Parafrase Aini
Parafrase Aini
Parafrase Aini
SKRIPSI
Oleh :
AINI LUTFIA
NPM. 19610040
1
BAB I
PENDAHULUAN
11
Kedekatan desa dengan masyarakat mengisyaratkan bahwasanya pemerintah
desa mempunyai tugas mengenai masyarakat berupa keterbukaan dan
akuntabilitas mengenai anggaran kota. Untuk informasi lebih lanjut mengenai
kerangka hukum yang mengatur pengumpulan dan pencairan dana desa, lihat
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. Uang mengikuti aktivitas
pemerintahan yang ialah tugas dan tanggung jawab setiap tingkatan
pemerintahan yang dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.
Termasuk pembiayaan pembangunan yang dilangsungkan oleh pemerintah
daerah, seperti pemerintah desa. Jika hal ini terjadi, sehingganya perlu
dilangsungkan realokasi keuangan agar kebutuhan dasar pelayanan publik dapat
terpenuhi (Simanjuntak, 2002). Pernyataan ini menyiratkan bahwasanya
desentralisasi anggaran sepatutnya mengikuti desentralisasi kekuasaan. Alokasi
Dana Desa (ADD) ialah salah satu bentuk dana perimbangan fiskal antara
kabupaten dan desa yang muncul sebagaimana akibat langsung dari
desentralisasi fiskal daerah. Penting untuk diingat bahwasanya di era kekuasaan
yang terdesentralisasi ini, pemerintah kota sekecil satu dusun dapat membuat
undang-undangnya sendiri. UU Desa mengatur hal ini, termasuk ketentuan
pengelolaan ADD.
Strategi ADD pertama kali disosialisasikan dalam Instruksi Presiden
Bantuan Desa pada tahun 1970 sebagaimana insentif untuk meningkatkan
kemandirian masyarakat dan gotong royong. Instruksi Bantuan Desa dibatalkan
karenanya hasilnya kurang memuaskan. Penghapusan arahan presiden ini
menyebabkan hilangnya sumber pendapatan yang signifikan bagi dusun
tersebut, sehingganya menginspirasi gagasan untuk mendorong masyarakat
secara finansial melalui ADD. Karenanya ADD ialah dana utama yang dimiliki
dan dikelola oleh desa, sehingganya kehadirannya tentu sangat bermanfaat
dalam menafkahi keluarga desa (Eko, 2015). ADD membiayai hal-hal seperti
perlengkapan kantor, program pemuda, makanan tambahan untuk balita,
perbaikan infrastruktur dan fasilitas di daerah pedesaan, dan inisiatif yang terkait
langsung dengan visi dan tujuan organisasi. Sedangkan evaluasi ADD bulanan
dilangsungkan dengan pembuatan laporan berkala yang merinci penggunaan
ADD. tanggung jawab ADD dimasukkan ke dalam tanggung jawab APBDes,
sehingganya pertanggungjawaban APBDes ialah wujud pertanggung jawaban.
Prosedur penilaian yang dipergunakan pemerintah Indonesia bersifat kohesif dan
12
sinergis. Hal ini penting untuk memaksimalkan hasil dan memastikan
bahwasanya sumber daya yang dialokasikan dipergunakan secara efektif. Hal itu
telah terbukti (Mujiono, 2017).
Buku saku Dana Desa Kementerian Keuangan menyebutkan
bahwasanya Pemerintah Pusat mengalokasikan dana yang cukup untuk Dana
Desa setiap tahunnya. Tabel 1 menampilkan keseluruhan anggaran dana desa
pada dua tahun pertama.
Tabel 1. Besaran Dana Desa di Indonesia tahun 2021-2022
Tahun
2021 2022
Total anggaran Rp.72 T Rp.68 T
Rata-rata perdesa Rp.960 Juta Rp.907 Juta
Sumber : Direktorat Jendral Keuangan Pertimbangan Keuangan, 2022 Diolah
13
dengan pengelolaan ADD, yang ialah bagian dari keuangan desa, yang ialah
satu kesatuan tersendiri. Untuk mencapai kesuksesan, sebuah kota sepatutnya
mempergunakan ADD-nya. Kelurahan Metro di Kabupaten Metro Tengah
Lampung ialah salah satu komunitas yang diteliti untuk mengevaluasi efektivitas
penyelenggaraan ADD.
