05.peserta Didik Dan Pendidik Dalam Perspektif Islam

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 20

PESERTA DIDIK DAN PENDIDIK DALAM

PERPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM


Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok Mata
Kuliah Ilmu Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Dr.H.Saca Suhendi M.Ag

Disusun oleh :

Rafa Faruq Fadhillah 1222010138

Rai Aulia Rabani 1222010141

Resti Puspitasari 1222010146

Rifqi Hamdani 1222010152

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2023
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan
kekuatan dan keteguhan hati kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini.
Shalawat beserta salam semoga senantisa tercurah limpahkan kepada Nabi
Muhammas Saw. Yang menjadi tauadan para umat manusia yang merindukan
keindahan Syurga.
Kami menulis makalah ini bertujuan untuk memenuhi dan melengkapi tugas
yang di berikan Bapak/Ibu dosen mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam dengan judul
“Pendidik Dan Peserta Didik Dalam Prespektik Islam” .
Selain bertujuan memenuhi tugas, tujuan penulis selanjutnya adalah untuk
mengetahui latar belakang pendidik dan peserta didik Menurut UU RI No. 20 Tahun
2003 tentang sistem pendidikan Nasional pasal 1, pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan dirinya untuk memiliki kekuatan keagamaan
spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhalk mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Dalam penyelesaian makalah ini, kita banyak mengalami kesulitan,
terutama disebabkan kurangnya ilmu pengetahuan. Namun, berkat kerjasama dan
kesungguhan dalam menyelesaikan makalah ini, akhirnya dapat di selesaikan
dengan baik. Kami menyadari, sebagai seorang pelajar yang masih perlu belajar
dalam penulisan makalah, bahwa makalah ini masih jauh dari kara sempurna. Oleh
karena itu, kami sangat mengharap kritik dan saran yang positif demi terciptanya
makalah yang lebih baik lagi, serta berdaya guna dimasa yang akan datang.
Besar harapan, mudah-mudahan makalah yang sangat sederhana ini dapat
bermanfaat dan maslahat bagi semua orang.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ i


DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii
BAB 1 .......................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................................... 1
BAB II ......................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN......................................................................................................... 2
A. Pendidik ............................................................................................................ 2
1. Pengertian Pendidik dalam Perfektif Pendidikan Islam ................................ 2
2. Tugas Pendidik dalam Pendidikan Islam ....................................................... 4
3. Karakter Yang Harus Dimiliki Pendidik dalam Pendidikan Islam .............. 5
4. Hak dan Kewajiban Pendidik dalam Pendidikan Islam ................................ 5
B. PESERTA DIDIK ............................................................................................. 7
1. Pengertian Peserta Didik Dalam Persfektif Islam ......................................... 7
2. Karakteristik Yang Dimiliki Peserta Didik .................................................... 9
3. Akhlak dan Kewajiban Peserta Didik .......................................................... 10
BAB III ...................................................................................................................... 14
PENUTUP................................................................................................................. 14
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 14
B. Saran ................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 16

ii
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional pasal
1, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan dirinya
untuk memiliki kekuatan keagamaan spiritual, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan Negara.
Dari pengertian diatas dapat diartikan bahwa pendidikan dapat berlangsung jika
memenuhi unsur-unsur yang ada di dalamnya, salah satunya pendidik dan peserta
didik.
Pendidik dan peserta didik akan dijelaskan dalam makalah ini baik dalam
perspektif umum maupun perspektif pendidikan islam.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Pendidik dan Peserta didik dalam perspektif pendidikan Islam?
2. Bagaimana fitur pendidik dan peserta didik?
3. Bagaimana hak dan kewajiban pendidik dan peserta didik?

C. Tujuan
1. Mendekrifsikan Pendidik dan Peserta didik dalam Perspektik Pendidikan Islam
2. Mendekripsikan Karakteristik Pendidik dan Peserta didik
3. Mendekrifsikan Hak dan Kewajiban Pendidik Dan Peserta didik

