Politik Modern

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 38

POLITIK MODERN

CHAPTER REPORT
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sistem Politik Indonesia
dosen pengampu:
1. Prof. Dr. H. Suwarma Al Muchtar, S.H., M.Pd.
2. Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si.
3. Dr. Prayoga Bestari, M.Si

disusun oleh:
1. Anisa Wulan Sari NIM 1601757
2. Azmi Fuad Mahdinata NIM 1604014
3. Bagustira Dwi Putra NIM 1607002
4. Damar Bagaswara NIM 1600552
5. Euis Yuningsih Mustafa NIM 1606978
6. Thoriq Abdul Aziz NIM 1600600
PKN 2016 B

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
tugas Chapter Report ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya. Chapter Report
yang kami buat adalah Chapter Report yang berjudul “Politik Modern”, yang
diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Politik Indonesia.

Kami sangat berharap Chapter Report ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan. Kami menyadari bahwa Chapter Report ini belum
sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
perbaikan di masa yang akan datang.
Semoga Chapter Report ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami dan
umumnya bagi pembaca. Kami memohon maaf jika ada kesalahan dalam teknik
ataupun penulisan kata dalam Chapter Report ini. Terimakasih.

Bandung,  November 2017

                Tim Penyusun

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................I
DAFTAR ISI..........................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Gambaran Umum Buku................................................................................1
B. Maksud dan Tujuan.......................................................................................1
BAB II ISI CHAPTER..........................................................................................2
A. Beberapa Karakteristik dari Modernisasi......................................................2
B. Pengembangan Dan Tradisionalisasi............................................................4
C. Indikator Modernisasi Dan Perannya............................................................4
D. Pembahasan mengenai Modernisasi.............................................................4
E. Sumber Diverse Inovasi................................................................................6
F. Karakteristik Modernisasi Pembangunan, Dan Industrialisasi.....................9
G. Peran Set Dan Indeks Pertumbuhan............................................................13
H. Masalah Khusus Kesetaraan.......................................................................15
I. Kesetaraan Dan Peran Kaum Intelektual....................................................17
J. Pengaturan Kebijakan Dalam Politik Modern............................................19
BAB III PEMBAHASAN....................................................................................22
A. Pembahasan Literatur Asing : The Culture of Politics: Traditional,
Postmodern, Cold-modern, and Warmmodern Ideals of Care..........................22
B. Pembahasan Jurnal (Science & Modern Politics).......................................24
C. Pembahasan Buku (Teori Politik : Teori Politik Modern)..........................25
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................32
A. Kesimpulan.................................................................................................32
B. Saran............................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................III

II
III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Gambaran Umum Buku
Judul Buku : The Political System
Pengarang : Kenneth F. Warren
Tahun terbit : 1997
Penerbit : Pretince Hall
Kota Terbit : Washington DC
Jumlah Halaman : 501 Halaman
Buku ini menjelaskan tentang bagaimana

Salah satu chapter atau bagian yang kelompok kami resume adalah
mengenai Politik Modern dan kaitannya dengan modernisasi. Dimana
modernisasi adalah salah satu hal yang paling fundamental dan pelik dalam
sistem pelaksanaan politik yang ada di suatu negara.

B. Maksud dan Tujuan


Sebagai salah satu aliran dari politik, aliran politik modern adalah salah
satu aliran yang cukup banyak diadopsi oleh negara-negara modern saat ini.
Sebagai salah satu perkembangan dari aliran-aliran politik yang ada
sebelumnya.

Munculnya negara-negara modern pasca perang dunia pertama dan perang


dunia kedua, memunculkan hakikat pemikiran baru dalam teori politik. Politik
modern adalah salah satu hasil dari buah pemikiran yang ada.

Setiap negara mempunyai keunikan, penentuan kebijakan yang berbeda-


beda mengenai poltiknya. Ada negara yang berdasarkan pemikiran politik
berdasarkan tradisi, adapula yang mengadopsi pemikiran politik berdasarkan
hakikat tokoh politik yang ada.

Pengaturan kebijakan, kebijakan pembangunan, dan kebijakan politik yang


ada di setiap negara pastilah tergantung kepada pemimpin sebagai salah satu
insfaktruktur dari politik itu tersebut.

1
BAB II
ISI CHAPTER
A. Beberapa Karakteristik dari Modernisasi
Dalam periode di mana politik yang ditujukan untuk kepentingan pribadi
menuai kerusuhan yang begitu luas. Kondisi dimana para masyarakat yang
secara kondisional bergerak secara nyata yang memiliki jiwa nasionalisme
guna melakukan pencapaian yang lebih baik yang bebas dari perbudakan, ras,
dan kehidupan yang modern. Nasionalisme muncul dengan kepentingan
tertentu di masa kolonial ketika terjadinya penyerangan terhadap masyarakat
dan pemerintah. Kolonialisme adalah sebuah fase sejarah yang
menggambarkan urutan transisi tertentu dimana suatu kehidupan modernisasi
telah di universalkan dan telah dicapai. Pola hidup yang berubah ketika
periode kemerdekaan yang didukung oleh sistem dalam respon terhadap jaman
modernisasi yang telah memanipulasi jaman itu sendiri. Tetapi, bagaimana
setiap individu menyelesaikan suatu permasalahan di jaman modernisisasi ini.
Lebih khususnya lagi bagaimana cara nya untuk menunjukan suatu hubungan
yang harmonis dengan periode Tradisional dalam meningkatkan pendapatan
yang diraih.

Modernisasi adalah konsekuensi dari penyebab modernisasi tersebut, dan


ini tercermin dalam situasi yang tepat sehingga menyebabkan perubahan
sistem terhadap pemerintah. Beberapa dari sistem ketika jaman kolonial pergi
melalui berbagai tahapa-tahapan yang mengarah kepada kemerdekaan. Tetapi
ada pula beberapa yang pergi tersebut tidak sampai ke tempat tujuan. Kongo
misalnya, membuka Kedutaan besar di Indonesia. Tetapi ketika jaman
kemerdekaan, Indonesia masih melakukan tahap birokrasi. Itu menandakan
bahwa Pemerintah Indonesia setelah jaman kemerdekaan, harus tunduk pada
tahap transisi, diantaranya :

1. Kepribadian

2. Impersonal

3. Otoritas

2
4. Perintis/pemula

5. Birokrasi

6. Konsili dan

7. Perwakilan

Dalam periode transisi, yang paling menarik dibahas adalah wakil rakyat.
Karena meskipun adanya badan legislatif, tanggung jawab pemerintah
terhadap pengeluaran apapun itu adalah hak dari pemerintah dan itu bisa
dikatakan sebagai politik yang berlebihan guna memperbanyak politisi-politisi
yang tidak ada apa-apa nya. Ini adalah suatu periode bagaikan jaman Robin
Hood, dimana suatu tokoh diperankan oleh tokoh yang lain pula. Sehingga
menyebabkan kurangnya kontrol dari pemerintah.

Para pemimpin politik menyebabkan suatu konflik yang serius di


masyarakat. Isu-isu tersebut sudah tidak asing lagi. Sudah banyak teori-teori
untuk menunjukan perbedaan antara tradisional dan non-tradisional oleh
masyarakat, pernyataan tersebut dikutip dari beberapa lembaga. Kekerabatan
tidak hanya memiliki efek penting pada status, tetapi sebagai suatu pola
hubungan antara individu-individu yang lain. Melihat salah satu keunikan
selalu membedakan dari harta dan tahta, tetapi yang seharusnya dari suatu
individu atau kelompok itu sama. Setiap tubuh adalah warga
negara/masyarakat yang bahagia dan senasib seperjuangan.

Ukuran dan pertumbuhan penduduk yang menghasilkan peningkatan suatu


teknologi yang secara signifikan berperan secara fungsional. Menempatkan
suatu permasalahan menuntun kita untuk berspekulasi tentang asal-usul dari
modernisasi. Kita telah membahas beberapa kondisi yang menyebabkan
perubahan sosial, dari tradisionalisme menjadi modernisasi. Banyak dari kita
berfikir tentang perubahan, dan memang saat ini lah merupakan waktu yang
tepat untuk melakukan perubahan. Alasannya adalah tidak sulit untuk
menemukannya. Sejarah kasus yang terlibat bervariasi sehingga sulit untuk
memisahkan kelompok tradisional dari orang-orang modernisasi. Bahkan
baru-baru ini mencoba untuk mencegah adanya perbedaan dari suatu keaadan

3
sosial. Tetapi permasalahan bisa dikatakan timbul ketika suatu individu
meneliti kelompok tradisional. Dalam suatu tipe, tradisional lah yang paling
ideal.

B. Pengembangan Dan Tradisionalisasi


Suatu teori mengemukakan bahwa modernisasi adalah proses yang
mengarahkan dan mengendalikan konsekuensi sosial dalam mengikuti peran
organisasi yang kompleksitas dalam masyarakat. Kasus yang paling menarik
adalah orang-orang yang memiliki kebebasan dan kompleksitas dari suatu
organisasi yang tidak hanya dilihat dari perubahan jaman saja, tetapi dilihat
dari perkembangan yang lainnya.