Tabel 2. Besaran Anggaran Pendapatan dan Belanja di Kelurahan Metro
Tahun 2021-2022
Tahun
2021 2022
Pendapatan Rp.1.196.000.550 Rp. 1.088.700.650
14
otoritas informasi publik sehingganya tersedia bagi publik. Berdasarkan undang-
undang ini, penduduk lokal mempunyai hak hukum untuk mendapatkan dan
meninjau rincian dana ADD yang diterima kota mereka. Namun Kelurahan Metro
belum mampu melangsungkan persyaratan undang-undang tersebut. Hal ini
disebabkan oleh tidak efisiennya penggunaan saluran sosialisasi ADD, termasuk
melalui papan pesan online dan situs komunitas. Padahal penting bagi
masyarakat untuk menyadari dan terlibat dalam pengawasan pengelolaan ADD.
Namun nyatanya, masih banyak warga yang belum melihat tentang ADD
komunitasnya. Populasi ADD di desa ini kurang dipahami, sehingganya
berdampak buruk pada keterlibatan masyarakat. Hal ini disebabkan karenanya
acara yang didanai ADD tidak direncanakan berdasarkan masukan dari
masyarakat. Hal ini menyebabkan masyarakat di Kelurahan Metro kurang
khawatir mengenai permasalahan yang berkaitan dengan pembentukan
pemerintahan desa. Agar ada program pemberdayaan masyarakat yang efektif
namun tidak mengganggu.
Anggapan pemerintah desa bahwasanya catatan anggaran tidak
disebarluaskan dengan alasan rahasia juga relevan dengan permasalahan
Kelurahan Metro. Kurangnya keterbukaan dalam penyelenggaraan pemerintahan
ditunjukkan dengan tertutupnya penanganan informasi anggaran. Padahal
keterbukaan dalam penyelenggaraan ADD berupa paradigma nasional bagi
pemerintahan daerah yang efektif. Peran penting ADD ini menuntut keterbukaan
dan tanggung jawab. Mengetahui cara penanganan ADD sangatlah penting
setelah diketahui pentingnya hal ini dalam tata kelola desa. Mengingat hal
tersebut, sehingganya penting sekali dilangsungkan penelitian dengan rubrik
“penelitian dengan judul
“EVALUASI PENGELOLAAN KEUANGAN DANA DESA KELURAHAN
METRO KECAMATAN METRO PUSAT LAMPUNG”
B. Identifikasi Masalah
Ada beberapa permasalahan yang disoroti dalam penelitian ini
berdasarkan konteks permasalahannya.
1. Kurang terbukanya perangkat desa dalam penanganan uang di Kelurahan
Metro Kecamatan Metro Pusat Lampung
2. Kurangnya pengetahuan dalam pengelolaan dana desa di Kelurahan Metro
Kecamatan Metro Pusat Lampung
15
C. Rumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini dapat dikemukakan meliputi,
berdasarkan identifikasi masalah:
1. Bsagaimana gambaran anggaran Kelurahan Metro pada tahun 2021 dan
2022?
2. Bagaimana Rasio Efisiensi mencirikan kesehatan keuangan Kelurahan
Metro?
D. Tujuan Penelitian
Inilah tujuan penelitian ini:
1. Untuk melihat bagaimana perkembangan finansial Desa Metro pada
tahun 2021 dan 2022 mempergunakan Rasio Efisiensi.
2. Untuk melihat bagaimana kinerja keuangan Kelurahan Metro pada tahun
2021 dan 2022 berdasarkan Rasio Efesiensi
D. Kegunaan Penelitian
ujuan penelitian ini didasarkan pada rumusan masalah: untuk melihat
bagaimana kinerja keuangan Desa Metro Tahun 2021 dan 2022 ditinjau dari
Rasio Kemandirian Daerah, Rasio Efektivitas, dan Rasio Efisiensi dalam
penanganan dana desa di Kelurahan Metro Kecamatan Metro Pusat Lampung
pada tahun 2021 dan 2022.
E. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilangsungkan oleh peneliti di Kelurahan Metro
Kecamatan Metro Pusat Lampung.
