Kelompok 4 HAN

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 27

ORGANISASI, BIROKRASI DAN KEBIJAKAN PUBLIK

Makalah ini disusun untuk memenuhi mata kuliah Hukum Administrasi Negara

Dosen Pengampu : Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum

Disusun Oleh :
Kelompok 4
Mohammad Azzam Al 11220490000099
Muhammad Hisyam Maulana 11220490000101
Rica Irliani Putri Ngadang 11220490000108
Shobikha Puan Tohira 11220490000110
Rayhan Dwi Kurnia 11220490000116
Sabilla Avilla Putri 11220490000132

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1445 H/2024 M
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah Swt. Atas segala karunia dan
limpahan rahmatnya sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai.
Dibuatnya makalah ini guna untuk memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah
Hukum Administrasi Negara, dengan judul “Organisasi, Birokrasi dan
Kebijakan Publik”.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Abu Tamrin, S.H.,
M.Hum, selaku dosen pengampu pada mata kuliah Hukum Administrasi Negara
yang telah membimbing dalam pengerjaan makalah ini sehingga dapat selesai
dengan semestinya. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak
terlepas dari banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran, dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan keterbatasanya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran dan masukan untuk
penyempurnaan makalah ini.

Jakarta, 6 Mei 2024

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 1

BAB II ..................................................................................................................... 2

PEMBAHASAN ..................................................................................................... 2

2.1 Organisasi Pemerintahan .......................................................................... 2

2.2 Birokrasi ........................................................................................................ 4

A. Pengertian Birokrasi ................................................................................. 4

2.3 Kebijakan Publik .................................................................................... 10

2.4 Hubungan Antara Organisasi, Birokrasi dan Kebijakan Publik ............. 15

BAB III ................................................................................................................. 21

PENUTUP............................................................................................................. 21

3.1 Kesimpulan............................................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 23


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengelolaan negara, organisasi, birokrasi, dan kebijakan publik adalah tiga
elemen yang saling terkait dan penting dalam mencapai tujuan negara.
Organisasi, sebagai struktur yang mengatur bagaimana sumber daya
digunakan untuk mencapai tujuan, memainkan peran kunci dalam pengelolaan
negara. Birokrasi, sebagai sistem yang mengatur bagaimana keputusan dibuat
dan dijalankan, juga sangat relevan dalam mengatur bagaimana organisasi
tersebut berfungsi. Kebijakan publik, sebagai langkah-langkah yang diambil
oleh pemerintah untuk mencapai tujuan negara, mempengaruhi bagaimana
organisasi dan birokrasi berfungsi.
Dalam makalah ini, kita akan membahas bagaimana organisasi, birokrasi,
dan kebijakan publik berinteraksi dan bagaimana mereka mempengaruhi satu
sama lain dalam konteks Hukum Administrasi Negara. Kita akan melihat
bagaimana organisasi dan birokrasi dipengaruhi oleh kebijakan publik dan
bagaimana mereka sendiri mempengaruhi kebijakan publik. Kita juga akan
membahas bagaimana Hukum Administrasi Negara mempengaruhi interaksi
antara organisasi, birokrasi, dan kebijakan publik.
Dengan demikian, makalah ini bertujuan untuk meneliti dan memahami
bagaimana organisasi, birokrasi, dan kebijakan publik berinteraksi dalam
konteks Hukum Administrasi Negara, serta bagaimana mereka mempengaruhi
satu sama lain dalam mencapai tujuan negara.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Organisasi dalam Pemerintahan di Indonesia?
2. Bagaimana Birokrasi dalam Hukum di Indonesia?
3. Bagaimana Kebijakan Publik yang Ada di Indonesia?
4. Bagaimana Organisasi dan Birokrasi Mempengaruhi Kebijakan Publik
dalam Pengelolaan Negara?
5. Bagaimana Kebijakan Publik Dalam Mempengaruhi Organisasi dan
Birokrasi?
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Organisasi Pemerintahan
Organisasi pemerintahan merujuk pada struktur, hierarki, dan fungsi-
fungsi yang ada dalam pemerintahan suatu negara. Ini mencakup departemen,
kementerian, badan, dan lembaga-lembaga pemerintah lainnya yang
bertanggung jawab atas berbagai aspek pemerintahan, seperti pendidikan,
kesehatan, keuangan, pertahanan, dan lain sebagainya.
Tujuan dari organisasi pemerintahan adalah untuk memastikan bahwa
pemerintah dapat beroperasi secara efisien dan efektif dalam memenuhi tugas-
tugasnya. Organisasi ini mencakup pengaturan kerja, pembagian tanggung
jawab, dan alokasi sumber daya.
Organisasi pemerintahan di Indonesia mencakup berbagai lembaga,
departemen, kementerian, dan badan-badan yang bertanggung jawab atas
berbagai aspek pemerintahan dan administrasi publik. Pemerintahan Indonesia
adalah negara kesatuan yang terdiri dari tiga cabang utama: eksekutif,
legislatif, dan yudikatif. Organisasi pemerintahan di Indonesia dibentuk
berdasarkan prinsip-prinsip demokrasi, pemisahan kekuasaan, dan otonomi
daerah. Selain itu, Indonesia juga memiliki undang-undang, peraturan, dan
mekanisme hukum yang mengatur fungsi dan kewenangan berbagai lembaga
pemerintahan, serta hak dan kewajiban warga negara.
Di Indonesia, hukum yang mengatur organisasi pemerintahan termasuk
berbagai undang-undang, peraturan pemerintah, dan kebijakan yang mengatur
struktur, fungsi, dan tugas lembaga-lembaga pemerintah di seluruh tingkat
pemerintahan. Berikut adalah peraturan perundang-undangan yang berkaitan
dengan hukum organisasi pemerintahan di Indonesia:1

