Bab 2

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 17

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Jasa


Jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang ditawarkan oleh satu pihak
ke pihak lain, pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan
tidak menakibatkan kepemilikan apapun dalam Kotler dan Keller
(2009,p.486). Jadi, dapat diketahui bahwa jasa bukanlah barang, tetapi suatu
aktifitas yang dapat dirasakan secara fisik dan membutuhkan interaksi
antara satu pihak ke pihak lain. Kotler dan Keller (2009,p.400)
mengemukakan bahwa terdapat empat dimensi jasa, antara lain :

1. Tidak Berwujud (Intangibility)


Jasa tidak berwujud, tidak dapat dilihat, dicicip, dirasakan, dan
didengar sebelum membeli.
2. Tidak Dipisahkan (Inseparability)
Jasa tidak dapat dipisahkan dari pembeli jasa itu, baik pembeli jasa
itu adalah orang maupun mesin. Jasa tidak dapat dijejerkan pada rak-
rak penjualan dan dapat dibeli oleh konsumen kapan saja
dibutuhkan.
3. Keanekarupaan (Variability)
Jasa sangat beraneka rupa karena tergantung siapa yang
menyediakannya dan kapan serta dimana disediakan. Seringkali
pembeli jasa menyadari akan keanekarupaan yang besar ini akan
membicarakan dengan yang lain sebelum, memilih satu penyediaan
jasa.
4. Tidak Tahan Lama ( Perishability)
Jasa tidak dapat tahan lama, karenanya tidak dapat disimpan untuk
penjualan atau penggunaan dikemudian hari. Sifat jasa yang tidak
tahan lama ini bukanlah masalah kalau permintaan tetap atau teratur,
karena jasa-jasa sebelumnya dapat dengan mudah disusun terlebuh

10
11

dahulu, kalau permintaan berfluktuasi, permintaan jasa akan


dihadapkan pada berbagai masalah sulit.
Dalam pemasaran jasa dengan hanya mengandalkan 4P (product, price,
promotion, place), perusahaan tidak dapat memahami hubungan timbal
balik antara aspek-aspek kunci dalam bisnis jasa. People, process dan
physical evidence ditambahkan dalam bauran pemasaran jasa
dikarenakan sifat dan karakteristik unik yang dimiliki oleh jasa itu
sendiri. Berdasarkan uraian diatas bahwa bauran pemasaran jasa
merupakan unsur-unsur pemasaran yang saling terkait, dibaurkan,
diorganisasi dan digunakan dengan tepat, sehingga perusahaan dapat
mencapai tujuan pemasaran yang efektif, sekaligus memuaskan
kebutuhan dan keinginan konsumen.

2.1.1 Klasifikasi Jasa

Penawaran sebuah perusahaan kepada pasar sasarannya biasanya


mencangkup beberapa jenis jasa, menurut Tjiptono (2016,p.16).
Komponen jasa ini bisa merupakan bagian kecil ataupun bagian
utama/pokok dari keseluruhan penawaran tersebut. Pada kenyataannya ,
suatu penawaran dapat bervariasi dari dua kutub ekstrim, yaitu murni
berupa barang pada satu sisi dan jasa murni pada sisi lainnya.
Berdasarkan kriteria ini, penawaran sebuah perusahaan dapat dibedakan
menjadi lima katergori, yakni :

a. Produk Fisik Murni


Penawaran pada kategori ini semata-mata hanya berupa produk
fisik (contohnya, sepatu, pasta gigi, minuman ringan, tisu, dan
sabun cuci), tanpa ada jasa atau layanan yang menyertai produk
tersebut.
b. Produk Fisik dengan Jasa Pendukung
Pada kategori ini, penawaran terdiri atas suatu produk fisik yang
disertai dengan satu atau beberapa jasa/layanan untuk
12