C. Indikator Modernisasi Dan Perannya


Melihat perubahan dari tradisional ke masyarakat modern dari abad ke-19
terhadap keluarga dan kelompok kerja. Analisis terhadap masyarakat yakni
hasil dari keterampilan, teknologi, rasionalotasi dan fungsi dalam semua hal
yang dikaitkan dengan masyarakat modern. Kami mengidentifikasi dalam hal
tertentu dalam peran strategis di masyarakat. Contoh pegawai negeri sipil,
insinyur, dosen. Perbedaan yang ditunjukan dalam masyarakat tradisional
seperti pemimpin, raja warisan, dsb. Menempatkan permasalahan yang baik
hanya membuat kita menyadari betapa kompleks nya proses modernisasi ini.
Peran baru muncul pada segala bidang. Bentuk signifikan dari analisis adalah
studi tentang pemerintahan sebagai mekanisme perubahan. Durkheim
mengatakan fundamental tugas Negara diletakan di negeri ini. Perkataan
tersebut memiliki makna yang tinggi agar menegakan hukum yang berlaku,
dimana perilaku-perilaku yang menyimpang seperti kejahatan, memiliki
hukuman yang setimpal, baik kepada individu maupun kelompok. Fungsi
saling ketergantungan inilah merupakan kunci dari solidaritas.

D. Pembahasan mengenai Modernisasi


Modernisasi pertama kali terjadi di Barat melalui proses komersialisasi
dan industrialisasi kembar. Konsekuensi sosial dari proses ini dapat
disimpulkan dalam kategori berikut agak paradigmatik: pertumbuhan
perangkat pinjaman dan fiskal, kebutuhan untuk mendukung tentara modern,

4
penerapan teknologi dalam situasi pasar yang kompetitif, dan pengaruh
perdagangan dan pelayaran pada semangat ilmiah yang semuanya
menunjukkan bahwa modernitas di Barat menyerang agama dan takhayul,
keluarga dan gereja, merkantilisme dan otokrasi. Memang, kita telah
menganggap sains sebagai obat penawar iman, dengan Galileo sebagai
semacam pahlawan modernisasi. Kemenangannya adalah kemenangan akal,
dan alasan yang diterapkan pada urusan manusia adalah fondasi modernitas.

Di banyak daerah modernisasi non-Barat telah menjadi hasil


komersialisasi dan, alih-alih industrialisasi, birokrasi. Beberapa nilai yang
sama yang sesuai dengan negara industri telah disebarkan oleh orang-orang
yang giat, terkadang dalam konteks politik dan perdagangan dan di lain waktu
dalam konteks agama dan pendidikan. Modernisasi dengan demikian dapat
dilihat sebagai sesuatu yang terlepas dari industrialisasi yang disebabkan
olehnya di Barat namun menyebabkannya di daerah lain.

Di balik pertimbangan besar ini yang lebih kecil. Pertimbangkan apa


artinya mendirikan sebuah toko kecil di dekat pasar tradisional pada saat tidak
ada sistem pembelian barang dagangan atau pembelian grosir, beberapa gerai
distributif, dan sebagian besar pelanggannya yang buta huruf, yang banyak di
antaranya membeli secara kredit. Cukup sering pedagang Suriah atau Lebanon
di Afrika Barat, atau India atau Arab di Afrika Timur, atau Muslim di
Indonesia merupakan prototipe penting untuk modernisasi. Misalkan penjaga
toko kami menemukan bahwa tokonya telah menjadi tempat pertemuan
sentral, dengan pertemuan para konsumen yang lebih berhasil diiringi
rintangan untuk menghabiskan waktu. Mungkin ia akan menyajikan minuman
dan kemudian membuka restoran atau hotel. Jika dia giat dia bisa mencoba
membuat tokonya kantor pos setempat. Pertukaran kata-kata tertulis dan
perhubungan kas berjalan beriringan.

Atau organ partai desa dapat membentuk ruang baca dan menyediakan
kelas melek huruf untuk orang dewasa. Sebuah kantor kosong dengan buku-
buku compang-camping berarti belajar. Pegawai di kantor-kantor yang
sebelumnya menganut modernitas; Tapi hari ini mungkin seragam pemuda:

5
Pramuka, Perintis Muda, atau turunan lokal lainnya. Ideologi menghubungkan
pahlawan negara dengan orang lain. Barat dan Timur. Nama seperti Lincoln,
Marx, Lenin, Roosevelt, Gandhi, Sukarno. Mao, semuanya memodernisasi
simbol, terkait dengan mode reformasi tertentu. Inilah politisi yang merupakan
simbol di negara berkembang dan terutama bukan Penemu atau pengrajin.
Sedangkan penemuan teknologi yang terkenal mengubah sifat masyarakat
"kita", inovasi semacam itu hampir merupakan ciri alami masyarakat modern
bagi masyarakat daerah berkembang. Memang, masyarakat Barat tidak
memiliki banyak arti selain teknologinya untuk negara-negara ini, dan
institusi-institusinya saling terkait terkait politik dan sains, penemuan dan
parlemen.

E. Sumber Diverse Inovasi


Siapa modisnya? Literatur yang berkembang menunjukkan betapa
penasarannya kita tentang kepribadian yang menjadi agen permodalan.
Beberapa orang berpendapat bahwa mereka adalah orang-orang marjinal,
seperti dalam kasus orang Tionghoa di beberapa bagian di Asia Tenggara.
Seringkali mereka dilahirkan dari perkawinan antara orang-orang dari dua
kelompok budaya atau etnis yang tidak terkait, setidaknya sebagian
multibahasa, dan merupakan produk dari sistem pendidikan yang menarik
mereka menjauh dari rumah. Unsur-unsur marjinalitas dapat dianggap sebagai
faktor penting dalam pengembangan keterampilan modernisasi

Faktor kedua adalah aksesibilitas peran inovatif, suatu kondisi yang


mempengaruhi kaum muda terutama. Secara khusus, pendidikan dalam bentuk
pemagangan atau pendidikan formal lebih, penting untuk menstimulasi minat
terhadap peran modem, seperti memiliki konsekuensi kekuatan dan prestise
dari peran mereka sendiri.

Ketiga, media massa dan, seperti yang diperlihatkan Lerner, pertumbuhan


komunikasi pada umumnya memungkinkan kita memahami modernitas
bahkan tanpa adanya kualitasnya. Juga tidak memerlukan sekelompok besar
orang yang mendefinisikan diri mereka sebagai intelektual, atau teknisi,
memiliki "efek aura" yang besar dalam sebuah komunitas, karena mereka,

6
agar membuat mereka lebih aman, adalah jurnalis, penulis, guru, pegawai
negeri sipil, insinyur, dan segera yang perlu membuktikan diri dengan
kelompok pedesaan dan pramodern yang besar.

Ketiga faktor ini tidak menguras kondisi yang merangsang orang untuk
menjadi modern. Seringkali organisasi masyarakat tradisional itu sendiri,
imobilitas dan kualitas adaptifnya, yang menghasilkan kekuatan untuk
modernisasi. Seringkali juga, kekuatan motivasi bergantung pada kepribadian
di masyarakat, kreativitas dan daya apung mereka.

Apapun kualitas kepribadian yang terlibat, jelas bahwa modernisasi


menciptakan psikologi catch-up dan perasaan ditempatkan pada posisi yang
kurang menguntungkan yang menghasilkan motivasi untuk berubah. Setiap
perbaikan material dalam suatu komunitas menciptakan permintaan lebih.
Seperti yang disarankan oleh Bernard Lewis dalam kasus Turki, "Di
lingkungan kota, layanan bus, air pipa, listrik, surat kabar harian, dan akses ke
fasilitas perkotaan menandai awal zaman baru; bahkan di tempat-tempat
terpencil, jalan lokal, bus harian, dan beberapa perangkat nirkabel yang
dioperasikan dengan baterai membawa kontak baru dengan dunia luar,
kesadaran baru akan keanggotaan sebuah komunitas yang lebih besar, dan
awal dari sebuah proses baru yang jauh mencapai perubahan sosial Peran yang
diciptakan adalah driver bus, tukang reparasi nirkabel, reporter, dan sisanya
yang efek halonya signifikan. Pada saat bersamaan kondisi perubahan, peran
perubahan, dan kepribadian untuk perubahan perlu disatukan sedemikian rupa
sehingga upaya tentatif mereka membawa hasil. Jika tidak, sedikit modernisasi
dapat membawa keputusasaan dan kepahitan pengetahuan tentang mencoba
menjadi modern namun gagal dalam hal itu seperti yang ditunjukkan oleh
Banfields dalam kasus sebuah desa di selatan Italia.

Seringkali ini adalah tugas utama pemerintah untuk mencegah populasi


yang telah mencicipi modernisasi namun tidak dapat mengatasinya dari
tergelincir kembali. Mesir terganggu dengan masalah ini selama bertahun-
tahun. Ada lebih banyak kekayaan dan upaya modernisasi di Mesir daripada di
negara Timur Tengah atau Afrika Utara lainnya. Di bawah pemerintahan

7
Inggris, ada daerah perkotaan yang luas, budaya pabrik kecil namun
signifikan, kelompok pengrajin yang lebih besar, dan pegawai negeri yang
sangat rasional. Yang terakhir, yang direkrut terutama dari penduduk
perkotaan (74,2 persen), dapat pergi ke universitas dan menyelesaikan gelar
pertama mereka (77,1 persen); Kebanyakan dari mereka adalah anak pegawai
negeri, pegawai kerah putih, dan tuan tanah (62,4 persen). Meskipun ada
upaya dari layanan sipil, namun baru belakangan ini, dampak modernisasi
menciptakan iklim apung dan harapan yang akan menarik perhatian orang-
orang dengan kemampuan untuk kedua inovasi dan disiplin diri. Ini
merupakan salah satu pencapaian besar pemerintah Mesir saat ini.

