Laprak Biodas 2 - Nyoman Ayu NP - A1D021017 - 1A - Metabolisme

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR

“METABOLISME”

Disusun Oleh:

Nama : Nyoman Ayu Niken Pertiwi

NPM : A1D021017

Laporan Ke- : 2 (Dua)

Dosen Pengampu :1. Neni Murniati, M.Pd

2. Irwandi Ansori, M.Si

Asisten Dosen :1. Meina Elsa Putri Kurniawati (A1D019001)

2. Zahrotin Saleha (A1D019013)

3. Lonni Bubdah (A1D019016)

4. Dinda Triski Oktaria HA (A1D020001)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2021

I. LatarBelakang
Setiap makhluk hidup melakukan metabolisme untuk menjalankan semua
proses kimia yang terjadi pada setiap tubuh makhluk hidup, baik makhluk hidup ber
sel satu (uniseluler) hingga makhluk hidup ber sel banyak (multiseluler).
Metabolisme berasal dari bahasa Yunani yakni “metabole” yang berarti perubahan.
Pengertian metabolisme itu sendiri adalah seluruh reaksi biokimia yang bertujuan
untuk mempertahankan kehidupan yang terjadi di dalam suatu organisme.
Metabolisme juga diartikan pertukaran zat antara suatu sel atau organisme secara
keseluruhan dengan lingkungannya. Metabolisme pada tumbuhan dan hewan
meliputi pengangkutan zat hara, pertukaran zat melalui membran plasma baik
secara aktif maupun pasif.
Metabolisme pada sel meliputi proses difusi dan osmosis. Difusi adalah
percampuran antara dua molekul yang berbeda konsentrasi yaitu dari konsentrasi
tinggi (hipertonik) ke konsentrasi rendah (hipotonik). Adapula faktor yang
mempengaruhi difusi yaitu ukuran partikel, ketebebalan membran, jarak dan suhu,
dan luas area. Sedangkan osmosis adalah proses difusi pada organisme hidup yakni
perpindahan molekul dari konsentrasi rendah (hipotonik) ke konsentrasi tinggi
(hipertonik) yang dimana molekul yang berdifusi harus menerobos pori-pori
membran plasma.
Adapun yang menjadi dasar dari dilakukannya percobaan pada praktikum
ini yaitu untuk menambah wawasan kita dan mengetahui lebih dalam lagi mengenai
proses metabolisme terutama difusi dan osmosis pada organisme hidup, serta
mengetahui bagaimana proses terjadinya plasmolisis dan deplamolisis pada sel
tumbuhan.

II. Tujuan
1. Mengetahui proses difusi dan osmosis pada organisme hidup
2. Mengetahui proses terjadinya plasmolisis dan deplasmolisis pada sel tumbuhan

III. TinjauanPustaka

Metabolisme adalah keseluruhan proses reaksi kimiawi yg terjadi di dalam


sel hidup. Metabolisme disebut sebagai reaksi enzimatis, karena dalam proses
metabolisme enzim sangat berperan penting, yaitu sebagai katalisator atau
perangsang. Sehingga, dengan adanya enzim dalam reaksi, metabolisme akan
semakin cepat berlangsung. (Situmorang, 2020 : 55)
Keseluruhan reaksi kimia dalam organisme disebut metabolisme
(metabolisme dari kata Yunani "metabole" = perubahan). Metabolisme adalah
sifat emergen kehidupan yang yang muncul dari interaksi antara molekul-molekul
dalam lingkungan sel yang teratur. (Campbell, 2008 : 153)

Pada sel tumbuhan terdapat membran sel yang berfungsi untuk mengatur
keluar masuknya zat. Dengan pengaturan itu sel akan memperoleh PH yang
sesuai. Konsentrasi zat-zat akan terkendali, sel dapat memperoleh masukan zat-zat
dari ion-ion yang diperlukan, serta membuang zat-zat yang tidak diperlukan lagi
oleh tubuh. Perpindahan molekul atau ion melewati membran disebut transport
lewat membran. (Syamsuri, 1999 : 22)

Pada tumbuhan, air dan mineral diserap oleh akar dari dalam tanah.
Sedangkan gas-gas seperti O2 dan CO2 diambil oleh stomata daun dari udara di
sekelilingnya. Air dan garam mineral masuk ke akar melalui epidermis akar
secara difusi dan osmosa. Hal ini dapat terjadi karena adanya perbedaan
konsentrasi sel-sel akar dan tanah di lingkungannya. (Yahya, 2015 : 197)

