Laporan Kasus Persalinan 3

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN KASUS

PRAKTIK KEBIDANAN STAGE PERSALINAN FISIOLOGI


ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN FISIOLOGIS
PADA NY. B USIA 26 TAHUN G1P0A0 USIA HAMIL 40MGG
JANIN TUNGGAL LETAK MEMBUJUR U, PUKI
INPARTU KALA 1 FASE AKTIF
DI PUSKESMAS CEPIRING KABUPATEN KENDAL

DISUSUN OLEH :
SURAYA LAELY KHOLID
NIM P1337424822108

PRODI PROFESI KEBIDANAN


JURUSAN KEBIDANAN SEMARANG
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2022
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus persalinan asuhan kebidanan pada ibu bersalin normal pada Ny.
B umur 26 Tahun G1P0A 0 Usia Hamil 40 minggu janin tunggal hidup
intrauterine, letak membujur Ʉ , puki inpartu kala I fase aktif di Puskesmas
Cepiring telah disahkan oleh pembimbing pada:

Hari :
Tanggal :

Dalam Rangka Praktik Klinik Kebidanan Fisiologis Persalinan yang telah


diperiksa dan disetujui oleh pembimbing klinik dan pembimbing institusi Prodi
Profesi Kebidanan Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Semarang Tahun 2022.

Pembimbing Klinik Mahasiswa

Ris Setyowati, S.S.T.Keb Suraya Laely Kholid


NIP. 196809181991032007 NIM P1337424822108

Mengetahui,
Pembimbing Institusi

Dhias Widiastuti, S,ST,M.Kes


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang dilakukan
secara spontan beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian
selama proses persalinan, bayi dilahirkan spontan dengan presentasi belakang
kepala pada usia kehamilan antara 37 hingga 42 minggu lengkap (Elisabeth
dkk,2016)
Persalinan sampai saat ini masih merupakan masalah dalam pelayanan
kesehatan. Hal ini diakibatkan pelaksanaan dan pemantauan yang kurang
maksimal dapat menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah, bahkan
dapat berlanjut pada komplikasi. Upaya melakukan asuhan pada ibu bersalin,
proses persalinan dilakukan dengan cara mengawasi kondisi ibu dan janinnya
agar dapat diketahui adanya komplikasi sedini mungkin, maka asuhan
kebidanan dilakukan dengan memberikan pelayanan kepada ibu bersalin
dengan pendekatan manajemen kebidanan (Atik dkk,2014)
Persalinan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia dimana angka kematian ibu bersalin yang masih cukup tinggi.
Keadaan ini disertai dengan komplikasi yang mungkin saja timbul selama
persalinan, sehingga memerlukan pengetahuan dan ketermapilan yang baik
dalam bidang kesehatan, dalam meningkatkan sumber daya manusia dan
menurunkan angka kematian, kesakitan ibu dan perinatal (Atik dkk,2014).
Rasio kematian maternal merupakan salah satu indicator MDGs (millennium
development goals) yang harus dicapai pada tahun 2015. Target rasio
kematian maternal di Indonesia pada tahun 2015 adalah 102 per 100.000
kelahiran hidup. Rasio kematian maternal pada tahun 1997 adalah 390
kematian per 100.000 kelahiran hidup. Analisis yang tidak dipublikasi
menunjukkan penurunan yang kecil menjadi 334 kematian per 100.000
kelahiran hidup pada periode 1993-1997. Rasio kematian maternal menurun
menjadi 307 kematian per 100.000 kelahiran hidup pada SDKI 2002-2003
dan 228 kematian per 100.000 kelahiran hidup pada SDKI 2007. Namun,
angka ini meningkat pada SDKI 2012 menjadi 359 kematian per 100.000
kelahiran hidup (SDKI,2012)
Berdasarkan kasus kematian yang ada di provinsi lampung tahun 2013
berdasarkan laporan dari kabupaten terlihat bahwa kasus kematian ibu
(kematian ibu pada saat hamil, saat melahirkan dan nifas) seluruhnya
sebanyak 160 kasus dimana kasus kematian ibu hamil sebanyak 48 kasus,
kematian ibu bersalin sebanyak 55 kasus dan kematian ibu nifas sebanyak 57
kasus. Penyebab kasus kematian ibu di provinsi lampung tahun 2013
disebabkan oleh perdarahan sebanyak 47 kasus, eklamsi sebanyak 46 kasus,
infeksi sebanyak 9 kasus, partus lama sebanyak 1 kasus, aborsi sebanyak 1
kasus dan lain-lain sebanyak 54 kasus.
Asuhan persalinan normal adalah pentalaksanaan ibu bersalin secara
aman bersih dengan penanganan proaktif dalam persiapan dan pencegahan
infeksi. Persalinan yang bersih dan aman secara pencegahan infeksi secara
proaktif selama dan pasca persalinan terbukti mampu mengurangi angka
kesakitan dan kematian ibu bersalin dan bayi baru lahir. Asuhan persalinan
normal (APN) sebagai paradigma baru pada pertolongan persalinan sangat
memberi manfaat kepada ibu karena didasari oleh langkah-langkah standar
kerja dengan sistematis dan holistic berorientasi pada kebutuhan ibu.
Penatalaksanaan APN menekankan pada persiapan ibu dengan
pendekatan sayang ibu, pertolongan kelahiran bayi berfokus pada pencegahan
perdarahan pasca persalinan yang disebabkan karena atonia uteri, laserasi
jalan lahir, retensio plasenta, partus lama, dan asfiksia bayi baru lahir.
Penyebab tertinggi kematian ibu saat ini adalah perdarahan pasca persalinan,
kemudian infeksi pada masa nifas karena persalinan ditolong oleh orang yang
tidak memperhatikan kebersihan dan keamanan dari sumber infeksi.
Penatalaksanaan APN terdiri dari 60 langkah yang harus dilakukan secara
sistematis dan seluruh langkah harus dikerjakan (musphyanti,2017)
B. Rumusan masalah
Bagaimana penatalaksanaan asuhan kebidanan yang dilakukan kepada
ibu bersalin di Puskesmas Cepiring?
C. Tujuan
1. Mampu mengkaji data subjektif kebidanan dari data hasil pengkajian
2. Mampu mengkaji data objektif kebidanan dari data hasil pengkajian
3. Mampu menegakkan diagnosa kebidanan dari data hasil pengkajian
4. Mampu mengevaluasi hasil asuhan kebidanan
5. Mampu mendokumentasikan asuhan kebidanan
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi Persalinan

Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada

kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi

belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada

ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2016).

Persalinan merupakan serangkaian kejadian yang berakhir dengan

pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan

pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu. (Bagian Obstetri

Ginekologi FKUPB, 2015). Persalinan fisiologis atau persalinan cukup bulan

terjadi pada kehamilan minggu ke 38-42, dihitung dari hari pertama haid

terakhir (HPHT). Bila persalinan terjadi sebelum minggu ke-38, maka disebut

kelahiran prematur, sementara bila persalinan terjadi setelah minggu ke-42,

maka disebut kelahiran lewat waktu. Bayi yang lahir premature dan kelahiran

lewat waktu tentu saja akan berbeda dengan bayi yang lahir cukup bulan,

seperti pada bayi prematur, surfaktan yang dimilikinya belum sempurna, oleh

karena itu berisiko mengalami asfiksia, dan bayi yang lahir lewat waktu juga

berisiko mengalami asfiksia karena plasenta yang umurnya lebih dari 40 mgg

akan mengalami penurunan fungsi, sehingga aliran oksigen ke janin juga

berkurang.

