts Human health and welfare impacts Mitigation
environments

Dredging/disposal • Turbidity • Water quality degradation • Public health risk • Design and siting-avoid high-quality areas
of dredge spoils • Sedimentations • Habitat destruction and species 1. Ciguatera correlation • Sittation controls
• Benthic destruction loss • Welfare losses 1. silt curtains
• Dredge spoil • Toxicity 1. Subsistence 2. setting ponds
1. Ocean disposal 2. Recreation 3. appropriate technology
- species loss 3. Economic (fisheries, tourism) • Productive use of dredge spoil
2. Land disposal • Loss of potentially productive land • Compensatory habitat enhancement
- leachate damage • Aesthetics

Blasting • Concussion • Destructive of corals • Property damage • Timing to avoid migratory or spawning
• Noise • Fish kill • Welfare losses seasons
• Seismic shock • Disturbance of endangered • Subsistence • Minimize charge size
species • Recreation • Placement/configuration of charges
• Economic (fisheries, tourism)

Site • Denuded landscape • Soil erosion • Destruction of cultural resources • Design and siting-avoid sensitive areas
clearance/grading • Altered soil profile • Water quality degradation • Welfare losses • Archaeological survey excavation\
• Altered topography • Habitats destruction and 1. Subsistence • Grading controls
species loss 2. Recreation 1. Drainage berms
• Increase run off 3. Economic (fisheries, tourism) 2. Setting Basins
• Increase risk of land slippage • Loss of potentiality productive land • Relocation of displaced populations
• Cultural displacement
• aesthetics

Construction • Noise • Disturbance of endangered • worker safety • Noise and emission control ordinances
activities • Fugitive dust species • public health risk • Toxic substance controls or spawning
• Machinery emissions • Toxic species/habitat loss 1. Respiratory irritation season
• Congestion/traffic • Water quality degradation • welfare losses • Compensatory enhancement
• Structural addition to coast • eutrophication 1. quality of life
and landscape 2. subsistence
• Fertilizer/pesticides 3. recreation
• aesthetics
Labour importation • Immigrant worker • Water quality degradation • Public healthy risk • Minimize contact between temporary workers
population 1. Diseases introduction and local people
• Sewage 2. Sanitation Problems • Constructing of housing adequate for post-
• Temporary housing • Overburdening of infrastructure construction period
• Overburdening of public facilities • Infrastructure enhancement integrated with
• Cultural conflicts project design
• Loss of labour from productive
sector
PELINDO BEA & CUKAI
PBM PELAYARAN

TKBM KESEHATAN
PELABUHAN

EKSPORTIR
IMPORTIR
PELABUHAN KARANTINA
HEWAN
EMKL

KARANTINA
BANK TUMBUHAN

IMIGRASI ADPEL
FREIGHT PERUSH.
FORWARDING ANGKUT. DARAT

21
BEA & CUKAI  Pelayanan dokumen ekspor-impor
 Verifikasi & investigasi barang
 Clearance
PELINDO  Pelayanan Kapal (labuh, pandu, tunda, tambat, supply air)
 Pelayanan B/M barang, gudang, lapangan penumpukan
 Rupa-rupa usaha (listrik, air, telepon, property dll)
PBM & TKBM Pelayanan Barang (B/M, truck losing, storage dll)
ADMINISTRATOR  Ijin operasi (pelayaran/agen, PBM, perusahaan lain)
PELABUHAN  Ijin Olah Gerak
 Ijin Muat Kapal
 Surat Ijin Berlayar
 Inspeksi Kelaikan kapal
IMIGRASI Pelayanan dokumen ship’s crew
KARANTINA Pemeriksaan hewan & tumbuhan
PELAYARAN Kelengkapan dokumen (manifest, B/L, loading list, dll)
KESEHATAN PELABUHAN Marine Declaration Health

22
NO ASPEK INDONESIA MALAYSIA SINGAPORE
Pelindo Port Klang PSA Corp Ltd
1 Instansi terkait & Pola •Pelindo •Port Klang Authority •Maritime & Port Authority
Kerja Pelayanan kepada •Bea & Cukai •Port Operator •PSA Corp Ltd
pengguna jasa •Imigrasi •Customs •Customs
kepelabuhanan
•Karantina •Immigration •Immigration
•Kesehatan Pelabuhan •Quarantine •Quarantine
•Adpel Pola kerja instansi terkait Pola kerja instansi terkait
•Polri terintegrasi dalam One terintegrasi melalui PortNet
Pola kerja instansi terkait Stop Agency sehingga dalam memberikan
belum terintegrasi dengan pelayanan pelabuhan pelayanan secara
baik antara satu dan kepada pengguna jasa komprehensif kpd
lainnya dalam mendukung cepat & efisien pengguna jasa dan
kelancaran operasional kelancaran operasional
pelabuhan pelabuhan