16
BAB II
KAJIAN LITERATUR
A. Manajemen
1. Pengertian Manajemen
Manajemen, sebagaimana didefinisikan oleh Farida (2017), ialah
pendekatan empat cabang yakni perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
dan pengawasan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Manajemen
sebagaimana dijelaskan Husaini Usman (2014) berasal dari kata latin manus
(tangan) dan accord (melangsungkan). Istilah yang dihasilkan, managere, berarti
"mengambil alih" dalam bahasa Inggris. Kata bahasa Inggris "manage",
"management", dan "manager" semuanya berasal dari kata Spanyol "managere".
Kata “manajemen” dalam bahasa Indonesia ialah “manajemen”. Manajemen
dalam arti luas ialah tahapan mengalokasikan, mengalokasikan, dan memantau
(p3) sumber daya suatu organisasi untuk mencapai tujuannya. Rancangan
program, implementasi, kepemimpinan kepala sekolah atau madrasah,
pemantauan, penilaian, dan sistem informasi sekolah atau madrasah semuanya
berada dalam lingkup “manajemen” dalam arti yang paling sempit.
17
asalnya, bagaimana dibelanjakan, dan bagaimana keuntungan didistribusikan
(Anwar, 2019: 5). Istilah "manajemen keuangan" berasal dari kata portmanteau
yang berasal dari kata "manajemen" yang berarti "mengelola" dan "keuangan"
yang berarti "segala sesuatu yang berkaitan dengan uang", termasuk
pembiayaan, investasi, dan modal. Oleh karenanya itu, jika kita menerima definisi
ini, manajemen keuangan mencakup segala hal yang berkaitan dengan
keuangan perusahaan, mulai dari mencari sumber pembiayaan baru hingga
memanfaatkan kas yang ada secara efisien hingga menginvestasikan surplus
guna mengembangkan bisnis. Merencanakan, mengatur, mengelola, dan
mengatur operasi keuangan seperti memperoleh dan membelanjakan uang
perusahaan ialah bagian dari manajemen keuangan, sebagaimana didefinisikan
oleh Purba dkk. (2021:114).
3. Evaluasi
Evaluasi ialah tahapan menentukan apakah hasil dari suatu tindakan atau
serangkaian tindakan sesuai dengan yang diinginkan atau diharapkan (Ibeng,
2022). Suatu hal atau gejala dievaluasi berdasarkan kriteria kualitatif tertentu,
seperti baik/buruk, kuat/lemah, memadai/tidak memadai, tinggi/rendah, dan
sebagainya, sebagaimana dijelaskan oleh Rukajat (2018). Sedangkan penilaian
diartikan oleh Wirawan dalam Alumudin (2018) sebagaimana prosedur
pengumpulan data, penyajian, penilaian dengan mempergunakan kriteria
evaluasi, dan akhirnya dievaluasi untuk membagikan penilaian mengenai tujuan
evaluasi.
Pengertian evaluasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah “penilaian”.
Mengevaluasi sesuatu berarti membagikan informasi mengenai seberapa baik
hal tersebut telah dilangsungkan, bagaimana perbandingannya dengan tolok
ukur, dan apakah masih ada ruang untuk perbaikan perbedaan antara
keduanya, dan bagaimana hasil di masa lalu dievaluasi berdasarkan hasil yang
diantisipasi (Umar, 2015).
18
a. Rasio Efektivitas
Sudaryono, 2017, Rasio efektivitas ialah rumusan yang dipergunakan
untuk melihat kekuatan daerah dalam mewujudkan pendapatan daerah yang
direncanakan dengan tujuan yang ditetapkan berdasarkan potensi daerah yang
sebenarnya. Menurut Susanto (2019), rasio efikasi mencerminkan sejauh mana
pemerintah daerah mencapai pendapatan yang diproyeksikan sehubungan
dengan tujuan PAD yang ditetapkan dengan mempertimbangkan potensi daerah
yang sebenarnya. Rasio efektivitas kapasitas suatu daerah dianggap minimal
100% jika ambang batas tersebut terpenuhi. Merupakan ide bagus untuk
mempunyai tujuan yang tinggi.
