Analisis Tingkat Kenyamanan Termal Pengunjung Dan Pedagang Di Pasar Kota Lhokseumawe

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS TINGKAT KENYAMANAN TERMAL PENGUNJUNG DAN PEDAGANG DI PASAR

KOTA LHOKSEUMAWE

PERSPEKTIF : ARSITEKTUR TROPIS


Disusun oleh: Nama : Nurmalasari Tumangger NIM: 160160028 Jurusan : Program Studi Arsitektur,
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH, LHOKSEUMAWE 2019

ABSTRAK
Pasar Kota Lhokseumawe merupakan salah satu pasar tradisional di Kota Lhokseumawe. Aktifitas jual
beli di sana sangatlah intens, banyak faktor yang mempengaruhi aktifitas jual beli tersebut. Salah satunya
kenyamanan lingkungan sekitar pada saat terjadinya aktifitas jual beli merupakan faktor penting yang
dapat mempengaruhi hasil penjualan dan daya Tarik dari tempat tersebut. Tulisan ini menjelaskan tentang
kenyamanan termal sebagai bagian dari prinsip-prinsip kenyamanan dalam desain arsitektur. Tujuan
penelitian ini adalah mencari suhu nyaman. Menguji kondisi termal bagian luar gedung dan Mencari
perbedaan temperatur dan kelembaban anttara waktu siang, sore dan malam hari . Penelitian ini dilakukan
di bagian luar gedung Pasar Kota Lhokseumawe dengan mengukur temperatur udara (Ta), kelembaban
udara relatif (Rh), dan kecepatan udara (Va). Data pengukuran diambil selama tiga hari dengan waktu
yang berbeda yaitu hari pertama saat jam 14.00 – 15.30, hari kedua jam 20.00-21.00, dan hari ketiga jam
10.00-11.00. Data ini kemudian diolah dengan perhitungan uji test paired samples test. Berdasarkan hasil
pengukuran data diperoleh suhu efektif dari diagram suhu efektif dan kelembaban relatif dari diagram
psikometri. Hasil penelitian menunjukkan umumnya para pedangang dan pengunjug merasa tidak-puas
dengan kondisi kenyamanan yang ada (masih di luar zona kenyamanan stándar ASHRAE 55). Oleh
karena itu diperlukan tindakan dengan mengatur penghijauan yang baik.
Kata kunci: pasar dan kenyamanan termal
1. Pendahuluan
Pasar Kota Lhokseumawe merupakan salah satu pasar tradisional yang ada di Kota
Lhokseumawe. Pasar ini seperti pasar lainnya di Kota Lhokseumawe yang menjual berbagai kebutuhan
sehari-hari, mulai dari sembako, kelontongan, pakaian,dan lain sebagainya. Lokasinya di Jl. Perniagaan,
Kec. Banda Sakti, Kota Lhokseumawe, Aceh. Pasar yang telah berdiri sejak 1970 ini, salah satu pusat
pasar tradisional terbesar di Kota Lhokseumawe.
Pasar merupakan kawasan bagi masyarakat untuk melakukan transaksi ekonomi. Disana terjadi
berbagai transaksi yang melibatkan banyak pihak, baik pemerintah dan masyarakat. Pasar adalah salah
satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan sosial dan infrastruktur dimana usaha menjual
barang, jasa dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan imbalan uang. Satu Kegiatan yang berlangsung di
pasar adalah suatu kegiatan perekonomian yaitu barang dan jasa yang dijual menggunakan alat
pembayaran sah. Kenyamanan lingkungan sekitar pada saat terjadinya aktifitas jual beli merupakan faktor
penting yang dapat mempengaruhi hasil penjualan dan daya darik dari tempat tersebut.
Menurut Rilatupa (2008) , Kenyamanan adalah bagian dari salah satu sasaran karya arsitektur.
Kenyamanan terdiri atas kenyamanan psikis dan kenyamanan fisik. Kenyamanan psikis yaitu
kenyamanan kejiwaan (rasa aman, tenang, gembira, dll) yang terukur secara subyektif (kualitatif).
Sedangkan kenyamanan fisik dapat terukur secara obyektif (kuantitatif); yang meliputi kenyamanan
spasial, visual, auditorial dan termal. Kenyamanan termal merupakan salah satu unsur kenyamanan yang
sangat penting, karena menyangkut kondisi suhu ruangan yang nyaman.

