PROPOSAL LILIS Revisi 9 New
PROPOSAL LILIS Revisi 9 New
PROPOSAL LILIS Revisi 9 New
PROPOSAL PENELITIAN
LILIS HULUMUDI
NIM: C01418090
1
9. Pembimbing IIyang telah banyak membantu dan memberikan bimbingan,
serta masukan dalam menyelesaikan proposalini, Ns, Abdul Wahab
Pakaya, S.Kep, MM, M.Kep
10. Staf penunjang akademik khususnya Program Studi S1 Keperawatan
yang telah membantu penulis selama perkuliahan.
11. Seluruh staf pegawai administrasi di lingkungan Fakultas Ilmu Kesehatan
yang lebih khusus lagi pada Jurusan Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Gorontalo yang telah banyak membantu dalam
penyelesaian studi.
12. Teman seperjuangan S1 KeperawatanAngkatan 2018 dengan penuh
keikhlasan membantu penulis, kebersamaan kita selama menempuh hari-
hari perkuliahan semoga tetap berjalan indah sebagai kenangan abadi
selamanya.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang disebabkan oleh
keterbatasan pengetahuan, wawasan dan kemampuan penulis.Oleh karena itu,
penulis sangat menghargai masukan guna penyempurnaan dalam penulisan
proposalini.Semoga tulisan ini bermanfaat bagi para pengambilan keputusan.
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
1
nyaman bagi pasien untuk beribadah danmengusahakan kemudahan seperti
mendatangkan pemuka agama sesuai dengan yangdiyakini pasien
belumsepenuhnya diterapkan di rumah sakit, dan kebanyakanperawat
memperhatikan kondisi fisik saja(Zulfita et al., 2020).
Masalah Spiritual dengan kepuasan pasien hal yang mutlak harusdipenuhi
oleh setiap penyelenggara pelayanan kesehatan atau rumah
sakit.Karenakepuasan pasien merupakan perasaan seseorang atau masyarakat
setelahmembandingkan hasil yang dirasakan dengan harapannya. Pasien akan
merasapuas apabila hasil yang dirasakannya melebihi dari harapannya, apabila
tidakterpenuhi sesuai harapannya akan timbul perasaan kecewa atau
ketidakpuasanapabila hasil yang dirasakannya tidak sesuai dengan harapannya
sendiri (N. Fitriyah, 2016).
Dampaknyaterdapat 70% perawat jarangmenanyakandan mengurusi
masalah psikis dan spiritual pasien dan hanya berfokuspada kondisi fisik saja,
tetapi dengan alasan bahwa pemenuhan kebutuhan spiritualpasien bukan
menjadi tugasnya, tetapi tanggung jawab pemuka agama.Penelitian itu juga
menemukan fenomena yang menarik dari pasien-pasien dewasayang sedang
rawat inap.Masih banyak ekspresi spiritual pasien dengan penyakit akut
maupunkronis sangat beragam, mulai dari kondisi pasien yang pasrah dan
menerima takdirpenyakitnya sampai dengan kondisi menggugat Allah SWT
melalui ekspresikemarahan dan menolak pengobatan maupun perawatan yang
diberikan,ketidaktahuan maupun ketidakmampuan pasien dalam melaksanakan
ibadahpraktis yang diyakininya, sementara dukungan spiritual dari perawat
menurutpengakuan pasien tersebut tidak mereka dapatkan(Syaifudin et al.,
2020).
Pada penelitian Ilhamsyah, Elly, danVeni (2013) tentang “Hubungan
pelaksanaankeperawatan spiritual dengan kepuasanspiritual pasien di ruang
rawat inap RumahSakit Ibnu Sina Makassar” yaitu terdapathubungan antara
pelaksanaan keperawatanspiritual dengan kepuasan spiritual. Berbedadari hasil
penelitian Silfia (2015) secara umummenemukan bahwa Tingkat kepuasan
pasienterhadap pelayanan kesehatan di Ruang RawatInap kelas III Rumah Sakit
Umum Daerah(RSUD) Meuraxa yang dilihat dariperbandingan antara harapan
dan kenyataandari seluruh indikator menunjukkan bahwa pasien belum puas
2
dengan pelayanankesehatan yang diberikan. Penelitian inidilakukan pada 98
responden.
Dalam penelitian Fanada (2012),menyatakan bahwa pelaksanaan asuhan
keperawatan dengan pendekatan spiritualyang baik dapat menurunkan
kecemasanpada pasien diruang rawat inap dengan p <0.05. Hal ini kemudian
sesuai denganGood (2010), bahwa terdapat hubunganyang kuat antara terapy
spiritual denganpenurunan resiko depresi pada pasiendalam proses pengobatan.
PenelitianSulmasy (2012), juga menyatakan bahwaterpenuhinya kesehatan
spiritual pasienakan dapat membantu mereka beradaptasi dan melakukan koping
terhadap sakit yangdideritanya. Bahkan pada pasien hipertensimenunjukkan
efektifitas yang baik denganterjadinya pencapaian tekanan darahnormal setelah
mendapat pemberianperawatan spiritual islami.Salah satu indikator
yangmendukung kepuasaan pasien adalahpelayanan yang optimal
dalammenjalankan asuhan keperawatan. Adanyakecenderungan peningkatan
trend modelperawat sehinga menuntut perawat yanglebih professional(Nurdina &
Putra, 2016).
Domain spiritual dipandang sebagai hal yang penting dalam kesehatan
danmencakup mempunyai hubungan dengan kekuatan yang lebih tinggi,
menghargaimortalitas seseorang, dan menumbuhkan aktualisasi
diri.Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-Imran/3:159.
3
2022).Ayat-ayat Qur‟an dan hadist di atas mendasari dari pelaksanaan
asuhankeperawatan spiritual yang diberikan oleh seorang perawat , ditambah
denganriwayat-riwayat wanita-wanita di zaman Rasulullah dalam melakukan
perawatan, maka itulah yang sebenarnya konsep “Caring” dalam keperawatan,
bukanhanya asuhan kemanusiaan dengan lemah lembut berdasarkan standar
dan etikaprofesi, tetapi caring yang didasari keimanan pada Allah dengan
menjankanperintah-Nya melalui ayat-ayat Al-Qur‟an dengan tujuan akhir
mendapatkan ridhoAllah Subhanahu WaTa‟ala(N. A. Fitriyah et al., 2016).
Dari data yang diperoleh di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Hasri Ainun
Habibie, Ruang Rawat diRumah Sakit ini memiliki jumlah perawatsebanyak 67
orang, dengan pasien pada bulan Januari-Desember 2020 sebanyak 1696 orang
dan padabulan Juli-September 2021 sebanyak 199 orang. Semetara itupada
bulan Juni-Agustus 2022 jumlah pasien rawat inap di ruang interna adalah 437
pasien. Sedangkan data untuk tingkat kepuasan pasien yang ada di RSUD dr.
Hasri Ainun Habibie pada tahub 2021 sebesar 90% (A) namun pada bulan
Januari 2022 – Agustus 2022 terjadi penurunan menjadi 79% (B).
Hasil studi pendahuluan di Ruang Rawat InapInterna dengan cara
observasiterhadap 10 pasien yang beragama islam didapatkan3 pasien
(30%)selalu berdo’a atau sering membacabacaan Al-Quran atau istighfar,
sholawat dansejenisnya. Selebihnya sebanyak 7 pasien (70%)belum
melaksanakan demikian.Berdasarkan hasilwawancara dengan 10 orang pasien
terhadappelayanan kebutuhan spiritual yang diberikan olehperawat, 2 orang
mengatakan perawat menjelaskantentang kondisi pasien dan mengingatkan
untukbersabar dan mendekatkan diri kepada Allah bagikesembuhan mereka,
membantu pasienuntukberibadah dan memberikan kelonggaran
untukberintegrasi dengankeluarga dan teman agar dapatmengurangi cemas, 8
pasien lainnya mengatakankebutuhan rohaninya didapatkan dari
beribadah,membaca ayat Al-Qur’an dan berdo’a sendirimaupun dengan bantuan
keluarga.Dari hasil wawancara dengan salah satu perawat yang bekerja di
ruangperawatan bedah RSUD dr. Hasri Ainun Habibie mengungkapkan bahwa
tidak adaintervensi khusus dan sistematis tentang pemenuhan kebutuhan
spiritual secaralangsung dari perawat kepada pasien.
Berdasarkan permasalahan seperti yang telah diuraikan diatas, penulis
merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Pelayanan
4
Keperawatan Spiritual dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap di RSUD dr. Hasri
Ainun Habibie”.
1.2 Identifikasi Masalah
1. Masih banyakanya kondisi pasien yang pasrah dan menerima
takdirpenyakitnya sampai dengan kondisi menggugat Allah SWT melalui
ekspresikemarahan dan menolak pengobatan maupun perawatan yang
diberikan,ketidaktahuan maupun ketidakmampuan pasien dalam
melaksanakan ibadahmenurut agama yang diyakininya.