meningkatkan daya tarik pada konsumen. Sebagai contoh, dealer


mobil menawarkan jasa pengantaran , fasilitas pembayaran kredit,
reparasi, pengantian suku cadang, dan seterusnya
c. Produk Hybrid
Penawaran pada kategori ini terdiri atas komponen barang dan jasa
yang kurang lebih sama besar porsinya. Contohnya adalah restoran
siap saji (fast-food restaurant).
d. Jasa Utama yang didukung dengan barang dan jasa minor
Penawaran pada kategori ini terdiri atas jasa pokok tertentu
bersama-sama dengan jasa tambahan (perlengkap) dan/ atau
barang-barang pendukung. Contonya bisa dijumpai pada konteks
jasa penerbanggan. Selama menempuh penerbanggan menuju
tempat tujuan, ada sejumlah unsur produk fisikk perlengkapan
yang terlibat, seperti makanan dan minuman, majalah atau surat
kabar yang disediakan, videogame, radio, TV, dan lain-lain. Jasa
seperti ini memerlukan barang yang bersifat capital insentif (dalam
hal ini tentu saja pesawat) untuk realisasinya, namun penawaran
utamanya tetap adalah jasa.
e. Jasa Murni
Penawaran pada kategori ini hamper seluruhnya berupa jasa,
Contohnya jasa fisioterapi, konsultasi psikologi, jasa tukang pijat,
babysitter, dan lain-lain.

2.2 Pengertian Kualitas Produk

Kualitas Produk adalah totalitas fitur dan karakteristik produk atau jasa yang
bergantung pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang
ditanyakan atau tersirat. Perusahaan selalu berusaha memuaskan para
konsumen mereka dengan menawarkan produk berkualitas menurut Kotler
dan Keller (2009, P.143). Menurut Tjiptono (2016, P.25) kualitas produk
merupakan perpaduan antara sifat dan karakteristik yang menentukan sejauh
mana keluaran dapat memenuhi prasyarat kebutuhan pelanggan atau menilai
13

sampai seberapa jauh sifat dan karakteristik itu memenuhi kebutuhannya.


Berdasarkan definisi-definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas
merupakan suatu produk dan jasa yang melalui beberapa tahapan proses
dengan memperhitungkan nilai suatu produk dan jasa tanpa adanya
kekurangan sedikitpun nilai suatu produk dan jasa dan menghasilkan produk
dan jasa sesuai harapan tinggi dari pelanggan.
Untuk mempertahankan keberadaannya di pasar dalam jangka panjang, maka
perusahaan yang bergerak disektor barang maupun jasa harus berorientasi
pada kualitas. Karena kualitas produk dapat diartikan sebagai kemampuan
suatu produk baik barang maupun jasa dalam memenuhi kebutuhan
konsumen Daryanto (2012, P.136). Perusahaan yang bergerak di sektor
barang menghasilkan produk nyata yang berwujud, sedangkan disektor jasa
menghasilkan produk yang berupa pelayanan.

2.2.1 Perspektif Kualitas Produk

Perspektif kualitas dibagi menjadi lima macam, dan kelima perspektif


inilah yang bisa menjelaskan mengapa kualitas diinterprestasikan
secara berbeda oleh masing-masing individu dalam konteks yang
berlainan. Kelima macam perspektif tersebut diantaranya yaitu:

1. Transcendental Approach
Transcendental Approach adalah kualitas dipandang sebagai
innate execellence, yaitu suatu yang secara intuitif bisa dipahami,
namun nyaris tidak mungkin dikomunikasikan.
2. Product Based Approach
Product Based Approach adalah mengansumsikan bahwa kualitas
merupakan karakteristik, komponen atau atribut obyektif yang
dapat dikuantitatifkan dan dapat diukur. Perbedaan dalam hal
kualitas mencerminkan perbedaan dalam jumlah beberapa unsur
atau atribut yang dimiliki produk. Semakin banyak atribut yang
14