2. Tinjauan Pustaka
Pengertian Kenyamanan Termal Kenyamanan termal merupakan salah satu unsur kenyamanan yang
sangat penting, karena menyangkut kondisi suhu ruangan yang nyaman. Seperti diketahui, manusia
merasakan panas atau dingin merupakan wujud dari sensor perasa pada kulit terhadap stimuli suhu di
sekitarnya. Sensor perasa berperan menyampaikan informasi rangsangan kepada otak, dimana otak akan
memberikan perintah kepada bagian-bagian tubuh tertentu agar melakukan antisipasi untuk
mempertahankan suhu sekitar 37ºC. Hal ini diperlukan organ tubuh agar dapat menjalankan fungsinya
secara baik. Dalam kaitannya dengan bangunan, kenyamanan di definisikan sebagai
suatukondisitertentuyang dapat memberikansensasi yang menyenangkan bagi pengguna bangunan.
Manusia dikatakan nyaman secara termal ketika ia tidak dapat meyatakan apakah ia menghendaki
perubahan suhu yang lebih panas atau lebih dingin dalam suatu ruangan.
Sementara itu, Standard Amerika (ASHRAE55-1992) mendefinisikan kenyamanan termal sebagai
perasaan dalam pikiran manusia yang mengekspresikan kepuasan terhadap lingkungan termalnya.Dalam
standar dini juga disyaratkan bahwa suatu kondisi dinyatakan nyaman apabila tidak kurang dari 90 persen
responden yang diukur menyatakan nyaman secara termal. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap
Kenyaman Termal Menurut teori kenyamanan termals yang hingga kini diberlakukan, dinyatakan bahwa
kondisi kenyamanan termal ditentukan oleh factor iklim dan factor individu atau faktor personal. Fator
iklim yang mempengaruhi terdiri dari: suhu udara, suhu radiasi rata-rata, kelembaban udara serta
kecepatan angin. Sementara factor individu yang turut menentukan keadaan suhu nyaman adalah laju
metabolism (atau jenis aktifitas) serta pakaian yangd ikenakan.
1. Faktor-faktor iklim yang berpengaruh terhadap kenyamanan termal
Menurut Hoppe (1988), memperlihatkan kadar sensitifitas setiap faktor iklim terhadap efek yang
diberikan terhadap kondisi nyaman (suhu) manusia. Hoppe melakukan pengukuran terhadap suhu
kulit, Tsk dari sampel pengukuranseorang pria berusia 35 tahun yang dalam posisi duduk dan
melakukan kerjaringan (laju metabolisme 60W), mengenakan pakian lengkap (jas, bajudan jaket)
dengan nilai tahan pakaian 1,0clo. Efekdari tiap- tiap faktor iklim dapat dilihat pada uraian di bawah
ini.
a. Suhu udara/suhu tabung kering (Dry Bulb Temperature, DBT)
Suhu udara merupakan factor yang paling berpengaruh terhadap kondisi nyaman (termal)
manusia. Lanju tHoppe (1988), memperihatkan bahwa suhu manusia (yang dijadikan sampel percobaan)
naik ketika suhu ruang (dimana manusia ini berada) dinaikkan hingga sekitar 21°C. Kenaikan lebih lanjut
pada suhu ruang tidak menyebabkan suhu kulit naik, namun menyebabkan kulit berkeringat.
b. Kelembaban Udararelative (Relative Humidity, RH)
Secara umum pengaruh kelembaban terhadap iklim ruang (dalam bangunan) tidaklah sebesar
pengaruh suhu udara (Ta), atau suhu radiasi rata–rata (Tmrt). Pada kondisi dimana Ta = Tmrt = 20°C dan
kecepatan angin, Va= 0.05 m/s, kenaikkan RH dari 30% hingga sekitar 75% hanya akan meningkatkan
suhu rata-rata kulit (Tsk), sebesar1°C. Pada kondisi nyata, manusia dari daerah beriklim kering
kemungkinan besar akan menderita apabila berkunjung ke daerah beriklim lembab.
c. Kecepatan Udara (Angin)
Pengaruh kecepatan angina padakenyamanan termal berbeda jika kita bandingkan dengan faktor-
faktor iklim lain yang sudah diuraikan diatas. Semakin besar nilai kecepatan angin(udara) akan
berpengaruh terhadap semakin rendahnya suhu kulit rata-rata (Tsk). Ketika kecepatan udara meningkat
dari 0,00 m/s menjadi 0,002 m/s,nilai Tsk akan turun sekitar2°C. Meskipun demikian,hal ini hanya
berlaku pada lingkungan dimana suhu udara berada dibawah suhu kulit. Jika suhu udara lebih tinggi
