LP Empu Scabies
LP Empu Scabies
LP Empu Scabies
SCABIES
Oleh :
NIM: 2120041
2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan dan Askep keperawatan anak diruang empu tantular dengan
indikasi scabies, di RSUD Kanjuruhan Malang oleh:
Nim : 2120041
Malang,
Mengetahui,
(
(
A. Konsep Teori
1. Definisi Scabies
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh sarcoptes scabiei, hal ini
menyebabkan iritasi kulit. Parasit ini menggali parit parit di dalam epidermis
sehingga menimbulkan gatal gatal dan merusak kulit penderita (Soedarto 1992
dalam Loetfia 2019:37)
Merupakan penyakit infeksi parasit pada kulit yang disebabkan oleh masuknya
organisme dan adanya sensitisasi sarcoptes scabei var homonis ternasuk ordo
acariformes, family sarcoptidae, Genus sarcoptes (Handoko, dalam Maulina
2016:18). Terjadinya penyakit ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain faktor sicial ekonomi rendah, kontak dengan penderita baik langsung maupun
tidak langsung maupun kebiasaan hygenis buruk. Penyakit ini dapat menyerang
manusia secara berkelomok, apabila ada salah satu dari anggota keluarga terkena
Scabies, maka seluruh anggota keluarga kebiasaanya juga akan terkena infeksi.
Sarcoptes scabei tersebut memasuki kulit stratum korneum,membentuk kanalikuli
atau terowongan lurus atau berkelok sepanjang 0,6sampai 1,2 centimeter.
(Djuanda, dan akmal, 2019:30- 31)
Scabies adalah penyakit kulit yang mudah menular dan ditimbulkan oleh
investasi kutu sarcoptes scabei membuat terowongan pada stratum korneum kulit,
terutama pada tempat predileksi (Wahidayat,1998 dalam Loetfia 2018:27)
Sarcoptes scabei adalah parasit yang termasuk dalam filum artropoda
(serangga). Secara morfolik, merupakan tungau kecil, berbentuk oval,
punggungnya cembung, dan perutnya rata. Berdasarkan beberapa definisi di atas
dapat disimpulkan bahwa Scabies adalah penyakit kulit diakibatkan oleh kuman
sarcoptes scabei var hominis utamanya dirasakan pada malam hari dengan rasa
gatal hebat di tangan, kelamin, dan beberapa lipatan kulit ditubuh.
2. Etiologi
Etiologi Scabies disebabkan oleh tungau sarcoptes scabei. Infrestasi
tungau ini mudah menyebar ini mudah menyebar dari orang ke orang melalui
kontak fisik dan sering menyerang seluruh penghuni dalam satu rumah tungau ini
ukurannya cukup besar sehingga dapat dilihat dengan mata telanjang dan sering
menular diantara orang orang yang tidur bersama.
Kadang tungau ditularkan melalui pakaian, sprei dan benda-benda lainnya
yang digunakan secara bersama-sama, masa hidupnya sangat sebentar dan
pencucian biasa bisa menghilangkan tungau ini. Tungau betina membuat
terowongan dibawah lapisan kulit paling atas dan menimpa telurnya dalam
lubang. Beberapa hari kemudian akan menetas tungau muda (larva), infeksi
menyebabkan gatal-gatal hebat, kemungkinan merupakan suatu reaksi terhadap
tungau. ( Susanto Clevere, 2018:37)
Tempat yang paling disukai oleh kutu betina adalah bagian kulit yang tipis
dan lembab, yaitu daerah sekitar sela jari tangan, siku, pergelangan tangan, bahu
dan daerah kemaluan. Pada bayi yang memeliki kulit serba tipis, telapak tangan,
kaki, muka dan kulit kepala sering diserang kutu tersebut (Republika on-line, 26-
12-2018).
4. Klasifikasi
1. Scabies Norwegia ( Scabies berkrusta)
Bentuk Scabies ini ditandai dengan dermatotis berkrusta pada tangan dan
kaki, kuku yang distrofik, serta skuama generalisata. Bentuk ini sangat menular,
tetapi rasa gatalnya sangat sedikit. Tungau dapat ditemukan dalam jumlah yang
sangat banyak. Penyakit terdapat pada pasien dengan retardasi mental, kelemahan
fisis, gangguan imunologik dan psikosis.
