JURNAL Administrasi Pendidikan Kel 4

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6

MORAL KERJA DAN PRODUKTIFITAS KERJA

Bagus Baihaqi, Nasya, Masnah


STAI Al-Azhary Cianjur
Email: [email protected],
[email protected],
[email protected]

ABSTRAK
Produktivitas kerja merupakan suatu kemampuan untuk melakukan
kegiatan yang menghasilkan suatu output atau hasil kerja sesuai dengan mutu
yang ditetapkan, namun sering kali terdapat hambatan yang menyebabkan tujuan
perusahaan kurang tercapai. Setiap perusahaan memiliki kebijakan yang berbeda-
beda terhadap sumber daya manusianya agar tujuan yang ditetapkan dapat
tercapai secara efektif dan efisien. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh kedisiplinan dan motivasi
tehadap produktivitas kerja pegawai baik secara parsial maupun simultan. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan verifikatif
dengan jumlah populasi 58 responden, penelitian ini merupakan penelitian
populasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah data primer meliputi
wawancara, observasi dan kuesioner dan juga data sekunder. Metode analisis data
yang digunakan adalah regresi linier berganda, korelasi berganda dan koefisien
determinasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa kedisiplinan, motivasi dan
produktivitas pegawai Perumnas cukup tinggi. kedisiplinan dan motivasi kerja
memberikan pengaruh yang sangat kuat terhadap produktivitas kerja pegawai
sebesar 72,7%, variabel kedisiplinan memberikan pengaruh paling besar yaitu
sebesar 47,3% sedangkan motivasi memberikan pengaruh sebesar 25,4% sedakan
sisanya sebesar 27,3% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.
PENDAHULUAN
Secara umum seorang dalam bekerja mempunyai motivasi untuk mencari
pendapatan guna mencukupi kebutuhan hidup mereka, seperti kebutuhan sandang,
pangan dan papan. Seseorang dalam bekerja mempunyai hubungan timbal balik
dengan perusahaan, hubungan simbiosis mutualisme, yaitu antara kedua belah
pihak saling membutuhkan dan menguntungkan. Disatu sisi, perusahaan
membutuhkan keahlian dan ketrampilan karyawan untuk melakukan proses
produksi, sedangkan disisi lain karyawan memberikan keahlian dan ketrampilan
tersebut untuk menyalurkan tenaganya agar mendapatkan kompensasi yang akan

1
digunakan sebagai pemenuhan kebutuhan hidup, mempertahankan taraf hidup
yang layak serta hidup mandiri tanpa menggantungkan diri terhadap orang lain.
Bagi perusahaan, permasalahan kompensasi adalah merupakan suatu
tantangan, sebab kompensasi adalah suatu hal yang wajib perusahaan berikan
kepada pekerja dengan tenggang waktu yang konsisten, hal ini bertujuan dengan
apa yang akan dicapai perusahaan. Dengan adanya pemberian kompensasi
tersebut, maka harus ada konsekuensi dari perusahaan untuk memberikan sistem
pemberian kompensasi yang tepat kepada karyawan. Dalam pemberian
kompensasi, perusahaan harus bisa menjaga kepentingan karyawan atas jasa dan
tenaga yang mereka berikan kepada perusahaan guna mencapai tujuan
perusahaan, perusahaan harus bisa menjaga harkat dan martabat karyawannya.

PEMBAHASAN
A. Pengetrian Moral Kerja
Perkataan moral berasal dan bahasa Inggris morale yang kerap kali
dipertentangkan dnegan perkataan “amoral” dan “immoral”. Bilamana perkataan
moral dipertentangkan dengan amoral akan berarti terdapat batas baik dan buruk
dan suatu sifat, maksud, keutusan dan perbuatan. Disatu pihak terdapat sifat,
maksud, keputusan dan perbuatan yang baik dalam anti memnuhi tuntutan moral,
sedang dipihak lain kebalikannya terdapat sifat, maksud, keutusan atau perbuatan
yang buruk (amoral).
Bilamana moral di dipertentangkan dengan perkataan immoral berarti
terdapat suatu pola kebaikan atau kebenaran yang merupakan kewajiban dan
sebaliknya terdapat pola keburukan atau kesalahan yang harus dihindari.
Untuk memberikan gambaran tentang pengertian moral yang
dipergunakan dalam terminology “moral kerja” di bawah ini dikemukakan suatu
pendapat yang berbunyi sebagai berikut :
“Moral adalah suasana batin yang mempengaruhi tujuan individu dan
tujuan organisasi”. Suasana batin itu terwujud di dalam aktivitas individu padaa
saat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Suasana batin dimaksud berupa
perasaan senang atau tidak senang, bergairah atau tidak bergairah dan
bersemangat atau tidak bersemangat dalam melakukan suatu pekerjaan.Moral
kerja yang tinggi merupakan dorongan bagi terciptanya usaha berpartisipasi
secara. maksimal dalam kegiatan organisasi/ kelompok, guna mencapai tujuan
yang telah ditentukan.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya moral kerja
seseorang. Dalam kegiatan administrasi dan kepemimpinan pendidikan, moral
kerja yang tinggi dari setiap personal yang terlibat di dalamnya, merupakan faktor
yang menentukan bagi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Diantara berbagai
faktor itu, di bawah ini akan dikemukakan beberapa, sebagai berikut

