Fiqih Janaiz
Fiqih Janaiz
Fiqih Janaiz
FIQIH JANAIZ
Disusun Oleh:
Ahmad Rifai
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini sampai
selesai.
Terimakasih penulis ucapkan kepada bapak pebimbing dan teman-teman yang telah
memotivasi dan membantu dalam pembuatan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah
ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima kritik
dan saran dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir dari penutupan,
saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya pada diri saya pribadi dan
umumnya bagi para pembaca. Aamiin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB II : PEMBAHASAN
A. Menjenguk Orang Sakit .......................................................................... 3
B. Sakaratul Maut ......................................................................................... 4
C. Ta’ziyah .................................................................................................. 5
D. Perawatan Jenazah ................................................................................... 6
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kematian merupakan suatu keniscayaan bagi umat manusia, “Setiap yang
bernyawa akan merasakan kematian” (Q.S. Ali ‘Imran [3]: 185). Kematian adalah misteri
yang hanya diketahui oleh Allah SWT, “Jiwa tidak mengetahui di bagian bumi mana ia
meninggal dunia” (Q.S. Luqman [31]: 34).
Manusia tidak bisa menghindari kematian, di manapun manusia bersembunyi,
kematian pasti akan menemukannya, “Di manapun kalian berada, niscaya kematian akan
menyusul kalian, meskipun kalian berada di benteng yang kokoh” (Q.S. al-Nisa’ [4]:
78). Oleh sebab itu, sia-sia saja jika manusia berusaha melarikan diri dari kematian,
“Katakanlah, tidak akan bermanfaat bagi kalian melarikan diri dari kematian” (Q.S. al-
Ahzab [33]: 16).
Kematian tidak akan datang lebih cepat maupun lebih lambat, kematian akan tiba
ketika memang sudah ajalnya, yakni masuk waktu yang ditetapkan oleh Allah SWT,
“Jiwa tidak akan mengalami kematian, kecuali atas izin Allah” (Q.S. Ali ‘Imran [3]:
145). Ketika itu, datanglah Malaikat Maut, “Katakanlah, yang mewafatkan kalian adalah
malaikat maut yang diwakilkan kepada kalian” (Q.S. al-Sajdah [32]: 11), kemudian
manusia akan merasakan sakaratul maut, sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat
Qaf [50]: 19
Tulisan ini membahas seluk beluk amalan khas Islam terkait kematian, mulai dari
menjenguk orang yang sakit, sakaratul maut, ta’ziyah dan perawatan jenazah yang
meliputi memandikan, mengafani, menshalati dan menguburkan
1
B. Peta Konsep
2
BAB II
PEMBAHASAN
ِش َفاءً الَ يُغَ ِاد ُر َس َق ًما، الَ ِش َفاءَ إِالَّ ِش َف ُاؤ َك،َّاِف
ِ ت الش ِ ا ْش،اس
ِ َب الْب ِ ِ ب الن َّ اللَّ ُه َّم َر
َ ْف َوأَن َ َّاس ُم ْذه
ُّ (رَواهُ الْبُ َخا ِر
)ي َ
Ya Allah, Tuhan manusia, Dzat yang menghilangkan penyakit. Mohon sembuhkanlah,
karena Engkau adalah Dzat Yang Maha Menyembuhkan. Tiada kesembuhan, kecuali
kesembuhan yang Engkau anugerahkan. Kesembuhan yang tidak lagi dihinggapi
sakit. (H.R. Bukhari)
1
HR Muslim
3
B. Sakaratul Maut
Berikut ini tanda-tanda sakaratul maut sebagaimana disarikan dari berbagai sumber:
1) Nafasnya cepat dan dangkal seperti orang yang tengah lari.
2) Suhu badan naik tiba-tiba dan denyut jantung lebih cepat, lalu suhu tubuh dingin
dikuti frekuensi denyut nadi yang menurun.
3) Merasa resah dan gelisah serta keringat bercucuran.
4) Tangan berwarna kebiru-biruan dan sekujur tubuh akan mendingin mulai dari ujung
kaki hingga ke seluruh tubuh.
5) Mulutnya mengeluarkan kata-kata (jika orang shalih, maka mengucapkan
kalimat thayyibah atau zikir; sebaliknya orang yang zalim akan mengucapkan kata-
kata kotor).