1
Fakhry Amin. Hukum Administrasi Negara. Banten: PT. Sada Kurnia Pustaka, 2023. Hlm.103
2
3

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945


(UUD NRI 1945)
UUD NRI 1945 adalah konstitusi Indonesia yang menyediakan
kerangka kerja dasar untuk organisasi pemerintahan. Ini mencakup
pembagian kekuasaan antara eksekutif, legislatif, dan yudikatif, serta
prinsip-prinsip dasar pemerintahan dan hak-hak warga negara.
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah
Undang-Undang ini mengatur organisasi pemerintahan di tingkat
daerah, termasuk provinsi, kabupaten, dan kota. Menjelaskan
pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah serta hak
dan kewajiban pemerintah daerah.
3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian
Negara
Undang-Undang ini mengatur pendirian, fungsi, dan tugas
kementerian di tingkat nasional. Mendefinisikan peran dan tanggung
jawab masing-masing kementerian dalam mengelola berbagai sektor
pemerintahan.
4. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan
Undang-undang ini mengatur tata cara pengaturan organisasi dan
prosedur administratif pemerintahan. Menyediakan kerangka hukum
untuk pengelolaan organisasi pemerintahan, pengaturan kerja, dan
pengambilan keputusan pemerintah.
5. Peraturan Pemerintah tentang Organisasi dan Tata Kerja
Lembaga-Lembaga Pemerintah
Serangkaian peraturan pemerintah mengatur organisasi dan tata
kerja lembaga-lembaga pemerintah di tingkat nasional. Ini mencakup
struktur organisasi, wewenang, dan tanggung jawab kementerian,
lembaga-lembaga non-kementerian, dan badan badan pemerintah
lainnya.
4

6. Peraturan Pemerintah tentang Otonomi Daerah


Menetapkan tata cara pelaksanaan otonomi daerah, termasuk
organisasi pemerintahan di tingkat daerah, hubungan antara pemerintah
pusat dan daerah, serta mekanisme pemeriksaan dan akuntabilitas
keuangan daerah.
7. Peraturan Pemerintah tentang Standar Pelayanan Minimal
Menetapkan standar pelayanan minimal yang harus dipatuhi oleh
lembaga-lembaga pemerintah dalam memberikan pelayanan publik.
Selain undang-undang dan peraturan tersebut, ada banyak regulasi dan
kebijakan lain yang mengatur organisasi pemerintahan di Indonesia.
Organisasi pemerintahan di Indonesia mencakup kementerian, badan,
departemen, lembaga independen, dan banyak entitas lain yang bekerja untuk
memenuhi tugas dan tanggung jawab mereka dalam mengelola urusan publik
dan memberikan pelayanan kepada Masyarakat.
2.2 Birokrasi
A. Pengertian Birokrasi
Secara literal, istilah birokrasi itu sendiri mulai diperkenalkan oleh
filosof Perancis Baron de Grimm dan Vincent de Gournay dari asal kata
“bureau” yang berarti meja tulis, di mana para pejabat (saat itu) bekerja di
belakangnya. Kita mengetahui dari sejarah bahwa pemerintah Perancis
(dan Negara Eropa lainnya) pada saat itu dikenal memiliki kinerja yang
sangat buruk, serta mengeksploitasi rakyatnya secara berlebihan. Para
pejabat sebagai abdi raja, gemar mengadakan pesta mewah di tengah
kelaparan dan kesengsaraan rakyat, memungut pajak yang sangat tinggi,
kejam terhadap mereka yang kritis, serta gemar menjilat para raja dan
bangsawan. De Gournay saat itu mengemukakan bahwa, “...sangat
dikeluhkan para pejabat, para jurnalis, para sekretaris, para inspektur,, dan
para Intendan yang diangkat bukannya memberikan keuntungan pada
kepentingan umum, melainkan kepentingan umum justru terabaikan
karena adanya pejabat…….”. Untuk menyindir kinerja pejabat yang buruk
itu, dipakailah istilah bureaumania yang kemudian memunculkan varian
5

kata bureaucratie (Bahasa Perancis), burocratie (Jerman), burocrazia


(Italia) dan bureaucracy (Inggris). Istilah –istilah tersebut itulah yang
kemudian dipakai untuk menunjukkan pengertian akan suatu organ/
institusi pelaksana kegiatan pemerintahan dalam sebuah Negara,
sebagaimana didefinisikan oleh Hague, Harrop & Breslin, bahwa birokrasi
adalah “organisasi yang terdiri dari aparat bergaji yang melaksanakan
keputusan kebijakan” (the bureaucracy consists of salaried officials who
conduct the detailed business of government, advising on and applying
policy decisions).2
Model birokrasi modern seperti yang kita kenal sekarang, utamanya
terbentuk dan dipraktikkan pada beberapa Negara sejak terjadinya revolusi
industri di Eropa pada abad pertengahan. Pada era tersebut badan-badan
birokrasi pemerintah dan profesi birokrasi tumbuh berkembang seiring
dengan tumbuhnya perusahaan-perusahaan industri dan profesi pekerjaan
yang ada pada institusi (perusahaan) swasta. Sejak revolusi industri, unit
institusi pemerintah berkembang semakin kompleks dan variatif, dengan
pola/sistem rekrutmen, pendidikan, pekerjaan, dan pengajian.
Berkembangnya kompleksitas institusi birokrasi tersebut dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan perusahaan swasta dan masyarakat terhadap
pelayanan dan perlindungan pemerintah. Terlebih lagi pada saat itu hampir
semua Negara Eropa melakukan praktik penjajahan dan kolonialisasi di
berbagai belahan dunia. Praktik itu menuntut Negara-negara Eropa untuk
memodernisasi penyelenggaraan pemerintahan dan aparaturnya agar
pengelolaan dan kontrol terhadap Negara jajahan dapat dilakukan dengan
efektif. Seiring dengan hal tersebut, berbagai produk industri seperti kertas,
mesin ketik, telepon, tinta, ballpoint, dan stempel juga turut membentuk
karakteristik dan kinerja birokrasi modern.3

2
Muhammad. Birokrasi (Kajian Konsep, Teori menuju Good Governance). Lhokseumawe: Unimal
Press, 2018. Hlm. 15
3
Muhammad. Birokrasi (Kajian Konsep, Teori menuju Good Governance). Lhokseumawe: Unimal
Press, 2018. Hlm. 15
6

