Bab Iv

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 10

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Hasil Temuan Lapangan

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Jatinangor, Sumedang. Narasumber


dalam penelitian ini merupakan pelaku UMKM Digital yang berada di wilayah
kecamatan Jatinangor, baik pemilik usaha maupun pegawai UMKM terkait.
Keadaan UMKM di Kecamatan Jatinangor sudah dapat dikatakan baik karena
memiliki resiliensi dan potensi keberlangsungan usaha dengan upaya
pemgaplikasian bisnis digital. Hal tersebut didukung melalui beberapa faktor
sebagai hasil dari pemanfaatan modal sosial yang baik.

Berdasarkan hasil pemetaan dan observasi, salah satu faktor yang


mendukung keberlangsungan usaha dari berbagai UMKM Digital di Kecamatan
Jatinangor adalah jaringan atau relasi sosial dan harmoni lingkungan tempat
berusaha. Akan tetapi, masih ditemukannya beberapa UMKM yang belum
sepenuhnya memaksimalkan bisnisnya secara digital. Hal ini didukung oleh faktor-
faktor penghambat seperti kurangnya SDM yang difokuskan sebagai penanggung
jawab pengoperasian platform bisnis digital UMKM, sehingga memengaruhi
proses efisiensi transformasi digital UMKM terkait. Pelaku-pelaku UMKM
tersebut sangat memanfaatkan modal sosialnya dengan maksimal, sehingga
keberlangsungan bisnis digitalnya dapat bertahan. Secara umum, pelaku UMKM di
Kecamatan Jatinangor sudah mulai mentransformasikan bisnisnya ke dalam bentuk
digital, walaupun populasi pelaku UMKM masih dominasi oleh UMKM
konvensional. Pemanfaatan modal sosial yang baik dapat membantu para pelaku
UMKM dalam menganalisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat)
milik masing-masing usaha, sehingga mampu untuk bertahan dan keberlangsungan
usahanya dapat terus bersaing dalam era revolusi industri 4.0 ini.
4.2 Pembahasan

4.2.1 Nilai-nilai yang Dibangun dalam Mengembangkan Digitalisasi


UMKM

Francis Fukuyama dan Robert Putnam dalam konteks digitalisasi belum


secara khusus menyampaikan pandangannya tentang nilai-nilai tertentu yang
terkait dengan digitalisasi. Walaupun begitu, berdasarkan prinsip-prinsip yang
dikemukakannya dalam teori modal sosial atau social capital, beberapa nilai
yang dapat diasosiasikan dengan digitalisasi UMKM adalah sebagai berikut.

Kepercayaan dan Jaringan (Trust and Network): Kepercayaan menjadi


nilai penting dalam digitalisasi, di mana pelaku UMKM, konsumen, dan
platform digital saling mempercayai dalam menjalankan interaksi dan
transaksi online. Kepercayaan ini dapat diperoleh melalui perlindungan data
yang baik, transparansi, dan keandalan platform digital. Jaringan atau
hubungan sosial yang dibangun oleh UMKM digital merupakan aspek penting
dalam teori modal sosial. UMKM dapat mengembangkan jaringan yang kuat
dengan pelaku bisnis lainnya, konsumen, dan pihak-pihak terkait lainnya
melalui platform digital. Jaringan ini membantu UMKM untuk saling bertukar
informasi, berbagi peluang bisnis, dan mendapatkan dukungan yang
diperlukan. Melalui jaringan ini, UMKM juga dapat memperluas jangkauan
pasar dan meningkatkan daya saing mereka dalam ekosistem digital.

Hubungan Sosial dan Harmoni: Usaha mikro, kecil dan menengah


(UMKM) memegang peranan penting dalam perekonomian suatu negara.
Mereka secara rutin berinteraksi dengan semua pihak, termasuk pelanggan,
mitra bisnis, dan masyarakat sekitar. Hubungan sosial yang baik dan harmonis
yang terjalin antara pelaku dan para pelaku UMKM memberikan dampak
positif yang signifikan.

Partisipasi dalam kerja sama dan kolaborasi: Keikutsertaan dalam


pelatihan dan pameran atau pameran merupakan faktor penting dalam
pengembangan sumber daya manusia (SDM) oleh anggota suatu organisasi
atau kelompok. Dalam hal ini, pelatihan digunakan untuk meningkatkan
keterampilan dan pengetahuan anggota, sedangkan bazar atau pameran
memberikan kesempatan untuk mempromosikan produk atau jasa yang
dihasilkan oleh anggota. Nilai partisipatif dapat mendorong pelaku UMKM
untuk bekerja sama dalam pengembangan solusi digital, berbagi pengetahuan,
dan berkolaborasi dengan pelaku bisnis lainnya. Melalui kolaborasi, UMKM
dapat meningkatkan daya saing dan memperoleh manfaat bersama.

