Makalah Infeksi Nosokomial

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ADMINISTRASI RUMAH SAKIT


(Prinsip Pengendalian Infeksi Nosokomial)
(Dosen pengampuh : Dewi Astuti S.KM.M.Kes (MARS))

Di susun oleh :
Kelompok 2
Detiria
Mardia
Musfira
Naselina
Ahmad Riyaldi
Jesi Cornelia Patola
Rizka Afriani Umar
Cici Ashari rahakbaw
Cristy Milenia Renata
Ferni Sulastriawati Yto
Chirsta Bernadeth Ina Tulit

FAKULTAS FARMASI, TEKNOLOGI RUMAH SAKIT DAN INFORMATIKA


PRODI S1 ADMINISTRASI RUMAH SAKIT
UNIVERSITAS MEGA REZKY MAKASSAR
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
KATA PENTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT dengan rahmat dan karunianya penulis telah dapat

menyelesaikan makalah ini yang berjudul “PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL”

Selawat beriring salam penulis kirimkan kepada junjungan Alam Nabi Muhammad SAW beserta

keluarga dan sahabat beliau sekalian.

Dalam penyelesaian penulisa makalah ini, penulis mendapat bimbingan, arahan dan

bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

sebesarnya.

Segala usaha telah dilakukan untuk menyempurnakan makalah ini. Namun penulis

menyadari bahwa dalam makalah ini mungkin masih ditemukan kekurangan dan kekhilafan.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat dijadikan masukan guna

perbaikan di masa yang akan datang.

Makassar, 02 Desember 2019


Penulis

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN....................................................................
1.1 Latar Belakang.....................................................................
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………
1.3 Tujuan ..................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................
2.1 Definisi Infeksi Nosokomial ...............................................
2.2 Penyebab Infeksi Nosokomial..............................................
2.3 Cara Penularan Infeksi Nosokomial.....................................
2.4 Pencegahan...........................................................................
2.5 Faktor Resiko “Healthcare-Associated Infections” (HAIs).
2.6 Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi................................
2.7 Peran Perawat Dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial.......
BAB III PENUTUP...............................................................................
3.1 Kesimpulan...........................................................................
3.2 Saran.....................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama tingginya angka kesakitan dan
kematian di dunia. Salah satu jenis infeksi adalah infeksi nosokomial. Infeksi ini menyebabkan
1,4 juta kematian setiap hari di seluruh dunia. Infeksi nosokomial itu sendiri dapat diartikan
sebagai infeksi yang diperoleh seseorang selama di rumah sakit.
Selama 10-20 tahun belakangan ini telah banyak penelitian yang dilakukan untuk mencari
masalah utama meningkatnya angka kejadian infeksi nosokomial dan di beberapa Negara,
kondisinya justru sangat memprihatinkan. Keadaan ini justru memperlama waktu perawatan dan
perubahan pengobatan dengan obat-obatan mahal akibat resistensi kuman, serta penggunaan jasa
di luar rumah sakit. Karena itu di negara-negara miskin dan berkembang, pencegahan infeksi
nosokomial lebih diutamakan untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan pasien dirumah
sakit.
Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga merupakan sarana pelayanan kesehatan yang dapat
menjadi sumber infeksi dimana orang sakit dirawat dan ditempatkan dalam jarak yang sangat.
Infeksi nosokomial dapat terjadi pada penderita, tenaga kesehatan dan juga setiap orang yang
datang ke rumah sakit. Infeksi yang ada di pusat pelayanan kesehatan ini dapat ditularkan atau
diperoleh melalui petugas kesehatan, orang sakit, pengunjung yang berstatus karier atau karena
kodisi rumah sakit.
Kerugian yang ditimbulkan akibat infeksi ini adalah lamanya rawat inap yang tentunya
akan membutuhkan biaya yang lebih banyak dari perawatan normal bila tidak terkena infeksi
nosokomial. Infeksi ini dapat menyebabkan kematian bagi pasien.

