Kelompok 2 - P4 - Laporan Praktikum Bakmikal 1

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 11

Hari/tanggal : Selasa, 31 Januari 2023

Kelompok/Paralel : 2/4
Dosen : drh. Usamah Afif, M. Sc

LAPORAN PRAKTIKUM
PENYAKIT BAKTERIAL DAN MIKAL
IDENTIFIKASI BAKTERI KOKUS GRAM POSITIF PADA SAMPEL SUSU SAPI

Disusun oleh:
Kelompok 2
Alvina Gitacahyani Ardiana B0401201109
Yoga Sekar Ma’rufi B0401201111

DIVISI PENYAKIT BAKTERIAL DAN MIKAL


DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT HEWAN DAN KESMAVET
SEKOLAH KEDOKTERAN HEWAN DAN BIOMEDIS
IPB UNIVERSITY
2023
BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Bakteri cocus gram positif genus Staphylococcus sp. dan Sterptococcus sp.
merupakan flora normal dan akan menjadi patogen bila daya tahan tubuh seseorang
lemah. Proses identifikasi dilakukan dengan mengatahui karakter dari bakteri yang
tumbuh. Karakter tersebut meliputi karakter morfologi koloni sel, dan karakter
fisiologi. Pengamatan morfologi meliputi bentuk, tepian, elevasi, dan warna koloni
bakteri dan uji katalase. pengamatan secara mikroskop dengan pengamatan hasil
pewarnaan Gram, pewarnaan endosprora, dan uji biokimia (Hidayat et al. 2022).

Salah satu metode yang dapat mengidentifikasi suatu bakteri ialah Pewarnaan
Gram. Pewarnaan Gram merupakan pewarnaan diferensial yang sangat berguna dan
paling banyak digunakan dalam laboratorium mikrobiologi (Rahayu dan Gumilar
2017). Metode pewarnaan Gram untuk identifikasi bakteri memiliki kelebihan dan
kekurangan-nya. Kelebihannya ialah pewarnaan Gram merupakan salah satu metode
paling sederhana dan murah untuk diagnosis cepat infeksi bakteri. Metode ini jauh
lebih cepat dibandingkan dengan kultur bakteri, dan sebagai pedoman awal untuk
memutuskan terapi antibiotik sebelum tersedia bukti definitif bakteri penyebab
infeksi secara spesifik. Kekurangan dari metode ini yaitu hanya dapat mengetahui
ukuran dan bentuk bakteri serta melihat struktur dalam bakteri dengan zat warna saja.
Kondisi pewarnaan Gram dan morfologi bakteri kadang-kadang berubah karena
terapi antimikroba. Spesies batang Gram negatif dapat menjadi filamen dan
pleomorfik sedangkan bakteri Gram positif dapat menjadi bervariasi setelah terapi
antimikroba (Bulele et al. 2019).

Pewarnaan Gram dilakukan untuk membedakan bakteri berdasarkan grupnya


yaitu Gram positif dan Gram negatif yang berbeda dalam komposisi dinding sel nya.
Pewarna yang digunakan terdiri dari pewarna utama dan pewarna penutup. Pewarna
utama yang digunakan pada pewarnaan Gram yaitu kristal violet yang berwarna ungu.
Pelekatan pewarna utama pada sel bakteri lebih ditingkatkan dengan penambahan
mordant. Terjadi mekanisme yang berbeda pada bakteri Gram positif dan Gram negatif
ketika ditambahkan larutan peluntur, pada bakteri Gram positif warna akan
dipertahankan tetapi pada Gram negatif akan hilang. Oleh karena itu diperlukan
pewarna penutup yang kontras untuk mewarnai bakteri Gram negatif, yaitu dengan
pewarna yang berwarna merah. Pewarna penutup yang sering digunakan pada
pewarnaan Gram adalah basic fuchsin atau safranin (Virgianti dan Luciana 2017).
Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah praktikan mampu memahami prosedur


identifikasi bakteri penyebab penyakit mastitis dan dapat mengidentifikasi bakteri
kokus Gram positif yang terdapat pada susu sapi yang diduga terkena mastitis.