Menurut Mardiasmo (2007: 134), efektivitas suatu organisasi diukur dari
seberapa baik organisasi tersebut memenuhi tujuannya. Untuk melengkapi
wilayah pedesaan dan meningkatkan taraf hidup mereka, sebagian anggaran
disisihkan untuk program yang disebut Percepatan Pembangunan (ADD).
Aktualisasi ADD yang maksimal membuktikan efisiensi kinerja keuangan dan
dapat mendongkrak pendapatan daerah.
b. Rasio Efisiensi
Menurut penelitian Sudaryono dkk. (2017), rasio efisiensi ialah rumus
yang dipergunakan untuk mengevaluasi kesenjangan antara realisasi belanja
daerah dengan realisasi pendapatan daerah.
Rasio efisiensi membandingkan pengeluaran aktual dengan pengeluaran
yang direncanakan untuk menentukan seberapa baik pemerintah daerah
mempergunakan sumber dayanya untuk mencapai tujuannya (Utama, 2018).
4. Keuangan Desa
Menurut Pasal 1 Permendagri Nomor 20 Tahun 2018, desa ialah
kesatuan warga negara hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang
berwenang mengendalikan dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
penduduk setempat bersumber pada prakarsa penduduk, hak asal usul, dan hak
tradisional yang diakui dan dihormati oleh sistem pemerintahan, dan desa ialah
desa adat atau yang disebut dengan nama lain yang selanjutnya disebut desa.
“Keuangan desa ialah segala hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai
dengan uang dan segala sesuatu yang berbentuk uang dan barang yang
berkaitan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban desa,” demikian bunyi
19
Permendagri Nomor 20 Tahun 2018. Hak dan kewajiban mengenai pendapatan,
belanja , pembiayaan, dan pengelolaan dana desa.
a. Pendapatan Desa
Segala uang yang diterima desa dan disetorkan ke Rekening Kas Desa
pada tahun anggaran tertentu dianggap sebagaimana pendapatan masyarakat.
Perekonomian lokal didukung oleh:
1) Pendapatan Asli Desa (PADesa)
(a) Usaha yang dimiliki oleh masyarakat lokal (BUM Desa) dan properti milik
masyarakat ialah dua produk sampingan dari upaya ini.
(b) Uang dihasilkan dari penjualan barang-barang seperti marina slip, toko
kelontong, kamar mandi umum, dan sistem irigasi.
(c) Membangun dengan kekuatan sendiri yang memerlukan keterlibatan
masyarakat dalam bentuk karya dan barang yang bernilai uang ialah hasil
antisipasi dari gotong royong, partisipasi, dan gotong royong.
(d) Beberapa jenis pendapatan awal lainnya dari masyarakat, seperti pajak.
20
(e) Uang di desa hanya boleh dibelanjakan sesuai dengan aturan yang
ditetapkan oleh pemerintah.
b. Belanja Desa
Segala pengeluaran yang berasal dari rekening desa yang berupa tugas
desa selama 1 (satu) tahun anggaran dan tidak diharapkan dapat dilunasi,
dianggap sebagaimana belanja desa. Pengeluaran di suatu desa dapat dipecah
berupa beberapa kategori meliputi:
1) Belanja pegawai
Apabila pelaksanaannya dibayar bulanan, sehingganya belanja pegawai
yang direncanakan mencakup biaya tetap seperti gaji dan tunjangan kepala desa
dan perangkat desa, serta tunjangan BPD.
2) Belanja barang dan Jasa
Biaya pembelian dan pengadaan termasuk pengeluaran uang untuk
barang-barang berwujud. Pengeluaran yang dimaksud mencakup hal-hal seperti
perlengkapan kantor, ongkos kirim, perbaikan, fotokopi, sewa kantor desa, sewa
peralatan dan perlengkapan kantor, minuman untuk rapat, seragam dan
perlengkapannya, perjalanan dinas, gaji, honor narasumber dan tenaga ahli,
operasional BPD, insentif perkumpulan lingkungan, dan hadiah kepada warga
dan kelompok masyarakat.
3) Belanja Modal
Pengeluaran yang dilangsungkan untuk memperoleh aset tetap, seperti tanah,
peralatan, alat komunikasi, dan aset tetap lainnya disebut belanja modal
bangunan, jalan, dan jembatan sedang dibangun.