2. Data untuk tingkat kepuasan pasien yang ada di RSUD dr. Hasri Ainun
Habibie pada tahub 2021 sebesar 90% (A) namun pada bulan Januari
2022 – Agustus 2022 terjadi penurunan menjadi 79% (B).
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut diatas, maka dapat dirumuskan
masalah pada penelitian ini adalah:
1. Apakah Rumah Sakit dr. Hasri Ainun Habibie menerapkan pelayanan
keperawatan spiritual kepada pasien?
2. Bagaimana tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan
spiritual?
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pelayanan keperawatan spiritual dengan
kepuasan pasien rawat inap di RSUD dr. Hasri Ainun Habibie.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengidentifikasi pelayanan keperawatan spiritual di ruang interna
RSUD dr. Hasri Ainun Habibie.
2. Untuk mengidentifikasi kepuasan pasien rawat inap dalam pelayanan
keperawatan spiritual di RSUD dr. Hasri Ainun Habibie.
3. Untuk menganalisis hubungan pelayanan keperawatan spiritual dengan
kepuasan pasien rawat inap di RSUD dr. Hasri Ainun Habibie.
5
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
1. Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan
untuk peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian tentang
pelayanan keperawatan spiritual
1.5.2 Manfaat Praktis
1. Bagi masyarakat/pasien
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan ketaatan
masyarakat/pasien tentang pentingnya pelayanan keperawatan
spiritual terhadap pasien.
2. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan
informasi perkembangan secara nyata dilapangan sesuai teori yang
ada mengenai pelayanan keperawatan spiritual.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
Sari, 2019). Menurut (Khairani et al., 2021) kepuasan pasien adalahevaluasi atau
penilaian setelah memakai suatu pelayanan, bahwapelayanan yang
dipilihsetidak-tidaknya memenuhi atau melebihiharapan.Sedangkan menurut
(Etlidawati & Handayani, 2017) kepuasan pasien adalah tingkatperasaan pasien
yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanankesehatan yang didapatnya,
setelah pasien membandingkan dengan apayang diharapkannya.
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien
Faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien menurut Widiasari 2019,
yaitu : 1) Kehandalan, 2) Ketanggapan, 3) Bukti langsung, 4) Jaminan dan 5)
Empati. Kemudian menurut Oini 2017 bahwa factor yang mempengaruhi
kepuasan pasien ada tujuh yaitu :1) Nilai, 2) Daya saing, 3) Persepsi pelanggan,
4) Harga, 5) Tahap pelayanan, 6) Situasi pelayanan dan, 7) Tingkat kepentingan
pelanggan. Pendapat selanjutnya menurut Abdurrouf & Rosalia 2018 yang
mengatakan factor yang mempengaruhi kepuasan pasien ada sembilan yaitu : 1)
karakteristik produk, 2) Harga, 3) Pelayanan, 4) Lokasi, 5) Fasilitas, 6) Image, 7)
Desain visual, 8) Suasana dan, 9) Komunikasi. Sedangkan menurut Fuad 2017
faktot yang mempengaruhi kepuasan pasien ada enam yaitu : 1) Kesesuaian
anatara harapan dan kenyataan, 2) Layanan selama proses menikmati jasa, 3)
Perilaku personel, 4) Suasana dan kondisi fisik lingkungan, 5) Biaya dan 6)
Promosi.
Menurut beberapa pendapat para ahli di atas, peneliti menarik kesimpulan
untuk menggunakan faktor kepuasan pasien dari pendapat Widiasari 2019 yang
memiliki lima faktor kepuasan. Menurut peneliti faktor tersebut sesuai dengan
apa yang akan peneliti teliti dalam penelitian ini yaitu tentang kepuasan pasien,
kelima faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Kehandalan yaitu untuk melihat kemampuan perawat dalam memberikan
pelayanan kepada pasien.
2. Ketanggapan yaitu untuk melihat respon cepat perawat dalam mengambil
keputusan yang tepat untuk pasien.
3. Bukti langsung yaitu ketersediaan sarana dan fasilitas yang dapat
menunjang kenyamanan dan kepuasan pasien.
4. Jaminan yaitu kemampuan pengetahuan perawat yang baik sehingga dapat
memberikan kepercayaan kepada pasien.
8
5. Empati yaitu perhatian yang diberikan oleh perawat kepada pasien sehingga
pasien merasa aman dan nyaman.
2.1.4 Aspek-aspek Kepuasan Pasien
Menurut (Riadi, 2016) aspek-aspek yang mempengaruhiperasaan puas
pada seseorang yaitu :
1. Sikap pendekatan atau staf pada pasien yaitu sikap staf terhadappasien
ketika pertama kali datang di ruamh sakit.
2. Kualitas perawat yang diterima oleh pasen yaitu apa saja yang
telahdilakukanoleh pemberi layanan kepada pasien,seberapa
pelayananperawatan yang berkaitan dengan proseskesembuhan
penyakityang diderita pasien dan kelangsungan perawatan pasien
selamaberada di rumah sakit.
3. Prosedur administrasi yaitu berkaitan dengan pelayananadministrasi
pasien dimuali masuk rumah sakit selama perawatanselama perwatan
perawatan berlangsung sampai keluar dari rumahsakit. Waktu menunggu
yaitu berkaitan dengan waktu yangdiperbolehkan untuk berkunjung
maupun untuk menjaga dari keluarga maupun orang lain dengan
memperhatikan ruang tungguyang memenuhi standar-standar rumah sakit
antara lain: ruangtunggu yang nyaman dan tenang fasilitas yang memadai
misalnyatelevisi, kursi, air minum dan sebagainya.
4. Failitas umum yang lain seperti kualitas pelayanan berupa makanandan
minuman privasi dan kunjungan. Fasilitas ini berupa bagaimanapelayanan
terhadap pemenuhan kebutuhan pasien seperti makanandan minuman
yang disediakan dan privasi ruang privasi ruangtunggu sebagai sarana
bagi orang-orang yang berkunjung dirumah sakit.
5. Fasilitas ruang inap untuk pasien yang harus rawat .Fasilitas ruanginap ini
disediakan berdasarkan permintaan pasien mengenairuang rawat inap
yang dikehendaki.
6. Hasil treatment atau hasil perawatan yang diterima oleh pasienyaitu
perawatan yang berkaitan dengan kesembuhan penyakit
pasienbaik,kunjungan dokter atau perawat tingkat kepuasan antara
individusatu dengan individu lain berbeda hal ini terjadi karena
9
adanyapengaruh dari faktor jabatan, umur, kedudukan,sosial,
tingkatekonomi pendidikan, jenis kelamin, sikap mental dan kepribadian.
2.2 Tinjauan Tentang Pelayanan Keperawatan Spiritual
2.2.1 Pengertian Spiritualitas
Istilah “spiritual” berasal dari kata Latin yaitu “spiritus”, yang berarti“meniup”
atau “bernafas”. Spiritual mengacu pada bagaimana menjadi manusia
yangmencari makna melalui hubungan intrapersonal (hubungan antara diri
sendiri),interpersonal (hubungan antar orang lain dan lingkungan) dan
transpersonal(hubungan yang tidak dapat dilihat) yaitu hubungan dengan
ketuhanan yangmerupakan kekuatan yang tertinggi. Spiritual (spirituality)
merupakan sesuatu yangdipercayai oleh seseorang dalam hubungannya dengan
kekuatan yang lebih tinggi(Tuhan), yang menimbulkan suatu kebutuhan serta
kecintaan terhadap adanya Tuhan,dan permohonan maaf atas segala kesalahan
yang pernah diperbuat (Zulfita et al., 2020).
Kebutuhan spiritual juga bertujuan untuk mempertahankan atau
mengembalikan keyakinan dan untuk mendapatkan manfaat atau
pengampunan,mencintai, menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan
Tuhan.Kebutuhan spiritualsebagai bagian dari kebutuhan manusia secara utuh
hanya dapat dipenuhi apabilaperawat dibekali dengan kemampuan memberikan
asuhan keperawatan denganmemperhatikan aspek spiritual sebagai bagian dari
kebutuhan holistik pasien sebagaimakhluk yang utuh dan unik. Spiritual
merupakan suatu dimensi yang berhubungan dengan menemukan artidan tujuan
hidup, menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatandalam
diri sendiri, mempunyai perasaan yang berkaitan dengan Tuhan, diri
sendiri,orang lain, dan lingkungan (Puspita Sari et al., 2019).
2.2.2 Karakteristik Spiritual
1. Hubungan dengan Tuhan
Menurut(Puspita Sari et al., 2019), hubungan dengan Tuhan yang Maha
Kuasa dan MahaPencipta dapat ditinjau dari hal agama seperti halnya dengan
melaksanakan:1) Sembahyang, 2) Berdoa, 3) Meditasi, 4) Melaksanakan
kewajiban keagamaan, dan5) Bersatu dengan alam. Selain itu doa dan ritual
agama dapat membangkitkan harapan dan rasapercaya diri pada seseorang
yang sedang sakit yang dapat meningkatkan imunitas(kekebalan) tubuh
sehingga mempercepat proses penyembuhan.Di dalam ajaran Islam penyakit
10
itu dianggap sebagai suatu cobaan dan ujiankeimanan seseorang, hal ini
berkaitan dengan Firman Allah dalam Q.S Al-Ankabutayat/29: 2.
