Revisi Ani (Gap)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 84

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengelolaan keuangan desa diatur oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomer 20 tahun 2018 tentang pengelolaan dana desa yang menyatakan bahwa

pengelolaan keuangan desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi

perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggung jawaban

keuangan desa. Desa tiada lain adalah suatu unit pada sistem pemerintahan, atas

dasar hal tersebut pemerintah pusat memberi kewenangan untuk

menyelenggarakan suatu pemerintahan serta pembangunan di daerah tersebut.

Pemerintah menunjukkan bentuk perhatian kepada pemerintah desa melalui

pengalokasian suatu anggaran yang dianggarkan di Anggaran Pendapatan Belanja

Daerah (APBD) yang ditujukan pada kegiatan pembangunan di masingmasing

desa dengan bentuk dana desa. Penyelenggaraan Pemerintah Desa mempunyai

tujuan yakni meningkatkan tingkat kesejahteraan serta pertumbuhan masyarakat

desa.

Pengelolaan keuangan desa yang baik akan berpengaruh terhadap kemajuan

suatu desa. Pengelolaan keuangan desa tidak hanya membutuhkan sumber daya

manusia yang handal tetapi juga harus didukung oleh keuangan yang memadai.

Pengelolaan keuangan desa sangat besar pengaruhnya terhadap nasib suatu desa

karena mampu berkembang atau tidaknya, tergantung pada cara pengelolaan

keuangannya. Pengelolaan keuangan desa yang baik akan menunjukkan kinerja


pemerintah desa yang baik pula. Akan tetapi pada berbagai kasus sering timbul

ketidakpercayaan masyarakat terhadap kinerja keuangan yang ada (Yayu, 2019:1).

Untuk mengetahui seberapa baik dan besarnya suatu pengelolaan alokasi dana

desa maka perlu dilakukan analisis kinerja keuangan. Analisis kinerja keuangan

ini sangat penting karena dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kinerja

keuangan di masa yang akan datang, menunjukkan pencapaian target kinerja

keuangan yang telah ditetapkan, mengevaluasi kinerja keuangan, membantu

mengungkapkan dan memecahkan masalah yang ada.

Kinerja keuangan desa akan membaik jika terdapat relevansi sistem akuntansi

dalam pengelolaan dana desa tersebut. Artinya dibutuhkan sumber daya yang

benar-benar handal agar kinerja keungan dana desa yang dikelola sesuai dengan

yang diharapkan.

Menurut penelitian Novia dan Kurnia (2018) disebutkan, sistem akuntansi

keuangan desa mempunyai pengaruh pada akuntabilitas pengelolaan keuangan

desa. Kewajiban desa adalah menyelanggarakan sebuah sistem akuntansi

keuangan desa guna meningkatkan akuntabilitas pengelolaan keuangan terhadap

publik. Selanjutnya ada pemanfaatan teknologi informasi. Namun berbeda dengan

Penelitian Luh Putu Pratiwi Sintya Ningsih (2021) yang menyebutkan sistem

akuntansi keuangan desa tidak berpengaruh signifikan pada akuntabilitas

pengelolaan dana desa. Ini berarti, sistem akuntansi keuangan yang ada desa tidak

memberi pengaruh yang berarti pada akuntabilitas pengelolaan dana desa, hal ini

memperlihatkan bahwa timbulnya akuntabilitas pengelolaan dana desa pada tiap-

tiap desa tidak bergantung pada sistem akuntansi keuangan desa. Meskipun
penggunaan sistem akuntansi keuangan desa dapat dikatakan tak terlalu baik,

namun desa mampu melakukan pengelolaan keuangan desa secara baik. Sehingga

desa akan mampu bertanggungjawab atas akuntabilitas pengelolaan dana desanya.

Artinya perlu penelitian lebih lanjut dan terbaru untuk melihat pengaruh sistem

akuntansi desa terhadap kinerja keungan dana desa.

Anisa Dewi Raharja (2019) menyebutkan bahwa kompetensi sumber daya

manusia akan mempengaruhi kinerja keuangan dana desa. Untuk mewujudkan

tata kelola pemerintahan yag baik (good corporate goverment) maka perlu

dilakukan pengelolaan keuangan yang baik mulai dari sumber daya manusia yang

memiliki kompeten, sistem pengelolaan keuangan desa yang terkomputerisasi dan

pelatihan-pelatihan agar menunjang terwujudnya arah pembangunan. Keuangan

desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan barang dan

uang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban desa, selain itu

keuangan desa juga harus dikelola dengan akuntabel, transparan, juga dilakukan

dengan disiplin anggaran dan tertib yang diatur pemerintah dalam Permendagri

Nomor 20 Tahun 2018 Pasal 2 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa, Jika

permendagri tersebut dilaksanakan dengan baik maka pembangunan di Indonesia

akan selalu berjalan dan tidak akan adanya korupsi atau penggelapan dana

dimana-mana.

Pemerintah mengucurkan anggaran untuk Dana Desa setiap tahunnya tidak pernah

menurun bahkan selalu naik setiap tahunnya demi terwujudnya kesejahteraan masyarakat

desa dan bisa menjadi pintu untuk desa bisa berkembang dan sejahtera. Menurut data dari

Badan Pusat Statistik (BPS) yang diupdate terakhir 10/01/2020 Pemerintah telah

mengeluarkan dana desa dengan jumlah:


Tabel 1.1 Alokasi dana desa tahun 2018-2020

No Tahun Target Realisasi Persentase


1 2018 60 triliun 59,86 triliun 98,77
2 2019 70 triliun 42,2 triliun 60,29
3 2020 72 triliun - -
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), 2021

Dengan anggaran dana desa yang besar yang diberikan oleh pemerintah

untuk desa, pemerintah telah membuat peraturan agar dana desa yang berikan bisa

dikelola dan dipertanggungjawabkan dengan baik. penulis memberikan

identifikasi masalah terkait sistem akuntansi, komptensi SDM dan kinerja

keuangan dana desa yaitu:

1. Harus adanya transfaransi atau keterbukaan pemerintah desa mengenai

anggaran dana desa

2. Tata kelola keuangan desa yang baik bisa meminimalisir terjadinya

penyelewengan penggunaannya

3. Laporan keuangan harus bisa dipertanggungjawabkan dan sesuai dengan

standar akuntansi yang berlaku

4. Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan alokasi dana desa mampu

menumbuhkan kepercayaan, rasa tanggungjawab dan kekeluargaan yang

erat.

5. Penerapan program sistem akuntansi pengelolaan dana desa yang

berkomputerisasi dapat memberi kemudahan kepada aparat desa mulai

dari perencanaan, pencatatan secara akuntansi sampai membuat laporan

keuangan semesteran dan tahunan.


6. Kompetensi Sumber daya manusia yang baik menyebabkan kinerja

pengelolaan keuangan akan meningkat

Ukuran aset yang dibagikan oleh pemerintah pusat ke Desa-Desa sangat

besar, ini membuatnya cenderung untuk membelanjakan penyalahgunaan dari

kepentingan individu atau kekotoran. Ini tergantung pada keraguan terbuka dari

pameran moneter saat ini. Sampai saat ini, negara kita masih belum terbebas dari

cengkeraman kekotoran batin. Dengan banyaknya contoh kekotoran batin, pada

titik ini hal itu bukanlah sebuah misteri. Masalah ini terus menyebar sehingga

pemerintah Desa perlu menghadapi pengadilan dan lembaga pemasyarakatan

karena menyalahgunakan cadangan Desa.

Penyalahgunaan Dana Desa ini akan sangat mempengaruhi kinerja

keuangan desa. Karena dana yang seharusnya digunakan untuk kepentingan

umum dan masyarakat digunakan oleh oknum pemerintahan desa. Fenomena ini

juga turut terjadi di Kabupaten Kampar. Pertanggungjawaban perangkat desa di

Kecamatan Bangkinang dalam mengidentifikasi masalah-masalah yang terjadi di

desa-desa Kecamatan Bangkinang akan menurunkan mutu dari suatu sistem

akuntansi yang ada didesa tersebut. Pengidentifikasian terhadap pencataatan,

penganalisisan dalam setiap pencatatan di sitem akuntansi keuangan akan

membawa perubahan yang positif terhadap akuntansi keuangan desa.

Pengklasifikasian yang baik juga akan meningkatkan mutu suatu desa, dengan

contoh melakukan pengklasifikasian atas transaksi sesuai dengan pos-pos yang

semestinya, membuat laporan keungan setiap periode akuntansi dan dilakukann

oleh perangkat desa yang ahli atau profesional dalam hal tersebut. Adanya
penerapan pengendalian untuk menjamin reabilitas sistem keuangan di desa akan

menjamin suatu reabilitas sistem akuntansi keuangan desa di Kecamatan

Bangkinang. Berikut adalah alokasi dana desa pada semua desa di Kecamatan

Bangkinang Pada tahun 2019:

Tabel 1.2 Data Dana Desa Di Kecamatan Bangkinang Tahun 2019

No Desa/Kelurahan Alokasi Dana Desa


1 Pulau 778.906.223
2 Pasir Sialang 778.745.786
3 Pulau Lawas 901.071.886
4 Muara Uwai 886.475.551
5 Bukit paying 1.027.686.457
6 Binuang 883.385.673
7 Bukit Sembilan 947.362.783
8 Laboy jaya 884.885.982
9 Suka Mulya 903.474.979
Sumber: Kemendesa, 2022

Pengelolaan keuangan desa di Kecamatan Bangkinang di nilai dari

beberapa faktor, yaitu varian belanja, efisiesi belanja, keserasian belanja dan

laporan pertanggung jawaban keuangan. Anggaran belanja di Kecamatan

Bangkinang merupakan batas maksimum pengeluaran yang boleh dilakukan

pemerintah desa.

Efektivitas kinerja keuangan desa pada dilihat dari tingkat pencapaian

hasil program atau kegiatan dengan target yang telah ditetapkan. Efektivitas

merupakan hubungan antara keluaran (output) dengan tujuan. Kinerja keuangan

desa di Kecamatan Bangkinang dapat dikatakan efektif apabila organisasi tersebut

dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efisiensi merupakan hubungan

antara barang dan jasa (output) yang dihasilkan dari suatu kegiatan dengan sumber

daya input yang digunakan. Semakin besar output yang dihasilkan dibanding
input yang digunakan, maka semakin besar tingkat efisiensi Kinerja keuangan

desa di Kecamatan Bangkinang. Konsep ekonomi sangat terkait dengan konsep

biaya untuk memproleh input. Secara matematis ekonomi merupakan

perbandingan antara input dengan input value. Input dalam hal ini adalah target

anggaran dana awal, sedangkan input value adalah realisasi alokasi dana desa.

Efisiensi dalam pengeluaran belanja pemerintah didefinisikan sebagai suatu

kondisi ketika tidak mungkin lagi realokasi sumberdaya yang dilakukan mampu

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan kata lain, efisiensi pengeluaran

belanja pemerintah desa diartikan ketika setiap rupiah yang dibelanjakan oleh

pemerintah desa menghasilkan kesejahteraan optimal. Ketika kondisi tersebut

terpenuhi, maka dikatakan pengeluaran pemerintah telah mencapai tingkat yang

efisien. Dari pengamatan yang dilakukan penulis menilai bahwa efisiensi belanja

modal di desa Se Kecamatan Bangkinang masing kurang, yang mana ditandai

oleh:

a. Terlambatnya petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan pengelolaan dana

b. Adanya efisiensi dari perjalanan dinas dan bimtek tata ruang yang tidak

diikuti karena volume pekerjaan RT/RW masih dalam proses penyelesaian

untuk ditetapkan dengan perdes tata ruang desa.

Dari observasi turut menemukan, implementasi tata kelola keuangan desa Se

Kecamatan Bangkinang belum menggunakan semua buku yang dipersyaratkan

dalam permendagri 113 tahun 2014 dimana pemerintah desa baru menggunakan 5

buku dari 11 buku yang disyratkan dalam pengelolaan keuangan desa yakni buku
penerimaan kas, buku pengeluaran kas, buku inventaris, buku hutang dan buku

persediaan.

Hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti, didapati beberapa

permasalahan keuangan desa yang ada di Kecamatan Bangkinang antara lain:

1. Pajak belum dibayarkan dan dibayar tidak tepat waktu

2. pertanggung jawaban keuangan belum melampirkan bukti-bukti sesuai

peraturan yang berlaku

3. pelaksanaan pembangunan fisik realisasinya belum sesuai dengan gambar

dan RAB yang ada di APBK

4. ketergantungan pemerintah Desa pada hibah dari pemerintah pusat yang

tercermin dalam ukuran bantuan pemerintah pusat dari perspektif

pengeluaran normal, khususnya sponsor untuk daerah mandiri dan dari

perspektif pengeluaran pemerintah Desa

5. kapasitas Desa sebenarnya rendah untuk menyelidiki kemungkinan

sumber pendapatan Desa yang tercermin dalam pendapatan Pendapatan

Asli Daerah (Cushion) yang umumnya sedikit dibandingkan dengan

pendapatan Desa absolut

6. Kegagalan pemerintah Desa dalam mengarahkan penggunaan Desa

Hasil observasi penulis juga mendapati bahwa evaluasi Dana Desa, Sistem

Akuntansi dan Kompetensi Sumber Daya Manusia memiliki dampak dan

pengaruh terhadap Kinerja Keuangan Dana Desa. Kinerja Keuangan Dana Desa

yang baik mencerminkan Good Governance yang baik dan begitu juga

sebaliknya. Oleh karena itu penting sekali agar dilakukan penelitian guna
mengentahui sejauh mana Good Governance berperan dalam meningkatkan

kinerja keuangan dana desa dilihat dari faktor evaluasi Dana Desa, Sistem

Akuntansi dan Kompetensi Sumber Daya Manusia.

Penelitian Nurul Inna (2021) menemukan Pengelolaan Keuangan Desa

Berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Anggaran Pemerintah Desa.

penelitian lainnya oleh Partini (2018) dalam menemukan Efektivitas serapan

anggaran Dana Desa yang diperoleh dari hasil penelitian di tiap-tiap kegiatan

Pembangunan Fisik Desa, artinya ada pengaruh pengelolaan dana desa terhadap

kinerja pemerintahan desa. Penelitian Novia dan Kurnia (2018) disebutkan,

sistem akuntansi keuangan desa mempunyai pengaruh pada akuntabilitas

pengelolaan keuangan desa. Luh Putu Pratiwi Sintya Ningsih (2021) dalam

penelitiannya menemukan sistem akuntansi keuangan desa tidak memberi

pengaruh pada kienrja pengelolaan dana desa. hasil penelitian Akbar (2020)

menemukan kualitas sumber daya manusia berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja keuangan desa. I Putu Daniarsa (2020) juga menemukan kualitas

sumber daya manusia berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

keuangan desa.

