Makalah Typhoid Fix

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PENYAKIT TYPHOID

Dosen Pengampu : Alwin Widianto, S.Kep.,Ns.,M.Kes

Disusun oleh :

Mimik Aminatur Rohmah 14201.12.20022

Novalita Jamiliatus Sholehah 14201.12.20031

Tri Sultan Karimullah 14201.12.20050

PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG
PAJARAKAN-PROBOLINGGO
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia nya kepada kita semua sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “PENYAKIT TYPHOID ” dengan tepat waktu .

Tugas ini di tunjukkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak.
Dan kami juga mengucapkan terimakasih kepada bapak , selaku dosen pengampu mata
kuliah Keperawatan Anak

Kami menyadari makalah ini banyak kekurangan dan kelemahan ,baik dalam hal
mengetik maupun keseluruhan isinya . Hal ini di sebabkan karena keterbatasan
pengetahuan dan wawasan kami. Oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan
saran untuk menyempurnakan makalah ini .

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi
pembaca

PROBOLINGGO, 13 Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I.....................................................................................................................................1
PENDHULUAN....................................................................................................................1
1.1Latar Belakang..............................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah.........................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................................2
BAB II....................................................................................................................................3
PEMBAHASAN....................................................................................................................3
2.1 Pengertian Penyakit Typhoid.......................................................................................3
2.2 Etilogi Penyakit Typhoid.............................................................................................3
2.3 Manifestasi klinis penyakit Typhoid............................................................................4
2.4 Klasifikasi Demam Typhoid........................................................................................5
2.4.1Demam intermitem.................................................................................................5
2.4.2Demam remitem.....................................................................................................5
2.4.3Demam kekambuhan..............................................................................................5
2.4.4Demam konstan......................................................................................................5
2.5 Patofisiologi penyakit Typhoid....................................................................................5
2.6 Penatalaksanaan...........................................................................................................8
2.6.1Penatalaksanaan medis...........................................................................................8
2.6.2Penatalaksanaan Keperawatan................................................................................8
2.7 Pemeriksaan Penunjang penyakit typhoid...................................................................9
2.8 Askep Teori penyakit typoid......................................................................................10
2.8.1 Pengkajian...........................................................................................................10
2.8.2 Riwayat Penyakit.................................................................................................10
2.8.3 Diagnosa keperawatan.........................................................................................12
2.8.4 Perencanaan.........................................................................................................12
2.8.5 Intervensi…………………………………………………………………………………………………………………….13

ii
2.8.6 Implementasi.......................................................................................................13
2.8.7 Evaluasi..............................................................................................................14
BAB III................................................................................................................................15
PENUTUP...........................................................................................................................15
3.1Kesimpulan.................................................................................................................15
3.2Saran............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................16

iii
iv
BAB I
PENDHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala
demam lebih dari 7 hari dan gangguan pada saluran cerna merupakan demam typhoid.
Penyakit ini lebih dikenal masyarakat dengan nama Tifus, disebabkan oleh bakteri
Salmonella typhii. Demam tifoid masih merupakan masalah kesehatan yang penting di
berbagai negara sedang berkembang. Data World Health Organization memperkirakan
angka kejadian di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta per tahun dengan 600.000
orang meninggal karena penyakit ini dan 70% .
Diperkirakan angka kejadian dari 150/100.000 per tahun di Amerika Selatan dan
900/100.000 per tahun di Asia. Di Indonesia, penyakit demam tifoid bersifat endemik.
Penyakit ini tersebar di seluruh wilayah dengan jumlah yang tidak berbeda jauh antar
daerah. Menurut data WHO, penderita demam tifoid di Indonesia cenderung
meningkat setiap tahun dengan rata-rata 800 per 100.000 penduduk. Berdasarkan Profil
Kesehatan Indonesia tahun 2009 jumlah kejadian demam tifoid dan paratifoid di
Rumah Sakit adalah 80.850 kasus pada penderita rawat inap dan 1.013 diantaranya
meninggal dunia. Sedangkan pada tahun 2010 penderita demam tifoid dan para tifoid
sejumlah 41.081 kasus pada penderita rawat inap dan jumlah pasien meninggal dunia
sebanyak 276 jiwa
Demam typhoid merupakan salah satu dari penyakit infeksi terpenting. Manifestasi
yang sering muncul adalah kenaikan suhu tubuh yang sangat signifikan, hal ini
diakibatkan oleh stress fisiologis seperti ovulasi, olahraga berat, sampai lesi sistem
saraf pusat atau infeksi oleh mikroorganisme serta proses non infeksi seperti radang
(Siswanto, 2019). Teknik non-farmakologi yang dapat digunakan untuk mengurangi
kenaikan suhu tubuh pada pasien demam adalah dengan manajemen demam, yaitu
dengan memberikan beberapa tindakan seperti kompres hangat, plester kompres,
pemenuhan kebutuhan nutrisi, dan tirah baring (Arieska et al, 2019).