2 Pola Pengelolaan Variasi dari landlord port, Landlord Port Operating Port
Pelabuhan tool port & operating port
3 Port Security •Pelindo Polis Pelabuhan yg Port Police yg merupakan
•KPLP merupakan bantuan dari bantuan dari National
•KPPP Polis Diraja Malaysia Police kepada operator
kepada operator pelabuhan 23
NO ASPEK INDONESIA MALAYSIA SINGAPORE
Pelindo Port Klang PSA Corp Ltd
4 Situasi & Kondisi: Diawasi oleh : Diawasi oleh : Diawasi oleh :
•Penjagaan di Gate •Pelindo •Polis Pelabuhan •Port Police
•KPLP
•KPPP

•Dermaga, lapangan •Masih terdapat lalu lalang •Merupakan restricted area •Merupakan restricted area
penumpukan, gudang orang yg tidak (orang yg tidak (orang yg tidak
berkepentingan (bahkan berkepentingan dilarang berkepentingan dilarang
pedagang, pemulung dll), masuk). masuk).
kendaraan non- •ISPS Code dilaksanakan •ISPS Code dilaksanakan
operasional (ojek) secara konsisten secara konsisten.
5 Operasional pelabuhan Terdapat banyak pihak yg Pengoperasian pelabuhan Pengoperasian pelabuhan
terlibat langsung dalam merupakan kewenangan dikendalikan langsung oleh
operasional pelabuhan penuh operator pelabuhan PSA
6 Pemanfaatan Teknologi •EDI •One Stop Agency •PortNet
Informasi dalam •PPKB-Online Paperless document Paperless document
operasional pelabuhan Namun masih terjadi process & No contact process & No contact
pelaksanaan secara person person
manual & contact person 24
NO ASPEK INDONESIA MALAYSIA SINGAPORE
Pelindo Port Klang PSA Corp Ltd
7 Perkantoran di dalam areal Terdapat kantor-kantor Kantor-Kantor: Kantor-Kantor:
Pelabuhan pemerintahan antara lain: •Port operator •Port operator
•Bea Cukai •Customs •Customs
•Imigrasi •Immigration •Immigration
•Karantina •Quarantine •Quarantine
•Kesehatan Pelabuhan •Police •Police
•Pelindo berlokasi dalam satu berlokasi dalam satu
•Administrator Pelabuhan kompleks perkantoran kompleks perkantoran
•Syahbandar
•Ditjen Navigasi
•Polisi Airud
•KPPP
•Kolinlamil
•Armabar
•Yon Angkutan Air
•Instansi swasta
berlokasi di berbagai
tempat di dalam areal
pelabuhan
25
INDONESIA SINGAPORE MALAYSIA
SATPAM NATIONAL POLIS DIRAJA
PELINDO POLICE MALAYSIA

SATUAN
AIRUD
PENGAWAL

PORT POLICE POLIS PELABUHAN


(auxilary) (Bantuan)
PELABUHAN

SATPAM
INSTANSI KPLP
PERUSAHAAN
PELABUHAN PELABUHAN
KPPP

26
INDONESIA

KEDATANGAN PELINDO KEBERANGKATAN

LABUH PANDU TUNDA TAMBAT B/M


PPKB-ONLINE PLY AIR
PLY BBM

• RKSP • BC 10, 11 DO, SP2B, PE, BEA MASUK


BEA & CUKAI • MANIFEST • PIB/PEB BEHANDLE, IJIN OB

• EXIT-PERMIT INSPEKSI KE
IMIGRASI • PASSPORT KAPAL

KARANTINA • IJIN BEBAS INSPEKSI KE


(Hewan & KARANTINA KAPAL
Tumbuhan)
• MARINE • FREE PRATIQUE INSPEKSI KE
KESEHATAN DECLARATION (ABK/KAPAL) KAPAL
HEALTH
PELABUHAN
• IJIN GERAK • IJIN MUAT KPL • SIB • NOTA PUP
ADPEL • PENGAWASAN • UANG RAMBU
B/M
• LAIK KAPAL
PBM + TKBM • RPK/OP • B/M • NOTA JASA
27
Arrival
MALAYSIA Departure
Pilotage Pilotage
Berthing Load/disch
Towage Towage
SHIPPING LINE
Shipping Agent
Paperless document process
ONE-STOP AGENCY
Online
• Marine Dept
• Port Operator Port clearance
• CIQ
approval • Port Security