6) Hilangnya penginderaan dan gerakan secara berangsur-angsur dimulai dari ujung
kaki, tangan, dan ujung hidung yang terasa dingin.
7) Kulit tubuh nampak kebiru-biruan agak abu-abu atau pucat.
8) Tekanan darah menurun, otot rahang terlihat mengendur dan wajah terlihat penuh
kepasrahan.2
meminta minum.3
2
DR. Rosidin. MPd I. Fiqih Janaiz Perawatan jenazah. 2017
4
Jika seorang muslim meninggal dunia, maka seseorang dari mahramnya atau orang
yang sama jenis kelaminnya segera melakukan hal-hal berikut ini:
1) Memejamkan matanya dengan membaca:
2) Tangan disedekapkan.
3) Kedua rahang diikat dengan tali lebar.
4) Sendi-sendi yang kaku diluruskan dengan minyak atau air teh yang hangat.
5) Perut ditindih bantal (atau sesuatu yang agak berat) agar tidak membesar dan kotoran
bisa mudah keluar.
6) Mengganti pakaian dan menutupinya dengan kain panjang.
7) Diletakkan di balai-balai [tempat duduk atau tempat tidur yang terbuat dari bambu
atau kayu] atau dipan yang agak tinggi.
8) Menyegerakan perawatan jenazah.
9) Mengumumkan berita duka atas kematiannya.
10) Mengurusi hutang-hutangnya, termasuk membayarkan fidyah, zakat dan wasiatnya.
11) Setiap mengangkat dan memindahkan jenazah selalu membaca:
C. Ta’ziyah
Secara etimologi, ta’ziyah berasal dari akar kata ‘aza–ya‘zi, yang berarti menghibur
atau mendorong agar sabar. Sehubungan dengan meninggalnya seseorang, ta’ziyah berarti
mengunjungi keluarga yang tertimpa musibah kematian dengan tujuan menghibur dan
membesarkan hati agar bersabar.
3
DR. Rosidin. MPd I. Fiqih Janaiz Perawatan jenazah. 2017
5
Jadi, ta’ziyah adalah menghibur keluarga jenazah, membesarkan hati mereka agar
bersabar, menyarankan agar ridha terhadap qadha’-qadar Allah SWT, dan mendoakan
jenazah yang berstatus muslim.
Ta’ziyah hukumnya sunah dilakukan selama tiga hari sejak terjadinya musibah
kematian, baik sebelum jenazah dikuburkan maupun sesudahnya. Akan tetapi, yang lebih
utama ta’ziyah dilakukan sebelum jenazah dikuburkan. Jika lebih dari tiga hari, maka
hukum ta’ziyah makruh, kecuali bagi orang yang memang tinggalnya jauh dari rumah
duka. Demikian keterangan dalam Hadis Bukhari Muslim. Hal ini dimaksudkan agar
tidak menimbulkan perasaan sedih di hati keluarga jenazah.
Seseorang yang berta’ziyah kepada keluarga yang tertimpa musibah kematian
1) Menunjukkan sikap berbela sungkawa atas musibah yang menimpa, baik perilaku
maupun perkataan, seperti doa:
ِ
َ َِح ِس ْن عَُّزاءَ َك َو َغ َفَر ل َميِت
ك ْ َجَرَك َوأ
ْ أ َْعظَ َم هللاُ أ
Semoga Allah menganugerahkan pahala yang agung kepadamu; memberi
kebaikan atas dukamu; dan memberi ampunan kepada (anggota keluarga)-mu
yang meninggal dunia.
4
Pemdes Jatiluhur. Takziyah atau melayat.
6
َ ِِف الَّ ِذ ْي َس َق، صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم
ط َع ْن َ َِّب
ِ ٍ َّع ِن اب ِن عب
ُّ ِ قَ َال الن:اس َرض َي هللاُ َعْن ُه َما قَ َال َ ْ َ
.)ي َوُم ْسلِ ُم
ُّ (رَواهُ الْبُ َخا ِر ِ ٍ ِ ِ ِ ِِ ِ
َ . إ ْغسلُ ْوهُ ِبَاء َوس ْد ٍر:بَع ْْيه
Ibnu Abbas RA berkata: Nabi SAW bersabda perihal orang yang meninggal
dunia karena terjatuh dari untanya: “Mandikanlah dia dengan air dan daun
bidara”. (H.R. Bukhari–Muslim).
