Ekstraksi Asbuton DG Pelarut Organik - Kurniadji
Ekstraksi Asbuton DG Pelarut Organik - Kurniadji
Ekstraksi Asbuton DG Pelarut Organik - Kurniadji
I r. Kurniadji, MT
INFORMATIKA
Bandung
EKSTRAKSI ASBUTON
MENGGUNAKAN PELARUT BERBASI S BAHAN ORGANI K
YANG DI PROSES DENGAN KOMBI NASI AI R
Desember 2012
Penulis:
Ir. Kurniadji, M T
Editor:
Dr. Ir. Anw ar Yamin, M .Sc, M E
Prof (R) Dr. Ir. M . Sjahdanulirw an, M .Sc
Diterbitkan oleh:
Penerbit Informatika - Bandung
Anggota IKAPI Jabar Nomor : 033/ JBA/ 99
Pemesanan melalui:
Perpustakaan Puslitbang Jalan dan Jembatan
[email protected]
Kata Pengantar
Teknologi asbuton saat ini yang telah berkembang adalah teknologi asbuton
butir dan modifikasi aspal keras dengan asbuton butir semi ekstraksi dan
baru pada tahun tahun terakhir dicoba menggunakan asbuton murni hasil
ekstraksi asbuton dimana asbuton jenis ini dapat langsung digunakan
sebagai bahan untuk campuran beraspal, apakah sebagai aditif untuk
meningkatkan mutu aspal minyak atau sebagai pengganti aspal minyak
secara penuh
Untuk ekstraksi asbuton secara penuh , ternyata selain bahan pelarut yang
berbasis petroleum, bisa juga digunakan bahan pelarut berbasis organic
yang mudah diperoleh di pasaran seperti terpenten, namun harus ditambah
Semoga tulisan yang disusun ini bermanfaat bagi semua pihak, sehingga
pemanfaatan asbuton untuk perkerasan jalan lebih maksimal.
1 PENDAHULUAN .......................................................................... 1
Daftar Isi v
7 M ODEL ALAT EKSTRAKSI ASBUTON DENGAN M EDIA AIR ........... 46
7.1 Perubahan Proses Ekstraksi .................................................. 46
7.2 Hasil Perbaikan M odel Alat Ekstraksi .................................... 49
8 PENUTUP .................................................................................... 61
Hal
Tabel 2.1. Deposit Aspal Alam Dunia 4
Tabel 2.2. Perkiraan Lokasi dan Deposit Asbut on 5
Tabel 2.3. Karakt erist ik TLA 8
Tabel 3.1. Jenis Asbut on But ir yang Telah Diproduksi 12
Tabel 3.2. Persyarat an Asbut on murni Hasil Ekst raksi 12
Tabel 4.1. Hasil uji fisik bit umen Asbut on dari Kabungka dan Lawele 13
Tabel 4.2. Hasil uji kimia bit umen Asbut on dari Kabungka dan Lawele 14
Tabel 4.3. Tipikal Hasil lUji Gradasi M ineral Asbut on Kabungka dan 14
Lawele
Tabel 4.4. Tipikal Hasil uji komposisi mineral Asbut on Kabungka dan 15
Lawele
Tabel 4.5. Hasil Pengujian Campuran beraspal dengan M arshall 15
Tabel 4.6. Hasil Pengujian Kedalaman Alur dengan Wheel t racking 15
M achine
Tabel 5.1. Jenis-jenis Bahan Pelarut Bit umenAsbut on yang Digunakan 20
Tabel 5.2. Hasil Ekst raksi Asbut on dengan Beberapa Jenis Bahan 20
Pelarut
Tabel 5.3. Kadar bit umen Asbut on hasil ekst raksi t emperat ur bervariasi 21
Tabel 5.4. Hasil uji kimia bit umen dengan bahan pelarut t erpent in dan 22
TCE
Tabel 5.5. Hasil ekst raksi Asbut on dengan Terpent in Dit ambah 23
Surfactan
Tabel 5.6. Karakt erist ik Bit umen Asbut on Setelah Dit ambah Surfactan 24
Tabel 5.7. Jenis dan Cont oh Aplikasi Bit umen M odifikasi (Harmein dari 24
Francken, 1998)
Tabel 5.8. Hasil Pemeriksaan Propert ies Bit umen Asbut on 26
Tabel 5.9. Hasil Pemeriksaan Propert ies Aspal Keras Pen 60 27
Tabel 5.10. Hasil Pengujian Propert ies Aspal Gabungan 27
Tabel 5.11. Hasil Perhit ungan propert ies Aspal Gabungan 28
Tabel 5.12. Hasil Uji Karakt erist ik Asbut on M urni 33
Tabel 6.4. Hasil Uji Alur Campuran dengan Wheel Tracking M achine 42
Tabel 6.5. Hasil Pemeriksaan Asbut onM urni dengan Variasi Wakt u 44
Tabel 6.6. Hasil pengujian karakt erist ik asbut on murni hasil ekst raksi 45
Tabel 7.2. Hasil Uji Asbut onHasil M odel Alat Ekst raksi 51
