Case Report Babakan Sari

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Analisis Situasi Puskesmas

1.1.1 Analisis Lingkungan Kesehatan

UPT Puskesmas Babakan Sari terletak di jalan Babakan Sari No.183 Kelurahan

Babakan Sari Kecamatan Kiaracondong. Wilayah Kerja UPT Puskesmas Babakan Sari

adalah Kecamatan Kiaracondong meliputi 6 Kelurahan, yaitu : Kelurahan Babakan Sari,

Kelurahan Kebon Jayanti, Kelurahan Kebon Kangkung, Kelurahan Sukapura,

Kelurahan Babakan Surabaya, Kelurahan Cicaheum.

Luas Kecamatan Kiaracondong 613,03 Ha yang terdiri dari daerah industri,

pemukiman dan pesawahan. Wilayah kerja Puskesmas Babakan Sari terdiri dari 4

kelurahan yaitu Kelurahan Babakan Sari 88,1 Ha, Kelurahan Kebon Jayanti 27,5 Ha,

Kelurahan Kebon Kangkung 58,1 Ha, dan Kelurahan Sukapura 280,72 Ha.

Lokasi UPT Puskesmas Babakan Sari terletak di Jalan Babakan Sari No. 183

sedangkan lokasi Puskesmas Babakan Surabaya terletak di Rt. 04 RW. 13 Kelurahan

Babakan Surabaya. Tidak semua wilayah kerja UPT Puskesmas Babakan Sari dapat

dijangkau dengan kendaraan roda empat sebagian besar RW hanya dapat dijangkau

dengan kendaraan roda dua.

Rata-rata keterjangkauan jarak daerah binaan di UPT Puskesmas Babakan Sari

dapat ditempuh dengan kendaraan roda 2 dan roda 4, tetapi ada beberapa daerah binaan

yang hanya dapat ditempuh dengan berjalan kaki. Waktu tempuh terjauh adalah 25

menit dan waktu tempuh terdekat 5 menit.

Sedangkan Puskesmas Babakan Surabaya terletak di tengah komplek perumahan

dan untuk mencapai ke lokasi puskesmas diperlukan waktu kurang lebih 15 menit dari

1
2

jalan raya dengan berjalan kaki dan kurang lebih 5 menit bila memakai kendaraan roda

2 atau roda 4. Jarak terjauh wilayah binaan dari puskesmas sekitar 4 Km yang ditempuh

dalam waktu 45 hingga 60 menit yang dicapai dengan beberapa kali ganti kendaraan

umum ditambah dengan berjalan kaki.

Kondisi daerah wilayah kerja Puskesmas Babakan Surabaya sebagian besar

merupakan daerah kumuh. Ini disebabkan kerena perumahan penduduk yang padat dan

sebagian daerah pemukiman tidak bisa dilalui oleh kendaraan jenis roda empat, hanya

berupa gang-gang sempit. Juga sangat dipengaruhi oleh adanya pasar dan terminal

sehingga mempengaruhi waktu tempuh ke puskesmas sehingga waktu tempuh dengan

memakai kendaraan roda empat lebih lama daripada memakai kendaraan roda dua.

 Inspeksi Sanitasi Sarana Air Bersih (SAB)

Tabel 4.9

Jumlah Inspeksi Sanitasi Sarana Air Bersih

UPT Puskesmas Babakan Sari Tahun 2010

PUSKESMAS
NO TINGKAT Babakan TOTAL KET.
Babakan Sari
KEMANDIRIAN Surabaya UPT

1 2 3 4 5 6

Jumlah Sarana Air


1 11221 6091 17.312
Bersih Yang Ada

Jumlah Sarana Air


2 Bersih Yang 1205 592 1797
diperiksa

Jumlah Sarana Air


3 1051 485 1536
Yang Sehat

(Sumber : Pencatatan dan Pelaporan UPT Puskesmas Babakan Sari , Tahun 2010)

Analisis : Tabel 4.9 menunjukkan hasil Inspeksi Sanitasi Sarana Air Bersih. Dari 17.312

sarana yang ada, baru diperiksa sebanyak 1797 sarana atau baru sekitar 10,38 %.
3

Walaupun baru 10,38 % yang diperiksa tetapi telah melebihi dari target yang harus

diperiksa berdasarkan kesepakatan dengan seksi Kesling yaitu minimal sebesar 10%

dari jumlah sarana yang ada. Dari 1797 sarana yang diperiksa, yang memenuhi syarat

sebanyak 1536 buah sarana atau sekitar 85,5 %. Adapun sarana yang tidak memenuhi

syarat diantaranya disebabkan oleh kontruksi fisik sarana dalam keadaan rusak serta air

dalam keadaan kuning atau keruh.

 Inspeksi Sanitasi Sarana Pembuangan Sampah


Tabel 4.11
Jumlah Inspeksi Sanitasi Sarana Pembuangan Sampah
UPT Puskesmas Babakan Sari Tahun 2010

PUSKESMAS
NO TINGKAT Babakan Sari Babakan TOTAL KE
KEMANDIRIAN Surabaya UPT T.

1 2 3 4 5 6

1 Jumlah Sarana
Pembuangan Sampah Yang 13.336 5893 19.229
Ada

2 Jumlah Sarana
Pembuangan Sampah Yang 1338 592 1930
diperiksa

3 Jumlah Sarana
Pembuangan Sampah 1196 503 1699
Yang Sehat

(Sumber : Pencatatan dan Pelaporan UPT Puskesmas Babakan Sari , Tahun


2010)
Analisis : Pada tabel 4.11 terlihat bahwa jumlah sarana pembuangan sampah rumah

tangga yang ada di Kec. Kiaracondong sebanyak 19.229 buah. Jumlah tempat

pembuangan sampah yang diperiksa sebanyak 1930 atau sebesar 10,04 %. Hal ini sudah

memenuhi target pemeriksaan karena target minimal adalah sebesar 10 % dari jumlah

sarana yang ada. Tempat sampah yang memenuhi syarat sebanyak 1499 atau sebesar
4

88,03 %. Permasalahan dari Sarana pembuangan sampah biasanya ada pada Tempat

Pembuangan Sementara (TPS), yaitu TPS tidak memenuhi syarat sehingga sering

menimbulkan bau tidak sedap serta dijadikan tempat bersarangnya serangga dan

binatang lain. Selain itu frekuensi pengangkutan yang kurang dan volume sampah yang

banyak, seringkali membuat sampah tidak tertampung.

1.1.2 Analisis Kependudukan


 Jumlah dan komposisi penduduk berdasarkan golongan umur

Apabila dillihat dari tabel diatas jumlah penduduk yang ada di Kecamatan
Kiaracondong hampir mencapai 120.000 jiwa sedangkan puskesmas yang ada hanya 2.
Berdasarkan buku pedoman penyelenggaraan puskesmas yang dikeluarkan oleh Depkes,
rasio jumlah penduduk terhadap puskesmas adalah 30.000 penduduk dilayani oleh 1
puskesmas maka untuk wilayah Kecamatan Kiaracondong masih kurang 2 puskesmas
lagi. Berdasarkan tabel diatas juga dapat dilihat bahwa jumlah penduduk yang terbanyak
adalah jumlah penduduk usia produktif.

