Makalah Sistem Pemerintahan Indonesia
Makalah Sistem Pemerintahan Indonesia
Makalah Sistem Pemerintahan Indonesia
Disusun Oleh :
1. Fika Aulia Faizah (22601241022)
2. Jessy Nur Fauziyah (22601241053)
3. Ndaru Setiaji (22601241086)
4. Rendy Dwi Prabowo (22601244030)
5. Deffa Abbiyansyah (22601244050)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
taufik hingga hidayahnya sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang
berjudul “Sistem Pemerintahan Indonesia” ini dengan baik.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang
diampu oleh ibu Candra Dewi Puspitasari, SH.,LL.M. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah
wawasan baru bagi kita semua. Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Candra Dewi
Puspitasari, SH.,LL.M selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang
telah memberikan tugas beserta petunjuk-petunjuknya serta kepada semua pihak yang telah
membantu menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari apabila masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini. Oleh
sebab itu, kritik dan saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Dengan adanya sistem pemerintahan yang baik, negara dapat menjalankan fungsinya
untuk melindungi, mengayomi, dan mensejahterakan masyarakat. Oleh karena itu,
pemahaman tentang sistem pemerintahan menjadi sangat penting bagi masyarakat agar dapat
memahami bagaimana negara mengatur kekuasaannya dan bagaimana kebijakan-kebijakan
negara dibuat dan dilaksanakan secara efektif dan efisien. Sistem pemerintahan yang baik
sangat diperlukan oleh suatu negara dalam melaksanakan tugasnya sebagai pelaksana
pelayanan publik baik ditingkat pusat maupun ditingkat daerah. Good goverment diperlukan
perubahan paradigma pemerintahan yang mendasar dari sistem lama yang serba sentralistis,
dimana pemerintah pusat sangat kuat dalam menentukan kebijakan. Paradigma baru tersebut
menuntut suatu sistem yang mampu mengurangi ketergantungan dan bahkan menghilangkan
ketergantungan pemerintah daerah kepada pemerintah pusat, serta bisa memberdayakan
daerah agar mampu berkompetisi baik secara regional, nasional maupun internasional.
Pemahaman tentang sistem pemerintahan sangat penting bagi masyarakat karena negara
memainkan peran penting dalam mengatur kehidupan masyarakat. Sistem pemerintahan yang
baik dapat memastikan bahwa negara dapat menjalankan tugas dan fungsinya secara efektif
dalam melindungi, mengayomi, dan mensejahterakan masyarakat. Dalam sebuah negara,
4
sistem pemerintahan akan menentukan tata kelola negara dan kebijakan-kebijakan yang
dikeluarkan. Oleh karena itu, pemahaman tentang sistem pemerintahan menjadi penting untuk
membantu masyarakat memahami bagaimana kebijakan-kebijakan tersebut dibuat dan
dilaksanakan. Pemahaman tentang sistem pemerintahan juga dapat membantu masyarakat
untuk memahami hak dan kewajiban mereka dalam negara. Dengan memahami sistem
pemerintahan, masyarakat dapat lebih memahami bagaimana negara mengatur kekuasaannya
dan bagaimana kebijakan-kebijakan publik dibuat dan dilaksanakan. Hal ini dapat membantu
masyarakat dalam berpartisipasi dalam proses-proses politik, baik secara langsung maupun
melalui wakil-wakil mereka.
Makalah ini membahas sistem pemerintahan secara lebih mendalam, termasuk jenis-
jenis sistem pemerintahan yang ada, bagaimana sistem pemerintahan diterapkan di negara
Indonesia, dan bagaimana sistem pemerintahan di Indonesia berubah dari masa ke masa.
Selain itu, pembaca juga akan memahami kaitan antara sistem pemerintahan dengan bentuk
pemerintahan, sehingga dapat lebih memahami bagaimana tata kelola negara dan kebijakan-
kebijakan negara dibuat dan dilaksanakan dalam suatu negara.