1
1.2 Rumusan masalah
1. Pengertian Demam Typhoid
2. Etiologi Demam Typoid
3. Manifestasiklini Demam Typhoid
4. Klasifikasi Demam Typhoid
5. Patofisiologi Demam Typhoid
6. Penatalaksanaan Demam Typhoid
7. Pemeriksaan penunjang Demam Typhoid
8. Aspek legal etik Demam Typhoid
9. Healt education dan advokasi Demam Typhoid
10. Askep teori Demam Typhoid

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui pengertian Demam Typhoid
2. Mengetahui Etiologi Demam Typoid
3. Mengetahui Manifestasiklini Demam Typhoid
4. Mengetahui Klasifikasi Demam Typhoid
5. Mengetahui Patofisiologi Demam Typhoid
6. Mengetahui Penatalaksanaan Demam Typhoid
7. Mengetahui pemerikssaan penunjang Demam Typhoid
8. Mengetahui aspek legal etik Demam Typhoid
9. Mengetahui healt education dan advokasi Demam Typhoid
10. Mengetahui askep teori Demam Typhoid

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Demam Typhoid


Demam typhoid adalah salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh
Salmonella typhi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen
oleh leukosit pada jaringan yang meradang (Reilly, 2020). Salmonella typhi disebarkan
melalui rute fekal-oral yang memiliki potensi epidemi. Hipertermi merupakan salah
satu tanda gejala klinik pada pasien yang menderita typhoid. Penyakit typhoid masih
sering ditemukan dan menjadi masalah kesehatan penting di negara berkembang
(Andrews et al., 2020)
Demam typhoid merupakan salah satu dari penyakit infeksi terpenting. Manifestasi
yang sering muncul adalah kenaikan suhu tubuh yang sangat signifikan, hal ini
diakibatkan oleh stress fisiologis seperti ovulasi, olahraga berat, sampai lesi sistem saraf
pusat atau infeksi oleh mikroorganisme serta proses non infeksi seperti radang
(Siswanto, 2019). Teknik non-farmakologi yang dapat digunakan untuk mengurangi
kenaikan suhu tubuh pada pasien demam adalah dengan manajemen demam, yaitu
dengan memberikan beberapa tindakan seperti kompres hangat, plester kompres,
pemenuhan kebutuhan nutrisi, dan tirah baring (Arieska et al, 2019).
Seseorang yang terinfeksi bakteri penyebab tipes bisa menyebar ke seluruh tubuh
yang dapat mempengaruhi banyak organ tubuh penderitanya. Orang yang terinfeksi
penyakit demam tifoid / tipes dapat menularkan bakteri melalui fases dan urine, makan
dan minuman yang sudah terkontaminasi dengan urine atau fases penderita tipes.
Ataupun mengkonsumsi makanan yang ditangani oleh orang yang sedang mengalami
tipes dan belum dinyatakan sembuh oleh dokter, Demam tifoid termasuk infeksi
bakteri yang bisa menyebar ke seluruh tubuh dan memengaruhi banyak organ. Tanpa
perawatan yang cepat dan tepat, penyakit ini bisa menyebabkan komplikasi serius yang
berakibat fatal.

