LP Empu Scabies

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

SCABIES

DI RUANG EMPU TANTULAR

RSUD KANJURUHAN MALANG

Oleh :

SILVA YUSTIA PUTRI

NIM: 2120041

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN

2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Askep keperawatan anak diruang empu tantular dengan
indikasi scabies, di RSUD Kanjuruhan Malang oleh:

Nama : SILVA YUSTIA PUTRI

Nim : 2120041

Prodi : Sarjana Keperawatan

Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas praktik Keperawatan


Anak, yang dilaksanakan pada tanggal 26 Juli 2023, yang telah disetujui dan
disahkan pada:

Malang,

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Pembimbing RS

(
(
A. Konsep Teori
1. Definisi Scabies
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh sarcoptes scabiei, hal ini
menyebabkan iritasi kulit. Parasit ini menggali parit parit di dalam epidermis
sehingga menimbulkan gatal gatal dan merusak kulit penderita (Soedarto 1992
dalam Loetfia 2019:37)
Merupakan penyakit infeksi parasit pada kulit yang disebabkan oleh masuknya
organisme dan adanya sensitisasi sarcoptes scabei var homonis ternasuk ordo
acariformes, family sarcoptidae, Genus sarcoptes (Handoko, dalam Maulina
2016:18). Terjadinya penyakit ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain faktor sicial ekonomi rendah, kontak dengan penderita baik langsung maupun
tidak langsung maupun kebiasaan hygenis buruk. Penyakit ini dapat menyerang
manusia secara berkelomok, apabila ada salah satu dari anggota keluarga terkena
Scabies, maka seluruh anggota keluarga kebiasaanya juga akan terkena infeksi.
Sarcoptes scabei tersebut memasuki kulit stratum korneum,membentuk kanalikuli
atau terowongan lurus atau berkelok sepanjang 0,6sampai 1,2 centimeter.
(Djuanda, dan akmal, 2019:30- 31)
Scabies adalah penyakit kulit yang mudah menular dan ditimbulkan oleh
investasi kutu sarcoptes scabei membuat terowongan pada stratum korneum kulit,
terutama pada tempat predileksi (Wahidayat,1998 dalam Loetfia 2018:27)
Sarcoptes scabei adalah parasit yang termasuk dalam filum artropoda
(serangga). Secara morfolik, merupakan tungau kecil, berbentuk oval,
punggungnya cembung, dan perutnya rata. Berdasarkan beberapa definisi di atas
dapat disimpulkan bahwa Scabies adalah penyakit kulit diakibatkan oleh kuman
sarcoptes scabei var hominis utamanya dirasakan pada malam hari dengan rasa
gatal hebat di tangan, kelamin, dan beberapa lipatan kulit ditubuh.

2. Etiologi
Etiologi Scabies disebabkan oleh tungau sarcoptes scabei. Infrestasi
tungau ini mudah menyebar ini mudah menyebar dari orang ke orang melalui
kontak fisik dan sering menyerang seluruh penghuni dalam satu rumah tungau ini
ukurannya cukup besar sehingga dapat dilihat dengan mata telanjang dan sering
menular diantara orang orang yang tidur bersama.
Kadang tungau ditularkan melalui pakaian, sprei dan benda-benda lainnya
yang digunakan secara bersama-sama, masa hidupnya sangat sebentar dan
pencucian biasa bisa menghilangkan tungau ini. Tungau betina membuat
terowongan dibawah lapisan kulit paling atas dan menimpa telurnya dalam
lubang. Beberapa hari kemudian akan menetas tungau muda (larva), infeksi
menyebabkan gatal-gatal hebat, kemungkinan merupakan suatu reaksi terhadap
tungau. ( Susanto Clevere, 2018:37)