اَنْ َّيقُ ْولُ ْٓوا ٰا َم َّنا َو ُه ْم اَل ُي ْف َت ُن ْو َنwب ال َّناسُ اَنْ ُّي ْت َر ُك ْٓوا
َ ِاَ َحس
Terjemahnya:“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan
hanya denganmengatakan, “kami telah beriman” dan mereka tidak
diuji”Menurut M. Quraish Shihab (2012) dalam tafsir Al-Mishbah, kata
yuftanunterambil dari kata fatana yang pada mulanya berarti membakar emas
untuk mengtahuikadar kualitas emasnya. Dari akar kata yang sama, lahir kata
fitnah yang digunakanAl-Quran dalam arti memasukkan keneraka atau dalam
arti siksaan.
Ayat di atas menggunakan bentuk pasif yuftanun.Pelakunya tidak
disebutkan.Atas dasar itu pula ulama berbeda pendapat tentang
maksudnya.Ada yangmemahaminya dalam arti siksaan dan dengan demikian
pelakunya adalah kaummusyrikin Mekah.Dalam yutraku/ditinggalkan dalam arti
dibiarkan melaksanakanajaran agama dengan bebas merdeka.Yakni “apakah
mereka menduga akan dibiarkanoleh lawan-lawan Islam melaksanakan ajaran
agama dengan bebas tanpa disiksa?”ada juga yang memahami kata yuftanun
dalam arti diuji dengan aneka ujian, seperti kewajiban keagamaan atau kendisi
positif dan negatif.Pelaku ujian ini adalah AllahSWT. Ibn Asyur berpendapat
bahwa pelaku fitnah/penyiksaan itu adalah kaummusrikim Mekah(Saharudin et
al., 2018).
Ayat di atas mengajak kita agar meyakini bahwa seseorang yang
memporolehmusibah/cobaan maka itu adalah ujian bagi keimanan mereka.
Orang-orang yangmemiliki keimanan yang tinggi juga tetap akan diberi ujian
oleh Allah. Misalnyadalam menghadapi penyakit, seseorang harus senantiasa
berdoa kepada Tuhan agardiberikan kekuatan dan kesembuhan untuk penyakit
yang dideritanya hal ini jugaberkaitan dengan Firman Allah SWT dalam Q.S Al-
Baqarah/1: 153.
11
diajarkanAllah di atas dan dengan mengarah ke kiblat dan kesabaran sebagai
penolong untukmenghadapi cobaan hidup.Kata ash-shabr/sabar yang
dimaksud mencakup banyak hal: sabar menghadapiejekan dan rayuan, sabar
dalam petaka dan kesulitan, serta sabar dalam berjuangmenegakkan
kebenaran dan keadilan.
Penutup ayat yang menyatakan sesungguhnya Allah bersama orang-orang
yang sabar dalam mengisyaratkan bahwa jika seseorang ingin teratasi
penyebab kesedihan atau kesulitannya, jika ia ingin berhasil memperjuangkan
kebenaran dan keadilan, ia harus menyertakan Allah dalam setiap langkahnya.
Ia harus bersama Allah dalam kesulitan dan dalam perjuangannya. Ketika itu,
Allah Yang Maha Mengetahui, Maha Perkasa, lagi Maha Kuasa pasti
membantunya karena Diapun telah bersama hamba-Nya. Tanpa kebersamaan
itu, kesulitan tidak akantertanggulangi bahkan tidak mustahil kesulitan
diperbesar oleh setan dan nafsu amarah manusia sendiri. Karena kesabaran
membawa kepada kebaikan dan kebahagiaan, manusia tidak boleh berpangku
tangan atau terbawa kesedihan oleh petaka yang dialaminya, iaharus berjuang
dan berjuang. Memperjuangkan kebenaran dan menegakkan keadilandapat
menyebabkan kematian. Puncak petaka yang memerlukan kesabaran adalah
kematian(Yudaningsih et al., 2016).
Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya menyatakan bahwa sesungguhnya Al-
Quran itu merupakan obat (penawar) dan rahmat bagi kaum yang beriman.Bila
seseorang mengalami keraguan, penyimpangan dan kegundahan yang
terdapat dalam hati, maka Al-Qur'an-lah yang menjadi obat (penawar) semua
itu.Sebagaiman firman Allah SWT dalam Q.S Al-Isra’/17: 82.
َونُن َِّز ُل ِمنَ ْالقُرْ اٰ ِن َما هُ َو ِشفَ ۤا ٌء َّو َرحْ َمةٌ لِّ ْل ُمْؤ ِمنِ ْينَ ۙ َواَل يَ ِز ْي ُد الظّٰلِ ِم ْينَ اِاَّل خَ َسارًا
Terjemahnya:
‘Dan kami turunkan dari Al-Quran (sesuatu) yang menjadi penawar
danrahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (Al-
Quran itu) hanya akan menambah kerugian”.
Menurut M. Quraish Shihab (2012) dalam tafsir Al-Mishbah Kata syifa’
bisadiartikan kesembuhan atau obat, dan digunakan juga dalam artian
keterbebasan darikekurangan atau ketiadaan dalam memperoleh manfaat.
12
Ketika menafsirkan QS. Yunus /10: 57 penulis antara lain mengemukakan
bahwa sementara ulama memahami bahwa ayat-ayat Al-Quran dapat
jugamenyembuhkan penyakit-penyakit jasmani. Mereka menunjukkan kepada
sekianriwayat yang diperselisihkan nilai dan maknanya. Antara lain riwayat
oleh IbnuMardawaih melalui sahabat Nabi Saw. Ibn Mas’ud r.a, yang
memberitakan bahwaada seseorang yang datang kepada Nabi Saw.,
mengeluhkan dadanya, makaRasulullah Saw., bersabda “hendaklah engkau
membaca Al-Quran.”Riwayat denganmakna serupa dikemukakan juga oleh Al-
Baihahi melalui Wai’lah Ibn al-Ashqa’.Tanpa mengurangi penghormatan
terhadap Al-Quran dan hadits-hadits NabiSAW., agaknya riwayat ini, bila
benar, yang dimaksud bukan penyakit jasmani, tetapiia adalah penyakit
ruhani/jiwa yang berdampak pada jasmani. Ia adalah psikosomatik. Memang
tidak jarang seseorang merasa sesak atau dada bagaikan tertekang karena
adanya ketidakseimbangan ruhani.Sufi besar, al-Hasan al-Bashri sebagaimana
dikutip oleh Muhammad SayyidThanthawi dan berdasarkan riwayat Abu asy-
Syaikh berkata: “Allah menjadikan Al-Quran obat terhadap penyakit-penyakit
hati dan tidak menjadikannya obat untukpenyakit jasmaninya”.
Thabathaba’i memahami fungsi Al-Quran sebagi obat dalam
artianmenghilangkan dengan bukti-bukti yang dipaparkannya aneka
keraguan/syubhatserta dalil yang boleh jadi hingga di hati sementara
orang.Hanya saja, ulama inimenggaris bawahi bahwa penyakit-penyakit
tersebut berbeda dengan kemunafikanapalagi kekufuran. Di tempat lain, di
jelaskannya bahwa kemunafikan adalahkekufuran yang disembunyikan,
sedangkan penyakit-penyakit kejiawaan adalahkeraguan dan kebimbangan
batin yang dapat hinggap di hati orang-orang yangberiman. Mereka tidak wajar
dinamai munafik apalagi kafir, tetapi tingkat keimananmereka masih rendah.
2. Hubungan dengan diri sendiri
Menurut (Estetika & Jannah, 2017), hubungan dengan diri sendiri dapat
ditinjau dari:1) Pengetahuan tentang diri (siapa dirinya, apa yang dapat
dilakukannya), 2) Sikap (percaya pada diri sendiri percaya pada kehidupan
atau masa depan,harmonis atau keselarasan diri).
3. Hubungan dengan orang lain
Hubungan dengan orang lain yaitu:1) Hubungan yang dapat ditinjau dari
kemampuan membina hubungan yangharmonis dengan orang lain, 2) Berbagi
13
waktu, dan sumber secara timbal balik.Kedamaian membuat individu menjadi
tenang dan dapat meningkatkan statuskesehatan (Abdullah et al., 2022).
4. Hubungan dengan alam/lingkungan
Hubungan dengan alam yaitu dengan melindungi dan mengabdikan
alamsekitar.Selain itu memahami tentang tanaman, pohon, margasatwa dan
iklim.