Tabel 7.3. Hasil Uji Asbut on Hasil M odel Alat Ekst raksiPerbaikan-2 51
Tabel 7.4. Perbaikan-3M odel Alat Ekst raksi dan Fungsinya 52
Tabel 7.5. Karakt erist ik Asbut on M urni HasilEkst raksiPerbaikan-3 53
Tabel 7.6. Karakt erist ik Asbut on M urni Hasil Alat Ekst raksi Perbaikan-3 54
Tabel 7.7. Hasil Uji Propert ies Aspal M inyak Pen 60 55
Tabel 7.8. Karakt erist ikCampuran Beraspal dengan Asbut on M urni 56
dan Aspal Pen 60
Tabel 7.9a. Hasil Pemeriksaan Kedalaman Alur Campuran Beraspal Panas 56
pada Kadar Aspal opt imum
Tabel 7.9b. Ket ahananCampuran Beraspal Panas pada Kadar Aspal 56
Opt imum
Tabel 7.10. Hasil Pemeriksaan M odulus Resilien Campuran Beraspal 58
Panas pada Kondisi Aspal Opt imum
Tabel 7.11. Ket ahanan Campuran Beraspal Panas pada Kondisi Aspal 59
Hal
Gambar 2.1. Penam bangan Asbut on Secara Terbuka 6
Gambar 2.2. Aspal Danau Trinidad 7
Gambar 2.3. Perbandingan Pengelolaan Asbut on dan TLA 7
(Harm ein 2010)
Gambar 4.1. Hubungan Ant ara Repet isi Beban dengan Deform asi 17
Gambar 4.2. Hubungan Regangan dengan Repet isi Beban 17
Gambar 4.3. Hubungan Ant ara % Penggunaan Asbut on But ir dan 18
M odulus Resilient Cam puran Beraspal
Gambar 5.1. Hubungan Jenis Bahan Pelarut dan Kadar Bit um en Asbut on 21
o
Hasil Ekst raksi pada Tem perat ur 25 C
Gambar 5.2. Hubungan % Surfact an dengan Asbut on Hasil Ekstraksi 23
Gambar 5.3. Hubungan Persentase Asbuton M urni dan Penetrasi 29
Gambar 5.4. Hubungan Persentase Asbuton M urni dan Titik 30
Lembek
Gambar 5.5. Hubungan Persentase Asbuton M urni dan Indeks 31
Penetrasi
Gambar 5.6. Hubungan persent ase asbut on m urni dan PG 33
Gambar 6.1. Bagan Alir Operasi M odel Alat Ekstraksi Asbut on dengan 37
M edia Saringan
Gambar 6.2a. Gambar M odel Alat Ekstraksi Asbuton 38
Gambar 6.2b. Foto M odel Alat Ekstraksi Asbuton 38
Gambar 6.3. Hubungan Lintasan dengan Deformasi pada 42
Campuran
Gambar 6.4. Hubungan temperatur dengan modulus Campuran 42
Gambar 6.5. Hubungan Repetisi beban dengan regangan pada 43
Cam puran beraspal
Gambar 7.1. Bagan Alir Ekstraksi M enggunakan M edia Air 47
Gambar 7.2. Fraksi hasil ekstraksi dengan media air 48
Gambar 7.3. Bagan Alir Operasi M odel Alat Ekst raksi dengan M edia Air 49
Daftar Isi ix
Gambar 7.4. Cairan Hasil Destilasi 50
Gambar 7.5. Hasil Uji Kedalaman Alur Campuran Beraspal Panas 57
Gambar 7.6. M odulus Campuran Beraspal Panas Asbut on M urni dan 58
Pen 60
Gambar 7.7. Hasi UjiFatig Campuran Beraspal Panas 60
J
aringan jalan di Indonesia senantiasa harus dibangun dan dipelihara
karena kontribusinya terhadap kondisi perekonomian dan pertahanan-
keamanan, usaha ini diw arnai oleh beberapa isu:
Teknologi asbuton saat ini yang telah berkembang adalah teknologi asbuton
butir dan modifikasi aspal keras dengan asbuton butir semi ekstraksi.
S
eperti telah diketahui, terdapat dua jenis aspal alam yaitu aspal alam
batuan (rock asphalt ) contohnya Aspal Batu Buton (Asbuton) dan
aspal alam danau (lakeasphalt ) contohnya Trinidad Lake Asphalt. Jika
dibandingkan dengan Trinidad Lake Asphalt (TLA) yang sangat terkenal
dengan cadangan sekitar 10 – 15 juta ton, kadar aspal sekitar 55%, nilai
o
penetrasi sekitar 2 (0,1 mm) dan titik lembek 95 C, Asbuton mempunyai
kelebihan dalam hal jumlah cadangan yang melimpah seperti diperlihatkan
pada Tabel 2.1, kelemahannya adalah rendahnya dan tidak homogennya
kadar aspal, oleh karena itu perlu dilakukan kajian yang mendalam dalam
pemanfaatannya untuk pekerjaan peraspalan.
Sejak tahun dua ribuan, barulah deposit Asbuton dari Law ele ditambang
dengan cara penambangan terbuka, seperti diilustrasikan pada Gambar 2.1.