3. Tanda dan Gejala


Tanda dan Gejala Dapat ditemukan tanda-tanda kardinal sebagai berikut:
a. Preuritus nokturna
Gatal pada malam hari yang disebabkan oleh aktivitas tungau lebih tinggi pada
suhu lembab dan panas.
b. Penyakit ini menyerang sekelompok manusia,
misalnya dalam sebuah keluarga, sehingga seluruh keluarga terkena
infeksi, di asrama, atau pondokan. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang
padat penduduknya, sebagian besar tetangga berdekatan akan diserang oleh tungau
tersebut. Walaupun seluruh anggota keluarga mengalami investasi tungau, namun
tidak memberikan gejala. Hal ini dikenal sebagai hiposensititasi. Penderita bersifat
sebagai pembawa (carrier)
c. Adanya terowongan (kunikulus)
Pada tempat tempat predileksi berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk
garis lurus atau berkelok kelok, rata rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan
ditemukan papul atau vasikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulit menjadi
polimorf (putsul, ekskoriasi, dan lain-lain). Namun, kunikulus biasanya sukar
terlihat, karena sangat gatal pasien selalu menggaruk, kulikulus dapat rusak
karenanya. Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat predileksinya
biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum tipis, yaitu sela sela jari
tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian
depan, areola mamae, umbikulus bokong, genetalia eksterna, dan perut bagian
belakang. Pada bayi, dapat menyerang telapak tangan, telapak kaki, wajah dan
kepala.
d. Menemukan tungau
Merupakan hal paling menunjang diagnosis. Dapat ditemukan satu atau
lebih stadium hidup tungau. Selain tungau dapat ditemukan telur dan kotoran
(skibala) ( Linuwih Sri, 2017:7) Untuk gejala, ciri khas dari Scabies adalah gatal
gatal hebat, biasanya semakin memburuk pada malam hari. Lubang tungau tampak
sebagai garis bergelombang dengan panjang sampai 2,5 cm, kadang pada ujungnya
terdapat bruntus kecil. Lubang/trowongan tungau atau gatal-gatal sering
ditemukan dan dirasakan di sela-sela jari, pergelangan tangan, dan seperti yang
disebutkan diatas. Infeksi jarang mengenai wajah, kecuali pada anakanak dimana
lesinya muncul sebagai lepuhan berisi air. Lama-lama terowongan ini sulit untuk
dilihat karena tertutup oleh peradangan terjadi akibat pengarukan (susanto clevere,
2013:38)
e. Kebiasaan Hidup

Tempat yang paling disukai oleh kutu betina adalah bagian kulit yang tipis
dan lembab, yaitu daerah sekitar sela jari tangan, siku, pergelangan tangan, bahu
dan daerah kemaluan. Pada bayi yang memeliki kulit serba tipis, telapak tangan,
kaki, muka dan kulit kepala sering diserang kutu tersebut (Republika on-line, 26-
12-2018).

4. Klasifikasi
1. Scabies Norwegia ( Scabies berkrusta)
Bentuk Scabies ini ditandai dengan dermatotis berkrusta pada tangan dan
kaki, kuku yang distrofik, serta skuama generalisata. Bentuk ini sangat menular,
tetapi rasa gatalnya sangat sedikit. Tungau dapat ditemukan dalam jumlah yang
sangat banyak. Penyakit terdapat pada pasien dengan retardasi mental, kelemahan
fisis, gangguan imunologik dan psikosis.
2. Scabies nodular Scabies
Dapat berbentuk nodular bila lama tidak mendapat terapi , sering terjadi
pada bayi dan anak, atau pada pasien dengan imunokompremais. (Linuwih sri,
2017:9)