B. Sebab-Sebab Persalinan

Sebab - sebab persalinan belum pasti diketahui, namun beberapa teori

menghubungkan dengan faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim,

pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011).

Menurut Wiknjosastro ( 2016 ) mulai berlangsungnya persalinan antara lain

yaitu:
1. Teori Plasenta Menjadi Tua

Vili korialis mengalami perubahan – perubahan, sehingga kadar estrogen

dan progesterone menurun yang menyebabkan kekejangan pembuluh

darah, hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim

2. Teori Berkurangnya Nutrisi Janin

Jika janin kekurangan nutrisi maka hasil konsepsi akan segera dikeluarkan.

Selain dua teori diatas , masih ada beberapa teori yang menyatakan

sebab – sebab persalinan, yaitu :

a. Teori penurunan hormone progesterone

Progesterone menimbulkan relaxasi otot-otot rahim, sebaliknya

estrogen meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan

terdapat keseimbangan antara kadar progesteron dan estrogen dalam

darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun sehingga

timbul his.

b. Teori Oksitosin

Pada akhir kehamilan kadar oxitocin bertambah. Oleh karena itu timbul

kontraksi otot-otot rahim

c. Teori Keregangan Otot

Seperti halnya dengan Bladder dan Lambung, bila dindingnya teregang

oleh isi karena bertambah maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan

isinya. Demikian pula dengan rahim, maka dengan majunya kehamilan

makin teregang otot-otot dan otot-otot rahim makin rentan.

d. Pengaruh Janin

Hipofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang

peranan oleh karena pada anencphalus kehamilan sering lebih lama dari

biasa

e. Teori Prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua disangka menjadi salah satu

sebab permulaan persalinan. Hasil dari percobaan menunjukkan bahwa

prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan secara intravena, intra dan

extra amnial menimbulkan kontraksi miometrium pada setiap umur

kehamilan. Hal ini juga disokong dengan adanya kadar prostaglandin,

yang tinggi baik dalam air ketuban maupun daerah perifer pada ibu-ibu

hamil, sebelum melahirkan atau selama persalinan.

C. Tanda-Tanda Mulainya Persalinan

Dibawah ini merupakan beberapa tanda-tanda permulaan persalinan, yaitu :

1) Lightening atau settling atau dropping yang merupakan kepala turun

memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida

2) Perut kelihatan lebih melebar, sementara fundus uteri turun

3) Perasaan sering-sering atau susah buang air kecil karena kandung kemih

tertekan oleh bagian terbawah janin

4) Perasaan sakit diperut dan dipinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi

lemah diuterus (fase labor pains)

5) Servik menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah bisa

bercampur darah (bloody show)

6) Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.

7) Keluar lendir dan bercampur darah yang lebih banyak, robekan kecil pada

bagian  servik.

8) Kadang-kadang ketuban pecah

9) Pada pemeriksaan daam, servik mendatar. (Haffieva, 2011)

D. Faktor Persalinan

Beberapa hal yang menjadi faktor berlangsungnya proses persalinan, yaitu :

a. Passage (Jalan Lahir)

Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga

panggul, dasar panggul, serviks dan vagina. Syarat agar janin dan plasenta
dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir tersebut

harus normal. Passage terdiri dari : Bagian keras tulang-tulang panggul

(rangka panggul) :

1) Os. Coxae : Os illium, Os. Ischium, dan Os. Pubis

2) Os. Sacrum : promotorium

3) Os. Coccygis
Bagian lunak : otot-otot, jaringan dan ligamen-ligamen
Pintu Panggul terbagi menjadi :
a) Pintu atas panggul (PAP) = Disebut Inlet dibatasi oleh

promontorium, linea inominata dan pinggir atas symphisis.

b) Ruang tengah panggul (RTP) kira-kira pada spina ischiadica,

disebut midlet

c) Pintu Bawah Panggul (PBP) dibatasi simfisis dan arkus pubis,

disebut outlet

d) Ruang panggul yang sebenarnya (pelvis cavity) berada antara inlet

dan outlet

Bidang-bidang :

1) Bidang Hodge I : dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas

symphisis dan promontorium

2) Bidang Hodge II : sejajar dengan Hodge I setinggi pinggir bawah

symphisis.

3) Bidang Hodge III : sejajar Hodge I dan II setinggi spina ischiadika

kanan dan kiri.

4) Bidang Hodge IV : sejajar Hodge I, II dan III setinggi os coccygis

Gambar Bidang Hodge


b. Power

Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri

dari his atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu. Power

merupakan tenaga primer atau kekuatan utama yang dihasilkan oleh

adanya kontraksi dan retraksi otot-otot rahim.Kekuatan yang

mendorong janin keluar (power) terdiri dari :

1) His (kontraksi otot uterus)

His dalah kontraksi uterus karena otot – otot polos rahim

bekerja dengan baik dan    sempurna. Pada waktu kontraksi otot –

otot rahim menguncup sehingga menjadi tebal dan lebih pendek.

Kavum uteri menjadi lebih kecil serta mendorong janin dan kantung

amneon ke arah segmen bawah rahim dan serviks.

2) kontraksi otot-otot dinding perut

3) kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan

4) ketegangan dan ligmentous action terutama ligamentum rotundum

Perubahan-perubahan akibat his :


1) Uterus dan servik

Uterus teraba keras/padat karena kontraksi. Tekanan hidrostatis air

ketuban dan tekanan intrauterin naik serta menyebabkan serviks

menjadi mendatar (effacement) dan terbuka (dilatasi).

2) Ibu 

Rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim. Juga ada

kenaikan nadi dan tekanan darah.

3) Janin 

Pertukaran oksigen pada sirkulasi utero-plasenter kurang, maka timbul

hipoksia janin. Denyut jantung janin melambat (bradikardi) dan kurang

jelas didengar karena adanya iskemia fisiologis.


Selain ada his asli atau his persalinan, juga ada his palsu atau

Braxton hicks, cara membedakan antara keduanya yaitu :

Jenis perubahan His palsu His sejati

Timbul secara teratur


Tidak teratur & tidak semakin
Karakteristik dan semakin sering,
sering (disebut kontraksi
kontraksi berlangsung selama
Braxton Hicks)
30-70 detik

Jika ibu berjalan atau Meskipun

Pengaruh gerakan beristirahat atau jika posisi posisi/gerakan ibu

tubuh tubuh ibu berubah, kontraksi berubah, kontraksi

akan menghilang/berhenti tetap dirasakan

Biasanya lemah & tidak


Kekuatan Kontraksinya semakin
semakin kuat (mungkin menjadi
kontraksi kuat
kuat lalu melemah)

Biasanya berawal di
Nyeri karena Biasanya hanya dirasakan di
punggung dan
kontraksi tubuh bagian depan
menjalar ke depan

c. Passanger

Passanger  terdiri dari janin dan plasentaa. Janin merupakan

passangge utama dan bagian janin yang paling penting adalah kepala

karena bagian yang paling besar dan keras dari janin adalah kepala

janin. Posisi dan besar kepala dapat mempengaruhi jalan persalinan.