BAB II

METODE
Alat dan bahan

Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah mikroskop, objek glass,
ose, cawan petri, bunsen, korek api, kapas, kertas saring dan dan tabung mikroaerofilik.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah Media Blood Agar Plate (BAP), Manitol Salt
Agar (MSA), media glukosa, plasma darah kelinci, kristal violet, lugol, aseton alkohol,
safranin, alkohol 96%, H202 3%, minyak imersi dan aquadest.

1. Pewarnaan Gram

Pewarnaan gram dilakukan dengan cara membuat preparat ulas dan


kemudian difiksasi di atas api. Beri larutan kristal violet selama 1 menit, lalu
bilas dengan air. Selanjutnya, beri larutan lugol dan diamkan selama 1 menit
dan bilas dengan air mengalir. Setelah itu, beri larutan pemucat (aseton alkohol)
selama 20 detik, hal ini perlu diperhatikan karena pemucatan yang terlalu lama
akan memberikan hasil pewarnaan yang menyimpang. Kemudian bilas dengan
air mengalir dan beri larutan safranin selama 1 menit. Bilas dengan air dan
keringkan menggunakan kertas saring. Selanjutnya periksa menggunakan
mikroskop dengan perbesaran lensa objektif 100x.

2. Biakan Bakteri

Prosedur yang digunakan dalam biakan bakteri menggunakan media


blood agar adalah dengan teknik goresan T yang dilakukan dengan cara
membuat garis bantu pada bagian luar dasar cawan petri dengan spidol.
Lempengan dibagi menjadi 3 bagian membentuk huruf T, kemudian tandai
daerah I, II dan III. Pijarkan ose, biarkan dingin lalu inokulasi daerah I sebanyak
mungkin dengan gerakan sinambung (goresan zig zag) sepadat mungkin. Posisi
mata ose harus datar menempel agar, jangan tegak lurus terhadap lempengan
agar. Pijarkan ose dan biarkan dingin kembali. Gores ulang daerah I sebanyak
3-4 kali dan teruskan goresan ke daerah II dengan goresan lebih renggang.
Pijarkan ose dan biarkan dingin kembali. Gores ulang daerah II sebanyak 3-4
kali dan teruskan goresan ke daerah III dengan goresan lebih renggang dari
goresan di daerah II. Pijarkan ose. Inkubasikan lempengan agar yang telah
diinokulasi ke dalam inkubator dengan posisi cawan petri dibalik selama 24-48
jam. Kemudian diamati hasil biakannya dengan melihat jenis hemolisi yang
terjadi.

3. Uji Katalase

Uji katalase dilakukan dengan membersihkan kaca objek menggunakan


kapas yang dibasahi alkohol 96%. Kemudian diteteskan H2O2 3% di atas kaca
objek lalu biakan bakteri diambil menggunakan ose dan dioleskan pada gelas
objek yang sudah ditetesi H2O2 3%. Selanjutnya suspensi di homogenkan
perlahan menggunakan ose. Lalu diamati adanya gelembung gas atau tidak.

4. Uji fermentasi glukosa

Isolat bakteri yang telah berumur 48 - 78 jam diambil sebanyak satu


mata ose ke dan dimasukkan dalam medium steril yang mengandung glukosa
dan ditambahkan dengan bromthymol blue (sebagai indikator). Media
fermentasi harus mengandung senyawa yang dapat dioksidasi dan
difermentasikan oleh yeast.

5. Uji Koagulase

Prosedur uji koagulase adalah satu mata ose biakan/isolat yang diuji
diinokulasikan ke dalam 2 ml plasma darah kelinci yang telah diencerkan 1 : 5
dengan akuades. Kemudian diinkubasi pada suhu 370 C selama 4 – 24 jam.
Hasil positif ditunjukkan dengan terjadinya koagulasi pada plasma, sedangkan
hasil negatif bila plasma tetap cair.