Sebelum memandikan jenazah, perlu dipahami ketentuan tentang orang yang berhak
memandikan jenazah.5
1. jika jenazahnya laki-laki, maka yang berhak memandikannya adalah anak laki-lakinya,
laki-laki lain, sementara itu wanita tidak diperbolehkan memandikannya, kecuali istri,
anak wanita atau mahramnya.
2. jenazah wanita harus dimandikan oleh anak wanita atau orang wanita lain, adapun laki-
laki yang boleh memandikannya adalah suami, anak laki-laki atau mahramnya.
3. untuk jenazah anak-anak, maka yang memandikannya boleh orang laki-laki atau wanita.
Apabila pada anggota badan jenazah terdapat cacat, maka orang yang memandikan harus
merahasiakan hal tersebut, demi menjaga nama baik keluarga jenazah
tersebut. Sebaliknya, apabila melihat hal-hal yang positif pada jenazah tersebut, maka
diperkenankan untuk menyebar-luaskan, sebagai motivasi bagi orang lain agar meniru
perilaku terpuji si jenazah.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa jenazah yang akan dimandikan harus
1) Jenazah itu orang muslim atau muslimah, bukan bayi yang mati dalam kandungan.
2) Anggota badannya masih ada, sekalipun sedikit atau sebagian.
3) Jenazah itu bukan mati syahid, karena orang mati syahid tidak wajib dimandikan.
Tata cara memandikan jenazah adalah:
1) Jenazah ditempatkan pada tempat yang terlindung dari sengatan matahari, hujan atau
pandangan orang banyak. Diletakkan pada tempat yang lebih tinggi, seperti balai-
balai atau dipan.
5
Cristaviani lintang. Detik hikmah.
6
Rheza Aditya G. Tata cara memandikan jenazah sesuai syariat islam. Bolacom.
7
2) Jenazah diberikan pakaian (pakaian basahan), seperti sarung atau kain supaya
memudahkan memandikannya, dan auratnya tetap tertutup, sementara orang yang
memandikan hendaknya memakai sarung tangan.
3) Air untuk memandikan jenazah hendaknya air dingin, kecuali dalam keadaan darurat,
misalnya di daerah yang sangat dingin atau karena sebab-sebab lain.
4) Setelah segala keperluan mandi telah disiapkan, maka langkah-langkah memandikan
Jenazah adalah sebagai berikut:
a. Kotoran dan najis yang melekat pada anggota badan jenazah dibersihkan sampai
hilangnya najisnya dan kotorannya;
b. Jenazah diangkat (agak didudukkan), perutnya diurut supaya kotoran yang
mungkin ada di perutnya keluar;
c. Kotoran yang ada pada kuku-kuku jari tangan dan kaki dibersihkan, termasuk
kotoran yang ada di mulut dan gigi.
d. Membaca niat memandikan jenazah:
e. Menyiram air ke seluruh badan sampai merata, dimulai dari ujung rambut terus ke
bawah sampai kaki, sambil berdoa berikut sebanyak tiga kali:
Tiada Tuhan selain Allah Yang Esa Yang tiada sekutu bagi-Nya. Segala puji
hanya bagi-Nya, Dia yang menghidupkan dan mematikan, dan Dia Maha Kuasa
atas segala sesuatu. Ya Allah, mohon Engkau jadikan aku dan dia (jenazah ini)
termasuk orang-orang yang bertaubat serta orang-orang yang suka bersuci.
i. Disunahkan untuk memandikan jenazah sebanyak 3 (tiga), 5 (lima) atau 7 (tujuh)
kali.
2. Mengafani Jenazah
Dalil mengafani jenazah antara lain:
ِ ِ ِ ٍ َّع ِن اب ِن عب
ات َوُه َو َ َصلَّى هللاُ َعلَْيه َو َسلَّ َم بَِر ُج ٍل َوق
َ صْتهُ َراحلَتُهُ فَ َم ُّ ِ أُِِتَ الن:اس َرض َي هللاُ َعنْهَ قَ َال
َ َِّب َ ْ َ
ِ ِ ِ
َ َكفنُوهُ ِف ثَ ْوبَْيه: فَ َق َال،ُُْم ِرٌم
)(رَواهُ اَبُ ْو َد ُاوَد
Ibnu ‘Abbas RA berkata: Seorang laki-laki yang sedang ihram meninggal dunia
karena jatuh dari binatang tunggangannya dan didatangkan ke hadapan Nabi SAW,
lalu beliau bersabda: “Kafanilah dia dalam kedua pakaian (ihram)nya” (H.R. Abu
Dawud).