21
c. Pembiayaan Desa
1) Penerimaan Pembiayaan terdiri dari:
(a) Sisa perhitungan anggaran SILPA tahun sebelumnya.
(b) Penarikan dari dana hari hujan
(c) Penjualan hasil properti masing-masing desa
(d) Pinjaman di komunitas diterima
(e) Penagihan Hutang Rekening Desa
22
penerimaan, penyimpanan, penyetoran/ pembayaran, penatausahaan, dan
pertanggung jawaban atas aktivitas tersebut.
23
keberhasilan pemerintah dalam melangsungkan tujuannya. Pemerintah
sepatutnya berterus terang dan membagikan semua rincian yang relevan
mengenai tugas mereka.
2) Akuntabilitas
Akuntabilitas ialah suatu konsep etika yang dekat dengan administrasi
publik pemerintahan (lembaga eksekutif pemerintah, lembaga legislatif
parlemen, dan lembaga yudikatif), sebagaimana dijelaskan oleh Djalil (2014:
63). Hal ini sering dipergunakan bersama dengan konsep-konsep yang dapat
dipertanggungjawabkan, dipertanyakan, disalahkan, dan dijelaskan dalam
kaitannya dengan administrasi publik atau pemerintahan. Ketika suatu
organisasi dimintai pertanggungjawaban, para pemimpinnya diharuskan
menjelaskan mengapa mereka berhasil atau gagal memenuhi tujuan yang telah
ditetapkan pada setiap awal periode waktu (Mustofa, 2012: 2).
Akuntabilitas, sebagaimana didefinisikan oleh Malumperas dkk. (2018),
muncul dari tanggung jawab untuk mempertanggungjawabkan tindakan
seseorang dalam mengelola dan mengendalikan sumber daya serta
menetapkan kebijakan untuk mewujudkan hasil yang diinginkan. Segala
tindakan sepatutnya dipertanggungjawabkan sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan, sebagaimana ditetapkan oleh konsep akuntabilitas ini. Gagasan
akuntabilitas sebagaimana didefinisikan oleh Chabib soleh dan Heru
rohmansjah (2015) menyatakan bahwasanya seluruh aktivitas pengelolaan
keuangan sepatutnya didokumentasikan sesuai dengan ketentuan hukum.
Sudut pandang di atas mungkin dapat disintesis berupa gagasan
bahwasanya akuntabilitas ialah kewajiban untuk mempertanggungjawabkan hasil
dari segala tindakan yang diambil sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.
3) Partisipatif
Badan Permusyawaratan Desa berfungsi sebagaimana lembaga yang
menyalurkan tujuan komunal, mendorong masyarakat dalam mengelola
keuangan desa. Keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah bergantung pada
keterlibatan aktif masyarakat setempat, yang mencakup komponen pemantauan
dan aspirasi. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 Tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa diharapkan dapat berupa pedoman
dalam pengelolaan keuangan desa karenanya cakupannya yang menyeluruh
24
mengenai seluruh aspek pengelolaan keuangan desa, mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, hingga penatausahaan. dan pelaporan dan akuntabilitas. Lebih
lanjut, Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 mengamanatkan anggaran yang
terorganisir dan disiplin, serta keterbukaan, akuntabilitas, dan partisipasi
masyarakat dalam penyelenggaraan keuangan desa.
Menurut penelitian Emilianus Jaa dan Sulistyo berjudul Pengaruh
Transparansi, Akuntabilitas, dan Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan
Alokasi Dana Desa (ADD) mengenai Pembangunan Desa (2019), penerapan
ketiga prinsip tersebut berpengaruh mengenai pertumbuhan desa, yang
selanjutnya mempengaruhi pertumbuhan desa dengan mendorong pertumbuhan
d. Salah satu faktor penentu efektivitas pelaksanaan program pembangunan
pedesaan ialah besarnya keterlibatan masyarakat (Tumbel, 2017). Menurut
definisi partisipasi yang diberikan oleh Ni Luh Uttari Premananda dan Ni Made
Yenni Latrini (2017), “partisipasi” ialah keterlibatan aktif orang-orang dengan
emosi dan pikirannya dalam lingkungan organisasi dengan tujuan mencapai
tujuan bersama dan memikul tanggung jawab bersama. Keterlibatan masyarakat,
khususnya keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan keuangan pada seluruh
tahapan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi, serta dalam
bentuk aktivitas masyarakat (Siregar, 2020).