dimiliki sebuah produk atau merek, semakin berkualitas produk


atau merek yang bersangkutan.
3. User Based Approach
User Based Approach adalah didasarkan pada pemikiran bahwa
kualitas tergantung pada orang yang menilainya, sehingga produk
yang paling memuaskan preferensi seseorang merupakan produk
yang berkualitas tinggi.
4. Manufacturing Based Approach
Manufacturing Based Approach adalah Perspektif bersifat supply
based dan lebih berfokus pada praktik-praktik perekayasaan dan
pemanufakturan, serta mendefinisikan kualitas sebagai kesesuaian
atau kecocokan dengan persyaratan.
5.Value Based Approach
Value Based Approach adalah memandang kualitas dari aspek
nilai dan harga. Dengan mempertimbangkan trade off antara
kinerja dan harga, kualitas didefinisikan sebagai affordable
exellence, yakni tingkat kinerja terbaik atau yang sepadan dengan
harga yang dibayar. Kualitas yang dimiliki suatu produk,
dihapkan menjadi nilai lebih dan manfaat bagi para pembeli.
Manfaat -manfaat tersebut kemudian dikomunikasikan dan
disampaikan melalui atribut – atribut produk seperti ini :
1. Kualitas produk
Kualitas produk adalah karateristik produk yang
bergantung pada kemampuannya untuk memuaskan
kebutuhan pelanggan yang dinyatakan atau diimpikasikan.
2. Fitur produk
Sebuah produk dapat ditawarkan dalam beragam fitur.
Model pasar, model tanpa tambahan apa pun, merupakan
titik awal. Perusahaan dapat menciptakan tingkat model
yang lebih tinggi dengan menambahkan lebih banyak fitur.
15

Fitur adalah sarana kompetitif untuk mendeferensiasikan


produk perusahaan dari produk pesaing.
3. Gaya dan desain
Cara untuk menambah nilai pelanggan adalah nilai melalui
gaya dan desain produk yang berbeda. Desain adalah
konsep yang lebih besar dari pada gaya. Gaya hanya
menggambarkan penampilan produk.
4. Merek
Merek adalah nama, istilah, tanda, lambang, atau desain,
dan kombinasi dari semua ini yang memperlihatkan
identitas produk atau jasa dari satu penjual atau sekelompok
penjual dan membedakan produk itu dari produk lainnya.
5. Kemasan
Kemasan melibatkan perancangan dan produksi wadah atau
pembungkus untuk sebuah produk. Pada dasarnya, fungsi
utama kemasan adalah penyimpanan dan melindungi
produk.
6. Pelabelan
Label mempunyai beberapa fungsi, setidaknya label
menunjukan produk atau merek, seperti nama Sunkist yang
tercantum pada jeruk. Label juga bisa menggambarkan
beberapa hal tentang produk siapa yang membuatnya,
dimana produk itu dibuat, kapan produk itu dibuat,
kandungannya, cara pemakaiannya, dan bagaimana
menggunakan produk itudengan aman. Terakhir, label bisa
membantu mempromosikan produk dan mendukung
positioningnya.
7. Pelayanan pendukung produk
Pelayanan pelanggan adalah elemen dalam strategi produk.
Penawaran perusahaan biasanya meliputi beberapa
16

pelayanan pendukung, yang bisa menjadi bagian kecil atau


bagian besar dari keseluruhan penawaran.

2.2.2 Indikator Kualitas Produk


Kotler dan Keller (2009,p.8) menyatakan bahwa terdapat delapan
indikator kualitas produk, antara lain :
1. Performance (Kinerja), berkaitan dengan aspek fungsional suatu
barang, dan juga merupakan karakteristik utama yang
dipertimbangkan pelanggan dalam membeli barang tersebut.
2. Reliability (Kehandalan), berkaitan dengan probabilitas atau
kemungkinan suatu barang berhasil menjalankan fungsinya setiap
kali digunakan dalam periode waktu tertentu.
3. Conformance (Kesesuaian), berkaitan dengan tingkat kesesuaian
terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan
keinginan pelanggan.
4. Durability (Daya tahan), yaitu refleksi umur ekonomis berupa daya
tahan atau masa pakai barang atau dapat juga diartikan suatu
ukuran kemungkinan usia operasi produk yang diharapkan dalam
kondisi normal.
5. Service ability (Daya Guna), berkaitan dengan kecepatan,
kompetisi, kemudahan, dan akurasi dalam memberikan layanan
serta dalam berbaikan barang.
6. Aesthethics (Estetika), merupakan karakteristik mengenai
keindahan yang bersifat subjektif sehingga berkaitan dengan
pertimbangan pribadi dan refleksi atau pilihan individual.
7. Design(Desain),Keindahan menyangkut tampilan produk yang
dapat membuat konsumen sukaIni seringkali dilakukan dalam
bentuk desain produk atau kemasannya. Beberapa merek diperbarui
“wajahnya” agar lebih cantik di mata konsumen.
8. Perceived quality (Kualitas yang dipersepsikan), ini menyangkut
penilaian konsumen terhadap citra, merek, atau iklan. Produk-
17