Cukup sering para modernis pertama adalah orang-orang yang menyadari


bahwa jika mereka tidak mengubah peran mereka, mereka akan selamanya
dilarang dari kekuasaan politik. Di Afrika, misalnya, beberapa modernis
paling awal adalah kepala pemerintahan yang kepresidenannya secara
tradisional menggambarkan peran religius dan bukan sekuler. Namun mereka
bisa mengubah tangan mereka hingga modernisasi, dan jika bukan mereka,
maka anak-anak mereka. Di hampir setiap wilayah utama Afrika terdapat
sekolah untuk anak-anak kepala suku, dan untuk memastikan partisipasi
mereka dalam pemerintahan modern, mereka direkrut.

Dalam kasus Ghana, beberapa pemimpin modernizer diperlakukan dengan


buruk oleh pihak berwenang. Raja Aggery dari Pantai Tanjung pertama diberi
penghargaan atas semangat modernitasnya dalam menuntut kasus pengadilan
dan pekerjaan umum dan kemudian menyerang karena independensi politik
dan stadartitasnya, digulingkan, dan dideportasi. Perlakuan serupa diberikan
Raja Jaja dari Opobo di Nigeria. Setelah pengakuannya sebagai kepala
pemerintahan Inggris, menurut Sir Alan Burns, "energi dan ketajaman Jaja
memiliki cakupan penuh. Kekayaannya meningkat pesat dalam perdagangan,
dan ini memungkinkan dia memperoleh kekuatan yang cukup untuk
memperkuat posisinya dan membangun sebuah monopoli dalam kasus yang
diklaim olehnya. "Arbitrator, pedagang, agen pengiriman, dan pengusaha
umum, Jaja mencoba mengendalikan perdagangan di sepanjang tempayan dan
lubang di dekat Opobo, dia juga dideportasi. Contoh-contoh ini dikutip

8
karena, walaupun agak tidak biasa, mereka cukup khas dari periode tertentu
dalam modernisasi sebuah negara kolonial. Lebih sering lagi elit
berpendidikan dipilih untuk penyalahgunaan tertentu oleh pemerintah kolonial
yang ambivalen, yang menganggap mereka, di satu sisi, sebagai produk untuk
mencari kebijakan kolonial di bidang pendidikan dan, di sisi lain, sebagai
penyebab masalah dan keluhan yang terus-menerus. "Para ilmuwan"
sebagaimana mereka sering disebut, dianggap nakal, sombong, dan dison st.
Upaya mereka dalam modernisasi dipandang sebagai perwujudan institusi
Barat dan meniru perilaku dan karakter para tutor mereka. Sikap seperti itu
masih dapat ditemukan di kalangan orang Eropa di Afrika Selatan.

Baru-baru ini, konflik antar generasi secara tidak sengaja menghasilkan


situasi serupa dalam kedok modern. Untuk mengidentifikasi koherensi nilai
dan institusi yang lebih besar dan ketegangan kreatif

F. Karakteristik Modernisasi Pembangunan, Dan Industrialisasi.


Pembangunan, modernisasi, dan industrialisasi merupakan fenomena
terkait, dapat ditempatkan dalam urutan generalitas yang menurun.
Pengembangan, yang paling umum, dihasilkan dari proliferasi dan integrasi
peran serta fungsional dalam sebuah komunitas. Modernisasi adalah kasus
perkembangan tertentu, Modernisasi menyiratkan tiga kondisi sistem sosial
yang dapat terus berinovasi tanpa berantakan (dan itu termasuk kepercayaan
transitif bahwa penerimaan perubahan dapat dibedakan, struktur sosial yang
fleksibel , dan kerangka kerja sosial untuk menyediakan keterampilan dan
pengetahuan yang diperlukan untuk hidup di dunia yang maju secara
teknologi. Industrialisasi, aspek khusus modernisasi, dapat didefinisikan
sebagai periode dalam masyarakat di mana peran yang strategis terkait dengan
manufaktur mungkin untuk mencoba modernisasi sebuah negara tertentu tanpa
banyak industri, namun tidak mungkin melakukan industrialisasi tanpa
modernisasi. Adapun mungkin bagi negara modern untuk memiliki sektor
manufaktur yang besar dan belum gagal mengembangkan infrastruktur
industri karena industrinya hanyalah perluasan sistem industri di negara lain.
Ini adalah masalah umum di banyak negara termasuk Amerika Latin. Mereka
memiliki sejumlah perusahaan asing yang terlibat dalam pemrosesan,

9
perakitan, dan industri ringan. Kegiatan ini membangun badan pekerja dan
teknisi lokal, yang operasinya, bagaimanapun, terintegrasi dengan sistem
negara metro-polandia daripada dengan mereka. Ini adalah karakteristik
normal modernisasi akhir dan merupakan klasik imperialisme nasionalisasi
industri milik asing atau semacam itu, Oleh karena itu merupakan ciri yang
semakin umum transisi dari modernisasi ke industrialisasi. Contoh terakhir
adalah Yugo slavia, di mana pecahnya hubungan politik dengan SR AS secara
efektif menghancurkan hubungan ekonomi semikolonial, dan Kuba, di mana
proses yang sama terjadi berhadapan dengan Amerika Serikat Sekarang perlu
untuk menghubungkan komentar-komentar ini dengan yang dibuat
sebelumnya tentang pembangunan Pada perkembangannya yang paling luas
adalah proses dimana norma perilaku sekuler diuniversalkan. Norma ini dapat
dipikirkan dari segi perbedaan yang dikemukakan oleh Maine (antara status
dan kontrak) Durkheim (antara solidaritas solidaritas mekanis dan soliditas
suci dan sekuler); Weber (antara tujuan instrumental dan consummatory;
otoritas tradisional dan legal-rasional); dan Tonnies (antara Gemeinschaft dan
Gesellschaft). Mereka telah diuraikan oleh Parsons dalam variabel pola dan
oleh Levy dalam struktur analitisnya tentang aspek hubungan (keduanya telah
dipalsukan oleh Moore oleh penekanan korektifnya pada hubungan dinamis
yang ditunjukkan oleh sistem sosial pada semua tahap Proses perkembangan
Bagaimana modernisasi, kasus perkembangan tertentu, berbeda dengan
industrialisasi)

Industrialisasi adalah aspek modernisasi yang begitu kuat dalam


konsekuensinya sehingga mengubah fungsionalitas dan institusi sosial
fungsional dengan menciptakan peran dan instrumen sosial baru, berdasarkan
pada penggunaan Mesin yang lebih dinamis daripada modernisasi, juga lebih
sempit secara konsisten dalam prosesnya. Studi komparatif modernisasi lebih
singkat dan jauh lebih sulit daripada pejarangan industrialisasi komparatif.
Namun, studi modernisasi saat ini lebih banyak. penting bagi kita, terutama
sebagai alat identifikasi pengaturan sosial yang membantu atau menghambat
industrialisasi dan sebagai alat untuk mengamati bagaimana perubahan
menjadi disesuaikan atau menyebabkan perubahan lebih lanjut. Clifford

10
Geertz telah mengemukakan bahwa "walaupun mungkin benar bahwa, sebagai
sebuah proses ekonomi, pembangunan adalah perubahan revolusioner yang
dramatis, karena proses sosial secara keseluruhan cukup jelas. Apa yang
tampak seperti lompatan kuantum dari titik ekonomi yang spesifik
Pandangannya, dari yang umumnya bersifat sosial, hanyalah ungkapan
terakhir dalam istilah ekonomi dari suatu proses yang telah berkembang secara
bertahap dalam jangka waktu yang lama. " Di dalam penilaian ini adalah
penekanan pada pentingnya modal manusia atau sosial, yang nampaknya lebih
penting untuk modernitas daripada sumber daya material. Poin-poin ini
tampak lebih obyektif setelah industrialisasi telah menjadi tujuan politik
pemerintah, dan keputusan dan pengaturan dibuat untuk mengatasinya.

Karena komersial dan beberapa perusahaan industri yang berada di


wilayah penjajahan memiliki pasar dan sumber utama mereka investasi di
rumah negara, ada korelasi antara meningkatnya status ekonomi metropol dan
peningkatan komersialisasi dan modernisasi wilayah luar negeri
Perkembangan luar negeri terjadi antara periode perang atau tekanan. Segera
setelah masa perang dunia I, misalnya, investasi di luar negeri, proyek
pengembangan modal seperti perkeretaapian, pelabuhan, dan sekolah, dan
bentuk-bentuk pembangunan primer lainnya adalah karakteristik wilayah
Inggris, di mana filsafat yang ada sebelumnya untuk menempatkan koloni-
koloni itu secara bayar-as-you-go secepat mungkin dan dengan demikian
mengakhiri subsidi parlementer. Sampai batas tertentu hal yang sama terjadi
pada koloni-koloni Prancis, meskipun inventasi dari luar prancis lebih kecil.
Selama tahun tiga puluhan, ketika dana luar negeri tidak tersedia, wilayah
penjajahan dipaksa untuk merosot secara drastis. Hal ini sering kali
merupakan bentuk staf ekspatriat yang berkurang, dengan kontrol
administratif yang jauh lebih langsung untuk memaksimalkan efisiensi.
Layanan sosial dibatasi. Pertumbuhan dewan daerah, treasury, dan sejenisnya
terhambat, terutama karena biaya mereka, untuk kembali lagi pada skala yang
jauh lebih besar setelah Perang Dunia II. Ini adalah penerapan program
modernisasi yang tidak merata, bukan kurangnya modernisasi itu sendiri,
itulah karakteristik sistem kolonial yang berbeda. Jelas, kekuatan metropolitan

11
yang berbeda menggunakan pola modernisasi yang berbeda; Beberapa di
antaranya sedikit sekali orang Portugis di Afrika yang lain melakukan hal
yang sangat besar.