Dalam Kepmenkes no. 129 tahun 2008 ditetapkan suatu standar minimal pelayanan rumah
sakit, termasuk didalamnya pelaporan kasus infeksi nosokomial untuk melihat sejauh mana
rumah sakit melakukan pengendalian terhadap infeksi ini. Data infeksi nosokomial dari
surveilans infeksi nosokomial di setiap rumah sakit dapat digunakan sebagai acuan pencegahan
infeksi guna meningkatkan pelayanan medis bagi pasien (Kepmenkes, 2008).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa penyebab Infeksi Nosokomial?
2. Bagaimana cara penularan Infeksi Nosokomial?
3. Bagaimana cara pencegahan Infeksi Nosokomial?
4. Apa factor resiko “ Healthcare-Associated Infections” (HAIs)?
5. Bagaimana cara pencegahan dan pengendalian infeksi?
6. Bagaimana peran perawat dalam pencegahan infeksi nosokomial?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Penyebab Infeksi Nosokomial
2. Untuk mengetahui Cara Penularan Infeksi Nosokomial
3. Untuk mengetahui Pencegahan
4. Untuk mengetahui Faktor Resiko “Healthcare-Associated Infections” (hais).
5. Untuk mengetahui Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi
6. Untuk mengetahui Peran Perawat Dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Infeksi Nosokomial


Infeksi adalah proses dimana seseorang rentan (susceptible) terkena invasi agen patogen
atau infeksius yang tumbuh, berkembang biak dan menyebabkan sakit. Yang dimaksud agen bisa
berupa bakteri, virus, ricketsia, jamur, dan parasit. Penyakit menular atau infeksius adalah
penyakit tertentu yang dapat berpindah dari satu orang ke orang lain baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Nosokomial berasal dari bahasa Yunani, dari kata nosos yang artinya penyakit dan komeo
yang artinya merawat. Nosokomion berarti tempat untuk merawat/rumah sakit. Jadi, infeksi
nososkomial dapat diartikan sebagai infeksi yang terjadi di rumah sakit. Infeksi Nosokomial
adalah infeksi silang yang terjadi pada perawat atau pasien saat dilakukan perawatan di rumah
sakit.
Penderita yang sedang dalam proses asuhan perawatan di rumah sakit, baik dengan
penyakit dasar tunggal maupun penderita dengan penyakit dasar lebih dari satu, secara umum
keadaan umumnya tidak/kurang baik, sehingga daya tahan tubuh menurun. Hal ini akan
mempermudah terjadinya infeksi silang karena kuman-kuman, virus dan sebagainya akan masuk
ke dalam tubuh penderita yang sedang dalam proses asuhan keperawatan dengan mudah. Infeksi
yang terjadi pada setiap penderita yang sedang dalam proses asuhan keperawatan ini disebut
infeksi nosokomial.

2.2 Penyebab Infeksi Nosokomial


Penyebab terjadinya infeksi nosokomial adalah :
1. Suntikan yang tidak aman dan seringkali tidak perlu.
2. Penggunaan alat medis tanpa ditunjang pelatihan maupun dukungan laboratorium.
3. Standar dan praktek yang tidak memadai untuk pengoperasian bank darah dan pelayanan
transfusi
4. Penggunaan cairan infus yang terkontaminasi, khususnya di rumah sakit yang membuat
cairan sendiri
5. Meningkatnya resistensi terhadap antibiotik karena penggunaan antibiotik spektrum luas
yang berlebih atau salah
6. Berat penyakit yang diderita
7. penderita lain, yang juga sedang dalam proses perawatan
8. petugas pelaksana (dokter, perawat dan seterusnya)
9. peralatan medis yang digunakan
10. tempat (ruangan/bangsal/kamar) dimana penderita dirawat
11. tempat/kamar dimana penderita menjalani tindakan medis akut seperti kamar operasi dan
kamar bersalin
12. makanan dan minuman yang disajikan
13. lingkungan rumah sakit secara umum

2.3 Cara Penularan Infeksi Nosokomial

1. Penularan secara kontak


Penularan ini dapat terjadi secara kontak langsung, kontak tidak langsung dan droplet.
Kontak langsung terjadi bila sumber infeksi berhubungan langsung dengan penjamu, misalnya
person to person pada penularan infeksi virus hepatitis A secara fecal oral. Kontak tidak
langsung terjadi apabila penularan membutuhkan objek perantara (biasanya benda mati). Hal ini
terjadi karena benda mati tersebut telah terkontaminasi oleh infeksi, misalnya kontaminasi
peralatan medis oleh mikroorganisme.

2. Penularan melalui Common Vehicle


Penularan ini melalui benda mati yang telah terkontaminasi oleh kuman dan dapat
menyebabkan penyakit pada lebih dari satu penjamu. Adapun jenis-jenis common vehicle adalah
darah/produk darah, cairan intra vena, obat-obatan dan sebagainya.
3. Penularan melalui udara dan inhalasi
Penularan ini terjadi bila mikroorganisme mempunyai ukuran yang sangat kecil sehingga dapat
mengenai penjamu dalam jarak yang cukup jauh dan melalui saluran pernafasan. Misalnya
mikroorganisme yang terdapat dalam sel-sel kulit yang terlepas (staphylococcus) dan
tuberculosis.