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pendidik
1. Pengertian Pendidik dalam Perfektif Pendidikan Islam
Pendidik atau guru adalah sebagai satu sosok individu yang berada di
depan kelas dalam pengertian yang terbatas. Dalam arti luas adalah seorang yang
mempunyai tugas tanggung jawab untuk mendidik Peserta Didik dalam
mengembangkan kepribadiannya, baik berlangsung disekolah maupun di luar
sekolah. Menurut UU SPN 1989, guru termasuk tenaga kependidikan khususnya
tenaga Pendidik yang bertugas membimbing, mengajar dan melatih Peserta Didik.
Secara etimologi dalam konteks Pendidikan Islam, Pendidik disebut
dengan ustadz, mu’allim, murabbi, mursyid dan mudarris. Kelima kata itu,
mempunyai makna yang berbeda sesuai dengan konteks kalimat, walaupun dalam
situasi tertentu mempunyai kesamaan makna.
a. Ustadz adalah orang yang berkomitmen dengan profesionalitas, yang melekat
pada dirinya sikap dedikatif, komitmen terhadap mutu proses dan hasi kerja, serta
sikap continuousimprovement (berkelanjutan).
b. Mu’alim adalah orang yang menguasai ilmu dan mampu mengembangkan
sera menjelaskan fungsi dalam kehidupan, menjelaskan fdimensi teoritis
praktisnya, sekaligus melakukan transfer ilmu pengetahuan, internalisasi, serta
implementasi(amaliah).
c. Murabbi adalah orang yang mendidik dan menyiapkan Peserta Didik agar
mampu berkreasi serta mampu mengatur dan memelihara hasil kreasinya untuk
tidak menimbulkan malapetaka bagi dirinya, masyarakat, dan alam sekitarnya.
d. Mursyid adalah orang yang mampu menjadi model atau sentral identifikasi
diri atau menjadi pusat anautan, teladan, dan konsultan bagi Peserta Didik.
e. Mudarris adalah orang yang mampu menyiapkan Peserta Didik untuk
bertanggung jawab dalam membangun peradapan yang berkualitas di masa
depan.
Dalam terminologi Pendidikan modern, para Pendidik disebut orang yang
memberikan pelajaran kepada anak didik dengan memegang satu disiplin ilmu
sekolah.

2
Secara umum Pendidik adalah orang yang memiliki tanggung jawab untuk
mendidik. Sementara secara khusus, Pendidik dalam perspektif Pendidikan Islam
adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan Peserta Didik
dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi Peserta Didik, baik potensi
afektif, kognitif, maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran agama
Islam.
Secara terminologi para pakar menggunakan rumusan yang berbeda tentang
Pendidik.
a. Zakiah Daradjat, berpendapat bahwa Pendidik adalah individu yang akan
memenuhi kebutuhan pengetahuan, sikap dan tingkah laku Peserta Didik.
b. Marimba, beliau mengartikan sebagai orang yang memikul
pertanggungjawaban sebagai Pendidik, yaitu manusia dewasa yang karena hak dan
kewajibannya bertanggung jawab tentang Pendidikan Peserta Didik.
c. Ahmad Tasir, mengatakan bahwa Pendidik dalam Islam sama dengan teori
di Barat, yaitu siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan Peserta
Didik.
Islam mengajarkan bahwa Pendidik pertama dan yang utama paling
bertanggung jawab terhadap perkembangan jasmani dan rohani Peserta Didik
adalah kedua orang tua. Islam memerintahkan kedua orangtua untuk mendidik diri
dan keluarganya, terutama anak-anaknya, agar mereka terhindar dari adzab yang
pedih. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT.

َ ‫ُم و‬ ‫َنف‬ َُّ ٓ


ۡ‫ُم‬
‫ِيك‬‫هل‬ۡ‫َأ‬ ۡ‫ُسَك‬ ‫وا أ‬ ُٓ‫ُوا ق‬ َ‫ءا‬
‫من‬ َ َ‫ِين‬ َّ ‫َا‬
‫ٱلذ‬ ‫يه‬ ‫يأ‬َ
‫َة‬‫ِك‬
‫لئ‬ٓ
َ‫م‬َ ‫َا‬‫ۡه‬
‫لي‬ََ
‫ة ع‬َُ‫َار‬ َۡ
‫ٱلحِج‬ ‫َّاسُ و‬
‫َا ٱلن‬ ‫ده‬ ُ‫ُو‬‫َق‬
‫را و‬ َ
ٗ‫نا‬
‫ما‬ َ ُ
َ ‫ون‬ ‫َل‬‫فع‬
ۡ‫ي‬ََ
‫ۡ و‬‫هم‬َُ
‫مر‬ََ
‫ٓ أ‬ ‫ما‬ َّ َ
َ َ‫ٱّلل‬ ‫ُون‬‫ۡص‬
‫يع‬ َّ ‫داد‬
َ ‫ّل‬ َِ َ‫غ‬
‫َِلظ ش‬
َ ُ
٦ ‫ون‬ َ‫ؤ‬
‫مر‬ ۡ‫ي‬ُ
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan”. (Q.S At Tahrim: 6)