1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian sistem pemerintahan
2) Untuk mengetahui jenis-jenis sitem pemerintahan
3) Untuk mengetahui sistem pemerintahan yang dianut oleh negara Indonesia
4) Untuk mengetahui pelaksanaan sistem pemerintahan negara Indonesia dari masa ke masa
5) Unntuk mengetahui alasan negara Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensiil
6) Untuk mengetahui kaitan sistem pemerintahan dengan bentuk pemerintahan
5
BAB II
PEMBAHASAN
Pemerintahan dapat dipahami dalam arti luas dan dalam arti sempit. Di dalam arti sempit,
pemerintahan kerap kali dipahami sebagai aktivitas dari lembaga kekuasaan eksekutif atau
perbuatan memerintah yang dilakukan oleh badan eksekutif beserta jajarannya dalam rangka
mencapai tujuan penyelenggaraan negara. Dalam arti luas, pemerintahan mencakup semua
kekuasaan yang meliputi seluruh fungsi negara. Pemerintahan dalam arti luas tersebut, apabila
merujuk pada ajaran Montesquieu, meliputi keseluruhan lembaga negara yang menjalankan
kekuasaan legislatif, kekuasaan eksekutif dan kekuasaan yudikatif. Kekuasaan eksekutif yang
berarti kekuasaan membentuk undang-undang, kekuasaan legislatif yang berarti kekuasaan
membentuk undang-undang, dan kekuasaan yudikatif yang berarti kekuasaan mengadili terhadap
pelanggaran atas undang-undang. Komponen-komponen tersebut secara garis besar meliputi
lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Ketiga lembaga tersebut merupakan unsur-unsur
kekuasaan negara. Jadi, sistem pemerintahan negara menggambarkan adanya lembaga-lembaga
negara, hubungan antar lembaga negara, dan bekerjanya lembaga negara dalam mencapai tujuan
pemerintahan negara yang bersangkutan.
Dapat disimpulkan bahwa dalam memahami sistem pemerintahan bisa diartikan dari sudut
pandang sempit dan luas. Secara sempit sistem pemerintahan diartikan sebagai penyelenggaraan
pemerintahan yang hanya dilakukan oleh legislatif. Sedangkan dari sudut pandang luas sistem
pemerintahan merupakan penyelenggaraan pemerintahan yang dilaksanakan tidak hanya eksekutif
melainkan juga melibatkan legislatif dan yudikatif. Kemudian, menurut (Sarundajang, 2012)
sistem pemerintahan dapat disebut sebagai keseluruhan dari susunan atau tatanan yang teratur dari
6
lembaga- lembaga negara yang berkaitan satu dengan yang lainnya baik langsung ataupun tidak
langsung menurut suatu rencana atau pola untuk mencapai tujuan negara tersebut. Sederhananya,
sistem pemerintahan diartikan sebagai suatu tatanan yang utuh yang terdiri atas berbagai
komponen pemerintahan yang bekerja saling bergantungan dan memengaruhi dalam mencapai
tujuan dan fungsi pemerintahan.
1) Kepala negara tidak berkedudukan sebagai kepala pemerintahan karena lebih bersifat
simbol nasional (pemersatu bangsa).
2) Pemerintah dilakukan oleh sebuah kabinet yang dipimpin oleh seorang perdana menteri.
3) Kabinet bertanggung jawab kepada parlemen, dan dapat dijatuhkan oleh parlemen melalui
mosi.
7
4) Kedudukan eksekutif (kabinet) lebih rendah dari parlemen, karena itu dia bergantung pada
parlemen.