Deposit Trinidad Lake Asphalt (TLA) ditemukan pada tahun 1595 oleh Sir
Walter Raleigh seorang penjelajah dan ilmuan asal Inggris. Pada saat
ditemukan, Sir Walter telah langsung mendapatkan manfaat dari TLA, yaitu
sebagai bahan penambal kapal yang bocor. Sejak saat itu, melalui banyak
penelitian, kemudian diketahui banyak manfaat lain dari TLA.
Dari sisi kejadiannya, TLA berasal dari palung dalam yang merupakan hasil
tabrakan Lempeng Karibia dan Busur Barbados. Kondisi ini mendorong
deposit minyak bumi yang berada di dalam lempeng ke atas. Fraksi ringan
kemudian menguap meninggalkan bagian lebih berat, yaitu bitumen
dengan sifat seperti yang diberikan pada Tabel 2.3.
Berbeda dengan asbuton, TLA telah sejak lama menjadi komoditi dunia. Hal
ini disinyalir karena proses penemuan, eksploitasi dan pendekatan
manajemen TLA yang sudah demikian maju. Pada Gambar 2.3. disampaikan
perbandingan proses yang dialami oleh TLA dibandingkan dengan Asbuton.
Karakteristk TLA adalah seperti yang diperlihatkan pada Tabel 2.3.
Garis Wakt u (Tahun)
Eksploitasi
Studi Kiner ja
S
ejak diketemukan pada tahun 1924 dan mulai diproduksi sejak tahun
1926, terjadi pasang surut penggunaan Asbuton di dalam negeri.
Produksi asbuton pernah mengalami masa ” booming” sampai
500.000 ton per tahun, tetapi akhirnya sempat terpuruk karena permintaan
pasar yang menurun.
Hal tersebut didukung pula dengan hasil rapat kerja M enteri Pekerjaan
Umum dengan DPR RI tanggal 15 M aret 2005 adalah dengan
memanfaatkan penggunaan aspal alam yang terdapat di pulau Buton
Sulaw esi Tenggara, yang dilanjutkan dengan dikeluatkannya Peraturan
Selain tetap memperkecil ukuran butir Asbuton dan tetap menjaga kadar
kandungan bitumennya, perkembangan selanjutnya untuk asbuton butir
adalah menyeragamkan kekerasan bitumen dari Asbuton tersebut ,
sehingga dikenal istilah Asbuton Butir 5/ 20, 15/ 20, 15/ 25 dan 20/ 25,
Walaupun teknologi Asbuton yang terakhir ini sudah cukup berhasil untuk
mengatasi kelemahan Asbuton sebagai bahan pengikat dalam campuran
beraspal, tetapi persentase sustitusi terhadap aspal minyak masih sangat
sedikit, yaitu maksimum hanya 30% saja oleh karena itu muncul asbuton
butir B 50/ 30 yang dapat mensubstitusi aspal minyak sampai 75% dalam
campuran beraspal.
Dengan munculnya aspal yang dimodifikasi dengan addit ive seperti polimer
untuk menghasilkan aspal baru yang tahan terhadap temperatur tinggi dan
beban berat. Pada tahun dua ribuan Puslitbang Jalan dan Jembatan bekerja
2) Asbuton Halus
Asbuton halus adalah Asbuton yang memiliki ukuran partikel
maksimumnya lebih kecil dari 6,3 mm dan persentase ukuran butir yang
lolos saringan ukuran 2,36 mm (No. 8) antara 35% - 100%. Kadar air dari
Asbuton jenis ini sekitar 6% dan untuk menjaga kadar air agar minimal
tetap konstan, asbut on jenis ini dipackaging kedap air.
3) Asbuton M ikro
Asbuton mikro hampir sama sifatnya dengan Asbuton halus, hanya saja
memiliki ukuran partikel yang lebih halus. Asbuton jenis ini memiliki
4) Asbuton M urni
Asbuton murni adalah bitumen Asbuton yang diperoleh dari hasil
ekstraksi total (full ext raction) sehingga kandungan mineral yang tersisa
sudah sangat kecil (<1%). Dari hasil ekstraksi asbuton, diperoleh bitumen
asbuton dengan nilai penetrasi rendah, dan nilai penetrasi sesuai
persyaratan aspal keras. Untuk bitumen asbuton dengan nilai penetrasi
rendah dapat digunakan selain sebagai bahan substitusi aspal, juga
dapat digunakan sebagai bahan aditif untuk memperbaiki sifat aspal
keras yang digunakan sehingga memenuhi persyaratan aspal modifikasi.