2.2 Etiologi Demam Typhoid


Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri
Salmonella Typhi.Bakteri Salmonella Typhi berbentuk batang, Gram negatif, tidak
berspora, motil, berflagel, berkapsul, tumbuh dengan baik pada suhu optimal 370 C,
bersifat fakultatif anaerob dan hidup subur pada media yang mengandung

3
empedu.Isolat kuman Salmonella Typhi memiliki sifat-sifat gerak positif, reaksi
fermentasi terhadap manitol dan sorbitol positif, sedangkan hasil negatif pada reaksi
indol, fenilalanin deaminase, urease dan DNase
Bakteri Salmonella Typhi memiliki beberapa komponen antigen antara lain antigen
dinding sel (O) yang merupakan lipopolisakarida dan bersifat spesifik grup.Antigen
flagella (H) yang merupakan komponen protein berada dalam flagella dan bersifat
spesifik spesies.Antigen virulen (Vi) merupakan polisakarida dan berada di kapsul yang
melindungi seluruh permukaan sel.Antigen ini menghambat proses aglutinasi antigen O
oleh anti O serum dan melindungi antigen O dari proses fagositosis.Antigen Vi
berhubungan dengan daya invasif bakteri dan efektivitas vaksin.Salmonella Typhi
menghasilkan endotoksin yang merupakan bagaian terluar dari dinding sel, terdiri dari
antigen O yang sudah dilepaskan, lipopolisakarida dan lipid A.Antibodi O, H dan Vi
akan membentuk antibodi agglutinin di dalam tubuh.Sedangkan, Outer Membran
Protein (OMP) pada Salmonella Typhi merupakan bagian terluar yang terletak di luar
membran sitoplasma dan lapisan peptidoglikan yang membatasi sel dengan lingkungan
sekitarnya.OMP sebagain besar terdiri dari protein purin, berperan pada patogenesis
demam tifoid dan antigen yang penting dalam mekanisme respon imun host. OMP
berfungsi sebagai barier mengendalikan masuknya zat dan cairan ke membran
sitoplasma selain itu berfungsi sebagai reseptor untuk bakteriofag dan bakteriosin

2.3 Manifestasi klinis Demam Typhoid


Manifestasi klinis demam tifoid pada anak sering kali tidak khas dan sangat
bervariasi yang sesuai dengan patogenesis demam tifoid. Spektrum klinis demam
tifoid tidak khas dan sangat lebar, dari asimtomatik atau yang ringan berupa panas
disertai diare yang mudah disembuhkan sampai dengan bentuk klinis yang berat baik
berupa gejala sistemik panas tinggi, gejala septik yang lain, ensefalopati atau timbul
komplikasi gastrointestinal berupa perforasi usus atau perdarahan.Hal ini mempersulit
penegakan diagnosis berdasarkan gambaran klinisnya saja. Demam merupakan
keluhan dan gejala klinis terpenting yang timbul pada semua penderita demam tifoid.
Demam dapat muncul secara tiba-tiba, dalam 1-2 hari menjadi parah dengan gejala
yang menyerupai septisemia oleh karena Streptococcus atau Pneumococcus daripada
S. typhi. Menggigil tidak biasa didapatkan pada demam tifoid tetapi pada penderita
yang hidup di daerah endemis malaria, menggigil lebih mungkin disebabkan oleh