Difusi merupakan suatu proses lewatnya bahan-bahan tertentu lewat suatu


membran sebagai konsentrasi yang berbeda. Apabila membran plasma ini bersifat
permeabel penuh maka semua bahan dalam larutan berkadar tinggi akan lewat
masuk ke dalam larutan yang berkadar rendah. Akan tetapi, karena sifat membran
plasma ini semi permeabel maka hanya bahan-bahan tertentu saja yang dapat
melewati dengan cara difusi. (Juwono dan Achmad, 2003: 24)

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa osmosis adalah difusi air melalui
selaput yang permeabel secara diferensial dari suatu tempat berkonsentrasi tinggi
ke tempat yang konsentrasinya rendah. Perlu ditekankan bahwa konsentrasi di
sini, adalah konsentrasi pelarut nya, yaitu air dan bukan konsentrasi dari zat yang
larut (molekul, ion) dalam air itu. Pertukaran air antara sel dan lingkungannya
adalah suatu faktor yang begitu penting sehingga memerlukan suatu penamaan
khusus yaitu osmosis. (Kimball, 1983 : 123)

Osmosis adalah perpindahan air dari larutan yang mempunyai konsentrasi


rendah ke larutan yang mempunyai konsentrasi tinggi melalui membran semi
permeabel. (Loveless, 1991 : 136)

Konsentrasi larutan itu sendiri merupakan banyaknya jumlah zat terlarut


dalam pelarut. Cepat lambatnya difusi dan osmosis dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain perbedaan konsentrasi, suhu tekanan, dan matrik atau bahan
penyusun. (Salisburi dan Ross, 1996: 235)

Jika partikel suatu zat dapat bergerak bebas tanpa terhambat oleh gaya tarik
maka dalam jangka waktu tertentu partikel-partikel itu akan tersebar merata dalam
ruang yang ada. sampai distribusi merasa seperti itu terjadi akan dapat banyak
partikel yang bergerak dari daerah tempat partikel lebih pekat ke daerah yang
partikelnya kurang pekat, dan secara menyeluruh gerakan partikel pada arah
tertentu disebut difusi. (Yahya, 2015 : 160)

Penggunaan larutan yang bersifat pekat menyebabkan tekanan osmotik di


dalam larutan menjadi tinggi atau lebih besar daripada tekanan osmotik di dalam
sel. Oleh karena itu, air akan keluar dari dalam sel kelarutan akibatnya terjadi
plasmolisis yaitu terlepasnya membran plasma dari dinding sel. Dan juga
pemberian sukrosa yang tinggi dapat mengakibatkan larutan menjadi pekat yang
akan menyebabkan tumbuhnya bakteri dan terbentuknya lapisan lendir.
(Ariyanto.dkk , 2018 : 36)

Jika potensial larutan lebih tinggi, air akan bergerak dari luar kepotensial air
yang lebih rendah yaitu dalam sel, bila potensial larutan lebih rendah maka yang
terjadi sebaliknya, artinya sel akan kehilangan air. Apabila kehilangan air itu
cukup besar, maka ada kemungkinanbahwa volume sel akan menurun
demikianbesarnya sehingga tidak dapat mengisiseluruh ruangan yang dibentuk
oleh dinding sel. Pergerakan air dari potensial larutan rendah kepotensial larutan
yang lebih tinggi dinamakan plasmolisis. (Muttaqin, Fitri C, dkk. 2018)

Kecepatan pengadukan cenderung tidak mempengaruhi yield kristal yang


dihasilkan, namun berpengaruh terhadap ukuran kristal. Pengadukan akan
membuat ukuran kristal lebih kecil daripada tanpa pengadukan. Pengondisian
seeding dapat menaikkan yield kristal sekitar 10,72 ± 27,13 % jika dibandingkan
dengan non seeding. (Fitrony, dkk. 2013 : 121)

Methylene blue merupakan zat warna organik yang banyak digunakan pada
industri tekstil, memiliki sifat mudah larut dalam air dan berbahaya bagi
kesehatan manusia. (Ristianingsih, Y, dkk. 2020 : 47)
IV. Alat dan Bahan
a. Alat

 Mikroskop  Gelas Kimia


 Pipet tetes  Cawan Petri
 Erlenmeyer  Silet
 Kaca Obyek  Stopwatch
 Kaca penutup

b. Bahan

 Kristal CuSO4  Eosin


 Aquadest  Metilen Biru
 Kentang  Sukrosa
(Solanum tuberosum)  Gliserin
 Daun adam hawa (Rhoe  Tisu
discolor)

V. LangkahKerja
1. Percobaan Difusi
a. Diteteskan larutan metilen biru pekat ke dalam gelas kimia berisi aquadest.
Dan diamati penyebaran warna biru dari metien biru.
b. Dimasukkan Kristal CuSO4 ke dalam aquadest. Diamati penyebaran warna
biru berisi Kristal CuSO4.
c. Dicatat waktu sampai warna larut merata.
d. Diulangi percobaan dengan metilen biru dan Kristal CuSO4, tetapi setelah
penetesan larutan segera diaduk.