5. Patofisiologi
Kutu Scabies dapat menyebabkan gejala transien pada manusia, tetapi
mereka bukan penyebab infestasi persisten. Cara penularan paling efisien adalah
melalui kontak langsung dan lama dengan seorang individu terinfeksi. Kutu
Scabies dapat bertahan hingga tiga hari pada kulit manusia sehingga media
seperti tempat tidur atau pakaian merupakan sumber alternatif untuk terjadinya
suatu penularan.
Siklus hidup dari kutu berlangsung 30 hari dan dihabiskan dalam
epidermis manusia. Setelah melakukan kopulasi, kutu jantan akan mati dan kutu
betina akan membuat liang ke dalam lapisan kulit dan meletakkan total 60-90
telur. Telur menetas membutuhkan 10 hari untuk menjadi larva dan kutu dewasa.
Kurang dari 10% dari telur dapat menghasilkan kutu dewasa.
Kutu Scabies kemudian bergerak melalui lapisan atas kulit dengan
mengeluarkan protease yang mendegrasi stratum korneum. Scybala (kotoran)
yang tertinggal saat mereka melakukan perjalanan melalui epidermis,
menciptakan kondisi klinis lesi yang diakui sebagai liang.
Populasi pasien tertentu dapat rentan terhadap penyakit Scabies,
termasuk pasien dengan gangguan immunodefisiensi primer dan penurunan
respons imun sekunder terhadap terapi obat, dan gizi buruk. Kondisi lainnya
adalah gangguan motorik akibat kerusakan saraf yang menyebabkan
ketidakmampuan untuk menggaruk dalam menanggapi pruritus sehingga
menonaktifkan utilitas menggaruk untuk menghilangkan kutu pada epidermis
dan menghancurkan liang yang dibuat oleh kutu betina. (Arif Muttaqin, Kumala
Sari, 2013:18-19)
6. Klasifikasi
1. Salep yang mengandung asam salisilat dan sulfur selama 3-4 hari, kemudian
dapat diulang setelah satu minggu.
2. Salep yang mengandung Benzoas benzilicus selama 3 malam kemudian dapat
diulangi setelali satu minggu
3. Salep yang mengandung Gamma benzene hexachlorida selama 1 malam,
kemudian dapat diulangi setelah satu minggu.
4. Malathiom 0,5% dalam basis air berfungsi sebagai skabisid dioleskan pada
kulit dalam 24 jam. Aplikasi kedua bisa diulang beberapa hari kemudian.
5. Krim permethrin 5% (terbaik, dapat untuk semua umur dan wanita hamil).
Dioleskan pada seluruh tubuh dari leher kebawah dan dicuci setelah 8-14 jam,
merupakan obat paling efektif bila terjadi kegagalan pengobatan dengan
Gamma Benzene Hexachloride 1%
6. Semua baju dan alat alat tidur dicuci dengan air panas serta mandi dengan
sabun
7. Semua anggota keluarga atau orang seisi rumah berkontak dengan penderita
harus diperiksa dan bila juga menderita Scabies juga diobati bersamaan agar
tidak terjadi penularan kembali.
8. Keluhan gatal dapat diberi antihistamin dengan setengah dosis biasanya.
Infeksi sekunder dapat diberi antibiotika.

7. Komplikasi
Terdapat beberapa komplikasi yang dapat timbul menurut Puspasari
(2018,p.68) yaitu:
1. Urtikaria
2. Infeksi Sekunder
3. Folikulitis
4. Furunkel
5. Infiltrat
6. Eksema infantum .
7. Pioderma
8. Impetigo
8. Pemeriksaan Penunjang
Tungau biasanya dapat ditemukan pada ujung terowongan, namun
pemeriksaan ini memerlukan keterampilan dan latihan. Kerokan kulit darilesi
berupa papul atau terowongan, bermanfaat untuk menegakkandiagnosis skabies.
Pada skabies klasik, sering tidak dijumpai tungau karenassedikitnya jumlah
tungau.
Pemeriksaan lain yaitu burrow in test, dengan cara mengoleskan tinta
ataugentian violet ke permukaan kulit yang terdapat lesi tinta akan
terabsorbsidan kemudian akan terlihat terowongan. Selain itu, dapat digunakan
tetraskin topikal dan dengan bantuan lampu wood terowongan akan
tampaksebagai garis lurus berwarna kuning kehijauan.

9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan :

1. Mencuci bersih, bahkan sebagian ahli menganjurkan dengan cara


direbus,handuk, seprai maupun baju penderita skabies, kemudian
menjemurnyahingga kering.
2. Menghindari pemakaian baju, handuk, seprai secara bersama-sama.
3. Mengobati seluruh anggota keluarga, atau masyarakat yang terinfeksiuntuk
memutuskan rantai penularan.
4. Mandi dengan air hangat dan sabun untuk menghilangkan sisa-sisa
kulityang mengelupas dan kemudian kulit dibiarkan kering.
5. Gunakan pakaian dan sprei yang bersih, semua perangkat tidur, handukdan
pakaian yang habis dipakai harus dicuci dengan air yang sangat panaskalau
perlu direbus dan dikeringkan dengan alat pengering panas.
6. Cegah datangnya lagi skabies dengan menjaga lingkungan agar tetap bersih
dan sehat, ruangan jangan terlalu lembab dan harus terkena sinarmatahari
serta menjaga kebersihan diri anggota keluarga dengan baik.
Penatalaksaan Medis

1. Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20 % dalam bentuk salep atau krim.
Pada bayi dan orang dewasa sulfur presipitatum 5% dalam minyak sangat
aman efektif.Kekurangannya ialah pemakaian tidak boleh kurang dari tiga
hari karena tidakefektif terhadap stadium telur, berbau, mengotori pakaian,
dan dapat menimbulkaniritasi.
2. Emulsi benzil-benzoat 20-25 % efektif terhadap semua stadium, diberikan
setiapmalam selama 3 hari. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi,
dan kadang-kadang semakin gatal setelah dipakai.
3. Gama benzena heksaklorida (gameksan=gammexane) 1 % dalam bentuk
krim ataulosio tidak berbau dan tidak berwarna, termasuk obat pilihan
karena efektif terhadapsemua stdium, mudah digunakan, dan jarang
memberi iritasi. Pemberiannya hanyacukupt sekali setiap 8 jam. Jika masih
ada gejala ulangi seminggu kemudian.Pengguanaan yang berlebihan dapat
menimbulkan efek pada sistem saraf pusat.Pada bayi dan anak-anak jika
digunakan berlebihan , dapat menimbulkanneurotoksisitas. Obat ini tidak
aman digunaka untuk ibu menyusui dan wanitahamil.
4. Benzilbenzoat (krotamiton) Tersedia 10 % dan 25% dalam krim atau
losiomempunyai dua efek sebagai antiskabies dan antigatal. Harus
dijauhkan dari mata,mulut, dan uretra. Krim (eurax) hanya efektif pada 50-
60 % pasien. Digunakanselama 2 malam beruturut-turut dan dibersihkan
setelah 24 jam pemakaian terakhir,kemudian digunakan lagi 1 minggu
kemudian. Obat ini disapukan ke badan darileher ke bawah. Penggunaan
berlebihan dapat menyebabkan iritasi. Bila digunakanuntuk bayi dan anak-
anak harus di tambahkan air 2-3 bagian.
5. Permethrin. Dalam bentuk krim 5 % sebagai dosis tunggal. Pengguanaanya
selama8-12 jam dan kemudian dicuci bersih-bersih. Merupakan obat yang
paling efektifdan aman karena sangat mematikan untuk parasit S. Scabiei
dan memiliki toksisitasrendah pada manusia. Pengobatan pada skabies
krustosa sama dengan skabiesklasik, hanya perlu ditambahkan salep
keratolitik. Skabies subungual susah diobati.Bila didapatkan infeksi
sekunder perlu diberikan antibiotik sistemik.
10. Pathway

TUNGAU SARCOPTES SCABIES BETINA

Kontak Tidak Langsung Kontak Langsung (Mis:


(Mis:Pakaian, Handuk, bersalaman,
Seprei, Bantal hub.seksual, menggaruk

Tungau berada di epidermis

Masuk ke stratum kornesum

Membentuk kunikulus

Tangan mengeluarkan
cairan

Reaksi senitasi tubuh

Luka pada kulit gatal Sulit tidur

Port de entre (pintu


garukan Gangguan
masuk virus/bakteri
pola tidur
Terjadi erosi,
Peapule pecah eksoriasi/krusta

Gangguan
Resiko infeksi integritas kulit
B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat
mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan
keperawatan pasien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Effendy,
1995;Dermawan, 2012).