6. Uji MSA

Ose dipanaskan siatas bunsen lalu koloni yang terdapat pada PDA
diambil dengan menggunakan ose dan dikultur pada media MSA. Kemudian
diinkubasi pada suhu 37°C selama 18-24 jam.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Pengamatan

Tabel 1. Hasil identifikasi bakteri pada media biakan dan media uji

No Aspek yang diamati Keterangan

1 Bentuk sel Coccus

2 Susunan sel Bergerombol

3 Sifat gram Positif

4 Ukuran koloni Kecil

5 Bentuk koloni Bulat

6 Permukaan koloni Halus

7 Aspek koloni Mengkilat

8 Tepi koloni Rata

9 Elevasi Timbul / cembung

10 Warna koloni Opaque

11 Jenis hemolisis Putih dengan media tidak


berubah warna (hemolisis
gamma)

12 Uji katalase Positif


13 Uji fermentasi glukosa Positif (orange)

14 Uji koagulase Negatif

15 Uji MSA Positif

Pembahasan

Dengan pewarnaan Gram, bakteri yang teridentifikasi memiliki bentuk kokus


atau bulat dan berwarna ungu. Selanjutnya, bakteri yang telah teridentifikasi tersebut
dilakukan pengembangbiakan pada media agar darah. Berdasarkan hasil biakan
tersebut diperoleh hasil ukuran koloni kecil, bentuk koloni bulat, permukaan koloni
halus, aspek koloni mengkilat, tepi koloni rata, elevasi koloni timbul/cembung, sifat
tembus cahaya opaque, pigmentasi putih dengan media tidak berubah warna (hemolisis
gamma). Tujuan dari pewarnaan Gram ini yaitu untuk mempermudah melihat bakteri
secara mikroskopik, memperjelas ukuran dan bentuk bakteri, melihat struktur dalam
bakteri seperti dinding sel dan vakuola, dan menghasilkan sifat-sifat fisik serta kimia
khas dari bakteri dengan zat warna. Dalam pewarnaan, bakteri Gram positif berwarna
ungu sedangkan bakteri Gram negatif berwarna merah. Bakteri memiliki beberapa
bentuk yaitu bacillus (batang), coccus (bulat), dan spirilum (lengkung). Pada bakteri
yang berbentuk coccus dibagi atas monococcus, diplococcus dan staphylococcus
(Bulele et al. 2019).

Gambar 1. Hasil pewarnaan dari sampel susu


Gambar 2. Hasil biakan bakteri pada media agar darah

Gambar 3. Hasil pewarnaan Gram dari bakteri pada agar miring

Hasil uji katalase menunjukkan hasil positif yang ditandai dengan adanya
gelembung setelah penambahan H2O2 3%. Hasil uji katalase menunjukkan hasil positif
pada semua isolat Staphylococcus aureus, Staphylococcus intermedius, dan
Staphylococcus epidermidis, karena menghasilkan enzim katalase mampu
menghidrolisis hidrogen peroksida (H2O2) menjadi air (H2O) dan gelembung gas (O2)
(Toelle dan Lenda 2014).

Uji fermentasi glukosa merupakan uji yang dilakukan untuk membedakan


Staphylococcus patogen dan nonpatogen dengan menginokulasikan biakan bakteri ke
dalam media. Uji fermentasi bersifat positif apabila terlihat perubahan warna menjadi
kekuningan dan negatif apabila warnanya tetap merah (Ibrahim, 2017). Berdasarkan
hasil pengamatan menunjukkan hasil positif yang ditandai dengan berubahnya warna
larutan glukosa menjadi orange. Selain itu perubahan warna ini juga dikarenakan
Staphylococcus aureus memiliki sifat anaerob fakultatif yang dapat memfermentasi
glukosa dalam keadaan tidak ada oksigen (Hayati et al. 2019).

Uji koagulase merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
enzim koagulase yang dihasilkan oleh Staphylococcus sp. Hasil positif ditunjukkan
terbentuk gumpalan pada tabung. Hasil yang terjadi menunjukkan negatif yang berarti
menunjukkan pada isolat Staphylococcus non patogen.