disbanding suhu kulit, efek dari aliran udara akan sama dengan faktor-faktor iklim yang lain, dimana
peningkatan kecepatan angina akan menaikkan suhu kulit. Baik standar ISO dan ASHRAE(1994),
merumuskan angka maksimum untuk kecepatan udara pada ruang kantor yakni sebesar 0.25 m/s untuk
kondisi musim panas. Angka ini diperkirakan dapat digunakanbagi kondisi iklim tropis basah seperti
halnya di Indonesia.
2. Faktor-faktor Individu yang berpengaruh terhadap Kenyamanan Termal
a. Jenis aktifitas/laju metabolism (MetabolicRate)
Jenis aktifitas berpengaruh pada laju metabolisme tubuh manusia. Laju metabolisme pada tubuh
manusia bervariasi tergantungdari jenisaktifitasyangdilakukannya. Laju metabolisme dinyatakan dalam
satuan‘met’(metabolicrate atau laju metabolisme), yang didefinisikan sebagai laju metabolisme tubuh
persatuan luas tubuh manusia dalam keadaan istirahat (duduk dan diam); 1 met setara dengan 50
kcal/h.m2 Penelitian Boothby yang dikutip oleh Mclntyre (1980), memperlihatkan bahwa basal
metabolism manusia menurun seiring dengan bertambahnya usia. Sebagai perbandingan, basal
metabolism laki-laki menurun dari 49W/m2 (pada usia 20 tahun) menjadi 44 W/m2 pada usia 40 dan
menurun lagi menjadi 41 W/m2 padausia 60 tahun. Sementara itu pada wanita laju metabolisme tersebut
turun dari 43 W/m2 pada usia20 tahun dan menjadi 41 W/m2 pada usia 40 tahun dan menurun lagi
menjadi 38W/m2 pada usia60 tahun.Dari sini juga terlihat bahwa laju metabolisme pria lebih tinggi
disbanding wanita pada usia yang sama.
b. Jenis/Tahanan Panas Pakaian (Clothing Insulation,clo)
Jenis pakaian yang dikenakan oleh seseorang akan berpengaruh pada pertukaran panas antara
tubuh dengan lingkungan di sekitarnya, sehingga akan menentukan tingkat kenyamanan dari orang yang
bersangkutan. Karena panas yang ditimbulkan tubuh harus dibuang ke lingkungan di sekitarnya dalam
rangka mempertahankan suhu tubuh agar tetap konstan pada sekitar 37°C, pakaian yang dikenakan oleh
seseorang akan menghambat pelepasan panas dari tubuh ke lingkungan di sekitarnya. Pada suhu udara
yang rendah (dingin), pakaian tebal diperlukan untuk menahan pelepasan panas dari tubuh ke udara
sekitarnya. Sebaliknya pada suhu udara tinggi (dimana suhu udara mendekati atau melebihi suhu kulit,
pakian tipis dan longgar akan diperlukan untuk mempermudah pelepasan panas tubuh ke udara di
sekitarnya. Dalam banyak hal, pakaian dapat mencerminkan keadaan iklim setempat. Di daerah yang
beriklim panas orang cenderung berpakaian tipis, sebaliknya di Negara yang beriklim dingin orang
cenderung berpakaian tebal. Pengukuran Tingkat Kenyamanan Termal Menurut Salah satu persoalan
yang perlu dipecahkan dalam ilmu kenyamanan termal adalah bagaimana ’kenyamanan’dapat diukur
secara kuantitatif. McIntyre (1980),menyatakan bahwa hamper tidak mungkin untuk memprediksi sensasi
termal secara akura meskipun kita mengandaikan bahwa seluruh informasi atau variabel yang
berpengaruh terhadap sensasi ini tersedia. Tujuan utama dari penelitian mengenai kenyamanan termal
(suhu) adalah untuk mengetahui suhu ruang yang paling optimal dari sekelompok orang yang tengah
melakukan kegiatan tertentu. Untuk dapat memahami secara kuantitatif, secaratermal manusia terhadap
stimuli yang diterimanya seperti halnya terhadap factor iklim (suhu udara,lembaban,dsb.), sensasi tersebut
harus dapat diekspresikan atau dinyatakan dalam angka atau skala. Penggunaan skala dalam menyatakan
sensasi termal telah dirintis sejak tahun 1927 oleh Yagloudi Amerika dan oleh Bedford tahun1936 di
Inggris. Skala yang paling banyak digunakan pada saat ini adalah skala yang berdasarkan
padatujuhangka, sebagai pengembangan dari skala yang mulanya digunakan oleh Bedford. Humphreys
dan Nicol (1994), juga melakukan modifikasi terhadap skala yang digunakan Bedford.