Asbuton murni harus memenuhi persyaratan seperti diperlihatkan pada
Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Persyaratan Asbuton murni Hasil Ekstraksi
No. Jenis Pengujian M et ode Persyarat an* )
o
1. Penetrasi, 25 C; 100 gr; 5 det ik; 0,1 mm SNI 06-2456-1991 40 - 60
o
2. Tit ik Lem bek, C SNI 06-2434-1991 M in. 55
o
3. Tit ik Nyala, C SNI 06-2433-1991 M in. 225
o
4. Dakt ilit as; 25 C, cm SNI 06-2432-1991 M in. 100
5. Berat jenis SNI 06-2441-1991 M in. 1,0
6. Kelarut an dalam Trichlor Et hylen; % berat ASTM M -04-2004 M in. 99
7. Penurunan Berat (dengan TFOT), %berat SNI 06-2440-1991 M ax. 0,8
8. Penetrasi setelah penurunan berat , % asli SNI 06-2456-1991 M in. 58
9. Dakt ilit as setelah penurunan berat , cm SNI 06-2432-1991 M in. 50
* )spesifikasi umum 2007
S
eperti telah diketahui, di dalam Asbuton terdapat dua jenis unsur
utama, yaitu bitumen dan mineral. Di dalam pemanfaatannya untuk
pekerjaan peraspalan, kedua jenis unsur tersebut akan sangat
dominan mempengaruhi kinerja campuran beraspal yang direncanakan.
Hasil pengujian fisik dan analisis kimia Asbuton hasil ekstraksi asbuton, dari
Kabungka dan Law ele diperlihatkan pada Tabel 4.1. dan Tabel 4.2.
Tabel 4.1. Hasil uji fisik bitumen Asbuton dari Kabungka dan Lawele
Hasil Uji
Jenis pengujian Asbuton Dari Asbuton dari
Kabungka Lawele
Kadar bit um en,% 20 30,08
o
Penetrasi, 25 C,100 gr, 5 detik,0,1 mm 4 36
o
Tit ik lem bek, C 101 59
o
Dakt ilit as, 25 C, 5cm / m enit , cm < 140 >140
Kelarut an dalam C2HCL3, % - 99,6
o
Tit ik Nyala, C - 198
Berat Jenis 1,046 1,037
o
Penurunan berat (TFOT), 163 C, 5 jam - 0,31
Penetrasi setelah TFOT, % asli - 94
o
Tit ik Lem bek set elah TFOT, C - 62
Dakt ilit as setelah TFOT, cm - >140
Hasil Uji
Jenis pengujian Asbuton Dari Asbuton dari
Kabungka Lawele
Nit rogen (N),% 29,04 30,08
Acidafins (A1), % 9,33 6,60
Acidafins (A2), % 12,98 8,43
Parafin (P), % 11,23 8,86
Param et er M altene 1,50 2,06
Nit rogen/ Parafin, N/ P 2,41 3,28
Kandungan Asphaltene, % 39,45 46,92
Sifat fisik dan kimia mineral hasil ekstraksi asbuton dari quary Kabungka dan
Law ele seperti diperlihatkan padaTabel 4.3. dan Tabel 4.4.
Tabel 4.3.Tipikal Hasil lUji Gradasi M ineral Asbuton Kabungka dan Law ele
Ukuran Saringan Lolos saringan (%)
inci mm Asbut on dari Kabungka Asbut on dari Law ele
No.8 2,38 100 100
No.30 0,595 100 99,1
No.50 0,297 100 89,1
No.100 0,148 95,6 49,3
No.200 0,074 4,5 32,2
Bertolak belakang dengan hasil pengujian alur dengan alat Wheel Tracking
M achine, pada hasil pengujian fatig menghasilkan hubungan regangan
dengan repetisi beban seperti diperlihatkan Gambar 4.1. menunjukkan
makin rendah nilai penetrasi bitumen dalam campuran beraspal terdapat
kecenderungan makin tidak tahan terhadap fatig akibat repetisi beban.
Oleh karena itu jumlah Asbuton yang digunakan dalam campuran beraspal
harus dipertimbangkan, pengujian kekakuan campuran memperlihatkan
bahw a makin rendah nilai penetrasi bitumen dalam campuran maka akan
diperoleh campuran dengan kekakuan yang lebih tinggi artinya makin
rendah penetrasi bitumen, maka akan makin tinggi nilai modulus yang
diperoleh, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 4.2.
Tabel 4.6. Hasil Pengujian Kedalaman Alur dengan W heel tracking M achine
No Jenis Pengujian Hasil Pengujian syarat
AC 60 Asb. But ir Asb. But ir Asb. But ir Asb.
20/ 25 15/ 20 5/ 20 M urni
1. Ked. Alur (DO), m m 2,50 2,67 2,64 1,67 2,01
2. Kec. Def . (RD), m m/ mnt 0,024 0,016 0,015 0,009 0,011
3. St ab. Dinamis (DS), lint / mm 1750 2625 2864 4500 3706 M in. 2500
3.5
2.5
1.5
300
200
regangan awal (microstrain)
100
20/25
0
15/20
-100 AC-60
Asb.Mur
-200 ni
-300
5/20
-400
0 10000 20000 30000 40000 50000 60000
Nf (repe tis i be ban)
13
(% Thp Berat Total Mix)
11
1
2.500 3.000 3.500 4.000 4.500 5.000
Modulus (MPa)
P
ada dasarnya, semua jenis bahan yang dapat melarutkan aspal dapat
digunakan untuk memisahkan bitumen dari mineral asbuton. Selama
ini ekstraksi asbuton menggunakan bahan pelarut berbasis
petroleum diantaranya Premium, Benzene, Kerosin, Toluen, M TC, Low N-
Penthane, Naphta, asam sulfat, yang menghasilkan bitumen dengan
karakteristik kurang memenuhi syarat dengan biaya operasional yang tinggi.