Pencapaian kinerja pemerintah dan stabilitas pembangunan serta pemerataan

perekonomian tidak hanya berorientasi pada tingkat Nasional maupun daerah saja

tapi perlu juga memperhatikan pada wilayah pemerintah terendah dalam hal ini

adalah desa yang merupakan salah satu wilayah admistratif yang mengatur urusan

pemerintahannya sendiri. kinerja juga merupakan hasil dari serangkaian proses

kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu organisasi. Dalam


kerangka organisasi terdapat hubungan antara kinerja perorangan (individual

Performance) dengan kinerja organisasi (Organization Performance). Dari hasil

penelitian (Suwandi, 2013), menyatakan bahwa kinerja pemerintah kini lebih

banyak mendapat sorotan terlebih lagi bagian keuangan dan perencanaan

pemerintah, tuntutan atas perubahan baik secara individu maupun kelompok

sangat di harapkan. Hasil penelitian Dian Syam (2020) menemukan pengelolaan

keuangan desa berpengaruh signifikan terhadap kinerja pemerintahan desa.

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian Novia dan Kurnia

(2018) dan Luh Putu Pratiwi Sintya Ningsih (2021). Hasil penelitian Novia dan

Kurnia (2018) dan Luh Putu Pratiwi Sintya Ningsih (2021) mengenai Pengaruh

Evaluasi Dana Desa, Sistem Akuntansi dan Kompetensi Sumber Daya Manusia

Terhadap Kinerja Keuangan Dana Desa memilki hasil yang bertolak belakang.

Untuk itu peneliti menggunakan variabel moderasi dalam penelitian ini yaitu

Good Governance untuk melihat hasil penelitian yang berbeda dan terbaru.

Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik melakukan penelitian

dengan mengangkat judul : Pengaruh Evaluasi Dana Desa, Sistem Akuntansi

dan Kompetensi Sumber Daya Manusia Terhadap Kinerja Keuangan Dana

Desa Melalui Good Governance Di Desa Se Kecamatan Bangkinang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian masalah diatas maka rumusan masalah dalam

penelitian adalah:

1. Apakah evaluasi dana desa berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan Dana

Desa ?
2. Apakah system akuntansi berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan Dana

Desa ?

3. Apakah kompetensi SDM berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan Dana

Desa ?

4. Apakah Good Governance terhadap Kinerja Keuangan Dana Desa ?

5. Apakah Good Governance memoderasi pengaruh evaluasi dana desa

terhadap Kinerja Keuangan Dana Desa ?

6. Apakah Good Governance memoderasi pengaruh system akuntansi

terhadap Kinerja Keuangan Dana Desa ?

7. Apakah Good Governance memoderasi pengaruh kompetensi SDM

terhadap Kinerja Keuangan Dana Desa ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh evaluasi dana desa terhadap Kinerja

Keuangan Dana Desa

2. Untuk mengetahui pengaruh system akuntansi terhadap Kinerja Keuangan

Dana Desa

3. Untuk mengetahui pengaruh kompetensi SDM terhadap Kinerja Keuangan

Dana Desa

4. Untuk mengetahui pengaruh Good Governance terhadap Kinerja

Keuangan Dana Desa

5. Untuk mengetahui Good Governance memoderasi pengaruh evaluasi dana

desa terhadap Kinerja Keuangan Dana Desa


6. Untuk mengetahui Good Governance memoderasi pengaruh system

akuntansi terhadap Kinerja Keuangan Dana Desa

7. Untuk mengetahui pengaruh Good Governance memoderasi kompetensi

SDM terhadap Kinerja Keuangan Dana Desa

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan akan

memberikan manfaat bagi semua pihak diantaranya :

1. Bagi Penulis Bagi penulis penelitian ini diharapkan dapat menambah

wawasan dan pengetahuan dalam bidang akuntansi sektor publik yaitu

mengenai pentingnya Evaluasi Dana Desa, kajian Kinerja Keuangan

Dana Desa dan Good Governance ,

2. Bagi pemerintah desa Bagi aparatur desa diharapkan penelitian ini akan

bermanfaat dalam mengambil setiap kebijakan dalam pengelolaan Dana

Desa untuk dapat meningkatkan akuntabilitas maupun transparansi,

sehingga akan menciptakan kesejahteraan masyarakat dan masyarakat

desa.

3. Bagi Almamater Diharapkan dapat menjadi referensi bahan kajian

mahasiswa lain dan menjadi pertimbangan penting bagi penelitian yang

serupa pada masa yang akan datang

1.5 Sistematika Penulisan

Agar dapat memberikan gambaran yang jelas tentang penulisan penelitian

ini, maka disusunlah sistematika penulisan yang berisi informasi mengenai

materi-materi yang dibahas di tiap-tiap bab. Sistematika penulisan ini adalah :


BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang mendasari

penelitian ini, kerangka pemikiran dan hipotesis.

BAB III METODE PENELITIAN

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai variabel–variabel yang akan

diteliti, jenis dan sumber data, populasi dan penentuan sampel, metode

pengumpulan data dan teknik analisis.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Landasan Teori

2.1.1 Teori Stewardship (Stewardship theory)

Stewardship theory dibangun atas dasar asumsi filosofis sifat manusia

yang pada hakikatnya dapat dipercaya, mampu bertindak dengan penuh

tanggungjawab, serta memiliki integrasi dan memiliki kejujuran terhadap pihak

lain. Dengan kata lain Stewardship theory memandang manajemen sebagai

kepercayaan untuk bertindak sebaik-baiknya bagi kepentingan publik pada

umumnya maupun stakeholder pada khususnya (Hardikasari 2011).

Teori stewarship dapat diterapkan pada penelitian akuntansi organisasi

sektor publik seperti organisasi pemerintah (Morgan, 1996; Vans Slyke, 2006 dan

Thorthon, 2009) dan non profit lainnya (Vargan, 2004; Caer Ralf, 2006 dan

Wilson, 2010) yang sejak awal perkembangannya, akuntansi organisasi sektor

publik telah dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi hubungan

antara stewards dan principels. Dilihat dari Sistem Organisasi Pemerintah Rakyat

berperan sebagai principles memberikan mandat kepada pemerintah untuk

menjalankan tugas pemerintah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Penggunaan teori stewardship pada penelitian ini, dapat menjelaskan eksistensi

pemerintah desa (steward) sebagai suatu lembaga yang dapat dipercaya dan

bertindak sesuai dengan kepentingan publik dengan melaksanakan tugas dan

fungsinya dengan tepat untuk kesejahteraan masyarakat (principal). Pemerintah


desa melaksanakan tugasnya dalam membuat pertanggungjawaban keuangan

berupa penyajian laporan keuangan yang akuntabel dan transaparan sesuai dengan

karakteristik laporan keuangan (relevan, andal, dapat dipahami dan dapat

dibandingkan) (Muhammad Luthfi, Dkk, 2018).

2.1.2 Teori Stakeholder (Stakeholder Theory)


Busyra Azheri (2012) secara singkat mendefinisikan stakeholders adalah

orang dengan suatu kepentingan atau perhatian pada permasalahan tertentu.

Sedangkan Grimble and Wellard melihat stakeholders dari segi posisi penting dan

pengaruh yang mereka miliki. Dari definisi tersebut, maka stakeholders

merupakan keterikatan yang didasari oleh kepentingan tertentu. Dengan demikian,

jika berbicara mengenai stakeholders theory berarti membahas halhal yang

berkaitan dengan kepentingan berbagai pihak.

Hal pertama mengenai teori stakeholder adalah bahwa stakeholder

merupakan sistem yang secara eksplisit berbasis pada pandangan tentang suatu

organisasi dan lingkungannya, mengenai sifat saling mempengaruhi antara

keduanya yang kompleks dan dinamis. Stakeholder dan organisasi aling

mempengaruhi, hal ini dapat dilihat dari hubungan sosial keduanya yang

berbentuk responsibilitas dan akuntabilitas. Oleh karena itu organisasi memiliki

akuntabilitas terhadap stakeholdernya (Marzully Nur dan Denies Priantinah,

2012).

Premis dasar dari teori stakeholder adalah bahwa semakin kuat

hubungan korporasi, maka akan semakin baik bisnis korporasi. Sebaliknya,

semakin buruk hubungan korporasi maka akan semakin sulit. Hubungan yang
kuat dengan para pemangku kepentingan adalah berdasarkan kepercayaan, rasa

hormat, dan kerjasama. Teori stakeholder adalah sebuah konsep manajemen

strategis, tujuannya adalah untuk membantu korporasi memperkuat hubungan

dengan kelompok-kelompok eksternal dan mengembangkan keunggulan

kompetitif (Totok Mardikant, 2014).

Teori stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang

hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus memberikan manfaat

bagi stakeholdernya. Dengan demikian, keberadaan suatu perusahaan sangat

dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan

tersebut. Gray, Kouhy dan Adams mengatakan bahwa kelangsungan hidup

perusahaan tergantung pada dukungan stakeholders sehingga aktivitas perusahaan

adalah untuk mencari dukungan tersebut.

2.1.3 Kinerja Keuangan Desa

2.1.3.1 Defenisi Kinerja Keuangan

Masdiantini dan Erawati (2016) kinerja keuangan pemerintah daerah dapat

diukur dengan menggunakan rasio kemandirian, ekonomi, efektivitas, dan

efisiensi. Kemandirian menunjukkan kemampuan pemerintah daerah membiayai

penyelenggaraan pemerintahannya sendiri dengan menggunakan Pendapatan Asli

Daerah yang diperolehnya. Ekonomi menunjukkan tingkat kehematan

pengeluaran-pengeluaran pemerintah daerah. Efektivitas menunjukkan realisasi

pendapatan yang dapat dicapai oleh pemerintah daerah. Efisiensi menunjukkan

seberapa besar biaya yang dikeluarkan untuk mencapai realisasi pendapatan.


Menurut Sularso dan Restianto (2018) menyebutkan kinerja keuangan

adalah suatu ukuran kinerja yang menggunakan indikator keuangan. Analisis

kinerja keuangan pada dasarnya dilakukan untuk menilai kinerja masa lalu dengan

melakukan berbagai analisis sehingga diperoleh posisi keuangan yang mewakili

realitas entitas dan potensi- potensi kinerja yang akan berlanjut.

Mardiasmo (2019) Mengatakan Kinerja keuangan adalah salah satu ukuran

yang dapat digunakan untuk memastikan kemampuan daerah dalam melaksanakan

aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar untuk mempertahankan

layanan yang diinginkan, di mana penilaian yang lebih tinggi menjadi tuntutan

yang harus dipenuhi agar pihak eksternal memutuskan untuk berinvestasi di

dalamdaerah.Pengukuran kinerja yang bersumber dari informasi financial seperti

laporan keuangan, diukur berdasarkan pada anggaran yang telah dibuat.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan

pemerintah daerah adalah gambaran pencapaian atas suatu program/kebijakan

yang telah direncanakan oleh pemerintah daerah selama periode tertentu yang

dapat diukur menggunakan indikator keuangan.

2.1.3.2 Tujuan Pengukura Kinerja Keuangan Pemerintah

Bastian (2017) juga menyebutkan bahwa kinerja keuangan memiliki

fungsi dan peranan dalam memperjelas apa, berapa dan kapan suatu kegiatan

dilaksanakan, menciptakan consensus yang dibangun oleh berbagai pihak terkait

untuk menghindari kesalahan interpretasi selama pelaksanaan kegiatan dalam

menilai kinerja. Fungsi lainnya adalah membangun dasar dari pengukuran,


analisis, dan evaluasi kinerja organisasi/unit kerja. Kinerja Keuangan Pemerintah

Daerah juga mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Mengetahui tingkat ketercapaian tujuan organisasi

2. Menyediakan sarana pembelajaran pegawai

3. Memperbaiki kinerja periode-periode berikutnya

4. Memberikan pertimbangan yang sistematik dalam pembuatan

keputusan pemberian penghargaan (reward) dan hukuman

(punishment),

5. Memotivasi pegawai

6. Menciptakan akuntabilitas publik.

Menurut Darise (2018: 51) Laporan Kinerja Keuangan merupakan

realisasi dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang menyajikan

informasi mengenai pendapatan operasional, belanja berdasarkan klasifikasi

fungsional dan ekonomi serta surplus atau defisit. Karena itu, penilaian Kinerja

Keuangan Pemerintah sangat diperlukan untuk penentuan efektivitas operasional,

organisasi, dan pegawai berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah

ditetapkan sebelumnya secara periodik.

2.1.3.3 Tahap-tahap Menganalisis Kinerja Keuangan Pemerintah

Fahmi (2016), mengatakan bahwa ada5 (lima) tahap dalam menganalisis

Kinerja Keuangan secara umum, yaitu:

1. Melakukan review terhadap data laporan keuangan. Review di sini

dilakukan dengan tujuan agar laporan keuangan yang sudah dibuat


tersebut sesuai dengan penerapan kaidah-kaidah yang berlaku umum

dalam dunia akuntansi, sehingga

2. Melakukan perhitungan Penerapan metode perhitungan di sini adalah

disesuaikan dengan kondisi dan permasalahan yang sedang dilakukan

sehingga hasil dari perhitungan tersebut akan memberikan suatu

kesimpulan sesuai dengan analisis yang diinginkan

3. Melakukan perbandingan terhadap hasil hitungan yang telah diperoleh.

Dari hasil hitungan yang sudah diperoleh tersebut kemudian dilakukan

perbandingan dengan hasil hitungan dari lainnya

4. Melakukan penafsiran (interpretation) terhadap berbagai permasalahan

yang ditemukan. Pada tahap ini analisis melihat kinerja keuangan adalah

setelah dilakukan ketiga tahap tersebut selanjutnya dilakukan penafsiran

untuk melihat apa-apa saja permasalahan dan kendala- kendala yang

dialami oleh perusahaan tersebut

5. Mencari dan memberikan pemecahan masalah (solution) terhadap berbagai

permasalahan yang ditemukan. Pada tahap terakhir ini setelah ditemukan

berbagai permasalahan yang dihadapi maka dicarikan solusi untuk

memberikan suatu input atau masukan agar apa yang menjadi kendala dan

hambatan selama ini dapat terselesaikan. Pada pemerintah tahapan untuk

menganalisis dan mengevaluasi

2.1.3.4 Faktor–faktor yang Memengaruhi Kinerja Keuangan Pemerintah

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Groves et all, dalam

Ningsih (2017) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi Kinerja


Keuangan Pemerintah terbagi atas faktor keuangan (financial factors) dan faktor

lingkungan (environmental factors) yang diantara keduanya tidak terlepas dari

organisasional (organizational factor). Faktor keuangan (financial factors) terdiri

atas revenue, expenditure, operating position, debt structure, unfunded liabilities,

dan condition of capital fund yang masing-masing dari variabel tersebut terbagi

lagi atas sub variabel yang memengaruhi di dalamnya.