Memang dengan pengecualian program modernisasi massal dengan


metode politik drastis, kolonialisme yang terbaik adalah satu mekanisme yang
sangat berguna untuk modernisasi 17 Generalisasi semacam itu selalu terbuka
untuk kritik karena mereka sangat luas. Untuk satu hal tidak ada sistem
penjajahan kecuali di Modernisasi politik mendapat dua arti dalam sistem
kolonial. Pertama, ini berarti bahwa harus ada elite sekuler "kebarat-baratan"
yang dapat berpartisipasi dalam kehidupan politik; dan kedua, harus ada
bentuk pemerintahan "kebarat-baratan" sehingga elit bisa diwakili. Ini adalah
karakteristik dari pola Inggris evolusi politik di wilayah kolonial, meskipun
ada beberapa pengecualian yang mendalam terhadap peraturan umum dan
peraturan itu sendiri berasal dari yang sangat baru. Keinginan untuk
menumbuhkan model Westminster sebagai warisan peraturan Inggris telah
menjadi fenomena yang relatif baru, bahkan singkat dan berlalu, dalam
kebijakan Inggris. Identitas yang tepat dengan model Inggris tidak
dikehendaki atau diminta: hal itu ditolak karena merepotkan atau menghambat
baik oleh kedua penguasa maupun yang diperintah. Para politisi kekaisaran
dan kolonial mengutip contoh Inggris atau preseden hanya jika hal itu sesuai
dengan kasus mereka.

Ada banyak variasi pada tema evolusi politik di wilayah Inggris, lebih
sedikit di sistem Prancis, dan lebih sedikit lagi di sistem Belgia, Belanda, dan
Portugis. Perancis menerapkan pola evolusi politik yang sangat luas melalui
kelompok-kelompok terorganisir regional yang besar, seperti Afrika Barat
Prancis. Dalam pola umum ini, ada penyesuaian yang sangat kompleks
terhadap kondisi setempat.

Uraian tentang berbagai sistem kolonial, bagaimanapun, akan


mengarahkan kita dari tujuan utama. Kami prihatin di sini dengan berbagai
kolonial hanya sebagai modernisasi instrumen utama (walaupun mereka
adalah bentuk politik transisional). Variabel struktural yang paling umum

12
yang dapat diterapkan dalam perbandingan sistem kolonial dalam kurun waktu
tertentu adalah pertama, apakah pemerintah kolonial terutama atau konsekuen,
dan kedua, apakah kepemimpinan itu pribadi atau tidak pribadi. Jika kita
mempertimbangkan berbagai wilayah kolonial-Inggris. Prancis, Belgia,
Belanda, dan Portugis - dalam hal tahap paralel memotong perbedaan biasa
antara sistem kolonial. Kita bisa melihat kolonialisme sebagai proses
modernisasi dilanjutkan. melalui empat tahap utama perintis. tahap
pemerintahan yang birokratis, representatif, dan bertanggung jawab. Ini tidak
perlu mengikuti perkembangan linier. (Lihat diagram pada Gambar 4) Apa
yang ditekankan oleh diagram ini adalah perubahan struktural dalam
kolonialisme yang sesuai dengan kebijakan yang mengarah ke modernisasi.
Modernisasi politik adalah penyebab perubahan lebih lanjut. Keunikan
pemerintah sebagai alat modernisasi dapat ditunjukkan dengan
memperlakukannya sebagai variabel independen (sebagai pencipta lingkungan
yang berbeda untuk dirinya sendiri)

G. Peran Set Dan Indeks Pertumbuhan


Seperti telah saya katakan, akan lama sebelum sebagian besar negara
modern dalam posisi untuk melakukan industrialisasi, bahkan jika mereka
terus memodernisasi dengan kuat. Sebuah negara modern perlu mengambil
bagian dalam pembagian kerja internasional, sehingga peran industri
terdesentralisasi dapat membentuk struktur dukungan dari peran modernisasi
lapangan kerja negara tersebut. Peran modernisasi di Nigeria, misalnya,
bergantung pada peran industri asing. Oleh karena itu, tidak mengherankan
jika para pemimpin politik berusaha meminimalkan ketergantungan ini
melalui internasionalisasi ketergantungan, yaitu dengan menyebarkan
pertukaran internasional dengan berbagai negara industri dan dengan usaha
industrialisasi internal. Upaya untuk mempromosikan yang terakhir mungkin
terlalu dini dan menghasilkan biaya yang besar dan pemborosan sumber daya
Modernisasi, atau industrialisasi, akan menjadi kunci pembangunan di
sebagian besar negara baru untuk beberapa waktu ke depan.

Cara analisis komparatif membawa kita pada perubahan bentuk dan nilai
institusi manusia yang membutuhkan kesenian pemerintah. Data komparatif

13
yang ada saat ini kaya akan contoh-contoh yang mencakup beragam jenis, ras
dan budaya politik. Panduan utama untuk modernisasi yang dapat dikompres
dengan sangat mudah adalah serangkaian peran modernisasi dan indeks
pertumbuhan karir dan peran kewirausahaan berikut (angka dan pervasiveness
dan teknologi dan pendapatan per kapita.

Jelas, keempat faktor ini bervariasi dalam tingkat kejelian. Administrasi


iklan dapat diperlakukan sebagai bentuk kunci karir, dan peran dalam layanan
sipil, termasuk layanan teknis, dapat dianalisis. Lebih sulit untuk mempelajari
pengusaha jika hanya karena bakat mereka cukup sering dan laten, tergantung
pada kemunculannya pada keadaan yang menguntungkan, Apalagi jika kita
memperluas pengertian tentang kemewahan termasuk pengusaha politik, yaitu
mereka yang Mengorganisasikan hal berikut untuk mendapatkan akses ke
sumber daya negara, maka kita harus menyertakan sejumlah pemimpin politik
dalam gambar kita. Hal yang menarik untuk dibahas nanti dalam buku ini
adalah konflik yang sering terjadi antara peran karir dan peran kewirausahaan,
yang dilembagakan. modernitas versus modernitas yang inovatif.

Sehubungan dengan pendapatan per kapita. Angka itu bisa didapat, meski
cukup sering menyesatkan. Angka tersebut telah digunakan sebagai panduan
kasar untuk membandingkan negara-negara yang terlibat dalam pertumbuhan
ekonomi, dengan atau tanpa koreksi karakteristik khusus masing-masing
negara.

Pengukuran teknologi kurang mudah didapat. Upaya telah dilakukan untuk


menggunakan jam kilowatt sebagai satu ukuran. Mungkin faktor tenaga kerja
sama bergunanya dengan apapun.

Apa indikator seperti itu? Hal yang berbeda. Peran karir dan
kewiraswastaan menyiratkan seperangkat nilai berdasarkan sejauh mana
pengambilan keputusan yang rasional - dengan standar penghakiman universal
dan peraturan yang dapat diprediksi dan standar yang diterapkan sebagai
perilaku yang meresap. Sebagai institusi, peran ini lebih luas, tingkat
pelatihan, keterampilan, dan pengalaman merupakan langkah yang berguna,

14
Dokter, misalnya, dapat dikupas di seluruh batas nasional berdasarkan kinerja,
pengetahuan, dan standar etika mereka, seperti pegawai negeri sipil.

Kewirausahaan, seperti yang telah disarankan, menimbulkan beberapa


kesulitan dalam analisis. Kemampuan untuk berinovasi dan menantang bentuk
praktik yang diterima harus diarahkan pada tujuan yang diinginkan. Dalam
masyarakat modern dan industrialisasi, kreativitas dapat dievaluasi dengan
memeriksa kewiraswastaan, Kewirausahaan menyiratkan kualitas lain
daripada sekedar keterampilan individual. Ini menunjukkan bahwa ada sarana
untuk masyarakat untul melatih orang-orang yang memiliki potensi untuk
pilihan imajinatif, yang menikmati mengeksplorasi alternatif dan menguji
kelayakan.

Pendapatan per kapita juga menyiratkan nilai-nilai tertentu. Angka


tersebut tersedia menunjukkan adanya standar pengukuran dan pengeluaran
pendapatan, pengeluaran, dan konsumsi kompleks yang dikembangkan
sebelumnya. Baik produk nasional bruto dan neto telah dihitung. Gagasan
perencanaan, pertumbuhan, perkiraan penyusutan pada tanaman fisik, dan
seterusnya, sudah menjadi barang pembukuan reguler.

Faktor utama keempat dalam modernisasi, teknologi, adalah ukuran dari


tingkat di mana energi non-manusia digunakan dalam melakukan tugas
kompleks. Untuk alasan ini, adalah tes modernisasi yang paling strategis,
karena ini berarti perencanaan, pengalokasian. dan mengorganisir sumber
daya seputar prinsip-prinsip abstrak yang, bila dipasok, akan menghasilkan
hasil yang diinginkan.