Menurut, Jimly Asshidque (2008), terdapat prinsip pokok ataupun karakteristik umum
yang digunakan untuk mengetahui bahwa suatu negara menganut sistem pemerintahan
parlementer :
Sistem parlementer ini tidak lepas dari kelebihan dan kekurangan. Berikut kelebihan dari
sistem parlementer :
1) Badan eksekutif lebih stabil kedudukannya karena tidak tergantung pada parlemenn
2) Masa jabatan badan eksekutif lebih jelas dengan jangka waktu tertentu
3) Penyusunan program kerja cabinet mudah diseusaikan dengan jangka waktu masa
jabatannya
8
1) Kekuasaan eksekutif di luar pengawasan langsung legislatif sehingga dapat menciptakan
kekuasaan mutlak
2) Sistem pertanggungjawaban kurang jelas,
3) Pembuatan keputusan atau kebijakan publik umumnya hasil tawar-menawar antara
eksekutif dan legislatif sehingga dapat terjadi keputusan tidak tegas, dan pembuatan
keputusan memakan waktu yang lama.
9
kedudukan perdana menteri terancam dijatuhkan oleh parlemen jika ada mosi tidak percaya dari
parlemen. Namun dalam prakteknya kedudukan perdana menteri sangat kuat dan sulit untuk
dijatuhkan karena perdana menteri berasal dari partai mayoritas. Para anggota Parlemen berasal
dari proses politik yaitu pemilihan umum yang dilaksanakan oleh negara dengan melibatkan rakyat
sebagai pemilih. Dalam hal ini maka pilihan rakyat akan menentukan anggota parlemen yang
diharapkan dapat menjawab aspirasi masyarakat.
Dalam sistem ini, badan eksekutif yang diwakili oleh presiden, tidak bertanggung jawab
kepada badan legislatif, yang jika dicontohkan dalam sistem pemerintahan Indonesia diwakilkan
oleh DPR. Kedudukan badan eksekutif lebih kuat dalam menghadapi badan legislatif. Sistem
presidensial dapat dikatakan pemerintahan perwakilan rakyat yang representatif, dengan sistem
pemisahan kekuasaan secara tegas. Pemisahan antara kekuasan eksekutif dengan legislatif
diartikan bahwa kekuasaan eksekutif ini dipegang oleh suatu badan atau organ yang di dalam
menjalankan tugas tersebut tidak bertanggung pada badan perwakilan rakyat. Badan perwakilan
rakyat ini menurut Montesquieu memegang kekuasaan legislatif, sehingga bertugas membuat dan
menentukan peraturan-peraturan
10
dan mengangkat menteri-menteri sebagai pembantu presiden. Menteri-menteri tersebut tidak
bertanggungjawab kepada badan legislatif seperti yang terdapat dalam sistem pemerintahan
parlementer, melainkan kepada presiden yang telah memilih dan mengangkatnya. Dalam konsep
sistem presidensial yang utama adalah bahwa kedudukan antara lembaga eksekutif dan legislatif
adalah sama kuat. Saat ini, sistem pemerintahan presidesial diterapkan di Amerika Serikat,
Filipina, Argentina, Pakistan, dan Indonesia.
1) Presiden sebagai kepala negara dan sebagai kepala pemerintahan atau bisa dikatakan
kekuasaan pemerintah terpusat pada satu orang, yaitu presiden
2) Presiden tidak dipilih oleh badan perwakilan tetapi oleh dewan pemilih dan belakangan
peranan dewan pemilih tidak tampak lagi sehingga dipilih oleh rakyat
3) Presiden berkedudukan sama dengan legislatif
4) Masa jabatan presiden ditetapkan dalam jangka waktu tertentu.
5) Kabinet dibentuk oleh Presiden, sehingga kabinet bertanggungjawab kepada presiden
6) Presiden tidak dapat dijatuhkan oleh badan legislatif, begitupun sebaliknya Presiden tidak
dapat membubarkan badan legislatif.
Secara umum sistem presidensial mempunyai tiga kelebihan dan tiga kekurangan.
Kelebihan sistem presidensial menurut Arend Lijphart adalah sebagai berikut :
1) Akan terjadi stabilitas eksekutif yang didasarkan pada masa jabatan presiden. Stabilitas
eksekutif ini berlawanan dengan instabilitas eksekutif yang biasanya melahirkan suatu
sistem parlementer dari penggunaan kekuasaan legislatif untuk membentuk kabinet
melalui mosi tidak percaya atau sebagai akibat dari hilangnya dukungan mayoritas
terhadap kabinet di parlemen.