3
Sekarang timbul persoalan, disebabkan oleh berbagai macam jenis
pekerjaan yang dilakukan oleh orang tua Peserta Didik yang menyebabkan orang
tua jarang berada di rumah. Keadaan yang demikian dapat menjadi salah satu
penyebab orang tua tidak dapat melakukan tugasnya menjadi seorang Pendidik,
maka dari itu alangkah baiknya kalau kedua orang tua tidak sama-sama bekerja,
mungkin hanya suami yang kerja, istri hanya berada di rumah mengawasi dan
mendidik anak. Karena kedua orang tua harus mencari nafkah untuk memenuhi
seluruh kebutuhan, maka orang tua kemudian menyerahkan anaknya kepada
Pendidik di sekolah untuk didik.
2. Tugas Pendidik dalam Pendidikan Islam
Secara umum tugas Pendidik adalah mendidik. Disamping itu Pendidik
juga bertugas sebagai motivator dan fasilitator dalam proses belajar mengajar,
sehingga seluruh potensi Peserta Didikdapat teraktualisasi secara baik dan dinamis.
Sebagai “warasat al-anbiya”, yang pada hakikatnya mengemban misi
rahmatal li al-alamin, yakni suatu misi yang mengajak manusia untuk tunduk dan
patuh pada hukum-hukum Allah, guna memperoleh keselamatan dunia akhirat.
Kemudian misi ini dikembangkan kepada pembentukan kepribadian yang berjiwa
tauhid, kreatif, beramal shaleh dan bermoral tinggi.
Menurut ulama seperti Imam Ghazali, mengemukakan bahwa tugas
Pendidik yang utama adalah menyempurnakan, membersikan, mensucikan, serta
membawa hati manusia untuk taqarrub ila Allah. Para Pendidik hendaknya
mengarahkan para Peserta Didik untuk mengenal Allah SWT lebih dekat lagi
melalui seluruh ciptaanNya. Para Pendidik dituntut untuk dapat mensucikan jiwa
Peserta Didiknya. Hanya melalui jiwa-jiwa yang suci manusia akan dapat dengan
Khaliq-Nya. Berdasarkan konsep tersebut, An-Nahlawi menyimpulkan bahwa
selain bertugas mengalihkan berbagai pengetahuan dan keterampilan kepada
Peserta Didik, tugas utama yang harus dilakukan Pendidik adalah tadzkiyat an-
nafs yaitu mengembangkan, membersikan, mengangkat jiwa Peserta Didik kepada
Khaliq-Nya, menjauhkannya dari kejahatan dan menjaganya agar tetap
kepada fitrah-Nya.

4
Secara khusus Tugas Pendidik dalam Islam adalah:
a) Sebagai pengajar (intruksional) yang bertugas merencanakan program
pengajaran dan melaksanakan program yang telah disusun, dan penilaian setelah
progra itu dilaksanakan.
b) Sebagai pendidik (edukator) yang mengarahkan peserta didik pada tingkat
kedewasaan yang berkepribadian Islam, seiring dengan tujuan Allah menciptakan
manusia.
c) Sebagai pemimpin (managerial), yang memimpin dan mengendalikan diri
sendiri, peserta didik dan masyarakat yang terkait. Menyangkut upaya pengarahan,
pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan, partisipasi atas program yang
dilakukan itu.

3. Karakter Yang Harus Dimiliki Pendidik dalam Pendidikan Islam


Sifat-sifat (karakter) yang melekat pada seorang Pendidik, setidaknya ada
enam hal. Yaitu sebagai berikut.
a. Zuhud, tidak mengutamakan materi dan mengajar karena mencari keridhoan
Allah semata.
b. Kebersihan Guru. Menjaga kebersihan diri, baik luar (fisik) maupun bathin
(emosi dan pikiran).
c. Ikhlas dan jujur dalam pekerjaan.
d. Pemaaf.
e. Harus mengetahui tabi’at (karakter) Peserta Didik.
f. Harus menguasai mata pelajaran (Profesional).

4. Hak dan Kewajiban Pendidik dalam Pendidikan Islam


a) Hak Pendidik
Karena Pendidik adalah merupakan profesi, tentu mereka berhak untuk
mendapatkan kesejahteraan dalam kehidupan ekonomi, berupa gaji atau honor.
Karna akad ijarah (sewa tenaga) yang dilakukan Pendidik pada lembaga
pendidikan atau pada negara.
b) Kewajiban Pendidik