Tabel 1, memperlihatkan skala-skala yang paling popular digunakan dalam pengukuran sensasi
termal manusia, yangbanyak digunakan oleh peneliti kenyamanan termal. Skala Bedford Nilai
Humphreys & Nicol Nilai Skala ASHREA Nilai Much too warm Sangat panas 3 Much too warm Sangat
panas 7 Very Hot Panas Sekali +3 Too warm Terlalu panas 2 Too warm Terlalu panas 6 Warm panas +2
Comfortably warm Hangat nyaman 1 Comfortably warm Hangat nyaman 5 Slightly warm Hangat +1
Comfotable Nyaman 0 Neither cool nor warm Tidak dingin atau panas 4 Neutral Netral 0 Comfortbly
cool Dingin-nyaman -1 Comfortbly cool Dingin-nyaman 3 Slightly cool Sejuk -1 Too cool Terlalu dingin
-2 Too cool Terlalu dingin 2 Cool dingin -2 Much too cool Sangat dingin -3 Much too cool Sangat dingin
1 Very Cold Dingin Sekali -3 Tabel 1. SkalaPengukuran Sensasi Termal

3. Metode Penelitian
Penelitian dilakukan pada bagian luar gedung pasar KotaLhokseumawe. Subjek yang diambil dalam
penelitian ini adalah 15 pengunjung dan 20 pedagang pasar Kota Lhokseumawe, terdiri dari 23 pria dan
12 wanita, dengan system random (acak) untuk menjawab kuisioner yang akan dibagikan untuk
menentukan kenyamanan termal di Pasar Kota Lhokseumawe.
Metode penelitian ini meliputi :
- Penelitian di lakukan dalam 3 hari dan rentang waktu yang berbeda. Saat 14 april 2015 penelitian
dilakukan pada sore hari yaitu pukul 14.00-15.30 terhadap 35 responden. Kemudian pada 15 November
2019 penelitian dilakukan saat malam hari yaitu pukul 20.00-21.00 terhadap 10 responden. Lalu 16
November 2019 penelitian di lakukan pada tengah hari yaitu pukul 10.00 – 11.00 terhadap 20 responden.
- Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah survey langsung kelapangan, wanwancara responden
secara langsung dan membagikan kuesioner kepada reponden.
-Sifat penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yaitu metode yangdigunakan untuk meneliti pada
populasi atau sampel tertentu, mengidentifikasi suhu nyaman dan rentang nyaman di Pasar Kota
Lhokseumawe.
- Penelitian ini menggunakan thermometer untuk mendapatkan suhu udara sekitar, thermo- hygrometer
untuk mendapatkan kelembaban udara pada area penelitian dan anemometer untuk mendapatkan data
kecepatan udara.
- Data yang yang diperoleh kemudian akan dirata-ratakan untuk mendapatkan suhu efektif pada area
penelitian dengan menggunakan diagram suhu efektif.