1. Sebahagian orang memandang bahwa minat/ perhatian terhadap pekerjaan


berpengaruh terhadap moral kerja. Bilamana seseorang merasa bahwa

2
minat/perhatiannya sesuai dengan jenis dan sifat pekerjaan yang dilakukan
maka akan memiliki moral kerja yang tinggi.
2. Sebahagian lainnya menempatkan faktor upah atau gaji penting dalam
meningkatkan moral kerja. Upah atau gaji yang tinggi dipandang sebagai
faktor yang dapat mempertinggi moral kerja.
3. Disamping itu ada kelompok orang yang memandang faktor status social
dari pekerjaan dapat mempengaruhi moral kerja. Pekerjaan yang dapat
memberikan status soail atau posisi yang tinggi/ baik (misalnya, sebagai
kepala, staf pimpinan, kepala bagian dan sebagainya) menurut kelompok ini
akan mempertinggi moral kerja.
4. Sekelompok lain memandang tujuan yang mulai atau pekerjaan yang
mengandung pengabdian merupakan faktor yang dapat mempertinggi moral
kerja. Tujuan dan sifat pengabdian diri dalam suatu pekerjaan
mengakibatkan seseorang bersedia menderita, berkorban harta benda dan
bahkan jiwanya demi terwujudnya pekerjaan yang menjadi tanggung
jawabnya.
1. Kelompok terakhir memandang faktor suasana kerja dan hubungan
kemanusiaan yang baik, sehingga setiap orang merasa diterima dan dihargai
dalam kelompoknya dapat mempertinggi moral kerja.

Tinggi rendahnya moral kerja sangat berpengaruh pada produktivitas


kerja yang dapat dicapai oleh seorang petugas dalam bidang kerja tertentu. Moral
kerja yang tinggi dari karyawan pendidikan termasuk guru-guru dimanifestasikan
pada kreativitas dan inisiatif dalam menyelenggarakan pekerjaan sehari-hari.
Disamping itu produktivitas kerja dibidang pendidikan pada dasarnya diukur dari
kelancaran proses pendidikan itu, karena secara kuantitatif hasilnya memerlukan
waktu yang relative lama. Di samping itu hasil pendidikan tidak sekedar harus
diukur secara kuantitatip, karena sifat pekerjaan yang disebut pendidikan terutama
ditujukan pada pembentukan kualitas manusiawi yang pada dasarnya bersifat
abstrak.

B. Hubungan Moral Kerja dan Motif


Dalam melakukan suatu pekerjaan atau perbuatan yang bersifat sadar,
seseorang selalu didorong oleh motif tertentu, baik yang obyektif maupun
subyektif. Motif atau dorongan dalam melakukan sesuatu pekerjaan itu sangat
besar pengaruhnya terhadap moral kerja. Seseorang bersedia melakukan sesuatu
pekerjaan bilamana motif yang mendorongnya cukup kuat yang pada dasarnya
tidak mendapat saingan atau tantangan dari motif lain yang berlawanan. Demikian
pula sebaliknya orang lain yang tidak didorong oleh motif yang kuat akan
meninggalkan atau sekurang-kurangnya tidak bergairah dalam melakukan sesuatu
pekerjaan.

Semua faktor yang telah disebutkan di atas pada dasarnya merupakan bentuk-
bentuk motif yang mendorong seseorang melakukan pekerjaannya secara
sungguh-sungguh. Dalam hubungan itu dapat dibedakan dua jenis motif, yakni

3
1. Motif intrinsik, yakni dorongan yang terdapat dalam pekerjaan yang
dilakukan. Misalnya; bekerja karena pekerjaan itu sesuai dengan bakat dan
minat, dapat diselesaikan dengan baik karena memiliki pengetahuan dan
keterampilan dalam menyelesaikannya dan lain-lain.
2. Motif ekstrinsik, yakni dorongan yang berasal dan luar pekerjaan yang
sedang dilakukan. Misalnya; bekerja karena upah atau gaji yang tinggi
mempertahankan kedudukan yang baik, merasa mulia karena pengabdian
dan sebagainya.
Motif intrinsik dan ekstrinsik bersumber dari tiga teori motif, sebagai berikut

