Junal Biokimia Protein
Junal Biokimia Protein
Junal Biokimia Protein
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Maksud Percobaan
Tujuan Percobaan
Prinsip Percobaan
Pembagian tingkat organisasi struktur protein ada empat kelas yakni
struktur primer, struktur sekunder, dan struktur tersier. Sedangkan
klasifikasi protein dibagi berdasarkan sifat biologisnya, berdasarkan sifat
kelarutannya dan gugus prostetiknya (Katili, 2009).
Pada struktur primer ini ikatan antar asam amino hanya ikatan
peptida (ikatan kovalen). Struktur ini dapat digambarkan sebagai rumus
bangun yang biasa ditulis untuk senyawa organik. Pada ikatan ini tidak
terdapat ikatan atau kekuatan lain yang menghubungkan asam amino
dengan satu dan lainnya. Pada struktrur sekunder dimana rantai asam amino
bukan hanya dihubungkan oleh ikatan peptida tetapi juga diperkuat oleh
ikatan hidrogen. Karena ikatan peptida adalah planar maka dalam satu
molekul protein dapat berotasi hanya Ca-N dan Ca-C terhadap sumbu
(struktur primer), sehingga memungkinkan suatu protein yang disebut a-
heliks. Struktur tersier terbentuk karena terjadinya pelipatan (folding)
rantai a-heliks, konformasi b, maupun gulungan rambang suatu polipeptida,
membentuk protein globular, yang struktur tiga dimensinya lebih rumit
daripada protein serabut. Struktur kuartener terbentuk dari beberapa bentuk
tersier dan bisa terdiri dari promoter yang sama atau yang berlainan.
Agregasi dari banyak polipeptida dapat membentuk sebuah protein tunggal
yang fungsional (Patong, dkk., 2012).
Fungsi protein ditentukan oleh konformasinya, atau pola lipatan tiga
dimensinya, yang merupakan pola dari rantai polipeptida. Beberapa protein
seperti keratin rambut dan bulu, berupa serabut, dan tersusun membentuk
struktur linear atau struktur seperti lembaran dengan pola lipatan berulang
yang teratur. Protein lainnya, seperti kebanyakan enzim, terlipat membentuk
konformasi globular yang padat dan hampir menyerupai bentuk bola.
Konformasi akhir bergantung pada berbagai macam interaksi yang terjadi
(Kuchel dan Ralston, 2006).
· Uji koagulasi : perubahan bentuk yang ireversibel dari protein akibat dari
pengaruh pemanasan.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan protein
(glisin, asam aspartat, alanin, dan albumin), HgCl2 0,2 M, (CH3COO)2Pb 0,2
M, HCl 0,1 M, NaOH 0,1 M, etanol 95%, dan buffer pH 4,7.
Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, rak
tabung, pipet tetes, dan pipet skala.
Prosedur Kerja
Hasil
Larutan
No HgCl2 0,2 M (CH3COO)2Pb
contoh
Tidak
berekasi, Bening
Larutan
Tabung I Tabung II Tabung III
Contoh
· Tabung III : Larutan albumin telur + Buffer asetat pH 4,7 + Etanol 95%
Reaksi
· HgCl2 + Albumin
l
· HgCl2 + Glisin
· HgCl2 + Alanin
· (CH3COO)2Pb + Albumin
· (CH3COO)2Pb + Glisin
· (CH3COO)2Pb + Alanin
l
· HCl
· Buffer pH 4,7
Pembahasan
Kesimpulan
Saran
Untuk asisten biokim sudah cukup baik, dimana asisten maupun
praktikan sama-sama disiplin memakai baju lab di laboratorium, serta
sebelum melakukan praktikum diberikan penjelasan terkait hal yang akan di
percobakan.
DAFTAR PUSTAKA
Samadi, 2012, Konsep Ideal Protein (Asam Amino) Fokus pada Ternak Ayam
Pedaging (online),
(http://jurnal.unsyiah.ac.id/agripet/article/view/202), Jurnal Penelitian, Vol:
12 (2), Hal : 42-48, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.