5
Menurut Imam Ghazali beberapa kewajiban Pendidik yang harus
diperhatikan yakni:
1) Harus menaruh rasa kasih sayang terhadap Peserta Didik memperlakukan
mereka seperti perlakuan anak kita sendiri. Oleh karena itu seorang Pendidik harus
melayani Peserta Didik seperti melayani anaknya sendiri.
2) Tidak mengharapkan balasan jasa ataupun ucapan terima kasih, tetapi
bermaksud mengajar itu mencari keridhaan Allah dan mendekatkan diri kepada-
Nya.
3) Memberikan nasihat kepada Peserta Didik pada tiap kesempatan, bahkan
gunakan setiap kesempatan untuk menasehatinya.
4) Mencegah Peserta Didik dari segala sesuatu akhlak yang tidak baik dengan
jalan sindiran jika mungkin dan jangan dengan cara terus terang, dengan cara halus
dan jangan dengan jalan mencela. Al-Ghazali menganjurkan pencegahan itu
dengan isyarat atau sindiran, jangan dengan terus terang sekiranya terjadipada
Peserta Didik itu sesuatu yang merupakan akhlak yang kurang baik.
5) Supaya diperhatikan tingkat akal pikiran anak-anak dan berbicara dengan
mereka menurut kadar akalnya dan jangan disampaikan sesuatu yang melebihi
tingkat daya tangkapnya, agar ia tidak lari dari pelajaran, ringkasnya bicara dengan
bahasa mereka. Ini adalah prinsip tebaik yang kini tengah dipakai.
6) Jangan ditimbulkan rasa benci pada diri Peserta Didik mengenai suatu cabang
ilmu tersebut, tetapi sebaiknya dibukakan jalan bagi mereka untuk belajar cabang
ilmu tersebut. Artinya Peserta Didik jangan terlalu fanatik terhadap jurusan
pelajaannya saja.
7) Sebaiknya kepada Peserta Didik yang masih dibawah umur, diberikan
pelajaran yang jelas dan pantas buat dia dan tidak perlu disebutkan kepadanya akan
rahasia-rahasia yang terkandung dari sesuatu itu, hingga tidak menajdi dingin
kemampuan dan gelisa fikirannya.
8) Pendidik harus mengamalkan ilmunya dan jangan berlain kata dengan
perbuatannya.
‫ُون‬
َ ‫ۡل‬
‫تت‬َ ‫م‬
ُۡ‫َنت‬
‫َأ‬ ُۡ
‫م و‬ ‫َنف‬
‫ُسَك‬ ‫َ أ‬ ََ
‫تنسَو‬
‫ۡن‬ ‫ِ و‬
‫ِر‬‫ِٱلب‬ ‫َ ٱلن‬
ۡ ‫َّاسَ ب‬ ‫ُون‬ ُ‫أ‬
‫مر‬ ََ
ۡ‫ت‬ ‫۞أ‬
َ‫ُو‬
٤٤ ‫ن‬ ‫ِل‬
‫ۡق‬‫تع‬ ‫َف‬
َ ‫َََل‬ ‫َب‬
‫َ أ‬ ‫ِت‬ ۡ
‫ٱلك‬

6
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang kamu
melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)?
Maka tidaklah kamu berpikir.” (Q.S. al-Baqarah: 44)
Dalam surat yang lain di dalam Al Qur’an. “Amat besar kebencian di sisi Allah
bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (Q.S. Ash-Shaf: 3).

B. PESERTA DIDIK
1. Pengertian Peserta Didik Dalam Persfektif Islam
Jika bersandar pada konsep pendidikan sepanjang masa (seumur hidup),
maka dalam arti luas yang disebut dengan Peserta Didik adalah siapa saja yang
berusaha untuk melibatkan diri sebagai Peserta Didik dalam kegiatan Pendidikan,
sehingga tumbuh dan berkembang potensinya, baik yang berstatus sebagai anak
yang belum dewasa, maupun orang yang sudah dewasa.
Dalam bahasa Arab, setidaknya ada tiga (3) istilah yang menunjukkan
makna peserta didik, yaitu murid, al-tilmīdz, dan al-thālib.
a. Murid berasal dari kata ‘arada, yuridu, iradatan, muridan yang berarti orang
yang menginginkan (the willer). Pengertian ini menunjukkan bahwa seorang
peserta didik adalah orang yang menghendaki agar mendapatkan ilmu pengetahuan,
keterampilan, pengalaman, dan kepribadian yang baik untuk bekal hidupnya agar
berbahagia di dunia dan akhirat dengan jalan belajar yang sungguh-sungguh.
b. Al-tilmidz tidak memiliki akar kata dan berarti pelajar. Kata ini digunakan
untuk menunjuk kepada peserta didik yang belajar di madrasah.
c. Al-thalib berasal dari thalaba, yathlubu, thalaban, thālibun, yang berarti
orang yang mencari sesuatu. Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik adalah orang
yang mencari ilmu pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan dan pembentukan
kepribadiannya untuk bekal masa depannya agar bahagia dunia dan akhirat.
Dalam penggunaan ketiga istilah tersebut biasanya dibedakan berdasarkan
tingkatan peserta didik. Murid untuk sekolah dasar, al-tilmīdz untuk sekolah
menengah, dan al-thālib untuk perguruan tinggi. Namun, menurut Abuddin Nata,
istilah yang lebih umum untuk menyebut peserta didik adalah al-muta’allim.
Istilah yang terakhir ini mencakup makna semua orang yang menuntut ilmu pada
semua tingkatan, mulai dari tingkat dasar sampai dengan perguruan tinggi.