4
malaria. Namun demikian demam tifoid dan malaria dapat timbul bersamaan pada
satu penderita. Sakit kepala hebat yang menyertai demam tinggi dapat menyerupai
gejala meningitis, di sisi lain S. typhi juga dapat menembus sawar darah otak dan
menyebabkan meningitis. Manifestasi gejala mental kadang mendominasi gambaran
klinis, yaitu konfusi, stupor, psikotik atau koma. Nyeri perut kadang tak dapat
dibedakan dengan apendisitis. Pada tahap lanjut dapat muncul gambaran peritonitis
akibat perforasi usus (Risky Vitria Prasetyo, 2009)
Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika dibandingkan
dengan penderita dewasa. Masa tunas rata-rata 10-20 hari, yang tersingkat 4 hari jika
infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan yang terlama sampai 30 hari jika infeksi
melalui minuman. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodormal, yaitu
tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat (Putra et al., 2012)

2.4 Klasifikasi Demam Typhoid


2.4.1 Demam intermitem
Suhu tubuh akan berubah ubah dalam interval yang teratur , antara peroide demam
dan periode suhu normal serta subnormal .bila demam seperti ini terjadi setiap dua
hari sekali disebut tersiana dan bila dua hari bebabs demam diantaranya dua
serangan demam disebut kuartana
2.4.2 Demam remitem
Terjadi fluktuasi suhu rentang yang luas dan berlangsung selama 24 jam ,dan
selama itu suhu tubuh berada diatas normal
2.4.3 Demam kekambuhan
Masa febril yang pendek selama beberapa hari diselingi dengan periode suhu
normal selama 1-2 hari
2.4.4 Demam konstan
Suhu tubuh akan sedikit berfluktausi ,tetapi tetap berada diatas suhu normal .suhu
yang meningkatkan secara cepat menjadi demam setelah priode normal dan
kembali normal dalam beberapa jam disebut sebagai fiver spike

2.5 Patofisiologi Demam Typhoid


Patogenesis demam tifoid merupakan proses yang kompleks yang melalui beberapa
tahapan. Setelah kuman Salmonella typhi tertelan, kuman tersebut dapat bertahan
terhadap asam lambung dan masuk ke dalam tubuh melalui mukosa usus pada ileum
terminalis. Bakteri melekat pada mikrovili di usus, kemudian melalui barier usus yang
melibatkan mekanisme membrane ruffling, actin rearrangement, dan internalisasi

5
dalam vakuola intraseluler. Kemudian Salmonella typhi menyebar ke sistem limfoid
mesenterika dan masuk ke dalam pembuluh darah melalui sistem limfatik. Bakteremia
primer terjadi pada tahap ini dan biasanya tidak didapatkan gejala dan kultur darah
biasanya masih memberikan hasil yang negatif. Periode inkubasi ini terjadi selama 7-
14 hari.
Bakteri dalam pembuluh darah ini akan menyebar ke seluruh tubuh dan
berkolonisasi dalam organ-organ sistem retikuloendotelial, yakni di hati, limpa, dan
sumsum tulang. Kuman juga dapat melakukan replikasi dalam makrofag. Setelah
periode replikasi, kuman akan disebarkan kembali ke dalam sistem peredaran darah
dan menyebabkan bakteremia sekunder sekaligus menandai berakhirnya periode
inkubasi. Bakteremia sekunder menimbulkan gejala klinis seperti demam, sakit
kepala, dan nyeri abdomen. Bakteremia dapat menetap selama beberapa minggu bila
tidak diobati dengan antibiotik. Pada tahapan ini, bakteri tersebar luas di hati, limpa,
sumsum tulang, kandung empedu, dan Peyer’s patches di mukosa ileum terminal.
Ulserasi pada Peyer’s patches dapat terjadi melalui proses inflamasi yang
mengakibatkan nekrosis dan iskemia. Komplikasi perdarahan dan perforasi usus dapat
menyusul ulserasi. Kekambuhan dapat terjadi bila kuman masih menetap dalam
organ-organ system retikuloendotelial dan berkesempatan untuk berproliferasi
kembali. Menetapnya Salmonella dalam tubuh manusia diistilahkan sebagai pembawa
kuman atau carrier (Linson et al., 2012)