Kelainan – kelainan yang sering menghambat dari pihak

passangger adalah  kelainan ukuran dan bentuk kepala anak seperti

hydrocephalus ataupun anencephalus, kelainan letak seperti letak muka

atau pun letak dahi, kelainan kedudukan anak seperti kedudukan lintang

atau letak sungsang.


d. Psikis (Psikologis)

Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah

benar-benar terjadi realitas “kewanitaan sejati” yaitu munculnya rasa

bangga bias melahirkan atau memproduksi anaknya. Mereka seolah-

olah mendapatkan kepastian bahwa kehamilan yang semula dianggap

sebagai suatu “ keadaan yang belum pasti “ sekarang menjadi hal yang

nyata.

e. Penolong

Peran dari penolong persalinan dalam hal ini Bidan adalah

mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada

ibu dan janin. Proses tergantung dari kemampuan skill dan kesiapan

penolong dalam menghadapi proses persalinan.

E. Kala Persalinan

Persalinan dibagi dalam empat kala menurut Prawirohardjo (2006) yaitu:

1. Kala I (kala pembukaan)

In partu (partu mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur

darah, servik mulai membuka dan mendatar, darah berasal dari pecahnya

pembuluh darah kapiler, kanalis servikalis. Kala pembukaan dibagi

menjadi 2 fase :

a. Fase laten

Pembukaan servik berlangsung lambat, sampai pembukaan berlangsung

2 jam, cepat menjadi 9 cm.

b. Fase aktif

Berlangsung selama 6 jam dibagi atas 3 sub fase :

1) periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.

2) periode dilatasi maksimal (steady) selama 2 jam, pembukaan

berlangsung 2 jam, cepat menjadi 9 cm.


3) periode deselerasi berlangsung lambat dalam waktu 2 jam

pembukaan menjadi 10 cm.

4) Akhir kala I servik mengalami dilatasi penuh, uterus servik dan

vagina menjadi saluran yang continue, selaput amnio ruptur,

kontraksi uterus kuat tiap 2-3 menit selama 50-60 detik untuk setiap

kontraksi, kepala janin turun ke pelvis.

2. Kala II (pengeluaran janin)

His terkoordinir cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali,

kepala janin telah turun dan masuk ruang panggul, sehingga terjadilah

tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflek menimbulkan rasa

ngedan karena tekanan pada rectum sehingga merasa seperti BAB dengan

tanda anus membuka. Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva

membuka dan perineum meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin

akan lahir dan diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi 1.5-2

jam, pada multi 0.5 jam.

Mekanisme persalinan: Janin dengan presentasi belakang kepala,

ditemukan hampir sekitar 95 % dari semua kehamilan.Presentasi janin

paling umum dipastikan dengan palpasi abdomen dan kadangkala

diperkuat sebelum atau pada saat awal persalinan dengan pemeriksaan

vagina (toucher). Pada kebanyakan kasus, presentasi belakang kepala

masuk dalampintu atas panggul dengan sutura sagitalis melintang. Oleh

karena itu kita uraikan dulu mekanisme persalinan dalam presentasi

belakang kepala dengan posisi ubun-ubun kecil melintang dan anterior.

Karena panggul mempunyai bentuk yang tertentu , sedangkan

ukuran-ukuran kepala bayi hampir sama besarnya dengan dengan ukuran

dalam panggul, maka jelas bahwa kepala harus menyesuaikan diri dengan

bentuk panggul mulai dari pintu atas panggul, ke bidang tengah panggul

dan pada pintu bawah panggul, supaya anak dapat lahir. Misalnya saja jika
sutura sagitalis dalam arah muka belakang pada pintu atas panggul, maka

hal ini akan mempersulit persalinan, karena diameter antero posterior

adalah ukuran yang terkecil dari pintu atas panggul. Sebaliknya pada pintu

bawah panggul, sutura sagitalis dalam jurusan muka belakang yang

menguntungkan karena ukuran terpanjang pada pintu bawah panggul ialah

diameter antero posterior. Gerakan-gerakan utama dari mekanisme

persalinan adalah :

a. Penurunan kepala.

b. Fleksi.

c. Rotasi dalam ( putaran paksi dalam)

d. Ekstensi.

e. Ekspulsi.

f. Rotasi luar ( putaran paksi luar)

Dalam kenyataannya beberapa gerakan terjadi bersamaan,  akan tetapi

untuk lebih jelasnya akan dibicarakan gerakan itu satu persatu.

3. Kala III (pengeluaran plasenta)

Setelah bayi lahir, kontraksi, rahim istirahat sebentar, uterus teraba

keras dengan fundus uteri sehingga pucat, plasenta menjadi tebal 2x

sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his, dalam waktu 5-10 menit,

seluruh plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina dan akan lahir secara

spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simpisis/fundus uteri,

seluruh proses berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran

plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.

4. Kala IV

Pengawasan, selama 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir,

mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum.

Dengan menjaga kondisi kontraksi dan retraksi uterus yang kuat dan terus-

menerus. Tugas uterus ini dapat dibantu dengan obat-obat oksitosin.


F. Evidence Based dalam Persalinan

1. Pengaruh Masase pada Punggung Terhadap Intensitas Nyeri dengan

Persalinan Normal Melalui Peningkatan Kadar Endorfin

Oleh : Yeni Aryani , Masrul, Lisma Evareny

Tempat penelitian adalah di ruang bersalin RS Tk III Reksodiwiryo

Padang dan laboratorium Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas

Andalas Padang. Waktu penelitian tiga bulan. Populasi pada penelitian ini

adalah seluruh ibu bersalin primipara kala I fase laten persalinan normal

yang berada di RS Tk.III Dr.Reksodiwiryo Padang. Pengambilan subjek

menggunakan teknik random blok yang tediri dari Blok A adalah

kelompok perlakuan yang dilakukan masase dan Blok B adalah kelompok

kontrol yang tidak dimasase. Masase pada punggung adalah memberikan

stimulasi pada punggung dengan cara melakukan gosokan lembut dengan

kedua telapak tangan dan jari pada punggung ibu bersalin setinggi servikal

7 kearah luar menuju sisi tulang rusuk selama 30 menit dengan frekuensi

40 x gosokan/menit, dan dengan tekanan diperkirakan 100 mmH20 pada

ibu bersalin kala I fase laten persalinan normal.

Pada penelitian ini ibu bersalin normal yang dilakukakan masase

pada punggung yang dimulai pada servikal 7 ke arah luar menuju sisi

tulang rusuk selama 30 menit terjadi aktivasi pada serabut saraf besar

sehingga terjadi penutupan pintu gerbang hantaran nyeri yang dapat

menghambat transmisi nyeri di medula spinalis ke otak untuk

mempersepsikan nyeri sehingga nyeri tidak begitu terasa. Masase pada

punggung merupakan salah satu asuhan kebidanan yang dapat mengurangi

rasa nyeri yang dialami ibu saat persalinan.