4. Penularan dengan perantara vektor


Penularan ini dapat terjadi secara eksternal maupun internal. Disebut penularan secara eksternal
bila hanya terjadi pemindahan secara mekanis dari mikroorganisme yang menempel pada tubuh
vektor, misalnya shigella dan salmonella oleh lalat.

2.4 Pencegahan
Terdapat beberapa prosedur dan tindakan pencegahan infeksi nosokomial. Tindakan ini
merupakan seperangkat tindakan yang didesain untuk membantu meminimalkan resiko terpapar
material infeksius seperti darah dan cairan tubuh lain dari pasien kepada tenaga kesehatan atau
sebaliknya. Menurut Zarkasih, pencegahan infeksi didasarkan pada asumsi bahwa seluruh
komponen darah dan cairan tubuh mempunyai potensi menimbulkan infeksi baik dari pasien ke
tenaga kesehatan atau sebaliknya. Kunci pencegahan infeksi pada fasilitas pelayanan kesehatan
adalah mengikuti prinsip pemeliharaan hygene yang baik, kebersihan dan kesterilan dengan lima
standar penerapan yaitu:
1. Mencuci tangan untuk menghindari infeksi silang. Mencuci tangan merupakan metode
yang paling efektif untuk mencegah infeksi nosokomial, efektif mengurangi perpindahan
mikroorganisme karena bersentuhan
2. Menggunakan alat pelindung diri untuk menghindari kontak dengan darah atau cairan
tubuh lain. Alat pelindung diri meliputi; pakaian khusus (apron), masker, sarung tangan,
topi, pelindung mata dan hidung yang digunakan di rumah sakit dan bertujuan untuk
mencegah penularan berbagai jenis mikroorganisme dari pasien ke tenaga kesehatan atau
sebaliknya, misalnya melaui sel darah, cairan tubuh, terhirup, tertelan dan lain-lain.
3. Manajemen alat tajam secara benar untuk menghindari resiko penularan penyakit melalui
benda-benda tajam yang tercemar oleh produk darah pasien. Terakit dengan hal ini,
tempat sampah khusus untuk alat tajam harus disediakan agar tidak menimbulkan injuri
pada tenaga kesehatan maupun pasien.
4. Melakukan dekontaminasi, pencucian dan sterilisasi instrumen dengan prinsip yang
benar. Tindakan ini merupakan tiga proses untuk mengurangi resiko tranmisi infeksi dari
instrumen dan alat lain pada klien dan tenaga kesehatan
5. Menjaga sanitasi lingkungan secara benar. Sebagaiman diketahui aktivitas pelayanan
kesehatan akan menghasilkan sampah rumah tangga, sampah medis dan sampah
berbahaya, yang memerlukan manajemen yang baik untuk menjaga keamanan tenaga
rumah sakit, pasien, pengunjung dan masyarat.

2.5 Faktor Resiko “Healthcare-Associated Infections” (HAIs).


a. Umur : neonatus dan lansia lebih rentan.
b. Status imun yang rendah/tergantung (imuno-kompromais) : penderita dengan penyakit
kronik, penderita keganasan, obat-obat imunosupresan.
c. Interupsi barier anatomis :
1) Kateter urin : meningkat kejadian infeksi saluran kemih (ISK)
2) Prosedur operasi : dapat menyebabkan infeksi luka operasi (ILO) atau “Surgical Site
Infection” (SSI).
3) Intubasi penafasan : meningkatkan kejadian : “Hosptal Acquired Pneumonia”
(HAP/VAP).
4) Kanula vena dan arteri : menimbulkan infeksi luka infus (ILI), “Blood Stream
Infection” (BSI).
5) Luka dan trauma
d. Implantasi benda asing :
1) “indwelling catheter”
2) “surgical suture material”
3) “cerebrospinal fluid shunts”
4) “valvular/vascular prostheses”
e. Perubahan mikroflora normal : pemakaian antibiotika yang tidak bijaksana menyebabkan
timbulnya kuman yang resisten terhadap berbagai antimikroba (Depertemen Keseatan, 2009)
2.6 Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi
Proses terjadinya infeksi bergantung kepada interaksi antara suseptibilitas pejamu, agen
infeksi (patogenesis, virulesi dan dosis) serta cara penularan. Identifikasi faktor resiko pada
penjamu dan pengendalian terhadap infeksi tertentu dapat mengurangi insiden terjadinya infeksi
(HAIs), baik pada pasien ataupun pada petugas kesehatan. (Depertemen Kesehatan, 2009).