Kain kafan diambil dari harta benda yang ditinggalkan jenazah. Jika jenazah tidak
meninggalkan harta benda, maka ditanggung oleh orang yang menanggung belanja
jenazah ketika masih hidup. Bila tidak ada juga, maka wajib bagi kaum muslimin dan
orang-orang yang mampu untuk mencukupi kain kafan bagi jenazah tersebut.
Kain kafan yang diutamakan berwarna putih. Bila tidak ada, maka warna apapun
diperbolehkan dan diberi kapur barus serta harum-haruman.
Niat mengafani jenazah:
Ya Allah, mohon Engkau jadikan pakaian (kafan) ini menjadi rahmat, cahaya,
pelindung dan penutup baginya; atas nama rahmat-Mu, wahai Dzat Yang Maha
Pengasih. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
Sebaiknya, laki-laki dikafani dengan 3 (tiga) helai kain putih, tanpa gamis dan
serban. Satu helai sebagai sarung, satu lagi menutupi badan dari leher hingga kaki,
dan yang terakhir menutupi seluruh tubuhnya. Sedangkan untuk jenazah wanita,
sebaiknya digunakan 5 (lima) helai; masing-masing untuk sarung, kerudung dan
gamis, ditambah dua helai untuk membalut seluruh tubuhnya. Pada dasarnya, semua
bahan yang boleh dipakainya sewaktu hidup, boleh dijadikan sebagai kafan dan
dipilih bahan yang terbaik.Berikut ini penjelasan terperinci tentang tata cara
mengafani jenazah sesuai jenis kelaminnya:
Mengafani Jenazah Laki-laki
10
1. Kain kafan untuk jenazah laki-laki berjumlah tiga lapis, dan tiap lapisan kain yang
telah terhampar, ditaburi wewangian.
2. Letakkan jenazah di atas kain kafan. Kedua tangannya diletakkan di atas dada, seperti
ketika sedang berdiri shalat, yakni dengan posisi tangan kanan di bawah tangan kiri.
3. Kain kafan lapisan pertama (yang langsung mengenai tubuh jenazah) dilingkupkan ke
tubuh jenazah, dimulai dari sebelah kiri, kemudian sebelah kanan. Kemudian
menyusul lapisan berikutnya. Jadi, mengkafaninya secara satu persatu, bukan
mengkafaninya secara langsung 3 (tiga) lapis sekaligus.
4. Ikatlah tubuh jenazah yang sudah terbungkus ketiga kain kafan itu dengan tali yang
diambilkan dari kain kafan tersebut (yakni sobekan kain kafan, sekedar cukup untuk
tali pengikat). Ikatan pertama di ujung kepala, ikatan kedua di tengah badan, ikatan
ketiga di tengah atau di arah lutut, dan ikatan keempat di ujung kaki. Semua ikatan
adalah ikatan sementara, karena sesudah dimasukkan ke liang lahad, ikatan-ikatan
7
Fauzan Tri Nugroho. Tata cara mengkafani jenazah laki laki dan perempuan sesuai syariah. Kemenag.
jakarta
11
a. Mula-mula dihamparkan dua lapis kain pembungkus (gambar 4 dan 5) yang sudah
ditaburi wewangian.
b. Kenakan sarung (gambar 1) ke tubuh jenazah, lalu baju kurung (gambar 2),
dilanjutkan kerudung (gambar 3).