2. Percobaan Osmosis
a. Kentang dikupas, lalu dilubangi bagian tengahnya.
b. Di isi gliserin pada lubang tersebut, dan diberi tanda.
c. Diletakkan pada cawan petri yang telah diberi air dan eosin, lalu dijaga
agar jangan sampai air melimpah dan masuk ke permukaan kentang.
d. Dibiarkan lebih kurang 15 menit, diamati permukaan gliserin pada lubang
kentang. Dan dicatat hasil pengamatan yang ada.
3. Plasmolisis dan Deplasmolisis pada daun Rhoe discolor
a. Disayat permukaan bagian daun Rhoe discolor (pada bagian yang berwarna
ungu merah).
b. Diletakkan sayatan pada kaca objek, dan ditetesi aquadest lalu ditutup
dengan kaca penutup.
c. Diamati dibawah mikroskop. Dan ketika sel-sel daun Rhoe discolor sudah
nampak jelas, diteteskan larutan sukrosa pada salah satu tepi kaca penutup
d. Pada tepi lainnya ditempelkan kertas pengisap (tisu) sehingga aquadest
ditarik oleh kertas penghisap dan medium sayatan diganti dengan larutan
sukrosa.
e. Diamati dibawah mikroskop selama 5 menit. Dan dicatat semua peubahan
yang terjadi.
f. Diganti larutan sukrosa dengan aquadest.
g. Diamati dan dicatat terjadinya deplasmolisis dan terjadinya plasmolisis.

VI. Hasil

No. Foto Gambar Keterangan

1. 1. Erlenmeyer

2. Aquadest 40 ml

3. Metilen biru 5
tetes (waktu larut
2 menit 28 detik)

4. Kristal CuSO4 1
Gb. Metilen Biru dan sudip ( waktu
Kristal CuSO4 (Tanpa larut 3 menit 14
pengadukan) detik)

Tanpa pengadukan
membutuhkan waktu
lebih lama untuk
homogen
2. 1. Erlenmeyer

2. Aquadest 40 ml

3. Metilen Biru 5
tetes (waktu larut
8 detik)

4. Kristal CuSO4 1
sudip (waktu
larut 38 detik)

Dengan pengadukan
larutan cepat
Metilen biru dan Kristal
homogen
CuSO4 (Dengan
Pengadukan)

3. 1. Cawan petri

2. Kentang dengan
lubang berisi
gliserin

3. Larutan eosin
dan air
Gb. Kentang (Solonum
tuberosum) pada eosin Volume awal
gliserin 0,9 cm3 dan
volume akhir gliserin
0,8 cm3
4. 1. Dinding sel

2. Sitoplasma

3. Inti sel

Gb. Sel daun Rhoe


discolor ditetesi aquadest

5. 1. Dinding sel

2. Inti sel

3. Sitoplasma

Setelah ditetesi
sukrosa sel daun
Rhoe discolor
Gb. Sel daun Rhoe
mengkerut.
discolor ditetesi Sukrosa

6. 1. Dinding sel

2. Membran sel
3. Inti sel
4. sitoplasma
Setelah ditetesi
aquadest untuk
Gb. Sel daun Rhoe kedua kalinya sel
discolor ditetesi Aquadest daun Rhoe
(untuk yang kedua) discolor
bertambah
mengembang

