KMB 2, LP Sistem Integumen Skabies (Siti Nurdiana, 28,2B, P17220194073)
KMB 2, LP Sistem Integumen Skabies (Siti Nurdiana, 28,2B, P17220194073)
KMB 2, LP Sistem Integumen Skabies (Siti Nurdiana, 28,2B, P17220194073)
Oleh
Siti Nurdiana
(P17220194073)
1. Pengertian
Skabies adalah infestasi kulit yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabei
var. hominis.Penyakit ini biasanya menyebar melalui kontak antar kulit, terutama di
antara anggota keluarga dan melalui kontak seksual pada dewasa muda.Kadang
terjadi epidemic dip anti asuhan dan institusi perawatan serupa lainnya, tempat
skabies menyebar melalui kontak orang-ke-orang dan kemungkinan melalui busana
dan sprei yang tercemar.Diagnosis sering terlewatkan dan terapi sering tertunda untuk
waktu yang lama (Goodheart, 2013) di dalam (Diiikeperawatan et al., n.d.).
2. Etiologi / Penyebab
Menurut Marwali Harahap (2000) penyebab timbulnya penyakit kulit skabies
adalah scabiesditularkan oleh kutu betina yang telah dibuahi, melalui kontak fisik
yang erat.Penularan melalui pakaian dalam, handuk, sprei, tempat tidur, perabot
rumah, jarang terjadi.Kutu dapat hidup di luar kulit hanya 2-3 hari dan pada suhu
kamar 21°c dengan kelembaban relative 40-80%. Di dalam (Diiikeperawatan et al.,
n.d.)
3. Tanda & Gejala
Gejala kudis umumnya muncul dalam 4 – 6 minggu setelah paparan awal dengan
tungau. Jika sudah pernah terkena penyakit ini sebelumnya, gejala dapat muncul lebih
cepat, yaitu sekitar 1 – 4 hari setelah paparan.
- Pada orang dewasa dan anak yang lebih tua, skabies paling sering ditemukan di:
antara jari tangan, sekitar kuku, ketiak, sekitar pinggang, pergelangan tangan, atas
siku bagian dalam, telapak kaki, sekitar payudara, sekitar area kelamin pria,
pantat, lutut, atas tulang belikat, serta area kulit yang ditutupi perhiasan. Kudis
- pada bayi dan anak kecil mungkin muncul di: kulit kepala, wajah, leher, telapak
tangan, dan telapak kaki.
- Penyakit skabies pada manusia dapat menimbulkan gejala klinis gatal, oleh karena
itu dapat menyebabkan kegelisahan pada penderita.Penyakit ini banyak dijumpai
di daerah tropis terutama dikalangan anak-anak dari masyarakat yang hidup dalam
lingkungan yang tertutup atau berkelompok, dengan tingkat sanitasi dan sosial
ekonomi yang relative rendah.Timbulnya penyakit ini disebabkan oleh pola dan
kebiasaan hidup yang kurang bersih dan benar, salah satu faktor yang dominan
yaitu, penyediaan air yang kurang atau kehidupan bersama dengan kontakyang
relative erat (Martadinata, 2000) Di dalam (Diiikeperawatan et al., n.d.)
Menurut Djuanda (2008) ada 4 tanda cardinal terjadinya scabiesdiantaranya :
- Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas
tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
- Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah
keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam
sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang
berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi,
yang keluar anggota keluarnya terkena. Walaupun mengalami infestasi tungau,
tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).
Universitas Sumatera Utara
- Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna
putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1
cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi
sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustule, ekskoriasi, dan lain-lain).
Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang
tipis, yaitu :sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian
luar, lipat ketiak bagian depan, areola mame (wanita), umbilicus, bokong,
genitalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang
telapak tangan dan telapak kaki.
- Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostic. Dapat ditemukan satu
atau lebih stadium hidup tungau ini. Di dalam (Diiikeperawatan et al., n.d.)