H. Masalah Khusus Kesetaraan


Peran modernisasi, baik yang dilembagakan dan inovatif biasanya terkait
dengan gaya hidup yang sangat berbeda dari masyarakat biasa. Pola
pemukiman sangat berbeda. (Pegawai negeri sipil, misalnya, cukup sering
disediakan dengan perumahan pemerintah). Seorang pengusaha yang sukses
dapat mencoba menunjukkan keberhasilannya dengan menamai gedung
perkantoran seangkatan dengan dirinya sendiri, dengan membangun tempat
tinggal yang besar, atau dengan menampilkan manifestasi kesuksesan luar

15
lainnya. Di negara-negara dimana masalah modernisasi sangat parah,
perbedaan gaya hidup ini menjadi titik ketegangan. Mereka membedakan
orang kaya dari orang miskin, yang lebih modern dari yang lebih tradisional,
dan perkotaan dari pedesaan. Inilah salah satu teka-teki yang menarik.
Pembangunan menciptakan ketidaksetaraan; modernisasi menonjolkan hal itu.

Ketegangan antara kesetaraan akses dan perluasan hirarki sosial ini


merupakan salah satu stimulus bagi modernisasi yang berkelanjutan.

Stimulus bersal dari asumsi awal bahwa perbedaan dalam gaya hidup dan
peran yang khas dari masyarakat modernisasi bersifat sementara, sistem yang
mampu menggunakan ketegangan yang disebabkan oleh ketidakadilan akan
dapat menghasilkan proses perkembangan yang berkesinambungan. Oleh
karena itu, ketidak setaraan dapat dilihat sebagai akibatnya. Ini terutama
terjadi ketika pemerintah digunakan untuk memperbesar sektor
modern.sebagaimana T. H. Marshall telah menyarankan, ketidaksetaraan
dalam konteks kewarganegaraan menghasilkan agitasi konstan untuk
kesetaraan akan menekan kedua ujung skal distribusi pendapatan,
memperluas wilayah budaya dan pengalaman modernisasi, dan memperkaya
status kewarganegaraan universal.

Meskipun merupakan ciri utama proses modernisasi, ketegangan yang


dipaksakan oleh kurangnya kesetaraan mungkin sangat kikuk untuk dikelola.
Mencoba mengelolanya menyediakan beberapa karya terpenting bagi
pemerintah. Penyesuaian peran dan sistem peran selalu sulit, bahkan ketika
ketidaksetaraan diterima sebagai norma. Betapa lebih sulitnya ketika
modernitas dan harapan kesetaraan berjalan beriringan. Kondisi kesetaraan
materi tidak mencukupi, karena ketidaksetaraan psikis mungkin tetap ada. Hal
penting yang perlu diingat, bagaimanapun, adalah bahwa ketegangan
semacam itu mengandung prinsip legitimasi yang saya bahas di BAB I yaitu
ekuitas dan potensi.

Pencapaian persamaan adalah tujuan moral yang selalu menyebar di dunia


modern. Hanya sedikit masyarakat modern, bahkan jika mereka
melembagakan ketidaksetaraan, menganggapnya sebagai hal yang baik.

16
Keinginan untuk kesetaraan tubuh, mencakup lebih banyak dan lebih banyak
atribut sosial. Ras tidak bisa lagi berfungsi sebagai dasar ketidaksetaraan,
juga agama, asosiasi etnis, atau atribut lainnya. Orang mungkin
menganggapnya sebagai kepercayaan sekular yang terkait dengan proses
modernisasi yang ada di alam semesta, ada pemahaman yang sama dari
berbagai lapisan kepercayaan yang terkait dengan ketidaksetaraan.

Dorongan untuk kesetaraan selalu diterjemahkan ke dalam masalah doktrin


politik praktis. Kolonialisme, yang mendalilkan hubungan ketidaksetaraan di
bidang politik, telah banyak hilang. Betapapun bijak seorang pejabat yang
tercerahkan, kehadirannya di wilayah asing telah melanggar nilai-nilai
egaliter. Kalim perlakuan yang sama dengan orang Negro di Amerika Selatan
didasarkan pada keyakinan bahwa pigmentasi seharusnya tidak memiliki
relevansi dengan hierarki sosial. Lewat juga, gagasan tentang pelayan yang
rendah tapi layak atau pekerja mirip wanita itu. Ada beberapa negara saat ini
dimana posisi servil dianggap sangat bermanfaat; demikian pula, harga diri
seseorang didasarkan sepenuhnya pada kualitas sosial umum seperti harga
diri, pengabdian, penghematan, atau kehormatan pribadi.

“kesulitan persamaa” menyebabkan pemerintah menikmati beberapa


manuver ideologis dan struktural yang menarik. Satu keuntungan dalam
menekankan kondisi politik sebagai ekspresi utama egalitarianisme (dengan
menyamakan kewarganegaraan dan keseimbangan) adalah bahwa hirarki
politik (dan karena itu, ketidaksetaraan) kemudian dapat didefinisikan sebagai
perangkat organisasi yang melaluinya elit politik menjadi instrumen warga
negara. Perbedaan penghargaan, baik yang berkuasa maupun yang prestise,
dapat dijelaskan dalam hal kebutuhan untuk modernisasi dan, terutama, untuk
menarik kedalam organisasi individu yang paling fungsionalterhadap proses
modernisasi, yaitu perencana, teknisi, petugas pelatihan, pengembangan
masyarakat spesialis, dan sejenisnya. Ketika hirarki politik didefinisikan
dalam istilah fungsional sebagai kops teknisi, dengan peran spesifik dan
lingkup kompetensi yang terbatas, maka jadilah amekanisme untuk mencapai
persamaa- norma yang ditunda dan agak ilusi namun penting.

17
I. Kesetaraan Dan Peran Kaum Intelektual
Selama proses modernisasi, para intelektual memiliki peran khusus untuk
dimainkan, karena mereka sangat cenderung menghormati budaya kebebasan.
Pada saat yang sama mereka tetap sangat rentan terhadap masyarakat yang
berpikiran egaliter. Jika mereka membantu membuat sebuah revolusi atas
nama rakyat, mereka juga tidak dapat diharapkan efektif dalam membatasi
kelebihan rakyat. Dalam usaha mereka untuk mengidentifikasi dengan publik,
para intelektual cukup sering menuduh satu sama lain memiliki ego yang
meningkat, menjadi sombong, dan pada kenyataannya, bercerai dari orang-
orang. Dalam memperdebatkan persamaan, mereka sering menurunkan
perusahaan mereka sendiri sampai pada titik dimana tidak ada orang yang
membutuhkan penghormatan terhadapnya. Orang-orang yang ditolak masuk
ke klub-klub intelegensia, misalnya, seringkali senang menerima keputusan
tersebut pada evaluasi publik mereka sendiri.

Kecenderungan ini sangat terlihat di kalangan kaum intelektual selama


masa revolusioner. Shils telah membahas politisasi mendalam para
intelektual:

Tingginya tingkat keterlibatan politik intelektual di negara-negara


terbelakang merupakan fenomena yang kompleks. Ini memiliki akar tiga kali
lipat. Sumber utamanya adalah keasyikan yang mendalam dengan otoritas.
Meskipun dia berusaha dan tampaknya benar-benar melepaskan diri dari
penguasaan tradisi-tradisi kuat dimana dia dibesarkan, intelektual negara-
negara terbelakang, yang masih lebih dari konfraternya di negara-negara yang
lebih maju, meragukan kebutuhan untuk bergabung menjadi beberapa
transendensi, entitas berwibawa memang, semakin besar perjuangannya untuk
emansipasi dari kolektivitas tradisional, semakin besar kebutuhannya untuk
bergabung menjadi kolektivitas alternatif baru. Politisasi yang intens
memenuhi kebutuhan ini. Sumber kedua dari keterlibatan politik adalah
kelangkaan kesempatan untuk memperoleh ketenaran bahkan pencapaian
kejuruan; ada sedikit kontra-kontraksi terhadap daya tarik politik karismatik.
Akhirnya, telah ada tradisi sivilitas yang kurang baik di negara-negara

18
terbelakang yang mempengaruhi intelektual sama seperti intelektual non-
intelektua.

J. Pengaturan Kebijakan Dalam Politik Modern


Ada kaitannya masalah yang ditimbulkan dari modernisasi ke politik.
Dimana politik membuat suatu negara yang asalnya terjajah menjadi merdeka,
namun itu hanyalah contoh dari bagaimana kasus terjadinya politik secara
ruang lingkup regional, di kancah universal kebijakan-kebijakan politik dapat
meningkatkan standarisasi kehidupan seseorang di seluruh dunia. Dimana
masyarakat dunia dapat mengenal kebijakan yang baru mengenai bagaimana
mereka bersosialisasi, hidup, bekerja dan memiliki kepentingan secara
bersama-sama.