Faktor lingkungan (environmental factors) yang juga memengaruhi

Kinerja Keuangan Pemerintah terdiri atas community need and resources, external

economic conditions, inter-govermental constrains, natural disaster and

emergencies, dan political cultures. Faktor organisasional (organizational factors)

yaitu terdiri dari kebijakan legislatif dan praktik manajemen. Hasil yang diperoleh

dalam penelitian Groves (2017) mengatakan bahwa indikator Kinerja Keuangan

Pemerintah dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor keuangan, faktor

lingkungan maupun faktor organisasional yang dapat di monitoring melalui

Financial Trend Monitoring System (FTMS).

Pada penelitian Groves et all (2017) memperlihatkan gambar yang di

dalamnya berisi faktor-faktor kinerja finansial. Tiap-tiap faktor diklasifikasi

menjadi faktor lingkungan, faktor organisasional dan faktor finansial. Pada

intinya, faktor lingkungan yang merepresentasikan pengaruh eksternal pada

pemerintah daerah keseluruhannya disaring dan menjadi faktor organisasional.

Hasilnya adalah serangkaian faktor finansial menggambarkan struktur internal

finansial pemerintahan.
2.1.3.5 Indikator Kinerja Keuangan Pemerintah

Mengenai indikator dalam mengukur kinerja Moeheriono (2017)

mendefinisikan bahwa indikator kinerja sebagai nilai yang dipergunakan untuk

mengukur output atau outcome dari suatu program.Menurut Mardiasmo (2017)

dalam bukunya memaparkan beberapa indikator dalam pengukuran kinerja,

indikator tersebut diantaranya:

1. Efisiensi, yaitu perbandingan dari input dengan output yang dikaitkan

dengan target atau standar kinerja yang sudah ditetapkan

2. Efektifitas, yaitu perbandingan hasil program dengan target dari

program tersebut

3. Ekonomis, yaitu perbandingan antara input dengan input value yang

dinyatakan dalam satuan moneter

2.1.4 Good Governance

2.1.4.1 Pengertian Good Governance

Tjager, dkk (dalam Robertus, 2016:45) menjelaskan good corporate

governance yaitu mengenai suatu sistem, proses dan seperangkat peraturan yang

mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders),

dan dalam arti sempitnya yaitu hubungan antara pemegang saham, dewan

komisaris, dan dewan direksi demi tercapainya tujuan organisasi. The Indonesian

Institute for Corporate Governance (IICG) (dalam Hamdani, 2016:20)

mendefinikan Good Governance sebagai proses dan struktur yang diterapkan

dalam menjalankan perusahaan, dengan tujuan utama meningkatkan nilai

pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan


pihak petaruh lainnya. Sedangkan definisi good corporate governance menurut

Bank Dunia (dalam Hamdani, 2016:21) adalah aturan, standar dan organisasi

dibidang ekonomi yang mengatur perilaku pemilik perusahaan, direktur dan

manajer serta perincian dan penjabaran tugas dan wewenang serta

pertanggungjawabannya kepada investor (pemegang saham dan kreditur).

Good Governance sering diartikan sebagai tata pemerintahan yang baik.

Menurut World Bank dalam Mardiasmo (2016:18) mendefinisikan Good

Governance sebagai suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid

dan bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang

efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi, dan pencegahan korupsi baik

secara politik maupun administratif menjalankan disiplin anggaran serta

penciptaan legal dan political framework bagi tumbuhnya aktivitas usaha.

Sedangkan menurut United Nations Development Program (UNDP) dalam

Mardiasmo (2016:18) mendefinisikan Good Governance sebagai praktik

penerapan kewenangan pengelolaan berbagai urusan penyelenggaraan negara

secara politik, ekonomi, dan administratif di semua tingkatan. Dalam konsep ini,

Good Governance memiliki 3 pilar penting, yaitu:

1. Economic governance (kesejahteraan rakyat)

2. Political governance (proses pengambilan keputusan)

3. Administrative governance (tata laksana pelaksanaan kebijakan)

Selain itu Good Governance memiliki 3 domain dalam proses memaknai

peran kunci stakeholders (pemangku kepentingan) yaitu sebagai berikut :


1. Pemerintah, berperan menciptakan iklim politik dan hukum yang

kondusif

2. Sektor Swasta, berperan menciptakan lapangan pekerjaan dan

pendapatan serta penggerak di bidang ekonomi

3. Masyarakat, berperan mendorong interaksi sosial, ekonomi, politik,

dan mengajak seluruh anggota masyarakat berpartisipasi.

Tata kelola perusahaan mencakup hubungan antara pemangku kepentingan

(stakeholders) yang terlibat serta tujuan pengelolaan perusahaan.Pihak-pihak

utama dalam tata kelola perusahaan adalah pemegang saham, manajemen dan

dewan direksi.Pemangku kepentingan lainnya juga termasuk karyawan, pemasok,

pelanggan, bank dan kreditor lain, regulator, lingkungan serta masyarakat. Good

Governance juga mensyaratkan adanya struktur perangkat untuk mencapai tujuan

dan pengawasan atas kinerja. Tata kelola perusahaan yang baik dapat memberikan

rangsangan bagi manajemen untuk mencapai tujuan perusahaan dan pemegang

saham harus memfasilitasi pengawasan yang efektif agar dapat mendorong

perusahaan menggunakan sumber daya dengan lebih efisien (Robertus, 2016:44).

2.1.4.2 Prinsip-Prinsip Good Governance

Untuk memahami Good Governance diperlukan pemahaman atas

prinsipprinsip yang terkandung di dalamnya.Hal ini berfungsi sebagai indikator

atau tolak ukur kinerja pemerintah. Adapun prinsip-prinsip Good Governance

menurut UNDP dalam Mardiasmo (2016:18) mengungkapkan bahwa karakteristik

atau prinsipprinsip yang dikembangkan dalam pelaksanaan Good Governance

meliputi :
1. Participation. Keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan

baik secara langsung maupun tidak langsung melalui lembaga

perwakilan yang dapat menyalurkan aspirasinya. Partisipasi tersebut

dibangun atas dasar kebebasan berasosiasi dan berbicara serta

berpartisipasi secara konstruktif

2. Rule of law. Kerangka hukum yang adil dan dilaksanakan tanpa

pandangan bulu

3. Transparency. Transparansi dibangun atas dasar kebebasan

memperoleh informasi. Informasi yang berkaitan dengan kepentingan

publik secara langsung dapat diperoleh oleh mereka yang

membutuhkan

4. Responsiveness. Lembaga-lembaga publik harus cepat dan tanggap

dalam melayani stakeholder

5. Consensus orientation. Berorientasi pada kepentingan masyarakat

yang lebih luas.

6. Equity. Setiap masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk

memperoleh kesejahteraan dan keadilan

7. Efficiency and Effectiveness. Pengelolaan sumber daya publik

dilakukan secara bedaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif).

8. Accountability. Pertanggungjawaban kepada publik atas setiap

aktivitas yang dilakukan.

9. Strategic vision. Penyelenggara pemerintah dan masyarakat harus

memiliki visi jauh ke depan.


Menurut Mardiasmo (2016:18) dari sembilan karakteristik tersebut terdapat

tiga pilar yang saling berkaitan untuk mewujudkan Good Governance yaitu

transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas, serta terdapat satu elemen lagi yang

dapat mewujudkan Good Governance yaitu value for money (ekonomi, efisiensi,

dan efektivitas).

2.1.5 Evaluasi Dana Desa

2.1.5.1 Pengelolaan Dana Desa

Pengelolaan pada dasarnya adalah pengendalian dan pemanfaatan semua

sumber daya yang menurut suatu perencanaan diperlukan untuk atau penyelesaian

suatu tujuan kerja tertentu. Menurut Irawan dalam Suwardane (2015: 94)

mendefenisikan bahwa: “Pengelolaan sama dengan manajemen yaitu

penggerakan, pengorganisasian dan pengarahan usaha manusia untuk

memanfaatkan secara efektif material dan fasilitas untuk mencapai suatu tujuan.”

Menurut Permendagri No. 113 Tahun 2014 Pengelolaan Keuangan desa adalah

seluruh kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksasaan, penatausahaan,

pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan desa. Lebih lanjut Bastian (2015:3)

mengemukakan bahwa Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan

selalu ada dan melekat dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh

manajer ketika melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan.

Dasar yang dikemukakan oleh bastian dalam ungkapannya mengenai

fungsi manajemen adalah sebuah pondasi yang dapat dikembangkan demi

menghasilkan formula tepat dalam pengelolaan dana desa. Peraturan Pemerintah

Nomor 60 mengenai Dana adalah dana yang bersumber dari Anggaran


Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa dan Desa Adat

yang ditransfer melalui Anggaran pendapatan dan belanja kabupaten/kota dan

digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, serta

pemberdayaan masyarakat, dan kemasyarakatan.

Hal tersebut seharusnya dapat mendorong seluruh pihak untuk membantu

aparatur desa didalam pengelolaan dananya ataupun sekurang-kurangnya dalam

hal pengawasan. Undang-Undang yang dikeluarkan tentang desa pada tahun 2014

yaitu, Undang-undang No.6 Tahun 2014. Dimana dalam UU tersebut dijelaskan

bahwa desa nantinya pada tahun 2015 akan mendapat kucuran dana sebesar 10%

dari APBN. Dimana kucuran dana tersebut tidak akan melewati perantara, dana

tersebut akan langsung sampai kepada desa.

Tetapi jumlah nominal yang diberikan kepada masing-masing desa

berbeda tergantung dari geografis desa, jumlah penduduk, dan angka kematian.

Alokasi APBN yang sebesar 10% tentu akan menyebabkan penerimaan desa yang

meningkat. Peningkatan desa yang meningkat ini tentunya diperlukan adanya

laporan pertanggungjawaban dari desa dan laporan pertanggungjawaban tersebut

akan berpedoman pada Permen No. 113 Tahun 2014 Peraturan Pemerintah No. 60

Tahun 2014 dalam Yuliansyah Rusmianto (2017:32-33) menambahkan bahwa

Pada prinsipnya dana desa dialokasikan dalam anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara (APBN) untuk membiayai kewenangan yang menjadi tanggung jawab

desa.

Namun untuk mengoptimalkan penggunaannya, dana desa diprioritaskan

untuk membiayai pembangunan dan pemberdayaan masyarakat antara lain:


pembangunan pelayanan dasar pendidikan, kesehatan, dan infrasuktur. Dalam

rangka pengentasan kemiskinan, dana desa juga dapat digunakan untuk memenuhi

kebutuhan primer pangan, sandang, dan papan masyarakat. Penggunaan dana desa

untuk kegiatan yang tidak prioritas dapat dilakukan sepanjang kegiatan

pembangunan dan pemberdayaan.masyarakat telah terpenuhi. Penggunaan dana

desa mengacu pada RPJMDesa dan RKPDesa. Berdasarkan penjelasan diatas

maka Pengelolaan dana desa adalah Seluruh rangkaian kegiatan yang dimulai dari

tahap perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan hingga

pertanggungjawaban Dana Desa yang dilaksanakan dalam satu tahun anggaran,

terhitung mulai 1 Januari sampai dengan 31 Desember.

2.1.5.2 Alokasi Dana Desa

Berdasarkan Permendes Nomor 16 Tahun 2018 tentang pengelolaan Dana

Desa pada pasal (1) ayat (2) yang dimaksud Dana Desa adalah dana yang

bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan

bagi Desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Kabupaten/Kota dan digunakan untuk mendanai penyelenggaraan pemerintahan,

pelaksanaan, pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan

masyarakat. Dengan harapan dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi

masyarakat desa berupa peningkatan kualitas hidup, peningkatan kesejahteraan

dan penanggulangan kemiskinan serta peningkatan pelayanan publik di tingkat

desa. Dalam pasal (3) dijelaskan juga tentang prioritas penggunaan dana desa

didasarkan pada prinsip-prinsip:


1. Keadilan: mengutamakan hak dan kepentingan seluruh warga Desa

tanpa membeda-bedakan;

2. Kebutuhan Prioritas: mendahulukan kepentingan Desa yang telah

mendesak, lebih dibutuhkan dan berhubungan langsung dengan

kepentingan sebagian besar masyarakat desa;

3. Terfokus: mengutamakan pilihan penggunaan Dana Desa pada 3 (tiga)

sampai dengan 5 (lima) jenis kegiatan sesuai dengan kebutuhan sesuai

dengan kebutuhan prioritas nasional, provinsi, Kabupaten/Kota dan

desa dan tidak dilakukan praktik penggunaan Dana Desa yang dibagi

rata.

4. Kewenangan Desa: mengutamakan kewenangan hak asal usul dan

kewenangan lokal berskala besar;

5. Partisipatif: mengutamakan prakarsa, kreativitas dan peran serta

masyarakat Desa;

6. Swakelola: mengutamakan kemandirian Desa dalam pelaksanaan

kegiatan pembangunan Desa yang dibiayai Dana Desa;

7. Berdikari: mengutamakan pemanfaatan Dana Desa dengan

mendayagunakan sumber daya Desa untuk membiayai kegiatan

pembangunan yang dikelola dari, oleh dan untuk masyarakat Desa

sehingga Dana Desa berputar secara berkelanjutan di wilayah Desa

dan/atau Kabupaten/Kota;
8. Berbasis Sumber daya Desa: mengutamakan pemberdayagunaan

sumber daya manusia dan sumber daya alam yang ada di Desa dalam

pelaksanaan pembangunan yang dibiayai Dana Desa;

9. Tipologi Desa: mempertimbangkan keadaan dan kenyataan

karakteristik geografis, sosiologis, antropologis, ekonomi dan ekologi

desa yang khas, serta perubahan atau perkembangan dan kemajuan

Desa.

Menurut menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan

Transmigrasi, mengatakan bahwa alokasi dana desa setiap tahunnya mengalami

peningkatan, yaitu Rp 60 triliun (2017), Rp 60 triliun (2018), dan Rp 70 triliun

(2019) yang di transfer ke daerah sesuai dengan PMK Nomor 205/PMK.07/2019

tentang Pengelolaan Transfer Ke Daerah dan Dana Desa (TKDD). Tentu saja ada

desa yang mendapatkan DD lebih besar atau lebih kecil sesuai dengan jumlah

penduduk, luas wilayah, jumlah penduduk miskin dan tingkat kesulitan geografis

desa. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 48/PMK.07/2016 tentang Pengelolaan

Transfer ke Daerah dan Dana Desa, sebagaimana telah diubah beberapa kali

terakhir Peraturan Menteri Keuangan Nomor 225/PMK.07/2017 Tentang

Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 50/PMK.07/2017

tentang Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa (Berita Negara Republik

Indonesia Tahun 2017 Nomor 1970). Menurut Kementerian Keuangan

menyatakan bahwa penyaluran Dana Desa dilakukan dengan cara

pemindahbukuan dari RKUN ke RKUD untuk selanjutnya dilakukan

pemindahbukuan dari RKUD ke RKD.