Dapat disimpulkan bahwa seorang terpenuhi kebutuhan spiritualnya apabila
mampu merumuskan arti personal yang positif tentang tujuan keberadaannya
didunia/kehidupan, mampu mengembangkan arti penderitaan dan meyakini
hikmahdari suatu kejadian atau penderitaan. Selain itu menjalin hubungan
fositif dan dinamismelalui keyakinan, rasa percaya dan cinta kasih serta
merasakan kehidupan yangterarah yang terlihat melalui harapan, maka
seseorang tidak akan mengalamikesulitan kemudaratan, karena membina
hubungan yang baik dengan Allah danhubungan dengan manusia (Awaliyah &
Budiati, 2018).
14
harapan
terhadap kesembuhan penyakitnya, mampu menerima kondisinya, sumber
kekuatan,dan dapat membuat hidup individu menjadi lebih
berarti.Pemenuhankebutuhan spiritual dapat membuat individu menerima
kondisinya ketika sakit danmemiliki pandangan hidup positif.Pemenuhan
kebutuhan spiritual memberi kekuatan pikiran dan tindakan pada individu.
Pemenuhan kebutuhan spiritual memberikansemangat pada individu dalam
menjalani kehidupan dan menjalani hubungan denganTuhan, orang lain, dan
lingkungan, dengan terpenuhinya spiritual, individumenemukan tujuan, makna,
kekuatan, dan bimbingan dalam perjalanan hidupnya(Maryana & Erwan, 2019).
15
dan lain-lain), verbalisasi (yaitu apakah apakah pasien menyebut Tuhan,minta
dikunjungi oleh tokoh agama, eksppresi rasa takut mati, konflik bating,
artikeberadaan di dunia dan sebagainya), hubungan interpersonal dengan
lingkungan(Siregar, 2020).
Menurut (Safira, 2019) pengkajian spiritual pasien dimulai dari pasien
ataukeluarga pasien dengan cara mendengarkan dan melalui pengamatan
termasukinteraksi pasien dengan perawat, keluarga dan pengunjung lainnya,
pola tidur,gangguan fisik, dan tekanan emosional.
Menurut (Husna, 2019)bahwa pengkajianspiritual pasien terbatas pada
satu atau dua pertanyaan yaitu apakah pasienmerupakan bagian dari
komunitas keagamaan atau apakah pasien ingin bertemudengan pemuka
agamanya. Namun dalam beberapa situasi perawat bertanya lebihmendalam
misalnya tentang pandangan spiritual pasien atau bagaimana pasien
mengatasi suatu kondisi yang sedang dihadapi. Pada pasien tertentu perawat
mengakui bahwa pengkajian spiritual dengan wawancara tidak perlu dilakukan,
hanya melalui observasi saja, perawat berfikir pasien yang sekarat tidak etis
untukdilakukan wawancara. Perawat dapat mengkaji dan memperoleh
kebutuhan spiritualpasien jika komunikasi yang baik sudah terjalin antara
perawat dan pasien, sehinggaperawat dapat mendorong pasien untuk
mengungkapkan hal-hal yang terkaitkebutuhan spiritual.
2. Diagnosa keperawatan
(Juniarti et al., 2020) mengatakan bahwa peran perawat
dalammerumuskan diagnosa keperawatan terkait dengan spiritual pasien
mengacu padadistres spiritual yaitu spiritual pain, pengasingan diri (spiritual
alienation),kecemasan (spiritual anxiety), rasa bersalah (spiritual guilt), marah
(spiritual anger),kehilangan (spiritual loss), putus asa (spiritual despair). Distres
spiritual selanjutnyadijabarkan dengan lebih spesifik sebagai berikut:
a. Spiritual pain: Spiritual pain merupakan ekspresi atau ungkapan dari
ketidaknyamananpasien akan hubungannya dengan Tuhan. Pasien
dengan penyakit terminal ataupenyakit kronis mengalami gangguan
spiritual dengan mengatakan bahwa pasienmerasa hampa karena
selama hidupnya tidak sesuai dengan yang Tuhan inginkan,ungkapan
ini lebih menonjol ketika pasien menjelang ajal.
16
b. Pengasingan diri (spiritual alienation): Pengasingan diri diekspresikan
pasien melalui ungkapan bahwa pasien merasakesepian atau merasa
Tuhan menjauhi dirinya. Pasien dengan penyakit kronis merasafrustasi
sehingga bertanya: dimana Tuhan ketika saya butuh Dia hadir?
c. Kecemasan (spiritual anxiety): Dibuktikan dengan ekspresi takut akan
siksaan dan hukuman Tuhan, takutTuhan tidak peduli, takut Tuhan tidak
menyukai tingkah lakunya. Beberapa budayameyakini bahwa penyakit
merupakan suatu hukuman dari Tuhan karena kesalahan-kesalahan
yang dilakukan semasa hidupnya.
d. Rasa bersalah (spiritual guilt): Pasien mengatakan bahwa dia telah
gagal melakukan hal-hal yang seharusnyadia lakukan dalam hidupnya
atau mengakui telah melakukan hal-hal yang tidakdisukai Tuhan.
e. Marah (spiritual anger): Pasien mengekspresikan frustasi, kesedihan
yang mendalam, Tuhan kejam.Keluarga pasien juga marah dengan
mengatakan mengapa Tuhan mengijinkan orangyang mereka cintai
menderita.
f. Kehilangan (spiritual loss): Pasien mengungkapkan bahwa dirinya
kehilangan cinta dari Tuhan, takutbahwa hubungannya dengan Tuhan
terancam, perasaan yang kosong. Kehilangansering diartikan dengan
depresi, merasa tidak berguna dan tidak berdaya.
g. Putus asa (spiritual despair): Pasien mengungkapkan bahwa tidak ada
harapan untuk memiliki suatuhubungan dengan Tuhan, Tuhan tidak
merawat dia. Secara umum orang-orang yangberiman sangat jarang
mengalami keputusasaan.
3. Intervensi/perencanaan keperawatan
Perawat dan klien harus menyusun kriteria hasil dan rencana
intervensi.Pada fase rencana keperawatan, perawat membantu pasien untuk
mencapaitujuan yaitu memelihara atau memulihkan kesejahteraan spiritual
sehingga kepuasanspiritual dapat terwujud. Perencanaan keperawatan sesuai
dengan diagnosekeperawatan berdasarkan (Rosliany et al., 2018) meliputi:
a. Mengkaji adanya indikasi ketaatan pasien dalam beragama, mengkaji
sumber-sumber harapan dan kekuatan pasien, mendengarkan pendapat
pasien tentanghubungan spiritual dan kesehatan, memberikan privasi,
waktu dan tempat bagipasien untuk melakukan praktek spiritual,
17
menjelaskan pentingnya hubungandengan Tuhan, empati terhadap
perasaan pasien, kolaborasi dengan pemukaagama, meyakinkan pasien
bahwa perawat selalu mendukung pasien.
b. Menggunakan pendekatan yang menenangkan pasien, menjelaskan
semuaprosedur dan apa yang akan dirasakan pasien selama prosedur,
mendampingipasien untuk memberikan rasa aman dan mengurangi rasa
takut, memberikaninformasi tentang penyakit pasien, melibatkan
keluarga untuk mendampingipasien, mengajarkan dan menganjurkan
pasien untuk menggunakan tehnikrelaksasi, mendengarkan pasien
dengan aktif, membantu pasien mengenalisituasi yang menimbulkan
kecemasan, mendorong pasien untukmengungkapkan perasaan,
ketakutan, dan persepsi.
c. Membantu pasien untuk beradaptasi terhadap perubahan atau ancaman
dalamkehidupan, meningkatkan hubungan interpersonal pasien,
memberikan rasaaman.
4. Implementasi keperawatan
Menurut (Setiowati et al., 2021), implementasi pemenuhan kebutuhan
spiritualsebagai berikut:
a. Menetapkan kehadiran: Kiat ini bukan hanya melakukan prosedur
dengan cara yang sangat cepat atauberbagai informasi teknis dengan
klien yang mungkin tidak bermakna. Bennermengklarifikasi bahwa
kehadiran melibatkan “ada bersama”, klien versus“melakukan untuk”
klien. Kehadiran adalah mampu memberikan kedekatan denganklien,
secara fisik, psikologis dan spiritual.
b. Mendukung hubungan yang menyeluruh: Inti dari hubungan yang
menyeluruh ini adalah dengan menggerakkan harapanklien.
c. Sistem dukungan: Sistem pendukung memberi mereka rasa sejahtera
terbesar selama di rumahsakit. Perawat merencanakan perawatan
bersama klien dan jaringan pendukung klienuntuk meningkatkan ikatan
interpersonal yang sangat penting untuk penyembuhan.Sistem
pendukung sering memberi sumber kepercayaan yang memperbaharui
jati dirispiritual klien. Keluarga dan teman mungkin juga menjadi sumber
penting dalammelakukan ritual kebiasaan keagamaan yang dianut klien.
18
d. Berdoa: Tindakan berdoa adalah bentuk dedikasi diri yang
memungkinkan individuuntuk bersatu dengan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Berdoa memberi kesempatan padaindividu untuk memperbarui
kepercayaan dan keyakinan kepada Yang Maha Kuasadalam cara yang
lebih formal.
e. Mendukung ritual keagamaan: Bagi banyak klien, kemampuan untuk
menelaah ritual keagamaan adalahsuatu sumber koping yang penting.