Kadar endorfin ibu bersalin pada kelompok yang dimasase lebih

tinggi dibandingkan dengan kelompok yang tidak dimasase, Masase


mengganggu transmisi nyeri dengan cara meningkatkan sirkulasi

neurotransmitter yang dihasilkan secara alami oleh tubuh pada sinaps

neural di jalur sitem saraf pusat. Endorfin berikatan dengan membran

prasinaptik, menghambat pelepasan substansi P yang dapat menghambat

transmisi nyeri, sehingga nyeri berkurang. sehingga masase dapat

digeneralisasi sebagai asuhan yang baik untuk menstimulasi kadar endorfin

yang dapat memberikan rasa nyaman pada saat persalinan.

2. Efektifitas Counterpressure Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Kala I

Fase Aktif Persalinan Normal Di Rumah Sakit Advent Manado

Oleh :Seri Pasongli, Maria Rantung, Ellen Pesak

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 15 responden inpartu kala I

fase aktif persalinan normal di Rumah Sakit Advent sebelum dilakukan

tindakan counterpressure (pretest) semuanya mengalami nyeri sangat berat

sebanyak 15 orang ( 100%). Ini berarti nyeri persalinan kala I fase aktif,

memiliki skala nyeri berat hingga sangat berat atau tak tertahankan. Nyeri

persalinan disebabkan oleh kontraksi otot rahim, regangan otot panggul

dan kondisi psikologis. Kontraksi inilah yang menyebabkan adanya

pembukaan serviks sehingga terjadilah persalinan.

Setelah dilakukan tindakan masase yaitu counterpressure didapatkan

hasil yang cukup baik yaitu adanya penurunan intensitas nyeri dari skala

nyeri tak tertahankan ke skala berat dan skala nyeri sedang. tampak ada 2 (

13,7%) responden yang mengatakan nyeri pada skala 7-8 dan 13

responden (86,7%) pada skala 3-6. Hal ini menunjukkan ada penurunan

rasa nyeri setelah intervensi, dimana pada skala nyeri 9-10 sebelum

intervensi 15 responden (100%) setelah intervensi counterpressure

menjadi 0 %.

Dengan hasil ini memperlihatkan bahwa masase counterpressure

efektif dilakukan untuk menurunkan intensitas nyeri kala I fase aktif


persalinan normal. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan masase

counterpressure merupakan tehnik masase yang memiliki kontribusi besar

dalam menurunkan / mengurangi nyeri persalinan kala I fase aktif hal ini

dapat terjadi dengan beberapa kemungkinan diantaranya adalah kebenaran

Teori Gate Kontrol yang mengatakan bahwa selama proses persalianan

impuls nyeri berjalan dari uterus sepanjang serat-serat saraf besar kearah

uterus ke substansia gelatinosa di dalam spinal kolumna, sel-sel transmisi

memproyeksikan pesan nyeri ke otak. Adanya stimulasi (seperti vibrasi,

menggosok-gosok atau masase) mengakibatkan pesan yang berlawanan

yang lebih kuat, cepat dan berjalan sepanjang serat saraf kecil. Pesan yang

berlawanan ini menutup subtansi gelatinosa lalu memblokir pesan nyeri

sehingga otak tidak mencatat pesan nyeri tersebut.

Dengan pemberian masase teknik counterpressure dapat menutup

gerbang pesan nyeri yang akan dihantarkan menuju medulla spinalis dan

otak, selain itu tekanan kuat pada teknik ini dapat mengaktifkan senyawa

endrophine yang berada di sinaps sel-sel saraf tulang belakang dan otak,

sehingga transmisi dari pesan nyeri dapat dihambat dan menyebabkan

status penurunan sensasi nyeri

3. Pengaruh Dukungan Suami Terhadap Lama Persalinan Kala II Ibu

Primipara

Oleh : A.M Diponegoro dan S.F. Budi H

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu berslin primipara di

Puskesmas Kota Yogyakarta. Sampel dalam penelitian ini adalah 78 ibu

hamil primipara yang sedang melahirkan di puskesmas Yogyakarta yang

selaput ketuban belum robek dan didampingi suami sejak kala I.

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh hasil dimana pada kala II

terdapat perbedaan yang bermakna antara lama persalinan ibu yang

ditunggu suami dan yang tidak ditunggu oleh suami. Ibu yang diberi
dukungan suami saat persalinannya memerlukan waktu bersalin yang lebih

pendek dari pada ibu bersalin yang tidak ditunggu oleh suaminya. Respon

psikologis ibu dapat mempengaruhi kemajuan persalinan. kadang – kadang

persalinan sudah masuk kala II tetapi kepala janin belum turun sehingga

diperlukan posisi tertentu yang dapat melelahkan ibu. Dalam hal ini suami

tentu lebih kuat member dukungan kepada istrinya.

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN FISIOLOGIS


PADA NY. B USIA 26 TAHUN G1P0A0 USIA HAMIL 40MGG
JANIN TUNGGAL LETAK MEMBUJUR U, PUKI
INPARTU KALA 1 FASE AKTIF

A. PENGKAJIAN
Tanggal : 12 Oktober 2021
Jam : 07.30 WIB
Tempat : Puskesmas Cepiring

B. IDENTITASPASIEN
Identitas pasien Penanggung jawab
Status : Suami
1. Nama : Ny. B 1. Nama : Tn. H
2. Umur : 26 tahun 2. Umur : 26 tahun
3. Agama : Islam 3. Agama : Islam
4. Pendidikan : SMA 4. Pendidikan : SMA
5. Pekerjaan : IRT 5. Pekerjaan : Swasta
6. Suku bangsa : Jawa 6. Suku bangsa: Jawa
7. Alamat : Karangayu 1/2 7. Alamat : Karangayu 1/2

C. DATA SUBYEKTIF
1. Alasan Datang
Ibu mengatakan ingin melahirkan.
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan merasa kenceng-kenceng pada daerah perut dan keluar
lendir darah
Uraian Keluhan Utama
Ibu merasakan kenceng-kenceng pada daerah perut sejak tanggal 11
Oktober 2022 pukul 21.00 WIB. Kemudian, sekitar pukul 03.00 kencang
makin terasa serta mengeluarkan lendir darah.
3. Tanda-Tanda Persalinan
Kontraksi :Kuat, teratur, jarang Frekuensi:3x dalam 10 menit durasi 40
detik
Lokasi ketidak nyamanan : dari perut bagian bawah menjalar ke
punggung
PPV : lendir darah
4. Riwayat Kesehatan
a) Penyakit/kondisi yang pernah atau sedang diderita :
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular maupun
tidak menular, penyakit menurun maupun kronis seperti jantung, DM,
hipertensi, TBC, asma, malaria, PMS dan HIV/AIDS serta tidak
memiliki alergi terhadap obat-obatan tertentu. Saat ini ibu dalam
keadaan sehat dan tidak sedang dalam masa pengobatan.
b) Riwayat penyakit dalam Keluarga (menular maupun keturunan) :
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita
penyakit menular maupun tidak menular, penyakit menurun maupun
kronis seperti jantung, DM, hipertensi, TBC, asma, malaria, PMS dan
HIV/AIDSserta tidak ada riwayat kembar
5. Riwayat obstetri:
a) Riwayat Haid :
Menarche : 14 tahun Nyeri Haid : tidak ada
Siklus : ±28hari Lama : 7 hari
Warna darah : Merah kecoklatan Leukhorea : tidak keputihan
Banyaknya :±3-4x ganti pembalut
b) Riwayat Kehamilan sekarang :
1) Hamil ke1,usia 40 minggu
2) HPHT : 5 Januari 2022 HPL : 12 Oktober 2022
3) Gerak janin
 Pertama kali : Ibu merasakan gerak janin pada usia 16 minggu
 Frekuensi dalam 12 jam : ±10 x
4) Tanda bahaya : Ibu mengatakan tidak pernah mengalami nyeri
kepala hebat, perdarahan pervaginam, penglihatan kabur, dan
oedem pada wajah, kaki dan tangan
5) Kekhawatiran khusus : ibu mengatakan sedikit khawatir dengan
kehamilan pertamanya ini
6) Imunisasi TT : Imunisasi TT 5
7) ANC : 12 x
Riwayatkehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu:
Kehamilan Persalinan Nifas
Kead anak
Tahun Frek KELUHAN/
UK Jenis Penolong JK/ BB Penyulit IMD Penyulit Asi eksklusif sekarang
ANC PENYULIT
- - - - - - - - - - - -