B. Tingkatan Dalam Birokrasi


Terminologi birokrasi dalam berbagai literatur terutama ilmu
administrasi Negara dan ilmu politik sering digunakan berbagai
pengertian. Istilah birokrasi mengandung makna: (1) Rational
Organization, (2) Organization Inefficiency, (3) Rule of Officials, (4)
Public Administration, (5) Type Organization with characteristic and
quality as Hierarchies and Rules, (6) Administrative by Officials, dan (7)
An Essential quality of Modern Society. Birokrasi biasanya berupa
birokrasi pemerintahan Negara (politik dan administrasi) dan birokrasi
pemerintahan (Non Governmental Organization). Dalam istilah birokrasi
dapat di sistematisasikan pada beberapa kategori, yaitu:
1. Birokrasi yang rasional (bureau-rational) seperti terkandung dalam
Hegelian dan Weberian Bureaucracy. Hegel memandang Negara
merupakan manifestasi kepentingan umum (warga/masyarakat).
Birokrasi sebagai institusi yang menjembatani antara negara yang
memanifestasikan kepentingan umum dan masyarakat sipil
memanifestasikan kepentingan khusus masyarakat. Weber
memandang birokrasi dari pendekatan authority dan domination
yaitu kemampuan kekuasaan birokrasi yang mendominasi dan
memaksakan kehendaknya atas dasar hak dan kewajiban kepada
orang lain dan masyarakat yang dilandasi hubungan kekuasaan
yang bersumber dari legitimasi. Authority dan domination dibagi
menjadi tiga yaitu: tradisional (membangun kepercayaan pada
kesucian tradisi lalu dan legitimasi kekuasaannya; kharismatik
(legitimasi kepribadian yang dimiliki pemimpin; dan legal rasional
(legitimasi berdasarkan piranti aturan).
2. Birokrasi suatu penyakit (bureau-pathology) seperti pandangan
Karl Marx Lasky, Robert Michael, Fred Luthan dsb. Karl Marx
bahwa negara sebagai alat dari kelas yang berkuasa, bangsawan,
feodal dan kapitalis yang memaksakan dan mengeksploitasi kelas
7

proletar, sehingga birokrasi hanyalah parasit yang menciptakan


“social class “.
3. Birokrasi yang netral (value free) tidak terkait dengan baik dan
buruk (neutrality bureaucracy). Seperti halnya Almond dan Powel
memandang bahwa birokrasi pemerintahan merupakan
sekelompok jabatan, tugas dan kewajiban yang terorganisir secara
formal berkaitan dengan jenjang yang komplek dan tunduk pada
pembuat peran formal tersebut. Bahkan La Palombara
menggambarkan birokrasi pemerintahan sebagai hirarki jabatan
atas dasar struktur dan fungsi yang bersifat general maupun teknis
baik dipusat maupun di daerah.
Institusi birokrasi merupakan ruang mesin Negara. Di dalamnya berisi
orang-orang (pejabat) yang digaji dan dipekerjakan oleh Negara untuk
memberikan nasehat dan melaksanakan kebijakan politik Negara.
Walaupun secara teoritis pengertian birokrasi dapat dipahami secara
simpel sebagai aparatur Negara, secara praktis pengertian birokrasi ini
masih sering menimbulkan kontroversi pada konsepsi yang paling luas.
Birokrasi sering disebut sebagai badan/sektor pemerintah, atau dalam
konsepsi bahasa Inggris disebut public sector, atau juga public service atau
public administration. Konsepsi itu mencakup institusi atau orang yang
penghasilannya berasal secara langsung atau tidak langsung dari uang
Negara atau rakyat yang biasanya tercantum dalam APBN (Anggaran
Pendapatan Belanja Negara) atau APBD (Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah). Akan tetapi di banyak Negara, ada beberapa kelompok bidang
profesi seperti guru, pegawai BUMN, angkatan bersenjata, yang walaupun
penghasilannya berasal dari uang Negara, tapi tidak dimasukkan sebagai
bagian dari badan pemerintah atau public sector.4

4
Muhammad. Birokrasi (Kajian Konsep, Teori menuju Good Governance). Lhokseumawe: Unimal
Press, 2018. Hlm. 13
8

C. Fungsi Birokrasi
Oleh karena itu, birokrasi pemerintahan pada dasarnya keseluruhan
organisasi dan manajemen dalam menjalankan tugas dan fungsi dalam
berbagai unit organisasi pemerintah pada suatu departemen maupun non
departemen baik di pusat maupun di daerah dalam rangka pelayanan umum
dan masyarakat. Birokrasi pemerintahan dalam suatu organisasi
pemerintahan dapat dikategorikan dalam mengatur atau regulasi bagi
kepentingan umum; melakukan pelayanan atau service langsung pada
masyarakat; dan menjalankan kegiatan pembangunan pada sektor-sektor
khusus atau development untuk tujuan pembangunan. Dalam konsep
administrasi publik, birokrasi pemerintahan unsur strategis antara negara
dan masyarakat untuk mencapai tujuan negara, menyelenggarakan fungsi
serta proses pemerintahan serta melaksanakan urusan pemerintahan.
Birokrasi pemerintahan berbentuk organisasi dan manajemen
pemerintahan besar dalam suatu negara. Birokrasi pemerintahan sebagai
instrumen penting untuk mencapai tujuan negara.
Birokrasi bersumber dari lingkungan masyarakat “agent of society”
melalui kebijakan pemerintahan dan berfungsi untuk kepentingan
masyarakat (public service). Menurut Taliziduhu Ndraha, Teori hubungan
birokrasi dengan lingkungan ada dua alam kehidupan birokrasi dengan
dimensi lain. Di sisi lain diharapkan mampu mengubah dan merevitalisasi
lingkungan dan disisi lain ia bergantung pada lingkungannya sebagai
sumberdaya yang bisa berfungsi dalam kondisi normal dan bisa juga dalam
kondisi turbulence, disaster, bencana. Birokrasi dimaksudkan sebagai
kekuasaan dipegang oleh orang-orang yang berada di belakang meja
karena segala sesuatunya diatur secara legal dan formal oleh para birokrat.
Diharapkan pelaksanaan kekuasaan tersebut dapat dipertanggungjawabkan
dengan jelas karena setiap jabatan diurus oleh orang (petugas) yang
khusus.5