2) Pemilihan kepala pemerintahan oleh rakyat dapat dipandang lebih demokratis daripada
pemilihan tak langsung baik formal maupun informal dalam sistem parlementer. Memang
dalam demokrasi tidak menuntut pilihan semua pejabat pemerintah oleh rakyat secara
langsung. Tetapi argumen bahwa kepala pemerintahan, yang merupakan pemegang jabatan
paling penting dan berkuasa di dalam pemerintahan yang demokratis, harus dipilih secara
langsung oleh rakyat mengandung validitas yang tinggi.
11
3) Dalam sistem presidensial telah terjadi pemisahan kekuasaan yang berarti pemerintahan
yang dibatasi sehingga jaminan atas perlindungan kebebasan individu atas tirani
pemerintah akan terminimalisasi.
1) Akan mudah terjadi kemandegan dalam hubungan eksekutif dan legislatif. Inilah yang
merupakan konsekuensi pertama dari sistem presidensial. Kemandekan tersebut adalah
masalah utama yang dialami oleh Amerika Serikat, yang kemudian menuntut reformasi
kelembagaan secara mendasar. Menurut Scott Mainwaring, kebuntuan atau kemandekan
antara eksekutif dan legislatif juga menjadi masalah besar dalam sistem presidensial yang
dianut oleh banyak negara di Amerika Latin. Salah satu pemecahannya adalah tetap
memisahkan kedua kekuasaan tersebut tetapi tidak menyeimbangkan keduanya; khususnya
meningkatkan kekuasaan presiden, dengan membandingkan dan mengorbankan kekuasaan
legislatif, untuk menjadikan presiden sebagai penggerak sistem pemerintahan yang lebih
aktif dan efektif.
2) Dalam sistem ini terjadi kekakuan temporal. Ini terlihat dari masa jabatan presiden yang
pasti menguraikan periode-periode yang dibatasi secara kaku dan tidak berkelanjutan,
sehingga tidak memberikan kesempatan untuk melakukan berbagai penyesuaian yang
dikehendaki oleh keadaan.
3) Sistem presidensial dipandang mempunyai cacat bawaan karena sistem ini berjalan atas
dasar aturan “pemenang menguasai semuanya.” Sehingga, politik demokrasi akan menjadi
sebuah permainan dengan semua potensi konfliknya.
12
Gambar 2. Sistem Pemerintahan Presidensial
(sumber : Syafiie, 2011)
Terdapat empat ciri yang dapat membedakan sistem pemerintahan parlementer dan
presidensial, menurut S.L. Witman seperti yang dikutip oleh Inu Kencana Syafi’i (2001) :
13
kabinet (dewan menteri) ketika kebijakannya
tidak diterima oleh mayoritas anggota
parlemen.
Adanya hubungan saling bertanggung jawab Tidak ada hubungan saling bertanggung
secara terpisah antara eksekutif dengan jawab antara presiden dan kabinetnya kepada
parlemen dan antara kabinet dengan parlemen, kabinet secara keseluruhan
parlemen. bertanggung jawab kepada presiden.
Eksekutif (perdana menteri) dipilih oleh Eksekutif dipilih oleh para pemilih (para
kepala negara (raja/ratu/presiden) yang telah pemilih dimaksudkan adalah rakyat yang
memperoleh persetujuan dan dukungan melakukan pemilihan secara langsung atau
mayoritas di parlemen. pemilihan secara tidak langsung melalui
dewan pemilih.
14
c) Kekuasaan negara yang tertinggi di tangan Majelis Permusyawaratan Rakyat.
d) Presiden adalah penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi dibawah
Majelis Permusyawaratan Rakyat.
e) Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
f) Menteri negara ialah pembantu presiden, menteri negara tidak
bertanggungjawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
g) Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas.