Beberapa perspektif di atas membuktikan bahwasanya ikatan antara
pemerintah desa dan warganya mempengaruhi pilihan kebijakan. Tujuan
penerapan pendekatan partisipatif ialah untuk memastikan bahwasanya
keinginan masyarakat setempat diperhitungkan dalam semua keputusan
pemerintah. Metrik kinerja peserta Permendagri No. 20 Tahun 2018 ialah
meliputi:
(a) Pembahasan dan mufakat usulan peraturan desa APBDesa, disampaikan
oleh kepala desa kepada Badan Permusyawaratan Desa (BPD).
(b) Masyarakat dusun terlibat aktif dalam politik lokal.
25
yang digariskan oleh Yuliansyah dan Rusminto (2015) untuk membuat anggaran
masyarakat:
(a) BPD dan dewan desa sepatutnya sudah menerima anggaran awal desa
paling lambat 72 jam sebelum rapat BPD.
(b) Usulan anggaran desa dan surat pengantar dari kepala desa disampaikan
kepada pimpinan BPD. Anggota BPD yang mengajukan perubahan anggaran
desa sepatutnya menyampaikan permohonannya secara tertulis kepada
pimpinan BPD.
(c) Sekretaris BPD kemudian memaparkan anggaran desa yang telah disetujui
oleh pimpinan BPD.
(d) Dalam rapat paripurna dilaporkan bahwasanya anggaran desa telah dibagi
sesuai jumlah dan diberikan kepada masing-masing anggota BPD/Komisi.
(e) Anggota BPD atau pihak pengusul pemerintah desa menjelaskan anggaran
desa.
(f) Perspektif mengenai BPD dan pemerintah daerah pada umumnya.
(g) Konsultasi dengan pungusuk (pemerintah) setempat melalui komisi
gabungan.
(h) Komponen pengambilan keputusan dari rekomendasi komisi.
26
perencanaan pendapatan dan belanja pemerintah Desa pada tahun anggaran
dengan memperhatikan apa yang dianggarkan dalam APB Desa. Rancangan
Peraturan Desa tentang APB Desa disampaikan kepada Walikota oleh Sekretaris
Desa. Kepala Desa menyampaikan rancangan Peraturan Desa kepada BPD
untuk ditinjau dan disepakati. Rancangan peraturan desa disepakati semua pihak
pada akhir bulan Oktober tahun yang sama. Selambat-lambatnya 3 (tiga) hari
setelah disetujui untuk diperiksa, kepala desa menyampaikan rancangan
peraturan desa tersebut kepada Bupati/Walikota melalui camat atau sebutan lain.
Paling lambat 20 (dua puluh) hari kerja setelah menerima rancangan APB Desa,
Bupati/Walikota mengumumkan hasil peninjauan.
2) Pelaksanaan
Rekening kas di desa ialah saluran pengelolaan pendapatan dan
pengeluaran kota. Bupati/Walikota memberitahukan kepada Gubernur dengan
tembusan kepada kementerian melalui Direktur Jenderal Pemerintahan Desa
tentang nomor rekening kas desa guna mengatur pencairan uang transfer. DPA
disusun oleh pelaksana anggaran Kaur dan Kasi dan disampaikan kepada
kepala desa melalui sekretaris desa paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah
ditugaskan oleh kepala desa. Kaur dan Kasi melangsungkan operasional sesuai
dengan DPA yang disahkan oleh kepala desa, menyajikan SPP untuk setiap
pelaksanaan anggaran sesuai jangka waktu yang ditentukan dalam DPA, dan
kemudian melaporkan tanggung jawab pencairan anggaran. Selambat-
lambatnya 7 (tujuh) hari setelah seluruh aktivitas selesai, Kaur dan Kasi
pelaksana anggaran wajib membagikan laporan akhir realisasi pelaksanaan
aktivitas dan anggaran kepada kepala desa.