5
Muhammad. Birokrasi (Kajian Konsep, Teori menuju Good Governance). Lhokseumawe: Unimal
Press, 2018. Hlm. 22
9

D. Bagian-Bagian Dalam Birokrasi


Karakteristik birokrasi pada pemerintahan maupun nonpemerintahan
mempunyai perbedaan karena fokusnya diwarnai oleh substansi yang
menjadi landasan fundamental nya. Karakteristik birokrasi pemerintahan
mempunyai relevansi signifikansi dengan model kategori birokrasi
pemerintahan yang dianut dalam organisasi dan manajemen pemerintahan
berdasarkan pendekatan sistem administrasi publik. Birokrasi
pemerintahan menjadi unsur penting dalam sistem, struktur dan kultur bagi
pertumbuhan dan perkembangan organisasi dalam mencapai tujuan
pemerintahan negara. Birokrasi organisasi pemerintahan memerlukan
pengaturan berdasarkan struktur, fungsi dan proses secara normatif dan
mekanistik yang secara ideal dan komprehensif. Weber menamakannya
sebagai “ideal type of bureaucracy “.
Birokrasi dimaksudkan untuk melaksanakan tugas-tugas administrasi
yang besar, hal itu hanya dapat berlaku pada organisasi besar seperti
organisasi pemerintahan. Karena pada organisasi pemerintahan, segala
sesuatunya diatur secara formal, sedangkan pada organisasi kecil hanya
diperlukan hubungan informal. Selama ini, banyak pakar yang meneliti dan
menulis tentang birokrasi bahwa fungsi staf pegawai administrasi harus
memiliki cara-cara yang spesifik agar lebih efektif dan efisien,
sebagaimana dirumuskan berikut; kerja yang ketat pada peraturan (rule);
tugas yang khusus (spesialisasi); kaku dan sederhana (zakelijk);
penyelenggaraan yang resmi (formal); pengaturan dari atas ke bawah
(hierarkis) yang telah ditetapkan oleh organisasi/institusi; berdasarkan
logika (rasional); tersentralistik (otoritas); taat dan patuh (obedience); tidak
melanggar ketentuan (discipline); terstruktur (sistematis); dan tanpa
pandang bulu (impersonal).
10

E. Contoh Birokrasi
Contoh dari fungsi-fungsi negara yang dilaksanakan oleh birokrasi di
Indonesia diantaranya:
1. Fungsi pertahanan-keamanan yang dilaksanakan oleh Departemen
Pertahanan dan Keamanan, TNI, dan Intelijen.
2. Fungsi ketertiban dilaksanakan oleh kepolisian.
3. Fungsi keadilan dilaksanakan oleh Departemen Kehakiman dan
Kejaksaan.
4. Fungsi pekerjaan umum dilaksanakan oleh Departemen
Permukiman dan Perhubungan
5. Fungsi kesejahteraan dilaksanakan oleh Departemen Sosial,
Koperasi, Kesehatan, Pendidikan dan Perdagangan.
6. Fungsi pemeliharaan SDA dan lingkungan dilaksanakan oleh
Departemen Pertanian, Kehutanan, Pertambangan, dan seterusnya.
2.3 Kebijakan Publik
A. Pengertian Kebijakan Publik
Kebijakan merupakan sebuah rangkaian aktivitas, aksi, sikap, rencana
progaram dan kuputusan yang dilakan oleh para aktor (pihak terkait)
sebagai upaya dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi. Sebuah
kebijakan merupakan hal yang penting dalam mencapai suatu tujuan pada
organisasi. Kebijakan terdiri dari dua aspek yaitu (a) kebijakan merupakan
sebuah bentuk respon mengenai kejadian yang terjadi untuk menghasilkan
harmonisasi dari pihak yang berkepentingan, menciptakan intensif atas
prilaku pihak yang mendapatkan perlakuan yang tidak rasional atas kerja
bersama, (b) kebijakan merupakan sebuah praktik sosial. Kebijakan bukan
lah hal yang bersifat tunggal maupun terisolir. Artinya bahwa kebijkan
merupakan suat hal yang dihasilkan oleh pembuat kebijakan (pemerintah)
sebagai bentuk perumusan yang didasari oleh peristiwa yang terjadi di
masyarakat. Peristiwa tersebut dilahirkan dari proses kehidupan
11

bermasyarakat yang bukan bersifat asing, terisolasi dan berdiri sendiri bagi
masyarakat.6
Dari pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa kebijakan merupakan
usaha dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan juga sebagai
bentuk dalam memecahkan permasalahan dengan menggunakan fasilitas
tertentu dan dalam waktu yang telah ditetapkan. Sebuah kebijakan bersifat
mendasar. Hal ini dikarenakaan kebijakan dapat dijadikan pedomaan
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.7
Kebijakan dapat berasal dari suatu individu maupun kelompok yang
melaksanakan serangkaian tindakan/aktivitas/maupun program dalam
mencapai tujuan tertentu. Kebijakan juga diartikan sebagai sebuah sistem
yang terdiri dari input, proses dan output. Input kebijakan adalah agenda
pemerintah maupun isu-isu yang terjadi. Proses kebijakaan terdiri dari
proses perumusan kebijakan dan pelaksanaan kebijakan. Proses perumusan
dan pelaksanaan kebijakan dilaksanakan oleh kelompok penekan atau yang
dikenal dengan istilah elit politik. Output sebuah kebijakan merupakan
kinerja kebijakan. Oleh sebab itu, sebuah kebijakan tidak bersifat
permanen. Kebijakan dapat dilahirkan dalam rentang waktu yang tidak
dapat ditentukan serta sebagai bentuk pemecahan permasalahan atas
kejadian-kejadian yang ada pada masyarakat.8
Kebijkan publik juga dapat diartikan sebagai: (1) tindakan yang
bertujuan pada proses pencapai tujuan dari pada tindakan yang dilaksankan
secara kebetulan; (2) tindakan yang saling berhubungan dan terdapat pola-
pola yang menuju kepada pencapaian tujuan yang dilaksanakan oleh
pemerintah dan bukan oleh keputusan diri sendiri; (3) kegiatan yang
dilakukan dengan sadar, sengaja, dan terarah yang dilakukan oleh
pemerintah dalam suatu bidang; dan (4) pedoman oleh pemerintah dalam