VII. Pembahasan
Berdasarkan dari hasil yang telah dilakukan pada percobaan praktikum ini
dapat kita ketahui bahwa metabolisme adalah reaksi kimia yang bekerja didalam
sel seluruh makhluk hidup untuk mempertahankan kehidupannya. Metabolisme
ini dapat terjadi disebabkan karena adanya interaksi yang terjadi antara molekul-
molekul yang ada di dalam lingkungan sel tersebut atau kondisi apa yang ada
didalam lingkungannya. Hasil percobaan ini sesuai dengan literatur yang
meyebutkan bahwa, metabolisme adalah sifat emergen kehidupan yang muncul
dari interaksi antara molekul-molekul dalam lingkungan sel yang teratur.
(Campbell, 2008 : 153)
Metabolisme adalah keseluruhan proses reaksi kimiawi yg terjadi di dalam
sel hidup. Metabolisme disebut sebagai reaksi enzimatis, karena dalam proses
metabolisme enzim sangat berperan penting, yaitu sebagai katalisator atau
perangsang. Sehingga, dengan adanya enzim dalam reaksi, metabolisme akan
semakin cepat berlangsung. (Situmorang, 2020 : 55)
Literatur diatas juga menyebutkan bahwa metabolisme itu merupakan
seluruh reaksi kimia yang terjadi didalam sel yang hidup. Reaksi kimia ini tentu
dapat terjadi dikarenakan adanya zat katalisator atau zat yang mempercepat reaksi
metabolisme itu, atau disebut dengan enzim. Hal ini erat kaitannya dengan proses
interaksi yang terjadi pada sel akibat kondisi lingkungan sel nya. Interaksi yang
disebabkan oleh lingkugan sel dapat berupa proses osmosis, difusi, plasmolisis
dan juga deplasmolisis. Hal ini juga yang mejadi dasar tujuan dalam percobaan
praktikum kali ini. Untuk membahas lebih dalam mengenai reaksi yang bekerja
pada sel (metabolsime) dan proses-proses interaksi yang menyebabkan reaksi
metabolisme cepat berlangsung.
Dalam melaksanakan percobaan mengenai metabolisme ini menggunakan
bahan-bahan diantaranya adalah kentang (Solanum tuberosum), daun adam hawa
(Rhoe discolor), eosin, kristal CuSO4, metilen biru, aquadest, sukrosa, dan
gliserin.
Kegunaan kentang (Solanum tuberosum) adalah sebagai benda atau objek
yang akan di lalui oleh eosin melalui membran-membran sel yang ada pada
kentang. Fungsi kentang dilubangi adalah untuk di isi gliserin, nah dari sini kita
bisa melihat apakah eosin bisa atau tidak mencapai gliserin yang ada dalam
kentang tersebut. Eosin sendiri merupakan cairan bewarna merah yang memiliki
kecepatan laju oksigen dan memiliki kekentalan/konsentrasi yang lebih rendah
dari pada gliserin. Sedangkan gliserin berfungsi sebagai cairan yang dapat
menarik air dari dalam kentang. Ketiga bahan diatas digunakan sebagai percobaan
osmosis.
Kemudian untuk percobaan difusi digunakan bahan berupa metilen biru dan
Kristal CuSO4 yang berfungsi sebagai zat yang memiliki konsentrasi lebih pekat
daripada aquadest sehingga dapat membuktikan konsep difusi tersebut setelah
menghitung berapa lama kedua zat tersebut larut, dapat di amati dari perlakukan
diaduk maupun yang tidak diaduk.
Dan untuk percobaan mengenai plasmolisis dan deplasmolisis digunakan
bahan berupa daun adam hawa (Rhoe discolor) yang disayat dan diambil bagian
bawah sel epidermisnya untuk diamati bagaimana bentuk sel intinya dibawah
mikroskop. Setelah itu dilakukan pula pengamatan terhadap sel daun Rhoe
discolor yang ditetesi aquadest dan ditetesi sukrosa terlebih dahulu sebelum
diamati kembali dibawah mikroskop. Hal ini berfungsi untuk mengetahui apa
yang terjadi pada sel Rhoe discolor ketika ditetesi larutan yang memiliki
konsentrasi hipotonik (lebih rendah) yakni aquadest, dan juga bila ditetesi oleh
larutan yang memiliki konsentrasi hipertonik (lebih pekat) yakni sukrosa.
 Difusi
Difusi merupakan suatu proses lewatnya bahan-bahan tertentu lewat
suatu membran sebagai konsentrasi yang berbeda. Apabila membran plasma ini
bersifat permeabel penuh maka semua bahan dalam larutan berkadar tinggi
akan lewat masuk ke dalam larutan yang berkadar rendah. Akan tetapi, karena
sifat membran plasma ini semi permeabel maka hanya bahan-bahan tertentu
saja yang dapat melewati dengan cara difusi. (Juwono dan Achmad, 2003: 24)
Seperti yang dibahas pada literatur diatas mengenai bahwa difusi terjadi
melalui membran plasma yang bersifat permeabel (dapat ditembus) dari larutan
yang berkadar pekat masuk ke dalam larutan yang berkadar rendah, tentu hal
ini sesuai dengan hasil percobaan menggunakan metilen biru dan Kristal
CuSO4 yang dapat menembus larutan aquadest karena aquadest memiliki
konsentrasi yang lebih rendah. Yang perlu ditekankan adalah dari segi waktu
kecepatan larutan metilen biru maupun Kristal CuSO 4 yang lebih cepat larut
dalam aquadest.
1. Objek Metilen biru dan Aquadest
Berdasarkan percobaan difusi yang dilakukan, pertama sebanyak 5 tetes
metilen biru pekat di teteskan pada erlenmeyer yang berisi aquadest tanpa
dilakukan pengadukan maka yang terjadi adalah proses penyebaran metilen
biru lebih lama menyebar. Proses ini membutuhkan waktu 2 menit 28 detik.
Sedangkan berdasarkan percobaan ketika ditetesi sebanyak 5 tetes
metilen biru kedalam elenmeyer yang berisi aquadest dan dilakukan proses
pengadukan. Proses penyebaran tetesan metilen biru lebih cepat menyebar
yaitu dalam 8 detik saja.
Proses difusi membutuhkan waktu yang cukup singkat, dan waktu
tersebut dapat dipersingkat dengan proses pengadukan. Faktor iniah yang
menyebabkan perbedaan yang terjadi pada proses percobaan dengan
pengadukan lebih cepat menjadi homogen dibandingkan tanpa pengadukan .
Sebagaimana dijelaskan dalam literatur, menurut Dwijoseputro (1994 : 34).
Difusi adalah merupakan penyebaran molekul-molekul suatu zat yang
ditimbulkan oleh energi kinetik. (Yahya, 2015 : 160)
Cepat lambatnya difusi dan osmosis dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain perbedaan konsentrasi, suhu tekanan, dan matrik atau bahan penyusun.
(Salisburi dan Ross, 1996: 235)