3) Penatausahaan
Tim keuangan bertindak sebagaimana bagian administrasi dan penyedia
layanan perbendaharaan. Setiap bulan, manajer keuangan bertanggung jawab
untuk mencatat semua transaksi tunai di buku besar dan menyeimbangkan akun-
akun. Departemen akuntansi sepatutnya membagikan laporan
pertanggungjawaban keuangan sekali dalam triwulan. Paling lambat tanggal
sepuluh (10) bulan berikutnya, Kepala Keuangan sepatutnya menyampaikan
laporan pertanggungjawaban kepada Sekretaris Desa. Penanganan dana masuk
dan keluar mempergunakan:
(a) Buku kas umum
27
Semua transaksi yang melibatkan uang tunai, baik yang dibayar tunai
maupun secara kredit, sepatutnya dicatat dalam buku kas umum.
(b) Buku pembantu bank
Seluruh penyetoran dan penarikan rekening kas desa dicatat pada buku
pembantu bank.
(c) Buku pembantu pajak
Buku pembantu pajak dipergunakan untuk mencatat pembayaran pajak dan
restitusi pajak.
(d) Buku pembantu panjar
Catatan mengenai siapa yang menerima dan bertanggung jawab atas uang
muka dapat dilihat pada buku bantuan uang muka.
4) Pelaporan
Pada setiap akhir tahun anggaran, tetapi paling lambat 3 (tiga) bulan setelah
tahun anggaran berakhir, kepala desa sepatutnya menyampaikan kepada
Bupati/Walikota melalui camat laporan pertanggungjawaban pencapaian hasil.
APB Desa. Setelah laporan disusun, sehingganya disampaikan kepada
masyarakat melalui beberapa bentuk media yang masing-masing meliputi:
(a) Laporan Status Pelaksanaan APB Desa
(b) Laporan Kegiatan yang Dihasilkan
(c) Tugas dan proyek yang belum selesai
(d) Sisa uang dan
(e) Alamat untuk Keluhan
d. Pegawasan
Pemimpin terlibat dalam pengawasan karenanya mereka berkepentingan
untuk melihat apakah karyawannya menjalankan tanggung jawabnya sesuai
dengan rencana, arahan, tujuan, dan aturan yang telah ditetapkan. Hal-hal
meliputi ini sepatutnya berupa pedoman dalam melangsungkan pengawasan:
b. Itu yang sepatutnya direncanakan.
c. Petunjuk untuk melangsungkan suatu tugas atau melangsungkan suatu
pertunjukan.
d. Objektif
e. Prosedur yang direncanakan
28
Tujuan pengawasan kemudian ialah untuk memeriksa bahwasanya
semua pekerjaan yang sedang berjalan sesuai dengan harapan dan rencana
melalui sejumlah prosedur penilaian. Meskipun ada kesalahan yang
dilangsungkan, namun semoga bisa diperbaiki dan tidak terulang kembali. Istilah
"pemantauan" dan "evaluasi" (ME) ialah dua konsep terpisah dengan makna dan
penerapan yang berbeda. Tujuan pemantauan ialah untuk melihat apakah
program yang dibuat telah berfungsi sebagaimana mestinya, apakah ada
permasalahan yang muncul, dan jika ya, bagaimana penyelesaiannya oleh
pelaksana program. Pemantauan tahapan diberikan perhatian tambahan dalam
tahapan pemantauan. Demi pengawasan, ada kenaikan fokus pada
pemantauan. Tujuan dari tahapan pemantauan ialah untuk memastikan
bahwasanya tindakan yang diambil sesuai dengan rencana yang telah
dikembangkan. Jumlah koperasi yang berfungsi, jumlah koperasi yang dorman,
jumlah koperasi yang baru terbentuk, pertumbuhan koperasi secara kategoris,
pertumbuhan koperasi secara geografis, dan laporan kemajuan koperasi atau
laporan kinerja koperasi semuanya relevan di sini. Sebagai pengontrol, Anda
akan mendapatkan laporan bulanan. Jika suatu koperasi memenuhi persyaratan
pelaporan bulanan dalam waktu tiga bulan, sehingganya koperasi tersebut
dianggap aktif. Namun koperasi dianggap tidak aktif apabila tidak menyampaikan
laporan bulanan selama tiga bulan berturut-turut. Apabila suatu koperasi
dianggap tidak aktif sehingganya izin koperasinya akan dicabut sehingganya
usahanya ditutup (Andrian, 2021).