6
Salmonella typhosa

Saluran pencernaan

Diserap oleh usus halus

Bakteri memasuki aliran darah sistemik


Kelenjar limfoid Hati Limpa Endotoksin
Usus halus

Tukak Hepatomegali Splenomegali Demam

Pendarahan dan nyeri perabahan


Perforasi mual/tidak nafsu makan

Perubahan nutrisi

Resiko kurang volume cairan

Gambar 1:Pathway typhoid

7
2.6 Penatalaksanaan
Menurut Inawati (2017) pengobatan/penatalaksanaan pada penderita Demam thypoid
adalah sebagai berikut
2.6.1 Penatalaksanaan medis
a. Pasien demam thypoid perlu dirawat, pasien harus mengalami tirah baring
ditempat tidur sampai minimal 7 sampai 14 hari. Maksud untuk tirah baring
ini adalah untuk mencegah terjadinya komplikasi pendarahan usus atau
perforasi usus. Mobilisasi untuk pasien harus dilakukan secara bertahap,
sesuai dengan pulihannya kekuatan pasien. Kebersihan tempat tidur,
pakaian, dan peralatan yang dipakai pasien. Pasien dengan kesadaran
menurun, posisi tubuhnya minimal 2 jam harus diubah-ubah pada waktu-
waktu tertentu untuk menghindari terjadi adanya dekubitus. Defekasi dan
buang air kecil perlu diperhatikan karena kadang-kadang terjadi obstipasi
dan retensi air kemih
b. Diet dan terapi penunjang Diet makanan untuk penderita demam thypoid ini
harus mengandung cukup intake cairan dan tinggi protein, serta rendah
serat. Diet bertahap untuk pasien demam thypoid diberi bubur, kemudian
bubur kasar dan akhirnya diberi nasi. Beberapa peneliti menunjukan bahwa
pemberian makanan padat dini, yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa
(pantang sayuran dengan serat kasar) dan diet tinggi serat akan
meningkatkan kerja usus sehingga resiko perforasi usus lebih kuat.
c. Pemberian obat Terapi Obat-obatan atibiotika anti inflamasi dan anti
piretik: Pemberian antibiotika sangat penting dalam mengobati demam
thypoid karena semakin bertambahnya resitensi antibiotic, pemberihan
terapi empirik merupakan masalah dan kadang-kadang controversial.
Kebanyakan regimen antibiotik disertai dengan 20% kumat.
2.6.2 Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut (Nugroho, 2011) tindakan keperawatan
yang dilakukan untuk pasien dengan demam thypoid antara lain: a. a. a. a.
a.Gangguan suhu tubuh (Hipertermi).
1) Kaji penyebab hipertermi
2) Jelaskan pada klien/keluarga pentingnya mempertahankan masukan
cairan yang adekuat untuk mencegah dehidrasi.

8
3) Ajarkan/lakukan upaya mengatasi hipertermi dengan kompres hangat,
sirkulasi cukup, pakaian longgar dan kering dan pembatasan aktivitas
. 4) Jelaskan tanda-tanda awal hipertermi: kulit kemerahan, letih, sakit
kepala, kehilangan nafsu makan.
b. Kebutuhan nutrisi dan cairan
1) Tentukan kebutuhan kalori harian yang realistis dan secara adekuat,
konsulkan pada ahli gizi.
2) Timbang BB secara berkala.
3) Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat
4) Ciptakan suasana yang membangkitkan selera makanan: tampilan pada
makanan, sajian makanan dalam keadaan hangat, makan secara bersamaan,
suasana yang tenang, lingkungan yang bersih.
5) Pertahankan kebersihan mulut sebelum dan sesudah makan