7
Dalam perspektif pendidikan Islam, Peserta Didik merupakan subjek dan
objek. Oleh karena itu proses kependidikan tidak akan terlaksana tanpa keterlibatan
pesera didik, di dalamnya. Ia adalah orang yang belajar untuk menemukan ilmu.
Karena dalam Islam diyakini ilmu hanya berasal dari Allah, maka seorang peserta
didik harus berupaya untuk mendekatkan dirinya kepada Allah dengan senantiasa
mensucikan dirinya dan taat kepada perintah- Nya.
Namun untuk memperoleh ilmu yang berasal dari Allah tersebut, seorang
peserta didik harus belajar pada orang yang telah diberi ilmu, yaitu guru atau
Pendidik. Karena Peserta Didik memiliki hubungan dengan ilmu dalam rangka
upaya untuk memiliki ilmu, maka seorang peserta didik mesti berakhlak kepada
gurunya. Akhlak tersebut tentunya tetap mengacu kepada nilai-nilai yang
terkandung di dalam al-Qur’an dan hadis.
Sebagaimana Hadis Nabi ‫ﷺ‬, yang artinya, “tidaklah seseorang yang
dilahirkan melainkan menurut fitrahnya, maka kedua orang tuanyalah yang me-
Yahudikannya atau me-Nasranikannya atau me-Majusikannya.” (HR. Bukhari).
Disamping itu dalam Al-Qur’an. “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu
dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (QS.an-Nahl: 78)
Dalam perspektif Islam, anak didik sejak lahir sudah dianjurkan untuk
dirangsang dengan suara-suara, seperti suara adzan, iqamah, suara bacaan ayat-
ayat suci Al-Qur’an, lagu-lagu Islami dan lain sebagainya. Hal ini disebabkan
karena manusia pada masa masih berada diperut ibunya telah mengadakan
perjanjian dengan Allah SWT (Q.S Al-A’raf: 172), dan untuk mengeluarkan nilai-
nilai keTuhan-an tersebut perlu dirangsang atau dipancing dengan suara-suara
spiritual.
Disamping itu juga orang tua perlu memberikan nama dan sebutan yang
baik kepada anak tersebut, memberi makanan dan minuman yang baik dan halal
(QS. Al-Baqarah: 168), terutama dengan air susu murni dari ibunya sampai umur
dua tahun, sebagaimana dijelaskan dalam Q.S Al-Baqarah: 233.
Kemudian pada masa anak mulai kelihatan tumbuh potensi biologis,
psikologis, paedagogis-nya, kira-kira umur 2-12 tahun peran pendidikan sudah

8
mulai diperlukan melalui kegiatan bimbingan, pelatihan, pembinaan, pengajaran
dari orang lain yang lebih dewasa (orang tua atau Pendidik).
Pendidikan disesuaikan dengan kemampuan, bakat, dan minat anak (QS.
Al-Kahfi: 29, QS. al-Rum: 30, QS. Hud: 39). Pada masa ini anak sudah mulai
memasuki wilayah pendidikan di luar institusi keluarga, seperti masuk pendidikan
di tingkat usia dini 2-4 tahun (play group/PAUD) dan pada 4-6 tahun (taman kanak-
kanak), Pendidikan sekolah dasar (SD) umur 6-12 tahun. Pada masa ini kegiatan
Pendidikan diarahkan untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan melalui pemberian
contoh berprilaku positif kepada anak.
Pada masa ini anak sudah mulai menfungsikan daya intelektualitas dan
tumbuh kesadarannya sehingga mampu membedakan antara yang baik dan buruk,
yang salah dan benar. Dalam perspektif Pendidikan Islam anak pada usia ini sudah
dianjurkan oleh Nabi. Ia diperintah melaksanakan shalat dan dipukul apabila tidak
mau melaksanakannya, sebagaimana dijelaskan dalam sebuah Hadis yang
artinya, “Perintahlah anak-anak kalian melaksanakan shalat ketika ia berusia
tujuh tahun, dan pukullah ia ketika tidak mau melaksanakannya.” (HR. Ahmad,
Abu Daud dan Hakim).
Oleh karena itu model Pendidikan yang perlu diberikan adalah diarahkan
kepada tiga ranah Pendidikan, yakni pelatihan intelektual (aspek kognitif)
pembinaan moral atau akhlak atau pembiasaan dan ketaatan untuk menjalankan
nilai-nilai ajaran agama Islam (aspek afektif) dan semangat bekerja atau amal
shaleh (aspek psikomotorik).
2. Karakteristik Yang Dimiliki Peserta Didik
Peserta Didik memiliki karakteristik yang ada dalam dirinya, sehingga perlu
untuk diketahui yaitu:
a. Belum memiliki pribadi dewasa secara moral. Sehingga masih menjadi
tanggung jawab Pendidik (guru) untuk membimbingnya.
b. Masih menyempurnakan aspek tertentu dari kedewasaannya, sehingga masih
menjadi tanggung jawab Pendidik.
c. Memiliki sifat-sifat dasar manusia yang sedang berkembang secara terpadu,
yaitu kebutuhan jasmani (fisik) dan rohani (non-fisiknya).