15
Pokok-pokok sistem pemerintahan Indonesia berdasar UUD 1945 setelah di amandemen
sebagai berikut :
a) Bentuk negara kesatuan dengan prinsip otonomi daerah yang luas. Wilayah negara
terbagi dalam beberapa provinsi.
b) Bentuk pemerintahan adalah republik, sedangkan sistem pemerintahan
presidensial.
c) Presiden adalah kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Presiden dan
wakil presiden dipilih secara langsung oleh rakyat dalam satu paket.
d) Kabinet atau menteri diangkat oleh presiden dan bertanggung jawab kepada
presiden.
e) Parlemen terdiri atas dua bagian (bikameral), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan
Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Para anggota dewan merupakan anggota MPR.
DPR memiliki kekuasaan legislatif dan kekuasaan mengawasi jalannya
pemerintahan.
f) Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh Makamah Agung dan badan peradilan
dibawahnya.
a) Presiden sewaktu-waktu dapat diberhentikan oleh MPR atas usul dari DPR.
b) Presiden dalam mengangkat pejabat negara perlu pertimbangan atau persetujuan
dari DPR.
c) Presiden dalam mengeluarkan kebijakan tertentu perlu pertimbangan atau
persetujuan dari DPR.
d) Parlemen diberi kekuasaan yang lebih besar dalam hal membentuk undang-undang
dan hak budget (anggaran)
16
a) Adanya pemilihan secara langsung
b) Sistem bikameral
c) Mekanisme checks and balance
d) Pemberian kekuasaan yang lebih besar kepada parlemen untuk melakukan
pengawasan dan fungsi anggaran
a) Presiden dan menteri selama masa jabatannya tidak dapat dijatuhkan DPR.
b) Pemerintah punya waktu untuk menjalankan programnya dengan tidak dibayangi
krisis kabinet.
c) Presiden tidak dapat membekukan dan atau membubarkan DPR.
17
kabinet. Presiden tidak boleh bertindak sewenang-wenang. Dan kepala
pemerintahan dipegang oleh perdana menteri.
Dalam sistem demokrasi ini, partai-partai besar seperti Masyumi, PNI, dan
PKI mempunyai partisipasi yang besar dalam pemerintahan. Dibentuklah
kabinet-kabinet yang bertanggung jawab kepada parlemen (Dewan Perwakilan
Rakyat) yang merupakan kekuatan-kekuatan partai besar berdasarkan UUDS
1950. Setiap kabinet yang berkuasa harus mendapat dudkungan mayoritas
dalam parlemen (DPR pusat). Bila mayoritas dalam parlemen tidak mendukung
kabinet, maka kabinet harus mengembalikan mandat kepada presiden. Setelah
itu, dibentuklah kabinet baru untuk mengendalikan pemerintahan selanjutnya.
Dengan demikian satu ciri penting dalam penerapan sistem Demokrasi Liberal
di negara kita adalah silih bergantinya kabinet yang menjalankan pemerintahan.
Kabinet yang pertama kali terbentuk pada tanggal 6 september 1950 adalah
kabinet Natsir.
Dalam menjalankan kebijakannya, kabinet ini banyak memenuhi hambatan
terutama dari tubuh parlemen sendiri. Bentuk negara yang belum sempurna
dengan beberapa daerah masih berada ditangan pemerintahan Belanda
memperuncing masalah yang ada dalam kabinet tersebut. Perbedaan politik
antara presiden dan kabinet tersebut menyebabkan kedekatan antara presiden
dengan golongan oposisi (PNI). Hal itu menentang sistem politik yang telah
berlaku sebelumnya, bahwa presiden seharusnya memiliki sikap politik yang
sealiran dengan parlemen. Secara berturut-turut setelah kejatuhan kabinet
Natsir, selama berlakunya sistem Demokrasi Liberal, presiden membentuk
kabinet-kabinet baru hingga tahun 1959. Pada masa Demokrasi Liberal ini juga
berhasil menyelenggarakan pemilu I yang dilakukan pada 29 september 1955
dengan agenda pemilihan 272 anggota DPR yang di lantik pada 20 Maret 1956.