2.7 Pemeriksaan Penunjang Demam typhoid


Menurut Muttaqin, (2011) pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien
demam thypoid antara lain sebagai berikut
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah
Untuk mengindentifikasi adanya anemia karena asupan makanan yang terbatas,
malabsorspi, hambatan pembentukan darah dalam sumsum, dan penghancuran sel
darah merah dalam pendarahan darah. Leukopenia dengan jumlah lekosit antara
3000- 4000 mm3 ditemukan pada fase demam. Hal ini diakibatkan oleh
penghancuran lekosit oleh endotoksin. Aneosinofilia yaitu hilangnya eosinophil
dari darah tepi. Trombositopenia terjadi pada stadium panas yaitu pada minggu
pertama. Limfositosis umumnya jumlah limfosit meningkat akibat rangsangan
endotoksin laju endap darah meningkat
b. Pemeriksaan Leukosit
Pada kebanyakan kasus demam thypoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi
dalam batas normal, malahan kadang terdapat leukositosis, walaupun tidak ada
komplikasi atau infeksi sekunder.
c.Pemeriksaan feses
Didapatkan adanya lendir dan darah, dicurigai akan bahaya perdarahan pada usus
dan perforasi

9
d. Tes widal
Tes widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan anti bodi (aglutinin).
Agglutinin yang spesifik terhadap sallmonela terdapat dalam serum pasien demam
thypoid, juga pada orang yang pernah ketularan salmonella dan pada orang yang
pernah divaksinasi terhadap demam thypoid. Anti gen yang digunakan pada tes
widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium.
Maksud tes widal adalah untuk menentukan adanya agglutinin dalam serum pasien
yang disangka menderita demam thypoid. Akibat infeksi oleh kuman salmonella,
pasien membuat anti bodi (agglutinin)
e. Biakan darah
Biakan darah positif memastikan demam thypoid, tetapi biakan darah negative
tidak menyingkirkan demam thypoid, karena pada pemeriksaan minggu pertama
penyakit berkurang dan pada minggu-minggu berikutnya pada waktu kambuh
biakan akan terjadi positif lagi
f. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah adanya kelainan atau komplikasi akibat
demam thypoid.

2.8 Askep Teori Demam typoid


2.8.1 Pengkajian
Identitas klien :
Nama
Usia
Jenis kelamin
Suku / bangsa
Agama
Status marital
Pendidikan / pekerjaan
Alamat
2.8.2 Riwayat Penyakit
a) Keluhan utama
Merupakan alasan utama masuk rumah sakit atau keluhan utama.
Pada umumnya klien dengan penyakit typhoid keluhan yang paling umum

10
adalah berupa demam tinggi (hipertermi) yang berkepanjangan, perasaan
tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing, dan kurang bersemangat, serta
nafsu makan berkurang (terutama pada masa inkubasi) (Sodikin, 2011).
b) Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit sekarang merupakan keluhan utama dari paling
awal saat dirumah, lalu saat di rumah sakit, pada saat pengkajian dan
sampai perkembangan saat ini yang membantu untuk membuat rencana
tindakan keperawatan.
Pada kasus yang khas, demam berlangsung selama 3 minggu,
bersifat febris, dan suhunya tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama
suhu tubuh berangsur-angsur baik pada setiap harinya, biasanya menurun
pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Pada minggu
kedua, pasien terus berada dalam keadaan demam. Saat minggu ketiga,
suhu berangsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga
(Sodikin, 2011).
c) Riwayat penyakit keluarga
Pada saat pengkajian perlu ditanyakan pada pasien maupun anggota
keluarga apakah sebelumnya ada keluarga yang menderita demam typhoid
sehingga bisa terjadi adanya penularan.
d) Pola aktivitas sehari – hari
1. Nutrisi
Kecenderungan berat badan penderita demam typhoid ini akan
mengalami perubahan terjadinya berat badan karena mengalami
penurunan nafsu makan. Pada penderita pasien demam typhoid ini
yang akan dirasakannya berupa gejala yang muncul yaitu rasa mual,
muntah, anoxeria kemungkinan juga nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh (Nugroho,2011).