9
Rasyidin dan Nizar juga memberikan penjelasan, bahwa Peserta Didik atau
anak didik memiliki karakteristik yang antara lain:
a. Peserta Didik bukan merupakan miniatur orang dewasa akan tetapi memilki
dunianya sendiri. Hal ini sangat penting untuk dipahami agar perlakuan terhadap
mereka dalam proses belajar mengajar tidak disamakan dengan Pendidikan dewasa,
baik dalam aspek metode, materi, sumber bahan dan lain sebagainya.
b. Peserta Didik adalah manusia yang memiliki deferensiasi (perbedaan)
periodisasi perkembangan dan pertumbuhan. Pemahaman ini cukup perlu untuk
diketahui agar aktivitas kePendidikan Islam disesuaikan dengan tingkat
pertumbuhan dan perkembangan yang pada umumnya dilalui oleh setiap Peserta
Didik.
c. Peserta Didik adalah manusia yang memiliki kebutuhan, baik yang
menyangkut kebutuhan jasmani maupun rohani yang harus dipenuhi.
d. Peserta Didik adalah makhluk yang memiliki perbedaan individual, baik yang
disebabkan oleh faktor pembawaan maupun lingkungan dimana ia berada.
e. Peserta Didik merupakan resultan (gabungan) dari dua unsur utama, yaitu
jasmani dan rohani. Unsur jasmani memiliki daya fisik yang menghendaki latihan
dan pembiasaan yang dilakukan memiliki dua daya, yaitu daya akal dan daya rasa.
Untuk mempertajam daya akal, maka proses Pendidikan hendaknya diarahkan
untuk mengasah daya intelektualnya melalui ilmu-ilmu rasional. Adapun untuk
mempertajam daya rasa dapat dilakukan melalui Pendidikan akhlak dan ibadah.
f. Peserta Didik adalah manusia yang memiliki potensi (fitrah) yang dapat
dikembangkan secara dinamis.
3. Akhlak dan Kewajiban Peserta Didik
Asma Hasan Fahmi menyebutkan empat akhlak yang harus dimiliki anak
didik, yaitu:
a. Seorang anak didik harus membersihkan hatinya dari kotoran dan penyakit
jiwa sebelum ia menuntut ilmu, karena belajar adalah merupakan ibadah yang tidak
sah dilakukan kecuali dengan hati yang bersih. Kebersihan hati tersebut dapat
dilakukan dengan menjauhkan diri dari sifat-sifat tercela, seperti dengki,
menghasut, takabur, menipu, berbangga-bangga, dan memuji diri sendiri yang

10
selanjutnya diikuti dengan menghiasi diri dengan akhlak yang mulia seperti
bersikap benar, taqwa, ikhlas, zuhud, dan lainnya.
b. Seorang anak didik harus mempunyai tujuan menuntut ilmu dalam rangka
menghiasi jiwa dengan sifat keimanan, mendekatkan diri kepada Allah, dan bukan
mencari kemegahan dan kedudukan.
c. Seorang pelajar harus tabah dalam memperoleh ilmu pengetahuan dan
bersedia pergi merantau. Selanjutnya apabila ia menghendaki pergi jauh untuk
memperoleh seorang guru, maka ia tidak boleh ragu-ragu untuk itu. Demikian pula
ia dinasehatkan agar tidak sering berganti guru. Jika keadaan menghendaki
sebaiknya ia dapat menanti sampai dua bulan sebelum berganti guru.
d. Seorang anak Peserta Didik wajib menghormati guru dan senantiasa
memperoleh kerelaan dari guru, dengan mempergunakan bermacam-macam cara.

Dalam buku lain (dasar-dasar pokok Pendidikan Islam, Dr. Moh. Athiyah:
1970) juga menambahkan antara lain;
a. Hendaklah ia menghormati guru dan memuliakannya serta
mengagungkannya karena Allah, dan berdaya upaya pula menyenangkan hati guru
dengan cara yang baik.
b. Jangan merepotkan guru dengan banyak pertanyaan, janganlah meletihkan
guru untuk menjawab, jangan berjalan dihadapannya, jangan duduk ditempat
duduknya, dan jangan mulai bicara kecuali setelah mendapat izin dari guru.
c. Jangan membukakan rahasia kepada guru, jangan pula minta pada guru
membukakan rahasia, diterima pernyataan maaf dari guru apabila terselip lidah.
d. Bersungguh-sungguh dan tekun belajar, bersungguh-sungguh untuk
memperoleh pengetahuan, dengan terlebih dahulu mencari ilmu yang lebih penting.
e. Jiwa saling mencintai dan persaudaraan haruslah menyinari pergaulan antara
siswa sehingga seperti saudara kandung.
f. Siswa harus terlebih dahulu memberi salam kepada gurunya, mengurangi
percakapan dihadapan guru, jangan mengatakan kepada guru “si anu bilang begini,
lain dari yang bapak katakan”.

11
g. Hendaklah siswa itu tekun belajar, mengulangi pelajarannya diwaktu senja
dan menjelang subuh. Waktu antara isya’ dan makan sahur itu adalah waktu yang
penuh berkah.
h. Bertekad untuk belajar hingga akhir umur, jangan merendakan suatu cabang
ilmu, tetapi hendaklah menganggapnya bahwa setiap ilmu ada faedahnya, jangan
meniru-niru yang didengarnya dari orang-orang yang terdahulu yang mengkritik
dan merendahkan sebagaian ilmu seperti ilmu mantiq dan filsafat.