Dengan meningkatnya harga minyak bumi (crude oil ), harga bahan pelarut
ekstraksi asbuton yang berbasis petroleum juga ikut meningkat, untuk
menghindari ketergantungan harga bahan pelarut asbuton pada harga
minyak bumi dunia, dipilih bahan pelarut ekstraksi asbuton yang berbasis
bahan organik.
Tabel 5.2. Hasil Ekstraksi Asbuton dengan Beberapa Jenis Bahan Pelarut
k a d a r b it u m e n a s b u t o n ( % )
25
20
15
10
0
Etil Asetat Aseton THF Toluen Terpentin TCE
jenis bahan pelarut
Gambar 5.1.Hubungan Jenis Bahan Pelarut dan Kadar Bitum en Asbut on Hasil
o
Ekst raksi pada Tem perat ur 25 C
Tabel 5.2. dan Gambar 5.1. menunjukkan bahan pelarut Trichlor Ethylen
(TCE), Tetra Hydro Furan (THF) dan Toluene memberikan nilai kadar
bitumen yang tinggi dibandingkan dengan bahan pelarut lainnya, namun
dengan keterbatasan untuk memperolehnya serta harga yang mahal di
pasaran, penggunaan Tetra Hydro Furan (THF) Trichlor Ethylen (TCE) dan
terpenten sebagai bahan pelarut asbuton direkomendasikan.
No. Jenis bahan pelarut % Bit umen Asbut on hasil ekst raksi pada
t em perat ur
o o o o
25 C 60 C 80 C 163 C
1. Tet ra Hydro Furan (THF) 23,88 24,20 24,80 24,92
2. Terpent in 10,6 11,3 12,78 14,70
3. Trichlor Et hylen (TCE) 20,0 23,2 - 23,90
Tabel 5.4. Hasil uji kimia bitumen dengan bahan pelarut terpentin dan TCE
Walaupun terpentin memiliki sifat kimia yang berbeda dengan TCE (Tabel
5.4), namun kedua jenis bahan pelarut tersebut tidak mempengaruhi
asbuton murni yang dihasilkannya. Namun demikian terpentin memiliki
daya lekat yang rendah terhadap asbuton dibandingkan dengan TCE.
Tabel 5.5. Hasil ekst raksi Asbut on dengan Terpentin Dit am bah Surfact an
% Surfactan dalam
No % Bitumen keterangan
Terpentin
1. 0,00 21,3 Kadar bit um en Asbut on yang
Diekst raksi dengan
2. 0.2 23.1 Trichloret hyline,
3. 0.5 25.1 TCE adalah 23,9 % dengan hasil uji
4. 1 25.3 diperlihatkan pada Tabel 7.3.
26
kad ar b itum en asb uton (% )
25
24
23
22
21
0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00
% surfactan
Dari hasil ekstraksi Asbuton, seperti diperlihatkan pada Tabel 5.6. dapat
disimpulkan bahw a surfact an dapat meningkatkan daya larut terpentin saat
proses ekstraksi sedang berlangsung sampai batas 1%, makin tinggi
prosentase surfact an di dalam terpentin, makin tinggi persentase bitumen
yang diperoleh. Penambahan surfact ant pada bahan pelarut terpentin juga
dapat memberikan pengaruh pada sifat fisik asbuton murni yang dihasilkan
sebagaimana ditunjukan pada Tabel 5.7.
Tabel 5.6. Karakterist ik Bit um en Asbut on Set elah Dit am bah Surfactan
Dari Tabel 5.6 dapat dilihat bahw a makin tinggi prosentase penambahan
surfactan terhadap bitumen, makin tinggi nilai penetrasi dan makin rendah
nilai titik lembek asbuton murni yang dihasilkannya.
Adit if (non-polimer)
Adit if (non-polimer)
1. Plast ik
a.Term oplastik Polyethylene (PE), Polypropylene (PP),
Polyvinyl Chloride (PVC), Polyst yrene (PS),
Et hylene Vinyl Acet ate (EVA), Epoxy Resin
b.Term oset
2. Elast om er
a.Karet alam St yrene-But adine Copolym er (SBC)
b.Elast omer sist et is St yrene-But adine-St yrene copolym er (SBS)
Et hylene-Propylene-Diene t erpolym er (EPDM )
Isobut ene-Isoprene copolymer (IIR)
Serat polyest er, serat polypropylene
3. Karet daur ulang
4. Serat -seratan
M odifikasi dengan Reaksi Kimia
Reaksi t am bahan (Bitumen + M onomer)
Vulkanisasi (Bit um en + Sulfur)
Reaksi Nit rat (Bit um en + Asam Nitrat )
Sumber: Harmein dari Bit uminous Binder and M ixes, Francken, 1998.