RIWAYAT KB :Pernah / tidak pernah *)


Jika pernah :
Jenis Kontrasepsi Lama Pemakaian Keluhan Alasan dilepas
- - - -

RencanaSetelah Melahirka: Ibu mengatakan ingin menggunakan KB 3 bulanan


6. Pola Pemenuhan Kebutuhan Terakhir Kali:
a) Nutrisi
Makan , Jam : 19.00 WIB
1) Komposisi :
 Nasi : 1x @ 1/2 piring (sedang / penuh)
 Lauk : 1 x @1 potong (sedang / besar), jenisnya ayam
 Sayuran : 1 x @ 1 mangkuk sayur ; jenis sayuran tumis
 Buah : 1 potong, jenisjeruk
 Camilan : jenis biskuit jumlah: 1 bungkus
2) Pantangan : Tidak ada pantangan makan
Minum, Jam : 06.30WIB
Jenis air putih Jumlah 1 gelas
b) Pola Istirahat
1) Jam 19.00-23.00 WIB
2) Kualitas : Tidur malam kurang efektif
3) Keluhan/masalah :kurang nyenyak karena merasakan kenceng -
kenceng
c) Pola aktifitas : Ibu tiduran di kasur untuk mengurangi nyeri kenceng-
kenceng
d) Pola eliminasi :
1) Buang Air Kecil , Jam : 06.00 WIB
 Jumlah : ±50 cc ; warna kuning jernih
 Keluhan/masalah : BAK sedikit tapi sering
2) Buang Air Besar , Jam :05.30WIB Tanggal 24Februari 2021
 Warna : kuning kecoklatan konsistensi lembek / keras*)
 Keluhan/masalah : Tidak ada keluhan
e) Personal hygiene
1) Jam : 07.00 WIB tanggal 12 Oktober 2022
 Mandi  Ganti Pakaian
 Keramas  Ganti Celana Dalam
 Gosok Gigi
7. Riwayat Psikososial-spiritual
a) Riwayat perkawinan :
1) Status perkawinan : menikah / tidak menikah*), umur waktu menikah
: 20th.
2) Pernikahan ini yang ke 1 sah/ tidak*) lamanya 6 tahun
3) Hubungan dengan suami : baik/ ada masalah
b) Persalinan ini diharapkan / tidak*) oleh ibu, suami, keluarga;
Respon & dukungan keluarga terhadap persalinan ini : suami dan keluarga
mendukung penuh, mulai dari mengantar ibu sampai dengan menemani
proses persalinan ibu.
c) Mekanisme koping (cara pemecahan masalah) : Ibu segera datang ke
tenaga kesehatan setelah mengetahui adanya tanda-tanda persalinan
d) Ibu tinggal serumah dengan : dan suami
e) Pengambil keputusan utama dalam keluarga : suami
Dalam kondisi emergensi, ibu dapat / tidak * mengambil keputusan
sendiri.
f) Orang terdekat ibu : suami
Yang menemani ibu untuk persalinan : tidak ada
g) Adat istiadat yang dilakukan ibu berkaitan dengan persalinan : tidak ada
h) Penghasilan suami perbulan: Rp 3.000.000,00 Cukup/Tidak Cukup*)
i) Praktik agama yang berhubungan dengan persalinan : Tidak ada
j) Keyakinan ibu tentang pelayanan kesehatan :
 ibu dapat menerima segala bentuk pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh nakes wanita maupun pria;
 tidak boleh menerima transfusi darah;
 tidak boleh diperiksa daerah genitalia,
 lainnya : .................................................................................................
................
k) Tingkat pengetahuan ibu :
 Hal-hal yang sudah diketahui ibu : Ibu mengetahui bahwa ibu akan
melahirkan, ibu sudah tahu tanda-tanda persalinan
 Hal-hal yang belum diketahui ibu : Ibu belum mengetahui posisi
persalinan dan cara meneran yang baik
 Hal-hal yang ingin diketahui ibu : Posisi persalinan dan cara meneran
yang baik
D. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik
a) Pemeriksaan Umum:
1) Keadaan umum: Baik Tensi :120/80 mmHg
2) Kesadaran : Composmentis Nadi : 82 x/menit
3) TB : 162 cm Suhu /T : 36,3℃
4) LILA : 25 cm RR :
22x/menit
5) BB : 65 kg
b) Status present
Kepala : Distribusi rambut merata, tidakada benjolan maupun nyeri
tekan
Muka : Tidak pucat , tidak ada oedem
Mata : Konjungtiva merah muda, sklera bening, tidak pucat
Hidung : Simetris, bersih, tidak ada sekret, tidak ada polip
Mulut :Bibir lembab, lidah bersih, gigi tidak karies, gusi tidak
bengkak.
Telinga : Tidak ada penumpukan serumen, tidak ada benjolan
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, kelenjar thyroid dan
vena jugularis tidak ada nyeri tekan
Ketiak : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada massa
Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada
Abdomen : Tidak ada bekas operasi, tidak ada pembesaran hati dan
kelenjar limpa.
Lipat paha : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada massa
Vulva : Tidak oedem, tidak ada varises
Ekstremitas : Turgor kulit baik, tidak oedem, pergerakan normal, kuku jari
bersih
Refleks patella : +/+
Punggung : Tidak ada kelainan tulang punggung, tidak ada benjolan
Anus : Tidak ada hemoroid
c) Status Obstetrik
1) Inspeksi:
 Muka : Tidak oedem, tidak pucat, tidak ada chloasma
gravidarum
 Mamae : Simetris, tidak ada benjolan, putting susumenonjol,
areolamenghitam, ASI belum keluar
 Abdomen : Membesar, terdapat linea nigra
 Vulva : Tidak oedem, tidak ada varices, PPV lendir darah
2) Palpasi
 Leoplod I : TFU3 jari dibawah PX . Pada bagian fundus teraba
satu bagian bulat besar, lunak, sulit digerakkan (bokong).
 Leoplod II : Pada perut ibu sebelah kiri teraba tahanan
keras dan memanjang seperti papan (punggung). Pada perut ibu
sebelah kanan teraba bagian-bagian kecil dan menonjol
(ekstremitas)
 Leoplod III: Pada perut ibu sebelah bawah teraba satu bagian bulat
keras (kepala), tidak bisa digoyang
 Leoplod IV: bagian terbawah janin sudah masuk PAP, tangan
pemeriksa divergen
 Penurunan Kepala : 2/5
 TFU : 30 cm TBJ : 2945 gram
3) Auskultasi :
 DJJ : 138 x/menit
2. Pemeriksaan Dalam: tgl/jam : 12 oktober 2022/ 07.30WIB
Vulva/vagina : Tidak oedem, tidak varises, tidak ada benjolan
Serviks :
 Posisi : Anterior / Medial/ Posterior *)
 Pembukaan :∅ 6 cm
 Efficement : 60%
Kulit ketuban : Utuh
Presentasi : Belakang kepala
POD (Point of direction) : Ubun-ubun kecil
Penyusupan :0
Penurunan bag. Terbawah : hodge 3/5