produk yang bermerek terkenal biasanya dipresepsikan lebih


berkualitas dibanting dengan merek-merek yang tidak didengar.

2.3 Pengertian Kualitas Pelayanan


Kualitas pelayanan merupakan sebagai ukuran seberapa bagus tingkat
layanan yang diberikan mampu sesuai dengan ekspektasi pelanggan. Kualitas
pelayanan dapat diwujudkan melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan
pelanggan serta ketepatan penyampaiannya untuk mengimbangi harapan
pelanggan Tjiptono (2016, p.180). Zeithaml, Bitner & Gramler (2009,p.130)
menyatakan “service quality, the customer's perception of the service
component of a product, is also a critical determinant of customer
satisfaction” yang berarti, kualitas layanan merupakan persepsi pelanggan
atas komponen pelayanan sebuah produk, dan juga merupakan penentu yang
penting dalam mencapai kepuasan pelanggan.
Dengan demikian kualitas layanan (service quality) dapat diketahui dengan
cara membandingkan persepsi para pelanggan atas pelayanan yang secara
nyata mereka terima atau peroleh dengan pelayanan yang sesungguhnya
mereka harapkan atau inginkan terhadap atribut-atribut pelayanan suatu
perusahaan.

2.3.1 Indikator Kualitas Pelayanan

Kualitas jasa dapat diukur dari pelayanan yang diberikan jasa tersebut.
Menurut Zeithaml, Parasurama, dan Berry dalam Kotler dan Keller (2007,
p.56) Untuk mengetahui kualitas pelayanan yang dirasakan secara nyata oleh
konsumen, ada indikator kualitas pelayanan yang terletak pada lima dimensi
kualitas pelayanan,yaitu:

1. Tangibles
Tampilan fisik pelayanan perusahaan. untuk mengukur penampilan
fisik, peralatan karyawan serta sarana komunikasi. Bukti langsung
18

(tangibles), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai dan sarana


komunikasi

2. Empathy
Kemampuan perusahaan memahami keinginan konsumen dan
mengukur pemahaman karyawan terhadap kebutuhan konsumen serta
perhatian yang diberikan oleh karyawan. Empati, meliputi kemudahan
dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, perhatian pibadi,
dan memahami kebutuhan para pelanggan.

3. Reliability
Kemampuan perusahaan untuk mewujudkan janji dan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam memberikan jasa yang tepat dan
dapat di andalkan. Keandalan (reliability), yakni kemampuan
memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat, dan
memuaskan.

4. Responsiveness
Ketanggapan perusahaan dalam memberikan pelayanan dan untuk
membantu memberikan pelayanan kepada konsumen dengan
tepat.Daya tanggap (responsiveness), yaitu keinginan para staf untuk
membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap.

5. Assurance
Kemampuan perusahaan memberikan jaminan pelayanan dan untuk
mengukur kemampuan dan kesopanan karyawan serta sifat dapat
dipercaya yang dimiliki oleh karyawan dalam melayani para
konsumen. Jaminan (assurance), mencakup pengetahuan, kemampuan,
kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari
bahaya, risiko atau keragu-raguan.
19