4. Patofisiologi
Kutu skabies dapat menyebabkan gejala transien pada manusia, tetapi mereka
bukan penyebab infestasi persisten.Cara penularan yang paling efisien Tungau skabies
penderita sendiri dan digaruk Kontak kulit kuat (bersalaman dan bergandengan)
Timbul Lesi pada pergelangan tangan Gatal yang menyebabkan sensitivitas terhadap
secret Waktu 1 bulan setelah infestasi Timbul papul, vesikel, urtika timbul erosi, eks
koriosi, krusta Digaruk infeksi sekunder Kelainan kulit dermatitis menyebar luas
Universitas Sumatera Utara adalah melalui kontak langsung dan lama dengan seorang
individu yang terinfeksi.Kutu skabies dapat bertahan hingga tiap hari pada kulit
manusia sehingga media seperti tempat tidur atau pakaian merupakan sumber
alternative untuk terjadinya suatu penularan.
Siklus hidup dari kutu berlangsung 30 hari dan dihabiskan dalam epidermis
manusia. Setelah melakukan kopulasi, kutu jantan akan mati dan kutu betina akan
membuat liang ke dalam lapisan kulit dan meletakkan total 60-90 telur. Telur yang
menetas membutuhkan 10 hari untuk menjadi larva dan kutu dewasa.Kurang dari 10
% dari telur yang dapat menghasilkan kutu dewasa.
Kutu skabies kemudian bergerak melalui lapisan atas kulit dengan
mengeluarkan protease yang mendegradasi stratum korneum. Scybala (kotoran) yang
tertinggal saat mereka melakukan perjalanan melalui epidermis, menciptakan kondisi
klinis lesi yang diakui sebagai liang. Populasi pasien tertentu dapat rentan terhadap
penyakit skabies, termasuk pasien dengan gangguan immunodefisiensi primer dan
penurunan respons imun sekunder terhadap terapi obat, dan gizi buruk
(Mutaqqin,2011). Di dalam (Diiikeperawatan et al., n.d.)
5. Komplikasi
- Luka gores akibat garukan gatal yang kuat dapat merusak kulit dan
memungkinkan infeksi bakteri sekunder, seperti impetigo.
- Impetigo adalah infeksi kulit superfisial yang paling sering disebabkan oleh
bakteri Staph (Stafilokokus) atau kadang-kadang oleh bakteri Strep
(Streptokokus).
6. Prognosis
Pada beberapa orang, gejala skabies dapat menetap hingga 2-4 minggu setelah
terapi. Pruritus residual yang menetap hingga 2-4 minggu tersebut dapat diatasi
dengan pemberian antihistamin. Namun, bila gejala menetap lebih dari 4 minggu
sebaiknya dilakukan pemeriksaan dan pemberian terapi antiskabies ulangan.
7. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk menemukan tungau. Berikut ini beberapa
cara untuk menemukan tungau skabies :
1. Cari terowongan dan amati ujung yang terdapat papul atau vesikel. Kemudian
papul atau vesikel tersebut dicongkel dengan jarum dan diletakkan di atas kaca
objek dan ditutup dengan kaca penutup untuk diamati dengan mikroskop cahaya
2. Dengan cara menyikat dengan sikat dan di tampung di atas selembar kertas putih
dan diamati dengan kaca pembesar
3. Dapat pula dengan membuat biopsi irisan, yaitu dengan menjepit lesi dengan dua
jari, kemudian dibuat irisan tipis dengan pisau dan diperiksa dengan mikroskop
cahaya
4. Melalui biopsi eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan hemaktosilin eosin
Adanya terowongan yang sedikit meninggi, berbentuk garis lurus atau berkelok-
kelok, panjangnya beberapa milimeter sampai 1 cm dan pada ujungnya tampak
vesikula, papula atau pastula. Tempat predileksi yang khas adalah sela jari,
pergelangan tangan bagian volar, siku, lipat ketiak bagian depan, aerola mamae,
sekitar umbilikus, abdomen bagian bawah, genitalia eksterna pria. Pada orang dewasa
jarang terdapat di muka dan kepala, kecuali pada penderita imunosupresif, sedangkan
pada bayi, lesi dapat terjadi di seluruh permukaan kulit. Adanya gatal hebat pada
malam hari. Bila lebih dari satu anggota keluarga menderita gagal, harus dicurigai
adanya skabies. Gatal pada malam hari disebabkan oleh temperatur tubuh menjadi
lebih tinggi sehingga aktivitas kutu meningkat (Harahap, 2000) Di dalam
(Diiikeperawatan et al., n.d.)
8. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan skabies (kudis) membutuhkan pendekatan yang komprehensif.
Selain mengatasi masalah skabies pada pasien, sangat penting untuk mencegah
berulangnya infestasi skabies pada pasien dan orang yang tinggal bersama pasien.
Untuk itu, edukasi mengenai higiene, kebersihan tempat tinggal dan pakaian serta
alat-alat pribadi perlu ditekankan. Kebiasaan bertukar-tukar pakaian, handuk, dan
perlengkapan tidur perlu di sampaikan dapat menimbulkan risiko penularan. Dalam
mengobati skabies, terdapat syarat obat yang ideal yaitu :
Pengobatan yang dapat diberikan untuk skabies harus efektif terhadap semua
stadium tungau dan tidak menimbulkan iritasi maupun bersifat toksik
Tidak berbau atau kotor sehingga dapat merusak pakaian dan menimbulkan
ketidaknyamanan bagi pasien
Mudah diperoleh dengan harga yang terjangkau
Terapi Scabies dilakukan dengan memberikan skabisida, tetapi sampai saat ini
obat pilihan yang paling tepat masih dalam perdebatan. Salep sulfur 5% - 10% telah
digunakan selama satu abad dengan hasil yang memuaskan. Salep sulfur terdiri dari
campuran sulfur dan jeli petroleum atau krim dingin. Campuran ini diberikan secara
topikal pada malam hari selama tiga malam (Oakley, Scabies, 2013). Efek samping
penggunaan sulfur adalah menyebabkan iritasi kulit, kotor, dan berbau, membutuhkan
penggunaan yang berulang-ulang sehingga tidak disukai oleh penderita. Maka saat ini
salep sulfur sudah tidak digunakan lagi (McCarthy, et al, 2004). Di dalam (Ribeiro et
al., 2013)
Benzyl benzoate, bentuk ester dari asam benzoate dan benzyl alcohol, merupakan
hasil isolasi dari bahan alam, disebut sebagai balsam dari Peru, dan telah digunakan
secara efektif selama lebih dari 60 tahun dalam larutan 25% (Ascabiol). Benzyl
benzoate merupakan agen yang cepat bereaksi dan penggunaan dalam waktu singkat
sudah cukup efektif, tetapi tetap disarankan penggunaan solusio ini selama 24 jam
(Walton, et al, 2000). Efek samping iritasi kulit yang terjadi pada penggunaan benzyl
benzoate hanya beberapa menit. Benzyl benzoate secara in vitro merupakan agen
antiscabies yang sangat aktif dan menunjukkan penyembuhan yang sangat baik. Telah
dilaporkan terjadinya efek samping dermatitis kontak alergika pada penderita yang
menggunakan solusio ini tetapi hal ini jarang terjadi. Penelitian menunjukkan bahwa
383 penderita anak-anak yang menggunakan benzyl benzoate mengalami gangguan
neurotoksik (Walker dan Johnstone, 2000). Meskipun gangguan neurotoksik yang
timbul tidak dapat disimpulkan sebagai efek samping akibat penggunaan benzyl
benzoate, disarankan dalam penggunaannya dilakukan pengenceran untuk menghidari
adanya efek samping (McCarthy, et al, 2004). Di dalam (Ribeiro et al., 2013)
Crotamiton 10% (Eurax) telah digunakan secara luas karena toksisitasnya yang
rendah. Crotamiton 10% berhasil mengobati 50% - 70% penderita dengan efektif.
Kekurangan obat jenis ini adalah memerlukan aplikasi berulang kali selama 5 hari
untuk mendapatkan respon yang memuaskan (McCarthy, et al, 2004). Efek samping
yang mungkin terjadi adalah iritasi kulit, dermatitis alergika yang menimbulkan rasa
gatal, terbakar, ditusuk, dan ruam. Belum diketahui keamanannya untuk anak-anak
dan wanita hamil (Walker dan Johnstone, 2000). Di dalam (Ribeiro et al., 2013)
DAFTAR PUSTAKA