2.1.5.3 Indikator Evaluasi Dana Desa

Menurut Bastian (2015:35), berikut adalah-adalah tahapan evaluasi pengelolan dana desa:

a. Perencanaan

Pengertian perencanaan secara konvensional adalah suatu kegiatan yang

dilakukan demi meraih masa depan yang lebih baik dengan memperhatikan

keadaan sekrang maupun keadaan sebelumnya. Menurut Robbins dan Culter

dalam Bastian (2015:35) Perencaan (Planning) adalah sebuah proses yang

dimulai dari penetapan tujuan organisasi, penetapan strategi untuk mencapai

tujuan organisasi tersebut secara menyeluruh, perumusan sistem perencanaan

yang menyeluruh untuk mengintegrasikan dan mengoordinasikan seluruh

pekerjaan organisasi, hingga pencapaian tujuan organisasi.

Dalam pemerintah desa perencanaan pembangunan desa disusun sesuai

dengan kewenangan dengan mengacu pada perencanaan pembangunan kabupaten

dan kota. Rencana pembangunan desa disusun untuk menjamin keterkaitan dan

konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan.

Mekanisme perencanaan menurut Permendagri No.113 tahun 2014 adalah

sebagai berikut :

1) Sekretaris Desa menyusun Rancangan Peraturan desa tentang APBDesa

berdasarkan RKPDesa. Kemudian sekretaris desa menyampaikan

kepada Kepala Desa

2) Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa disampaikan kepala desa

kepada Badan Permusyawaratan Desa untuk pembahasan lebih lanjut

3) Rancangan tersebut kemudian disepakati bersama, dan kesepakatanm

tersebut paling lambat bulan Oktober tahun berjalan.


4) Rancangan Peraturan desa tentang APBDesa yang telah disepakati

bersama, kemudian disampaikan oleh kepala desa kepada

bupati/walikota melalui camat atau sebutan lain paling lambat 3 hari

sejak disepakati untuk dievaluasi. Bupati/Walikota dapat

mendelegasikan evaluasi rancangan peraturan

5) Bupati/Walikota menetapkan hasil evaluasi rancangan APBDesa paling

lama 20 hari kerja sejak diterimanya Rancangan Peraturan Desa tentang

APBDesa. Jika dalam waktu 20 hari kerja Bupati/Walikota tidak

memberikan hasil evaluasi maka peruturan desa tersebut berlaku

dengan sendirinya.

6) Jika kepala desa melakukan penyempurnaan paling lama 7 hari kerja

terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi

7) Apabila Bupati/Walikota menyatakan hasil evaluasi Rancangan

Peraturan Desa tentang APBDesa tidak sesuai dengan kepentingan

umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, maka

kepala desa melakukann penyuempurnaan paling lama 7 hari kerja

terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi

8) Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh Kepala desa dan

Kepala desa tetap menetapkan Rancangan Peraturan Desa tentang

APBDesa menjadi peraturan desa, Bupati/Walikota membatalkan

peraturan desa dengan keputusan Bupati/Walikota

9) Pembatan peraturan desa, sekaligus menyatakan berlakunya pagu

APBDesa tahun anggaran sebelumnya. Dalam hal pembatalan, kepala

desa hanya melakukan pengeluaran terhadap operasional

Penyelenggaraan Pemerintah Desa


10) Kepala desa memberhentikan pelaksanaan Peraturan Desa paling lama

7 hari kerja setelah pembatan dan selanjutanya Kepala desa berdama

BPD mencabut peraturan desa yang dimaksud.

b. Pelaksanaan.

Menurut Sujarweni (2015:19) Dalam pelaksaan anggaran desa yang

sudah ditetapkan sebelumnya timbul transaksi penerimaan dan pengeluaran desa.

Semua penerimaan dan pengeluaran desa dalam rangka pelaksanaan kewenangan

desa dilaksanakan melalui rekening kas desa.Jika desa yang belum memiliki

pelayanan perbankan di wilayahnya maka pengaturannya ditetapkan oleh

pemerintah Kabupaten/Kota.Semua penerimaan dan pengeluaran desa harus

didukung oleh bukti yang lengkap dan sah.

Beberapa aturan dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan desa yang

dikemukakan oleh Sujarweni (2015:19) sebagai berikut:

1) Pemerintah desa dilarang melakukan pungutan sebagi penerimaan

desa selain yang ditetapkan dalam peraturan desa

2) Bendahara dapat menyimpan uang dalam Kas Desa pada jumlah

tertentu dalam rangka memenuhi kebutuhan operasional pemerintah

desa

3) Pengaturan jumlah uang dalam kas desa ditetapkan dalam peraturan

Bupati/Walikota

4) Pengeluaran desa yang mengakibatkanbeban pada APBDesa tidak

dapat dilakukan sebelum Rancangan Peraturan Desa tentang

APBDesa ditetapkan menjadi peraturan desa


5) Pengeluaran desa tidak termasuk untuk belanja pegawai yang

bersifat mengikat dan operasional perkantoran yang ditetapkan

dalam peraturan kepala desa

6) Penggunaan biaya tak terduga terlebih dahulu harus dibuat rincian

anggaran biaya yang telah disahkan oleh kepala desa

7) Pelaksanaan kegiatan yang mengajukan pendanaan untuk

melaksanakan kegiatan harus disertai dengan dokumen antara lain

Rencana Anggaran Biaya

8) Rencana Anggaran Biaya diverivikasi oleh sekretaris desa dan

disahkan oleh kepala desa

9) Pelaksanaan kegiatan bertanggungjawab terhadap tindakan

pengeluaran yang menyebabkan atas beban anggaran belanja

kegiatan dengan mempergunakan buku pembantu kas kegiatan

sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan di desa

10) Pelaksanaan kegiatan mengajukan Surat Permintaan Pembayaran

(SPP) kepada kela desa. Surat Permintaan Pembayaran (SPP) tidak

boleh dilakukan sebelum barang dan atau jasa diterima . pengajuan

SPP terdiri dari atas Surat Permintaan Pembayaran (SPP),

Pernyataan ytanggung jawab belanja; dan lampiran buku transaksi

11) Berdasarkan SPP yang telah diverifikasi Sekretaris Desa kemudian

kepala desa mnyetujui permintaan pembayaran dan bendahara

melakukan pembayaran

12) Pembayaran yang dilakukan akan dicatat bendahara

13) Bendahara desa sebagai wajib pungut Pajak Penghasilan (PPh) dan

pajak lainnya, wajib menyetorkan seluruh penerimaan potongan dan


pajak yang dipungutnya ke rekening kas negara sesuai dengan

ketentuan peraturan perundangundangan.

c. Penatausahaan.

Kepala desa dalam melaksanakan penatausahaan keuangan desa harus

menetapkan bendahara desa. Bendahara desa akan bertugas sebagai pengelola

dan penangggung jawab dalam proses penatausaan keuangan desa yang

dimandatkan kepadanya. Lebih lanjut Hamzah (2015:21) mengungkapkan bahwa

Penetapan bendahara desa harus dilakukan sebelum dimulainya tahun anggaran

bersangkutan dan berdasarkan keputusan kepala desa.Bendahara adalah aparat

desa yang ditunjuk oleh kepala desa untuk menerima, menyimpan, menyetor,

menatausahakan, membayar dan mempertanggung jawabkan keuangan desa

dalam rangka pelaksanaan APBDesa.

Sejalan dengan pengertian diatas Hamzah (2015:21-22) mengatakan

bahwa Bendara desa wajib mempertanggungjawabkan uang melalui laporan

pertanggungjawaban.Laporan pertanggungjawaban disampaikan setiap bulan

kepada kepala desa dan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Menurut

Permendagri no. 113 Tahun 2014 Laporan pertanggungjawaban yang wajib

dibuat oleh bendahara desa adalah:

1) Buku Kas Umum Buku kas umum digunakan untuk mencatat

berbagai aktivitas yang menyangkut penerimaan dan pengeluaran

kas, baik secara tunai mauput kredit, digunakan junga untuk

mencatat mutasi perbankan atau kesalahan dalam pembukuan. Buku

kas umum dapat dikatakan sebagai sumber dokumen transaksi


2) Buku Kas Pembantu Pajak Buku pajak digunakan untuk membantu

buku kas umum, dalam rangka penerimaan dan pengeluaran yang

berhubungan dengan pajak

3) Buku Bank Buku bank digunakan untuk membantubuku kas umum,

dalam rangka penerimaan dan pengeluaran yang berhubungan

dengan uang bank

d. Pelaporan.

Pelaporan adalah penyampaian hal-hal yang berkaitan dengan hasil pekerjaan

yang telah dilakukan.Terkait dengan pelaporan, Dana desa yang telah

direalisasikan harus dilaporkan sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban

pemerintah desa yang kepada pemeriksa hasil pekerjaan terkait hasil

pekerjaannya.

e. Pertanggungjawaban

Pertanggungjawaban keuangan desa adalah suatu keharusan bagi desa untuk

memberikan jawaban dan melaksanakan apa yang telah diwajibkan kepadanya.

f. Pembinaan dan Pengawasan

Pembinaan dan pengawasan merupakan aktivitas yang berlawanan dengan

pelaporan dan pertanggungjawaban.Pembinaan dan pengawasann dilakukan oleh

pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota dalam rangka membina,

mengawasi, menilai dan memeriksa hasil pekerjaan dari pemerintah desa.

Menurut Sujarweni (2015:23) pembinaan dan pengawasan dalam pengelolaan

keuangan desa terdiri dari:

1) Pemerintah Provinsi wajib membina dan mengawasi pemberian dan

penyaluran Dana Desa, Alokasi Dana Desa, dan Bagi hasil Pajak dan

Retribusi Daerah dan Kabupaten/Kota kepala desa


2) Pemerintah Kabupaten/Kota wajib membina dan mengawasi pelaksanaan

pengelolaan keuangan desa

2.1.6 Sistem Akuntansi

2.1.6.1 Pengertian Sistem Akuntansi

Dalam suatu perusahaan, sistem akuntansi memegang peranan penting

dalam mengatur arus pengelolaan data akuntansi untuk menghasilkan informasi

akuntansi yang tepat dan akurat. Sebelum penulis menjelaskan pengertian sistem

akuntansi maka terlebih dahulu penulis akan memberikan beberapa pengertian

mengenai sistem dan prosedur menurut beberapa ahli: Pengertian sistem dan

prosedur menurut Zaki Baridwan (2017:3): “Sistem adalah suatu kerangka dari

prosedur-prosedur yang berhubungan secara tersusun sesuai dengan suatu skema

yang menyeluruh untuk melaksanakan suatu kegiatan-kegiatan atas fungsi utama

dari perusahaan.” “Prosedur adalah suatu urutan-urutan kegiatan kerani (clerical),

biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu bagian atau lebih, disusun untuk

menjamin adanya perlakuan yang seragam terhadap transaksi-transaksi

perusahaan yang sedang terjadi.”

Sedangkan menurut Mulyadi (2017:5), pengertian sistem dan prosedur

ialah sebagai berikut: “Sistem merupakan suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut

pola yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan.” “Prosedur adalah

suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu

departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi

perusahaan yang terjadi berulang-ulang.”

Selanjutnya, Jogiyanto (2019:1) mengemukakan bahwa, “sistem adalah suatu

jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama


untuk melakukan suatu kegiatan atau menyelesaikan suatu sasaran yang tertentu.” Dari

beberapa pengertian di atas, maka dapat dikatakan bahwa sistem adalah suatu jaringan

prosedur yang saling berhubungan satu sama lain untuk mencapai tujuan tertentu.

Sedangkan prosedur adalah serangkaian kegiatan klerikal yang melibatkan beberapa

orang untuk menjamin adanya penanganan secara seragam terhadap transaksi perusahaan

yang terjadi berulang-ulang.

Menurut Mulyadi (2017:3), “sistem akuntansi yaitu organisasi formulir,

catatan, dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan

informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan

pengelolaan perusahaan.” Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat dikatakan

bahwa sistem akuntansi adalah prosedur yang digunakan untuk mengolah data

transaksi yang berguna untuk menghasilkan informasi yang diperlukan

manajemen perusahaan dan pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengawasi

jalannya perusahaan dalam menentukan kebijakan atau tindakan yang akan

dilakukan di masa yang akan datang.

2.1.6.2 Tujuan Sistem Akuntansi

Penyusunan sistem akuntansi untuk suatu perusahaan mempunyai

beberapa tujuan yang harus dipertimbangkan baik-baik. Menurut Mulyadi

(2017:19), tujuan umum pengembangan sistem akuntansi adalah sebagai berikut:

1. Untuk menyediakan informasi bagi pengelolaan kegiatan usaha baru

2. Untuk memperbaiki informasi yang dihasilkan oleh sistem yang sudah

ada, baik mengenai mutu, ketepatan penyajian, maupun struktur

informasinya
3. Untuk memperbaiki pengendalian akuntansi dan pengecekan intern,

yaitu untuk memperbaiki tingkat keandalan (reliability) informasi

akuntansi dan untuk menyediakan catatan lengkap mengenai

pertanggungjawaban dan perlindungan kekayaan perusahaan

4. Untuk mengurangi biaya klerikal dalam penyelenggaraan catatan

akuntansi.

2.1.6.3 Unsur-unsur Sistem Akuntansi

Sistem akuntansi yang baik memiliki unsur-unsur yang menghasilkan

suatu informasi yang baik, benar dan dapat dipercaya.Unsurunsur sistem

akuntansi tersebut mempunyai peranan yang sangat besar dalam penentuan

keberhasilan sistem yang dirancang. Menurut Mulyadi (2017:3), terdapat 5 (lima)

unsur sistem akuntansi pokok antara lain adalah sebagai berikut:

1. Formulir, merupakan dokumen yang digunakan untuk merekam

terjadinya transaksi. Formulir sering pula disebut dengan istilah media,

karena formulir merupakan media untuk mencatat peristiwa yang terjadi

dalam organisasi ke dalam catatan

2. Jurnal, merupakan catatan akuntansi pertama yang digunakan untuk

mencatat, mengklasifikasikan dan meringkas data keuangan dan data

lainnya. Dalam jurnal ini pula terdapat kegiatan peringkasan data, yang

hasil peringkasannya (berupa jumlah rupiah transaksi tertentu)

kemudian di posting ke rekening yang bersangkutan dalam buku besar

3. Buku Besar, terdiri dari rekening-rekening yang digunakan untuk

meringkas data keuangan yang telah dicatat sebelumnya dalam jurnal.