6
Desrinelti, Maghfirah Afifah, dan Nurhizrah Gistituati. Kebijakan Publik: Konsep Pelaksanaan.
Jurnal Riset Tindakan Indonesia. Vol. 6, No. 1, 2021. Hlm. 84
7
Desrinelti, Maghfirah Afifah, dan Nurhizrah Gistituati. Kebijakan Publik: Konsep Pelaksanaan.
Jurnal Riset Tindakan Indonesia. Vol. 6, No. 1, 2021. Hlm. 84
8
Desrinelti, Maghfirah Afifah, dan Nurhizrah Gistituati. Kebijakan Publik: Konsep Pelaksanaan.
Jurnal Riset Tindakan Indonesia. Vol. 6, No. 1, 2021. Hlm. 84
12

mengatasi permasalahan tertentu dan sebuah keputusan untuk tidak


melakukan tindakan sesuatu.
Maka dari pengertian ini dapat diartikan bahwa kebijakan publik
merupakan kegiatan sadar, sengaja, dan terarah yang dilakukan oleh
pemerintah dalam mencapai tujuan tertentu.
Sebuah kebijakan harus dituangkan kedalam peraturan perundangan-
perundangan. Hal ini dikarenakan dalam peraturan perundang-undangan
terdapat sistem yang bersifat memaksa dan mengikat. Sehingga dengan
dimasukannya kedalam sistem perundang-undangan, setiap kebijakan
yang dihasilkan harus dilaksankan oleh setiap orang tanpa terkecuali. Oleh
sebab itu sebelum kebijakan tersebut diterapkan perlunya proses legtimasi
oleh lembaga yang memiliki wewenang.
Kebijakan publik yang menghasilkan peraturan perundang-undangan
merupakan bagian dari komuditas politik yang berkaitan dengan
kepentingan publik. Namun, kebijakan publik dapat diperbaiki apabila
terjadi dinamika yang berdampak kepada kebijakan tersebut. Oleh sebab
itu, kebijakan publik bersifat fleksibel yang bisai diperbaiki dan di
sesuaikan berdasarkan perkembangan pembangunan. Proses perbaikan dan
penyesuaian tersebut dipengaruhi oleh penilaian yang dilakukan
masyarakat.
Kebijakan publik tidak akan terlaksana apabila tidak ada proses
pelaksanaan kebijakan publik tersebut. Pelaksanaan kebijakan publik
merupakan rangkaian tindakan dalam merumuskan dan melaksanakan
kebijakan. Proses pelaksanaaan kebijakan publik didasari pada
mekanisme, sumber daya dan keterkaitan program kebijakan.
Pelaksanaan kebijakan merupakan aktivitas lanjutan dari perumusan
dan pengesahan kebijakan. Maka dapat dimaknai bahwa pelaksanaan
kebijakan publik merupakan aktivitas yang dilakukan oleh individu
maupun kelompok dalam mencapai suatu tujuan yang didasari oleh
kebijakan yang telah disahkan. Dampak dari pelaksanaan kebijakan adalah
munculnya konsekuensi dari pelaksanaan kebijakan tersebut. Hasil
13

pelaksanaan kebijakan yang dievaluasi akan mendapatkan hasil yang


diharapkan (intended) atau juga hasil yang tidak diharapkan (spillover
negative effect). Maka dapat disimpulkan bahwa setiap kebijakan yang
ditetapkan akan memiliki dampak.
Pelaksanaan kebijakan terdiri dari tiga unsur utama yaitu:
1. Spesifikasi rincian program. Spesifikasi rincian program
berhubunagan dengan dimana dan bagaimana lembaga
melaksanakan program dan seperti apa program atau hukum
ditafsirkan;
2. Alokasi sumber daya. Berhubungan dengan pembiayaan, personil
dan organisasi yaang melaksanakan serta bertanggung jawab atas
keterlaksanaan program;
3. Keputusan. Berhubungan dengan ketetapan yang dilaksanakan.
Pelaksanaan kebijakan akan berdampak kepada keberhasilan kebijakan
tersebut. Sebuah kebijakan dikatakan berhasil apabila memberikan
penagruh positif kepada masyarakat. Artinya bahwa kebijakan mampu
mengarahkan masyarakat menjadi lebih terarah dan sesuai dengan
keingginan pemerintah. Maka pemerintah memiliki kewajiban dalam
mengawasi keterlaksanaan kebijakan melalui perancangan program dan
strukturisasi proses pelaksanaan. Maka dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan kebijakan merupakan kegiatan, program dan aktivitas dalam
penerapan keputusan kebijakan dalam rangka mencapai tujuan yang
ditetapkan pada keputusan kebijakan9
B. Bentuk dan Tujuan Kebijakan
Kebijakan publik tidak akan memiliki arti apa-apa tanpa didukung oleh
sebuah sanksi yang tegas. Sanksi dapat berupa hadiah (reward) dan
hukuman (punishment). Sebagai rangkaian tindakan atau bukan tindakan

9
Desrinelti, Maghfirah Afifah, dan Nurhizrah Gistituati. Kebijakan Publik: Konsep Pelaksanaan.
Jurnal Riset Tindakan Indonesia. Vol. 6, No. 1, 2021. Hlm. 84
14

yang memiliki sanksi tersebut, kebijakan publik dapat mengambil bentuk,


seperti hukum, undang- undang, statuta, maklumat, regulasi, atau perintah.
Kebijakan publik disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Secara
umum, kebijakan publik disusun dengan tujuan untuk mengatur kehidupan
bersama. Dalam perspektif instrumental, kebijakan publik merupakan alat
untuk mencapai tujuan yang berkaitan dengan upaya pemerintah dalam
mewujudkan nilai-nilai kepublikan. Wujud dari nilai-nilai kepublikan
bermacam-macam, di antaranya adalah (1) nilai-nilai yang diidealkan
masyarakat, seperti keadilan, persamaan, dan keterbukaan, (2)
memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat, seperti kemiskinan,
pengangguran, kriminalitas, dan pelayanan publik yang buruk, (3)
memanfaatkan peluang baru bagi kehidupan yang lebih baik bagi
masyarakat, seperti mendorong investasi, inovasi pelayanan, dan
peningkatan ekspor, (4) melindungi masyarakat dari praktik swasta yang
merugikan masyarakat, misalnya dengan membuat undang-undang
perlindungan konsumen, izin trayek, dan izin gangguan.
Tujuan kebijakan dapat bersifat politis, ekonomi, sosial, maupun
hukum. Dari aspek politik, kebijakan publik ditetapkan untuk
mendistribusikan dan mengalokasikan nilai-nilai, berupa barang dan jasa
kepada seluruh anggota masyarakat. Dilihat dari sisi kekuasaan, kebijakan
publik dibuat agar pemerintah dapat mempertahankan monopolinya
terhadap masyarakat serta kekuasaan pemerintah atau negara dapat
diterima dan diakui oleh masyarakat.
Secara ekonomi, kebijakan publik dibuat dengan tujuan (1) mendukung
dan memfasilitasi pasar agar dapat menjalankan menjalankan fungsinya
dalam mengatur roda perekonomian secara bebas dan kompetitif, (2)
memberi jaminan agar aktivitas ekonomi berlangsung tanpa ada tekanan
dari pihak mana pun, (3) melumasi dan memperlancar roda perekonomian
bergerak bebas dalam melakukan kegiatan produksi, konsumsi, dan
distribusi, dan (4) memberi jaminan dan melindungi kepentingan
masyarakat yang tidak berdaya dari kekuasaan kapitalis.
15