Pemilu pertama tersebut juga telah berhasil membentuk badan konstituante
(sidang pembuat UUD). Selanjutnya badan konstituante memiliki tugas untuk
merumuskan UUD baru. Konstituante melaksanakan tugasnya ditengah konflik
berkepanjangan yang muncul diantara pejabat militer, pergolakan daerah
melawan pusat dan kondisi ekonomi tak menentu.
18
Demokrasi Terpimpin (1959-1965)
Kekacauan terus menerus dalam kesatuan negara Republik Indonesia yang
disebabkan oleh begitu banyaknya pertentangan terjadi dalam sistem
kenegaraan ketika diberlakukannya sistem demokrasi liberal. Pergantian dan
berbagai respon dari dari daerah. dalam kurun waktu tersebut memaksa untuk
dilakukannya revisi terhadap sistem pemerintahan. Ir. Soekamo selaku presiden
memperkenalkan konsep kepemimpinan baru yang dinamakan demokrasi
terpimpin. Tonggak bersejarah di berlakukannya sistem demokrasi terpimpin
adalah dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
Peristiwa tersebut mengubah tatanan kenegaraan yang telah terbentuk
sebelumya. Satu hal pokok yang membedakan antara sistem Demokrasi Liberal
dan Demokrasi Terpimpin adalah kekuasaan Presiden. Dalam Demokrasi
Liberal, parlemen memiliki kewenangan yang terbesar terhadap pemerintahan
dan pengambilan keputusan negara. Sebaliknya, dalam sistem Demokrasi
Terpimpin presiden memiliki kekuasaan hampir seluruh bidang pemerintahan.
Dalam Demokrasi Terpimpin, presiden mendapat dukungan dari tiga
kekuatan besar yaitu Nasionalis, Agama dan Komunis. Ketiganya menjadi
kekuatan presiden dalam mempertahankan kekuasaannya. Kekuasaan mutlak
presiden pada masa itu telah menjadikan jabatan tersebut sebagai pusat
legitimasi yang penting bagi lainnya. Presiden sebagai penentu kebijakan utama
terhadap masalah-masalah dalam negeri maupun luar negeri. Kemudian,
terdapat salah satu momen sejarah yang mungkin paling membekas dalam
pemerintahan orde lama, yaitu peristiwa G30 S PKI. Gerakan ini terjadi karena
suatu tindakan maakr yang dilakukan oleh PKI terhadap pemerintah Indonesia.
Tindakan kudeta tersebut dilakukan untuk merebut kekuasaan dari Ir. Soekarno
selaku penguasa tertinggi Angkatan bersenjata dan presiden seumur hidup.
2) Sistem Pemerintahan pada Orde Baru
Akibat adanya pemberontakan G30S Pki tersebut, timbula lah reaksi
dari berbagai pratai politik, organisasi masyarakat, mahasiswa, dan kalangan
pelajar menjadikan keadaan Indonesia kacau balau. Soekarno pun lengser dan
digantikan oleh Soeharto. Orde Baru yang dipimpin oleh Soeharto awalnya
19
dimaksudkan untuk mengembalikan keadaan Indonesia yang kacau balau
setelah pemberontakan PKI. Orde Baru lahir dengan niat untuk melakukan
perbaikan atas berbagai penyimpangan dan kebobrokan Demokrasi Terpimpin
pada masa Orde Lama. Pemerintahan Orde Baru didasarkan pada konsep
Demokrasi Pancasila.
20
masa Orde Baru terjadi selain karena moral penguasanya, juga memang
terdapat berbagai kelemahan yang terkandung dalam pasal-pasal UUD 1945.
Oleh karena itu selain melakukan reformasi dalam bidang politik untuk
tegaknya demokrasi melalui perubahan perundang-undangan, juga diperlukan
amandemen UUD 1945.