 Tingkat Pendidikan

Proposi pendidikan penduduk yang terbesar di wilayah kerja UPT Puskesmas

Babakan Sari Tahun 2010 adalah tamat SD yang mempunyai pengaruh terhadap

penyerapan informasi kesehatan yang berdampak kepada perubahan perilaku menuju

hidup bersih dan sehat. Diperlukan metode penyuluhan tertentu yang mempunyai

dampak penyerapan informasi paling besar untuk masyarakat dengan tingkat pendidikan

yang rendah.

 Pertumbuhan penduduk dan persebarannya

Kepadatan penduduk paling besar di wilayah kerja UPT Puskesmas Babakan

Sari ada di wilayah Kelurahan Babakan Surabaya sedangkan wilayah yang paling jarang

penduduknya ada di wilayah Kelurahan Sukapura.Selain padat dibeberapa wilayah juga


5

kumuh. Kepadatan penduduk akan berpengaruh pada penyebaran penyakit menular baik

secara langsung, melalui air maupun udara.

 Mata pencaharian Penduduk

Komposisi penduduk yang paling banyak dilihat dari mata pencaharian adalah

swasta yang pada kenyataannya pekerjaan swasta banyak disebutkan oleh orang yang

tidak memiliki mata pencaharian tetap di wilayah Kecamatan Kiaracondong dilihat dari

banyaknya jumlah penduduk miskin di wilayah kerja. Hal ini berpengaruh pada akses

masyarakat yang berpendapatan rendah kepada pelayanan kesehatan, sehingga

memerlukan perhatian khusus agar pelayanan kesehatan dapat diakses oleh seluruh

lapisan masyarakat secara adil dan merata.

 Jumlah Penduduk Miskin

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa penduduk miskin di wilayah kerja UPT

Puskesmas Babakan Sari mencapai 20,96% dari keseluruhan jumlah penduduk yang

ada. Dan belum semua penduduk miskin tercakup dalam Program Jamkesmas maupun

Bawaku di Bidang Kesehatan Kota Bandung.

1.1.3 Analisis Pelayanan Kesehatan

 Sarana Kesehatan

Menguraikan jenis dan jumlah sarana kesehatan (sarkes) yang dapat digunakan

masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, yang ada diwilayah kerja UPT

Puskesmas baik swasta maupun pemerintah.


6

Tabel 2.8 Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan di Wilayah Kerja UPT Puskesmas
Babakan Sari Tahun 2010

Lokasi
N Jenis Sarana Jumla Kebo Babaka
Kebon
o Kesehatan h Babaka
Kangkun
Sukapur n n Cicaheu
n Sari a Jayan Surabay m
g
ti a

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Rumah Sakit 1 0 0 0
1 1 0 0
Umum

Rumah Sakit 0 0 0 0 0 0 0
2
Khusus

3 Puskesmas 2 1 0 0 0 1 0

4 Posyandu 110 24 11 20 14 21 20

5 Dokter Umum 61 19 2 18 4 1 7

6 Dokter Spesialis 18 1 0 0 1 15 1

7 Dokter Gigi 21 5 3 3 5 4 1

8 Balai Pengobatan 20 6 4 4 3 2 1

9 Poliklinik 0 0 0 0 0 0 0

10 Klinik Kesehatan 0 0 0 0 0 0 0

11 Apotek 18 4 5 3 1 4 1

12 Laboratorium 2 0 0 0 0 2 0

13 Rontgen 0 0 0 0 0 0 0

14 Bidan Swasta 23 6 3 3 5 2 4

15 Batra 7 2 2 0 3 0 0
(Sumber data : Profil Kecamatan, Tahun 2010)

Dengan banyaknya sarana kesehatan yang ada di wilayah kerja UPT Puskesmas

Babakan Sari Tahun 2010 sebetulnya membantu puskesmas dalam hal pelayanan
7

kesehatan. Pencatatan dan pelaporan dari Sarana Kesehatan Swasta yang belum optimal

merupakan hal yang menjadi hambatan dalam pencapaian cakupan program puskesmas.

Diperlukan pembinaan yang lebih intensif dalam hal pencatatan dan pelaporan serta

perijinan sarana kesehatan yang ada di wilayah kerja puskesmas.Pemberian

rekomendasi oleh puskesmas untuk sarana kesehatan swasta hendaknya diatur dengan

jelas tentang kewajiban- kewajiban yang harus dipenuhi oleh pihak sarkesta.

 Sarana dan Prasarana Pendukung

Tabel 2.12
Jumlah dan Kondisi Peralatan Kesehatan
Di Wilayah kerja UPT Puskesmas Babakan Sari Tahun 2010

Puskesmas Posyandu

Ada
Yang Ada Yang Yang Ada Yang
Tidak Ada Tidak
Lengkap
Lengkap Rusak Lengkap Rusak
Lengkap

N Jenis Peralatan
o Kesehatan
Jml se-UPT Jml

1 1 1 1 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 11 2 13 4 15 16 17 8 9 20

   
1 Hb Meter 1 1      

 
2 Bidan Kit 1      

 
3 KB Kit 1        

4 Dukun Kit          
8

5 Timbangan Kit        

Timbangan Bayi
6 Baru Lahir 1        

Timbangan Bayi
7 Kodok/Duduk 1          

8 Tensimeter 5     2      

9 Stetoskop Binokuler 4        

10 Stetoskop Monokuler 1        

11 BP Set          

 
12 PHN Kit 1 1       

Tes Kunjungan
13 Rumah          

14 SHK          

Set Klinik Gigi


15 Lapangan          

 
16 Dental Kit 1        

17 Kadar Set Gigi            

18 UKGS Kit            

 
19 Set Art Gigi 1        

Pengukur Tinggi    
20 Badan Bayi 1 3        

1 1 1 1 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 11 2 13 4 15 16 17 8 9 20

Pengukur Tinggi  
21 Badan Bumil 5 1         

Pengukur Lingkar
22 Lengan Bayi            

Pengukur Lingkar
23 Kepala Bayi            

Puskesmas Pembantu
24 Kit            
9

5
25 Timbangan Dacin       8 39    

 
26 Pos Kesehatan Kit   1        

27 Poliklinik Set   1          

28 Immunisasi Kit            

29 Thermos   1 2         

 
30 Lemari Es 1 1         

 
31 Vaccine Carier 2 3          

 
32 Freezer 1 1          

 
33 Sterilisator 1 rak 1          

34 Sterilisator 2 rak            

35 Container            

 
36 Cold Pack Orange 4 2          

37 Kolera Kit            

38 Frambusia Kit            

39 Kolera Kit            

40 Frambusia Kit            

 
41 Set Mikroskop 1          

Set Pemeriksaan
42 Hematologi / Darah            

Set Pemeriksaan
43 Urine            

Set Pemeriksaan Air


44 Sederhana            

Set Rujukan
45 Laboratorium            

46 Otoklaf Sterilasasi            

47 Set Sanitarian Kit   1         


10

48 Alat Penyuluhan :   1         

 
49 Wireless 1          

 
50 Radio Casette 1          

51 Standard Flip Charat            

52 Panel Boarad            

 
53 OHP 1          

1 1 1 1 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 11 2 13 4 15 16 17 8 9 20