Seperti halnya perubahan lingkungan yang memberikan harapan baru


kepada hasil dari kebijakan yang bebas dari keluhan. Adanya modernisasi
berkaitan erat dengan reputasi dan citra dari pemimpin atau pengatur dari
kebijakan politik itu sendiri. Hasilnya setiap kebijakan itu ditransofrmasikan
menjadi pembangunan kompetensi pemimpin, partisipasi, lingkungan,
integritas dan kepercayaan diri. Dan sangat mungkin sekali bahwa kebijakan
itu pasti dilakukan secara berulang-ulang, dan penerapan kebijakan politik
modern dari pembangunan negara berkembang menjadi lebih baik lagi.
Pilihan yang sangat sulit, tetapi semenjak adanya modernisasi kebijakan
politik akan membuat hubungan yang luas, mengenai pengaturan kebijakan,
kepribadian, otonomi daerah dari aspek budaya, dan kebebasan berpolitik.

Di banyak masyarakat, tahayul (hal ketidakmungkinan) masih sangat kuat


dalam penentuan kebijakan dari sebuah politik. Selain tahayul, ada juga
pengaruh agama yang kuat dalam setiap penentuan kebijakan partai politik
yang ada. Disinilah, banyak pemimpin politik (elit politik) mengkaitkan segala
kebijakan, merumuskan segala kebijakan berdasarkan terhadap tradisi yang

19
ada. Misalnya di Israel, biasanya melakukan ritual doa-doa yang berdasarkan
kepercayaan yang membangun identitas negara sebelumnya (mayoritas:
Yahudi). Di Senegal, adanya penelitian terhadap artefak-artefak peninggalan
kerajaan Mesir sebagai kerajaan yang ada di Sub-Sahara Afrika. Dimana
peninggalan dari kebudayaan Mesir kuno masih sangat berguna dalam
pengembangan sistem hukum, kedokteran bahkan pengaturan norma etika
hingga saat ini di negara tersebut.

Modernitas dan politik tradisional adalah sistem yang berkaitan dan hal
yang paling mendasar, walaupun saat ini yang lebih berkaitan dan mengena
adalah mengenai modernisasi. Kesamaan dari keduanya kebanyakan mengenai
bagaimana fokus dari pembentukan moral tersebut. Michael Polanyi
menggambarkan dari ilmu tersebut dapat diaplikasikan kepada hubungan
antara politik tradisional dengan politik modern. Dia menggambarkan
pemikiran modern sebagai kondisi yang paradoks. “adanya skeptisisme
destruktif baru yang terkait dengan nurani sosial baru yang penuh semangat,
ketidakpercayaan sepenuhnya pada semangat manusia digabungkan dengan
tuntutan moral yang boros”. Disana juga kami melihat adanya embun dari
pemikiran modern yang baru, adanya pahatan mengenai keapatisan sosial
yang dimana diatur dan dikendalikan oleh pengendalian sosial itu sendiri.

Diantara modernitas bangsa, dan isu akan adanya degradasi moral


mengenai pengaturan kebijakan, tidak ada waktu untuk mendapatkan
kehalusan akan konsekuensi dari sebuah pelanggaran. Di dalam pembicaraan
publik politik, hal ini menjadi pelik dan penting untuk dibicarakan karena
adanya pihak-pihak yang bersedia untuk meneliti setiap permasalahan
mengenai manusia.

Sehingga solusi dan paradoks diatas bisa berkaitan dengan kebijakan


politik pembangunan, dimana politik pembangunan mempunyai hubungan
timbal balik terutama dengan kebijakan ekonomi. Solusi ekonomi dapat
memberikan solusi yang baik bagi permasalahan politik dan sosial yang ada.
Dimana proposal (rancangan) pembangunan ekonomi haruslah melibatkan
kebijakan politik negara yang modern.

20
Dua hal yang penting dan saling berkaitan diantara kajian tentang
pembangunan secara umum, maupun pembangunan ekonomi dan secara lebih
terstrukturnya adalah menambahkan faktor yang siap dikaji, dan mengkaji
bagaimana kebijakan pembangunan itu dimulai. Bagaimana pola
pembangunan yang dibagun dari awal-menengah- hingga tahapan evaluasi
dari pembangunan tersebut. Pertanyaan ini merupakan pertanyaan yang
penting karena harus adanya keterkaitan antara politik tradisional dengan
politik modern karena efek industrialisasi berada di antara keduanya. Dan
ketika adanya modernisasi mengenai industrialisasi itu akan memberikan
dampak baru terhadap pembagian kelompok-kelompok sosial. Namun, ketika
adanya pemisahan secara tradisional antara kebijakan tradisional dengan
modern maka akan terjadinya pemisahan hakikat dari pengaturan kebijakan
itu sendiri.

Banyak warga yang rentan terkena oleh pemisahan atau munculnya


doktrin-doktrin mengenai ideologi baru yang bisa memunculkan integritas
namun tanpa didukung oleh fakta sosial dilapangan yang ada. Setelah melihat
kelemahan dari proses “mengembalikan nilai tradisional” dimana akan
menimbulkan masalah baru dalam politik yang didasarkan pada legitimasi
tanpa basis pengetahuan dan teknologi yang tepat.

Karenanya, puluhan pemikiran hebat muncul di masyarakat modern saat


ini. Sekolah dan universitas dapat menampung segala jenis aliran pemikiran
yang ada dan diakumulasikan ke dalam satu wadah pikiran. Sosialisasi dapat
membentuk proses berpikir-menciptakan, dan doktrin adalah salah satu cara
hebat dalam menumbuhkan pemikiran sosial yang ada. Konflik status, kaum
marginal, konflik dapat dirangkum dalam kepentingan kepentingan individual.
Di beberapa kondisi dimensi politik datang untuk memfokuskan pada
stabilitas negara. Dan pemerintahan dapat merumuskan kebijakan yang tepat
dan hasilnya dapat merumuskan perumusan kebijakan yang baik kedepannya.

21
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pembahasan Literatur Asing : The Culture of Politics: Traditional,
Postmodern, Cold-modern, and Warmmodern Ideals of Care
1. Organisasi Politik
Ada banyak sekali perbandingan-perbandingan politik di dunia yang dapat
dikenal. Dimana secara hakikatnya, politik modern dapat berkaitan dengan
bagaimana setiap pengambilan kebijakan, solidaritas antar grup, dan kemajuan
sistem sosial dari kelas menengah hingga kelas atas (elit politik itu sendiri).

Ketika masyarakat Skandinavia, menyadari bahwa pentingnya kesadaran


untuk berubah dari sistem masyarakat agraria menjadi sistem masyaraat yang
sosial kelasnya pekerja dimana terjadinya integrasi politik dan banyak sekali
asumsi yang dibangun mengenai hal tersebut, dimana disitulah mulai terjadi
adanya reintegrasi dari sistem politik itu sendiri.

Karena hakikatnya menurut definisi secara pengertian itu sendiri,


organisasi politik  adalah organisasi atau kelompok yang bergerak atau
berkepentingan atau terlibat dalam proses politik dan dalam ilmu kenegaraan,
secara aktif berperan dalam menentukan nasib bangsa tersebut. Organisasi
politik dapat mencakup berbagai jenis organisasi seperti kelompok
advokasi yang melobi perubahan kepada politisi, lembaga think tank yang
mengajukan alternatif kebijakan, partai politik yang mengajukan kandidat
pada pemilihan umum, dan kelompok teroris yang menggunakan kekerasan

22
untuk mencapai tujuan politiknya. Dalam pengertian yang lebih luas, suatu
organisasi politik dapat pula dianggap sebagai suatu sistem politik jika
memiliki sistem pemerintahan yang lengkap.

Organisasi politik merupakan bagian dari suatu kesatuan yang


berkepentingan dalam pembentukan tatanan sosial pada suatu wilayah tertentu
oleh pemerintahan yang sah. Organisasi ini juga dapat menciptakan suatu
bentuk struktur untuk diikuti.

2. Organisasi Pemerintahan

Di sistem demokrasi yang bersifat liberal seperti negara Amerika


Serikat, atau di wilayah yang menerapkan demokrasi-liberal , kekuasaan
dipegang oleh pihak eksekutif. Presiden Amerika Serikat dan Kabinet
memegang peranan paling penting dalam setiap kebijakan pemerintahan
dan keputusan yang diambil. Mereka banyak sekali menampung aspirasi-
aspirasi kepentingan dari setiap jenis atau variabel politik yang ada.
Variabel politik yang dimaksud adalah partai politik, anggota legislatif,
terutama bagi orang-orang yang memegang kekuasaan baik di tingkat
eksekutif maupun legislatif. Dimana setiap pengaruh dari pelayanan
kebijakan publik atau politik publik akan selalu berpengaruh kepada
layanan pemerintahan kepada masyarakat.

Di dalam sistem komunis, setiap bagian dari kebijakan politik


eksekutif maupun legislatif selalu bersifat miskonsepsi dimana kebijakan
mengatur segala hal yang berkaitan dengan sistem pemerintahan. Dimana
terjadinya dinamika politik nasional cukup mengkhawatirkan karena
sistem komunis berjalan dengan cukup ketat atau mengenal atas kesamaan.

Dalam sistem liberal-demokrat, pemerintahan memegang aspek yang


penting dalam setiap pengaturan kebijakan yang ada. Dalam sistem
pemerintahan di Uni Soviet, sangat susah untuk melakukan sebuah analisis
mengenai pemerintahan Uni Soviet itu sendiri.