Dalam hubungan dengan akhlak seorang anak Peserta Didik, khususnya


dengan penghormatan terhadap guru, dijelaskan lebih lanjut oleh Ali bin Abi Thalib
sebagai berikut:
a. Sebagian dari hak guru itu janganlah seorang Peserta Didik banyak bertanya
kepadanya,
b. Jangan pula memaksa untuk menjawab berbagai pertanyaan yang diajukan
kepadanya.
c. Peserta Didik jangan pula banyak meminta sesuatu pada saat guru sedang letih,
d. Jangan menarik kainnya jika ia sedang bergerak,
e. Jangan membuka rahasianya,
f. Jangan mencela orang didepannya,
g. Jangan membuat ia jatuh atau terhina di depan orang lain,
h. Kalau guru itu salah maka dimaafkan.
i. Seorang Peserta Didik wajib menghormati dan memuliakannya, selama guru itu
tidak melanggar larangan Allah dan melalaikan perintahnya.
j. Peserta Didik jangan pula duduk di depannya, dan jika ia membutuhkan sesuatu
maka segeralah berlomba-lomba untuk membantunya.
Selain itu, seorang anak didik harus mempelajari ilmu yang berhubungan
dengan pemeliharaan hati, seperti bertawakkal, mendekatkan diri kepada Allah,
memohon ampunannya, takut, dan mencari keridlaannya, karena semua itu
diperlukan bagi tingkah laku kehidupan sehari-hari dan bagi kemuliaan seorang
alim.
Dengan ilmu yang demikian itu, seseorang menjadi mulia, sebagaimana
nabi Adam as. yang dihormati para malaikat. Para malaikat disuruh sujud kepada

12
nabi Adam, karena ia memiliki ilmu yang mulia. Hal ini sejalan dengan pendapat
Muhammad bin al-Hasan ibn Abdullah dalam sya’ir nya yang artinya:
‫َان‬
‫ُنو‬
‫َع‬‫َضل و‬
‫َ ف‬
‫ِ و‬
‫ِه‬ ‫ُ ّل‬
‫ِهل‬ ‫َين‬
‫َ ز‬ ‫َ الع‬
‫ِلم‬ ‫َا‬
‫ِن‬ ‫َّم ف‬
‫َل‬ َ
‫تع‬
‫ِد‬
ِ ‫َح‬
‫َام‬ ‫ُل الم‬
‫لك‬ِ
“Belajarlah kamu, karena ilmu adalah hiasan bagi orang yang memiliki-
nya, keutamaan dan pertolongan bagi derajat yang terpuji. Dan jadikanlah sehari-
hari yang dilalui sebagai kesempatan untuk menambah ilmu, dan berjuanglah
dalam meraih segenap keluhuran ilmu.”
Sejalan dengan itu seorang pelajar harus memelihara akhlak yang mulia,
dan menjauhi akhlak yang buruk seperti kikir, pengecut, sombong dan tergesa-gesa.
Sebaliknya ia harus bersikap tawadlu’, memelihara diri, dan menjauhi dari berbuat
mubazzir dan terlampau kikir, karena sombong, kikir, pengecut, dalam berlebih-
lebihan adalah haram., dan tidak mungkin menjauhinya kecuali dengan
mempelajarinya dan mengetahui ilmu yang sebaliknya.
Hal lain yang dilakukan oleh anak didik adalah berniat dalam menunutut
ilmu, karena niat itu adalah dasar bagi bagi setiap amal perbutan.
Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah ‫ﷺ‬.
ِ‫ِىَات‬ ‫ُ ب‬
‫ِالن‬ ‫َل‬‫َّلَعم‬ َ‫ا‬
‫ِنما‬
“Bahwasannya amal perbutan itu harus dengan niat”.

Berdasarkan hadits diatas, al-Zarnujiy menyarankan agar seorang pelajar


dalam menuntut ilmunya berniat untuk mencari keridlaan Allah dan kebahagiaan
hidup diakhirat, menghilangkan kebodohan, mennghidupkan agama Islam, karena
kelangsungan hidup agama hanya dengan ilmu, dan tidak benar seorang zuhud dan
takwa tanpa disertai dengan ilmu