E. ANALISA
Ny. B umur 26 tahun G1P0A0, hamil 40 minggu, janin tunggal, hidup intra uteri,
letak membujur, presentasi kepala, PUKI, Uinpartu kala I fase aktif.
F. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa kondisi ibu dan janin sehat, pembukaan
serviks 6 cm.
Hasil: ibu dan keluarga mengetahui kondisinya.
2. Menganjurkan ibu untuk minum dan makan saat relaksasi
Hasil : ibu meminum air putih saat relaksasi
3. Menganjurkan ibu untuk bebaring miring ke kiri dan mengajari teknik
relaksasi saat ada kontraksi dengan mengambil nafas dalam dan panjang.
Hasil: ibu berbaring miring ke kiri dan relaksasi saat ada kontraksi.
4. Menganjurkan ibu untuk berkemih
Hasil : Ibu bersedia untuk berkemih dan tidak akan menahan buang air kecil
5. Menganjurkan keluarga untuk tetap memenuhi kebutuhan nutrisi ibu.
Hasil : ibu bersedia minum 1 gelas air putih.
6. Menyiapkan partus set.
Hasil : partus set telah siap
7. Menyiapkan partograf
Hasil : lembar partograf telah siap
8. Memantau kemajuan persalinan dengan mengisi lembar pengawasan dan
partograf.
Hasil : pemantauan sedang berjalan, dengan mengisi lembar pengawasan dan
partograf
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien: No. RM Ruang:
Ny B
Umur: 26 tahun Tanggal: 12 oktober 2022
Tanggal/Jam: Catatan Perkembangan Nama dan
(SOAP) Paraf
12 /10/ 2022 S= Ibu mengatakan merasa kenceng-kenceng
10.00 WIB yang semakin sering dan kuatIbu ingin meneran

O=
TD : 120/80 mmHg N/RR :88/24 x/menit
S : 36,6oC VT :∅ 10 cm
KK : (-) jernih effacement: 100%
DJJ : 148x/menit His : 5x/10’ /50”
penyusupan 0

A= Ny B Umur 26 tahun G1P0A0 UK 40 minggu


tunggal hidup intra uteri letak membujur
presentasi kepala PUKI inpartu kala II

P=
1. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa
pembukaan sudah lengkap
Hasil : Ibu dan keluarga mengerti
2. Meminta bantuan bidan lain/ keluarga
untuk menyiapkan posisi ibu
Hasil : Suami dan bidan telah membantu
posisi ibu
3. Membimbing ibu untuk meneran apabila
ada his/kontraksi
Hasil : Ibu meneran dengan tepat
4. Menyiapkan diri meliputi :
a. Memakai celemek, mencuci tangan
dan memakai sarung tangan
Hasil : Celemek dan sarung tangan
terpakai
b. Memeriksa DJJ sesudah kontraksi
berhenti
Hasil : DJJ 140x/menit
5. Memimpin ibu untuk meneran pada saat
ada his dan istirahat bila tidak ada his
Hasil : Ibu mengikuti anjuran bidan
6. Menyiapkan handuk di atas perut ibu dan
memasang handuk di atas perut ibu,
meletakkan kain lipat 1/3 bagian di
bawah bokong ibu dan membuka partus
set
Hasil : persiapan persalinan sudah siap,
kepala janin terlihat 5-6 cm pada vulva
7. Menolong kelahiran bayi
a. Kepala
1) Menahan perineum saat sub
occiput tampak di bawah
sympisis dengan tangan kanan
sementara tangan kiri menahan
puncak kepala agar tidak terjadi
defleksi terlalu cepat
2) Meminta ibu untuk berhenti
mengejan dan bernapas pendek-
pendek saat diameter terbesar
kepala janin tampak di vulva
3) Menunggu kepala bayi selesai
melakukan putaran paksi luar
4) Cek adanya lilitan tali pusat
Hasil : tidak terdapat lilitan.
b. Melahirkan bahu
Setelah bayi melakukan putaran paksi
luar, letakkan kedua tangan secara
biparietal dengan lembut menarik
bayi ke bawah untuk melahirkan bahu
atas dan menarik ke atas untuk
melahirkan bahu bawah
Hasil : Kedua bahu sudah lahir
c. Melahirkan badan dan tungkai bayi
Setelah kedua bahu lahir, tangan
menyusuri mulai dari kepala bayi,
badan dan memegang kedua mata
kaki bayi dengan hati-hati untuk
membantu kelahiran badan
Hasil : Bayi Perempuan lahir spontan
pukul 11. 00 WIB, menangis kuat
8. Melakukan penanganan bayi baru lahir
a. Melakukan penilaian sepintas
APGAR SCORE 1 menit pertama
Hasil : skor APGAR 8-9-10
b. Keringkan bayi kemudian ganti
handuk basah dengan handuk kering
c. Meletakkan bayi di atas perut ibu
dengan kepala bayi berada diantara
payudara ibu dan diselimuti
Hasil : tidak ada tanda bayi asfiksia,
Bayi sudah dikeringkan, bayi berada
di atas dada ibu
d. Periksa kembali perut ibu untuk
memastikan tidak ada bayi lain dalam
uterus
Hasil : Bayi tunggal