Dalam menghadapi pasien dengan penyakit yangia derita, perawat
harus memberikan ketenangan batin, memberikan pemahaman
kepada pasien bahwa pada dasarnya setiap penyakit yang diderita
mempunyai obatdan seseorang harus lebih sadar dan ikhlas menjalani
takdir yang telah ditentukan olehTuhan Sang Pencipta.
5. Evaluasi
Melengkapi siklus proses keperawatan spiritual pasien, perawat harus
melakukan evaluasi yaitu dengan menentukan apakah tujuan telah tercapai.
Hal inisulit dilakukan karena dimensi spiritual yang bersifat subjektif dan lebih
kompleks.Membahas hasil dengan pasien dari implementasi yang telah
dilakukan tampaknyamenjadi cara yang baik untuk mengevaluasi
spiritualpasien (Suryawantie et al., 2019).
19
1. Ketidakmampuan perawat untuk berkomunikasi.
Ketidakmampuan berkomunikasi secara efektif dapat mengakibatkan
pasientidak mampu mengungkapkan kebutuhan spiritualnya, sedangkan ada
tidaknyakebutuhan spiritual pasien dapat diketahui perawat dari pasien itu
sendiri, hal ini akanberakibat pula pada ketidakmampuan perawat menilai atau
menafsirkan keadaan, halini akan mengakibatkan pasien dan perawat putus
asa, situasi ini tidak mudah diatasi,karena tidak ada solusi yang mudah.
Perawat dapat mencoba mengatasi keadaan ini dengan berbagai tehnik untuk
mencoba menemukan apa yang menjadi kebutuhanspiritual pasien.
2. Ambigu
Ambigu muncul ketika perawat berbeda keyakinan dengan pasien yang
dirawatnya.Hal ini dapat mengakibatkan rasa tidak aman, sehingga perawat
menghindar dari keadaan ini.Ambigumencakup kebingungan perawat, takut
salah, dan menganggap spiritual terlalusensitif dan merupakan hak pribadi
pasien.
3. Kurangnya pengetahuan tentang spiritual
Ambigu juga dapat muncul ketika perawat tidak mengetahui tentang
spiritual.Persepsi perawat tentangspiritual dapat menjadi penghalang perawat
dalam memberikan spiritual. Jika merekapercaya bahwa pemberian spiritual
adalah ibadah maka persepsi ini akan secaralangsung mempengaruhi
kemampuan mereka untuk mengatasi kebutuhan spiritualpasien. Perawat yang
memperhatikan spiritualdirinya dapat bekerja lebih baik dalam merawat pasien
yang memiliki kebutuhanspiritual. Untuk dapat memberikan spiritual pada
pasien, penting untuk menciptakankondisi yang nyaman akan spiritual diri
sendiri.Spiritual perawat itu sendiri juga merupakan faktor yang
mempengaruhipemberian spiritual, karena hal ini dapat digunakan sebagai
strategi dalam intervensidan kekuatan yang mendukung ditempat kerja.
Persepsi perawat terhadap spiritual secara langsung dapat mempengaruhi
bagaimana mereka berperilaku, bagaimanamenangani pasien, dan bagaimana
berkomunikasi dengan pasien pada saat perawatmemberikan spiritual(Farida,
2010).
4. Hal yang bersifat pribadi
Perawat berpendapat bahwa spiritual merupakan hal yang bersifat pribadi,
sehingga sulit untuk ditangani oleh perawat. Dalam mengekspresikan
20
kebutuhanspiritualnya pasien mengharapkan tersedianya ruangan atau kamar
yang tenangdimana pasien dapat dengan tenang menceritakan tentang
masalah-masalahpribadinya.
5. Takut melakukan kesalahan
Perawat merasa takut jika apa yang dilakukannya merupakan hal yang
salah,dalam situasi yang sulit hal ini dapat mengakibatkan penolakan dari
pasien.
21
6. Organisasi dan manajemen
Jika profesi perawat akan memberikan perawatan spiritual yang efektif,
makamanajemen harus mampu mengatasi hambatan ekstrinsik. Manajemen
harusbertanggungjawab dan mendukung pemberian spiritual.
7. Hambatan ekonomi berupa kekurangan perawat, kurangnya waktu,
masalahpendidikan
Hambatan ekonomi termasuk di dalamnya adalah kekurangan perawat,
waktu dan masalah pendidikan, dimana perawat mengungkapkan
bahwamereka kurang percaya diri dalam memberikan spiritual karena
kurangnya wawasandan pengetahuan.Perawat dengan tingkat pendidikan
sarjana lebih baik dalam memberikanspiritual, oleh karena itu pendidikan
mempunyai pengaruh yang positif terhadappemberian spiritual oleh perawat
kepada pasien.
22
Keagamaan ini dicirikan sebagai formal, terorganisir, danterkait dengan
ritual dan keyakinan.Meskipun banyak orangmemilih untuk mengekspresikan
spiritualitas mereka melalui praktikkeagamaan, beberapa dari mereka
menemukan spiritualitas yangharus diwujudkan sebagai harmoni, sukacita,
damai sejahtera,kesadaran, cinta, makna, dan menjadi.
4. Menemui pasien sebagai manusia dengan otonomi
Pasien menyadariadanya bahwa mereka masih memiliki kebebasan untuk
menentukannasib sendiri disetiap dimensi mengamati, berfikir, berbicara,
danmelakukan, yaitu persepsi, pikiran, ekspersi dan kegiatan
melaluipembicaraan dengan perawat untuk memulihkan rasa nilai sebagai
seseorang dengan otonomi.
23
hati.Memelihara kasih sayang merupakan komponen yang penting
dalamperawatan spiritual.
2. Keimanan/ keyakinan
Berpartisipasi dalam pelayanan spiritual dan religius, mendapatteman
untuk berdoa, melakukan ritual keagamaan, membaca kitab
suci,mendekatkan diri pada zat yang maha tinggi (Tuhan).Agama
dapatdijadikan sarana untuk mengekspresikan spiritualitas melalui nilai-
nilaiyang dianut, diyakini dan dilakukan dengan praktik-praktik ritual,
didalamnya dapat menjawab pertanyaan mendasar tentang hidup
dankematian.Apa yang harus dikenali adalah bahwa ada sebagian orangyang
mempunyai bentuk agama yang tidak selalu masuk kedalaminstitusional
(Contoh: Kristen, Islam, Budha), namun demikian perawatharus tetap
memperhatikan dan mendengarkan serta menghormati apayang diyakini klien
dan dengan cara yang arif.
3. Hal positif/ bersyukur/ berharap/ kedamaian
Banyak berharap, merasakan kedamaian, dan kesenangan, berfikirpositif,
membutuhkan ruang yang sepi untuk meditasi atau refleksi diri,bersyukur dan
berterima kasih, mempunyai rasa humor. Harapan adalahorientasi di masa
depan, mepercayai makna, meyakini danmengharapkan. Ada dua tingkatan
tentang harapan: harapan yang sifatnyaspesifik dan harapan yang sifatnya
umum. Harapan yang sifatnya spesifikmencakup tujuan yang dikehendaki
pada beberapa keinginan diri.Harapan yang sifatnya umum bagaimana
menghadapi masa depandengan selamat.Faktor-faktor yang signifikan,
seperti datangnya penyakitdapat menyebabkan hidup seseorang dalam
situasi yang sulit, harapanmembantu manusia berinteraksi dengan ketakutan
dan ketidaktentuan,serta membantu mereka untuk menghasilkan yang positif.
4. Makna dan tujuan hidup
Memaknai bahwa penyakit merupakan sumber kekuatan,memahami
mengapa penyakit, dapat terjadi pada dirinya, makna dalampenderitaan,
memahami tujuan hidup, memahami saat krisis (Masalah kesehatan).Sebagai
seseorang yang berpengetahuan dan memahamitujuan hidup, ini merupakan
penemuan prosedur yang signifikan sertamempunyai daya dorong pada saat
menjalani penderitaan yang besar.Tidak hanya mengartikan ini sebagai daya
dorong, tetapi ini jugamembawa pada pencerahan (McEwen, 2005).
24
Seseorang akan memahamihal apa yang pantas untuk di prioritaskan dalam
hidupnya, dan hal apayang tidak relevan untuk diprioritaskan.Sebagai contoh,
pada penelitian yang dilakukan oleh Bukhardt, ditemukan pada analisis
statistik bahwa ada hubungan yangpositif dan terus bertahan, antara memliki
spiritual yang tinggi, denganseseorang yang mencari tujuan hidup.Spiritualitas
memberi penerangan pada seseorang yang mempunyai satutujuan, dan
mengapa mereka menghendaki untuk hidup dihari yang lain.
5. Moral dan etika
Untuk hidup bermoral dan beretika, hidup dalam masyarakat
danmenjunjung tinggi moral dan etika yang ada di dalam masyarakattersebut.