Pada masa Reformasi, Indonesia mengalami perubahan ke arah demokrasi
dan desentralisasi. Indonesia mengadopsi konstitusi baru yang memberikan
kekuasaan lebih besar kepada daerah dan masyarakat dalam mengambil
keputusan politik. Sistem pemerintahan Indonesia saat ini adalah sistem
presidensial, dimana presiden dipilih secara langsung oleh rakyat dan menjabat
sebagai kepala negara dan pemerintahan. Selain itu, reformasi juga
memperkenalkan pemilihan kepala daerah secara langsung, dimana kepala
daerah dipilih oleh rakyat melalui pemilihan umum. Hal ini memberikan
kekuasaan yang lebih besar kepada daerah dan memungkinkan masyarakat
untuk lebih terlibat dalam pengambilan keputusan politik yang mempengaruhi
kehidupan mereka sehari-hari.
21
cabang-cabangnya akan menjalankan pemerintahan dalam bentuk tersebut. Dalam hal ini,
sistem pemerintahan adalah implementasi dari bentuk pemerintahan tersebut.
Sebelum amandemen UUD 1945, beberapa di antara kewenangan presiden yang diatur
dalam beberapa pasal merupakan hak prerogatif presiden, yang dapat dilaksanakan sendiri oleh
presiden tanpa harus meminta persetujuan atau pertimbangan dari lembaga lain. Namun setelah
dilakukannya amandemen terhadap UUD 1945, hampir tidak ada kewenangan presiden yang dapat
dilakukan sendiri tanpa meminta persetujuan atau pertimbangan dari lembaga lain, kecuali
pengangkatan menteri-menteri sebagaimana diatur dalam Pasal 17 ayat (2) UUD
22
1945; (2) konsekuensi yuridis penerapan sistem presidensial dalam konteks multipartai terhadap
struktur kekuasaan presiden secara eksternal menjadikan tereduksinya hak prerogatif yang dimiliki
presiden sehingga presiden tidak bisa mengambil sikap secara bebas dan mandiri. Presiden yang
kurang percaya diri, penakut, tidak tegas, dan cenderung kompromis akan sering dimainkan oleh
kekuatan besar dalam parlemen.
Duduk Perkara
Penunjukan menteri untuk mengisi komposisi kabinet pasa pemilu dan reshuffel yang
sonter terdengar ke publik, menarik perhatian dari berbagai pihak. Isu yang kuat berdesus
menimbulkan spekulasi dan opini yang terus bergulir. Dilihat dari masa jabatan Presiden Joko
Widodo yang kedua, dan sekaligus sebagai masa jabatan presiden yang terakhir yang dapat
didudukinya maka akan terbuka terjadinya politik etis (balas budi) terhadap partai-partai politik
pengusung pencalonan presiden Joko Widodo tahun 2019. Oleh karena itu, penentuan kabinet
pemerintahan presiden Joko Widodo akan menentukan penguatan kelembagaan presiden di masa
yang akan datang atau hanya untuk melaksanakan politik etis (balas budi) terhadap partai politik,
dan stakeholder politik yang menjadi pengusung Joko Widodo pada saat pemilihan umum tahun
2019.
Terjadinya pengangkatan diskursus mengenai politik balas budi melalui kompensasi terhadap
alokasi menteri ditengarai oleh beberapa hal diantaranya:
Pendeklarasian salah satu ketua umum partai kekuatan terbesar kekuasan pada beberapa
waktu lalu yang menyatakan bahwa presiden adalah petugas partai dapat menjadi sebuah
sinyal yang semestinya diterjemahkan dengan kewaspadaan. Pernyataan PDIP melalui
sekjennya (Hasto) yang memberikan statement bahwa PDIP telah meyiapkan dan akan
mengusulkan nama – nama calon menteri terkait reshuffle yang akan segera dilakukan. Hal
23
ini menegasikan bahwa dominasi partai pemenang dalam mengintervensi presiden menjadi
sangat terlihat.