Dari aspek sosial, kebijakan publik dibuat untuk (1) terwujudnya


pengendalian sosial terhadap masyarakat, (2) mengatasi konflik sosial
yang terjadi di masyarakat, dan (3) membangun relasi sosial di antara
anggota masyarakat tanpa adanya diskriminasi.
Ditinjau dari aspek hukum, kebijakan publik disusun untuk (1)
menciptakan keadilan dan ketertiban hukum di masyarakat, (2)
memungkinkan masyarakat memahami dan mentaati peraturan yang dibuat
oleh pemerintah atau negara, dan (3) untuk menciptakan kehidupan yang
damai di dalam masyarakat.
C. Tahap-Tahap Kebijakan Publik
Kebijakan publik merupakan sebuah proses yang terus menerus, karena
itu yang paling penting adalah siklus kebijakan. Siklus kebijakan meliputi
formulasi, implementasi dan evaluasi kebijakan. Kebijakan yang telah
diformulasikan atau dirumuskan bermaksud untuk mencapai tujuan
tertentu. Dalam konteks ini dapat dimengerti, bahwa kebijakan tidak akan
sukses, jika dalam pelaksanaannya tidak ada kaitannya dengan tujuan yang
telah ditetapkan. Seringkali ada anggapan setelah kebijakan disahkan oleh
pihak yang berwenang dengan sendirinya kebijakan itu akan dilaksana-
kan, dan hasil-hasilnya pun akan mendekati seperti yang diharapkan oleh
pembuat kebijakan tersebut. Dalam proses kebijakan publik yang akan
diterapkan, melalui proses/tahapan yang cukup panjang menguraikan
proses kebijakan publik dalam beberapa tahapan, di antaranya:10 (1)
identifikasi masalah kebijakan, (2) penyusunan agenda, (3) Perumusan
kebijakan, (4) pengesahan kebijakan, (5) implementasi kebijakan, dan (6)
evaluasi kebijakan.
2.4 Hubungan Antara Organisasi, Birokrasi dan Kebijakan Publik
A. Peran Organisasi Dalam Pembuatan Kebijakan Publik
Peran organisasi dalam pembuatan kebijakan publik sangat signifikan,
terutama dalam meningkatkan keterwakilan dan partisipasi masyarakat

10
Sholih Muadi. KONSEP DAN KAJIAN TEORI PERUMUSAN KEBIJAKAN PUBLIK. Jurnal
Review Politik. Vol. 06, No. 02, 2016. Hlm. 199
16

dalam proses kebijakan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa


organisasi memiliki peran yang strategis dalam pengembangan dan
implementasi kebijakan, serta dalam mempengaruhi proses kebijakan
publik.
Penelitian "Peran Partisipasi Pimpinan dan Pegawai Administrasi
dalam Penyusunan Klasifikasi dan Jadwal Retensi: Studi Kasus pada
Terminal LPG Semarang" menunjukkan bahwa partisipasi pimpinan dan
pegawai administrasi memiliki peran yang tinggi dalam proses penyusunan
klasifikasi dan jadwal retensi arsip. Keberhasilan penelitian ini terjadi
karena gaya kepemimpinan manajer perusahaan yang baik, komunikasi
manajer pada para pegawai administrasi yang baik, serta komunikasi antar
pegawai administrasi yang baik.11
Penelitian "Peran Fatayat Nahdatul Ulama Wilayah Demak Dalam
Mendorong Keterwakilan Politik Perempuan Pada Pemilu Legislatif
Kabupaten Demak 2009" menunjukkan bahwa organisasi Fatayat NU
sebagai salah satu organisasi perempuan berperan dalam meningkatkan
keterwakilan politik perempuan di parlemen. Mereka mencoba
menumbuhkan kesadaran dari pihak perempuan itu sendiri untuk aktif
dalam politik maupun pemerintahan dengan mengembangkan wacana
kehidupan sosial yang konstruktif, demokratis dan berkeadilan gender.
Penelitian "Implementasi Kebijakan Pengadaan dan Penyaluran Pupuk
Bersubsidi di Kecamatan Damau Kabupaten Kepulauan Talaud (Studi
Kasus di Desa Damau Kecamatan Damau Kabupaten Talaud)"
menunjukkan bahwa organisasi UPTD Pertanian Kecamatan Damau
memiliki peran sebagai aktor dalam proses pengadaan dan penyaluran
pupuk bersubsidi. Namun, organisasi ini masih menghadapi beberapa
tantangan, seperti minimnya personil yang berperan terlebih khusus pada

11
Handayani, Tri Nur dan Endah Sri Hartatik. Peran Partisipasi Pimpinan dan Pegawai Administrasi
dalam Penyusunan Klasifikasi dan Jadwal Retensi: Studi Kasus pada Terminal LPG Semarang.
ANUVA, Volume 3 (2): 135-149, 2019. Hlm. 141
17

bagian staf-staf bidang UPTD Pertanian, serta secara pangkat golongan


masih ada yang belum sesuai dengan standar ketentuan yang ada.12
Dalam keseluruhan penelitian, peran organisasi dalam pembuatan
kebijakan publik sangat penting untuk meningkatkan keterwakilan dan
partisipasi masyarakat dalam proses kebijakan. Organisasi dapat berperan
sebagai aktor yang mempengaruhi proses kebijakan, serta dalam
meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam proses
kebijakan.
B. Peran Birokrasi Dalam Pembuatan Kebijakan Publik
Peran birokrasi dalam pembuatan kebijakan publik sangat penting dan
kompleks. Birokrasi dapat berperan sebagai aktor yang mempengaruhi
proses kebijakan, serta dalam meningkatkan kesadaran dan partisipasi
masyarakat dalam proses kebijakan. Dalam beberapa penelitian, peran
birokrasi dilihat sebagai bagian integral dalam pengembangan dan
implementasi kebijakan, serta dalam mempengaruhi proses kebijakan
publik.
Penelitian "Kebijakan Pendidikan dalam Perspektif Peran Birokrasi
dan Partisipasi Masyarakat" menunjukkan bahwa birokrasi pendidikan
harus adaptif dengan perubahan lingkungan dan responsif terhadap
kebutuhan masyarakat. Kinerja birokrasi harus ditingkatkan untuk
menciptakan pelayanan prima pada kepentingan publik. Lembaga
pendidikan perlu diberi apresiasi dan dijauhkan dari ekploitasi dan
kepentingan politik etis. Peran birokrasi di lembaga pendidikan dapat
menjadi model implementasi kebijakan pada satuan dan jenjang
pendidikan sehingga dibutuhkan pembaharuan manajemen. inovasi
manajemen menjadi suatu keniscayaan dalam menyelesaikan persoalan
yang ada, seperti pemerataan pendidikan, peningkatan mutu, peningkatan