23
3. Perubahan Pola Politik yang ada di Dunia

Secara umum, terdapat dua pola utama politik di Dunia yakni yang
pertama adanya pola yang dikenal sebagai “demokrasi liberal” yakni
sebuah sistem pemerintahan yang pertama kali dikenal dan banyak lazim
digunakan di Amerika Serikat. Yang selanjutnya adalah pola pemerintahan
komunisme yang lebih homogen dibanding pola liberal dan banyak
dikenal di timur Eropa, Uni Soviet, dan China.

B. Pembahasan Jurnal (Science & Modern Politics)


Meskipun Ungkapan 'kebijakan sains' akan mengungkapkan dengan lebih
jelas hubungan antara aktivitas ilmiah dengan sebab - sebab politik dan efek.
Istilah 'sains' umumnya dianggap bebas dari apapun nilai aksiologis atau
ontologis. Tradisi 'liberal' menugaskannya sebagai karakter objektif dan netral,
sebuah sudut pandang yang dipertahankan contoh oleh Karl Popper dan
Michael Polanyi yang mencari kebenaran dan karya ilmiah terletak di atas
politik atau pesawat ideologis Namun, ideologi Marxis menempatkan sains di
tingkat kepercayaan, sehingga mengabadikan 'saintisme' abad ke-19 dan
gerakan positivis yang luas, yang secara teleologis, berbasis harapan solusi
untuk semua masalah manusia dalam pembangunan ilmu. 'Objective Science',
'Scientism', 'Scientific Socialism' adalah label merek Tapi di semua sistem
politik, kombinasi dari ideologi dan sumber daya yang diciptakan melalui
penelitian ilmiah memberikan nilai simbolis atas sains: cara terakhir yang
kemanusiaan akan diselamatkan atau yang akan memicu off malapetaka
tertinggi.

Pada saat ketika politik mencari dan mengharapkan instrumen bar kekuatan
dari sains, sains mempertanyakan dirinya sendiri di

tujuan dan tujuan penelitian mereka. Di antara 'pengambil keputusan' sebagai


Begitu juga para ahli, fungsi kegiatan ilmiah itu dengan suara bulat diakui.
Tapi apa fungsi ini? Apakah masih bisa dibayangkan Berbicara tentang ilmu

24
'bebas' atau 'murni' saat berada di universitas terintegrasi ke dalam masyarakat
dan laboratorium menjadi bisnis kolosal; ketika program didefinisikan dalam
hal tujuan yang akan dicapai dicapai, dan pilihan anggaran terkait dengan
keterbatasan dana yang tersedia.

C. Pembahasan Buku (Teori Politik : Teori Politik Modern)


1. Teori Politik Thomas Hobbes
Pengaruh situasi politik pada masa sistem politik absolut di bawah
kekuasaan Charles I dan Charles II di Inggris, kemudian Hobbes menulis
Buku Decove 1642 dan Leviathan 1951. 
Runtuhnya kekuasaan Absolute sebagai akibat dari petentangan antara
cendikiawan dengan raja-raja dalam hal pembatasan kekuasaan raja yang
menimbul teori politik liberal. 3. Thomas Hobbes mengemukakan teori
politik State Of Nature yakni manusia yang satu menjadi lawan terhadap
manusia lain. Keadaan ini disebut In Abstracto yang memiliki sifat; a)
bersaing, b) membela diri, c) ingin dihormati. Untuk menghindari kematian,
Hobbes mengemukakan teori perjanjian sosial untuk merubah bentuk
kehidupan manusia dari keadaan alamiah ke dalam bentuk negara atau
Commen Wealth.  Hobbes sebagai seorang filosof ditandai dengan adanya
keinginan untuk memperoleh kenikmatan hidup dalam hal materi. Oleh sebab
itu dia disebut filosof yang materialistis.  Pada sisi teori politik dan teori
kekuasaan ini digambarkan oleh Hobbes dalam buku Leviathan. Namun dari
segi praktis teori politik Hobbes dominan berlaku pada saat sekarang.
2. Teori Politik John Locke

25
a. Kegiatan semasa hidup John Locke yang mampu berkarya dalam bidang
teori politik ditulis dalam buku TWO TREATISES ON CIVIL
GOVERNMENT.
b. State of Nature juga merupakan karya teori politik yang beda dengan
Hobbes. John Locke menekankan bahwa dalam state of nature terjadi: 
- Kebingungan 
- Ketidak pastian 
- Ketidak aturan 
- Tidak ada kematian.
c. Pada sisi lain Locke mengemukakan hak-hak alamiah sebagai berikut: 
- hak akan hidup 
- hak atas kebebasan dan kemerdekaan 
- hak memiliki sesuatu.
d. Konsep perjanjian masyarakat merupakan cara untuk membentuk negara.
Oleh karena itu negara harus mendistribusi kekuasaan kepada lembaga: 
1) legislatif 
2) eksekutif dan yudikatif 
3) federatif
e. Dalam hal bentuk negara Locke membagi atas: 
1) Monarkhi 
2) Aristokrasi 
3) Demokrasi
f. Dan tujuan negara yang dikehendaki Locke yaitu untuk kebaikan ummat
manusia melalui kegiatan     kewajiban negara memelihara dan menjamin
hak-hak azasi manusia. Dan pada akhirnya Hobbes         dan Locke
memiliki perbedaan dalam hal teori perjanjian sosial.
3. Teori Politik Montesquine
Montesquieu terkenal dengan dunia ilmu pengetahan tentang negara,
hukum dan kemudian dia mengemukakan state of nature yang diartikan
dalam keadaan alamiah kualitas hidup manusia rendah. 

Teori politik Trias Politika yang dikemukakan oleh Montesquieu


merupakan landasan pembangunan teori demokrasi dalam sistem politik

26
yang menekankan adanya Check and balance terhadap mekanisme
pembangian kekuasaan. 

Demokrasi yang dibentuk yaitu demokrasi liberal yang masih


mengalami kekurangan. Untuk memantapkan dan menyempurnakan teori
demokrasi liberal maka dibutuhkan berbagai unsur-unsur demokrasi
liberal untuk mengukuhkan Montesquieu sebagai pencetus demokrasi
liberal.

4. Teori Politik Agustinus


Negara sekuler dianggap sebagai penyelewengan oleh para penguasa
yang arif dan bijaksana sehingga kekuasaan bagaikan keangkuhan dengan
berbagai kejahatan. Sedangkan negara Tuhan menghargai segala sesuatu
yang baik dan mengutamakan nilai kebenaran. 

Perkembangan negara sekuler dalam bentuk negara modern dimana


penguasa berupaya untuk menggunakan cara paksa menurut kehendak
pribadi. Sedangkan perkembangan negara Tuhan didasarkan atas kasih
Tuhan. 

Masalah politik negara sekuler yang membawa ketidakstabilan dari


konflik kepentingan yang dominan, rakus kekuasaan, ketidakadilan dalam
pengadilan, peperangan. 

5. Teori Politik Thomas Aquinas 


Tentang pembagian negara baik dan negara buruk yang menerapkan
sumber teori politik. 

Tujuan negara yang diidentik dengan tujuan manusia dalam hidup


yakni mencapai kemuliaan abadi dalam hidup. Untuk mencapai kemuliaan
abadi maka diperlukan pemerintah yang berbentuk Monarkhi. 

Dalam negara diperlukan adanya hukum abadi yang berakar dari jiwa
Tuhan yang mengatur alam semesta dan hukum alam manusia untuk
merasionalkan manusia mentaati hukum. Hukum positif yang merupakan

27
pelaksanaan hukum alam dan untuk menyempurnakan pikiran manusia
maka diperlukan Hukum Tuhan. 

6. Teori Politik Marthen Luther 


Teori politik reformasi yakni kebebasan politik dengan cara membatasi
kekuasaan raja dan kebebasan diserahkan pada rakyat. 

Kekuasaan raja-raja diperjelas dan tidak diperlukan adanya campur


tangan gereja atas unsur negara. Menempatkan kekuasaan negara lebih
tinggi dari kekuasaan gereja. 

Kekuasaan Tuhan atas manusia bersifat langsung dan tidak melalui


perantara. Pada sisi lain dikatakan gereja yang sejati yaitu gereja yang
didirikan manusia

7. Perkembangan Politik Indonesia Melalui Pendekatan Kebudayaan


Politik

Golongan elit yang strategis seperti para pemegang kekuasaan


biasanya menjadi objek pengamatan tingkah laku ini, sebab peranan
mereka biasanya amat menentukan walau tindakan politik mereka tidak
selalu sejurus dengan iklim politik lingkungannya. Golongan elit strategis
biasanya secara sadar memakai cara-cara yang tidak demokratis guna
menyearahkan masyarakatnya untuk menuju tujuan yang dianut oleh
golongan ini. Kemerosotan demokratisasi biasanya terjadi disini,
walaupun mungkin terjadi kemajuan pada beberapa bidang seperti bidang
ekonomi dan yang lainnya. 

Kebudayaan politik Indonesia pada dasarnya bersumber pada pola


sikap dan tingkah laku politik yang majemuk. Namun dari sinilah
masalah-masalah biasanya bersumber. Mengapa? Dikarenakan oleh karena
golongan elite yang mempunyai rasa idealisme yang tinggi. Akan tetapi
kadar idealisme yang tinggi itu sering tidak dilandasi oleh pengetahuan
yang mantap tentang realita hidup masyarakat. Sedangkan masyarakat

28
yang hidup di dalam realita ini terbentur oleh tembok kenyataan hidup
yang berbeda dengan idealisme yang diterapkan oleh golongan elit
tersebut. Contohnya, seorang kepala pemerintahan yang mencanangkan
program wajib belajar 9 tahun demi meningkatkan mutu pendidikan,
namun pada aplikasinya banyak anak-anak yang pada jenjang pendidikan
dasar putus sekolah dengan berbagai alasan, seperti tidak memiliki biaya.
Hal ini berarti idealisme itu tidak diimplikasikan secara riil dan materiil ke
dalam masyarakat yang terlibat dibawah politiknya. 