6. Penghargaan pada keindahan
Menghargai keindahan alam dan seni, gambaran hubungandengan alam
meliputi: ikut memelihara lingkungan sekitar dengan caramenanam tumbuhan,
pohon serta melindungi dari kerusakan, mengagumialam sebagai ciptaan,
menghargai seni dengan menghargai musik.
7. Pemecahan masalah/ kematian
Pesan atau nasihat sebelum menghadapi kematian, mengakuiadanya
kehidupan setelah kematian, mempunyai pemahaman yang
dalamakankematian, dan memaafkan diri dengan orang lain.
25
3. Latar belakang, etnik dan budaya
Sikap, keyakinan, dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang etnikdan social
budaya. Umumnya seseorang akan mengikuti tradisi agamadan spiritual
keluarganya.
4. Pengalaman hidup sebelumnya
Pengalaman hidup baik yang positif maupun yang negatif
dapatmempengaruhi tingkat spiritual seseorang. Peristiwa dalam
kehidupansering dianggap sebagai ujian kekuatan iman bagi manuisa
sehinggakebutuhan spiritual akan meningkat dan memerlukan kedalaman
tingkatspiritual sebagai mekanisme koping untuk memenuhinya.
5. Krisis dan perubahan
Krisis dan perubahan dapat menguatkan kedalaman spiritualseseorang.
Krisi sering dialami ketika seseorang menghadapi penyakit,penderitaan,
proses penuaan, kehilangan, dan bahkan kematian. Bila kliendihadapkan
pada kematian, maka keyakinan spiritual dan keinginanuntuk sembahyang
atau berdoa lebih meningkat dibandingkan denganpasien yang penyakit tidak
terminal.
6. Terpisah dari ikatan spiritual
Menderita sakit terutama yang bersifat akut, seringkali individuterpisah atau
kehilngan kebebasan pribadi dan sistem dukungan sosial.Kebiasaan hidup
sehari-harinya termasuk kegiatan spiritual dapatmengalami
perubahan.Terpisahnya individu dari ikatan spitual beresikoterjadinya
perubahan fungsi sosial.
7. Isu moral terkai dengan terapi
Kebanyakan agama, proses penyembuhan dianggap sebagai caraTuhan
untuk menunjukan kebesaran-Nya.
8. Asuhan keperawatan yang kurang sesuai
Ketika memberikan ashuan keperawatan kepada klien, perawatdiharapkan
untuk peka terhadap kebutuhan spiritual klien, tetapi denganberbagai alasan
ada kemungkinan perawat juga menghindari untukmemberikan asuhan
spiritual.Perawat merasa bahwa pemenuhankebutuhan spiritual klien bukan
menjadi tugasnya, tetapi tanggung jawabpemuka agama.
26
2.3 Penelitian Relevan
Tabel 1. Penelitian Relevan
Persamaa
N Nama
Judul Metode Penelitian Hasil n dan
o Peneliti
Perbedaan
1 Yesika Hubungan Jenis penelitian yang Hasil penelitian Persamaan
Nurdina Pelayanan digunakan adalah menyatakan : variabel
(2016) Spiritual deskriptif bahwa ada independen
dengan korelatif.Populasipeneliti hubungan dan
Kepuasan an adalah seluruh pelayanan dependen
Pasien pasien rawat inap dalam spiritual yang
dirumah tiga bulan terakhir diberikan oleh Perbedaan:
Sakit terdapat perawat dengan lokasi
Meuraxa 3.547responden. Teknik kepuasan penelitian,
Kota Banda pengambilansampel pasien (p- perbedaan
Aceh menggunakan metode value=0,000) jumlah
purposive sampling dan ada populasi
hubungan dan sampel
pelayanan
spiritual yang
diberikan oleh
perawat ditinjau
dari menetapkan
kehadiran (p-
value=0,001),
berdoa (p-
value=0,026),
dukungan
ibadah (p-
value=0,001),
dan sistem
dukungan (p-
value=0,006)
dengankepuasa
n pasien.
2 Ilhamsya Hubungan Penelitian ini bersifat Hasilpenelitian Persamaan
h (2021) Pelaksanaa observasional dengan didapatkan : variabel
n rancangan cross hubungan independen
Keperawata sectional study. pelaksanaan yaitu
n Spritual Penelitian dilaksanakan keperawatan pelaksanaa
Terhadap di ruang spiritual dengan n
Kepuasan rawat inap Rumah Sakit kepuasan keperawata
Spritual Ibnu Sina Makassar. spiritual pasien n spiritual
Pasien di Sampel yang diambil di Rumah
Rumah sebanyak 98 orang yang Sakit Ibnu Sina Perbedaan:
Sakit Ibnu sesuai dengan Makassar lokasi
Sina kriteria inklusi dan dengan P>0.05. penelitian,
Makassar eksklusi. Pengambilan perbedaan
sampel secara purposif. jumlah
populasi
dan sampel
3 Asri Hubungan Jenis penelitian ini Hasil penelitian Persamaan
Aprilia Penerapan adalah analitik kuantitatif ini : variabel
(2021) Aspek dengan pendekatan terdapathubung independen
27
Persamaa
N Nama
Judul Metode Penelitian Hasil n dan
o Peneliti
Perbedaan
Spiritualitas "cross sectional" sampel an yang dan
Perawat dalam signifikan antara dependen,
Dengan penelitian ini yaitu 45 penerapan metode
Pemenuhan pasien yang di rawat aspek penelitian
Kebutuhan inap di Puskesmas spiritualitas
Spiritual Manonjaya kecamatan perawat dengan Perbedaan:
Pada Manonjaya Kabupaten pemenuhan lokasi
Pasien di Tasikmalaya periode kebutuhan penelitian,
Ruang bulan April-Mei Tahun spiritual jumlah
Rawat Inap 2021 dengan teknik pada pasien populasi
Puskesmas sampel total sampling. karena nilai α > dan jumlah
Manonjaya ρ value (0,05> sampel
Kabupaten 0,000) dan nilai
Tasikmalay chi square (χ2)
a Tahun hitung > chi
2021 square (χ2)
tabel
(15,000> 3,841).
28
2.4 Kerangka Teori
Kepuasan pasien
KETERANGAN:
= Variabel bebas
= Variabel terikat
29
2.6 Hipotesis
Dari kerangka konsep tersebut diatas, dapat ditarik hipotesis yakni:
1. Hipotesis Awal (H0): tidak ada hubungan pelaksanaan pelayanan
keperawatan spiritual dengan kepuasan pasien rawat inap di RSUD dr.
Hasri Ainun Habibie.
2. Hipotesis Alternatif (Ha): ada hubungan pelaksanaan pelayanan
keperawatan spiritual dengan kepuasan pasien rawat inap di RSUD dr.
Hasri Ainun Habibie.
30
BAB III
METODE PENELITIAN
31
Keterangan:
n = Ukuran sampel
N = Ukuran Populasi
e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel
yang masih dapat ditolelir atau diinginkan 10%. Rumus slovin:
n = N
1+N(e)2
n = 54
1+54 (0,10)2
n = 54
1,54
32
3.5 Definisi Operasional
Tabel 2. Definisi Operasional
33
sekunder yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini, adalah data
yang diperoleh peneliti melalui data dari RSUD dr. Hasri Ainun Habibie sebagai
data penunjang penelitian.
34
statistik Sudjana (2015), p adalah rentang/banyak kelas dimana p merupakan
panjang kelas dengan rentang (nilai tertinggi dikurang nilai terendah) yaitu
sebesar 108. Dan banyak kelas dibagi menjadi empat katagori kelas untuk
kepuasan pasien, maka akan diperoleh panjang kelas sebesar 24. Dengan p =
24dan nilai terendah 0 sebagai batas bawah kelas pertama, maka dikatagorikan
sebagai berikut:
Sangat Puas : Bila mendapatnilai 76% - 100% dari total penilaian.
Puas : Bila mendapatnilai 51% - 75% dari total penilaian.
Tidak Puas : Bila mendapatnilai ≤50% dari total penilaian.
3. Uji Validasi dan Reabilitas Instrument Penelitian.
Instrument penelitan untuk kuedua variabel inimerupakan alat ukur yang
sudah baku, yang telah diuji validitas oleh Rina Rahmadani (2013) dan
didapatkan untuk variabel kepuasan pasien terdapat24 pernyataan
dinyatakanreliabel dengan nilai cronbach alpha 0,916, dan untuk variabel
pelayanan spiritual didapatkan bahwa terdapat 17 pernyataan dinyatakanreliabel
dengan nilai cronbach alpha 0,6443.
35
Entri yaitu data yang dimasukkan kedalam file computer sesuai pemberian
kode pada tahap coding.
4. Scoring
Scoring yaitu penelitian data dengan memberikan skor pada pertanyaan
yang berkaitan dengan pengetahuan responden.Hal ini dimaksudkan untuk
memberikan bobot pada masing-masing jawaban, sehingga mempermudh
perhitungan.
5. Tabulating
Tabulating yaitu masukkan data sehingga mudah dijumlahkan, disusnan
dan di sajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
2
( f −f )
K
χ =∑i=1 0 h
2
fh
Dimana:
X2 : Chi Kuadrat
f0 : Frekuensi observasi
36
fh : Frekuensi harapan (Sugiyono, 2012).