12
Saluman, Virginia Patrisia, Sofia E. Pangemanan dan Gustaf Undap. IMPLEMENTASI
KEBIJAKAN PENGADAAN DAN PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI DI KECAMATAN
DAMAU KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD (Studi Kasus di Desa Damau Kecamatan Damau
Kabupaten Talaud). (2017)
18

efisiensi dan efektifitas serta relevansi yang bertujuan agar penyebaran ide
inovasi dapat diadopsi.13
Penelitian "Analisis Kualitatif Implementasi Kebijakan Penataan
Birokrasi di Era Abdul Aziz di Kabupaten Kolaka Timur" menunjukkan
bahwa proses pembuatan kebijakan yang dominan oleh peran aktif
pemerintah dalam reformasi birokrasi. Kesesuaian pelaksanaan reformasi
birokrasi dengan tujuan kebijakan, terutama di kalangan pejabat
pemerintahan, serta perlunya fokus pada disiplin, pengembangan, dan
motivasi kerja para pejabat sebagai sasaran kebijakan reformasi birokrasi.
Hasil ini menyoroti efektivitas dan tantangan dalam proses reformasi
birokrasi di Kabupaten Kolaka Timur, serta kontribusi penting pemerintah
dalam mendorong perubahan tersebut.14
Dalam keseluruhan penelitian, peran birokrasi dalam pembuatan
kebijakan publik sangat penting untuk meningkatkan keterwakilan dan
partisipasi masyarakat dalam proses kebijakan. Birokrasi dapat berperan
sebagai aktor yang mempengaruhi proses kebijakan, serta dalam
meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam proses
kebijakan.
C. Hubungan Antara Organisasi, Birokrasi Dan Kebijakan Public
Organisasi, birokrasi, dan kebijakan publik memiliki hubungan yang
sangat kompleks dan saling terkait dalam proses pengembangan dan
implementasi kebijakan publik. Berikut adalah beberapa contoh bagaimana
organisasi dan birokrasi mempengaruhi kebijakan publik:
1. Pengembangan Kebijakan
Organisasi dan birokrasi memainkan peran penting dalam
pengembangan kebijakan publik. Mereka dapat berkontribusi pada
proses pengembangan kebijakan melalui analisis data, penelitian,

13
Fatmawati, Erma. Kebijakan Pendidikan dalam Perspektf Peran Birokrasi dan Partisipasi
Masyarakat. JIEMAN: Journal of Islamic Educational Management. Vol. 1, No. 1, 2019. Hlm. 74
14
Aziz, Era Abdul, Di Kabupaten, Kolaka Timur, Nur Seiha Ulfah Husen, M. Najib, dan Marlina
Rajab. Analisis Kualitatif Implementasi Kebijakan Penataan Birokrasi di Era Abdul Aziz di
Kabupaten Kolaka Timur. PAMARENDA: Public Administration and Government Journal.
Volume 3. No. 2, 2023. Hlm. 181
19

dan konsultasi dengan berbagai pihak yang terkait. Dalam beberapa


penelitian, organisasi dan birokrasi dilihat sebagai aktor yang
mempengaruhi proses pengembangan kebijakan, serta dalam
meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam proses
kebijakan.15
2. Implementasi Kebijakan
Birokrasi memainkan peran kunci dalam implementasi
kebijakan publik. Mereka dapat berperan sebagai aktor yang
mempengaruhi proses implementasi kebijakan, serta dalam
meningkatkan efektivitas dan efisiensi kebijakan. Dalam beberapa
penelitian, birokrasi dilihat sebagai bagian integral dalam
pengembangan dan implementasi kebijakan, serta dalam
mempengaruhi proses kebijakan publik.16
3. Keterwakilan dan Partisipasi Masyarakat
Organisasi dan birokrasi dapat berperan dalam meningkatkan
keterwakilan dan partisipasi masyarakat dalam proses kebijakan.
Mereka dapat berkontribusi pada proses pengembangan kebijakan
melalui partisipasi masyarakat dan meningkatkan kesadaran
masyarakat terhadap kebijakan. Dalam beberapa penelitian,
organisasi dan birokrasi dilihat sebagai aktor yang mempengaruhi
proses kebijakan, serta dalam meningkatkan kesadaran dan
partisipasi masyarakat dalam proses kebijakan.17
4. Kualitas Layanan Publik

15
Adeti, Berlinda Ayu, dan Charis Christiani. Reformasi Administrasi dan Birokrasi Pemerintahan
Daerah Dalam Menigkatkan Kualitas Layanan Publik di Daerah. Jurnal Media Administrasi. Vol.
7, No. 1, 2022. Hlm. 42-44
16
Setiawan, Irfan, Rahmawati Sururama, dan Ismail Nurdin. Implementasi Kebijakan
Penyederhanaan Organisasi Di Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi. JURNAL TERAPAN PEMERINTAHAN MINANGKABAU. Vol. 2, No. 1, Edisi Januari
– Juni 2022. Hlm. 13-14
17
Kurniawan, Agung Tri. REVIEW LITERATUR BUDAYA ORGANISASI DAN PELAYANAN
PUBLIK DALAM PENERAPAN REFORMASI BIROKRASI DI LINGKUNGAN INSTANSI
PEMERINTAHAN. Jurnal Ekonomi Trisakti. Vol. 3 No. 2, 2023. Hlm. 2253
20