Pengkajian yang sistematis dalam keperawatan dibagi dalam empat tahap


kegiatan, yang meliputi: pengumpulan data, analisis data, sistematika data dan
penentuan masalah. Adapula yang menambahkannya dengan kegiatan
dokumentasi data (meskipun setiap langkah dari proses keperawatan harus
selalu didokumentasikan juga).
a. Anamnesa
Anamnesa adalah cara pemeriksaan yang dilakukan dengan
wawancara baik langsung pada pasien ( Auto anamnese ) atau pada orang
tua atau sumber lain ( Allo anamnese ). 80% untuk menegakkan diagnosa
didapatkan dari anamnesa.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik adalah investigasi terhadap tubuh untuk
menentukan status kesehatan. Pemeriksaan fisik melibatkan penggunaan
teknik inspeksi, palpasi, perkusi dan aukultasi serta pengukuran tanda-
tanda vital. Pemeriksaan fisik dalam keperawatan digunakan untuk
mendapatkan data objektif daricerita keperawatan klien. Pemeriksaan
fisik berharap dilakukan bersamaan dengan wawancara.
Pasien dengan gangguan personal hygiene cenderung kesulitan
bahkan tidak mampu melakukan pola kebersihan diri secara mandiri.
Begitu juga dengan pemeriksaan fisik pada bagian ekstremitas kekuatan
otot cenderung lemah dan hasil tonus otot rendah.
1. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap
pengalaman/respon individu, keluarga, atau komunitas pada masalah kesehatan/
risiko masalah kesehatan atau pada proses kehidupan. Diagnosis keperawatan
merupakan bagian vital dalam menentukan asuhan keperawatan yang sesuai
untuk membantu klien mencapai kesehatan yang optimal(PPNI, 2017). Adapun
diagnosa keperawatan yaitu:
a. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi,
perubahan status nutrisi (kelebihan/kekurangan) kekurangan atau kelebihan
volume cairan, penurunan mobilitas, bahan kimia iritatif, suhu lingkungan
yang ekstrim, faktor mekanis (mis. Penekanan pada tonjolan tulang,
gesekan) atau faktor elektris (elektrodiatermi, energi lstrik bertegangan
tinggi), efek samping radiasi, kelembaban, proses penuaan, neuropati
perifer, perubahan pigmentasi, perubahan hormonal, kurang terpapar
informasi tentang upaya mempertahankan/melindungi integritas kulit
ditadai dengan kerusakan jaringan atau lapisan kulit, nyeri, kemerahan,
perdarahan, hematoma.
b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan (mis.
Keelembapan lingkungan sekitar, suhu lingkungan, pencahayaan,
kebisingan, bau tak sedap, jadwal pemantauan/pemeriksaan/tindakan),
kurang kontrol tidur, kurang privasi, restraint fisik, ketiadaan teman tidur,
tidak familiar dengan peralatan tidur ditandai dengan mengeluh sulit tidur,
mengeluh sering terjaga, mengeluh tidak puas tidur, mengeluh pola tidur
berubah, mengeluh istirahat tidak cukup, mengeluh kemampuan aktifitas
menurun.
c. Resiko Infeski berhubungan dengan penyakit kronis(mis.diabetes melitus),
efek prosedur invasif, malnutrisi, peningkatan paparan organisme patogen
lingkungan, ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer: gangguan
peristaltik,kerusakan integritas kulit, perubahan sekresi PH, penurunan kerja
siliaris, ketuban pecah lama, ketuban pecah sebelum waktunya, merokok,
statis cairan tubuh. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder:
penurunan hemoglobin,imunosupresi, leukopenia, supresi respon
inflamasi,vaksinasi tidak adekuat.
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai luaran (outcome) yang diharapkan. Tujuan dari kriteria hasil
untuk masalah yang nyeri akut atau pada standar keluaran keperawatan
Indonesia mengenai aspek-aspek yang dapat diobservasi meliputi kondisi
perilaku atau persepsi pasien keluarga atau komunitas sebagai respon
terhadap intervensi keperawatan (PPNI, 2018).
A. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan
sirkulasi, perubahan status nutrisi (kelebihan/kekurangan)
kekurangan atau kelebihan volume cairan, penurunan mobilitas,
bahan kimia iritatif, suhu lingkungan yang ekstrim, faktor mekanis
(mis. Penekanan pada tonjolan tulang, gesekan) atau faktor
elektris (elektrodiatermi, energi lstrik bertegangan tinggi), efek
samping radiasi, kelembaban, proses penuaan, neuropati perifer,
perubahan pigmentasi, perubahan hormonal, kurang terpapar
informasi tentang upaya mempertahankan/melindungi integritas
kulit ditadai dengan kerusakan jaringan atau lapisan kulit, nyeri,
kemerahan, perdarahan, hematoma.

Setelah dilakukan tindakan selama 3 jam, diharapkan integritas kulit


dapat meningkat :

Kriteria hasil 1 2 3 4 5

Kerusakan Lapisan Kulit

Suhu Kulit

Tekstur
Keterangan : K.H kerusakan lapisan kulit, suhu kulit, tekstur

1 : Meningkat
2 : Cukup meningkat
3 : Sedang
4 : Cukup Menurun
5 : Menurun

Intervensi Keperawatan

Perawatan integritas kulit

Definisi :

Mengidentifikasi dan merawat kulit untuk menjaga keutuhan ,


kelembaban dan mencegah perkembangan mikroorganisme.

Tindakan :

Observasi

1. Mengidentifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis perubahan


sirkulasi perubahan status nutrisi penurunan kelembaban, suhu lingkungan
ekstrim, penurunan mobilitas).
Terapeutik
1. Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit kering.
2. Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit sensitif.
3. Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering.