INSTITUTIONS ARRIVAL DEPARTURE


• PORT OPERATOR • ARRIVAL NOTIFICATION & PILOT REQ (7 • REQUEST FOR PILOTAGE (1 HOUR
• MARINE DEPT DAYS IN ADVANCE) PRIOR TO ETD)
• PRE ARRIVAL NOTIFICATION OF SEC (48
HOURS BEFORE ARRIVAL)
• NOTIFICATION OF ARRIVAL • NOTIFICATION OF DEPARTURE
IMMIGRATION • CLEARANCE FOR CARGO OPS, CREWS,
PASSENGERS
QUARANTINE/HEALTH • SUBMIT STATUS OF SHIP IN 24 HOURS
BEFORE ARRIVAL
CUSTOM • MANIFEST CLEARANCE FOR DEPARTURE

28
Arrival SINGAPORE Departure

Pilotage Pilotage
Berthing Load/disch
Towage Towage

PORTNET
Paperless document process PSA Corp Ltd

PSA CUSTOM IMMIGRATION QUARANTINE

PORTNET Memproses entry data dari pelayaran/agent secara on-line meliputi


dokumen custom, immigration, quarantine & pengaturan jadwal
pelayanan kapal & B/M barang
CITOS • pengoperasian terminal melalui computer system
Computer Integrated • lift on/off petikemas di lap penumpukan melalui remote control (46
Terminal Operation cranes dioperasikan 1 orang)
System • flow-through gate: gate scr otomatis me-verifikasi PK, truk, kendaraan
serta clearance dari custom hanya dlm 25 detik
29
TATANAN KEPELABUHAN NASIONAL

KEGIATAN PERAN FUNGSI KLASIFIKASI JENIS PELABUHAN

Angkutan Laut Simpul dalam Kegiatan pemerintahan Fasilitas


Kegiatan Jasa Pelabuhan Pelabuha Pelab
Angkutan Sungai jaringan
Kegiatan Jasa Kawasan n uhan
Angkutan Danau transportasi sesuai Umum
Angkutan Kegiatan Penunjang Operasional
hirarki Pelabuhan
Kepelabuhan Pelabuhan
Penyaberangan Pintu gerbang kegiatan Khusus
Peran dan fungsi
ekonomi daerah, nasional pelabuhan
dan internasional
Tempat alih moda
transportasi
Penunjang kegiatan
industry dan perdagangan
Tempat distribusi,
konsolidasi dan produksi

HIRARKI DAN FUNGSI PELABUHAN

Pelabuhan Internasional Hub merupakan Pelabuhan Utama Primer


Pelabuhan Internasinal merupakan Pelabuhan Utama Sekunder
Pelabuhan Nasional merupakan Pelabuhan Utama Tersier
Pelabuhan Regional merupakan Pelabuhan Pengumpan Primer
Pelabuhan Lokal merupakan Pelabuhan Pengumpan Sekunder
PELABUHAN INTERNASIONAL HUB PELABUHAN INTERNASIONAL

Ditetapkan dengan memperhatikan : Ditetapkan dengan memperhatikan :

1Kedekatan dengan pasar internasional; 1Kedekatan dengan jalur pelayaran nasional dan internasional;
2Kedekatan dengan jalur pelayaran internasional; 2Sebagai tempat alih muat penumpang dan barang nasional;
3Kedekatan dengan Alur Laut Kepulauan Indonesia; 3Mempunyai jarak tertentu dengan pelabuhan internasional lainnya;
4Berperan sebagai tempat alih muat penumpang dan barang 4Memiliki kondisi teknis pelabuhan yang terlindung dari gelombang
internasional; dengan luas daratan dan perairan tertentu
5Memiliki jarak tertentu dengan pelabuhan internasional hub lainnya; 5Volume kegiatan bongkar muat.
6Memiliki kondisi teknis pelabuhan yang terlindung dari gelombang
dengan luas daratan dan perairan tertentu;
7Volume kegiatan bongkar muat.

PELABUHAN NASIONAL

Ditetapkan dengan memperhatikan :

1Kebijakan Pemerintah yang meliputi pemerataan pembangunan nasional


dan meningkatkan pertumbuhan wilayah;
2Sebagai tempat alih penumpang dan barang nasional dan bisa menangani semi
kontainer;
3Mempunyai jarak tertentu dengan pelabuhan nasional lainnya;
4Mempunyai jarak tertentu terhadap jalur/rute lintas pelayaran nasional;
5Memiliki kondisi teknis pelabuhan yang terlindung dari gelombang dengan luas
daratan dan perairan tertentu;
6Kedekatan dengan jalur/lalu lintas pelayaran antar pulau;
7Berada (dekat) dengan pusat pertumbuhan wilayah ibu kota Kabupaten/Kota dan
kawasan pertumbuhan nasional;
8Volume kegiatan bongkar muat.
PELABUHAN REGIONAL PELABUHAN LOKAL

Ditetapkan dengan memperhatikan ; Ditetapkan dengan memperhatikan ;