Sesuai dengan literatur tersebut membenarkan bahwa pengadukan yang


dilakukan dapat menyebabkan perubahan tekanan dan menimbulkan energi
kinetik pada campuran yang berbeda dari campuran tanpa pengadukan
sehingga akan lebih cepat larut.

2. Objek Kristal CuSO4 dan Aquadest


Dari pengamatan dan percobaan difusi yang saya lihat, kristal CuSO4
yang dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang berisi aquadest, yang kemudian
diaduk, proses difusinya lebih cepat menyebar yaitu hanya memerlukan waktu
38 detik. Sedangkan pada percobaa kedua difusi yang menggunakan kristal
CuSO4 yang dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang berisi aquadest tanpa
proses pengadukan, proses difusinya lebih lama menyebar, yaitu membutuhkan
waktu selama 3 menit 14 detik.
Dari dua pengamatan ini, proses difusi pada larutan kristal CuSO 4 dan
aquadest, dengan bantuan pengadukan lebih cepat tercampur, dibandingkan
dengan yang tanpa diaduk, sama halnya dengan percobaan yang dilakukan
menggunakan metilen biru sebelumnya.
Jika partikel suatu zat dapat bergerak bebas tanpa terhambat oleh gaya
tarik maka dalam jangka waktu tertentu partikel-partikel itu akan tersebar
merata dalam ruang yang ada. sampai distribusi merasa seperti itu terjadi akan
dapat banyak partikel yang bergerak dari daerah tempat partikel lebih pekat ke
daerah yang partikelnya kurang pekat, dan secara menyeluruh gerakan partikel
pada arah tertentu disebut difusi. (Yahya, 2015 : 160)
Berdasarkan literatur diatas maka sesuai dengan percobaan ini yakni
dengan menggunakan sampel kristal CuSO4 dan perlakuan yang berbeda
(diaduk dan tidak diaduk), menunjukkan bahwa apabila kristal CuSO4
dimasukkan dalam pelarut (aquadest) dan diaduk maka akan didapatkan hasil
kristal CuSO4 lebih cepat larut. Ini terjadi karena zat yang teraduk, partikel-
partikel kristal CuSO4 menjadi bergerak lebih bebas dan tergesek dengan
partikel kristal CuSO4 yang lainnya serta tergesek pada batang pengaduk.
Sehingga akibat gaya gesek tersebut lebih memudahkan kristal CuSO4 terlarut.
Selain itu, penyebaran partikel-partikelnya langsung ke seluruh bagian.
Sedangkan pada kristal CuSO4 yang dimasukkan ke dalam pelarut (aquadest)
tanpa pengadukan akan lebih lama penyebarannya atau lebih lama terlarut,
karena tidak adanya gaya gesek atau usaha yang menyertainya dan
penyebarannya secara perlahan ke seluruh bagian.