2. Scabies nodular Scabies
Dapat berbentuk nodular bila lama tidak mendapat terapi , sering terjadi
pada bayi dan anak, atau pada pasien dengan imunokompremais. (Linuwih sri,
2017:9)
5. Patofisiologi
Kutu Scabies dapat menyebabkan gejala transien pada manusia, tetapi
mereka bukan penyebab infestasi persisten. Cara penularan paling efisien adalah
melalui kontak langsung dan lama dengan seorang individu terinfeksi. Kutu
Scabies dapat bertahan hingga tiga hari pada kulit manusia sehingga media
seperti tempat tidur atau pakaian merupakan sumber alternatif untuk terjadinya
suatu penularan.
Siklus hidup dari kutu berlangsung 30 hari dan dihabiskan dalam
epidermis manusia. Setelah melakukan kopulasi, kutu jantan akan mati dan kutu
betina akan membuat liang ke dalam lapisan kulit dan meletakkan total 60-90
telur. Telur menetas membutuhkan 10 hari untuk menjadi larva dan kutu dewasa.
Kurang dari 10% dari telur dapat menghasilkan kutu dewasa.
Kutu Scabies kemudian bergerak melalui lapisan atas kulit dengan
mengeluarkan protease yang mendegrasi stratum korneum. Scybala (kotoran)
yang tertinggal saat mereka melakukan perjalanan melalui epidermis,
menciptakan kondisi klinis lesi yang diakui sebagai liang.
Populasi pasien tertentu dapat rentan terhadap penyakit Scabies,
termasuk pasien dengan gangguan immunodefisiensi primer dan penurunan
respons imun sekunder terhadap terapi obat, dan gizi buruk. Kondisi lainnya
adalah gangguan motorik akibat kerusakan saraf yang menyebabkan
ketidakmampuan untuk menggaruk dalam menanggapi pruritus sehingga
menonaktifkan utilitas menggaruk untuk menghilangkan kutu pada epidermis
dan menghancurkan liang yang dibuat oleh kutu betina. (Arif Muttaqin, Kumala
Sari, 2013:18-19)
6. Klasifikasi
1. Salep yang mengandung asam salisilat dan sulfur selama 3-4 hari, kemudian
dapat diulang setelah satu minggu.
2. Salep yang mengandung Benzoas benzilicus selama 3 malam kemudian dapat
diulangi setelali satu minggu
3. Salep yang mengandung Gamma benzene hexachlorida selama 1 malam,
kemudian dapat diulangi setelah satu minggu.
4. Malathiom 0,5% dalam basis air berfungsi sebagai skabisid dioleskan pada
kulit dalam 24 jam. Aplikasi kedua bisa diulang beberapa hari kemudian.
5. Krim permethrin 5% (terbaik, dapat untuk semua umur dan wanita hamil).
Dioleskan pada seluruh tubuh dari leher kebawah dan dicuci setelah 8-14 jam,
merupakan obat paling efektif bila terjadi kegagalan pengobatan dengan
Gamma Benzene Hexachloride 1%
6. Semua baju dan alat alat tidur dicuci dengan air panas serta mandi dengan
sabun
7. Semua anggota keluarga atau orang seisi rumah berkontak dengan penderita
harus diperiksa dan bila juga menderita Scabies juga diobati bersamaan agar
tidak terjadi penularan kembali.
8. Keluhan gatal dapat diberi antihistamin dengan setengah dosis biasanya.
Infeksi sekunder dapat diberi antibiotika.
7. Komplikasi
Terdapat beberapa komplikasi yang dapat timbul menurut Puspasari
(2018,p.68) yaitu:
1. Urtikaria
2. Infeksi Sekunder
3. Folikulitis
4. Furunkel
5. Infiltrat
6. Eksema infantum .
7. Pioderma
8. Impetigo
8. Pemeriksaan Penunjang
Tungau biasanya dapat ditemukan pada ujung terowongan, namun
pemeriksaan ini memerlukan keterampilan dan latihan. Kerokan kulit darilesi
berupa papul atau terowongan, bermanfaat untuk menegakkandiagnosis skabies.
Pada skabies klasik, sering tidak dijumpai tungau karenassedikitnya jumlah
tungau.