2.4 Pengertian Kepuasan Pelanggan

Kepuasan Pelanggan adalah perasaan senang atu kecewa seseorang yang


muncul setelah membandingkan kinerja (hasil) produk yang dipikirkan
terhadap kinerja (atau hasil) yang diharapkan Kotler dan Keller (2008,p.177).
Kepuasan merupakan fungsi dari persepsi atau kesan atas kinerja dan
harapan. Jika kinerja berada dibawah harapan maka pelanggan tidak puas.
Jika kinerja memenuhi harapan maka pelanggan akan puas. Jika kinerja
melebihi harapan maka pelanggan akan amat puas atau senang.Kunci untuk
menghasikan kesetian pelanggan adalah memberikan nilai pelanggan yang
tinggi. Bagi Konsumen, konsep kepuasan pelanggan bermanfaat dalam
memberikan informasi lebih jelas tentang seberapa puas atau tidak puas
konsumen lain terhadap produk atau jasa tertentu. Dengan informasi yang
lebih berkualitas, konsumen diharapkan mampu membuat keputusan
pembelian yang lebih „bijaksana‟ dan mampu menghindari pengalaman buruk
konsumen lainnya.

2.4.1 Aspek-aspek mempengaruhi kepuasan konsumen


1. Warranty costs. Beberapa perusahaan dalam menangani warranty
costs produk/jasa mereka dilakukan melalui persentase penjualan.
Kegagalan perusahaan dalam memberi kepuasan kepada pelanggan
biasanya karena perusahaan tidak memberi jaminan terhadap produk
yang mereka jual kepada pelanggan.
2. Penanganan terhadap komplain dari pelanggan. Secara statistic hal ini
penting untuk diperhatikan, namun seringkali terlambat bagi
perusahaan untuk menyadarinya. Bila komplain/klaim dari pelanggan
tidak secepatnya diatasi, maka customer defections tidak dapat
dicegah.
3. Market Share. Merupakan hal yang harus diukur dan berkaitan dengan
kinerja perusahaan. Jika market share diukur, maka yang diukur
adalah kuantitas, bukan kualitas dari pelayanan perusahaan.
20

4. Costs of poor quality. Hal ini dapat bernilai memuaskan bila biaya
untuk defecting customer dapat diperkirakan.
5. Industry reports. Terdapat banyak jenis dan industry reports ini,
seperti yang disampaikan oleh J.D Power dalam Bhote, yakni report
yang fairest, most accurate, dan most eagerly yang dibuat oleh
perusahaan.

2.4.2 Metode Pengukuran Kepuasan Konsumen

Kotler dan Keller (2009,p.142) mengidentifikasikan empat metode


untuk mengukur kepuasan pelanggan yaitu sebagai berikut:
1. Sistem Keluhan dan Saran
Perusahaan memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi para
pelanggannya untuk menyampaikan saran, kritik, pendapat, dan
keluhan melalui media berupa kotak saran, kartu komentar, saluran
telepon khusus bebas pulsa, website, dan lain-lain.
2. Survei Kepuasan Pelanggan
Perusahaan akan memperoleh tanggapan dan umpan balik langsung
dari pelanggan dan juga memberikan sinyal positif bahwa
perusahaan menaruh perhatian terhadap pelanggan tersebut dan
pada umumnya survei dilakukan melalui pos, e-mail, maupun
wawancara langsung.
3. Ghost Shopping
Perusahaan memperkerjakan beberapa orang ghost shoppers untuk
berperan sebagai pelanggan potensial jasa perusahaan dan pesaing.
Ghost Shoppers tersebut diminta melaporkan berbagai temuan
penting berdasarkan pengalamannya mengenai kekuatan dan
kelemahan jasa perusahaan dibandingkan para pesaing.
4. Lost Customer Analysis
Perusahaan sebaiknya menghubungi para pelanggan yang telah
berhenti membeli atau yang telah beralih pemasok agar dapat
21

memahami mengapa hal itu terjadi dan supaya dapat mengambil


kebijakan perbaikan selanjutnya.

Pengukuran kepuasan pelanggan harus dilakukan secara terus menerus


sebab keadaan pelanggan terus berubah-ubah. Hal ini bertujuan agar
perusahaan dapat terus mempertahankan atau meningkatkan kepuasan
pelanggan dalam kondisi yang terus berubah.