 
54 Slide Proyektor 1          

Light Meter untuk


55 UKS            

Tempat Tidur  
56 Pemeriksaan Pasien 2 1          

 
57 Ginekolog Bed 1 1          

Timbangan Orang /    
58 Dewasa 4 1   1      

 
59 Stop watch 1 1          

60 Sterilisator 42 cm   1          

Tabung Oksigen &  


61 Troley 1 1          

61 Gunting Bengkok 1          

62 Gelas Ukur 1          

63 Mortir Besar 1          

64 Mortir Kecil 1          

65 Nebulaser 1          

66 Korentang dan Bak 1          

Peralatan Gigi
N Jenis Peralatan Puskesmas Posyandu
11

Ada
Yang Ada Yang Yang Ada Yang
Tidak Ada Tidak
Lengkap
Lengkap Rusak Lengkap Rusak
Lengkap
o Kesehatan

Jml se-UPT
1 1 1 1 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 11 2 13 4 15 16 17 8 9 20

1 High Speed  

2 Contra Angle 1  

3 Kompresor 1  

Tangkai dan Kaca 1


4 Mulut 30 0  

5 Sonde 4 2  

6 Pinset Gigi 11 4  

7 Excavator 17 6  

Tang Gigi Seri dan


8 Taring 1 1  

9 Tang Gigi Premolar 1  

Tang Gigi Molar


10 Kanan 1 1  

11 Tang Gigi Molar Kiri 1 1  

12 Tang Gigi M3 1 1  

Tang Sisa Akar


13 Lurus 1  

1 1 1 1 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 11 2 13 4 15 16 17 8 9 20

Tang Sisa akar


14 Bayonet Bawah 2 1  

Tang Gigi Seri dan


15 Taring 2  

16 Tang Gigi Premolar 1  

17 Tang Gigi Molar 1  

18 Tang Gigi M3 1 1  

19 Tang sisa akar 1  


12

Tang sisa akar dari


20 depan 1  

21 Bein 1  

22 Cryer mesial/distal 2  

Tang gigi seri dan


23 taring 1  

24 Tang gigi Molar 1  

25 Tang sisa akar bawah 1  

Tang Gigi Seri dan


26 taring 1  

27 Tang gigi Molar 1  

28 Tang Sisa Akar 1  

29 Tang Bayonet  

Tang sisa akar dari


30 depan  

31 Hand Scaller 3 1  

32 Pengaduk Semen 3 1  

33 Pengaduk Silikat  

34 Penumpat Semen 1 1

35 Penumpat Amalgam 2

36 Burniser 2 2

37 Plastik Instrumen

38 Mixing Glas Slab

39 Mortir dan Pestle 1

40 Pistol Amalgam 1 1

41 Dappen Glass 1 1

42 Tempat kapas 1

43 Bak Instrumen

44 Tensimeter 1 1  

45 Nierbeken  

46 Sterilisator 1 1  

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 1 13 1 15 16 17 1 1 20
13

0 2 4 8 9

47 Meja Tulis 2  

48 Lemari Alat 1  

49 Lemari Biasa  

50 Lemari Gantung 1  

51 Kursi Lipat 2  

52 Kipas Angin 1  

53 Pompa Air  
Bangku tunggu
54 pasien  

55 Kompor listrik 1  

56 Baki Kecil Alat  

57 Gelas Kumur  

58 Lamari KArtu 1  

59 Jam dinding  

60 Rak plastic  

61 Kursi Plastik 1  

62 White Board 1  

63 Papan grafik 1  

Jumlah dan kondisi peralatan kesehatan untuk menunjang pelayanan kesehatan di

wilayah kerja UPT Puskesmas Babakan Sari masih belum lengkap terutama untuk

pelayanan kesehatan di luar gedung, contoh UKGS set, APS, dimana UPT Puskesmas

Babakan Sari memiliki 44 Sekolah Dasar yang harus dibina. Ada beberapa peralatan

yang mulai rusak seperti dopler, tensimeter dan sebagainya.

 Tindakan yang dilakukan di Poli Gigi


14

Tindakan yang Dilakukan pada Bulan Juli-Oktober 2011


di Poli Gigi Puskesmas Babakan Sari

1.1.4 Analisis Derajat Masalah Kesehatan

1. Mortalitas

a. Mortalitas (angka kematian) umum

Merupakan indikator status kesehatan dan sekaligus merupakan indikator


kependudukan. Beberapa jenis Angka Kematian yang mempunyai kepekaan lebih
terhadap masalah kesehatan, antara lain :

 Jumlah Kematian Bayi


 Jumlah Kematian Balita
 Jumlah Kematian Ibu
 Jumlah Kematian Kasar
Angka kematian tersebut biasanya didapat berdasarkan hasil survey. Untuk tingkat
Puskesmas, dalam melakukan analisis kematian dapat digunakan Jumlah Kematian dari
program KIA maupun dari laporan kematian.

Tabel 2.21 Jumlah Kematian UPT Puskesmas Babakan Sari TAHUN


2010
15

NO USIA JUMLAH KEMATIAN PER KELURAHAN

KEMATIAN TOTAL Ket

Kel Kel Kb Kel Kb Kel Kel Kel


Bbk Jayanti Kangkung Sukapura Cicaheum
Sari B.Surabaya

1 Bayi (0-12 2 2 1 2 0 0 7
bl)

2 Balita (1-5 1 1 0 1 0 0 3
th)

3 Ibu Hamil 1 1 0 0 0 0 2

4 Kasar 35 42 36 42 35 42 232

JUMLAH 39 46 37 45 35 42 244

(Sumber : Pencatatan dan Pelaporan UPT Puskesmas Babakan Sari, Tahun 2010

Mengetahui penyebab kematian di wilayah kerja, apakah termasuk penyakit


menular, penyakt degeneratif atau penyakit lainnya, sehingga Puskesmas dapat
melakukan intervensi terhadap penyakit tersebut.

b. Mortalitas pada Kelompok Miskin

Data ini perlu dianalisis secara khusus mengingat perlu adanya program khusus
yang diperuntukan secara spesifik bagi pelayanan kesehatan keluarga miskin. Perlu
untuk dijelaskan apakah data ini sudah atau belum tersedia di Puskesmas.