1Kebijakan Pemerintah yang menunjang pusat pertumbuhan 1Kebijakan Pemerintah untuk menunjang pusat pertumbuhan
ekonomi; ekonomi;
2Propinsi dan pemerataan pembangunan antar propinsi; 2Kabupaten/Kota dan pemerataan serta meningkatkan pembangunan
3Berfungsi sebagai tempat pelayanan penumpang dan barang inter Kabupaten/Kota;
Kabupaten/Kota; 3Berfungsi untuk melayani penumpang dan barang antar Kecamatan
4Memiliki jarak tertentu dengan pelabuhan regional lainnya; dalam Kabupaten/Kota terhadap kebutuhan moda transportasi laut
5Memiliki kondisi teknis pelabuhan yang terlindung dari gelombang dan/atau perairan;
dengan luas daratan dan perairan tertentu; 4Memiliki kondisi teknis pelabuhan yang terlindung dari gelombang
6Volume kegiatan bongkar muat. dengan luas daratan dan perairan tertentu;
5Volume kegiatan bongkar muat.
DAERAH LINGKUNGAN KERJA PELABUHAN DAERAH LINGKUNGAN KEPENTINGAN PELABUHAN

Wilayah perairan dan daratan pada pelabuhan Umum yang Wilayah perairan di luar daerah lingkungan kerja perairan
dipergunakan secara langsung untuk kegiatan kepelabuhan pelabuhan umum yang dipergunakan untuk menjamin keselamatan
pelayaran serta kegiatan pendukung lainnya.

Daratan Dipergunakan untuk alur pelayaran dari dan ke pelabuhan,


Untuk kegiatan fasilitas pokok dan fasilitas penunjang keperluan keadaan darurat, pengembangan pelabuhan jangka
panjang, penempatan kapal mati, percobaan berlayar, kegiatan
pemanduan, fasilitas pembangunan dan pemeliharaan kapal

Perairan

Untuk kegiatan alur pelayaran, tempat labuh, alih


muat antar kapal, kolam pelabuhan untuk kebutuhan
sandar dan olah gerak kapal, kegiatan pemanduan,
perbaikan kapal,dll.
PENETAPAN DAERAH LINGKUNGAN KERJA (DLKR) DAN DAERAH LINGKUNGAN KEPENTINGAN PELABUHAN (DLKP)

PADA : Oleh :

PELABUHAN INTERNASIONAL HUB Menteri Perhubungan setelah mendapat Rekomendasi dari


PELABUHAN INTERNASIONAL Gubernur dan Bupati/Walikota
PELABUHAN NASIONAL

PADA : Oleh :

PELABUHAN REGIONAL Gubernur setelah mendapat Rekomendasi dari Bupati / Walikota

PADA : Oleh :

PELABUHAN LOKAL Bupati / Walikota


INSTANSI PEMERINTAH & PELAKSANAAN FUNGSI DI PELABUHAN

FUNGSI KESELAMATAN PELAYARAN

Penilikian kegiatan lalu lintas kapal yang masuk dan keluar pelabuhan;
Penilikan terhadap pemenuhan persyaratan kealaiklautan kapal;
Penilikan pemanduan & penundaan kapal serta penyediaan dan pemeliharaan alur pelayaran;
Pencegahan dan penanggulangan pencemaran perairan pelabuhan;
Pengamanan dan penertiban dalam daerah lingkungan kerja dalam daerah lingkungan kepentingan pelabuhan guna menjamin kelancaran
operasional pelabuhan;
Penilikan terhadap pembangunan/pengambangan dan pengoperasian pelabuhan;

FUNGSI BEA DAN CUKAI

Melakukan pengawasan dan pengamanan terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan kepabeanan serta peraturan perundang-undangan
lain yang dibebankan kepadanya

FUNGSI IMIGRASI

Melakukan penilikan atas lalu lintas dari dan atau ke luar negeri yang berkaitan dengan keimigrasian.

FUNGSI KARANTINA

Melakukan penilikan atas orang, tumbuh-tumbuhan, hewan dan ikan yang berkaitan dengan kekarantinaan.

FUNGSI KEAMANAN DAN KETERTIBAN UMUM

Dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.