2.4.3 Indikator Kepuasan Pelanggan


1. Tetap Loyal
2. Membeli produk yang baru ditawarkan
3. Merekomendasikan produk
4. Bersedia membayar lebih
5. Memberikan masukan

2.5 Penelitan Terdahulu


Penulis Judul Variabel Hasil

Sirhan Pengaruh kualitas kualitas pelayanan, Hasil penelitian


Fikri pelayanan terhadap kepuasan,kepuasan menunjukkan bahwa
(2016) kepuasan dan pelanggan,loyalitas kualitas pelayanan
loyalitas mahasiswa berpengaruh signifikan
(study pada terhadap kepuasan dan
mahasiswa kepuasan berpengaruh
Universitas merdeka signifikan terhadap
Malang) loyalitas.
22

Rizal Pengaruh Kualitas Kualitas Produk, Berdasarkan hasil


wahyu produk, harga, harga, fasilitas, penelitian menunjukan
Kusuma fasilitas dan emosional, bahwa variabel
(2015) emosional terhadap kepuasan kualitas produk, harga,
kepuasan pelanggan pelanggan fasilitas dan emosional
berpengaruh signifikan
terhadap kepuasan
pelanggan.

Febby Pengaruh kualitas kualitas produk Berdasarkan penelitian


Gita produk,kualitas didapat hasil variabel
kualitas
Cahyani pelayanan dan harga kualitas
pelayanan,harga
(2016) terhadap kepuasan produk,kualitas
konsumen kepuasan pelayanan,dan harga

konsumen berpengaruh signifikan


dan positif terhadap
kepuasan konsumen

Akbar Pengaruh harga, Harga, kualitas Berdasarkan penelitian


Dwi kualitas produk, dan produk, kualitas ini, diperoleh harga,
Yulianto kualitas layanan pelayanan . kualitas produk
(2017) terhadap kepuasan kepuasan berpengaruh positif
pelanggan Kentucky pelanggan signifikan terhadap
Fried Chiken (KFC) kepuasan pelanggan
Surabaya dan kualitas pelayanan
berpengaruh positif
tidak signifikan
terhadap kepuasan
pelanngan.
23

2.6 Kerangka Pikir


1.Bagaiman pengaruh kualitas
Terdapat keluhan 1. Kualitas Produk produk terhadap Kepuasan
konsumen di Klinik Kosumen pada Klinik
2. Kualitas Produk
Kecantikan Puspita Bandar
kecantikan Puspita 3. Kepuasan lampung
sebanyak 479 2.Bagaimana pengaruh
Konsumen
Kualitas Pelayanan terhadap
keluhan. Yang Kepuasan Kosumen pada
diindikasikan dari Klinik Kecantikan Puspita
Umpan Bandar lampung
pengalaman 3.Bagaimana pengaruh
balik Kualitas Produk dan
konsumen
Kualitas Pelayanan terhadap
melakukan Kepuasan Kosumen pada
perawatan di Klinik Klinik Kecantikan Puspita
Bandar lampung
kecantikan Puspita
terkait dengan

- Analisis Regresi
Berganda
- Uji F dan t

1. Kualitas produk berpengaruh terhadap Kepuasan Kosumen pada Klinik


Kecantikan Puspita Bandar lampung
2. Kualitas Layanan berpengaruh terhadap Kepuasan Kosumen pada Klinik
Kecantikan Puspita Bandar lampung
3. Kualitas produk dan Kualitas Layanan berpengaruh terhadap Kepuasan
Kosumen pada Klinik Kecantikan Puspita Bandar lampung
Gambar 2.1 Struktur Kerangka Pikir
24