1. Teori psikoanalisa, yang menekankan pada pengalaman masa kanak-kanak


sebagai motif yang dapat dan selalu mendorong seseorang melakukan sesuatu
perbuatan. Orang merasa senang dan puas melakukan sesuatu pekerjaan
karena pengaruh masa lampaunya. Misalnya orang yang puas bekerja pada
bidang yang tidak menuntut tanggung jawab, mungkin karena pengaruh masa
lampaunya dimana yang bersangkutan tidak pernah mendapat kesempatan
untuk bertanggung jawab atas perbuatannya karena selalu terlindung oleh
orang tua, terlalu tergantung pada orang tua dan sebagainya.
2. Teori Gestalt Lewin, yang menekankan pada pengaruh kekuatan situasi yang
sedang dihadapi oleh seseorang. Perasaan senang dan puas mengerjakan
sesuatu disebabkan oleh karena dengan pekerjaan itu yang bersangkutan
dapat menyelesaikan problema yang dihadapinya. Misalnya; seseorang
terdorong untuk bekerja dengan baik karena memperoleh upah yang tinggi
sehingga dapat mencukupi kebutuhan material hidupnya, yang tidak akan
diperolehnya jika bekerja di bidang lain. Situasi masyarakat pada saat itu
menempatkan penilaian jumlah materi yang dimiliki seseorang sebagai
ukuran kemuliaan atau kebahagiaan hidup.
3. Teori Allport, yang menekankan pentingnya kekuasaan “AKU” dalam
melakukan suatu pekerjaan. Seseorang merasa terdorong melakukan
pekerjaan karena orang tersebut mendapat kesempatan mengatur, menguasai,
memerintah orang lain. Orang yang bersangkutan merasakan AKU
berperanan dan berkuasa sehingga dapat mewujudkan kehendak dan cita-cita
di dalam suatu pekerjaan dengan menggunakan orang lain sebagai alat.

Sepanjang motif pendorong menurut ketiga teori itu bersifat wajar dan
obyektif sehingga seseorang melakukan suatu pekerjaan, maka motif itu dapat
menjadi motif intrinsik atau ekstrinsik yang positif bagi pengembangan moral
kerja, sebaliknya bilamana bersifat berlebih-lebihan sehingga tidak wajar, baik
bersifat ekstrim kurang maupun lebih, maka akan menjadi motif intrinsic yang
negatif dan subyektif bagi pembinaan moral kerja. Dalam hal yang terakhir,
sepanjang tidak merugikan usaha-usaha kerjasama/ organisasi terutama dalam
peningkatan produktivitas kerja masih mungkin untuk dimanfaatkan.
Produktivitas dapat diartikan sebagai perbandingan antara hasil yang
diperoleh (out–put) dengan jumlah sumber kerja yang dipergunakan sebagai
in-put. Tingkat produktivitas kerja itu dalam bidang perekonomian dapat

4
dinyatakan secara eksak berupa angka-angka yang menunjukkan perbandingan
antara modal dan produksi.

KESIMPULAN
Moral adalah suasana batin yang mempengaruhi tujuan individu dan
tujuan organisasi. Suasana batin itu terwujud di dalam aktivitas individu pada saat
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Suasana batin dimaksud berupa
perasaan senang atau tidak senang, bergairah atau tidak bergairah dan
bersemangat atau tidak bersemangat dalam melakukan suatu pekerjaan.
Motif intrinsik, yakni dorongan yang terdapat dalam pekerjaan yang
dilakukan. Misalnya; bekerja karena pekerjaan itu sesuai dengan bakat dan minat,
dapat diselesaikan dengan baik karena memiliki pengetahuan dan keterampilan
dalam menyelesaikannya dan lain-lain.
Motif ekstrinsik, yakni dorongan yang berasal dan luar pekerjaan yang
sedang dilakukan. Misalnya; bekerja karena upah atau gaji yang tinggi
mempertahankan kedudukan yang baik, merasa mulia karena pengabdian dan
sebagainya.

B. Saran
Setelah membaca dan memahami tentang Ikhwan al-Shafa dan
pemikirannya, diharapkan pembaca dapat mengambil ibroh dan mengedepankan
aspek logika dalam bertindak di kehidupan sehari-hari dengan memadukan antara
agama dan filsafat.

REFERENSI
http://eprints.umm.ac.id/31718/2/jiptummb--pramuditaa-27678-2-babi.pdf
https://docplayer.info/31202100-Peran-moral-kerja-dalam-meningkatkan-
produktivitas-karyawan-oleh-dina-sartika-s-e-m-si.html
https://mulyanaa.wordpress.com/2011/11/25/moral-kerja-dan-
produktivitas-kerja/
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/14808/05.3%20bab
%203.pdf?sequence=6&isAllowed=y
https://jurnal-sdm./2009/04/hubungan-moral-kerja-dan-produktivitas.html
https://elib.unikom.ac.id/files/disk1/605/jbptunikompp-gdl-ramdhanfau-
30220-9-unikom_r-i.pdf
https://dokumen.tips/documents/peran-moral-kerja-dalam-meningkatkan-
produktivitas-karyawan.html

5
6

Anda mungkin juga menyukai