Tabel .Pemilihan Alat Pelindung Diri

Jenis Pajanan Contoh Pilihan Alat


Pelindung Diri
Resiko Redah :
 Kontak dengan Kulit  Injeksi  Sarung tangan
 Tidak terpajan darah  Perawatan luka ringan esensial
langsung
Resiko Sedang :
Kemungkinana terpajan  Pemeriksaan pelvis  Sarung tangan
darah namun tidak ada  Insersi IUD  Mungkin perlu gaun
cipratan  Melepas IUD pelindung atau
 Pemasangan kateter intra Celemek
vena
 Penanganan spesimen
laboratorium
 Perawatan luka berat
 Ceceran darah
Resiko Tinggi :
 Kemungkinan terpajan  Tidakan bedah mayor  Sarung tangan
darah dan kemungkinan  Bedah mulut  Celemek
terciprat  Persalinan pervagina  Kacamata pelindung
 Perdarahan massif  Masker
Sumber : Depertemen Kesehatan, 2009

2.7 Peran Perawat Dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial


Tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya dan orang lain serta
bertanggung jawab sebagai pelaksanaan kebijakan yang telah ditetapkan. Tenaga kesehatan juga
bertanggung jawab dalam mengunakan saran yang telah disediakan dengan baik dan benar serta
memelihara sarana agar selalu siap pakai dan dapat dipakai selama mungkin.
Secara rinci kewajiban dan tanggung jawab tersebut meliputi :
a. Bertanggung jawab melaksanakan dan menjaga kesalamatan kerja dilingkungan. wajib
mematuhi intruksi yang dibeikan dalam rangka kesehatan dan keselamatan kerja, dan
membantu mempertahankan lingkungan bersih dan aman.
b. Mengetahui kebijakan dan menerapkan prosedur kerja, pencegahan infeksi, dan
mematuhinya dalam pekerjaan sehari-hari.
c. Tenaga kesehatan yang menderita penyakit yang dapat meningkatkan resiko penularan
infeksi, baik dari dirinya kepada pasien atau sebaliknya, sebaiknya tidak merawat
pasien secara langsung.
d. Sebagai contoh misalnya, pasien penyakit kulit yang basah seperti eksim, bernanah,
harus menutupi kelainan kulit tersebut dengan plester kedap air, bila tidak
memungkinkan maka tenaga kesehatan tersebut sebaiknya tidak merawat pasien.
e. Bagi tenaga kesehatan yang megidap HIV mempunyai kewajiban moral untuk
memberi tahu atasannya tentang status serologi bila dalam pelaksanaan pekerjaan
status serologi tersebut dapat menjadi resiko pada pasien, misalnya tenaga kesehatan
dengan status HIV positif dan menderita eksim basah. (Depertemen Kesehatan, 2003).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Setiap rumah sakit di Indonesia harus mempunyai tim pencegahan dan pengendalian
infeksi.
2. Tim pencegahan dan pengendalian infeksi harus bekerja dengan baik agar angka kasus
infeksi nosokomial di Indonesia dapat menurun.
3. Dengan adanya tim pencegahan dan pengendalian infeksi di setiap rumah sakit yang
bekerja dengan baik, kasus infeksi nosokomial di Indonesia dapat terdata dengan tepat
supaya mempermudah penanganan kasus infeksi nosokomial di rumah sakit.

3.2 Saran
Infeksi masih merupakan penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian di
dunia. Salah satu jenis infeksi adalah infeksi nosokomial, maka dari itulah kita harus berhati-hati
dalam pencegahan Infeksi.
Kami Selaku pembuat makalah ini menerima segala saran dan kritik yang membangun
demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

1. Tietjen, L.,dkk (terj. Saifuddin, AB,dkk): Panduan Pencegahan Infeksi : Untuk Fasilitas
Pelayanan Kesehatan dengan Sumber Daya Terbatas
2. Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Infeksi di ICU, Dep.Kes.RI, Jakarta 2004
3. Kumpulan Makalah Kursus Dasar : Pengendalian Infeksi Nosokomial, PERDALIN JAYA,
Jakarta, Februari 2005
4. Panduan Bagi Pengendalian Infeksi, www.ansellhealthcare.com, Ansell, 2002
5. Australian Dendal Association, Systemic Operating Procedures, ADA,2003
6. Larson, Elaine L,. RN, Phd, FAAN, CIC,. APIC Guidline for Handwashing and Hend
Antiseptic in Healt Care Setting, Washington, 1995.

Anda mungkin juga menyukai