Francis Fukuyama dan Robert Putnam, dalam teori tentang modal sosial,
tidak secara spesifik membahas norma-norma sosial dalam konteks digitalisasi
UMKM. Namun, berdasarkan pandangan umumnya tentang modal sosial,
termasuk dalam digitalisasi, beberapa norma sosial yang dapat diasosiasikan
dengan digitalisasi UMKM di antaranya: Transparansi, Keadilan dan
Kepatuhan, Keamanan dan Privasi, Tanggung Jawab Sosial, dan Etika Digital.
Meskipun Mereka belum secara khusus menguraikan nilai-nilai dalam
digitalisasi, nilai-nilai tersebut merupakan prinsip-prinsip yang relevan dalam
membangun modal sosial yang kuat dan berkelanjutan dalam konteks
digitalisasi UMKM.

4.2.2 Kepercayaan dan Jaringan pada UMKM digital di Jatinangor

Menurut teori modal sosial yang dikemukakan oleh Francis Fukuyama


dan Robert Putnam, kepercayaan dan jaringan merupakan elemen penting
dalam konteks UMKM digital. Dalam mengembangkan digitalisasi UMKM,
kepercayaan dan jaringan memainkan peran kunci dalam membangun modal
sosial yang kuat. Berikut adalah pembahasan lebih lanjut mengenai
kepercayaan dan jaringan dalam konteks UMKM digital berdasarkan teori
modal sosial Francis Fukuyama dan Robert Putnam:

1. Kepercayaan (Trust):
Berdasarkan hasil temuan lapangan, kepercayaan menjadi salah satu
fondasi utama dalam membangun hubungan yang sehat antara UMKM
digital dengan para pelaku bisnis, konsumen, dan platform digital.
Beberapa narasumber melihat kepercayaan ini melibatkan keyakinan
bahwa semua pihak akan berperilaku jujur, dapat diandalkan, dan
mematuhi aturan yang berlaku. Beberapa cara narasumber dalam
mempertahankan kepercayaan adalah dengan memastikan kualitas
produk yang dijual agar pelanggan merasa puas dan kembali membeli
produk tersebut, menjaga komunikasi dengan pelanggan agar terjalin
hubungan yang baik dan pelanggan merasa dihargai, dan meningkatkan
kepercayaan pelanggan dengan memberikan pelayanan yang baik dan
memenuhi kebutuhan pelanggan.

2. Jaringan dan Kemitraan (Network and Partnership):


Jaringan merujuk pada hubungan sosial yang dibangun oleh UMKM
dengan pihak lain, seperti pelanggan, pemasok, dan komunitas lokal
Jaringan ini membantu UMKM untuk saling bertukar informasi, berbagi
peluang bisnis, memperluas jangkauan pasar, dan meningkatkan daya
saing mereka dalam ekosistem digital. Namun disayangkan, beberapa
narasumber belum dapat memaksimalkan proses networking atau
berjejaringnya dengan efektif dan efisien menyebabkan terhambatnya
pengoptimalan usaha digital mereka. Para pelaku UMKM digital tersebut
memanfaatkan jaringannya dengan cara meminta bantuan teman untuk
membantu mempromosikan usaha mereka dan menyatakan hal tersebut
cukup menguntungkan, karena semakin banyak orang yang mengenal
mereka, semakin banyak pula yang membeli produknya. Narasumber
juga menyatakan bahwa berkat dukungan keluarga, usaha mereka dapat
berkembang. Dalam perkembangan bisnis digitalnya, narasumber juga
bekerja sama dengan pihak kemitraan seperti Google Bisnis, Gojek,
Grab, dan Shopee yang membantu mereka dalam hal pemasaran dan
pengembangan produknya.