Jika membandingkan kecepatan larut antara metilen biru dan


Kristal CuSO4 baik dengan perlakukan diaduk maupun tanpa diaduk, adalah
metilen biru lebih cepat larut dalam aquadest dibandingkan dengan Kristal
CuSO4. Ketika diaduk metilen biru memerlukan waktu 8 detik untuk larut,
sedangkan kristal CuSO4 memerlukan waktu 38 detik untuk homogen dengan
aquadest. Untuk percobaan dengan perlakuan tanpa diaduk, metilen biru larut
dengan aquadest dalam waktu 2 menit 28 detik, sedangkan kristal CuSO 4 larut
dalam aquadest dalam waktu 3 menit 14 detik. Perbedaan waktu antara metilen
biru dan kristal CuSO4 ketika diaduk atau tidak diaduk dikarenakan konsentrasi
pada larutan metilen biru dan kristal CuSO4 yang lebih tinggi dibandingkan
dengan konsentrasi aquadest yang ada pada proses percobaan sehingga
besarnya konsentrasi larutan akan mempengaruhi cepat/lambat kelarutan.
Adapun sejalan dengan literatur yang menyebutkan, Methylene blue
merupakan zat warna organik yang banyak digunakan pada industri tekstil,
memiliki sifat mudah larut dalam air dan berbahaya bagi kesehatan manusia.
(Ristianingsih, Y, dkk. 2020 : 47)
yang dikatakan bahwa metilen biru merupakan zat yang mudah larut dalam air
sehingga metilen biru lebih cepat larut dibandingkan dengan wujud kristal atau
serbuk yang membutuhkan waktu untuk berubah menjadi cair atau larut dulu
sebelum homogen dengan aquadest.
Kecepatan pengadukan cenderung tidak mempengaruhi yield kristal
yang dihasilkan, namun berpengaruh terhadap ukuran kristal. Pengadukan akan
membuat ukuran kristal lebih kecil daripada tanpa pengadukan. Pengondisian
seeding dapat menaikkan yield kristal sekitar 10,72 ± 27,13 % jika
dibandingkan dengan non seeding. (Fitrony, dkk. 2013 : 121) sedangkan
berdasarkan literature tersebut mengatakan bahwa pengadukan dapat membuat
ukuran kristal menjadi lebih kecil dan akan cepat larut.
 Osmosis
Dari hasil percobaan yang dilakukan, dapat diamati kentang yang sudah
dikupas dan di lubangi tengahnya serta yang telah diisi dengan gliserin,
kemudian diletakkan di cawan petri yang telah berisi air dan eosin. Setelah
dibiarkan selama kurang lebih 15 menit, gliserin mengalami kenaikan dari
awal. Tanda akan kenaikan tersebut ditandai dengan naiknya larutan melebihi
batas awal yang telah dibuat sebelumnya. Gliserin bisa melewati batas awal
pada kentang yang telah dibuat sebelumnya dikarenakan kadar air dalam
kentang berkurang.
Dalam percobaan osmosis ini didapati hasil bahwa volume gliserin
mengalami penurunan, yang dimana volume awalnya 0,9 cm 3 dan volume akhir
gliserin menjadi 0,8 cm3. Hal ini tentu tidak sesuai dengan hasil osmosis yang
diinginkan. Salah satu alasan yang menyebabkan hal ini dapat terjadi adalah
kesalahan dalam melakukan percobaan. Kentang terlalu dalam saat dilubangi
sehingga permukaan kentang menjadi tipis dan mengalami kebocoran pada
gliserin tersebut.

Seharusnya hasil dari percobaan yang pada larutan gliserin mengalami


kenaikan menunjukkan bahwa konsentrasi pada larutan gliserin lebih tinggi
daripada larutan eosin. Karena terjadinya osmosis itu yaitu adanya perbedaan
konsentrasi.
faktor yang mempengaruhi proses osmosis yaitu apabila ukuran molekul
lebih kecil daripada lubang membran, maka akan menjadikan proses
penyerapan lebih cepat.
Dikaitkan dengan literatur bahwa Osmosis adalah perpindahan air dari
larutan yang mempunyai konsentrasi rendah ke larutan yang mempunyai
konsentrasi tinggi melalui membran semi permeabel (Loveless, 1991 : 136)
 Plasmolisis dan Deplasmolisis