12/10/2022 KALA III

11.01 WIB S : Ibu mengatakan perutnya terasa mules


dibagian bawah

O : Plasenta belum lahir, TFU setinggi pusat,


kandung kemih kosong

A : Ny B umur 26 tahun P1A0inpartu kala III


P:
1. Memberitahu bahwa ibu akan disuntik
oksitosin agar uterus berkontraksi dengan
baik
Hasil : Ibu bersedia untuk disuntik
2. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir,
Menyuntikkan oksitosin 10 IU secara IM di
1/3 atas paha lateral
Hasil : Oksitosin telah disuntikkan
3. 2 menit setelah bayi lahir, jepit tali pusat pada
sekitar 3 cm dari pusat bayi, dari sisi luar
klem penjepit, dorong isi tali pusat ke arah
distal (ibu) dan lakukan penjepitan ke dua
pada 2 cm distal dari klem pertama
Hasil : tali pusat sudah di klem
4. Potong dan jepit tali pusat dengan umbilical
klem
Hasil : Tali pusat sudah dipotong
5. Tempatkan bayi untuk melakukan kontak
kulit ibu ke kulit bayi, letakan bayi secara
tengkurap di dada ibu.
Hasil : Bayi berada diatas dada ibu
6. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan
kering dan pasang topi pada kepala bayi
Hasil : ibu dan bayi sudah diselimuti.
7. Memindahkan klem 5-10 cm di depan vulva
Hasil : Klem sudah dipindah
8. Meletakkan tangan kiri di atas uterus untuk
memeriksa pelepasan plasenta
Hasil : Tanda-tanda pelepasan plasenta
nampak
9. Melakukan dorso kranial saat kontraksi dan
melakukan PTT
Hasil : PTT telah dilakukan
10. Melakukan penegangan talipusat dan
dorongan dorso kranial hingga plasenta
terlepas
Hasil : plasenta terlihat di introitus vagina
11. Melahirkan plasenta dengan menangkap dan
memilin searah jarum jam
Hasil : Plasenta lahirpukul 11.10 WIB
12. Melakukan masase uterus
Hasil : Kontraksi keras
13. Memeriksa plasenta dan memasukkan ke
dalam wadah serta menilai perdarahan
Hasil : Kotiledon lengkap, selaput dan korion
lengkap, perdarahan ±100cc
14. Evaluasi adanya laserasi pada vagina dan
perineum dan lakukan penjahitan bila laserasi
menyebabkan perdarahan aktif
Hasil : Tidak ada laserasi

KALA IV
12/10/2022
S : Ibu mengatakan perutnya mules-mules
11.11 WIB
O : Kontraksi keras
TD : 110/70 mmHg S : 36,3oC
N : 80x/menit RR : 20 x/menit
TFU : 2 Jari dibawah pusat
Kandung kemih kosong
A : Ny B umur 26 tahun P1A0 inpartu kala IV

P:
1. Memastikan uterus berkontraksi dengan
baik dan ajarkan ibu serta keluarga untuk
melakukan masase agar tidak terjadi
perdarahan
Hasil : uterus berkontraksi dengan baik, ibu
dan keluarga mampu melakukan
2. Memantau keadaan bayi dan membiarkan
bayi melakukan kontak kulit dengan ibu dan
IMD minimal 1 jam
Hasil : Kontak kulit ibu dan bayi masih
dilakukan
3. Menyuntikan vit K dan memberikan tetes
mata setelah kontak kulit dan IMD selesai
Hasil : Vit K dan tetes mata sudah diberikan
4. Melakukan pengukuran antropometri pada
bayi.
Hasil :
BB : 3000 gr
PB : 49 cm
Lingkar Kepala : 34 cm
Lingkar dada : 33 cm
Lingkar lengan : 11 cm
5. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan
pencegahan perdarahan dengan Mengawasi
ibu tiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30
menit pada 1 jam kedua
6. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan
masase uterus dan menilai kontraksi
Hasil : Ibu/keluarga bisa melakukan masase
dan tahu cara menilai kontraksi
7. Melakukan dekontaminasi alat
Hasil : alat telah direndam klorin
8. Membuang sampah yang terkontaminasi ke
dalam sampah basah
Hasil : kassa yang terkontaminasi sudah
dibuang
9. Membersihkan badan ibu
Hasil : badan ibu bersih
10. Melakukan dekontaminasi tempat dan
celemek
Hasil : tempat bersalin dan celemek sudah
bersih
11. Melepaskan sarung tangan
Hasil : sarung tangan telah dilepas
12. Mencuci tangan
Hasil : petugas kesehatan sudah mencuci
tangan
13. Memakai sarung tangan bersih
Hasil : sarung tangan sudah terpasang
14. Melepas sarung tangan dan mencuci tangan
Hasil : tangan sudah bersih
15. Mengisi patograf
Hasil : patograf telah diisi
PEMBAHASAN