2.6 Hipotesis
2.6.1 Pengaruh Kualitas produk terhadap kepuasan konsumen
Hubungan positif antara kualitas produk terhadap kepuasan konsumen telah
dibuktikan dengan adanya beberapa penelitian Febby Gita Cahyani (2016),
menurut Febby Gita Cahyani menyatakan bahwa merupakan kemampuan
suatu barang untuk memberikan nilai pada pelanggan yang paling unggul
dan sesuai atau bahkan melebihi dari apa yang diinginkan pelanggan.
Sirhan fikri dan Wahyu Wiyani (2016) mengemukakan pentingnya kualitas
produk untuk memenuhi kepuasan konsumen. Kualitas produk barang yang
diukur dalam tingkatan mutu keandalan,keistimewaan yang dapat
memenuhi ekspansi pelanggan. Dari beberapa pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa kualitas produk merupakan perpaduan antara sifat dan
karakteristik yang menentukan sejauh mana keluaran dapat memenuhi
prasyarat kebutuhan pelanggan atau menilai sampai seberapa jauh sifat dan
karakteristik itu memenuhi kebutuhannya. Berdasarkan definisi-definisi
diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas merupakan suatu produk
dan jasa yang melalui beberapa tahapan proses dengan memperhitungkan
nilai suatu produk dan jasa tanpa adanya kekurangan sedikitpun nilai suatu
produk dan jasa dan menghasilkan produk dan jasa sesuai harapan tinggi
dari pelanggan. Oleh karna itu perlu di uji apakah kualitas produk
memberikan pengaruh terhadap kepuasan konsumen. Dengan merumuskan
hipotensis sebagai berikut :

H1 : Kualitas produk memepengaruhi terhadap kepuasan konsumen

Alief Zubair (2017) hipotensis memuat pernyataan singkat yang


disimpulkan dari landasan teori, tinjauan pustaka dan tujuan penelitian
serta merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang dihadapi.
Oleh karena itu hipotensis merupakan pernyataan yang masih harus
25

dibuktikan kebenarannya secara empiris. Penelitian yang merumuskan


hipotensis adalah penelitian yang menggunakan pendekatan kuatitatif.

2.6.2 Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Konsumen


Kualitas pelayanan merupakan sebagai ukuran seberapa bagus tingkat
layanan yang diberikan mampu sesuai dengan ekspektasi pelanggan.
Kualitas pelayanan dapat diwujudkan melalui pemenuhan kebutuhan dan
keinginan pelanggan serta ketepatan penyampaiannya untuk mengimbangi
harapan pelanggan Tjiptono (2016, p.180). telah dibuktikan dengan adanya
beberapa penelitian Akbar Dwi Yulianto (2017) menurut Akbar Dwi
Yulianto menyatakan bahwa salah satu proses suatu produk untuk
meningkatkan kepuasan pelanggan dengan cara memenuhi kebutuhan
pelanggan. Alief Zubair (2015) mengemukakan upaya pemenuhan
kebutuhan dan keingginan pelanggan serta ketettapan penyampaiannya
untuk untuk mengimbangi harapan pelanggan. Dari beberapa pendapat
diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan merupakan perpaduan
antara sifat dan karakteristik yang menentukan sejauh mana keluaran dapat
memenuhi prasyarat kebutuhan pelanggan atau menilai sampai seberapa
jauh sifat dan karakteristik itu memenuhi kebutuhannya. Oleh karna itu
perlu di uji apakah kualitas produk memberikan pengaruh terhadap
kepuasan konsumen. Dengan merumuskan hipotensis sebagai berikut :

H2 Kualitas Pelayanan mempengaruhi terhadap kepuasan konsumen.


26

2.6.3 Pengaruh Kualitas Produk dan Kualitas Pelayanan Terhadap


Kepuasan Konsumen

Hubungan antara kulitas produk dan kualitas pelayanan terhadap kepuasan


konsumen telah banyak dilakukan, beberapa penelitian yaitu Bayu
Hadyanto (2017), Basrah Saidani (2012) menyatakan bahwa kualitas
produk dan kualitas pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kepuasan konsumen. Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut dapat
dikemukakan bahwa Kualitas produk dan Kualitas pelayanan kerjasama
memiliki korelasi yang erat. Oleh karna itu perlu di uji apakah kualitas
produk dan kualitas pelayanan memberikan pengaruh terhadap kepuasan
konsumen. Dengan merumuskan hipotensis sebagai berikut :

H3: Kualitas Produk dan Kualitas Pelayanan mempengaruhi


Terhadap Kepuasan Konsumen

Anda mungkin juga menyukai