Pada pengamatan Rhoe discolor dengan tetesan aquadest di bawah


mikroskop, terlihat organel-organel sel Rhoe discolor yaitu dinding sel,
membran sel, sitoplasma, dan inti sel. Sel Rhoe discolor berwarna ungu terang.
Pada percobaan ini, tujuannya adalah untuk mengetahui sel asli (intinya)
di mikroskop dari Rhoe discolor. Dari hasil yang didapat dari percobaan
pengamatan terhadap Rhoe discolor dengan tetesan aquadest bahwa tidak ada
terjadi perubahan pada selnya dan warna ungu pada daun Rhoe discolor merata
di seluruh permukaan selnya. Hal ini terjadi karena sel berada dalam keadaan
seimbang atau isotonis, karena tidak ada larutan yang bersifat hipotonis (lebih
rendah) maupun hipertonis (lebih pekat).
Pada pengamatan sel daun Rhoe discolor yang ditetesi sukrosa
menggunakan mikroskop terlihat organel-organel sel yaitu dinding sel, inti sel,
dan sitoplasma. Warna ungu pada sel Rhoe discolor tidak merata dikarenakan
terlepasnya protoplasma dari dinding sel karena sel berada pada larutan
hipertonik.
Tujuan dari ditetesi dengan sukrosa pada sel daun Rhoe discolor adalah
untuk melihat peristiwa plasmolisis. Seperti suatu pendapat yang dikatakan
dalam literatur, Jika potensial larutan lebih tinggi, air akan bergerak dari luar
kepotensial air yang lebih rendah yaitu dalam sel, bila potensial larutan lebih
rendah maka yang terjadi sebaliknya, artinya sel akan kehilangan air. Apabila
kehilangan air itu cukup besar, maka ada kemungkinanbahwa volume sel akan
menurun demikian besarnya sehingga tidak dapat mengisi seluruh ruangan

yang dibentuk oleh dinding sel. Pergerakan air dari potensial larutan rendah

kepotensial larutan yang lebih tinggi dinamakan plasmolisis. (Muttaqin, Fitri C,


dkk. 2018).
Yang sejalan pada percobaan ini, air yang berada di dalam sel akan
berdifusi keluar hal ini disebut proses plasmolisis. Penyebabnya dikarenakan
sel berada di larutan hipertonis terhadap sitoplasma yang mengakibatkan sel
kehilangan air dan menjadi lebih kecil atau mengkerut. Serta warna sel pudar,
sebagian berwarna putih dan warnanya tidak merata. Membran sel juga
terlepas dari dinding sel. Inilah yang menyebabkan sel menjadi kecil atau
mengkerut. Hal ini sesuai dengan literatur yang menjelaskan bahwa,
penggunaan larutan yang bersifat pekat menyebabkan tekanan osmotik di
dalam larutan menjadi tinggi atau lebih besar daripada tekanan osmotik di
dalam sel. Oleh karena itu, air akan keluar dari dalam sel kelarutan akibatnya
terjadi plasmolisis yaitu terlepasnya membran plasma dari dinding sel. Dan
juga pemberian sukrosa yang tinggi dapat mengakibatkan larutan menjadi
pekat yang akan menyebabkan tumbuhnya bakteri dan terbentuknya lapisan
lender. (Ariyanto.dkk , 2018 : 36)
Selanjutnya Berdasarkan pengamatan pada mikroskop, Rhoe discolor
yang ditetesi aquades untuk kedua kalinya terlihat bentuk sel seperti bentuk
semula, yaitu adanya dinding sel, membran sel, sitoplasma dan inti sel. Dengan
menggunakan preparat yang sama larutan sukrosa dihisab terlebih dahulu
dengan menggunakan tisu lalu ditetesi air kembali. Keadaan sel kembali seperti
semula dan warnanya menjadi ungu namun lebih terang.
Percobaan ini membuktikan adanya peristiwa deplasmolisis di mana sel
kembali seperti keadaan semula jika lingkungan nya diganti oleh larutan
hipotonik. Hal ini juga menyebabkan konsentrasi air yang berada di luar sel
akan berdifusi ke dalam sel lagi, maka keadaan di dalam sel adalah hipotonis
yang menyebabkan air akan masuk ke dalam sel secara terus-menerus sehingga
sitoplasma kembali seperti semula, yang disebut sebagai deplasmolisis.
Deplasmolisis ini merupakan proses kembalinya air kedalam sel, bila sel
dimasukkan ke dalam larutan hipotonik. Larutan hipotonik adalah larutan yang
memiliki konsentrasi zat terlarut yang tinggi dari dalam sel. Bila sel masuk ke
larutan ini akan timbul gradien konsentrasi antara sel dan larutan, akibatnya air
akan mengalami pergerakan melalui membran dan sel yang akan kemasukan
air menjadi mengembang atau bertambah besar ukurannya.
VIII. Penutup
a. Kesimpulan
Dari hasil praktikum ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Difusi adalah peristiwa mengalirnya atau berpindahnya suatu zat dalam
pelarut dari konsentrasi tinggi (hipertonik) ke konsentrasi rendah
(hipotonik). Sedangkan osmosis adalah perpindahan air melalui membran
selektif permiabel dari bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat.
2. Plasmolisis adalah peristiwa terlepasnya protoplasma dari dinding sel jika
ada penurunan volume vakuola yang sangat besar. Sedangkan,
deplasmolisis adalah kembalinya kedalam bentuk semula apabila
lingkungan sel tersebut diganti dengan larutan yang hipotonik.