c. Kain pembungkus yang dua lapis, dilingkupkan ke tubuh jenazah selapis demi
selapis. Kemudian diikat empat atau lima ikatan memakai tali dari sobekan kain kafan
3. Menshalati Jenazah
Dalil menshalati jenazah antara lain:
ٍ صلُّوا علَى مو ََت ُكم ِِبللَّي ِل والنَّها ِر أَربع تَ ْكبِْي:اَّللِ صلَّى هللا علَي ِه وسلَّم قَ َال
ات َّ َع ْن َجابِ ٍر أ
َ َ َْ َ َ ْ ْ ْ َ َ َ َ َ َ ْ َ ُ َ َّ ول َ َن َر ُس
)َاجهَ (رَواهُ ابْ ُن َم
َ .ًَس َواء
Jabir RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Shalatilah orang-orang
yang meninggal dunia di antara kalian [umat muslim] pada malam dan siang hari
dengan empat takbir” (H.R. Ibn Majah)
Orang yang paling berhak menyalatkan jenazah adalah ayahnya, lalu kakeknya,
para ashabah-nya secara berurutan, yaitu anak, cucu, saudara, anak saudara, paman dan anak
paman. Alasannya, karena merekalah yang paling berduka atas kematian itu. Apabila terdapat
dua orang atau lebih pada derajat yang sama, dahulukanlah yang tertua, atau yang lebih baik
bacaannya dan lebih faqih (ahli Fikih), karena dia lebih mulia dan shalatnya lebih sempurna.
8
Fauzan Tri Nugroho. Tata cara mengkafani jenazah laki laki dan perempuan sesuai syariah. Kemenag.
jakarta
12
Pada awalnya, usahakan barisan (shaf) disusun menjadi tiga baris. Setiap shaf paling
sedikit terdiri dari dua orang. Apabila jenazah laki-laki, maka posisi imam shalat berada lurus
dengan kepala jenazah. Apabila jenazah wanita, maka posisi imam shalat lurus dengan pusar
jenazah.
Setelah itu, shalat jenazah dimulai dengan seruan:
ِ ِلصالَةُ علَى الْمي
ت
“Mari (kita) menshalati mayat”
َ َ َّ َا
a. Niat menyengaja melakukan shalat jenazah, dengan empat takbir menghadap kiblat
karena Allah SWT.
َوَِب ِرْك، َو َعلَى ِآل إِبْ َر ِاهْي َم،ت َعلَى إِبْ َر ِاهْي َم
َ صلَّْي
ٍ ِ ٍ
َ َك َما، َو َعلَى آل ُُمَ َّمد،ص ِل َعلَى ُُمَ َّمدَ اللَّ ُه َّم
َ ْي إِن
َّك ِ ِِف، وعلَى ِآل إِب ر ِاهيم، َكما ِبرْكت علَى إِب ر ِاهيم، وعلَى ِآل ُُم َّم ٍد،علَى ُُم َّم ٍد
َ ْ العالَم
َ ْ َ ْ َْ َ َ َ ْ َْ َ َ َ َ َ َ ََ َ َ
ْحْي ٌد ََِمْي ٌد
َِ
Ya Allah, mohon Engkau limpahkan rahmat yang agung kepada (Nabi)
Muhammad (SAW) dan keluarga beliau, sebagaimana Engkau pernah
memberi rahmat yang agung kepada (Nabi) Ibrahim (AS) dan keluarga
beliau. Dan mohon Engkau limpahkan berkah kepada (Nabi) Muhammad
(SAW) dan keluarga beliau, sebagaimana Engkau pernah memberi berkah kepada
(Nabi) Ibrahim (AS) dan keluarga beliau. Di seluruh alam ini, sesungguhnya Engkau
Maha Terpuji dan Maha Mulia.
9
Nabila Sahma. Niat dan tata cara sholat jenazah yang benar. Jakarta. insertlive.
13
5. Takbir ketiga, lalu membaca doa:
ِ ِِ ِ
ُ َوأَ ْك ِرْم نُُزلَهُ ( َها) َوَوس ْع ُم ْد َخلَه.)ف َعْنهُ ( َها ُ اللَّ ُه َّم ا ْغف ْر لَهُ ( َلَا) َو ْارْحَْهُ ( َها) َو َعافه ( َها) َو ْاع
ضَ َب األبْي َ ت الثَّ ْو ْ َونَ ِق ِه ( َها) ِم َن.( َها) َوا ْغ ِس ْلهُ ( َها) ِِبلْ َم ِاء َوالثَّ ْل ِج َوالَََْبِد
َ اْلَطَ َاَي َك َما نَقَّْي
َوأَبْ ِدلْهُ ( َها) َد ًارا َخ ْ ًْيا ِم ْن َدا ِرهِ ( َها) َوأ َْهالً َخ ْ ًْيا ِم ْن أ َْهلِ ِه ( َها) َوَزْو ًجا َخ ْ ًْيا ِم ْن.س َّ ِم َن
ِ َالدن
ِ اب الْ َق َِْب أَو ِمن َع َذ
.اب النَّا ِر ِ َع ْذه ( ها) ِمن َع َذ ِ ْ ) وأ َْد ِخ ْله ( ها.)زوِج ِه ( ها
ْ ْ ْ َ ُ اْلَنَّةَ َوأ َ ُ َ َ َْ
Ya Allah, mohon ampunilah, rahmatilah, sejahterahkanlah dan dan maafkanlah dia.