Rekening buku besar ini di satu pihak dapat dipandang sebagai wadah

untuk menggolongkan data keuangan, di pihak lain dapat dipandang

pula sebagai sumber informal keuangan untuk penyajian laporan

keuangan

4. Buku Pembantu, buku pembantu ini terdiri dari rekening-rekening

pembantu yang merinci data keuangan yang tercantum dalam rekening

tertentu dalam buku besar. Buku besar dan buku pembantu merupakan

catatan akuntansi terakhir (books of final entry), yang berarti tidak ada

catatan akuntansi lain lagi sesudah data akuntansi diringkas dan

digolongkan dalam rekening buku besar dan buku pembantu

5. Laporan, merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang dapat

berupa neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan laba yang ditahan,

laporan harga pokok produksi, laporan biaya pemasaran, laporan harga

pokok penjualan, daftar umur piutang, daftar utang yang akan dibayar,

dan daftar saldo persediaan yang lambat penjualannya.

2.1.6.4 Indikator Sistem Akuntansi

Dalam penyusunan sistem akuntansi, ada beberapa indikator yang harus

dipertimbangkan. Menurut Zaki Baridwan (2017:7), indikator dalam penyusunan

sistem akuntansi, adalah sebagai berikut:

1. Cepat

Prinsip cepat yaitu bahwa sistem akuntansi harus mampu menyediakan

informasi yang diperlukan tepat pada waktunya, dapat memenuhi

kebutuhan dan dengan kualitas yang sesuai.


2. Aman

Aman yang berarti bahwa sistem akuntansi harus dapat menjaga keamanan

harta milik perusahaan maka sistem akuntansi harus disusun dengan

mempertimbangkan prinsip-prinsip pengawasan intern.

3. Murah.

Murah yang berarti biaya untuk menyelenggarakan sistem akuntansi itu

harus dapat ditekan sehingga tidak mahal, dengan kata lain

dipertimbangkan biaya (cost) dan manfaat (benefit) dalam menghasilkan

suatu informasi

2.1.7 Kompetensi Sumber Daya Manusia

2.1.7.1 Pengertian Kompetensi Sumber Daya Manusia

Kompetensi adalah karakteristik dasar atau kemampuan sumber daya

manusia dari seseorang yang memungkinkan mereka mengeluarkan kinerja

superior dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya dengan bekal pendidikan, pelatihan, dan pengalaman yang

memadai.Tingkat kompetensi dibutuhkan agar dapat mengetahui tingkat kinerja

yang diharapkan untuk kategori baik atau rata-rata. Penentuan ambang

kompetensi yang dibutuhkan tentunya akan dapat dijadikan dasar bagi proses

seleksi, suksesi perencanaan, evaluasi kinerja, dan pengembangan SDM.

Menurut Badan Kepegawaian Negara dalam Sudarmanto (2017:49)

mendefinisikan kompetensi sebagai:“Kemampuan dan karakteristik yang dimiliki

seorang Pegawai Negeri Sipil yang berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap

perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas dan jabatannya, sehingga


Pegawai Negeri Sipil tersebut dapat melaksanakan tugasnya secara profesional,

efektif dan efisien.”

Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan sikap

yang saling terkait mempengaruhi sebagian besar jabatan (peranan atau tanggung

jawab), berkorelasi dengan kinerja pada jabatan tersebut, dan dapat diukur dengan

standar-standar yang dapat diterima, serta dapat ditingkatkan melalui upaya-upaya

pelatihan dan pengembangan.

Menurut Watson Wyatt yang dikutip oleh Ahmad S. Ruky (2017:106)

mendefinisikan kompetensi sebagai: “kompetensi merupakan kombinasi dari

keterampilan (skill), pengetahuan (knowledge) dan perilaku yang dapat diamati

dan diterapkan secara kritis untuk suksesnya sebuah organisasi dan prestasi kerja

serta kontribusi pribadi karyawan terhadap organisasinya.” Menurut Boyatziz

dalam Sudarmanto (2017:46) mendefinisikan bahwa kompetensi adalah:

“karakteristik-karakteristik yang berhubungan dengan kinerja unggul dan atau

efektif di dalam pekerjaan”

Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara RI Nomor 46A Tahun

2003 tentang Pedoman Penyusunan Standar Kompetensi Jabatan Struktural

Pegawai Negeri Sipil menyatakan bahwa kompetensi sumber daya manusia adalah

sebagai berikut: “Kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh seorang

Pegawai Negeri Sipil berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku yang

diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya, sehingga Pegawai Negeri Sipil

tersebut dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, efektif dan efisien”.


Menurut Emilda Ihsanti (2017) mendefinisikan Kompetensi Sumber daya

manusia sebagai berikut: “kemampuan seseorang atau individu suatu organisasi

(kelembagaan) atau suatu sistem untuk melaksanakan fungsi-fungsi atau

kewenangannya untuk mencapai tujuannya secara efektif dan efisien.”

Menurut Mangkunegara (2017:40) kompetensi sumber daya manusia

adalah sebagai berikut: “Kompetensi sumber daya manusia adalah kompetensi

yang berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan, kemampuan dan

karakteristik kepribadian yang mempengaruhi secara langsung terhadap

kinerjanya.”

Menurut Kadek Desiana Wati dkk (2017) menyatakan bahwa kompetensi

sumber daya manusia adalah sebagai berikut: “Kompetensi Sumber Daya Manusia

adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki seseorang berupa pengetahuan,

keterampilan dan sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas

jabatannya dalam lingkungan pekerjaannya. Tingkat kompetensi dibutuhkan agar

dapat mengetahui tingkat kinerja yang diharapkan untuk kategori baik atau

ratarata. Penentu ambang kompetensi yang dibutuhkan tentunya akan dapat

dijadikan dasar bagi proses seleksi, suksesi, suksesi perencanaan, evaluasi kinerja,

dan pengembangan Sumber Daya Manusia.” Menurut Wirawan (2018:9)

mendefinisikan yaitu: “Kompetensi sumber daya manusia adalah melukiskan

karakteristik pengetahuan, keterampilan, perilaku dan pengalaman yang dimiliki

manusia untuk melakukan suatu pekerjaan atau peran tertentu secara efektif.”

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kompetensi

sumber daya manusia yaitu sifat dasar yang dimiliki atau bagian kepribadian yang
mendalam dan melekat kepada seseorang serta perilaku yang dapat diprediksi

pada berbagai keadaan dan tugas pekerjaan sebagai dorongan untuk mempunyai

prestasi dan keinginan berusaha agar melaksanakan tugas dengan efektif.Prediksi

siapa yang berkinerja baik dan kurang baik dapat diukur dari kriteria atau standar

yang digunakan.Ketidaksesuaian dalam kompetensikompetensi inilah yang

membedakan seorang pelaku unggul dari pelaku yang berprestasi

terbatas.Kompetensi terbatas dan kompetensi istimewa untuk suatu pekerjaan

tertentu merupakan pola atau pedoman dalam pemilihan karyawan (personal

selection), perencanaan pengalihan tugas (succession planning), penilaian kerja

(performance appraisal) dan pengembangan (development).

2.1.7.2 Indikator Kompetensi Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia yang berkualitas tentunya adalah tolak ukur yang dapat

dijadikan patokan atau perbandingan agar bisa mengetahui sumber daya yang

berkualitas.Dengan adanya batasan atau tolak ukur ini, dapat dijadikan landasan

dalam menentukan kualitas pribadi sumber daya manusia. Menurut sedarmayanti

(2017:286) indikator sumber daya manusia adalah sebagai berikut:

1. Pengetahuan (knowledge)

2. Keterampilan (skill)

3. Sikap (attitude)

Adapun penjelasan mengenai karakteristik sumber daya manusia adalah

sebagai berikut:
1. Pengetahuan (knowledge) Mencakup pengetahuan mengenai ilmu

akuntansi keuangan dan ilmu pengetahuan lainnya yang terkait,

pengetahuan mengenai kegiatan bisnis dan organisasi.

2. Keterampilan (skill) Mencakup keterampilan teknis dan fungsional,

keterampilan intelektual, keterampilan berorganisasi, keterampilan

personal, keterampilan komunikasi dan

3. Sikap (attitude) Memiliki komitmen untuk kepentingan publik dan

sensitifitas terhadap tanggungjawab sosial, pengembangan diri dan belajar

terus menerus, dapat diandalkan, bertanggungjawab, tepat waktu dan

saling menghargai, menaati hukuman dan peraturan yang berlaku.

Sedangkan menurut Spencer & Spencer dalam Sudarmanto (2017:53) terdapat

5 (lima) indikator kompetensi, adalah sebagai berikut:

1. Motif (motive)

2. Sifat (traits)

3. Konsep diri (self-concept)

4. Pengetahuan (knowledge)

5. Keterampilan (skill).

Adapun penjelasan mengenai indikator kompetensi adalah sebagai berikut:

1. Motif (motive), adalah hal-hal yang seseorang pikir atau inginkan secara

konsisten yang menimbulkan tindakan. Motif akan mendorong,

mengarahkan perilaku, terhadap tindakan atau tujuan tertentu

2. Sifat (traits), merupakan sikap perilaku yang membuat orang untuk

berprilaku atau bagaimana seseorang merespon sesuatu dengan cara


tertentu. Misalnya percaya diri (self-confidence) kontrol diri (self-control),

kekuatan melawan ketegangan (stress-resistance), dan ketabahan atau daya

tahan (hardiness)

3. Konsep diri (self-concept), adalah sikap dan nilai-nilai yang dimiliki

seseorang. Nilai yang dijunjung tinggi seseorang serta suatu sikap terhadap

terhadap sesuatu yang ideal, dicita-citakan yang diwujudkan dalam

pekerjaan atau kehidupannya, dan mempengaruhi individu dalam

berhubungan dengan orang lain

4. Pengetahuan (knowledge), adalah informasi yang dimiliki seseorang untuk

bidang tertentu dan pada era tertentu (bidang spesifik). Pengetahuan

merupakan kompetensi yang kompleks. Biasanya tes pengetahuan

mengukur kemampuan untuk memilih jawaban yang paling benar, tetapi

tidak bisa melihat apakah seseorang dapat melakukan pekerjaan

berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya

5. Keterampilan (skill), adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas

tertentu baik secara fisik maupun mental. Kemampuan fisik (jasmani)

adalah kemampuan untuk melakukan tugas yang menuntut stamina,

kekuatan, dan kecekatan. Sedangkan kemampuan mental berhubungan

dengan kemampuan intelektual yang dimiliki individu seperti kemampuan

berfikir dan memecahkan masalah.


2.2 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang menjadi bahan relevansi penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Michael Johnston (2018) dengan judul penelitian Good Governance:Rule

of Law, Transparency,and Accountability. This paper considers goals for better

governance, key challenges confronting efforts at reform, examples of successful

good-governance efforts, and action steps for improving both participation and

institutions.

Prabawa, Karamoy, & Mawikere, (2020) dengan judul Pengaruh Sistem

Pengendalian Internal dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap

Good Governance.Hasil penelitian menunjukkan (1) sistem pengendalian internal

berpengaruh positif dan signifikan terhadap upaya mewujudkan Good

Governance pada Pemerintah Kabupaten Minahasa, artinya jika sistem

pengendalian internal diterapkan dengan baik maka upaya mewujudkan Good

Governance bisa tercapai. (2) Akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah tidak

berpengaruh positif dan signifikan terhadap upaya mewujudkan Good

Governance pada Pemerintah Kabupaten Minahasa. Kurangnya SDM yang

berlatar belakang pendidikan akuntansi dirasa memiliki dampak pada proses

perencanaan, pelaksanaan penatausahaan, pelaporan, pertanggung jawaban dan

pengawasan keuangan daerah.

Budiati, Sugiyanto & Niati (2019) dengan judul Pengaruh GCG Terhadap

Kinerja Pengelolaan Dana Desa Dengan Moderasi Sistem Pengendalian

Internal.Hasil penelitian menunjukkan (1) Good corporate governance


berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pengelolaan dana desa. (2)

Sistem Pengendalian Internal Memperkuat Pengaruh Good Corporate Governance

terhadap Kinerja Pengelolaan Dana Desa.

Anik Puji Handayani (2019) meneliti tentang Evaluation of Village Fund

Allocation on Indonesia. Penelitiannya menemukan This shows that the Village

Fund Allocation has not had a significant impact on the economy of the

Indonesian people.

M. Thoyib (2020) dengan judul analisis kinerja pengelolaan keuangan

desa (studi pada kecamatan betung kabupaten banyuasin). Hasil penelitian

menunjukkan Kapasitas Aparatur Desa (X1), Kataatan Pelaporan Keuangan Desa

(X2), Kualitas Pengawasan BPD (X3) dan Pendamping Desa (X4) berpengaruh

positif dan signifikan terhadap kinerja pengelolaan keuangan desa di Kecamatan

Betung Kabupaten Banyuasin secara parsial. Hal ini menunjukkan bahwa semakin

tinggi kapasitas aparatur desa, ketaatan dalam pelaporan keuangan desa, semakin

tinggi kualitas pengawasan BPD dan sangat berperannya pendamping desa maka

kinerja pengelolaan keuangan desa di Kecamatan Betung Kabupaten Banyuasin

juga akan meningkat menjadi lebih baik.

Dizzy Asrinda Siswi Ramadhani (2019) dengan judul Analisis Rasio

Keuangan untuk Menilai Kinerja APBDesa (Studi Kasus Desa Bulak Kecamatan

Bendo Kabupaten Magetan). Hasil penelitian menunjukkan kinerja pemerintah

Desa Bulak dari aspek kemandirian dan keserasian adalah masih kurang optimal,

perlu adanya peningkatan kinerja terutama dalam mengelola PADesa seperti

BUMDes, dan juga pengalokasian dana yang tepat agar tidak terjadi pemborosan
pada anggaran. Kinerja pemerintah desa dari aspek pertumbuhan cukup baik diliat

dari total pendapatan, belanja rutin, dan belanja modal tahun 2015-2017.Kinerja

pemerintah desa dari aspek efisiensi cukup baik dan efisien, sedangkan dari aspek

efektivitas kinerja pemerintah desa sudah efektif.

Finta Munti dan Heru Fahlevi (2017) dengan judul Determinan Kinerja

Pengelolaan Keuangan Desa: Studi pada Kecamatan Gandapura Kabupaten

Bireuen Aceh. Hasil penelitian menunjukkan kapasitas aparatur desa, ketaatan

pelaporan keuangan, dan kualitas pengawasan BPB memiliki pengaruh positif

terhadap kinerja pengelolaan keuangan desa pada Kecamatan Gandapura di

Kabupaten Bireuen.Dengan demikian, penelitian ini sejalan dengan hasil

penelitian sebelumnya.