4. Hasil Dan Pembahasan


Hasil Pengukuran Kenyamanan Termal-Parameter Iklim dalam Pengukuran
Dalam pengukuran di luar gedung Kota Lhokseumawe ini didapat suhu hasil pengukuran yaitu, maksimal
suhu pengukuran yang di dapat kan sebesar 38ºC, suhu minimal sebesar 28ºC, dan suhu rata- rata dari
hasil pengukuran sebesar 33,8ºC.
Responden Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 35 orang yang terdiri dari 23 pria ( 67,5
% ) dan 12 wanita ( 32,5% ), yang dipilih secara acak (random), dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa responden dominan adalah pria dengan presentase (67,5%). Dalam penelitian ini terdiri dari 18
orang responden ( 41% ) berusia diatas 40 tahun dan 47 orang responden ( 59%) berusia dibawah 40
tahun. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa responden dominan adalah responden yang berusia di
bawah 40 tahun dengan presentase (59%).
Tabel 2. Jumlah responde berdasarkan kecepatan udara
Tabel 3. Hasil pengukuran kecepatan udara
Tabel 4. Jumlah responden berdasarkan kelembaban udara relative
Tabel 5. Hasil pengukuran kelembaban udara relative
Keseluruhan responden memiliki berat badan maksimal 88 kg, minimal 45 kg,dan rata-rata 60.9
kg. Ketinggian badan keseluruhan responden maksimal 180cm, minimal 150 cm, dan rata-rata 164,1 cm.
Pengukuran dilakukan untuk mencari factor yang berpengaruh terhadap kenyamanan termal: suhu udara,
kecepatan udara, kelembaban udara di ruang tersebut, ketika peneliti melakukan pengukuran dalam waktu
yang sama responden juga dibagi kuisioner dan sebagian respoden yang lain di wawancara oleh rekan
peneliti untuk menentukan sensasi termal yang dirasakan oleh responden. Pengukuran dilakukan 10 kali
dengan jumlah responden 35 orang selama penelitian berlangsung, karena jumlah respondennya random
atau acak sehingga harus di dapat jumlah responden yang cukup. Hasil Pengukuran Sensasi Termal
Gambar Hasil Pengukuran Sensasi Termal menurut Ashrae Gambar Hasil Pengukuran Sensasi Termal
menurut bedford Data diatas memperlihatkan, secararata-rata, bahwa lebih banyak responden yang
merasakan “panas” dibandingkan merasakan “dingin”, dalam data ini menunjukan suhu di Pasar Kota
Lhokseumawe rata-rata diatas kenyamanan sensasi termal para pengunjung. Suhu Nyaman dan Rentang
Nyaman Penghitungan suhu netral dan batas suhu nyaman dilakukan dengan menggunakan regresi
(persamaan) linie rdari sensasi termal responden terhadap suhu. Semua regresi linier yang disajikan dalam
tulisan ini dihitung dengan menggunakan program MicrosoftExcel 2010, grafik regresi linier dibuat
dengan menggunakanprogram Scatterchart MicrosoftExcel 2013. Suhu netral (neutral temperature)
didefinisikan sebagai suhu dimana sensasi termal (comfortvote,Y) adalah 0 (nol), dan hubungan
(korelasi,r) antara suhu udara dengan kenyamanan termal responden. 0 4 3 26 15 23 9 0 10 20 30 -3 -2 -1
0 1 2 3 Thermal Vote (Ashrae) 0 1 4 29 24 11 11 0 10 20 30 40 -3 -2 -1 0 1 2 3 Thermal Vote (Bedford) y
= 0,1981x - 5,7125 R² = 0,1712 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 0 10 20 30 40 Thermal Vote (Ashrae) y = 0.1187x -
3.0933 R² = 0.0748 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 0 10 20 30 40 Thermal Vote (Bedford)