Mohon Engkau muliakan tempatnya, Engkau luaskan kuburnya, Engkau mandikan
dengan air, salju dan embun. Mohon Engkau bersihkan dia dari segala dosa
sebagaimana Engkau bersihkan pakaian putihdari noda. Mohon Engkau berikan
pengganti bagi dia, rumah yang lebih baik dari rumahnya, keluarga yang lebih baik
daripada keluarganya, dan pasangan yang lebih baik daripada pasangannya. Mohon
Engkau masukkan dia ke dalam surga dan Engkau jauhkan dia dari adzab kubur dan
adzab neraka.
Jika jenazah laki-laki, semua berakhiran hu atau hi; jika jenazah laki-laki, maka
semua berakhiran ha. Jika jenazah anak-anak, maka doa di atas diganti sebagai berikut:
ِ ِ ِِ
.َجًرا ْ اللَّ ُه َّم
ْ اج َع ْلهُ ( َها) لَنَا َول َوال َديْه ( َها) َسلَ ًفا َوفَ َرطًا َوُد ْخًرا َوعظَةً َوأ
Ya Allah, mohon Engkau jadikan dia bagi kami dan bagi kedua orangtuanya, sebagai
jaminan, simpanan, penebus, nasihat serta pahala.
7. Mengucapkan salam sambil memalingkan muka ke kanan dan ke kiri. Lalu berdoa:
ت ِ ِ اللَّه َّم ِِب ِق الْ َف ِاَت ِة ْاعتِق ِرقَاب نَا وِرقَاب ه َذا الْمي.اللَّه َّم ص ِل علَى ُُم َّم ٍد وعلَى ِآل ُُم َّم ٍد
َ َ َ َ َ ْ َ َ ُ َ ََ َ َ َ ُ
ِ ِِ ت ِ ِ َّ اللَّ ُه َّم أَنْ ِزِل.×3 (ه ِذهِ الْ َميِتَ ِة) ِم َن النَّا ِر
ْ (هذه الْ َميِتَة) َو
اج َع ْل َ ِلى َه َذا الْ َمي
َ الر ْْحَةَ َوالْ َم ْغفَرَة َع َ
14
صلَّى هللاُ َعلَى ِ ِ ِ ِ ِْ ض
ِ ضةً ِم َن ِرََي
َ َو. َوالَ ََْت َع ْلهُ لَهُ ( َلَا) ُح ْفَرًة م َن ُح َف ِر الن ْ َْيان،اْلنَان َ (ها) َرْو َ ُقَْ ََبه
.ْي ِ ِ اْلم ُدِ هللِ ر ِ ْ خ ِْي خ ْل ِق ِه ُُم َّم ٍد وعلَى آلِِه وصحبِ ِه أ
َ ْ ب الْ َعالَم َ ْ َْ َو.ْي َ ْ َْجَع ََْ َ َ َ َ َْ
Ya Allah, mohon Engkau limpahkan rahmat yang agung kepada (Nabi) Muhammad
(SAW) dan keluarga beliau. Ya Allah, atas nama Surat al-Fatihah, mohon Engkau
bebaskan ‘leher’ kami dan leher jenazah ini dari neraka (dibaca 3 kali). Ya Allah,
mohon Engkau limpahkan rahmat dan ampunan kepada jenazah ini. Mohon Engkau
jadikan kuburnya sebagai taman surga, dan mohon jangan Engkau jadikan kuburnya
sebagai lubang neraka. Semoga Engkau limpahkan rahmat yang agung kepada
makhluk terbaik, (Nabi) Muhammad), keluarga beliau dan para Sahabat beliau
sekalian. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
4. Menguburkan Jenazah
Dalil menguburkan jenazah antara lain:
َِّ فَ ُقولُوا بِس ِم، إِذَا وضعتم مو ََت ُكم ِِف الْ َق َِب:َِّب صلَّى هللا علَي ِه وسلَّم قَ َال
اَّلل ْ ْ ْ ْ َ ْ ُْ َ َ َ ََ َْ ُ َ ِ َِع ِن ابْ ِن عُ َمَر َع ِن الن
.)َْحَ ُد
ْ (رَواهُ أ َِّ ول
ِ و َعلَى ِملَّ ِة رس
َ اَّلل َُ َ
Ibnu ‘Umar RA meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda: “Jika kalian meletakkan
jenazah-jenazah kalian di dalam kubur, maka ucapkanlah:‘Dengen menyebut nama
Allah dan agama Rasulullah” (H.R. Ahmad).