Pada laporan kali ini dilakukan Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Fisiologis Pada
Ny. Busia 26 tahun G1P0A0 usia hamil 40 minggu DiPuskesmas Cepiring dan dalam
pembahasan ini akan diulas mengenai keseluruhan asuhan mulai dari pengkajian
hingga evaluasi serta meninjau hubungan antara asuhan kebidanan yang telah
dilakukan dengan jurnal yang ada.
1. Pengkajian
Pada laporan ini pengkajian data pasien dilakukan pada tanggal 24 Februari
2021 pukul 07.30 WIB di lakukan diPuskesmas Cepiring. Pengkajian dilakukan
dengan cara anamnesa mulai dari biodata diri ibu dan suami atau penanggung
jawab, data subjektif, data objektif serta pemeriksaan penunjang.
Pengkajian data subjektif dilakukan dengan cara wawancara atau anamnesa
baik allow anamnesa atau auto anamnesa. Data subjektif yang didapatkan berupa
alasan datang, keluhan utama, riwayat kesehatan, riwayat obstetri, riwayat
kehamilan yang lalu (jika ada), serta tentang pola-pola pemenuhan kebutuhan
terakhir kali.
Kemudian untuk pemeriksaan objektif seperti pemeriksaan leopold
(menentukan jumlah janin, apakah intrauterin atau ekstrauterin, dan menentukan
letak). Detak Jantung Janin (menetukan keadaan janin), dan juga pemeriksaan
head to toe tetp dilakukan sedangkan untuk pemeriksaan objektif lain seperti
tanda-tanda persalinan yang telah tertera pada tinjauan teori harus juga diamati
untuk memastikan ibu benar dalam prosen inpartu atau tidak dilakukan bersamaan
saat pengkajian data subjektif.
Untuk pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah rapid test karena saat ini
masih pandemic Covid 19
Dalam laporan ini hasil pengkajian sudah sesuai dengan teori yang ada dan
didapatkan hasil yang lengkap. Hasil pengkajian ibu bersalin kemudian
didokumentasikan pada partograf ibu bersalin.
2. Identifikasi Diagnose
Diagnosa dapat ditentukan dari hasil pemeriksaan dan juga anamnesa.
Diagnosa untuk ibu bersalin kali ini ditetapkan dari hasil pengkajian data subjektif
yaitu alasan datang dan keluhan utama, yang merujuk pada tanda-tanda
persalinan. Selain itu digunakan pula hasil pemeriksaan lepold (menentukan
jumlah janin, apakah intrauterin atau ekstrauterin, dan menentukan letak), hasil
pemeriksaan detak jantung janin (menentukan keadaan janin), serta hasil
pemeriksaan dalam (menentukan pembukaan serviks).
Sehingga muncul diagnosa/maslah Ny. B usia 26 tahun G1P0A0 UK 40
Minggu, janin tunggal, hidup, intrauterin, letak membujur, presentasi belakang
kepala, U, puki, inpartu kala I fase aktif.
Dalam laporan ini identifikasi diagnosa sudah berdasarkan teori, sesuai dan
tidak ada kesenjangan. Diagnosa yang telah didapatkan kemudian akan
disampaikan pada klien dengan jelas dan terperinci.
3. Antisipasi Masalah Potensial
Karena dalam asuhan kebidanan kali ini tidak ada hasil pengkajian yang
merujuk pada masalah potensial sehingga antisiasi masalah potensial tidak
dilakukan secara khusus sesuai dengan diagnosa masalah potensial, melainkan
antisiasi dilakukan dalam penatalaksanaan yaitu tindakan yang akan dilakukan
harus sesuai dengan standart yang ada dengan menjaga penularan infeksi dan
penatalaksanaan secara tepat.
Antisipasi masalah potensial merupakan tindak lanjut dari diagnosa yang
didapatkan dalam asuhan kebidanan kali ini antisapasi masalah potensial telah
dilakukan sesuai teori yang ada dan dilaksanakan dengan baik. Antisipasi masalah
dapat berupa konseling atau anjuran agar masalah yang mungkin terjadi dapat
dicegah dan juga untuk menambah pengetahuan klien.
4. Tindakan segera/ kolaborasi
Dalam asuhan kali ini tidak membutuhkan tindakan segera dan kolaborasi.
5. Rencana Tindakan
Apa yang akan dilakukan untuk klien direncakan berdasarkan data pengkajian
dan juga diagnosayang telah diambil dan ditetapkan. Dalam laporan kali ini
rencana tindakan tidak didokumentasikan dalam laporan asuhan kebidanan
melainkan hanya berupa planing pemikiran bidan yang kemudian dilaksanakan
setelah pemikiran yang matang.
Rencana tindakan pada asuhan ibu bersalin ini mengacu pada APN atau
asuhan persalinan normal yang terdiri dari 60 langkah yang telah ditetapkan
sebagai standart. Dan dalam penatalaksanaannya dilakukan sesuai dengan kala
persalinan yang dialami ibu.
6. Pelaksanaan
Pelaksanaan atau dalam laporan asuhan kebidanan kami sebut dengan
penatalaksanaan adalah apa yang kami lakukan untuk klien berdasarkan diagnosa
yang telah ditetapkan. Penatalaksanaan dapat berupa pemberian informasi,
konseling, anjuran ataupun rujukan kolaborasi.
Dalam laporan ini penatalaksanaan yang dilakukan sesuai dengan kala pada
persalinan.
Pada kala I penatalaksanaan yang dilakukan berupa:
1. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa kondisi ibu dan janin sehat, pembukaan
serviks 6 cm.
2. Menganjurkan ibu untuk minum saat relaksasi
3. Menganjurkan ibu untuk bebaring miring ke kiri dan mengajari teknik
relaksasi saat ada kontraksi dengan mengambil nafas dalam dan panjang.
dalam penelitian yang dilakukan oleh Ariastuti, (2015) menyimpulkan bahwa
dalam persalinan posisi yang sering digunakan pada kala 1 yaitu posisi miring
kiri karena posisi ini lebih nyaman dan lebih efektif untuk meneran. Posisi
tersebut mungkin baik jika ada masalah bagi bayi yang akan berputar ke
posisi oksiput anterior. Posisi berbaring mirng adalah Arah posisi ibu
tergantung pada letak ubun – ubun bayi. Jika berada di kiri, maka ibu anjurkan
mengambil posisi miring ke kiri sehingga bayi diharapkan bisa berputar,
demikian pula sebaliknya. Posisi ini mengharuskan ibu berbaring ke kiri atau
ke kanan. Salah satu kakinya di angkat, sedangkan kaki lainya dalam keadaan
lurus posisi yang sering disebut posisi lateral ini, umumnya dilakukan bila
posisi kepala bayi belum tepat.
Menurut Laili, (2017)Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi atau
menghilangkan kecemasan dapat dilakukan dengan berbagai cara, beberapa
diantaranya yaitu dengan teknik relaksasi nafas dalam. Relaksasi merupakan
metode efektif untuk mengurangi keregangan otot, rasa jenuh dan
kecemasanSmeltzer dan Bare (2004) menyatakan manfaat yang dapat
dirasakan setelah melakukan teknik Relaksasi Nafas Dalam dapat
menghilangkan nyeri, ketentraman hati, dan berkurangnya rasa cemas.Terapi
tersebut juga merupakan metode yang sederhana dan mudah diterapkan.
4. Menganjurkan ibu untuk berkemih
5. Menganjurkan keluarga untuk tetap memenuhi kebutuhan nutrisi ibu.
Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk menurunkan risiko ibu bersalin
terhadap terjadinya keterlambatan proses persalinan yaitu dengan memberi
nutrisi yang adekuat yang sesuai dengan kondisi fisiologis ibu bersalin yang
dimulai dari proses persalinan kala I, yaitu dengan memberikan nutrisi kurang
lebih 50-100 kilo kalori energy dalam setiap jam.(Hadianti, 2018)
6. Menyiapkan partus set.
7. Menyiapkan lembar pengawasan dan partograf
8. Memantau kemajuan persalinan dengan mengisi partograf.
7. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan pada akhir asuhan kali ini merupakan reaksi klien atau
hasil yang telah dilakukan. Dalam dokumentasi evaluasi tidak disendirikan atau
dipisah namun dijadisatukan dengan penatalaksanaan yakni pada hasil
penatalaksanaan.
Evaluasi yang telah dilakukan tidak ada kesenjangan atau perbedaan dengan
teori yang telah ada.
Tinjauan dengan Jurnal
Dalam jurnal Terapi Nyeri Persalinan Non Farmakologi dijelaskan bahwa
besarnya rasa nyeri bersifat sangat individual. Dalam proses persalinan hal inilah
yang paling dirasakan tidak menyenangkan bahkan menakutkan bagi ibu. Nyeri
pada proses persalinan terjadi akibat adanya kerusakan jaringan yang nyata,
sehingga dapat dikategorikan sebagai nyeri akut. Mengurangi rasa nyeri dapat
diatasi dnegan cara farmakologi (dengan obat) dan non farmakologi (tanpa obat).
Secara non farmakologi, nyeri dalam persalinan dapat diringankan dengan
melakukan metode rubbing massage, hypnobirthing, waterbirth, akupuntur,
akupressur, serta senam yopphyta materna. Metode ini bisa diterapkan secara
sendiri-sendiri atau bisa digabung dengan metode lainnya.
Pada asuhan kebidanan kali ini terapi nyeri persalinan non farmakologi ini
belum begitu diterapkan namun terkadang sudah dilakukan metode rubbing
massage namun kurang dilakukan secara intensif sehingga hasil dari nyeri
nonfarmakologi antara asuhan dan dengan penelitian belum dapat dibandingkan.
DAFTAR PUSTAKA

Ariastuti, D. N., Sucipto, E dan Andari, D. I. (2014) ‘Hubungan Antara Posisi Miring
Kiri Dengan Proses Mempercepat Penurunan Kepala Janin Pada Proses
Persalinan’, Jurnal Kesehatan, pp. 60–64.
Aryani, Y., Masrul, M. and Evareny, L. (2015) ‘Pengaruh Masase pada Punggung
Terhadap Intensitas Nyeri Kala I Fase Laten Persalinan Normal Melalui
Peningkatan Kadar Endorfin’, Jurnal Kesehatan Andalas, 4(1), pp. 70–77. doi:
10.25077/jka.v4i1.193.
Hadianti, D. N. and Resmana, R. (2018) ‘Kemajuan Persalinan Berhubungan Dengan
Asupan Nutrisi’, Care : Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan, 6(3), p. 231. doi:
10.33366/cr.v6i3.993.
Laili, F. and Wartini, E. (2017) ‘Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap
Kecemasan Dalam Menghadapi Persalinan Pada Ibu Hamil’, Jurnal Kebidanan
Malahayati, 3(3), pp. 152–156. Available at:
http://ejurnal.malahayati.ac.id/index.php?
journal=bidan&page=article&op=view&path%5B%5D=1013&path%5B
%5D=973.

Anda mungkin juga menyukai