Tabel 2.22 Jumlah Kematian pada kelompok miskin di wilayah UPT Puskesmas
Babakan Sari Tahun 2010

NO JENIS KEMATIAN Basir Basur JUMLAH


16

1 Bayi (0-12 bl) 3 3 6

2 Balita (1-5 th) 3 1 4

3 Ibu 2 0 2

4 Kasar 72 23 95

(Sumber : Pencatatan dan Pelaporan UPT Puskesmas Babakan Sari, Tahun 2010)

Jenis kematian yang terbanyak adalah kelompok jenis kematian kasar yang
terdiri dari beberapa penyakit seperti terurai pada tabel berikutnya . Kematian bayi,
balita dan ibu masih dijumpai di wilayah kerja UPT Puskesmas Babakan Sari.

c. Penyebab Kematian

Data ini perlu dianalisis secara khusus mengingat perlu diketahuinya


informasi penyebab kematian untuk membuat perencanaan program-program kesehatan
selanjutnya

Tabel 2.23
Pola Penyebab Kematian
di wilayah UPT Puskesmas Babakan Sari Tahun 2010

Pola Kelurahan
17

N Penyebab Kel Bbk Kel Kb Kel Kb Kel Kel Kel Bbk Total
o Sari Jayanti Kangkun Sukapur Cicaheu Surabaya
Kematian g a m

J % J % Ju % J % J % Juml % Juml %
u u ml u u ah ah
m m ah m m
la la la la
h h h h

1 Hepatitis 0 0 1 2.1 0 0 2 4.7 0 0 0 0 3 1.22


7 6

2 Jantung 3 8.57 2 4.3 0 0 6 14. 8 22. 3 7.1 22 9.06


4 28 85 4

3 Hipertensi 0 0 0 0 1 2. 3 7.1 3 8.5 0 0 4 1.63


70 4 7

4 TBC 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2.8 0 0 1 0.40


5

5 Kanker 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Payudara

6 Kanker Rahim 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

7 Kanker Tulang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

8 Kanker 2 5.71 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0.81

9 Kelenjar Tiroid 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

1 Paru 1 2.85 0 0 0 0 2 4.7 0 0 0 0 3 1.22


0 6

1 Kecelakaan 0 0 0 0 1 2. 0 0 2 5.7 1 2.3 4 1.63


1 70 1 8

1 Radang Otak 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2

1 Asma 2 5.71 3 6.5 1 2. 0 0 0 0 3 7.1 9 3.68


3 2 70 4

1 Typhus 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4

1 Stroke 1 34.2 3 6.5 5 13 4 9.5 2 5.7 3 7.1 29 11.88


5 2 8 2 .5 2 1 4

1 Cyrosis 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2.8 0 0 1 0.40


6 Hepatitis 5

1 Cacat Bawaan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7

1 ISPA 1 2.85 1 2.1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0.81


8 7

1 Aspixia 1 2.85 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0.40


18

2 Meningitis 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0

2 Diabetes 1 2.85 1 2.1 0 0 0 0 0 0 1 2.1 3 1.22


1 Melitus 7 8

2 Prematur 1 2.85 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2

2 IUFD (Lahir 0 0 1 2.1 1 2. 0 0 0 0 0 0 2 0.81


3 mati) 7 70

2 Diare 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4

2 Tetanus 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5

2 Ginjal 2 5.71 0 0 1 2. 0 0 0 0 1 2.1 4 1.63


6 70 8

2 Bronhitis 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7

2 Gastritis 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8

2 Usia lanjut 3 8.57 3 6.5 3 8. 2 4.7 6 17. 11 26. 28 11.47


9 2 33 6 14 19

3 DHF 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0

3 Ginjal 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1

3 Bronhitis 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2

3 Gastritis 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3

3 Arthritis 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2.1 1 0.40


4 lainnya 8

3 DHF 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5

3 Epilepsi 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2.1 1 0.40


6 8

3 Komplikasi 0 0 0 0 2 5. 1 2.3 4 11. 0 0 7 2.86


7 55 8 42

3 Tdk diketahui 9 25.7 3 67. 21 58 2 47. 8 22. 17 40. 108 44.26


8 penyebabnya 1 1 39 .3 2 82 85 47

3 Perdarahan 1 2.85 1 2.1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0.81


9
19

3 Hiv 0 0 0 0 1 2. 0 0 0 0 0 0 1 0.40
9 7

(Sumber : Pencatatan dan Pelaporan UPT Puskesmas Babakan Sari, Tahun 2010)

Pola penyebab kematian sebagian besar (44.26%) tidak diketahui penyebabnya.


Dari yang diketahui sebagian besar adalah penyakit degenerative seperti stroke
(11.88%), usia lanjut ( 11.47%), penyakit jantung (9.06%), Diabetes Mellitus dan
hipertensi. serta penyakit kronik tidak menular seperti asma, arthritis, epilepsy.
Sebagian kecil (dibawah 1%) dari pola penyebab kematian disebabkan oleh penyakit
menular seperti TBC. Data yang ada belum akurat, karena sebagian besar kematian
tidak melalui proses pemeriksaan sebab kematian.Namun hal tersebut masih bisa
dijadikan informasi dalampenyusunan program –program kesehatan di wilayah kerja.

2. Morbibiditas (angka Kesakitan)

Morbiditas atau angka kesakitan adalah jumlah orang yang terkena penyakit tertentu.

a. Angka Kesakitan Penderita Umum


20

Tabel 2.24
10 Pola Penyakit Terbanyak Penderita Umum
di wilayah UPT Puskesmas Babakan Sari Tahun 2010

NO PKM Babakan Sari PKM BBK Surabaya KETERANGAN

JENIS PENYAKIT JUMLAH JENIS PENYAKIT JUMLAH

1 Commond cold 5467 Commond cold 1735

2 ISPA 2519 ISPA 1303

3 Pharingitis 2391 Hipertensi 963

4 Hipertensi 2286 Myalgia 626

5 Penyakit Pulva 1808 Gastritis 593

6 Gastritis 1723 Diare 492

7 Myalgia 1539 ParingitisAcut 466

8 Diare 1099 Batuk 463

9 Gangguan kulit 939 Observasi Febris 403

10 Pneumonia 755 Gangguan kulit 402

(Sumber : Pencatatan dan Pelaporan UPT Puskesmas Babakan Sari, Tahun 2010)

Pola penyakit pasien yang berobat ke Puskesmas: yang terbanyak adalah penyakit
yang menyerang saluran nafas, kemudian penyakit kronik tidak menular seperti
hipertensi,disusul penyakit saluran pencernaan,hal ini dapat dijadikan salah satu dasar
dalam penyusunan perencanaan yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif.Upaya yang telah dilakukan antara lain penyuluhan,konseling, pengobatan
dan rujukan. Disamping program pendukung seperti perkesmas.

b. Angka Kesakitan Maskin


Tabel 2.25

10 Pola Penyakit Terbanyak Maskin


21

di wilayah UPT Puskesmas Babakan Sari Tahun 2010

No PKM Babakan Ket


PKM Babakan Sari
Surabaya

Jenis Jumlah Jenis Jumlah


Penyakit Penyakit

1 Commond cold 3562 Nasofaringitis 672


Acut

2 Hipertensi 1752 Hipertensi 515

3 ISPA 1656 Myalgia 321

4 Myalgia 1139 ISPA 318

5 Pharingitis 942 Gastritis 284


Akut

6 Gastroenteritis 941 Batuk 208

7 Gangguan kulit 651 Absesfurunkel, 171


karbunkel

8 Diare 602 Gangguan 158


kulit lain

9 Gejala lain 535 Chepalgia 149

10 Batuk 390 Observasi 108


Febris

(Sumber : Pencatatan dan Pelaporan UPT Puskesmas Babakan Sari, Tahun 2010)
Pola penyakit pasien maskin yang berobat ke Puskesmas : yang terbanyak

penyakit yang menyerang saluran nafas , kemudian penyakit kronik tidak menular,

serta gangguan kulit, hal ini sangat terkait dengan Perilaku Hidup Bersih dan sehat

yang sulit diterapkan pada masyarakat miskin yang rata-rata hidup pada

pemukiman padat dan kumuh. Upaya yang telah dilakukan antara lain penyuluhan,

konseling, pengobatan, rujukan serta kunjungan rumah bagi KK rawan .

c. Prevalensi Penyakit Gigi dan Mulut

Penyakit Gigi dan Mulut yang Terjadi pada Bulan Juli-Oktober 2011
di Poli Gigi Puskesmas Babakan Sari
22

1.2 Latar Belakang Pemilihan Masalah

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang

bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.

Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan untuk meningkatkan

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Puskesmas bertanggung jawab

menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat.

Upaya kesehatan tersebut terdiri atas upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan

pengembangan.

Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan

berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang

disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Salah satu program upaya kesehatan

pengembangan di puskesmas adalah program kesehatan gigi dan mulut. Program upaya

kesehatan gigi dan mulut di puskesmas terdiri atas pelayanan kesehatan gigi di balai

pengobatan gigi, usaha kesehatan gigi sekolah (UKGS), dan usaha kesehatan gigi

masyarakat (UKGM).
23

UKGM adalah suatu pendekatan edukatif yang bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan dan peran serta masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan gigi, dengan

mengintegrasikan upaya promotif, preventif kesehatan gigi pada berbagai upaya

kesehatan bersumberdaya masyarakat yang berlandaskan pendekatan primary health

care (posyandu, bina keluarga balita, polindes, ponstren, dan taman kanak-kanak).

Tujuan UKGM yaitu meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan, dan

peran serta masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan gigi. Program UKGM di

posyandu, dilaksanakan oleh tenaga kesehatan gigi dari puskesmas dan kader. Kader

kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau perempuan yang dipilih oleh masyarakat dan

dilatih menangani masalah-masalah kesehatan perseorangan maupun masyarakat serta

bekerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan

kesehatan.

Tujuan UKGM yaitu meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan, dan

peran serta masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan gigi. Program UKGM di

posyandu, dilaksanakan oleh tenaga kesehatan gigi dari puskesmas dan kader. Kader

kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau perempuan yang dipilih oleh masyarakat dan

dilatih menangani masalah-masalah kesehatan perseorangan maupun masyarakat serta

bekerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan

kesehatan.

Selama mengikuti kegiatan program imunisasi di posyandu dan mengamati

situasi di lapangan kami menemukan bahwa tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan

mulut masih kurang, dan kesehatan gigi dan mulut balita masih sangat memprihatinkan.

Hal ini disebabakan karena belum adanya program dari pemerintah dan puskesmas
24

setempat untuk memberikan program penyuluhan kesehatan gigi dan mulut di setiap

posyandu. Maka dari itu kami ingin memberikan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut

di setiap posyandu agar kesadaran masyarakat untuk memelihara kesehatan gigi dan

mulut meningkat.

1.3 Identifikasi Masalah

Dalam perencanaan kesehatan sangat penting untuk merumuskan masalah

kesehatan dengan baik. Perumusan masalah yang baik adalah perumusan yang

menyatakan adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan.

 Pada bulan November 2011, tingkat karies gigi pada balita di beberapa

posyandu di UPT Babakan Sari tinggi.

 Bulan Juli – Oktober 2011, pasien yang datang ke poli gigi di Puskesmas

Babakan Sari mayoritas sudah dalam keadaan pulpitis akut.

 belum pernah diadakan penyuluhan dan pendidikan kesehatan gigi dan mulut

terhadap ibu-ibu yang membawa balita ke posyandu

 Belum pernah diadakannya pelatihan kader posyandu untuk mendapatkan

pengetahuan dan pendidikan mendasar tentang kesehatan gigi dan mulut di

UPT Puskesmas Babakan Sari.

1.4 Prioritas Masalah

Menetapkan prioritas masalah bertujuan untuk merumuskan satu permasalahan

yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan relevan untuk dipecahkan.

Dari hasil perhitungan metode skoring maka didapatkan prioritas masalah di UPT

Puskesmas Babakan Sari adalah tingginya tingkat karies pada balita di posyandu

wilayah kerja UPT Puskesmas karena kurangnya pengetahuan dan kesadaran dari
25

masyarakat tentang pentingya kesehatan gigi dan mulut, serta dapat disebabkan oleh

tidak adanya penyuluhan dan pendidikan kesehatan gigi dan mulut terhadap ibu-ibu

yang datang ke posyandu Babakan Sari.

1.5 Tujuan Pemecahan Masalah

Tujuan adalah suatu keadaan di masa yang akan datang yang hendak dicapai.

Tujuan terdiri dari dua macam yaitu, tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan yang

ingin dicapai dari pemecahan masalah di UPT Puskesmas Babakan Sari ini, yaitu:

Tujuan Umum

 Menurunkan tingkat karies pada balita di posyandu wilayah kerja UPT

Puskesmas Babakan Sari.

Tujuan Khusus

 Meningkatkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut ibu-ibu yang datang ke

posyandu.

 Meningkatkan pengetahuan dan peran serta kader posyandu mengenai kesehatan

gigi dan mulut.

 Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk menjaga

kesehatan gigi dan mulut melalui peran aktif kader posyandu.


26
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Puskesmas

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kota/kabupaten yang

bertanggung jawab menyelanggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja

(KEPMENKES NO. 128/MENKES/SK/II/2004).

2.1.1 Visi dan Misi Puskesmas

Visi puskesmas tercapainya kecamatan sehat menuju tercapainya Indonesia

sehat. Misi puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan

nasional.

2.1.2 Tujuan Puskesmas

Tujuan puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan

kesehatan nasional yaitu meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup

sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar

terwujudnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

2.1.3 Fungsi Puskesmas

Fungsi puskesmas yaitu sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan

kesehatan, pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan kesehatan strata pertama

(perorangan/masyarakat).

27
28

2.1.4 Azas Penyelenggaraan Puskesmas

Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan

harus menerapkan azas penyelenggaraan Puskesmas secara terpadu. Azas

penyelenggaraan Puskesmas tersebut dikembangkan dari ketiga fungsi dari setiap fungsi

Puskesmas dalam menyelenggarakan setiap upaya Puskesmas, baik upaya kesehatan

wajib maupun upaya kesehatan pengembangan. Azas penyelenggaraan Puskesmas yang

dimaksud adalah : 

 Azas Penanggungjawab Wilayah

Azas penyelenggara Puskasmas yang pertama adalah pertanggungjawaban

wilayah. Dalam arti Puskesmas bertanggungjawab meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat harus melaksanakan berbagai kegiatan.