Idealisme diakui memanglah penting. Tetapi bersikap berlebihan atas


idealisme itu akan menciptakan suatu ideologi yang sempit yang biasanya
akan menciptakan suatu sikap dan tingkahlaku politik yang egois dan mau
menang sendiri. Demokrasi biasanya mampu menjadi jalan penengah bagi
atas polemik ini. 

Indonesia sendiri mulai menganut sistem demokrasi ini sejak awal


kemerdeka-annya yang dicetuskan di dalam Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945. Demokrasi dianggap merupakan sistem yang cocok
di Indonesia karena kemajemukan masyarakat di Indonesia. Oleh karena
itu Demokrasi yang dilakukan dengan musyawarah mufakat berusaha
untuk mencapai obyektifitas dalam berbagai bidang yang secara khusus
adalah politik. Kondisi obyektif tersebut berperan untuk menciptakan
iklim pemerintahan yang kondusif di Indonesia. Walaupun demikian,
perilaku politik manusia di Indonesia masih memiliki corak-corak yang
menjadikannya sulit untuk menerapkan Demokrasi yang murni. 

Corak pertama terdapat pada golongan elite strategis, yakni


kecenderungan untuk memaksakan subyektifisme mereka agar menjadi
obyektifisme, sikap seperti ini biasanya melahirkan sikap mental yang
otoriter/totaliter. Corak kedua terdapat pada anggota masyarakat biasa,
corak ini bersifat emosional-primordial. Kedua cirak ini tersintesa
sehingga menciptakan suasana politik yang otoriter/totaliter. 

Sejauh ini kita sudah mengetahui adanya perbedaan atau kesenjangan


antara corak-corak sikap dan tingkah laku politik yang tampak berlaku

29
dalam masyarakat dengan corak sikap dan tingkahlaku politik yang
dikehendaki oleh Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Kita tahu
bahwa manusia Indonesia sekarang ini masih belum mencerminkan nilai-
nilai Pancasila itu dalam sikap dan tingkah lakunya sehari-hari. Kenyataan
tersebutlah yang hendak kita rubah dengan nilai-nilai idealisme pancasila,
untuk mencapai manusia yang paling tidak mendekati kesempurnaan
dalam konteks Pancasila. 

Esensi manusia ideal tersebut harus dikaitkan pada konsep “dinamika


dalam kestabilan”. Arti kata dinamik disini berarti berkembang untuk
menjadi lebih baik. Misalkan kepada suatu generasi diwariskan suatu
undang-undang, diharapkan dengan dinamika yang ada dalam masyarakat
tersebut dapat menjadikan Undang-Undang tersebut bersifat luwes dan
fleksibel, sehingga tanpa menghilangkan nilai-nilai esensi yang ada,
generasi tersebut terus berkembang. Dinamika dan kemerdekaan berpikir
tersebut diharapkan mampu untuk memperkokoh persatuan dan memupuk
pertumbuhan. 

Yang menjadi persoalan kini ialah bagaimana dapat menjadikan


individu-individu yang berada di masyarakat Indonesia untuk mempunyai
ciri “dinamika dalam kestabilan” yakni menjadi manusia yang ideal yang
diinginkan oleh Pancasila. Maka disini diperlukanlah suatu proses yang
dinamakan sosialisasi, sosialisasi Pancasila. Sosalisasi ini jikalau berjalan
progressif dan berhasil maka kita akan meimplikasikan nilai-nilai
Pancasila kedalam berbagai bidang kehidupan. Dari penanaman-
penanaman nilai ini akan melahirkan kebudayaan-kebudayaan yang
berideologikan Pancasila. Proses kelahiran ini akan memakan waktu yang
cukup lama, jadi kita tidak bisa mengharapkan hasil yang instant
terjadinya pembudayaan. 

Dua faktor yang memungkinkan keberhasilan proses pembudayaan


nilai-nilai dalam diri seseorang yaitu sampai nilai-nilai itu berhasil
tertanam di dalam dirinya dengan baik. Kedua faktor itu adalah: 

Emosional psikologis, faktor yang berasal dari hatinya 

30
Rasio, faktor yang berasal dari otaknya 

Jikalau kedua faktor tersebut dalam diri seseorang kompatibel dengan


nilai-nilai Pancasila maka pada saat itu terjadilah pembudayaan Pancasila
itu dengan sendirinya. 

Tentu saja tidak hanya kedua faktor tersebut. Segi lain pula yang patut
diperhaikan dalam proses pembudayaan adalah masalah waktu.
Pembudayaan tidak berlangsung secara instan dalam diri seseorang namun
melalui suatu proses yang tentunya membutuhkan tahapan-tahapan yang
adalah memperkenalkan pengenalan-pemahaman-penilaian-penghayatan-
pengamalan. Faktor kronologis ini berlangsung berbeda untuk setiap
kelompok usia. 

Melepaskan kebiasaan yang telah menjadi kebudayaan yang lama


merupakan suatu hal yang berat, namun hal tersebutlah yang diperlukan
oleh bangsa Indonesia. Sekarang ini bangsa kita memerlukan suatu
transformasi budaya sehingga membentuk budaya yang memberikan ciri
Ideal kepada setiap Individu yakni berciri seperti manusia yang lebih
Pancasilais. Transformasi iu memerlukan tahapan-tahapan pemahaman
dan penghayatan yang mendalam yang terkandung di dalam nilai-nilai
yang menuntut perubahan atau pembaharuan. Keberhasilan atau kegagalan
pembudayaan dan beserta segala prosesnya akan menentukan jalannya
perkembangan politik yang ditempuh oleh bangsa Indonesia di masa
depan.

31
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Politik adalah alat untuk mendapatkan kepentingan, dimana pemikiran dan
perkembangan dari disiplin ilmu ini menjadi hal yang menarik untuk
dipelajari. Melihat dari sifat ilmu pengetahuan yang selalu berkembang, ilmu
politik juga menghadapi fase perkembangan yang pesat.

Pemikiran-pemikiran mengenai perkembangan politik, kekuasaan,


kepentingan negara sebagai salah satu top organization juga berkembang
semakin pesat apalagi setelah perang dunia baik perang dunia pertama atau
perang dunia kedua.

Sebagai salah satu aliran politik, politik modern adalah salah satu buah
pemikiran dari politik yang berkembang pesat dan dianut oleh banyak negara
di dunia. Dimana dalam politik modern ini mengenal konsep mengenai
negara, sistem pemerintahan, kekuasaan, dan pembagian hak-hak dalam
sistem pemerintahan mengenai bagaimana negara mengatur warganegara dan

32
sipilnya. Aliran politik modern yang berkembang pesat ini dipengaruhi juga
oleh pengaruh kerjasama baik antar satu negara dengan negara lainnya atau
kerjasama bilateral multilateral lainnya. Tetapi, negara memiliki kebebasan
dalam mengatur bagaimana kebijakan-kebijakan politik negara masing-masing
sesuai dengan kondisi sosial budaya, geografis dan alam dari negara tersebut.
Seperti halnya di beberapa negara Afrika dimana pemikiran mengenai
perpaduan hal mistis dalam partisipasi politik masih banyak.

Negara Indonesia juga menganut sistem politik modern, dimana berkaca


dari teori-teori politik modern, Indonesia menganut trias politica sebagai salah
satu buah dari pemikiran politik modern dimana prinsip jujur adil dan
demokrasi adalah hal yang dijunjung dalam politik modern ini.

B. Saran
Globalisasi, perkembangan dunia semakin pesat setiap harinya
menyebabkan perkembangan politik dunia ikut terpengaruhi dengan adanya
kejadian-kejadian tersebut diatas. Modernisasi politik bukanlah hal yang
sempurna, bukanlah hal yang baik, tetapi juga bukan hal yang buruk dalam
pemikiran politik. Pemikiran masyarakat mengenai politik akan selalu bersifat
dinamis mengikuti kondisi politik yang ada.

Teknologi yang semakin canggih, semakin membuka pemikiran


masyarakat mengenai politik, dan bisa saja mempengaruhi dari sistem politik
modern konsepnya akan seperti apa.

Tentunya, politik modern tidak akan mudah hilang begitu saja selama
konsep mengenai negara modern ada, dikarenakan keduanya merupakan hal
yang berkaitan tetapi yang akan menjadi kajian berikutnya adalah bagaimana
sifat politik dari modern itu, dan akan menghasilkan kajian teori politik
modern yang lebih luas kedepannya.

33
DAFTAR PUSTAKA

Hoshchild, A. R. (2011). The Culture of Politics: Traditional, Postmodern, Cold-


modern, and Warmmodern Ideals of Care. Political Culture Jurnal vol. 3,
330-336.

Parma, S. V. (1987). Teori Politik Modern. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Plippart, A. (2011). Science and Modern Politics. The Handbook of Political


Science, 474-492.

Warren, K. F. (1997). The Political System. Washington DC: Pretince Hall.

III

Anda mungkin juga menyukai