Gambar 4. Hasil uji koagulase

Uji mannitol salt agar (MSA), merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui
kemampuan memfermentasi mannitol pada Staphylococcus sp. Hasil positif
ditunjukkan perubahan warna pada medium dari warna merah menjadi kuning karena
adanya fenol acid dan hasil negatif tidak ada perubahan warna. Hasil yang diperoleh
adalah hasil positif karena berubah warna dari merah menjadi merah muda.
Dikarenakan salah satu dari uji MSA dan uji koagulase ada yang negatif sehingga isolat
yang diidentifikasi termasuk Staphylococcus non patogen, yang berarti kesimpulan
bakterinya adalah Staphylococcus epidermidis (Toelle dan Lenda 2014).
Gambar 5. Hasil uji MSA

Mastitis merupakan peradangan kelenjar susu yang disebabkan oleh infeksi


bakteri atau jamur yang patogen sehingga dapat menyebabkan penurunan tingkat
produksi susu. Hal ini ditandai dengan perubahan fisik, kimia, dan biasanya perubahan
bakteriologis dalam susu serta perubahan patologis pada ambing (Najeeb et al. 2013).
Salah satu bakteri yang sering menyebabkan mastitis adalah bakteri Staphylococcus
aureus yang merupakan salah satu bakteri patogen yang sering ada dalam susu yang
terkontaminasi. Staphylococcus aureus bisa menyebabkan mastitis subklinis maupun
mastitis kronis, sehingga kejadian mastitis sering dihubungkan dengan infeksi
Staphylococcus aureus (Hayati et al. 2019) . Selain itu, bakteri lain yang dapat
menyebabkan mastitis adalah Streptococcus sp (Streptococcus agalactiae,
Streptococcus dysgalactiae, Streptococcus uberis dan Streptococcus bovis) dan
Coliform terutama E. coli dan Klebsiella pneumoniae (Isnan et al. 2017).
BAB IV

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum identifikasi bakteri Gram positif dapat
disimpulkan bahwa bakteri yang terkandung dalam susu sampel B merupakan bakteri
Staphylococcus non-patogen. Hal ini dikarenakan pada uji koagulase mendapatkan
hasil negatiif yang ditandain dengan tidak menggumpalnya plasma darah kelinci.
Penyakit mastitis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri patogen terutama
bakteri Staphylococcus aureus yang sering terjadi pada ternak.
DAFTAR PUSTAKA
Bulele T, Rares FES, Porotu’o J. 2019. Identifikasi Bakteri dengan Pewarnaan Gram
pada Penderita Infeksi Mata Luar di Rumah Sakit Mata Kota Manado. Jurnal
e-Biomedik. 7(1): 30-36.

Ibrahim J. 2017. Tingkat Cemaran Bakteri Staphylococcus aureus Pada Daging Ayam
Yang Dijual Di Pasar Tradisional Makassar. Jurusan Ilmu Peternakan Fakultas
Sains Dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Hayati LN, Tyaningsih W, Praja RN, Chusniati S, Yunita MN, Wibawati PA. Isolasi
dan Identifikasi Staphylococcus aureus pada Susu Kambing Peranakan Etawah
Penderita Mastitis Subklinis di Kelurahan Kalipuro, Banyuwangi. Jurnal Medik
Veteriner. 2(2): 76-82.

Hidayat AF, Kristinawati E, Kusuma A. 2022. Analisis jumlah dan jenis bakteri coccus
gram positif pada sisa sampel darah di spuit. Jurnal Analis Medika Biosains.
9(2) : 99-104

Najeeb MF, Anjum AA, Ahmad MUD, Khan HM, Ali MA, Sattar MMK. 2013.
Bacterial etiology of subclinical mastitis in dairy goats and multiple drug
resistance of the isolates. J Anim Plant Sci. 23(6): 1541-1544.

Rahayu SA, Gumilar MH. 2017. Uji cemaran air minum masyarakat sekitar margahayu
raya bandung dengan identifikasi bakteri Escherichia coli. IJPST. 4(2):50-56

Toelle NN, Lenda V. 2014. Identifikasi dan karakteristik Staphylococcus Sp. dan
Streptococcus Sp. dari infeksi ovarium pada ayam petelur komersial. Jurnal
Ilmu Ternak. 1(7):32-37

Virgianti DP, Luciana C. 2017. Penggunaan ekstrak kombinasi angkak dan daun jati
sebagai pewarna penutup pada pewarnaan gram. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas
Husada. 17(1): 66-72.

Anda mungkin juga menyukai