Edukasi

1. Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrim.


2. Anjurkan mandi dan menggunakan sabum secukupnya.
3. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi.
B. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan
(mis. Keelembapan lingkungan sekitar, suhu lingkungan,
pencahayaan, kebisingan, bau tak sedap, jadwal
pemantauan/pemeriksaan/tindakan), kurang kontrol tidur, kurang
privasi, restraint fisik, ketiadaan teman tidur, tidak familiar dengan
peralatan tidur ditandai dengan mengeluh sulit tidur, mengeluh
sering terjaga, mengeluh tidak puas tidur, mengeluh pola tidur
berubah, mengeluh istirahat tidak cukup, mengeluh kemampuan
aktifitas menurun.

Setelah dilakukan tindakan selama 3 jam, diharapkan pola tidur dapat


membaik :
Kriteria hasil 1 2 3 4 5

Keluhan sulit tidur

Keluhan sering terjaga

Keluhan tidak puas tidur

Keterangan K.H keluhan sulit tidur, keluhan tidak puas tidur, keluhan
istirahat tidak cukup :
1: Menurun
2: Cukup Menurun
3: Sedang
4: Cukup Meningkat
5: Meningkat
Intervensi keperawatan

Dukungan Tidur

Definisi :

Memfasilitasi siklus tidur dan terjaga yang teratur

Tindakan

Observasi :

1. Identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik atau psikologi)


2. Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi

Terapeutik :

1. Modifikasi lingkungan (mis. Pencahayaan, kebisingan, suhu, matras, dan


tempat tidur).
2. Tetapkan jadwal tidur rutin .
3. Sesuaikan jadwal pemberian obat dan tindakan untuk menunjang siklus tidur
terjaga.

Edukasi :

1. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit


2. Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
3. Anjurkan menghindari maknan/minuman yang mengganggu waktu tidur
4. Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola tidur (mis.
Psikologis, gaya hidup, sering berubah shift kerja).
C. Resiko Infeski berhubungan dengan penyakit kronis(mis.diabetes
melitus), efek prosedur invasif, malnutrisi, peningkatan paparan
organisme patogen lingkungan, ketidakadekuatan pertahanan tubuh
primer: gangguan peristaltik, kerusakan integritas kulit, perubahan
sekresi PH, penurunan kerja siliaris, ketuban pecah lama, ketuban
pecah sebelum waktunya, merokok, statis cairan tubuh.
Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder: penurunan
hemoglobin,imunosupresi, leukopenia, supresi respon
inflamasi,vaksinasi tidak adekuat.

Setelah dilakukan tindakan selama 3 jam, diharapkan tingkat infeksi dapat


menurun :

Kriteria Hasil 1 2 3 4 5

Demam

Kemerahan

Bengkak

Vesikel

Keterangan K.H Demam, kemerahan, bengkak, vesikel :

1: Meningkat

2: Cukup Meningkat

3: Sedang

4: Cukup Menurun

5: Menurun
Intervensi Keperawatan

Pencehan Infeksi

Definisi :

Mengidentifikasi dan menurunkan resko terserang organisme patogenik

Tindakan

Observasi

1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistematik

Terapeutik

1. Batasi jumlah pengunjung


2. Berikan perawatan pada kulit pada area edema
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dnegan pasien
4. Pertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi

Edukasi

1. Jelaskan tanda gejala infeksi.


2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar.
3. Anjurkan meningkatkan asupan cairan.
Daftar Pustaka

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016), Standar Diagnosis KeperawatanIndonesia


(SDKI), Edisi 1 Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. ( 2018), Standar Luaran Keperawatan


Indonesia(SLKI), Edisi 1, Jakarta : Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi KeperawatanIndonesia


(SIKI), Edisi 1, Jakarta : Persatuan Perawat Indonesia

Anwar, Anis I, Zakiani S, dan Harfiah. 2014. Penyakit Skabies. Dua Satu
Press,Universitas Hasanuddin Makassar

Ariza L, Walter B, Worth C, Brockmann S, Weber M L dan Feldmeier


H.2013.Investigation of a Scabies Outbreak in a Kindergarten in
Constance,GermanyInvestigation of a Scabies Outbreak in a Kindergarten.Eur J
ClinMicrobiolInfect Di, 32: pp.373–380

Anda mungkin juga menyukai