Jenis pengujan M et oda Propert ies bit umen asbuton dengan jenis
No. Pengujian bahan pelarut
Trichloret hilyne Tet ra Hydro Terpentin
(TCE). Furan
(THF)
1. Penet rasi; 0.1 mm, SNI 06-2456 15 21 19
5 det ik, 100 gram
o
2. Tit ik lembek; C SNI 06-2434 66 62 56
3. Dakt ilit as; Cm SNI 06-2432 > 140 > 140 > 140
4. Kelarut an; % RSNI M -04 99.85 99.81 99.82
5. Berat jenis SNI 06-2441 1.071 1.064 1.061
o
6. Tit ik nyala; C SNI 06-2433 222.5 227.5 204
7. Kehilangan berat ; % SNI 06-2440 0.820 0.938 1.207
8. Penet rasi setelah SNI 06-2456 12 12.5 15
LoH; 0.1 mm, 5
det ik, 100 gram
9. Tit ik lembek setelah SNI 06-2434 68 66.8 65
o
LoH; C
10. Dakt ilit as set elah SNI 06-2432 > 140 >100 > 140
LoH; Cm
Hasil perhitungan nilai indeks penetrasi yang diperlihatkan pada Tabel 5.11.
menunjukkan hasil penggabungan antara bitumen asbuton dengan aspal
keras menghasilkan aspal gabungan yang mempunyai temperatur
dibandingkan dengan aspal keras tanpa bahan bitumen asbuton yang
ditunjukkan dengan nilai indeks penetrasi (PI) meningkat.
Dari Gambar 5.3., dapat dikatakan bahw a makin tinggi persentase bitumen
asbuton dalam aspal pen 60, makin rendah nilai penetrasi, baik dengan
bitumen murni hasil ekstraksi dengan pelarut TCE (nilai penetrasi 15 dmm),
asbuton murni dengan pelarut THF (nilai penetrasi 21 dmm), maupun
asbuton murni dengan pelarut terpenten (nilai penetrasi 19 dmm),
disamping hubungan tersebut untuk memenuhi acuan pada spesifikasi nilai
penetrasi 40 – 60 asbut on murni dalam AC 60, maksimum 25%.
TL = 0,215 (Ba) + 50,49 untuk asbuton murni diekstraksi TCE ... (5.6)
TL = 0,166 (Ba) + 50,54 untuk asbuton murni diekstraksi THF ...(5.7)
TL = 0,215 (Ba) + 50,49, asbuton murni diekstraksi terpentin ... (5.8)
Dari Gambar 5.4., dapat diketahui bahw a makin tinggi persentase bitumen
asbuton dalam aspal pen 60, makin tinggi nilai titik lembek, baik dengan
o
bitumen murni hasil ekstraksi dengan pelarut TCE (nilai titik lembek 66 C),
o
asbuton murni dengan pelarut THF (nilai titik lembek 62 C), maupun
o
asbuton murni dengan pelarut terpenten (nilai titik lembek 56 C).
Dari hal-hal yang telah diuraikan di atas, apabila asbuton murni akan
digunakan sebagai aditif untuk menghasilkan aspal modifikasi dengan sifat
seperti yang disyaratkan dalam spesifikasi BM (2007), maka persentase
penambahan asbuton murni pada aspal minyak pen 60 adalah sekitar 25%.
P = 0,030 (AM ) – 0,474 untuk asbuton murni diekstraksi TCE ………. (5.9)
IP = 0,015 (AM ) – 0,427 untuk asbut on murni diekstraksi THF ........ (5.10)
IP = 0,020 (AM ) – 0,406 asbuton murni diekstraksi terpentin ......... (5.11)
Pada perbandingan 20% asbuton murni dan 80% AC-60 atau 25% asbuton
murni terhadap AC-60 diperoleh aspal gabungan dengan kemampuan yang
lebih baik dibandingkan aspal minyak pen 60, yaitu naiknya nilai indeks
penetrasi dari -0,52 menjadi 0,09 serta ketahanan terhadap deformasi dari
o o
60,1 C menjadi 74,3 C. Sehingga dengan hasil ini dapat dikatakan asbuton
murni dengan penetrasi rendah dapat digunakan sebagai addit iveuntuk
memperbaiki aspal standard.
HasilPengujian
m enggunakan
No Jenis Pengujian
bit umen Asm in
Persyarat an* )
asbut on Pen 60
1. Kadar aspal opt im um , % 5.90 6.10 -
3
2. Kepadat an, gr/ cm 2.366 2.357 -
3. Rongga t erisi aspal (VFB), % 71.66 73.55 M in. 65
4. Rongga dalam agregat (VM A), % 16.20 18.40 M in. 15
5. Rongga t hd cam puran (VIM )
- M arshall, % 4.60 4.86 3,5 - 5,5
- PRD, % 3.02 3.08 2,5
6. St abilit as, kg 1376 982 M in 800
7. Kelelehan, mm 3.50 3.37 M in. 3
8. M arshall Quot ient , kg/ mm 407.94 291.67 M in. 250
9. St abilit as sisa, % 79.17 81.42 M in. 75
U
ntuk memisahkan bitumen dari mineral dalam asbuton, selain
digunakan alat standar di laboratorium, untuk kapasitas produksi
yang lebih besar, dicoba membuat model alat ekstraksi
dengankapasitas satu bat ch 10 kg asbuton, yang secara garis besar terdiri
atas:
Bagan alir operasi model alat ekstraksi asbuton, ditunjukkan Gambar 6.1.,
model alat ekstraksi asbuton diilustrasikan pada Gambar 6.2a. dan 6.2b.