 Azas Pemberdayaan Masyarakat

Azas penyelenggaraan Puskesmas yang kedua adalah pemberdayaan masyarakat.

Dalam arti Puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga dan masyarakat,

agar berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya Puskesmas. Untuk ini, berbagai

potensi masyarakat perlu dihimpun melalui pembentukan Badan Penyantun Puskesmas

(BPP).

 Azas Keterpaduan

Untuk mengatasi keterbatasan sumberdaya serta diperolehnya hasil yang optimal,

penyelenggaraaan setiap upaya Puskesmas harus diselenggarakan secara terpadu, jika

mungkin sejak dari tahap perencanaan.


29

 Azas Rujukan

Sesuai dengan jenis upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas ada

dua macam rujukan yang dikenal yakni :

1. Rujukan Upaya Kesehatan Perorangan

2. Rujukan Upaya Kesehatan Masyarakat

2.1.5 Upaya Penyelenggaraan Puskesmas

Puskesmas bertangung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan

dan masyarakat. Ada 2 Upaya :

1. Upaya kesehatan wajib

Upaya kesehatan wajib adalah adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan

komitmen nasional,regional dan global serta yg mempunyai daya ungkit tinggi untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyrakat. Upaya ini harus diselenggarakan oleh setiap

puskesmas yang ada di Indonesia.

a. Upaya Promosi Kesehatan

b. Upaya Kesehatan Lingkungan

c. Upaya kesehatan Ibu & Anak serta KB

d. Upaya perbaikan Gizi Masyarakat

e. Upaya pencegahan dan Pemberantasan penyakit menular

f. Upaya Pengobatan

2. Upaya Kesehatan pengembangan


30

Upaya kesehatan pengembangan adalah upaya yang ditetapkan berdasarkan

permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang disesuaikan dengan

kemampuan puskesmas.

a. Upaya Kesehatan Sekolah

b. Upaya Kesehatan Olah raga

c. Upaya Kesehatan Kesehatan Masyarakat

d. Upaya Kesehatan Kerja

e. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut

f. Upaya Kesehatan Jiwa

g. Upaya Kesehatan Mata

h. Upaya Kesehatan usia lanjut

i. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional

2.1.6 Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut

Upaya kesehatan gigi dan mulut adalah upaya kesehatan gigi dan mulut

merupakan bagian integral dari upaya kesehatan secara menyeluruh yang

penyelenggaraannya terintegrasi secara lintas program dan lintas sektoral. Rujukan

upaya kesehatan gigi dan mulut (gimul), dilaksanakan melalui pelayanan medik gigi

dasar sampai dengan spesialistik. Banyak faktor yang mempengaruhi terselenggaranya

rujukan upaya kesehatan gigi dan mulut, antara lain faktor lingkungan, geografi,

transportasi, sosial ekonomi dan sosial budaya.

Tujuan umumnya adalah terwujudnya suatu tatanan pelayanan kesehatan gigi

dan mulut yang merata, terjangkau ,bermutu, berdaya guna dan berhasil guna.

Sedangkan tujuan khususnya, agar mantapnya pelayanan kesehatan gigi dan mulut di

setiap jenjang pelayanankesehatan yang berlaku. Terwujudnya alur (arus) rujukan


31

medik gigi dan rujukan kesehatan gigi. Sasaran sistem upaya rujukan gimul ialah setiap

institusi pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta.

A. Rujukan Medik Gigi :

 Rujukan kasus dengan atau tanpa pasien, untuk keperluan diagnostik,

pengobatan, tindakan operatif dan pemulihan (model rahang)

 Rujukan spesimen, untuk pemeriksaan penunjang /tambahan.

 Rujukan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK); mendatangkan atau

mengirim tenaga/ahli yang kompeten untuk memberikan dan mendapatkan

bimbingan pengetahuan dan ketrampilan kesehatan gigi dan mulut (gimul).

B. Rujukan Kesehatan Gigi :

 Bantuan teknologi berupa teknologi tepat guna, cukup sederhana, dapat dikuasai

dan dilksanakan, serta terjangkau masyarakat. Contoh: cara menyikat gigi yang

baik dan benar, bentuk-bentuk sikat gigi yang benar.

 Bantuan sarana berupa alat-alat, buku-buku, brosur, poster-poster, leaflet-leaflet.

 Bantuan operasional berupa dana operasional dan pemeliharaan peralatan

kesehatan gigi dan mulut, terutama pada unit pelayanan kesehatan terdepan di

poli gigi puskesmas.

Pelaksanaan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di puskesmas pada dasarnya

diselenggarakan dalam bentuk kegiatan sebagai berikut:

1. Pelayanan Medik Gigi Dasar

a. Pengobatan dan Pencegahan penyakit gigi dan mulut penderita

yang datang untuk berobat

b. Penyuluhan kepada pengunjung Puskesmas


32

c. Rujukan terhadap kasus-kasus yang tidak dapat ditanggulangi

2. Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut

a. Pada anak sekolah melalui kegiatan UKGS

b. Pada kelompok ibu hamil/menyusui, balita, dan anak prasekolah

3. Pembinaan/Pengembangan Peran Serta Msyarakat, melalui kegiatan

UKGM di Posyandu.

2.2 Posyandu

Posyandu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang

dilaksanakan di suatu wilayah kerja puskesmas, dimana pelaksanaannya dilakukan di

tiap kelurahan atau RW. Kegiatannya berupa KIA, KB, P2M (imunisasi dan

penanggulangan diare), dan gizi (penimbangan balita). Untuk sasarannya adalah ibu

hamil, ibu menyusui, dan wanita usia subur (WUS) (Muninjaya, 2004).

Tujuan posyandu adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

kemampuan peran serta masyarakat atau keluarga dalam meningkatkan derajat

kesehatan.

Peran posyandu dalam penyelenggaraan program kerjanya pada masa lalu

kurang optimal, dimana tenaga kesehatan terutama di desa tidak memanfaatkan

posyandu untuk mendeteksi gangguan kesehatan, karena tidak pernah berpikir kearah

untuk memanfaatkan posyandu. Kondisi ini disebabkan karena penempatan dokter di

puskesmas tidak dibekali tugas dan kemampuan tentang posyandu. Selain itu sistem

pemerintahan yang lalu lebih bersifat melihat rakyat sebagai objek pembangunan, tanpa

ada niat melibatkan masyarakat dalam proses pembangunannya, salah satunya

berdampak pada pemanfaatan posyandu secara tidak langsung. Masa krisis tahun 1997,

pamor posyandu mulai memudar, diiringi dengan sulitnya kondisi ekonomi, memaksa
33

kader posyandu yang biasanya aktif, lebih memilih memanfaatkan waktu untuk kegiatan

yang menjanjikan dengan tujuan untuk menambah penghasilan. Hal ini berdampak

pemanfaatan posyandu tidak efektif yang berakibat pemantauan status kesehatan pada

derajat kesehatan masyarakat menjadi tidak terpantau, yang menimbulkan masalah gizi

pada masyarakat (Siswono, 2005).