Pelaku UMKM mengembangkan nilai kepercayaan dan jaringan


sosialnya dengan menjaga hubungan yang baik antara pelaku UMKM satu
dengan pelaku UMKM lainnya dan antara pelaku UMKM dengan konsumen.
Pelaku UMKM berusaha menjaga kualitas pelayanan dalam bisnisnya untuk
mencegah konsumen agar tidak kecewa, sehingga konsumen tetap percaya
untuk berlangganan pada UMKM terkait. Dengan begitu, UMKM terkait dapat
menjaga relasinya dengan baik antar-sesama UMKM dan konsumen. Salah
satu contohnya adalah bisnis rental mobil Kirana di Desa Hegarmanah yang
menyatakan bahwa terdapat perkumpulan pemilik rental mobil di Kecamatan
Jatinangor, di mana para pemilik rental mobil tersebut saling memberikan
informasi mengenai harga rental dan mengarahkan konsumen untuk
menggunakan jasa rental mobil di tempat koleganya apabila mobil di tempat
Rental Mobil Kirana telah habis.

Dalam keseluruhan, kepercayaan dan jaringan memainkan peran sentral


dalam membangun modal sosial dalam konteks UMKM digital. Dengan
memperkuat kepercayaan antara pelaku bisnis dan platform digital, serta
membangun jaringan yang kuat dan kemitraan yang strategis, UMKM dapat
mengoptimalkan potensi digitalisasi mereka dan memperoleh manfaat yang
lebih besar dalam ekosistem bisnis digital.

4.2.3 Hubungan Sosial dan Harmoni dalam UMKM

Hubungan dengan pelanggan: UMKM sangat bergantung pada


pelanggan untuk menjalankan bisnis. Para pelaku UMKM digital di
Kecamatan Jatinangor menyatakan hubungan yang baik antara pelaku UMKM
dan klien adalah kunci keberhasilan jangka panjang. Mereka menjaga
hubungan yang baik dengan pelanggan dengan cara membangun kepercayaan,
memaksimalkan pelayanan, dan menjaga komunikasi yang efektif dengan
pelanggan. Dengan begitu, UMKM bisa mempertahankan pelanggan setia dan
selalu mendukung usaha mereka.

Hubungan dengan mitra usaha: Selain bekerja sama dengan platform


aplikasi bisnis digital Google Bisnis, Gojek, Grab, dan Shopee, para pelaku
UMKM digital di Kecamatan Jatinangor bekerja sama dengan mitra usaha
lainnya seperti pemasok bahan baku yang mayoritas diatur langsung oleh
owner UMKM tersebut, distributor berupa reseller-reseller terpercaya, dan
produsen lainnya yang saling bekerja sama sebagai dropshipper. Hubungan
yang harmonis dan kolaborasi yang baik antara pelaku UMKM dengan mitra
usahanya dapat memperkuat jaringan usaha, membantu memenuhi kebutuhan
yang saling menguntungkan, dan menciptakan sinergi dan membuka peluang
baru bagi pertumbuhan bisnis digital UMKM di Kecamatan Jatinangor.

Hubungan dengan masyarakat sekitar: Pelaku UMKM biasanya


beroperasi di lingkungan lokal. Oleh karena itu, sangat penting untuk memiliki
hubungan sosial yang baik dengan masyarakat sekitar. Menurut pada beberapa
narasumber, mereka belum berkesempatan untuk terlibat langsung ke dalam
acara-acara UMKM lokal atau menyumbang ke yayasan amal. Walaupun
begitu, mereka mengatakan telah menjaga komunikasi yang baik, etika, dan
norma-norma yang berlaku di lingkungan tempat berusahanya untuk menjaga
ketertiban dan hubungan yang baik. Melalui engagement tersebut, UMKM
dapat memperkuat citra positifnya di benak publik, terus meningkatkan
kepercayaan, dan mendapatkan dukungan yang lebih luas di mata publik.