ORGANISASI PELABUHAN

• PENDAHULUAN
Menurut pasal 1 Undang-Undang RI No. 21 tahun 1992,
pelabuhan merupakan tempat yang terdiri dari daratan dan
perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai
tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi.
Dalam hal ini, pelabuhan dipergunakan sebagai tempat
kapal bersandar, berlabuh, naik/turun penumpang dan atau
bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas
keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan
serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda
transportasi.
1. ORGANISASI PELABUHAN
Organisasi pelabuhan di masing-masing Negara sangat bervariasi tergantung
dengan peraturan perundangan dan kebijakan tentang maritime atau
transportasi dari Negara yang bersangkutan. Namun secara garis besar
kebijaksanaan tersebut terbagi dalam 3 bentuk, yaitu :
2.1 Terpusat (Centralized)
Pengelolaan pelabuhan-pelabuhan di suatu Negara dikuasai pemerintah,
misalnya system pengelolaan pelabuhan di Indonesia sebelum tahun
1983.
2.2 Decentralized
Pengelolaan pelabuhan diserahkan kepada pemerintah daerah atau
kotapraja. Contohnya system pengelolaan pelabuhan di Negara Jepang.
2.3 Port Authority (Pengelola Pelabuhan)
Pengelola pelabuhan menjalankan dan melaksanakan fungsi pelabuhan dengan
dilengkapi wewenang yang memadaiu, sehingga kesatuan langkah (unity of command)
terwujud dan fungsi pelabuhan dapat berjalan dengan efisien dan efektif. Adapun
wewenang yang dilimpahkan oleh pemerintah kepada pengelola pelabuhan ( port
authority), antara lain:
 Wewenang yang berkaitan dengan operasional pelabuhan, termasuk
didalamnya lalu lintas kapal di pelabuhan, bongkar muat barang dan
lalulintas darat di dalam daerah pelabuhan.
 Wewenang yang berkaitan dengan perencanaan dan pengembangan
pelabuhan, termasuk penguasaan tanah pelabuhan serta penetapan
tata guna areal tanah pelabuhan.

1. POLA MANAJEMEN PELABUHAN


Berdasarkan faktor arus kunjungan kapal, arus barang tiap tahun, ketersediaan
fasilitas pelabuhan, wewenang dan tanggungjawab, maka pengelolaan
pelabuhan dapat dikategorikan dalam 3 pola dasar yaitu :
3.1 Landlord Port
Pengelola pelabuhan hanya menyediakan infrastruktur, seperti :
breakwater, alur pelayaran, alat navigasi, kolam pelabuhan, dermaga,
jaringan jalan, penyediaan areal, gedung-gedung tertentu (trade centre)
dan pelayanan umum. Sedang operasional pelabuhan yang meliputi
kegiatan bongkar muat, pemanduan dan penundaan diserahkan swasta
dalam ikatan sewa menyewa.
3.2 Tool Port
Pengelola pelabuhan menyediakan/memiliki infrastruktur juga memiliki
fasilitas bongkar muat pelabuhan. Sedang cargo handling dilakukan pihak
lain atau pihak swasta.
3.3 Operating Port
Pengelola pelabuhan selain memiliki infrastruktur dan suprastruktur, juga
melaksanakan kegiatan cargo handling atau bongkar muat.
KERJASAMA USAHA
1. MAKSUD DAN TUJUAN
Dalam rangka mempercepat pemenuhan kebutuhan infrastruktur dan suprastruktur
serta peningkatan pemanfaatan asset perusahaan, dapat dilaksanakan kerjasama
usaha dengan pihak ke tiga. Maksud dan tujuan kerjasama usaha adalah sebagai
berikut :
Maksud Kerjasama Usaha
 Untuk dapat meningkatkan kapasitas, kualitas, efisiensi dan produktifitas
pelayanan jasa transportasi.
 Mengurangi beban perusahaan dalam pembiayaan investasi.
 Meningkatkan daya guna dan hasil guna asset perusahaan baik fisik
maupun non fisik.
Tujuan Kerjasama Usaha
 Memperluas pangsa pasar dan daya saing bisnis jasa transportasi.
 Meningkatkan teknologi transportasi dengan mempertimbangkan aspek
efisiensi dan keseimbangan lingkungan.
 Meningkatkan kemampuan manajemen secara profesionalisme usaha.
 Meningkatkan pendapatan dan laba usaha perusahaan dan kontribusi
kepada Pemerintah.
 Responsive terhadap permintaan pasar dan mampu memanfaatkan
peluang usaha.
1. DASAR HUKUM KERJASAMA
 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1967 & Undang-Undang Nomor 11 Tahun
1970 tentang Penanaman Modal.
 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran.
 Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 1996 tentang Kepelabuhan.
 Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1993 tentang Pengawasan dan
Pembinaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
 Peraturan Pemerintah Nomor 56, 57, 58, dan 59 Tahun 1991 tentang
Pengalihan Bentuk Perum Pelabuhan I, II, III dan IV menjadi PT (Persero)
Pelabuhan Indonesia I, II, III dan IV.
 Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 tentang Pemilikan Saham Dalam
Rangka Penanaman Modal Asing.
 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 740/KMK.000/1989 tentang Peningkatan
Efisiensi dan Produkfitas Badan Usaha Milik Negara.
1. BENTUK KERJASAMA
Bentuk kerjasama ini adalah merupakan penjabaran dari Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 740 Tahun 1990 dan perkembangan kerjasama usaha yang
berlaku.