Organisasi dan birokrasi dapat berperan dalam meningkatkan


kualitas layanan publik. Mereka dapat berkontribusi pada proses
pengembangan kebijakan melalui analisis data, penelitian, dan
konsultasi dengan berbagai pihak yang terkait. Dalam beberapa
penelitian, organisasi dan birokrasi dilihat sebagai aktor yang
mempengaruhi proses pengembangan kebijakan, serta dalam
meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam proses
kebijakan.
5. Hubungan Masyarakat
Organisasi dan birokrasi dapat berperan dalam meningkatkan
hubungan masyarakat. Mereka dapat berkontribusi pada proses
pengembangan kebijakan melalui analisis data, penelitian, dan
konsultasi dengan berbagai pihak yang terkait. Dalam beberapa
penelitian, organisasi dan birokrasi dilihat sebagai aktor yang
mempengaruhi proses pengembangan kebijakan, serta dalam
meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam proses
kebijakan.18
Dalam keseluruhan penelitian, organisasi dan birokrasi memiliki peran
yang sangat penting dalam pengembangan dan implementasi kebijakan
publik. Mereka dapat berperan sebagai aktor yang mempengaruhi proses
kebijakan, serta dalam meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat
dalam proses kebijakan.

18
Astri, Jamal. PENGARUH PERCEPTION, PREFERENCE DAN CUSTOMER VALUE
TERHADAP BEHAVIOR INTENTION PADA HOTEL BERBASIS SYARIAH (SURVEI PADA
KONSUMEN POTENSIAL DI SUMATERA BARAT). (2019)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Organisasi pemerintahan merujuk pada struktur, hierarki, dan fungsi-
fungsi yang ada dalam pemerintahan suatu negara. Ini mencakup
departemen, kementerian, badan, dan lembaga-lembaga pemerintah lainnya
yang bertanggung jawab atas berbagai aspek pemerintahan, seperti
pendidikan, kesehatan, keuangan, pertahanan, dan lain sebagainya. Tujuan
dari organisasi pemerintahan ini adalah untuk memastikan bahwa
pemerintah dapat beroperasi secara efisien dan efektif dalam memenuhi
tugas-tugasnya.
Secara umum dapat dirumuskan birokrasi merupakan suatu tipe
organisasi yang melaksanakan tata kerja yang telah ditetapkan oleh
peraturan perundang-undangan, yang bertugas melakukan pelayanan umum
(public service) serta dilaksanakan dengan sepenuhnya (secara sende of
belonging dan sense of responsibility).
Kebijakan merupakan sebuah rangkaian aktivitas, aksi, sikap, rencana
progaram dan kuputusan yang dilakan oleh para aktor (pihak terkait)
sebagai upaya dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi. Kebijakan
terdiri dari dua aspek, yaitu (a) kebijakan merupakan sebuah bentuk respon
mengenai kejadian yang terjadi untuk menghasilkan harmonisasi dari pihak
yang berkepentingan, menciptakan intensif atas prilaku pihak yang
mendapatkan perlakuan yang tidak rasional atas kerja bersama; dan (b)
kebijakan merupakan sebuah praktik sosial. Kebijakan bukan lah hal yang
bersifat tunggal maupun terisolir.
Peran organisasi dalam pembuatan kebijakan publik sangat signifikan,
terutama dalam meningkatkan keterwakilan dan partisipasi masyarakat
dalam proses kebijakan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa
organisasi memiliki peran yang strategis dalam pengembangan dan
implementasi kebijakan, serta dalam mempengaruhi proses kebijakan
publik.
21
22

Organisasi, birokrasi, dan kebijakan publik memiliki hubungan yang


sangat kompleks dan saling terkait dalam proses pengembangan dan
implementasi kebijakan publik. Berikut adalah beberapa contoh bagaimana
organisasi dan birokrasi mempengaruhi kebijakan publik, yaitu (1)
pengembangan kebijakan, (2) implementasi kebijakan, (3) keterwakilan dan
partisipasi masyarakat, (4) kualitas layanan publik, dan (5) hubungan
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Fakhry. 2023. Hukum Administrasi Negara. Banten: PT Sada Kurnia


Pustaka.
Aziz, Era Abdul. 2023. "Analisis Kualitatif Implementasi Kebijakan Penataan
Birokrasi di Era Abdul Aziz di Kabupaten Kolaka Timur." Pamarenda:
Public Administration 181-198.
Berlinda Ayu Adeti, Charis Christiani. 2022. "Reformasi Administrasi dan
Birokrasi Pemerintahan Daerah dalam Menigkatkan Kualitas Layanan
Publik di Daerah." Jurnal Media Administrasi 40-48.
Desrinelti, Maghfirah Afifah, Nurhizrah Gistuati. 2021. "Kebijakan publik: konsep
pelaksanaan." Jurnal Riset Tindakan Indonesia 83-88.
Fatmawati, Erman. 2019. "Kebijakan Pendidikan dalam Perspektf Peran Birokrasi
dan Partisipasi Masyarakat." Jieman: Journal of Islamic Educational
Management 58-76.
Handayani, Trib Nur, Endah Sri Hartatik. 2019. "Peran Partisipasi Pimpinan dan
Pegawai Administrasi dalam Penyusunan Klasifikasi dan Jadwal Retensi:
Studi Kasus pada Terminal LPG Semarang." ANUVA 135-149.
Handoyo, Eko. 2012. Kebijakan Publik. Semarang: Widya Karya.
Irfan Setiawan, Rahmawati Sururama, Ismail Nurdin. 2022. "Implementasi
Kebijakan Penyederhanaan Organisasi di Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi." Jurnal Terapan Pemerintahan
Minangkabau 12-25.
Kasmuri. 2011. "Peran Fatayat Nhdatul Ulama Wilayah Demak Dalam Mendorong
Keterwakilan Politik Perempuan Pada Pemilu Legislatif Kabupaten Demak
2009." Under Graduates thesis, Universitas Negeri Semarang.
Kurniawan, Agung Tri. 2023. "Review Literatur Budaya Organisasi dan Pelayanan
Publik dalam Penerapan Reformasi Birokrasi di Lingkungan Instansi
Pemerintahan." Jurnal Ekonomib Trisakti 2247-2256.
Muadi, Sholih. 2016. "Konsep dan Kajian Teori Perumusan Kebijakan Publik."
Jurnal Review Politik 195-224.
23
24

Muhammad. 2018. Birokrasi ( Kajian Konsep, Teori Menuju Good Governance.


Lhokseumawe: Unimal Press.

Anda mungkin juga menyukai