Tabung
pencampur
(mixer) Pemanas oli dan
pompa
Tabung
pemisah
bitumen dg
saringan
Mineral
asbuton
Bitumen asbuton,
pelarut dan mineral
asbuton
Centrifugal
machine
Pompa penyedot
(vacuum pump)
filtrat
pompa udara
(compressor)
ga Tabung
Alat pemisah
pendingin
s
filtrate
Tabung
destilasi
Bitumen
asbuton
Pelarut
terpentin
Gambar 6.1. Bagan Alir Operasi M odel Alat Ekst raksi Asbut on
dengan M edia Saringan
Cat at an: Produksi 1: t anggal 17-09-2010 Produksi 2: t anggal 28-09Produksi 3: t anggal 05-10-
Produksi 4:t anggal 11-10;Produksi 5: t anggal 18-10; Produksi 6: t anggal 18-10 sudah
memenuhi syarat
Campuran beraspal
dengan Aspal minyak
Sedangkan hasil uji fatig seperti yang digambarkan pada Gambar 6.5,
menunjukkan bahw a campuran beraspal panas dengan bitumen Asbuton
hasil ekstraksi dengan terpenten memiliki ketahanan fatig yang relatif tidak
jauh berbeda dibandingkan dengan campuran beraspal panas dengan aspal
keras pen 60.meskipun pada aw alnya campuran beraspal panas dengan
aspalkeras lebih baik dibandingkan campuran beraspal panas dengan
bitumen Asbuton.
Dengan perbaikan model alat ekstraksi tahap aw al, dicoba dilakukan proses
ekstraksi asbuton dengan lama proses destilasi yang bervariasi. Hasil
pemeriksaan diperlihatkan pada Tabel 6.5.
Dari Tabel 6.4 dapat dilihat juga bahw a dengan nilai stabilitas dinamis yang
lebih besar dari 2500 lintasan/ mm, campuran beraspal yang dibuat dengan
asbuton murni dapat digunakan sebagai campuran beraspal untuk lalu
lintas berat sesuai dengan spesifikasi Bina M arga. Sedangkan campuran
beraspal dengan aspal minyak tidak memenuhi persyaratan tersebut.
Dengan demikian dapat diketahui bahw a asbuton murni memiliki sifat
ketahanan terhadap deformasi yang lebih baik daripada aspal minyak pen
60.
dr alat eks hot plat eRot Rot Rec Rot Rec Rot Rec
Rec
Temp Temp 170 Temp Temp Temp Temp
o o o o o o
140 C C 160 C 170 C 175 C 180 C
1. Penet rasi 115 35 65 53 43 32 0,1 mm
o
2. Tit ik lembek 46,8 55,8 49,4 56,0 56,6 58,6 C
3. Dakt ilit as >140 108 >140 > 140 > 140 > 140 cm
4. Berat Jenis 1,0563 1,0686 -
5. LOH set elah TFOT 3,60 1,06 1,49 1,74 1,54 1,0 %
Pen set elah TFOT 47 24 36 34 28 25 0,1 mm
Dakt . set elah TFOT 89,5 80 >140 >140 92,3 61 cm
o
TL set elah TFOT 53,9 60,4 57 58,4 60,0 61,4 C
6. Kelarut an 98,24 - > 99 >99 > 99 >99 %
D
engan kekurangan yang terjadi pada proses ekstraksi pada model
alat ekstraksi dengan menggunakan saringan dan tabung
centrifugal seperti:
Terlalu tingginya pelarut yang terperangkap dalam bitumen asbuton
Bertitik tolok dari hal di atas, perlu dilakukan perubahan proses ekstraksi
yang sebelumnya menggunakan saringan dan sentrifugal dirubah dengan
menggunakan media air yang didahului dengan percobaan di laboratorium.