Kerjasama Operasi
Adalah bentuk kerjasama usaha, dimana pihak BUMN dan pihak swasta masing-
masing menanamkan modalnya untuk mengusahakan suatu segmen usaha secara
bersama-sama, dengan pembagian keuntungan sesuai perbandingan modal yang
ditanam oleh masing-masing pihak, dan pihak swasta memberikan goodwill kepada
BUMN sebagai respon atas pemberian konsesi penyelenggaraan jasa transportasi.

Kontrak Manajemen
Adalah bentuk Kerjasama Usaha, dimana pihak BUMN menyerahkan pengelolaan
manajemen suatu segmen usaha/asset kepada pihak swasta untuk jangka waktu
tertentu, dimana pihak pengelola manajemen yang dilaksanakannya, ataupun
sebaliknya.

Badan Usaha Patungan


BUMN dan swasta secara bersama-sama menanamkan modal ke dalam Badan
Hukum Baru yang dibentuk secara mandiri untuk menjalankan usaha dalam jangka
waktu tidak terbatas.
B. O. O (Built – Operate – Own)
Adalah bentuk kerjasama usaha, dimana pihak BUMN menyerahkan konsesi segmen
usaha tertentu kepada pihak swasta dan pihak swasta menanamkan modalnya serta
mengusahakan/mengoperasikan segmen usaha dimaksud tanpa batas waktu,
sedangkan pihak BUMN memperoleh lagi hasil/ royalty/goodwill atas pengusahaan
segmen usaha tersebut dari pihak swasta.

B. O. T (Built – Operate – Transfer)


Adalah bentuk kerjasama usaha dimana pihak BUMN menyerahkan konsesi segmen
usaha tertentu kepada pihak swasta, dan pihak swasta menanamkan modalnya
serta mengoperasikan segmen usaha dimaksud untuk jangka waktu tertentu dengan
memberikan imbalan goodwill / royalty bagi hasil kepada BUMN, dan selanjutnya
setelah berakhir masa kerjasama pihak swasta menyerahkan kepada pihak BUMN
seluruh asset yang telah dibangun dan dioperasikan oleh pihak swasta.

KPJ (Kontrak Pelayanan Jasa)


BUMN Pelabuhan sebagai pemegang konsesi penyelenggaraan pelabuhan
memberikan penugasan kepada mitra swasta/koperasi, dengan persyaratan dan
jangka waktu tertentu, untuk melaksanakan sebagian tugas penyelenggaraan
pelabuhan dalam pelayanan kepada pemakai jasa.
1. PRASYARAT KERJASAMA USAHA
Umum
 Keterlibatan sektor swasta menghasilkan pengurangan biaya perusahaan dan
pengguna jasa transportasi mendapat pelayanan yang lebih baik.
 Sektor swasta mempunyai kemampuan modal cukup sebagai sumber pendanaan
investasi, dimana biaya investasi tersebut harus lebih murah dari pada
dilaksanakan dengan modal sendiri.
 Seleksi harus ditempuh untuk memilih calon pihak swasta potensial yang
berminat untuk melaksanakan atau lebih kegiatan usaha di pelabuhan, sehingga
dapat dievaluasi keunggulannya baik dari aspek financial maupun teknik.
 Evaluasi terhadap alternative usulan financial harus didasarkan kepada
perkembangan dari Net Cash Flow yang dihasilkan.
 Persaingan dalam tariff pelayanan harus didorong sehingga pihak swasta
dimungkinkan menetapkan tingkat tarifnya masing-masing, namun pengguna
jasa harus dilindungi melalui penetapan kebijaksanaan tarif.
 Kesepakatan Bersama (MoU). Terhadap mitra usaha yang dinilai memenuhi
persyaratan diterbitkan kesepakatan bersama (MoU), yang berisikan hal-hal
sebagai berikut :
 Dasar kesepakatan.
 Maksud dan tujuan.
 Ruang lingkup.
 Bentuk kerjasama.
 Pendanaan proyek.
 Jaminan / garansi bank.
 Masa berlaku.
 Tindak lanjut.
 Lain-lain.

Syarat Administrasi
Persyaratan administrasi bagi calon mitra usaha untuk dapat bekerjasama dengan
Badan Usaha Pelabuhan sebagai berikut :
 Proposal awal yang antara lain memuat kemampuan perusahaan, usulan rencana
investasi, goodwill, pola bagi hasil (royalty), jangka waktu kerjasama dan
pengelolaan.
 Akte Pendirian Perusahaan.
 Surat Izin Usaha Perusahaan (SIUP)
 Nomor Pokok Pengesahan Wajib Pajak (NPPWP)
 Surat Pengukuhan Pengesahan Kena Pajak
 Neraca Komporatif 2 tahun terakhir yang telah di audit oleh Akuntan Public.
 Referensi Bank.
 Penyerahan Bank Garansi.