Partini (2018) melakukan penelitian berjudul evaluasi pengelolaan dana

desa (dd) dalam meningkatkan pembangunan fisik desa balangtanaya kecamatan

polongbangkeng utara kabupaten takalar. Hasil penelitian menunjukkan

Efektivitas serapan anggaran Dana Desa yang diperoleh dari hasil penelitian di

tiap-tiap kegiatan Pembangunan Fisik Desa di Desa Balangtanaya menunjukkan

pencapain yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan rasio efektivitas

dengan membandingan realisasi anggaran terhadap target belanja yang mencapai

100%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa seluruh Dana Desa yang telah

dianggarkan oleh pemerintah telah dibelanjakan seluruhnya oleh Pemerintah Desa

untuk kegiatan pembangunan fisik desa. Sesuai dengan klasifikasi pengukuran

efektivitas tentang Pengelolaan Dana Desa pencapaian angka 100% berarti Dana

Desa di Desa Balangtanaya sudah dikelola secara efektif


Siti Aljannah (2017) meneliti tentang evaluasi alokasi dana desa (add)

dalam menunjang pembangunan desa di kecamatan tambusai utara kabupaten

rokan hulu. Hasil penelitiannya menemukan Evaluasi Alokasi Dana Desa dalam

menunjang pembangunan Desa di Desa Tambusai Utara tahun Anggaran 2013-

2014 telah terlaksana, akan tetapi dalam pengalokasian dana ADD belum sesuai.

Suharyono (2020) meneliti tentang Evaluasi Penggunaan Dana Desa dan

Alokasi Dana Desa di Desa BM. Penelitianya menemukan penggunaan dana desa

dan alokasi dana desa di Desa BM belum digunakan secara maksimal, karena

masih terdapat beberapa program kegiatan yang tidak terealisasi. Adapun kegiatan

yang tidak terealiasi yaitu pengelolaan perpustakaan milik desa, penguatan dan

peningkatan kapasitas tenaga keamanan, pembangunan/rehabilitasi/peningkatan

gedung/prasarana, pengembangan sistem informasi desa, penyelengagaraan

PAUD, TK, TPA, TKA, TPQ, Madrasah, dan kegiatan penanggulangan bencana.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

N Nama dan Judul Variabel Metode Hasil


o Tahun penelitian
Penelitian
1 López- The role of Corporate Regresi The results
Arceiz, Corporate Governance, indicate that
Francisco Governance and transparency companies
José, dkk transparency in who wish to
(2017) the generate rise funding
on the
financial
markets
should
develop both:
a good CG
and a high
level of CSR
disclosure, as
N Nama dan Judul Variabel Metode Hasil
o Tahun penelitian
Penelitian
part of their
CSR strategy.
2 Michael Good Good Analisis This paper
Johnston Governance: Governance: deskriptif considers
(2018) Rule of Law, Rule of Law, kuantitati goals for
Transparency, Transparency, f better
and and governance,
Accountability Accountabilit key challenges
y confronting
efforts
at reform,
examples of
successful
good-
governance
efforts, and
action steps
for improving
both
participation
and
institutions.
3 Prabawa, Pengaruh Sistem Pengendalian Regresi (1) sistem
Karamoy, Pengendalian Internal , berganda pengendalian
& Internal dan Akuntabilitas internal
Mawikere, Akuntabilitas ,Pengelolaan berpengaruh
(2020) Pengelolaan Keuangan positif dan
Keuangan signifikan
. Daerah terhadap
Terhadap Good upaya
Governance mewujudkan
Good
Governance
pada
Pemerintah
Kabupaten
Minahasa,
artinya jika
sistem
pengendalian
internal
diterapkan
dengan baik
N Nama dan Judul Variabel Metode Hasil
o Tahun penelitian
Penelitian
maka upaya
mewujudkan
Good
Governance
bisa tercapai.
(2)
Akuntabilitas
pengelolaan
keuangan
daerah tidak
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
upaya
mewujudkan
Good
Governance
pada
Pemerintah
Kabupaten
Minahasa.
Kurangnya
SDM yang
berlatar
belakang
pendidikan
akuntansi
dirasa
memiliki
dampak pada
proses
perencanaan,
pelaksanaan
penatausahaan
, pelaporan,
pertanggung
jawaban dan
pengawasan
keuangan
daerah.
4 Budiati, Pengaruh GCG Pengaruh Path (1) Good
Sugiyanto Terhadap GCG, analisis corporate
N Nama dan Judul Variabel Metode Hasil
o Tahun penelitian
Penelitian
& Niati Kinerja Pengelolaan governance
(2019) Pengelolaan Dana Desa berpengaruh
Dana Desa positif dan
Dengan signifikan
Moderasi Sistem terhadap
Pengendalian kinerja
Internal. pengelolaan
dana desa. (2)
Sistem
Pengendalian
Internal
Memperkuat
Pengaruh
Good
Corporate
Governance
terhadap
Kinerja
Pengelolaan
Dana Desa.
5 Anik Puji Evaluation of Evaluation, Regresi This shows
Handayani Village Fund Village Fund that the
(2019) Allocation on Village Fund
Indonesia Allocation has
. not had a
significant
impact on the
economy of
the Indonesian
people.

6 M. Thoyib analisis kinerja kinerja Regresi, Kapasitas


(2020) pengelolaan pengelolaan deksriptif Aparatur Desa
keuangan desa keuangan (X1), Kataatan
) (studi pada desa Pelaporan
kecamatan Keuangan
betung Desa (X2),
kabupaten Kualitas
banyuasin Pengawasan
BPD (X3) dan
Pendamping
Desa (X4)
berpengaruh
N Nama dan Judul Variabel Metode Hasil
o Tahun penelitian
Penelitian
positif dan
signifikan
terhadap
kinerja
pengelolaan
keuangan desa
di Kecamatan
Betung
Kabupaten
Banyuasin
secara parsial.
Hal ini
menunjukkan
bahwa
semakin tinggi
kapasitas
aparatur desa,
ketaatan
dalam
pelaporan
keuangan
desa, semakin
tinggi kualitas
pengawasan
BPD dan
sangat
berperannya
pendamping
desa maka
kinerja
pengelolaan
keuangan desa
di Kecamatan
Betung
Kabupaten
Banyuasin
juga akan
meningkat
menjadi lebih
baik.

7 Dizzy Rasio kinerja


Asrinda Keuangan, pemerintah
N Nama dan Judul Variabel Metode Hasil
o Tahun penelitian
Penelitian
Siswi Kinerja Desa Bulak
Ramadhani APBDesa dari aspek
(2019 kemandirian
dan keserasian
adalah masih
kurang
optimal, perlu
adanya
peningkatan
kinerja
terutama
dalam
mengelola
PADesa
seperti
BUMDes, dan
juga
pengalokasian
dana yang
tepat agar
tidak terjadi
pemborosan
pada
anggaran.
Kinerja
pemerintah
desa dari
aspek
pertumbuhan
cukup baik
diliat dari total
pendapatan,
belanja rutin,
dan belanja
modal tahun
2015-2017.
Kinerja
pemerintah
desa dari
aspek efisiensi
cukup baik
dan efisien,
sedangkan
N Nama dan Judul Variabel Metode Hasil
o Tahun penelitian
Penelitian
dari aspek
efektivitas
kinerja
pemerintah
desa sudah
efektif.
8 Finta Munti Analisis Rasio Kinerja Regresi, kapasit
dan Heru Keuangan untuk Pengelolaan analisis as aparatur
Fahlevi Menilai Kinerja Keuangan deskriptif desa, ketaatan
(2017) APBDesa (Studi Desa pelaporan
Kasus Desa keuangan, dan
judul Bulak kualitas
Determinan Kecamatan pengawasan
Kinerja Bendo BPB memiliki
Pengelolaa Kabupaten pengaruh
n Magetan) positif
Keuangan terhadap
Desa: Studi kinerja
pada pengelolaan
Kecamatan keuangan desa
Gandapura pada
Kabupaten Kecamatan
Bireuen Gandapura di
Aceh Kabupaten
Bireuen.
Dengan
demikian,
penelitian ini
sejalan dengan
hasil
penelitian
sebelumnya.
9 Partini evaluasi evaluasi Metode Efektivitas
(2018) pengelolaan pengelolaan evaluasi serapan
dana desa (dd) dana desa, anggaran
dalam pembangunan Dana Desa
meningkatkan fisik desa yang diperoleh
pembangunan dari hasil
fisik desa penelitian di
balangtanaya tiap-tiap
kecamatan kegiatan
polongbangkeng Pembangunan
utara kabupaten Fisik Desa di
N Nama dan Judul Variabel Metode Hasil
o Tahun penelitian
Penelitian
takalar Desa
Balangtanaya
menunjukkan
pencapain
yang tinggi.
Hal ini dapat
dilihat dari
hasil
perhitungan
rasio
efektivitas
dengan
membandinga
n realisasi
anggaran
terhadap target
belanja yang
mencapai
100%. Hasil
tersebut
menunjukkan
bahwa seluruh
Dana Desa
yang telah
dianggarkan
oleh
pemerintah
telah
dibelanjakan
seluruhnya
oleh
Pemerintah
Desa untuk
kegiatan
pembangunan
fisik desa.
Sesuai dengan
klasifikasi
pengukuran
efektivitas
tentang
Pengelolaan
Dana Desa
N Nama dan Judul Variabel Metode Hasil
o Tahun penelitian
Penelitian
pencapaian
angka 100%
berarti Dana
Desa di Desa
Balangtanaya
sudah dikelola
secara efektif
10 Siti evaluasi alokasi evaluasi Metode Evaluasi
Aljannah dana desa (add) alokasi dana evaluasi, Alokasi Dana
(2017) dalam desa, deskriptif Desa dalam
menunjang pembangunan menunjang
pembangunan desa pembangunan
desa di Desa di Desa
kecamatan Tambusai
tambusai utara Utara tahun
kabupaten rokan Anggaran
hulu. 2013-2014
telah
terlaksana,
akan tetapi
dalam
pengalokasian
dana ADD
belum sesuai.

11 Suharyono Evaluasi Evaluasi Metode penggunaan


(2020) PenggunaanDan Penggunaan evaluasi dana desa dan
a Desa dan Dana, Alokasi , alokasi dana
Alokasi Dana Dana Desa regreasi desa di Desa
Desa di Desa BM belum
BM digunakan
secara
maksimal,
karena masih
terdapat
beberapa
program
kegiatan yang
tidak
terealisasi.
Sumber: Modifikasi penulis, 2021
2.3Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

2.3.1 Pengaruh Evaluasi Dana Desa Terhadap Kinerja Keuangan

Desa merupakan unit paling bawah dalam sistem pemerintahan di

Indonesia. Peran, fungsi dan kontribusinya menempati posisi yang strategis dalam

rangka pelaksanaan otonomi daerah dan itu akan sangat bergantung pada kesiapan

desa dalam menata sistem pemerintahannya agar tercipta pembangunan yang

efektif, efisien, transparansi dan akuntabel serta mendapat partisipasi dari

masyarakat dalam menyelenggarakan pemerintahaannya. Pembangunan daerah

dan pembangunan desa yang merupakan bagian dari pembangunan nasional

mempunyai tujuan untuk meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat dan juga meningkatkan kemampuan

daerah dalam pengelolaan sumberdaya ekonominya sendiri secara efisien untuk

kemajuan daerah dan kesejahteran masyarakat. Terbitnya Undang-Undang Nomor

6 Tahun 2014 tentang Desa, yang selanjutnya didukung Peraturan Pemerintah

Nomor 43 tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 tentang Desa menjadi sebuah titik awal bagi desa untuk menunjukan

peran dan kemampuannya untuk ikut membangun pemerintahan Indonesia.

Terkait dengan penggunaan Dana Desa yang porsinya lebih besar ke arah

pembangunan fisik menjadi sebuah pertanyaan besar mengenai apakah

pembangunan fisik yang mendapat porsi lebih besar dari penggunaan dana desa

tersebut akan mampu menjawab persoalan kesejahteraan serta pemerataan

pembangunan di wilayah pedesaan? Ataukah besarnya anggaran dana desa yang


didapatkan hanya untuk menguntungkan pihak-pihak tertentu dan para pemegang

kekuasaan di desa?.

Partini (2018) dalam penelitiannya menemukan Efektivitas serapan

anggaran Dana Desa yang diperoleh dari hasil penelitian di tiap-tiap kegiatan

Pembangunan Fisik Desa di Desa Balangtanaya menunjukkan pencapain yang

tinggi. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan rasio efektivitas dengan

membandingan realisasi anggaran terhadap target belanja yang mencapai 100%.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa seluruh Dana Desa yang telah dianggarkan

oleh pemerintah telah dibelanjakan seluruhnya oleh Pemerintah Desa untuk

kegiatan pembangunan fisik desa.Sesuai dengan klasifikasi pengukuran efektivitas

tentang Pengelolaan Dana Desa pencapaian angka 100% berarti Dana Desa di

Desa Balangtanaya sudah dikelola secara efektif.

Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis sementara yang dapat ditarik adalah:

H1 : Evaluasi dana desa berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

keuangan

2.3.2 Pengaruh Sistem Akuntansi Terhadap Kinerja Keuangan

Pembangunan desa merupakan bagian integral dari pembangunan

nasional, dan merupakan usaha peningkatan kualitas sumber daya manusia

pedesaan dan masyarakat secara keseluruhan yang dilakukan secara berkelanjutan

berdasarkan pada potensi dan kemampuan desa. Dalam pelaksanaan

pembangunan desa seharusnya mengacu pada pencapaian tujuan dari


pembangunan yaitu mewujudkan kehidupan masyarakat pedesaan yang mandiri,

maju, sejahtera, dan berkeadilan .

Pembangunan sarana prasarana desa dan dusun pada tahun-tahun yang

akan datang akan meningkat secara signifikan, aparat desa akan mendapat gaji

dari negara (Hoesada, 2014). Desa akan segera mendapatkan dana miliaran

rupiah. Alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara untuk desa akan selalu

meningkat dari tahun ke tahun (Brodjonegoro, 2014).

Sistem akuntansi yang dirancang dan dijalankan secara baik akan

menjamin dilakukannya prinsip stewardship dan accountability dengan baik.

Pemerintah atau unit kerja pemerintah perlu memiliki sistem akuntansi yang tidak

hanya berfungsi sebagai alat pengendalian transaksi keuangan, akan tetapi sistem

akuntansi tersebut hendaknya mendukung pencapaian tujuan organisasi. Menurut

Mulyadi, (2001) sistem akuntansi adalah organisasi formulir, catatan, dan laporan

yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang

dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengelolaan organisasi . Formulir

atau dokumen merupakan dokumen yang digunakan untuk merekam terjadinya

transaksi. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2005

menjelaskan sistem akuntansi pemerintahan adalah serangkaian prosedur manual

maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan,

pengikhtisaran dan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pemerintah.

Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis sementara yang dapat ditarik adalah:

H2 : Sistem akuntansi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

keuangan.
2.3.3 Pengaruh kompetensi sumber daya manusia Terhadap kinerja

keuangan

Kondisi aparatur pemerintah daerah saat ini kemampuannya masih rendah,

terutama dalam hal pengelolaan keuangan daerah.Pada tataran

pertanggungjawaban pengelolaan administrasi keuangan, kompetensi sumber daya

manusia di desa merupakan kendala utama.Kapasitas sumber daya manusia di

desa selama ini kurang merata (Yuliana 2013). Kementerian keuangan juga

menilai perangkat desa masih belum siap untuk menerima anggaran dana desa

saat ini (Basri 2014). Terdapat masalah kapasitas administrasi dan tata kelola

aparat pemerintah desa yang masih minim.Sistem akuntabilitas dan pranata

pengawasan yang masih lemah, termasuk belum kritisnya masyarakat atas

pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja desa. Kemampuan aparatur desa

yang masih rendah untuk hal keuangan akan berpotensi munculnya

penyalahgunaan dana desa bagi pelaku pemerintahan desa.

Akuntansi mengandung dimensi proses dan aktivitas yang memerlukan

pengkajian untuk mempelajarinya. Wujud hasil mempelajari pengetahuan

Akuntansi dikenal dengan kompetensi Akuntansi. Dari segi dimensi, proses

Akuntansi merupakan tindakan identifikasi, pengukuran dan komunikasi tentang

pendapat dan keputusan yang secara ekonomis dibutuhkan oleh penggunanya

(Hermanson, Edwards & Salmonson, 1989: 3). Pekerjaan Akuntansi berada dalam

rangkaian kegiatan proses pencatatan, pengklasifikasian, pengikhtisaran,

pelaporan dan penginterpretasian transaksitransaksi yang terjadi dalam suatu

organisasi untuk memungkinkan adanya assesment dan keputusan yang jelas dan
tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut (P2A, Depdikbud, 1989:

15). Kompetensi dalam bidang Akuntansi merupakan kemampuan unjuk kerja,

keahlian, yang dibentuk melalui pengetahuan, ketrampilan dan pembinaan sikap

tentang Akuntansi.Kompetensi akuntansi seseorang dapat dilihat dari

kemampuannya memenuhi tuntutan spesifikasi pekerjaan, dan atau kemampuan

tingkah laku unjuk kerja dalam menangani pekerjaan dalam kegiatan Akuntansi.

Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis sementara yang dapat ditarik adalah:

H3 : kompetensi sumber daya manusia berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja keuangan

3.2.4 Pengaruh Good Governance terhadap Kinerja Keuangan

Good governance sebagai pengelolaan pembangunan yang stabil serta

bertanggung jawab, sesuai hakikat demokrasi maupun hakikat yang sesuai,

pencegahan pada penyimpangan dana investasi maupun penghindaran kecurangan

baik secara politik ataupun manajemen, mengaplikasikan kepatuhan aturan dan

pembentukan kerangka ketentuan untuk perkembangan kegiatan bisnis

(Mardiasmo, 2018).

Good governance dilandasi prinsip dasar antara konsep pemerintahan dan

pola pemerintahan tradisional yaitu berupa tuntutan kuat supaya peran pemerintah

dikurangi sedangakan peran rakyat (lingkungan bisnis serta lembaga swadaya

masyarakat juga lembaga diluar pemerintahan) dikembangkan serta semakin

bebas aksesnya. Unsur primer governance yaitu akuntabilitas, keterbukaan atau

kebebasan, serta kebijakan menggunakan kemampuan administrasi maupun

kebebasan mendasar manusia (Sedarmayanti, 2012).


Berdasarkan penelitian Indriana (2018) “Pengaruh Good Governance terhadap

Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan”.

Penelitian membuktikan secara bersamaan good governance ada pengaruh

signifikansi pada kinerja keuangan pemerintah. Pengujian ini menghasilkan good

governance ada pengaruh pada kinerja keuangan. Berdasarkan uraian diatas maka

hipotesis sementara yang dapat ditarik adalah:

H4 : Good Governance berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

keuangan

3.2.5 Good Governance memoderasi pengaruh evaluasi dana desa terhadap

Kinerja Keuangan

Dana desa harus dimanfaatkan dan digunakan untuk kepentingan desa dan

pelaksanaannya diawasi bersama serta dilengkapi dengan laporan-laporan secara

tertulis agar dapat dipertanggungjawabkan. Masih sangat sedikit aparatur

pemerintah desa dalam memberikan laporan pengelolaan dana desa, sehingga

memunculkan pertanyaan mengenai bagaimana kinerja pengelolaan dana desa.

Governance adalah mekanisme pengelolaan sumber daya ekonomi dan

sosial yang melibatkan pengaruh sektor negara dan non negara dalam satu usaha

kolektif.Dari berbagai prinsip di atas dapat disimpulkan bahwa sistem

administrasi Good Governance haruslah melibatkan banyak pelaku, jaringan, dan

institusi di luar pemerintah untuk mengelola masalah dan kebutuhan publik.

Tata cara dan tata kelola pemerintahan yang baik tercermin dalam prinsip-

prinsip good governance. Dalam UU desa dan peraturan terkait lainnya tegas

disebutkan bahwa pengelolaan keuangan desa harus transparan, akuntabel,


partisipasif, tertib dan disiplin (Soleh, et al., 2016). Prinsip pengelolaan yang baik

harus memiliki prinsip transparansi, keterbukaan, akuntabilitas, partisipasi,

keadilan dan kemandirian (Sari, 2013). Sedangkan sebagai praktik pelayanan

publik yang baik harus memuat prinsipprinsip efisiensi, keadilan, transparansi,

dan akuntabilitas (Rahadian, 2008). Selanjutnya persyaratan minimal untuk

mencapai good governance dalam mengelola keuangan daerah adalah adanya

transparansi, akuntabilitas, partisipasi, penegakan hukum, efektifitas dan efisien,

dan keadilan (Pazri, 2016).

Dengan demikian, dalam penyelesaian masalah dan kepentingan publik selalu

melibatkan multi-stakeholders dari berbagai lembawa yang terkait dengan

masalah dan kepentingan publik itu.Stakeholders dalam tata pemerintah

(governance) tersebut memiliki kedudukan yang setara dan hanya diikat oleh

suatu jaringan dan prosedur yang sengaja diciptakan untuk memfasilitasi mereka

dalam perumusan, pelaksanaan. Monitoring, dan juga evaluasi kebijakan.

Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis sementara yang dapat ditarik adalah:

H5 : Good Governance memoderasi pengaruh evaluasi dana desa terhadap

Kinerja Keuangan

3.2.6 Good Governance memoderasi pengaruh system akuntansi terhadap

Kinerja Keuangan

Sistem informasi akuntansi meliputi proses, prosedur, dan sistem yang

menangkap data akuntansi ke dalam catatan yang sesuai, memproses data

akuntansi secara terperinci dengan mengklasifikasikan, merangkum, dan

mengkonsolidasikan serta melaporkan data akuntansi yang diringkas ke pengguna


internal maupun eksternal. Suatu organisasi memerlukan perkembangan

teknologi informasi untuk membantu operasional yang dilakukan oleh

pegawainya. Setelah teknologi infromasi dikembangkan maka sistem informasi

akuntansi akan semakin baik pula. Dengan sistem informasi akuntansi yang

berkembangan maka memberikan kinerja organisasi yang baik. Kinerja

organisasi dapat dilihat dari kinerja keuangan organisasi . Kinerja keuangan juga

ditentukan sistem informasi akuntansi yang baik pula. Sistem informasi akuntansi

mempunyai fungsi untuk menyajikan laporan keuangan suatu organisasi . Kinerja

keuangan yang baik dengan menyajikan informasi keuangan yang relevan, akurat,

dan dapat dipercaya berupa posisi keuangan dan seluruh transaksi selama satu

periode setiap tahunnya.

Sistem informasi akuntansi sangat dibutuhkan di suatu perusahaan. Sistem

informasi akuntansi membantu pemimpin perusahaan dalam pengambilan

keputusan kecil maupun besar. Dalam informasi keuangan yang di laporan

keuangan dapat menggambarkan kinerja suatu perushaan. Tidak hanya sistem

informasi akuntansi, perusahaan juga harus memiliki good corporate governance

yang baik pula. Meningkatnya kinerja keuangan juga dieprlukan good corporate

governance. Oleh karena itu, good corporate governance dapat mempengaruhi

sistem informasi akuntansi terhadap kinerja keuangan perushaan.

Good Corporate Governance (GCG) atau tata kelola organisasi sangat

penting bagi organisasi . Tata kelola organisasi sebagai salah stau proses untuk

menjaga kesinambungan usaha perushaaan dalam jangka panjang yang

mengutamakan kepentingan pemegang saham. Tata kelola organisasi yang baik


dapat didefinisikan sebagai sistem yang mengatur dan mengendalikan organisasi

untuk menciptakan nilai tambah bagi setiap stakeholder (Effendi 2016:11).

Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis sementara yang dapat ditarik adalah:

H6 : Good Governance memoderasi pengaruh system akuntansi terhadap

Kinerja Keuangan

3.2.7 Good Governance memoderasi kompetensi SDM terhadap Kinerja

Keuangan

Hasil penelitian Anggreni dkk (2018) menemukan bahwa pemerintah

berupaya untuk menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas dengan

meningkatkan sumber daya manusia yang lebih spesifiknya yaitu SDM di bidang

akuntansi. Dengan meningkatnya kemampuan SDM akuntansi maka akan dapat

mengelola keuangan daerah secara efektif. Kompetensi sumber daya manusia

adalah kemampuan untuk melaksanakan fungsi-fungsi untuk mencapai tujuannya

secara efektif dan efisien (Ihsanti, 2014).

Teori agensi menjelaskan hubungan antara agent (pihak manajemen suatu

perusahaan) dengan principal (pemilik). Agent merupakan pihak yang diberi

wewenang oleh principal. Principal akan mengevaluasi kinerja dari agent. Teori

agensi dalam wujud nyata merupakan kontrak kerja antara agent dan principal

yang mengatur mengenai hak dan kewajiban masing-masing. Agent disini

berkewajiban bekerja untuk kepentingan principal dan principal berkewajiban

untuk memberikan reward dari hasil kerja agent yang memuaskan. (Jensen &

Meckling, 1976).
Kompetensi merupakan suatu karakteristik dan seseorang yang memiliki

keterampilan, pengetahuan, dan kemampuan untuk melaksanakan suatu pekerjaan

(Hevesi, 2005). Perusahaan tentu memiliki tujuan yang ingin dicapai. proses

pencapaian tujuan tersebut dapat dipengaruhi oleh banyak faktor yang salah

satunya adalah kompetensi dari SDM perusahaan tersebut. Kompetensi SDM akan

sangat mempengaruhi perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan

karena SDM dengan kualitas yang baik akan membantu perusahaan mencapai

tujuan yang ditetapkan dengan lebih efisien dan efektif.

Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis sementara yang dapat ditarik

adalah:

H7 : Good Governance memoderasi kompetensi SDM terhadap Kinerja

Keuangan.

2.4Model Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menguji hubungan antara variabel independen,

dependen dan moderasi yang dapat digambarkan dengan model penelitian sebagai

berikut:
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan diKecamatan Bangkinang.Penelitian dilakukan

dari Bulan Agustus 2021 hingga Desember 2021.

3.2 Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017: 115).Populasi

dalam penelitian ini adalah 7 desa di Kecamatan Bangkinang.Adapun ke 7 desa

tersebut adalah :

1. Desa Binuang

2. Desa Bukit Payung

3. Desa laboy jaya

4. Desa Muara Uwai

5. Desa Pulau Lawas

6. Desa Suka Mulya

7. Desa Bukit Sembilan

b. Sampel

Teknik sampling ialah teknik pengambilan sampel untuk menentukan

sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat beberapa teknik sampling

yang digunakan (Sugiyono, 2017). Teknik sampling yang digunakan dalam

penelitian ini adalah purposive sampling. Teknik purposive sampling adalah


penetapan sampel dengan kriteria tertentu. Adapun kriteria sampel penelitan ini

adalah:

1. Kepala desa

2. Sekretaris desa

3. Bendahara desa

4. Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

5. Kasi program

Tabel 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian

No Nama Desa Responden

1. Desa Binuang 9

2. Desa Bukit Payung 9

3. Desa Laboy Jaya 9

4. Desa Muara Uwai 9

5. Desa Pulau Lawas 9

6. Desa Suka Mulya 9

7. Desa Bukit Sembilan 9

Seluruh populasi akan diteliti dengan pemilihan responden berdasarkan kriteria

tertentu (Purposive Sampling). Kriteria yang digunakan untuk memilih kriteria

responden adalah para aparatur dan pejabat tim pengelola dana desa dan atau yang

ditunjuk kepala desa yang melaksanakan fungsi dalam pengelolaan dana desa

yaitu Kepala Desa, Sekretaris Desa, Bendahara Desa, 3 Orang KASI Program dan
3 orang BPD. Maka dalam setiap desa akan di ambil 9 responden. Jadi sampel

dalam penelitian ini berjumlah 63 Responden

3.3 Jenis dan Sumber Data

Adapun Jenis dan Sumber Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Data Primer Adalah data yang berupa keterangan yang diperoleh langsung

dari responden penelitian. Data yang diolah menyangkut data objek

penulisan yang berhubungan dengan pengelolaan dana desa

2. Data Sekunder Merupakan data atau informasi yang diperoleh penulis dari

kantor desa/kelurahan Pasing Sialang

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data:

1. Wawancara (Interview)

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan apabila

peneliti ingin ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

permasalahan yang di teliti , dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-

hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya

sedikit/kecil. tehnik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan

tentang diri sendiri atau self report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan

dan atau keyakinan pribadi. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur

maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka maupun

dengan menggunakan telepon.

2. Kuisioner/angket
Menurut (Sugiyono, 2015) Kuisioner atau angket adalah teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat

pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

Kuisioner atau angket merupakan cara yang dilakukan dalam

mengumpulkan data melalui serangkaian kumpulan pertanyaan yang

diberikan untuk kemudian dijawab oleh responden.

3. Observasi

Observasi merupakan teknik yang dilakukan untuk mengumpulkan dan

mendapatkan data primer, dimana data tersebut didapat dari keterangan

sasaran penelitian.