5. Kesimpulan Dan Saran Kesimpulan


Dari hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, maka peneliti mengambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1. Menurut hasil thermal vote Bedford Enam empat puluh enam responden (57.5% ) menyatakan
pilihan diatas sensasi netral (hangat, panas, panas sekali), sementara lima responden (6.25%)
menyatakan pilihan dibawah sensasi netral (sejuk, dingin, dingin sekali). Dua puluh Sembilan
responden(36,25%) lainnya menyatakan pilihan sensasi netral/nyaman.
2. Menurut hasil thermal vote Bedford Seluruh responden merasa nyaman pada suhu 26,1ºC.
3. Menuruthasil thermal vote Ashrae Enam empat puluh tujuh responden (58,75% ) menyatakan
pilihan diatas sensasi netral (hangat,panas,panassekali), sementara tujuh responden (8.75%)
menyatakan pilihan dibawah sensasi netral (sejuk,dingin,dinginsekali). Dua puluh enam
responden (32,5%) lainny amenyatakan pilihan sensasi netral/nyaman.
4. Menurut hasil thermal voteAshrae Seluruh responden merasa nyaman pada suhu 28,9ºC.
5. Seluruh responden merasa rentang suhu nyaman pada suhu 26,1ºC sampai 28,9ºC. Dan nilai
memiliki korelasi sebesar = 0274 (Bedford) danr=0,414 (Ashrae).
6. Suhu rata-rata di luar gedung Pasar Kota Lhokseumawe cenderung panas yaitu sebesar 33,8 ºC.
yang menyebabkan 47 (58,75% ) responden menyatakanpilihandiatas sensasi netral karena
seluruh respondenmerasanyamanpadasuhu 26,1 ºC (Bedford) dan . 28,9ºC (Ashrae).
Kecepatan angina rata rata di luar gedung Pasar Kota Lhokseumawe adalah 0,5825 m/s.
kelembaban rata rata daerah tersebut adalah 61,5%. Saran Untuk kepentingan pengabdian di
bidang arsitektu rdan kenyamanan termal, maka hasil dari penelitian dapat direkomendasikan.
Yaitu, menambah penghijauan di luar bangunan supaya udara makin sejuk dan memberikan
bayangan untuk melindungi kegiatan jual beli pada area luar bangunan Pasar Kota Lhokseumawe
dari sinar matahari langsung.
BEDFORD ASHRAE Temperature nyaman y =0 y=0.1187x -3,0933 3,0933 + 0 = 0.1187x
3,0933 = 0.1187x x = 3,0933 / 0.1187 x= 26,1°c y=0 y= 0,1981- 5,7125 5,7125+0 = 0,1981x
5,7125=0, 1981x x= 5,7125 / 0,1981 x=28,9°c Regresi R2= 0,0748 R= √ 0,0748 R= 0,274 R2=
0,1712 R= √ 0,1712 R=0,414
Tabel 6 memperlihatkan hasil perhitungan sensasi termal responden dan pengukuran suhu di luar
bangunan.bahwa suhu nyaman/netral, dimana keseluruhan responden merasa nyaman.
Berdasarkan Bedford dicapai pada angka 26.1ºC suhu udara ( Ta ). Sedangkan menurut ashrae
dicapai pada angka28,9 ºC.

6. Daftar Pustaka
Ansi/ashrae 55-1992, ashrae Standard Thermal Environmental Conditions for Human Occupancy,
ASHRAE, 1981, USA ASHRAE Handbook of Fundamental, Chapter 8: Physiological Principles,
Comfort, and Health, ASHRAE, USA. 1989.

Douglas, James.(2002), Building Adaptation, Butterworth-Heinemann, Edinburgh, UK. Fanger, P.O.,


Thermal ComfortAnalysis and Applications in Environmental Engineering,

Danish Technical Press, Copenhagen, 1970. Givoni,Man, Climate and architecture, 2nd ed., Applied
Science Publisher Ltd., London.1976.

Hidajat, Achsien.(2008), Aspek Iklim Dalam desain Bangunan Di Kawasan Konservasi Kota Jakarta,
ITENAS Bandung, Indonesia. Hoppe, P., Thermal Comfort: Analysis and Application in Environmental
Engineering, Danish Technical Press, Copenhagen. 1988.

Humphreys, MA, and Nicol, J.F., An Investigation Into Thermal Comfortof OfficeWorkers,Journal of the
Institution of Heating an Ventilation Engineers, vol. 38, pp. 181-189. 1970. ISO, International Standard
7730-1994, Moderate Thermal Environments-Determination of the PMV and PPD Indices and
Specification of the Conditions for Thermal Comfort, ISO, Geneva, 1994.

Anda mungkin juga menyukai