Campuran didinginkan
sampai temperatur
125 – 140oC
Dicampur
Diamkan Campuran
Dari proses destilasi dengan media air ini diperoleh jenis fraksi seperti yang
diilustrasikan pada Gambar 8.2. Dari beberapa kali percobaan ketiga fraksi
yang dihasilkan memiliki komposisi:
Mineral +bitumen
Fraksi 3 asbuton + pelarut
+surfactant + air
Tabung
pencampur
Pemanas oli dgn
pompa oli
Pompa penyedot
(vacuum pump)
Tabung
ga ekstraksi dg
media air
Bitumen asbuton,
Tabung air,pelarut dan mineral
pendingi mineral asbuton
(filtrate) +mineral
Mineral
asbuton+air
Pelarut
terpenten filtra Tabung
pemanas
Gambar 7.3. Bagan Alir Operasi M odel Alat Ekst raksi dengan M edia Air
pelarut
air
1* ) 2* * )
A ASBUTON
1. Kadar bitumen 25,16 25,16 %
B BITUM EN ASBUTON
o
1. Penetrasi,25 C,100g,5detik SNI 06-2456-1991 67 80 60 - 70 dmm
≥48
o
2. Titik lembek SNI 06-2434-1991 50,6 47,8 C
3. Indeks penetrasi ≥-1 ≥-1
o
4. Viskositas pada 135 C SNI 06-6441-2000 770 385 385 cSt
o
5. Daktilitas,25 C,5cm / menit SNI 06-2432-1991 >140 >140 ≥ 100 Cm
o
6. Titik nyala ( COC ) SNI 06-2433-1991 228 200 M in. C
232
7. Kelarutan dalam C2HCl3 SNI-06-2438-1991 92,13 99,2 ≥ 99 %
8. Berat jenis SNI 06-2441-1991 1,041 1,021 ≥ 1,000 -
9. Kehilangan berat (TFOT) SNI 06-2440-1991 0,97 1,36 ≤ 0,8 % berat
10. Penetrasi setelah TFOT SNI 06-2456-1991 53 40 ≥ 54 % asli
o
11. Titik lembek setelah TFOT SNI 06-2434-1991 54 50,5 - C
o
12. Daktilitas,25 C,5cm / menit SNI 06-2432-1991 76 62 ≥ 100 Cm
Dari Tabel 7.5. masih tampak asbuton murni yang dihasilkan masih belum
memenuhi persyaratan aspal pen 60 untuk sampel hasil model alat
ekstraksi antara lain yaitu kelarutan, kehilangan berat dan penetrasi setelah
Resilient Resilient
No Temperat ur Temperat ur
M odulus M odulus
Ac wc dengan Asmin Pen 60 Ac wc dengan Asbut on murni
1 25 2706 25 3511
2 25 2631 25 3430
3 25 2804 25 3312
1 35 814 35 1562
2 35 856 35 1469
3 35 791 35 1403
1 45 423 45 605
2 45 414 45 624
3 45 324 45 612
Gambar 7.6 M odulus Cam puran Beraspal Panas Asbut on M urni dan Pen 60
Tabel 7.10 dan Gambar 7.6 memperlihatkan hasil uji modulus campuran
beraspal panas yang menggunakan asbuton murni lebih tinggi dari
campuran beraspal panas dengan aspal minyak pen 60, baik pada
o o
temperatur rendah (25 C) maupun tinggi (45 C). Hal ini selain menunjukkan
ASPAL ASBUTON
PEN 60 M URNI
Flexural stiffness rat a-rat a 4400 Flexural stiffness rat a-rat a 5358
Dari Tabel 7.11 memperlihatkan hasil uji fatig campuran beraspal panas
yang menggunakan asbuton murni menghasilkan flexural st iffness pada
siklus yang lebih tinggi dari campuran beraspal panas dengan aspal minyak
pen 60. Hal ini menunjukkan campuran beraspal panas yang menggunakan
asbuton murni lebih tahan terhadap retak dari campuran beraspal panas
menggunakan aspal minyak pen 60 .
4) Hasil analisis kimia relatif tidak berbeda untuk Asbuton murni baik yang
dihasilkan bahan pelarut terpentin ditambah surfact an maupun bahan
pelarut standar TCE.
5) Terdapat dua jenis proses pada M odel alat ekstraksi yang telah dibuat,
yang pertama proses ekstraksi menggunakan media saringan dan yang
kedua proses ekstraksi disamping menggunakan bahan pelarut
terpenten juga ditambah air. Kedua proses menggunakan model alat
ekstraksi dapat menghasilkan asbuton murni memenuhi syarat dengan
kapasitas sekitar 10 kg tiap hari.
2. Didin , Pelarut unt uk Ekst raksi Aspal Buton, Institut Teknologi Bandung,
2008
5. Kurniadji , Asbut on (aspal bat u but on) sebagai bahan perkerasan jalan,
Pusat Penelitian Jalan dan Jembatan Departemen Pekerjaan
Umum,2007.
6. Kurniadji dkk, Laporan Akhir sub judul Kajian Teknologi Asbut on Pusat
Penelitian Jalan dan Jembatan Departemen Pekerjaan Umum,2008.
7. Kurniadji dkk, Laporan Akhir sub judul Kajian Teknologi Asbut on Pusat
Penelitian Jalan dan Jembatan Departemen Pekerjaan Umum,2009.
8. Kurniadji dkk, Laporan Akhir Kajian Ekst raksi Asbut on Pusat Penelitian
Jalan dan Jembatan Departemen Pekerjaan Umum,2011.
9. Kurniadji dkk, Laporan Akhir Kajian Ekst raksi Asbut on Pusat Penelitian
Jalan dan Jembatan Departemen Pekerjaan Umum,2012.
Daftar Pustaka 63
17. Sumber: Dep Kimpraswil,1999 dan Dep.Pertambangan & Energi
Sultra,1997 (lihat hal. 3)