4.2.4 Partisipasi Aktif dalam Pelatihan dan Bazar atau Pameran

Keikutsertaan dalam pelatihan dan pameran merupakan faktor penting


dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM) oleh anggota suatu
organisasi atau kelompok. Pelatihan-pelatihan tersebut digunakan untuk
meningkatkan keterampilan dan pengetahuan anggota, sedangkan bazar atau
pameran memberikan kesempatan untuk mempromosikan produk atau jasa
yang dihasilkan oleh anggota. Pelatihan-pelatihan tersebut dapat bertemakan
hubungan partisipasi pelatihan SDM anggota dengan bazar atau pameran
seperti meningkatan keterampilan dan pengetahuan, peningkatan kualitas
produk atau layanan, peningkatan jejaring dan kolaborasi, meningkatkan
motivasi dan kepercayaan diri, serta pengembangan Identitas dan branding.
Partisipasi pemilik UMKM digital dalam pelatihan-pelatihan yang
diadakan oleh pemerintah dan bazar atau pameran diperlukan sebagai upaya
untuk meningkatkan tingkat efektifitas dan efisiensi transformasi digital dan
penguasaan terhadap aplikasi bisnis digital UMKM di Kecamatan Jatinangor
dan menambah relasi yang lebih luas lagi. Berdasarkan pernyataan
narasumber, masih banyak pelaku UMKM yang tidak pernah mendapatkan
pelatihan dan tidak pula mengikuti bazar atau pameran UMKM. Beberapa dari
narasumber mengatakan tidak memiliki waktu luang, baik untuk mengikuti
pelatihan-pelatihan maupun bazar atau pameran UMKM. Selain itu,
narasumber mengaku pelatihan-pelatihan yang pernah diadakan oleh pihak
pemerintah setempat belum efektif dan pameran tidak terlalu berpengaruh
terhadap peningkatan pendapatan UMKM, kualitas keanggotaan, dan
pertambah-luasan relasi yang dimiliki. Penambahan relasi justru berasal dari
teman dan kerabat para pemilik UMKM tersebut dan SDM manajerial untuk
mengurus penjualan melalui aplikasi bisnis digital masih menjadi hambatan
utama mereka. Sebagian narasumber lainnya menyatakan bahwa mereka
membutuhkan pelatihan efektif dan optimal mengenai penguasaan aplikasi
bisnis digital oleh pemerintah maupun instansi lainnya.

4.2.5 Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman dalam


pengembangan digitalisasi UMKM

Dalam pengembangan digitalisasi UMKM, teori modal sosial Francis


Fukuyama dan Robert Putnam dapat digunakan untuk menganalisis kekuatan
(strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman
(threats) yang terkait dengan modal sosial.

Kekuatan (Strengths): Kekuatan pada sebuah UMKM digital yang


ditemukan pada beberapa narasumber salah satunya dapat berupa keunikan
seperti variasi menu dan nama yang berbeda dari yang lain dalam usaha
kulinernya, sehingga dapat menarik minat calon pembeli. Pemanfaatan
platform digital juga membantu konsumen untuk lebih mengenal usaha kuliner
dan jasa yang mereka tawarkan dan memperluas jangkauan pasar. Narasumber
juga menyatakan bahwa mereka melakukan promosi melalui WhatsApp dan
Google Bisnis, sehingga UMKM tersebut dapat terdaftar dan dicari melalui
Google Maps dan lebih dikenal oleh masyarakat dari luar daerah sekitar.
Dalam hal penjualan online, UMKM digital dapat menjangkau calon pembeli
dari luar kota dan mencakup kawasan yang lebih jauh. Meskipun harganya
relatif murah, UMKM digital tidak menjual modal dan mengambil dari ongkos
kirimnya.

Kelemahan (Weaknesses): Berdasarkan temuan lapangan, kelemahan


(weakness) yang dimiliki oleh beberapa UMKM digital di Kecamatan
Jatinangor adalah kurangnya keterlibatan dalam komunitas atau jaringan bisnis
digital, khususnya pada usaha-usaha atau bisnis-bisnis yang bertempat di
beberapa desa di luar pusat Kecamatan Jatinangor seperti Desa Cilayung,
Cileles, Cinta Mulya, Cisempur, Jatimukti, Jatiroke, dan Desa Mekargalih,
sehingga mereka dapat kehilangan peluang dan akses ke sumber daya yang
diperlukan untuk meningkatkan digitalisasi UMKM mereka. Selain itu,
beberapa UMKM di bidang kuliner mengatakan ketika pesanan yang masuk
lewat online membludak, UMKM terkait merasa keteteran dan terpaksa harus
menutup penjualan lewat aplikasi bisnis digitalnya dan fokus kepada
pelanggan yang datang secara langsung. Hal ini juga disebabkan oleh
kurangnya sumber daya manusia berupa karyawan dalam UMKM tersebut.
Kesulitan untuk menambah karyawan disebabkan oleh tempat usaha yang
terbatas dan omzet yang menyesuaikan gaji. Beberapa UMKM di bidang jasa
seperti laundry yang menyuarakan kesulitan serupa dalam mengembangkan
sistem antar jemput laundry, karena hanya dijalankan oleh satu orang. Oleh
karena itu, UMKM digital perlu meningkatkan keterlibatan dalam komunitas
atau jaringan bisnis digital untuk memperoleh peluang dan akses ke sumber
daya yang diperlukan. Selain itu, usaha-usaha atau bisnis-bisnis terkait digital
perlu mengembangkan sistem yang lebih efektif dan efisien untuk mengatasi
masalah yang dihadapi, seperti menambah karyawan dan mengembangkan
sistem antar jemput yang lebih baik.
Peluang (Opportunities): Dalam wawancara yang telah dilakukan,
terdapat beberapa peluang yang dimiliki oleh UMKM digital di Kecamatan
Jatinangor yang dapat diidentifikasi melalui analisis SWOT. Beberapa peluang
yang dapat diambil di antaranya adalah memiliki tempat yang strategis,
UMKM yang berdiri dan tersebar di sekitaran pusat Kecamatan Jatinangor
(Desa Cibeusi, Cikeruh, Cipacing, Hegarmanah, dan Desa Sayang) dipenuhi
oleh mahasiswa yang setidaknya berasal empat kampus atau perguruan tinggi
(IPDN Kampus Jatinangor, IKOPIN University, ITB Kampus Jatinangor, dan
Unpad Kampus Jatinangor), tempat tersebut memiliki peluang untuk menarik
banyak klien atau pelanggan dari kalangan mahasiswa yang membutuhkan
berbagai bentuk jasa dan usaha bidang lainnya seperti kuliner.