b. Saran
Adapun saran pada praktikum mengenai metabolism sel ini adalah:
 Dalam melakukan percobaan diharapkan untuk lebih memahami
terlebih dahulu mengenai langkah kerja yang akan dilakukan, serta
tujuan dilaksanakannya praktikum, sehingga memudahkan kita dalam
melakukan percobaan.
 Dalam pengeksekusian langkah-langkah hendaknya dilakukan hati-hati
agar tidak ada kegagalan, seperti dalam melubangi kentang pada
percobaan osmosis hendaknya dilubangi jangan terlalu dalam.
 Untuk melakukan pengamatan terhadap ojek tiap percobaan mengenai
difusi, osmosis, plasmolisis dan deplasmolisis hendaknya harus teliti
agar data yang didapatkan mencapai hasil yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Ariyanto, Reza M, 2018. Pengaruh Ekstrak Jeruk Nipis dengan Larutan Gula Kelapa
Terhadap Keterserapan Larutan dan Lama Kesegaran Pada Bunga Potong Krisan.
Jurnal Biologi Pembelajarannya. Vol .5 No.2 : 32_37. Dapat diakses pada
http://ojs.unpkediri.ac.id/index.php/biologi/article/download/12581/1027 Diakses
pada 3 November 2021

Campbell, N.A & J.B. Reece. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3. Jakarta : Erlangga

Fitrony, dkk. 2013. Pembuatan Kristal Tembaga Sulfat Penahidrat (CuSO 4.5H2O) dari
Tembaga Bekas Kumparan. Jurnal Teknik Pomits Vol. 2 1. Dapat diakses pada
https://media.neliti.com/media/publications/149052-ID-pembuatan-kristal-tembaga-
sulfat-pentahi.pdf Diakses pada 4 November 2021

Juwono dan Acchmad. 2003. Biologi Sel. Jakarta : EGC

Kimball, Jhon W. 1983. Biologi. Jakarta : Erlangga

Loveless, A.R. 1991. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik 1. Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama

Muttaqin, Fitri C, dkk. 2018 Plasmolisis Sel Tumbuhan Rhoe discolor pada Larutan dengan
Konsentrasi Sukrosa 0,18 M, 0,28 M, dan 0,38 M. Paper Plasmolisis Rhoe discolor
FKIP Universitas sebelas maret. Dapat diakses pada
https://id.scribd.com/document/438983341/PAPER-PLASMOLISIS-RHOE-
DISCOLOR-docx Diakses tanggal 4 November 2021
Ristianingsih, Y, dkk. 2020. Kesetimbangan Adsorbsi Zat Warna Metilen Blue dengan
Adsorben Karbon Aktif Tongkol Jagung Terimpregnasi Fe2O3. Jurnal Teknologi
Argo- Industri. Vol 7 No 1. Dapat diakses pada
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?
article=1725311&val=11666&title=KESETIMBANGAN%20ADSORBSI%20ZAT
%20WARNA%20METILEN%20BLUE%20DENGAN%20ADSORBEN
%20KARBON%20AKTIF%20TONGKOL%20JAGUNG%20TERIMPREGNASI
%20FE2O3 Diakses pada 4 November

Salisburi dan Ross. 1966. Fisiologi Tumbuhan. Bandung : ITB.

Situmorang, Masni V. 2020. Biologi Dasar. Bandung: Widina

Syamsuri, I. 1999. Biologi 2000 Jilid 2. Jakarta : Erlangga

Yahya, 2015. Perbedaan Tingkat Osmosis Antara Umbi Splonum Tuberosum dan Doucus
Carota. Jurnal Biology Education. Vol. 4 No. 1 : 197-206. Dapat diakses pada
http://ojs.serambimekkah.ac.id/jurnal-biologi/article/view/145/139 Diakses pada
tanggal 3 November 2021
LAMPIRAN

Gb. Metilen Biru dan Kristal CuSO4 Gb. Metilen biru dan Kristal CuSO4
(Tanpa pengadukan) (Dengan Pengadukan)

Gb. Kentang (Solonum tuberosum) pada Gb. Sel daun Rhoe discolor

eosin

Gb. Sel daun Rhoe discolor + Sukrosa Gb. Sel daun Rhoe discolor + Aquadest

Anda mungkin juga menyukai