Untuk hasil akhir digunakan uji statistik Chi square (X2) dengan singkat
kemaknaan α = 0,05 dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Terlebih dahulu membuat rumusan hipotesis penelitian (H0) maupun
hipotesis alternatif (Ha).
2. Menguji nilai X2 yang diperoleh dengan menggunakan harga kritis (critical
value X2 tabel) yang disesuaikan dengan tingkat kemaknaan yang
ditentukan (deviasi = 0,05).
37
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.
Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti,
hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan di dalam hasil penelitian.
38
Studi Pendahuluan
Permohonan Penelitian
Informed Consent
Tanpa nama
Mengisi lembar kuesioner
oleh responden
Kerahasiaan
39
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Saleh, A., & Syahrul, S. (2022). KOLABORASI PERAWAT-
ROHANIAWAN DALAM PENERAPAN SPIRITUAL DIRUMAH SAKIT: A
SCOPING REVIEW. Jurnal Ilmiah Keperawatan (Scientific Journal of
Nursing), 8(1). https://doi.org/10.33023/jikep.v8i1.863
Abdurrouf, M., & Rosalia, C. (2018). Pelayanan Syariah Dalam Bidang
Keperawatan Dengan Tingkat Kepuasan Pasien di Rumah Sakit. Unissula
Press, 1(1).
Asih, P., Yuniarsih, S. M., & Hasanah, N. (2020). Hubungan Kesehatan Spiritual
Lansia Dengan Persiapan Menghadapi Kematian. Seminar Nasional
Keperawatan “Pemenuhan Kebutuhan Dasar Dalam Perawatan Paliatif
Pada Era Normal Baru” Tahun 2020.
Awaliyah, S. N., & Budiati, T. (2018). Peningkatan Pemenuhan Kebutuhan
Spiritual Dalam Pelayanan Keperawatan Maternitas Pada Pasien Kanker
Ginekologi Di Ruang Onkologi : Evidence Based Nursing. Prosiding
Pertemuan Ilmiah Nasional Penelitian & Pengabdian Masyarakat
(PINLITAMAS 1), 1(1).
Azizah, L. M., Zainuri, I., & Akbar, A. (2016). Teori dan Aplikasi Praktik Klinik. In
Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Azizatunnisa, N. (2013). Pengetahuan dan keterampilan perawat dalam
pelayanan keperawatan holistik di indonesian holistic tourist hospital
purwakarta jawa barat. Jurnal Keperawawtan Komunitas, 1(2).
Bachtiar, I. (2015). Pengaruh kualitas pelayanan dan kepuasan pasien terhadap
citra rsud salatiga. In Universitas Negeri Semarang.
Distinarista, H., Wuriningsih, A. Y., & Laely, A. J. (2021). Pengalaman Psikologis
Stres Pasien Kanker Serviks: Studi Fenomenologi. Jurnal Keperawatan,
13(3). https://doi.org/10.32583/keperawatan.v13i3.1180
Estetika, N., & Jannah, N. (2017). Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Spiritual di
Suatu Rumah Sakit Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas
Keperawatan, 1(1).
Etlidawati, & Handayani, D. Y. (2017). Hubungan Kualitas Mutu Pelayanan
Kesehatan Dengan Kepuasan Pasien Peserta Jaminan Kesehatan
Nasional. MEDISAINS: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Kesehatan, 15(3).
40
Farida, A. (2010). Pengalaman Klien Hemodialisis terhadap Kualitas Hidup dalam
Konteks Asuhan Keperawatan di RSUP Fatmawati Jakarta. Tesis
Universitas Indonesia.
Fatmawati, Z. I., Ropyanto, C. B., Keperawatan, M. M., Kedokteran, F.,
Diponegoro, U., Studi, P., Keperawatan, M., Kedokteran, F., & Diponegoro,
U. (2019). Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pasien Kanker : Literature
Review. J.
Fitriyah, N. (2016). ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL PADA
PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH. Jurnal ProNers.
Fitriyah, N. A., Hastuti, M. F., & Parjo. (2016). Analisa Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Perawat Dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pada
Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Anton Soedjarwo Pontianak, Pontianak,
Kalimantan Barat Tahun 2016. Jurnal ProNers, 3(1).
Fuad. (2017). Pengaruh Pelayanan Islami Terhadap Kepuasan Pasien Di Rumah
Sakit Umum Daerah (RSUD) Meuraxa Kota Banda Aceh. In repository.UIN-
Arraniry (Issue 9).
Gesni Mehika, G. M., Bayhakki, B., & Rani Lisa Indra, R. L. I. (2021). TINGKAT
KEPUASAN PASIEN PENYAKIT KRONIS TERHADAP PEMENUHAN
KEBUTUHAN SPIRITUAL SELAMA DIRAWAT DI RSUD ARIFIN ACHMAD
PROVINSI RIAU. Jurnal Keperawatan Hang Tuah (Hang Tuah Nursing
Journal), 1(1). https://doi.org/10.25311/jkh.vol1.iss1.315
Hakim, L. (2018). Pengaruh Peran Case Manager Berbasis Spiritual Islami
Terhadap Kepuasan Pasien. Tesis. Fakultas Keperawatan Universitas
Airlangga Surabaya.
Husna, E. (2019). PENERAPAN CARING DAN SPRITUAL PERAWAT PADA
PASIEN KRITIS DIRUANG ICU. Dunia Keperawatan: Jurnal Keperawatan
Dan Kesehatan, 7(1). https://doi.org/10.20527/dk.v7i1.5614
Juniarti, R., Somantri, I., & Nurhakim, F. (2020). Gambaran Kualitas Dokumentasi
Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD Dr.Slamet Garut. Jurnal
Keperawatan BSI, vol 8 no 2(2).
Khairani, M., Salviana, D., & Abu Bakar. (2021). Kepuasan Pasien Ditinjau dari
Komunikasi Perawat-Pasien. Jurnal Penelitian Psikologi, 12(1).
https://doi.org/10.29080/jpp.v12i1.520
41
Lhamsyah, Elly.L.Sjattar, Veni Hadju, & Safruddin. (2020). Hubungan
Pelaksanaan Keperawatan Spritual Terhadap Kepuasan Spritual Pasien di
Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar. Jurnal Kesehatan Panrita Husada, 6(1).
https://doi.org/10.37362/jkph.v6i1.333
Maryana, M., & Erwan, E. (2019). Persepsi Perawat Tentang Spiritual Care di
Ruang Intensive Care Unit. Citra Delima : Jurnal Ilmiah STIKES Citra Delima
Bangka Belitung, 3(2). https://doi.org/10.33862/citradelima.v3i2.83
Mustika, D., & Sari, K. (2019). Kepuasan pasien terhadap layanan rawat inap
RSUD Jagakarsa tahun 2017/2018. Jurnal Administrasi Rumah Sakit
Indonesia, 5(3).
Notoatmodjo. (2018a). Metode Penelitian. Kemampuan Koneksi Matematis
(Tinjauan Terhadap Pendekatan Pembelajaran Savi), 53(9).
Notoatmodjo. (2018b). Metode Penelitian Statistika. Angewandte Chemie
International Edition, 6(11), 951–952.
Nurdina, Y., & Putra, A. (2016). Hubungan Pelayanan Spiritual dengan Kepuasan
Pasien di Rumah Sakit Meuraxa Kota Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Fakultas Keperawatan, 1(1).
Oini, O., Komalasari, R., & Hasibuan, S. Y. (2017). Tingkat Kepuasan Pasien
terhadap Pelayanan Keperawatan di Unit Rawat Inap. Nursing Current, 5(2).
Puspita Sari, D. W., Issroviatiningrum, R., & Soraya, R. S. (2019). HUBUNGAN
ANTARA PELAYANAN KEPERAWATAN BERBASIS SPIRITUAL DENGAN
KEPUASAN KERJA PERAWAT. Jurnal Riset Kesehatan, 8(1).
https://doi.org/10.31983/jrk.v8i1.4077
Putri, G. A., Sudirman, & Nurjanah. (2020). Pengaruh Citra Pelayanan Rawat
Jalan terhadap Kepuasan Pasien Pasca Gempa di Rsu Anutapura Palu.
Jurnal Kolaboratif Sains, 03(04).
Riadi, M. (2016). Pengertian, cara mengukur dan faktor yang mempengaruhi
kepuasan pasien. In Pengertian, cara mengukur dan faktor yang
mempengaruhi kepuasan pasie.
Rosliany, N., Irawaty, D., & Maria, R. (2018). PENERAPAN PROGRAM
PERAWATAN SPIRITUAL UNTUK MENURUNKAN DEPRESI PADA
PASIEN LEUKEMIA. Jurnal Kesehatan Holistic, 2(1).
https://doi.org/10.33377/jkh.v2i1.32
Safira, N. (2019). Klasifikasi Pengkajian Keperawatan. Keperawatan.