Solusi
1. Sebagaimana diatur dalam undang-undang terkait sistem presidensial bangsa Indonesia Pasal
6A ayat (2), disebutkan bahwa calon presiden haruslah diusung oleh setidaknya 1 (satu) partai
politik. Hal demikian secara eksplisit menutup peluang adanya calon presiden yang muncul dari
kalangan independen. Konsekuensi yang timbul dari peraturan tersebut adalah bahwa potensi
presiden untuk selalu dalam keadaan idealis tidak mudah untuk dicapai karena transaksi politik
timbal balik antara partai pengusung pemenang pemilu dengan presiden sangat mungkin untuk
terjadi. Transaksi itu bisa berwujud "dipesannya" jatah kursi di birokrasi pemerintahan (salah
satunya kursi menteri). Sehingga demikian penting adanya upaya un tuk mengkaji ulang kebijakan
tentang keikutsertaan kalangan independen untuk dapat menjadi presiden.
2. Perlu adanya kurikulum partai yang mengatur tentang pentingnya etika dalam berpolitik. Jadi
apabila presiden sudah dipilih oleh rakyat, maka presiden tersebut sudah menjadi milik
masyarakat. Dalam artian yang lebih makroskopis, pentingnya menempatkan kepentingan partai
dibawah kepentingan rakyat. Apabila kesadaran ini terwujud, maka secara etis partai politik tidak
menagih balas budi kepada presiden sehingga presiden mempunyai keleluasaan yang luas
(otonom) dalam mengatur jalannya roda pemerintahan, termasuk menentukan pembantu
pembantunya.
3. Penggunaan hak prerogatif sebagai wujud pelaksanaan kekuasaan presiden selama ini masih
belum diatur secara rinci dan jelas, sehingga membuka ruang multi tafsir. Di masa mendatang
suatu peraturan perundang yang jelas dan rinci mengenai konstitusional Presiden RI sangat
diperlukan sebagai acuan untuk mengetahui batasan-batasan penggunaan, mekanisme
pelaksanaan, dan mekanisme pertanggungjawaban dari hak prerogatif presiden.
24
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem pemerintahan menjadi sangat penting untuk menentukan tata kelola negara dan
pelaksanaan kebijakan negara yang efektif dan efisien. Pemerintahan akan berjalan efektif
manakala sistem yang dipilih dan digunakan sesuai dengan karakter kondisi sosial politik negara.
Sistem pemerintahan negara menggambarkan adanya lembaga-lembaga negara, hubungan antar
lembaga negara, dan bekerjanya lembaga negara dalam mencapai tujuan pemerintahan negara
yang bersangkutan. Terdapat jenis-jenis pemerintahan, yaitu parlementer dan presidensial yang
didasarkan pada seberapa besar peran, kedudukan, dan kewenangan antara lembaga legislatif dan
eksekutif serta rakyat.
3.2 Saran
Dalam memilih penggunaan sistem pemerintahan yang tepat bagi suatu negara, ada
baiknya untuk menyesuaikan latar belakang sejarah dan situasi politik kenegaraan yang
mendukung dalam penggunaan sistem pemerintahan. Hal ini dimaksudkan agar sistem
pemerintahan yang digunakan sesuai dengan kehendak dan kebutuhan politik demi mencapai
tujuan yang diinginkan oleh negara tersebut.
25
DAFTAR PUSTAKA
Mahfud, MD. (2000). Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.
Sarundajang, S. H. (2012). Babak Baru Sistem Pemerintahan. Jakarta : Kata Hasta Pustaka
Sulkiah. (2020). Pelaksanaan Hak Prerogatif Presiden dalam Penyusunan Kabinet Berdasarkan
Pasal 17 UUD 1945 Amandemen Suatu Tinjauan Sistem Ketatanegaraan Indonesia.
Nurani Hukum: Jurnal Ilmu Hukum, 42-52.
26