Yang dilangsungkan untuk melihat apakah tugas dan aktivitas
dilaksanakan sesuai dengan yang seharusnya, itulah yang dimaksud dengan
“pengawasan”, sebagaimana didefinisikan oleh Sujamto (1996: 19). Artinya
barang yang diawasi dikenakan jenis pengendalian yang lebih “kuat”
dibandingkan barang dalam kondisi normal. Meskipun tindakan perbaikan ialah
tahapan yang berkesinambungan dalam pengertian pemantauan, hal ini melekat
pada kekuasaan untuk melangsungkan pengendalian. Pengawasan,
pengendalian, dan pemeriksaan ialah tiga pilar utama keberhasilan otonomi
daerah. Ketiga konsep tersebut dan kegunaannya masing-masing mempunyai
ciri khas (Mardiasmo, 2002: 213).
Beberapa komentar di atas dapat disimpulkan bahwasanya otonomi
daerah akan gagal karenanya pemerintah federal mempunyai kendali yang
sangat ketat mengenai negara bagian. Hal ini disebabkan adanya perbedaan
29
pandangan, yakni pemerintah pusat ingin mempertahankan subordinasi daerah
dan daerah menginginkan otonomi dalam menyelenggarakan dan mengelola
pemerintahan daerah sesuai dengan aspirasi masyarakat.
Adanya tugas dan akuntabilitas pengelolaan oleh mereka yang
mengadministrasikan, melangsungkan, dan mengelola tidak dapat dipisahkan
dari pembahasan pengelolaan keuangan. Akuntabilitas (perhitungan, laporan
pelaksanaan tugas) yang disampaikan kepada atasan atau pemberi tugas
(misalnya diwajibkan) oleh bawahan atau diperbolehkan (misalnya wajib) dalam
batas kewenangan (tugas) yang diterima ialah unsur tanggung jawab yang
pertama sebagaimana didefinisikan oleh Spiro (dalam Ndraha, 2000: 108).
Kedua, sebagaimana kewajiban, khususnya tugas seorang pegawai negeri yang
disertai dengan kewarganegaraannya (tanggung jawab politik warga negara).
Alasan potensial ketiga ialah akuntabilitas. Kehendak bebas seorang pejabat
(kehendak bebas, pilihan bebas) itulah yang mendorong tindakan, dan sebab
itulah yang memotivasi tindakan.
Instrumen pengukuran tanggung jawab di atas dapat dipergunakan untuk
menilai apakah pemerintah desa menjalankan tugasnya dalam mengelola,
melangsungkan, dan mengelola keuangan desa untuk menjamin kelancaran
pembangunan di desa dan terlaksananya otonomi sesuai dengan yang
diharapkan. Selain pemerintahan desa, diperlukan sistem akuntabilitas tanggung
jawab fiskal lainnya. Saat ini, BPD bertanggung jawab menjaga akuntabilitas
Kepala Desa atas pengelolaan keuangannya, dan menyampaikan temuannya
kepada Bupati. Karenanya statusnya sebagaimana wakil rakyat, anggota BPD
mempunyai kekuasaan pengawasan yang luas. Untuk memastikan bahwasanya
aktivitas dilaksanakan sesuai rencana, sepatutnya ada pengawasan yang
konstan, preventif, dan menghukum melalui hierarki organisasi yang transparan,
aturan yang jelas, dan dokumentasi hasil yang akurat dan tepat waktu.
Metrik sepatutnya ditetapkan sehingganya tindakan dapat dibandingkan
dan dievaluasi kesesuaiannya dengan rencana, standar, aturan, dan undang-
undang. Untuk mengevaluasi seberapa baik implementasi dan perbandingan
berjalan, kami akan melihat bagaimana hasil sebenarnya dibandingkan dengan
target yang kami tetapkan. Penyesuaian, khususnya mengenai kebijakan dan
peraturan, serta konseling dan konsekuensinya, ialah tindakan perbaikan. Oleh
karenanya itu, pengawasan hanya berguna jika diikuti dengan tindakan yang
30
konkrit dan efektif. Dengan kata lain, tidak ada artinya jika tidak ada pengawasan
lebih lanjut.
31