42
Saharuddin. Safrullah Amir, R. (2018). Penerapan Model Pelayanan
Keperawatan berbasis spiritual Ditinjau dari aspek Keperawatan Spiritual DI
RS Islam Faisal Makasar. Hospital Majapahit, 10(1).
Saharudin, Amir, S., & Rosmina. (2018). Penerapan Model Pelayanan
Keperawatan Berbasis Spiritual Ditinjau dari Aspek Proses Asuhan
Keperawatan Spiritual di Rumah Sakit Islam Faisal Makassar. Hospital
Majapahit (JURNAL ILMIAH KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN
MAJAPAHIT MOJOKERTO), 10(1).
Salim, H. (2019). Penelitian Pendidikan : Metode, Pendekatan, dan Jenis. In
Jakarta: Kencana.
Sari, S. M. (2021). Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Kepuasan Pasien
Terhadap Loyalitas Pasien (Studi pada Rumah Sakit Bhayangkara Tk. II
Sartika Asih Bandung). Jurnal Economix, 9(1).
Setiowati, D., Sukma, P. R. K., & Rahim, R. (2021). The Application of Islamic
Spiritual Methods in Nursing Program Curriculum at UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta and UIN Alauddin Makasar. Islam Transformatif : Journal of Islamic
Studies, 5(2). https://doi.org/10.30983/it.v5i2.4933
Siregar, R. N. (2020). PENGEMBANGAN KOMPETENSI PERAWAT DALAM
PELAYANAN KEPERAWATAN MELALUI HOLISTIC LEADERSHIP.
Http://Dosen.Stikesdhb.Ac.Id/Nety/Wp-Content/Uploads/Sites/51/2017/10/
Kompetensi-Perawat.Pdf.
Stanley, M. (2012). Buku ajar keperawatan gerontik (Gerontological Nursing: A
Health Promotion or Protection Approach). In Jakarta: EGC.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian dan Pengembangan Pendekatan Kualitatif,
Kuantitatif, dan R&D. Metode Penelitian Dan Pengembangan Pendekatan
Kualitatif, Kuantitatif, Dan R&D.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kauntitatif,
Kualitatif, R&D. In Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif Dan R&D.
Sugiyono. (2019). METODE PENELITIAN PENDIDIKAN. In Bandung:Alfabeta.
Sugiyono, D. (2018). Metode penelitian kuatintatif , kualitatif dan R & D /
Sugiyono. In Bandung: Alfabeta.
Sujana, E., Fatimah, S., & Hidayati, N. O. (2017). KEBUTUHAN SPIRITUAL
KELUARGA DENGAN ANAK PENDERITA PENYAKIT KRONIS. JURNAL
43
PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA, 3(1).
https://doi.org/10.17509/jpki.v3i1.7480
Sureskiarti, enok. (2016). Pengaruh Spiritual Leadership Terhadap Kinerja
Perawat Dalam Melaksanakan Asuhan Keperawatan Di Rsud H. Dr.
Soewondo Kendal. Jurnal Ilmiah Sehat Bebaya, 1(1).
Suryawantie, T., Wahyu, I., & Ahmalia, V. (2019). Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Spiritual Pada Pasien Stroke Pasca Akut Di Ruangan Cempaka. Jurnal
Keperawatan Dirgahayu, 1(2).
Syaifudin, A., Hernawan, S. Y., & M Adinata, N. N. (2020). Pemberian Insentif
dan Motivasi Kerja dengan Mutu Pelayanan Perawat di Puskesmas
Bangetayu Semarang. JURNAL GIZI DAN KESEHATAN, 12(1).
https://doi.org/10.35473/jgk.v12i1.80
Widiasari, W., Handiyani, H., & Novieastari, E. (2019). KEPUASAN PASIEN
TERHADAP PENERAPAN KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT.
Jurnal Keperawatan Indonesia, 22(1). https://doi.org/10.7454/jki.v22i1.615
Widya Astari, D., Noviantani, A., & Simanjuntak, R. (2021). Kepuasan Pasien
terhadap Mutu Pelayanan Keperawatan di Era Pandemi Covid-19 di Rumah
Sakit Mata Cicendo. The Journal of Hospital Accreditation, 3(01).
Wuwung, E. C. Q., Gannika, L., & Karundeng, M. (2020). PERILAKU CARING
PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN. JURNAL KEPERAWATAN,
8(1). https://doi.org/10.35790/jkp.v8i1.28419
Yudaningsih, Y., Kana, N. L., & Sujianto, U. (2016). Pengaruh Pelatihan
Kepemimpinan Spiritual Terhadap Peningkatan Kinerja Ketua Tim
Keperawatan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang. Jurnal
Manajemen Kesehatan Indonesia, 4(3).
https://doi.org/10.14710/jmki.4.3.2016.242-249
Yuniarti, S. (2014). Peran perawat sebagai care giver. Jurnal Keperawatan,
VII(1).
Zulfita, N., Hastuti, M. F., & Nurfianti, A. (2020). HUBUNGAN TINGKAT
KECERDASAN EMOSIONAL DAN SPIRITUAL TERHADAP PERILAKU
CARING PERAWAT PELAKASANA DI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS
TANJUNGPURA PONTIANAK. Tanjungpura Journal of Nursing Practice
and Education, 2(2). https://doi.org/10.26418/tjnpe.v2i2.44504
44
Lampiran 1. Lembar Persetujuan Responden
45
(……………………………)
Lampiran 2. Kuesioner 1
46
pasienmenginginkannya
Lampiran 3. Kuesioner 2
KUESIONER KEPUASAN PASIEN
Hubungan Pelayanan Keperawatan Spiritual dengan Kepuasan Pasien
Rawat Inap di RSUD dr. Hasri Ainun Habibie
Petunjuk Pengisian:
Isilah data di bawah ini dengan tepat dan benar.Berilah tanda (√) pada
pilihanpernyataan yang telah disediakan.
Pilihan jawaban:
Tidak Pernah :0
Kadang-kadang :1
Cukup Sering :2
Sering :3
Sangat Sering :4
Dilakukan
No. Tindakan yang didapatkan Pasien T
KK CS S SS
P
A. KEHANDALAN (RELIABILITY)
Perawat memberikan pelayanan yang teliti dan tepat
1.
waktu
Perawat dan petugas lainnya membantu jika ada
2.
permasalahan yang dihadapi pasien
Perawat memberitahu jenis penyakit secara lengkap,
3.
cara perawatan dan cara minum obat dengan jelas
Perawat memberikan informasi kepada pasien sebelum
4.
pelayanan diberikan
5. Perawat bersedia menanggapi keluhan pasien
B. KETANGGAPAN (RESPONSIVENESS)
6. Perawat menerima dan melayani pasien dengan baik
7. Perawat melakukan tindakan secara cepat dan tepat
Perawat memberitahu pelayanan spiritual yangtersedia
8. di Rumah Sakit Aloei Saboe kepada saya dan keluarga
saya
Perawat mengingatkan pasien bahwa meskipunsedang
9. dirawat di Rumah Sakit pasien harus tetapmenjalankan
ibadah untuk meningkatkankeimanan
Perawat cepat tanggap dalam memenuhi kebutuhan
10.
pasien dan keluarga selama dirawat
Perawat memberi dukungan mental kepadapasien
11. untuk tidak larut dalam penderitaan danmeyakinkan diri
pasien bahwa hari esok akanlebih baik
C. BUKTI LANGSUNG (TANGIBLES)
12. Ruangan pasien terlihat indah dan bersih
13. Perawat memberi kesempatan dan membantupasien
47
untuk menjalankan kewajiban agama pasien
Perawat mengajak pasien untuk berdoa
14.
bersamamemohon kesembuhan pasien
Perawat membantu pasien dalam melakukanrutinitas
peribadatan pasien seperti (mengambilwudhu,
15.
mengajarkan sholat dalam posisiduduk atau berbaring,
berdoa)
Perawat menghubungi petugas rohaniawanbila pasien
16. membutuhkannya maupun keluargapasien
menginginkannya
Perawat mempersiapkan peralatan untukberibadah
17. pasien seperti mukena, sajadah, alatzikir, Al-Quran
ketika pasien atau keluargamembutukan
D. JAMINAN/KEPASTIAN (ASSURANCE)
Perawat mempunyai kemampuan dan pengetahuan
18. yang cukup baik sehingga mampu menjawab
pertanyaan pasien secara meyakinkan
Perawat menyediakan obat-obatan atau alat media
19.
yang lengkap
20. Perawat bersifat cekatan serta menghargai pasien
Perawat melayani dengan sikap meyakinkan sehingga
21.
pasien merasa aman
E. EMPATI (EMPHATY)
Perawat memberikan pelayanan sesuai dengan
22.
keinginan dan kebutuhan pasien
Perawat memperhatikan pasien dengan sungguh-
23.
sungguh
24. Perawat bersikap sopan dan ramah
Perawat memberi semangat kepada pasien
25.
dankeluarga
Perawat meluangkan waktu untukmendengarkan
26.
keluhan dan perasaan tentangpenyakit pasien
48