2. Eliminasi
Pada demam typhoid ini biasanya terjadi konstipasi dan
diare atau mungkin normal.
Pada sistem integumen dengan demam typhoid ditemukan
gejala seperti dada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan
reseola (bintik-bintik kemerahan karena emboli hasil dalam kapiler

11
kulit yang dapat ditemukan pada minggu pertama demam (Sodikin,
2011).
3. Istirahat tidur
Data yang sering muncul pada pasien demam typhoid adalah
mengalami kesulitan untuk tidur karena adanya peningkatan suhu
tubuh sehingga pasien merasa gelisah pada saat untuk beristirahat
ataupun saatnya untuk tidur. Klien mengalami penurunan pada
aktivitas. Karena badan klien sangat lemah dan klien dianjurkan
istirahat karena adanya peningkatan suhu tubuh yang
berkepanjangan.
4. Personal hygine
Untuk memenuhi kebutuhan kebersihan badan pasien
demam typhoid ini akan di bantu oleh keluarga atau perawat,
karena pasien merasa lemas sehingga menghambat dalam
melakukan kegiatan perawatan badan.

2.8.3 Diagnosa keperawatan


Diagnosa keperawatan digunakan sebagai landasan untuk pemilihan
intervensi guna mencapai hasil yang menjadi tanggung jawab dan untuk tindakan
perawat. Diagnosa keperawatan perlu dirumuskan setelah melakukan analisa data dari
hasil pengkajian untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang melibatkan klien
beserta keluarganya. Dengan demikian asuhan keperawatan dapat dilakukan sesuai
kebutuhan yakni memenuhi kebutuhan fisik, emosi atau psikologis, tumbuh
berkembang, pengetahuan atau intelektual, sosial dan spiritual yang didapatkan dari
pengkajian (Sumiatun, 2010).
Diagnosa yang biasanya muncul pada demam typhoid menurut Amin, Hardi (2015) adalah
sebagai berikut :

a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.


b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
makanan yang tidak adekuat.
c. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake cairan tidak adekuat dan
peningkatan suhu tubuh.

2.8.4 Rencana Asuhan Keperawatan


1) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, di
harapkan hipertermia teratasi :
1. Suhu membaik

12
2. Suhu tubuh membaik normal 36,2-37℃
Intervensi :
1. Identifikasi penyebab hipertermia
2. Monitor suhu tubuh
3. Sediakan lingkungan yang dingin
4. Longgarkan atau longgarkan pakaian
5. Kompres air hangat pada dahi, leher, axial
6. Anjurkan tira barin
2) Defisit nutrisi b.d faktor psikologis (keenganan untuk makan)
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, di
harapkan gangguan defisit nutrisi teratasi :
1. Keinginan makan membaik
2. Asupan makan membaik
3. Kemampuan menikmati makan membaik
4. Berat badan meningkat
Intervensi :
1. Identifikasi makanan yanga di sebut
2. Monitor asupan makanan
3. Monitor BB
4. Berikan makanan tinggi serat dan untuk masalah konstipasi
5. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
6. Anjurkan posisi duduk
7. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan jika perlu
2.8.5 Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala bentuk treatment yang dikerjakan
oleh perawat didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai
tujuan luaran yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).

13
2.8.6 Implementasi
Implementeasi merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan
yang dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan (Potter & Perry, 2019).
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan implementasi
harus berpusat kepada kebutuhan pasien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi
kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi
(Dinarti & Muryanti, 2017).