Ancaman (Threats): Terdapat risiko bahwa UMKM dengan akses


terbatas terhadap teknologi dan sumber daya digital dapat tertinggal dalam
persaingan. Ketimpangan digital ini dapat mengakibatkan kesenjangan digital
antara UMKM yang mampu beradaptasi dengan digitalisasi dan mereka yang
tidak. Hal ini peneliti temukan pada usaha-usaha atau bisnis-bisnis yang berdiri
di beberapa desa di luar pusat Kecamatan Jatinangor seperti Desa Cilayung,
Cileles, Cinta Mulya, Cisempur, Jatimukti, Jatiroke, dan Desa Mekargalih,
Beberapa hal yang dilihat sebagai ancaman oleh narasumber salah satunya
adalah UMKM jasa rental mobil berupa persaingan dari GoJek, Grab, dan
InDriver yang menawarkan harga yang lebih murah. Selain itu, InDriver juga
memungkinkan penawaran harga yang lebih rendah, sehingga menjadi
ancaman. Selama awal pandemi Covid-19, usaha mereka mengalami
penurunan karena rata-rata mobil rental yang digunakan masih dalam masa
cicilan dan memiliki asuransi. Bentuk ancaman serupa juga dialami oleh
UMKM dalam bidang jasa laundry yang datang dari pesaing, seperti laundry
yang sudah lebih dulu berdiri dan memiliki pelanggan tetap. Terlebih lagi,
keberadaan UMKM tersebut yang masih belum banyak diketahui oleh
mahasiswa turut menjadi ancaman.
Pemahaman tentang kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman ini
dapat membantu UMKM dalam merencanakan dan mengambil tindakan yang
tepat dalam mengembangkan digitalisasi mereka. Dalam hal ini, membangun
modal sosial yang kuat, memperkuat kepercayaan, serta aktif terlibat dalam
jaringan bisnis digital dapat menjadi strategi yang penting untuk
mengoptimalkan potensi digitalisasi UMKM.

Penelitian mengenai pemanfaatan modal sosial dan analisis SWOT


UMKM di Kecamatan Jatinangor dapat berkontribusi terhadap para pelaku
UMKM agar dapat meningkatkan pemahaman terkait manajerialisasi bisnis
digitalnya. Dengan begitu, UMKM-UMKM di kecamatan Jatinangor dapat
memaksimalkan keuntungan ekonomi dan mempertahankan ketahanan
bisnisnya yang akan memberikan kontribusi positif terhadap pembangunan
sosial, yaitu peningkatan taraf hidup masyarakat dan pelaku bisnis dari segi
sosial-ekonomi. Selanjutnya, para pemangku kepentingan juga dapat melihat
peluang untuk menanam modal, subsidi, atau investasi kepada UMKM-
UMKM lokal di Kecamatan Jatinangor untuk memaksimalkan keuntungan
ekonomi. Pemerintah pun dapat mendukung pertumbuhan dan ketahanan
UMKM di Kecamatan Jatinangor melalui pembuatan kebijakan publik yang
mampu meregulasi ekosistem digitalisasi UMKM mulai dari pemberian
insentif, pelatihan dan monitoring secara rutin sehingga katalisasi para pelaku
UMKM dapat tercapai.

Anda mungkin juga menyukai