Salah satu masalah kesehatan di masyarakat adalah gizi buruk. Pada tahun 2010,

terdapat 29 balita yang mengalami gizi buruk. Gizi buruk adalah suatu kondisi di mana

seseorang dinyatakan kekurangan nutrisi, atau dengan ungkapan lain status nutrisinya

berada di bawah standar rata-rata. Nutrisi yang dimaksud bisa berupa protein,

karbohidrat dan kalori. Kurangnya konsumsi makanan bergizi dapat menyebabkan

terjadinya defisiensi zat gizi. Defisiensi zat gizi ini akan menimbulkan gejala pada

tubuh bila berlangsung lama dan bersifat kronis. Gejala pada tubuh antara lain dapat

terjadi di dalam rongga mulut. Biasanya yang bermanifestasi pada rongga mulut adalah

defisiensi mineral, protein, dan vitamin. Hal ini menunjukkan bahwa kesehatan gigi dan

rongga mulut perlu mendapatkan perhatian khusus.

Salah satu penyebab terjadinya gizi buruk adalah buruknya tingkat kesehatan

gigi dan mulut di wilayah kerja posyandu. Dengan adanya posyandu sebagai ujung

tombak informasi, maka permasalahan kesehatan yang muncul akan cepat diketahui.

Pilar utama penggerak pembangunan kesehatan dalam suatu lingkungan

masyarakat adalah kader posyandu. Kader posyandu adalah kader-kader yang dipilih

oleh masyarakat untuk menjadi penyelenggara posyandu. Gunawan (1990) memberikan

batasan tentang kader posyandu antara lain dinamakan Promotor Kesehatan Desa

(Promkes) yaitu tenaga sukarela yang dipilih oleh masyarakat yang bertugas

mengembangkan masyarakat. Menurut Depkes RI, kader adalah warga masyarakat


34

setempat yang dipilih dan ditinjau oleh masyarakat yang dipilih dan ditinjau oleh

masyarakat dan dapat bekerja secara sukarela. Untuk itu kader posyandu harus peka

terhadap permasalahan yang ada di lingkungan sekitar, sehingga apabila ada

permasalahan yang berkaitan dengan kesehatan akan sigap dalam menanganinya.

Rendahnya kinerja Posyandu disebabkan karena kemampuan kader kesehatan dan

pembinaan dari instasi terkait yang masih kurang, dan minat masyarakat dalam

memanfaatkan Posyandu juga masih rendah.

Kegiatan penyuluhan di Posyandu saat ini jarang dimanfaatkan karena

kurangnya pengetahuan dan kemampuan dari kader Posyandu. Hal ini membuat kader

di Posyandu merasa kurang percaya diri yang akan berdampak pada pemberian

pelayanan terutama kegiatan penyuluhan yang kurang optimal (Nurpuji, 2005). Untuk

itulah diperlukannya pelatihan untuk kader Posyandu.

Dari hasil pengamatan di lapangan, terutama kunjungan ke tujuh posyandu yang

ada di UPT babakan sari, menunjukkan kurang nya kesadaran dari orang tua balita

terutama ibu nya untuk datang memeriksakan kondisi kesehatan dan mendapatkan

imunisasi dari posyandu.

Tabel data kunjungan balita ke posyandu di UPT Babakan Sari

Nama Posyandu Jumlah Jumlah balita Karies Free Caries


balita yg diperiksa
Bahagia (RW 6) 71 34 31 3
Ekasari (RW 7) 87 21 19 2
Aster (RW 10) 56 14 10 4
Kenanga (RW 4) 42 18 17 1
Dahlia (RW 2) 75 27 26 1
Anggrek (RW 7) 49 10 7 3
35

Cemara (RW 9) 73 35 33 2

Dari tabel diatas terlihat bahwa dari jumlah balita yang terdaftar hanya sebagian

kecil yang datang, dan dari tada tersebut juga terlihat bahwa sebagian besar balita yang

datang ke posyandu dalam keadaan karies. hal ini menunjukkan kurang nya kesadaran

dari masyarakat untuk datang ke posyandu dan dapat disimpulkan bahwa tingkat

kesadarannya masih rendah. Tingkat karies yang tinggi juga menunjukkan bahwa

tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut masyarakat masih rendah.

Namun hal ini tidak terlepas juga dari peran pemerintah dan puskesmas. Jumlah

rasio ideal antara dokter gigi dan penduduk sebesar 1:2000 (DepKes, 2005), sedangkan

jumlah penduduk di Kecamatan Kiara Condong berjumlah 120.00 orang. Hal ini

menyebabakan kurang nya tenaga kesehatan gigi dan mulut untuk memberiakn

penyuluhan kepada tiap posyandu yang ada di UPT Babakan Sari.


BAB III

PEMECAHAN MASALAH

3.1 Alternatif Pemecahan Masalah

Alternatif pemecahan masalah merupakan penjabaran pilihan-pilihan intervensi

potensial yang dapat dilakukan. Sebagai patokan awal, konsep Blum tentang determinan

masalah dapat digunakan sebagai pedoman.

Untuk mencapai tujuan menurunkan tingkat karies pada balita di posyandu

wilayah kerja UPT Puskesmas Babakan Sari, ada beberapa alternatif yang dapat

digunakan, yaitu:

1. Intervensi pengobatan oleh sistem pelayanan kesehatan: pemberian

pengobatan gigi gratis di posyandu wilayah kerja UPT Puskesmas Babakan

Sari.

2. Intervensi lingkungan sanitasi: tidak ada

3. Intervensi perilaku individu dan masyarakat :

- Pelatihan kader posyandu untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan

dan peran aktif dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut.

- Penyuluhan kepada orang tua terutama ibu-ibu yang membawa balita ke

posyandu di sekitar wilayah kerja puskesmas Babakan Sari

4. Intervensi kependudukan: tidak ada.

Mungkin tidak semua alternatif pemecahan masalah tersebut dapat dilakukan

karena sumber daya yang terbatas sehingga perlu ada satu langkah untuk memilih

alternatif yang terbaik.

36
37

3.2 Prioritas Pemecahan Masalah

Dalam menetapkan prioritas pemecahan masalah, kita dapat memilih alternatif

pemecahan masalah yang paling mudah untuk dilakukan, dapat ditinjau dari segi dana,

tenaga kerja, sarana dan prasarana .

Dari beberapa alternatif diatas, kami memilih pelatihan dan penyuluhan kepada

ibu-ibu yang datang ke posyandu untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan

dalam hal kesehatan gigi dan mulut. Hal yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Pemberian modul dan penyuluhan yang berisi wawasan tentang :

 Pentingnya kesehatan gigi dan mulut,

 Pencegahan terjadinya penyakit gigi dan mulut,

 Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut,

 Pemberian informasi mengenai makanan yang baik untuk kesehatan gigi dan

mulut,

 Pengenalan pemakaian obat-obatan tradisional dalam bidang kesehatan gigi dan

mulut untuk meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut.

b. Pelatihan dan praktik kader posyandu tentang bagaimana cara menyikat gigi,

melakukan pemeriksaan gigi, dan pengisian laporan kader.