Persyaratan Finansial
 Mitra Usaha mempunyai kemampuan modal cukup (minimum 30% equity)
sebagai sumber pendanaan investasi dimana biaya investasi tersebut harus lebih
murah daripada dilaksanakan dengan modal sendiri.
 Kerjasama usaha menghasilkan pengurangan biaya dan pengguna jasa
pelabuhan mendapat pelayanan yang lebih baik.
 Alternatif usulan financial didasarkan kepada perkembangan dari net cash flow
yang dihasilkan.
 Pihak mitra usaha dimungkinkan menetapkan tingkat tarifnya masing-masing,
namun pengguna jasa harus dilindungi melalui penetapan kebijaksanaan tarif.
 Selama masa kerjasama pihak mitra usaha memberikan royalty kepada Badan
Usaha Pelabuhan yang didasarkan pada revenue / profit.
1. MEKANISME PROSES
Inventarisasi Potensi Kerjasama Usaha (IPKU)
 Segmen usaha yang dapat/boleh di IPKU-kan adalah yang memenuhi maksud
dan tujuan kerjasama usaha.
 Prospek Usaha yang dapat menghasilkan nilai tambah bagi BUMN.
 Prospek pengembangan usaha.

Penyusunan Studi
Berdasarkan potensi kerjasama usaha yang telah disusun, perlu ditindak lanjuti
dengan persiapan dalam bentuk pengkajian kelayakan ( feasibility study) untuk
proyek-proyek potensial yang meliputi, antara lain :
 Aspek legalitas;
 Aspek pemasaran;
 Aspek teknik;
 Aspek operasional;
 Aspek manajerial termasuk SDM;
 Aspek ekonomi dan financial;
 Aspek lingkungan;
 Aspek lainnya.
Proposal Rencana Kerjasama
Terhadap proyek-proyek yang layak untuk dikerjasamkan, perlu disusun proposal
kerjasama usaha yang meliputi, antara lain ;
 Latar belakang dan pertimbangan kerjasama;
 Pokok-pokok hasil studi kelayakan;
 Kondisi-kondisi yang diinginkan perusahaan yang meliputi antara lain :
 Kebutuhan investasi
 Jadwal pelaksanaan.
 Target produksi.
 Target hasil usaha.
 Bagi hasil usaha.

Penawaran Kerjasama
 Proposal yang telah disusun ditawarkan secara tertulis dan terbatas kepada
Badan Usaha Swasta/Investor dengan kelengkapan informasi, seperti :
prospeklus, brosur, dan lain-lain.
 BUMN melaksanakan evaluasi atas penawaran yang masuk dengan
memperhatikan prasyarat kerjasama, dan menetapkan calon mitra kerja yang
paling menguntungkan BUMN.
 Calon mitra usaha melakukan penawaran untuk berperan serta dalam proyek
kerjasama usaha BUMN.
1. NEGOSIASI DAN PROPOSAL
Negosiasi
Berdasarkan studi kelayakan dan proposal akhir dari calon mitra usaha, diadakan
negosiasi yang meliputi hal-hal sebagai berikut :
 Rencana teknis proyek.
 Perhitungan investasi usaha.
 Bentuk kerjasama usaha.
 Perhitungan bagi hasil / royalty.
 Perhitungan masa kerjasama.
 Pelaksanaan pembangunan proyek.
 Pola operasional dan pengendalian proyek.
 Persyaratan pemeliharaan proyek.

Penyusunan Proposal Bersama


Berdasarkan hasil negosiasi, disusun proposal bersama dengan calon mitra usaha
sebagai bahan pertimbangan untuk mendapatkan persetujuan Dewan Pengawas /
Dewan Komisaris / Menteri Perhubungan / Menteeri Keuangan.
1. PERIKATAN KERJASAMA
Sebagai tindak lanjut dari persetujuan dari Menteri Keuangan / Menteri
Perhubungan / Dewan Pengawas / Dewan Komisaris, Pihak pertama menyiapkan
konsep surat perjanjian untuk selanjutnya ditandatangani kedua belah pihak, yang
meliputi hal-hal sebagai berikut :
 Dasar Perjanjian.
 Maksud dan Tujuan.
 Ruang Lingkup.
 Hak, Kewajiban dan wewenang Pihak Pertama.
 Hak, Kewajiban dan wewenang Pihak Kedua.
 Nilai investasi.
 Penetapan tariff.
 Bentuk bagi hasil.
 Jaminan pelaksanaan.
 Jangka waktu kerjasama.
 Pemutusan kerjasama.
 Penyelesaian perselisihan.
 Tempat kedudukan.
 Pemutusan Hubungan Kerja.
1. PROSES PENGALIHAN PENYERAHAN KEMBALI
Penyerahan kembali / pengalihan obyek kepada Badan Usaha Pelabuhan
dilaksanakan setelah berakhirnya masa kerjasama sesuai surat perjanjian.
Untuk melaksanakan pengalihan dimaksud terlebih dahulu dilaksanakan persiapan-
persiapan sebagai berikut :