2.8.7 Evaluasi
Evaliuasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan.
Evaluasi adalah kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan melibatkan pasien,
perawat dan anggota tim kesehatan lainnya (Padila, 2019). Menurut Setiadi (2018)
dalam buku konsep & dan penulisan Asuhan Keperawatan. Tahap evaluasi adalah
perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan
yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan
pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat
kemampuan pasien dalam mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada
tahap perencanaan (Setiadi, 2018).
Menurut (Asmadi, 2018) terdapat 2 jenis evaluasi :
a. Evaluasi formatif (proses)
Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil
tindakan keperawatan. Evaluasi ini dilakukan segera setelah perawat
mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai keefektifan tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi ini meliputi 4 komponen yang
dikenal dengan istilah SOPA, yakni subjektif (data keluhan pasien), objektif (data
hasil pemeriksaan), analisis data (perbandingan data dengan teori), dan
perencanaan.
b. Evaluasi sumatif (hasil)
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua aktivitas
proses keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini bertujuan menilai dan
memonitor kualitas asuhan keperawatan yang diberikan. Metode yang dapat
digunakan pada evaluasi jenis ini adalah melakukan wawancara pada akhir
pelayanan, menanyakan respon pasien dan keluarga terkait pelayanan keperawatan
mengadakan pertemuan pada akhir layanan. Ada 3 kemungkinan hasil evaluasi dalam
pencapaian .
Tujuan keperawatan yaitu :
1. Tujuan tercapai / masalah teratasi.
2. Tujuan tercapai sebagian / masalah teratasi sebagian.

14
3. Tujuan tidak tercapai / masalah belum teratasi.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hipertermi merupakan salah satu tanda gejala klinik pada pasien yang menderita
typhoid. Demam typhoid adalah salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh
Salmonella typhi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen
oleh leukosit pada jaringan yang meradang (Reilly, 2020). Salmonella typhi disebarkan
melalui rute fekal-oral yang memiliki potensi epidemi. Penyakit typhoid masih sering
ditemukan dan menjadi masalah kesehatan penting di negara berkembang.
Penyebab tipes (tifus) atau demam tifoid adalah bakteri yang berasal dari
lingkungan atau kebiasaan yang tidak higienis. Jika Anda mengalami demam tifoid,
Anda bisa merasakan gejala, seperti badan yang lemah, lelah, hingga sakit tenggorokan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian demam tifoid antara lain jenis kelamin,
usia, status gizi, kebiasaan jajan, kebiasaan cuci tangan, pendidikan orang tua, tingkat
penghasilan orang tua, pekerjaan orang tua, dan sumber air.

3.2 Saran
Mahasiswa diharpkan dapat memperhatikan dan meningkatkan kesadaran tentang
penyebab dari penyakit Typhoid dari beberapa faktor-faktor seperti lingkungan,
kebersihan ,dan selalu mencuci tangan .

15
DAFTAR PUSTAKA

JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT VOL. 2/NO.6/ Mei


2017; ISSN 250-731X
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN
GEJALA DEMAM THYPOID PADA MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN
MASYARAKAT UNIVERSITAS HALU OLEO TAHUN 2017 Rois Kurnia Saputra,
Ruslan Majid,Hartati Bahar
PENERAPAN ALGORITMA NAÏVE BAYES UNTUK MEMPREDIKSI GEJALA
DEMAM TIFOID PADA PUSKESMAS CIBADAK Abdullah Khabari Kamil , Resti
Yulistria , Apip Supiandi , Gunawan
VIVA MEDIKA Jurnal Kesehatan, Kebidanan, dan Keperawatan
http://ejournal.uhb.ac.id/index.php/VM/issue/archive STUDI KASUS IMPLEMENTASI
EVIDENCE-BASED NURSING: WATER TEPID SPONGE BATH UNTUK
MENURUNKAN DEMAM PASIEN TIFOID Andan Firmansyah,Henri setiawan ,Heri
aryanto
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Demam Tifoid pada Anak di RSUD Tugurejo
Semarang Galuh Ramaningrum , Hema Dewi Anggraheny , Tiara Perdana Putri Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang.

16
17
18

Anda mungkin juga menyukai