Pemeriksaan lain yaitu burrow in test, dengan cara mengoleskan tinta
ataugentian violet ke permukaan kulit yang terdapat lesi tinta akan
terabsorbsidan kemudian akan terlihat terowongan. Selain itu, dapat digunakan
tetraskin topikal dan dengan bantuan lampu wood terowongan akan
tampaksebagai garis lurus berwarna kuning kehijauan.
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan :
1. Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20 % dalam bentuk salep atau krim.
Pada bayi dan orang dewasa sulfur presipitatum 5% dalam minyak sangat
aman efektif.Kekurangannya ialah pemakaian tidak boleh kurang dari tiga
hari karena tidakefektif terhadap stadium telur, berbau, mengotori pakaian,
dan dapat menimbulkaniritasi.
2. Emulsi benzil-benzoat 20-25 % efektif terhadap semua stadium, diberikan
setiapmalam selama 3 hari. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi,
dan kadang-kadang semakin gatal setelah dipakai.
3. Gama benzena heksaklorida (gameksan=gammexane) 1 % dalam bentuk
krim ataulosio tidak berbau dan tidak berwarna, termasuk obat pilihan
karena efektif terhadapsemua stdium, mudah digunakan, dan jarang
memberi iritasi. Pemberiannya hanyacukupt sekali setiap 8 jam. Jika masih
ada gejala ulangi seminggu kemudian.Pengguanaan yang berlebihan dapat
menimbulkan efek pada sistem saraf pusat.Pada bayi dan anak-anak jika
digunakan berlebihan , dapat menimbulkanneurotoksisitas. Obat ini tidak
aman digunaka untuk ibu menyusui dan wanitahamil.
4. Benzilbenzoat (krotamiton) Tersedia 10 % dan 25% dalam krim atau
losiomempunyai dua efek sebagai antiskabies dan antigatal. Harus
dijauhkan dari mata,mulut, dan uretra. Krim (eurax) hanya efektif pada 50-
60 % pasien. Digunakanselama 2 malam beruturut-turut dan dibersihkan
setelah 24 jam pemakaian terakhir,kemudian digunakan lagi 1 minggu
kemudian. Obat ini disapukan ke badan darileher ke bawah. Penggunaan
berlebihan dapat menyebabkan iritasi. Bila digunakanuntuk bayi dan anak-
anak harus di tambahkan air 2-3 bagian.
5. Permethrin. Dalam bentuk krim 5 % sebagai dosis tunggal. Pengguanaanya
selama8-12 jam dan kemudian dicuci bersih-bersih. Merupakan obat yang
paling efektifdan aman karena sangat mematikan untuk parasit S. Scabiei
dan memiliki toksisitasrendah pada manusia. Pengobatan pada skabies
krustosa sama dengan skabiesklasik, hanya perlu ditambahkan salep
keratolitik. Skabies subungual susah diobati.Bila didapatkan infeksi
sekunder perlu diberikan antibiotik sistemik.
10. Pathway
Membentuk kunikulus
Tangan mengeluarkan
cairan
Gangguan
Resiko infeksi integritas kulit
B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat
mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan
keperawatan pasien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Effendy,
1995;Dermawan, 2012).
Kriteria hasil 1 2 3 4 5
Suhu Kulit
Tekstur
Keterangan : K.H kerusakan lapisan kulit, suhu kulit, tekstur
1 : Meningkat
2 : Cukup meningkat
3 : Sedang
4 : Cukup Menurun
5 : Menurun
Intervensi Keperawatan
Definisi :
Tindakan :
Observasi
Edukasi
Keterangan K.H keluhan sulit tidur, keluhan tidak puas tidur, keluhan
istirahat tidak cukup :
1: Menurun
2: Cukup Menurun
3: Sedang
4: Cukup Meningkat
5: Meningkat
Intervensi keperawatan
Dukungan Tidur
Definisi :
Tindakan
Observasi :
Terapeutik :
Edukasi :
Kriteria Hasil 1 2 3 4 5
Demam
Kemerahan
Bengkak
Vesikel
1: Meningkat
2: Cukup Meningkat
3: Sedang
4: Cukup Menurun
5: Menurun
Intervensi Keperawatan
Pencehan Infeksi
Definisi :
Tindakan
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Anwar, Anis I, Zakiani S, dan Harfiah. 2014. Penyakit Skabies. Dua Satu
Press,Universitas Hasanuddin Makassar