3.3 Hambatan dan Kelemahan Program

Mengkaji hambatan dan kelemahan program sangat penting dilakukan agar kita

dapat mencegah atau mewaspadai timbulnya hambatan.


38

Jenis hambatan dan kelemahan program dikategorikan kedalam 2 hal yaitu yang

bersumber pada kemampuan organisasi dan lingkungan. Berikut akan dijelaskan

hambatan dan kelemahan program yang mungkin terjadi:

A. Yang bersumber pada kemampuan organisasi

 Kelemahan organisasi : motivasi kerja, pengetahuan, dan keterampilan

Motivasi kerja, pengetahuan dan keterampilan kader yang masih kurang

menyebabkan program tidak berjalan dengan baik. Ketiga komponen tersebut

lebih baik ditingkatkan kembali sehingga upaya pelaksanaan program dapat

tercapai.

 Peralatan dan dana

Tidak adanya peralatan alat dasar kedokteran gigi yang disebabkan tidak

tersedianya anggaran dana dari pemerintah.

 Arus informasi lambat

Tidak terdapatnya media visual seperti poster, flyer atau pamflet tentang

kesehatan gigi dan mulut di posyandu UPT Puskesmas Babakan Sari

menyebabkan kurangnya informasi yang diberikan kepada masyarakat di

wilayah kerja posyandu.

B. Yang terjadi pada lingkungan

 Geografis, iklim, atau musim

Keadaan geografis seperti posyandu yang terletak di derah yang kurang

strategis, ataupun iklim yang tidak bersahabat seperti hujan deras, badai, topan

serta musim panen menyebabkan masyarakat tidak dapat ke posyandu.

 Tingkat pendidikan masyarakat

Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat di wilayah kerja posyandu tertentu.


39

 Sikap dan budaya masyarakat

Terlalu melekatnya budaya di masyarakat yang menyebabkan sulitnya menerima

pengetahuan baru.

 Perilaku masyarakat yang kurang partisipatif

Dikarenakan kesadaran dan kemauan yang kurang dari masyarakat di wilayah

kerja posyandu

 Pendapatan masyarakat

Rendahnya pendapatan masyarakat yang menyebabkan kurangnya kesadaran

masyarakat di wilayah kerja posyandu.

3.4 Rencana Kerja Operasional

 Alasan Utama Pelaksanaan program

Pelatihan kesehatan gigi dan mulut kepada ibu-ibu yang datang ke posyandu ini

penting karena penyakit gigi dan mulut terutama penyakit pilpa menduduki urutan ke 5

di UPT Puskesmas Babakan Sari. Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan, prevalensi

karies pada anak-anak di Posyandu masih tinggi, hal ini disebabkan oleh kurangnya

pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut masyarakat. Rendahnya tingkat

pengetahuan masyarakat sekitar akan karies gigi dan cara pencegahannya dapat terjadi

karena kurangnya peran kader posyandu dalam meningkatkan pengetahuan tentang

kesehatan gigi dan mulut masyarakat setempat. Kurangnya peran kader posyandu juga

secara tidak langsung tidak terlepas dari kurangnya fungsi puskesmas sebagai pusat

pemberdayaan masyarakat. Untuk itu dibutuhkan suatu pelatihan bagi kader posyandu

tentang kesehatan gigi dan mulut.


40

Berdasarkan wawancara yang dilakukan, pelatihan kesehatan gigi dan mulut

kader posyandu ini sebenarnya telah rutin dilaksanakan. Namun, sejak dua tahun yang

lalu pelatihan ini tidak lagi dilaksanakan karena tidak adanya anggaran yang diberikan

oleh dinas kesehatan. Anggaran lebih diutamakan untuk penyelenggaraan kesehatan

wajib (basic six). Padahal upaya kesehatan gigi dan mulut akan mempengaruhi upaya

perbaikan gizi masyarakat serta upaya kesehatan gigi dan anak.

 Tujuan Program

Tujuan umum dari penyuluhan kesehatan gigi dan mulut kepada ibu-ibu yang

datang ke posyandu di UPT Puskesmas Babakan Sari adalah menurunkan tingkat karies

pada balita di posyandu wilayah kerja UPT Puskesmas Babakan Sari. Sedangkan tujuan

khususnya, meningkatkan pengetahuan dan peran serta masyarakat mengenai kesehatan

gigi dan mulut serta meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat

untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut melalui peran aktif kader posyandu.

 Kegiatan Program

Pelatihan ini dimulai dari penyuluhan kesehatan gigi dan mulut, lalu dilanjutkan

dengan pelatihan dan praktik kader posyandu untuk melakukan pemeriksaan gigi dan

cara menyikat gigi yang baik dan benar. Serta tidak lupa peserta pelatihan diberi modul

yang berisi tentang materi pelatihan kesehatan gigi dan mulut. Metode yang digunakan

berupa penyuluhan dan pelatihan kesehatan gigi dan mulut kader posyandu.

 Pelaksana dan Sasaran

Pelaksana dalam pelatihan ini adalah dokter gigi dibantu dengan perawat gigi

yang bertugas di UPT Puskesmas Babakan Sari. Sasaran dalam pelatihan ini adalah ibu-

ibu yang membawa balita ke posyandu di wilayah kerja UPT Babakan Sari.
41

 Sumber Daya Pendukung

Peralatan yang dibutuhkan dalam pelatihan ini berupa model gigi, flipchart, alat

dasar, infokus serta laptop.

 Tempat

Tempat yang akan digunakan untuk melaksanakan program pelatihan kader

posyandu ini adalah posyandu dari tiap kelurahan yang ada di wilayah kerja UPT

Babakan Sari.

 Waktu Pelaksanaan

Waktu pelaksaanaan pelatihan ini diharapkan segera dilaksanakan, karena belum

pernah ada pelaksanaan pelatihan kader posyandu. Kegiatan pelatihan kesehatan gigi

dan mulut ini baiknya dilaksanakan minimal satu tahun sekali.


BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Penyuluhan kepada ibu-ibu yang datang ke posyandu mengenai kesehatan gigi

dan mulut posyandu di UPT Puskesmas Babakan Sari belum pernah dilaksanakan. Hal

tersebut menunjukan kurangnya perhatian dari pemerintah dan instansi yang terkait

disebabkan dana dan tenaga kesehatan gigi yang terbatas.

4.2 Saran

1. Sebaiknya penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dilaksanakan kembali kepada para

ibu yang datang memebawa balita nya ke posyandu secara rutin.

2. Sebaiknya sarana dan prasarana pengadaan fasilitas di posyandu dalam hal

kesehatan gigi dan mulut lebih di tingkatkan lagi oleh pihak puskesmas.

3. Perlu adanya kerjasama yang baik antara pemerintah, pihak puskesmas, dan

masyarakat sehingga masalah kesehatan gigi dan mulut lebih diperhatikan lagi

dengan cara peningkatan kesadaran, kemauan, dan kemampuan kader posyandu di

UPT Puskesmas Babakan Sari.

42

Anda mungkin juga menyukai