1) Dibuatkan liang kubur yang cukup dalam, sepanjang badan jenazah, dalamnya
setinggi orang berdiri ditambah setengah lengan (sekitar 2 meter), lebar kurang
lebih 1 (satu) meter. Di dasar lubang dibuat lebih miring lebih dalam ke arah kiblat.
Maksudnya agar tidak mudah dibongkar binatang buas dan tidak bau setelah jenazah
itu membusuk.
2) Bentuk lubang kubur disunatkan memakai lubang lahad [lubang yang digali di bawah
kubur sebelah kiblat, kira-kira muat untuk jenazah, kemudian ditutup dengan papan
atau bambu]. Jika tanahnya gembur dan mudah runtuh, lebih baik dibuatkan lubang
tengah [lubang kecil di tengah-tengah kubur kira-kira muat jenazah, disebut dengan
istilah syaq] kemudian ditutup dengan papan atau bambu, seterusnya dengan tanah.
3) Setelah jenazah diusung dan sampai kubur, maka masukkanlah ke dalam liang
lahad dengan miring ke kanan dan menghadap kiblat.
10
Universitas An Nur Lampung. Tata cara menguburkan jenazah. Artikel 2022
15
4) Cara memasukkan jenazah adalah terlebih dahulu memasukkan kepala jenazah dari
arah kaki makam (di Indonesia, arah selatan).
5) Tali-tali pengikat kain kafan dilepas semua, pipi kanan dan ujung kakiditempelkan ke
tanah.
6) Setelah itu, jenazah ditutup dengan papan, kayu, atau bambu yang disebut “dinding
ari” kemudian di atasnya ditimbun tanah sehingga lubang itu rata dan ditinggikan
seperlunya, kira-kira sejengkal. Para ulama tidak menyukai meninggikan kubur dari
permukaan tanah, kecuali sekedar sebagai tanda bahwa itu adalah kubur, agar tidak
diinjak atau diduduki.
7) Kemudian meletakkan pelepah yang masih basah atau menyiramnya dengan kembang
di atas kubur tersebut. Hal ini sesuai dengan perbuatan Rasulullah SAW pada saat
selesai menguburkan putra beliau, Ibrahim.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menjenguk orang sakit hukumnya sunah, bahkan merupakan salah satu hak seorang
muslim atas muslim lainnya. Setiap kematian selalu diawali oleh sakaratul maut yang
memiliki tanda-tanda khusus menurut medis maupun riwayat Hadis. Ta’ziyah merupakan
ungkapan belasungkawa kepada keluarga jenazah agar merasa terhibur dan bersabar atas
qadha-qadar Allah SWT. Memandikan jenazah oleh orang yang berhak, dengan
menggunakan air bersih, air bercampur sabun, daun bidara dan kapur barus (kamper).
Disunahkan memandikan tiga kali, lima kali atau tujuh kali. Mengafani jenazah laki-laki
disunahkan tiga lapis kain, sedangkan mengafani jenazah wanita disunahkan lima lapis kain.
Disunahkan menggunakan kain kafan berwarna putih.
Menshalati jenazah dimulai dengan niat, kemudian takbiratul ihram (takbir pertama),
lalu membaca Surat al-Fatihah; takbir kedua, lalu membaca shalawat; takbir ketiga, lalu
membaca doa khusus untuk jenazah; takbir keempat, lalu membaca doa untuk orang-orang
yang ditinggalkan jenazah; diakhiri salam.
Menguburkan jenazah di liang kubur yang panjangnya sepanjang badan jenazah,
dalamnya setinggi orang berdiri ditambah setengah lengan (sekitar 2 meter), lebarnya kurang
lebih 1 (satu) meter. Di dasar liang kubur dibuatkan liang lahad yang posisinya ke arah kiblat.
17