8.1 Pembentukan Tim Persiapan Pengalihan Usaha (T. P. P. U)


Selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sebelum jatuh tempo waktu
penyerahan usaha dari pihak mitra usah kepada Direksi Badan Usaha
Pelabuhan, maka Direksi Badan Usaha Pelabuhan membentuk tim T.P.P.U
yang keanggotaannya terdiri dari unsure pihak Badan Usaha Pelabuhan dan
unsure pihak mitra usaha, yang bertugas sebagai berikut :
 Melakukan inventarisasi dan penilaian segala aspek usaha yang diperlukan
dalam rangka proses pengalihan.
 Mempersiapkan kelengkapan-kelengkapan administrasi yang diperlukan
dalam proses pengalihan.
 Menyampaikan saran-saran yang diperlukan untuk kelancaran proses
pengalihan.
 Menyampaikan saran-saran yang diperlukan untuk kelancaran proses
pengalihan usaha.
8.2 Inventarisasi dan Penilaian Aktiva Tetap dan Keuangan
 Pelaksanaan inventarisasi dan penilaian aktiva tetap dan keuangan yang
akan diserah terimakan ditujukan untuk memperoleh kebenaran jenis dan
jumlah aktiva tetap dan keuangan serta kewajaran nilai pemburuannya,
yang meliputi :
 Barang persediaan usaha.
 Piutang usaha.
 Aktiva tetap.
 Aktiva lainnya.
 Utang usaha.
 Terhadap hasil inventarisasi aktiva tetap dan keuangan untuk masing-
masing jenis aktiva tetap dan keuangan tersebut diatas disusun buku hasil
inventarisasi per-tanggal serah-terima mitra usaha kepada Badan Usaha
Pelabuhan.
 Khusus untuk inventarisasi barang persediaan usaha dan aktiva tetap,
penilaian harganya dilakukan kemudian oleh Badan Usaha Pelabuhan
setelah pelaksanaan serah terima, sebagai dasar pembukuan Badan
Usaha Pelabuhan.
Untuk mendapatkan kewajaran hasil inventarisasi aktiva tetap dan keuangan, T.P.P.U
dapat berhubungan langsung dengan pihak-pihak terkait di luar Badan Usaha
Pelabuhan dan mitra usaha.
8.3 Inventarisasi Penilaian Posisi Personil
 Pelaksanaan dan penilaian personil ditujukan untuk memperoleh jumlah
dan kualifikasi personil yang dapat diserahterimakan oleh mitra usaha
kepada Badan Usaha Pelabuhan.
 Pelaksanaan inventarisasi personil
 Jumlah personil
 Kuantitas individu personil
 Kedudukan personil
 Kualitas personil
 Hal-hal lain yang diperlukan.
 Untuk memperkuat inventarisasi data, Tim Persiapan Peralihan dapat
melakukan interview kepada personil.
 Penilaian posisi personil dilakukan atas hasil-hasil inventarisasi tersebut
diatas dengan berpedoman pada Standar-standar penilaian yang lazim
bagi pihak Kesatu untuk menilai :
 Jumlah personil yang rasional untuk meneruskan operasi segmen
usaha yang akan dialihkan.
 Komposisi dan seleksi personil yang memenuhi persyaratan.
 Pengorganisasian kembali sesuai kebutuhan.
8.4 Inventarisasi Kegiatan Operasional dan Perkantoran
 Pelaksananaan inventarisasi ini ditujukan untuk mempersiapkan segala
sesuatu yang diperlukan dalam rangka pengalihan usaha khususnya
dalam pelayanan pada pelanggan dan kegiatan perkantoran, sehingga
pada waktu serah-terima usaha segala kegiatan pelayanan dapat
berlangsung sebagaiman mestinya.
 Ruang lingkup investarisasi meliputi segala bentuk pelayanan di lapangan,
dan di kantor yang akan diserah-terimakan dari pihak kedua kepada pihak
kesatu yang menyangkut aaspek-aspek :
 Kesiapan personil di lapangan
 Kesiapan fasilitas dan peralatan
 Kesiapan sarana penunjang
 Kesiapan system dan prosedur pelayanan
 Kesiapan administrasi perkantoran
8.5 Pelaksanaan Serah Terima
Dengan berakhirnya jangka waktu kerjasama, maka disusun naskah serah
terima yang merupakan landasan hukum peralihan hak atas obyek yang
dikerjasamakan. Pelaksanaan serah terima sebagaimana tersebut di atas
dilakukan dihadapan notaries yang dilengkapi dengan lampiran sebagai
berikut :
 Surat Perjanjian Kerjasama
 Daftar Inventarisasi Keuangan
 Daftar Inventarisasi Aset
 Daftar Inventarisasi Personil.

Anda mungkin juga menyukai