13
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidik dalam perspektif pendidikan islam adalah orang yang bertanggung
jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan mengupayakan
perkembangan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif, kognitif, maupun
psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran agama islam.
Dalam perspektif pendidikan islam peserta didik merupakan subjek dan
objek. Oleh karena itu proses kependidikan tidak akan terlaksana tanpa keterlibatan
pesera didik, di dalamnya. Dalam paradikma pendidikan islam, peserta didik
merupakan orang yang belum dewasa yang memiliki sejumlah potensi
(kemampuan) dasar yang masih perlu dikembangkan.
Kewajiban Pendidik:
1. Harus menaruh rasa kasih sayang terhadap murid memperlakukan mereka
seperti perlakuan anak kita sendiri. Rasulullah saw pernah:
“Sejujurnya saya bagi Anda adalah ibarat bapak dengan anak.” Oleh karena itu
seorang pendidik harus melayani murid seperti melayani anaknya sendiri.
2. Tidak mengharapkan balasan jasa ataupun ucapan terima kasih, tetapi
bermaksud mengajar itu memohon keridhaan Allah dan mendekatkan diri
kepada-Nya.
3. Memberikan nasehat kepada murid pada setiap kesempatan, bahkan
gunakan setiap kesementaraan untuk menasehatinya.
4. Mencegah murid dari segala sesuatu akhlah yang tidak baik dengan jalan
sindiran jika mungkin dan jangan dengan cara terus terang, dengan cara
halus dan jangan dengan jalan mencela. Al-Ghazali
menyarankan pencegahan itu dengan isyarat atau sindiran, jangan dengan
terus terang sekiranya terjadi pada murid itu sesuatu yang merupakan
akhlak yang kurang baik.

14
5. Supaya diperhatikan tingkat akal pikiran anak-anak dan berbicara dengan
mereka menurut kadar akalnya dan jangan menyampaikan sesuatu yang
melebihi tingkat daya tangkapnya, agar ia tidak lari dari pelajaran,
ringkasnya bicara dengan bahasa mereka. Ini adalah prinsip terbaik yang
kini tengah dipakai.
6. Jangan timbulkan rasa benci pada diri murid mengenai suatu cabang ilmu
tersebut, tetapi sebaiknya dibukakan jalan bagi mereka untuk mempelajari
cabang ilmu tersebut. Artinya murid jangan terlalu fanatik terhadap jurusan
pelajaannya saja.
7. Apalagi kepada murid yang masih dibawah umur, diberikan pelajaran yang
jelas dan pantas buat dia dan tidak perlu disebutkan dia akan rahasia-rahasia
yang terkandung dari sesuatu itu, hingga tidak menajdi dingin kemampuan
dan gelisa pemikirannya.
8. Sang guru harus mengamalkan ilmunya dan jangan berlainan kata dengan
perbuatannya.
Karakteristik Peserta didik:
1. Belum memiliki susila dewasa sehingga masih menjadi tanggung jawab
pendidik (guru)
2. Masih menyempurnakan aspek tertentu dari kedewasaannya, sehingga tetap
menjadi tanggung jawab pendidik.
3. Memiliki sifat-sifat dasar manusia yang sedang berkembang secara terpadu,
yaitu kebutuhan jasmani (fisik) dan rohani (non fisiknya).
B. Saran
Membangkitkan kembali esensi pendidikan dalam proses pendidikan, yaitu
dengan tidak hanya menekankan unsur pengajaran yang identik dengan proses
penambahan ilmu pengetahuan tanpa disertai dengan upaya pembentukan akhlak
yang paripurna. Ini bisa terwujud jika pendidikan dan pengajaran dilakukan secara
seimbang dan berkesinambungan.

Membangun kesadaran pentingnya menjalin kerjasama yang terpadu antara


orang tua, guru dan masyarakat sebagai pendidik sejati yang bertanggung jawab

15
secara penuh atas berhasil atau tidaknya anak didik dalam mencapai tujuan
pendidikan Islam.

DAFTAR PUSTAKA
al-Abrasyi, Mohd. Athiyad, 1987, Dasar-dasr pokok Prndidikan
Islam,Jakarta: Bulan Bintang,
Athiyah, Mohammad. 1970. Dasar- Dasar Pokok Pendidikan Islam.
Hasan, M. Ali dan Mukti Ali, 2003, Kapita Selekta Pendidikan Agama
Islam,Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, hal: 81.
Lunggung, Hasan, 1988, Pendidikan Islam Menghadapi Abad ke-21, Jakarta:
Pustaka al-Husna,
Nata, Abuddin, 1997, Filsafat Pendidikan islam , Jakarta: Logos Wacana
Ilmu
Nizar, Samsul, 2002, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan historis teoritis
dan praktis, Jakarta: Ciputat Pres,
Tafsir, Ahmad, 1992, Ilmu Pendidikan dalam perspektif Islam, Bandung:
Rosdakarya,
, 2006, Filsafat Pendidikan Islam: Integrasi jasmani, rohani dan qolbu
memanusiakan manusia, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
Yasin, Fatah, 2008, Dimensi-dimensi Pendidikan islam, Malang: Uin-
malang press.
UU No. 20 Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003. Diambil dari
sumber: https://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wp-
content/uploads/2016/08/UU_no_20_th_2003.pdf, diakses pada 21 Maret 2019.
Ilmu Dasar Islam. Pendidik Dan Peserta Didik Dalam Perspektif Islam.
Diambil dari sumber: http://www.bk-uhamka.blogspot.com/2013/01/pendidik-dan-
peserta-didik-dalam_24.html, diakses pada 21 Maret 2019.

16
17

Anda mungkin juga menyukai