3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional adalah petunjuk tentang bagaimana suatu variabel

diukur, sehingga peneliti dapat mengetahui baik atau buruk pengukuran tersebut

(Sugiyono, 2012 : 131). Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012: 58).

Dalam pengukuran ini, variabel yang digunakan yaitu variabel dependen dan

variabel independen. Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel dependen adalah

kinerja keuangan dana desa (Y) dan yang menjadi variabel independen adalah

evaluasi dana desa (X1) dan Good Governance (Z) sebagai variabel moderasi

3.5.1 Variabel Dependen

3.5.1.1 Kinerja keuangan dana desa


Moeheriono (2012) mengemukakan bahwa kinerja adalah deskripsi tentang

level prestasi pelaksanaan suatu program, atau kegiatan dalam merealisasikan

sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi yang tertuang dalam perencanaan jangka

panjang organisasi. Indikator variabel kinerja keungan yang akan di gunakan

adalah menurut Mardiasmo (2009) dalam bukunya memaparkan beberapa

indikator dalam pengukuran kinerja, indikator tersebut diantaranya:

a. Efisiensi

b. Efektifitas

c. Ekonomis

Pengukuran variabel dalam penelitian ini dengan menggunakan 5 (lima)

poin skala likert dimana poin 1 (satu) menunjukkan Sangat Tidak Setuju, poin 2

(dua) menunjukkan Tidak Setuju, poin 3 (tiga) menunjukkan Netral, poin 4

(empat) menunjukkan Setuju, dan poin 5 (lima) menunjukkan Sangat Setuju.

3.5.2 Variabel Independen

3.5.2.1 Evaluasi dana desa

Prihatin (2011:164), menyatakan bahwa evaluasi adalah proses pemberian

informasi untuk membantu membuat keputusan tentang obyek yang akan

dievaluasi. Indikator variabel evalasi yang akan di gunakan Menurut Bastian

(2015:35) sebagai berikut:

a. Perencanaan

b. Pelaksanaan.

c. Penatausahaan.

d. Pelaporan.
e. Pertanggungjawaban

f. Pembinaan dan Pengawasan

3.5.2.2 Sistem Akutansi

Menurut Mulyadi (2014:3) sistem akuntansi yaitu organisasi formulir, catatan,

dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan informasi

keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengelolaan

perusahaan. Indikator variabel system akuntansi yang digunakan adalah:

4. Cepat

5. Aman

6. Murah.

3.5.2.1 Kompetensi sumber daya manusia

Menurut Mangkunegara (2012:40) kompetensi sumber daya manusia

adalah Kompetensi sumber daya manusia adalah kompetensi yang berhubungan

dengan pengetahuan, keterampilan, kemampuan dan karakteristik kepribadian

yang mempengaruhi secara langsung terhadap kinerjanya. Indikator variabel

kompetensi sumber daya manusia yang digunakan adalah:

4. Pengetahuan (knowledge)

5. Keterampilan (skill)

6. Sikap (attitude)

3.5.3 Varianel moderasi

3.5.3.1 good corporate governance (Z)


World Bank dalam Mardiasmo (2016:18) mendefinisikan good

governance sebagai suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid

dan bertanggung jawab yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang

efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi, dan pencegahan korupsi baik

secara politik maupun administratif menjalankan disiplin anggaran serta

penciptaan legal dan political framework bagi tumbuhnya aktivitas usaha. Dalam

penelitian ini indikator good governance yang diteliti adalah :

10. Participation.

11. Rule of law.

12. Transparency.

13. Responsiveness.

14. Consensus orientation.

15. Equity.

16. Efficiency and Effectiveness.

17. Accountability.

18. Strategic vision.

Pengukuran variabel dalam penelitian ini dengan menggunakan 5 (lima)

poin skala likert dimana poin 1 (satu) menunjukkan Sangat Tidak Setuju, poin 2

(dua) menunjukkan Tidak Setuju, poin 3 (tiga) menunjukkan Netral, poin 4

(empat) menunjukkan Setuju, dan poin 5 (lima) menunjukkan Sangat Setuju.

Tabel 3.1 Operasional Variabel

No Variabel Definisi Indikator Skala

1 Evaluasi dana Prihatin (2011:164), 1. Perencanaan Likert


desa (X1) menyatakan bahwa evaluasi 2. Pelaksanaan
adalah proses pemberian 3. Penatausahaan
informasi untuk membantu 4. Pelaporan
membuat keputusan tentang 5. Pertanggungjawaban
obyek yang akan dievaluasi. 6. Pembinaan dan
pengawasan
2 Sistem Menurut Mulyadi (2014:3) 1. Cepat Likert
akuntansi sistem akuntansi yaitu 2. Aman
(X2) organisasi formulir, catatan, 3. Murah
dan laporan yang
dikoordinasi sedemikian
rupa untuk menyediakan
informasi keuangan yang
dibutuhkan oleh manajemen
guna memudahkan
pengelolaan perusahaan.
3 Kompetensi Menurut Mangkunegara 1. Pengetahuan Likert
sumber daya (2012:40) kompetensi (knowledge)
manusia (X3) sumber daya manusia 2. Keterampilan (skill)
adalah Kompetensi sumber 3. Sikap (attitude)
daya manusia adalah
kompetensi yang
berhubungan dengan
pengetahuan, keterampilan,
kemampuan dan
karakteristik kepribadian
yang mempengaruhi secara
langsung terhadap
kinerjanya
4 Kinerja Moeheriono (2012) 1. Efisien Likert
keuangan mengemukakan bahwa 2. Efektivitas
dana desa (Y) kinerja adalah deskripsi 3. Ekonomis
tentang level prestasi .
pelaksanaan suatu program,
atau kegiatan dalam
merealisasikan sasaran,
tujuan, visi, dan misi
organisasi yang tertuang
dalam perencanaan jangka
panjang organisasi.
5 Good World Bank dalam 1. Participation. Likert
corporate Mardiasmo (2016:18) 2. Rule of law
governance mendefinisikan good 3. Transparency.
(Z) governance sebagai suatu
4. Responsiveness.
penyelenggaraan
manajemen pembangunan 5. Consensus
yang solid dan bertanggung orientation.
jawab yang sejalan dengan 6. Equity.
prinsip demokrasi dan pasar 7. Efficiency and
yang efisien, penghindaran
Effectiveness.
salah alokasi dana investasi,
dan pencegahan korupsi 8. Accountability
baik secara politik maupun 9. Strategic vision.
administratif menjalankan
disiplin anggaran serta
penciptaan legal dan
political framework bagi
tumbuhnya aktivitas usaha.

3.6 Analisis Statistik Deskriptif

Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu

suatu metode analisis dan dimana data dikumpul, disusun, diinterprestasikan, dan

dianalisis sehingga memberikan keterangan bagi pemecahan masalah yang

dihadapi

3.7 Metode Analisis

3.7.1 Uji Kualitas data

3.7.1.1 Uji Validitas

Suharsimi (2016: 211) uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan

tingkat-tingkat kevalitan atau kesalahan suatu instrumen. Sebuah instrumen

dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Pengujian

validitas digunakan untuk mengetahui sejauhmana ketepatan suatu alat ukur

dalam mengukur suatu data.Untuk mengetahui validitas suatu instrumen (dalam

hal ini kuesioner) dilakukan dengan cara melakukan korelasi antar skor masing-

masing variabel dengan skor totalnya. Suatu variabel (pertanyaan) dikatakan valid
bila skor variabel tersebut berkorelasi secara signifikan dengan skor

totalnya.Teknik korelasi yang digunakan korelasi Pearson Product Moment:

1. Bila r hitung lebih besar dari r tabel Ho ditolak, artinya variabel


valid
2. Bila r hitung lebih kecil dari r tabel Ho gagal ditolak, artinya
variabel tidak valid

3.7.1.2 Uji Reliabilitas

Uji Reabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang

merupakan indikator dari variabel atau konstru, (Ghozali 2013:47). Uji reabilitas

bertujuan untuk mengetahui tingkat konsistensi dan kehandalan dari pertanyaan

yang telah valid. Pengujian reliabilitas instrumen dengan menggunakan rumus

Alpha Cronbach karena instrumen penelitian ini berbentuk angket dan skala

bertingkat. Rumus Alpha Cronbach sebagai berikut:

Keterangan:

Jika nilai alpha > 0.7 artinya reliabilitas mencukupi (sufficient reliability)

sementara jika alpha > 0.80 ini mensugestikan seluruh item reliabel dan seluruh

tes secara konsisten memiliki reliabilitas yang kuat. Atau, ada pula yang
memaknakannya sebagai berikut: Jika alpha > 0.90 maka reliabilitas sempurna.

Jika alpha antara 0.70 – 0.90 maka reliabilitas tinggi.Jika alpha 0.50 – 0.70

maka reliabilitas moderat.Jika alpha < 0.50 maka reliabilitas rendah.Jika alpha

rendah, kemungkinan satu atau beberapa item tidak reliabel.

3.7.2 Uji Normalitas Data

Uji normalitas untuk mengetahui apakah skor variabel yang diteliti

mengikuti distribusi normal atau tidak.Kaidah yang di pakai bila p > 0.05 maka

sebaran normal. Jika sealiknya p < 0,05 maka sebaran tidak normal. Teknik uji

yang digunakan adalah teknik pengujian one sample Kolmogorov – Smirnov.

Rumus yang digunakan adalah

3.7.3 Uji Asumsi Klasik

Pengujian ini ditujukan untuk memperoleh nilai yang tidak biasa dan

pengujian yang dapat dipercaya. Apabila ada satu syarat saja yang tidak terpenuhi

maka hasil analisis regresi tidak akan dikatakan bersifat BLUE (Best Linear

Unibiased Estimator). Asumsi klasik tersebut yaitu :

3.7.3.1 Uji Multikolinearitas


Uji Multikolinearitas digunakan untuk menguji adakah korelasi antar variabel

independen dalam model regresi.Menurut Ghozali (2013:105) model regresi yang

baik seharusnya tidak ditemukan adanya korelasi antarvariabel

independen.Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance

inflation factor (VIF). Adapun cara yang dilakukan untuk mengetahui adanya

multikorelasi dalam model regresi adalah sebagai berikut:

a. Dikatakan bebas multikorelasi apabil besar variance inflation factor< 10

b. Besarnya nilai tolerance pedoman suatu model regresi yang bebas

multikorelasi yaitu dengan nilai tolerance < 0.10

3.7.3.2 Uji Heteroskedastisitas

Uji heterokedastisitas digunakan untuk menguji adakah terjadinya ketidaksamaan

variance dari residual pengamatan satu ke pengamatan lainnya dalam model

regresi.Menurut Ghozali (2016:134) model regresi yang baik ialah

homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas.

Salah satu cara deteksi heterokedastisitas ialah dengan melihat grafik plot

antara nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya

SRESID. Jika titik-titik membentuk pola tertentu yang teratur maka indikasi

adanya heterokedastisitas

3.8 Model Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan metode Partial Least Square (PLS)

menggunakan software SmartPLS versi 3. PLS adalah salah satu metode

penyelesaian Struktural Equation Modeling (SEM) yang dalam hal ini lebih

dibandingkan dengan teknik-teknik SEM lainnya. SEM memiliki tingkat


fleksibilitas yang lebih tinggi pada penelitian yang menghubungkan antara teori

dan data, serta mampu melakukan analisis jalur (path) dengan variabel laten

sehingga sering digunakan oleh peneliti yang berfokus pada ilmu sosial. Partial

Least Square (PLS merupakan metode analisis yang cukup kuat karena tidak

didasarkan pada banyak asumsi. Data juga tidak harus berdistribusi normal

multivariate (indikator dengan skala kategori, ordinal, interval sampai ratio dapat

digunakan pada model yang sama), sampel tidak harus besar (Gozali, 2017).

Partial Least Square (PLS) selain dapat mengkonfirmasi teori, namun

juga untuk menjelaskan ada atau tidaknya hubungan antar variabel laten. Selain

itu PLS juga digunakan untuk mengkonfirmasi teori, sehingga dalam penelitian

yang berbasis prediksi PLS lebih cocok untuk menganalisis data. Partial Least

Square (PLS juga dapat digunakan untuk menjelaskan ada tidaknya hubungan

antar variabel laten. Partial Least Square (PLS dapat sekaligus menganalisis

konstruk yang dibentuk dengan indikator refleksif dan formatif. Hal ini tidak

dapat dilakukan oleh SEM yang berbasis kovarian karena akan menjadi

unidentified model. Pemilihan metode Partial Least Square (PLS) didasarkan pada

pertimbangan bahwa dalam penelitian ini terdapat 6 variabel laten yang dibentuk

dengan indikator refleksif dan varaibel diukur dengan pendekatan refleksif second

order factor. Model refleksif mengasumsikan bahwa konsruk atau variabel laten

mempengaruhi indikator, dimana arah hubungan kausalitas dari konstruk ke

indikator atau manifest (Ghozali, 2017) sehingga diperlukan konfirmasi atas

hubungan antar variabel laten.


Pendekatan untuk menganalisis second order factor adalah menggunakan

repeated indicators approach atau juga dikenal dengan hierarchical component

model. Walaupun pendekatan ini mengulang jumlah variabel manifest atau

indikator, namun demikian pendekatan ini memiliki keuntungan karena model ini

dapat diestimasi dengan algoritma standar PLS (Ghozali, 2017).

Berikut teknik analisa metode PLS :

1. Analisa outer model Menurut Husein (2015 : 18) analisa outer model

dilakukan untuk memastikan bahwa measurement yang digunakan layak

untuk dijadikan pengukuran (valid dan reliabel). Ada beberapa

perhitungan dalam analisa ini :

a. Convergent validity adalah nilai loading faktor pada variabel laten

dengan indikator-indikatornya. Nilai yang diharapkan > 0,7.

b. Discriminant validity adalah nilai crossloading faktor yang berguna

apakah konstruk memiliki diskriminan yang memadai. Caranya

dengan membandingkan nilai konstruk yang dituju harus lebih besar

dengan nilai konstruk yang lain.

c. Composite reliability adalah pengukuran apabila nilai reliabilitas > 0,7

maka nilai konstruk tersebut mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi.

d. Average Variance Extracted (AVE) adalah rata-rata varian yang

setidaknya sebesar 0,5.

e. Cronbach alpha adalah perhitungan untuk membuktikan hasil

composite reliability dimana besaran minimalnya adalah 0,6


2. Analisa inner model Pada analisa model ini adalah untuk menguji

hubungan antara konstruksi laten. Ada beberapa perhitungan dalam analisa

ini :

a. R Square adalah koefisien determinasi pada konstruk endogen.

Menurut Chin (1998) dalam Sarwono (2015 : 30) menjelaskan

“kriteria batasan nilai R square ini dalam tiga klasifikasi, yaitu 0,67

sebagai substantial; 0,33 sebagai moderat dan 0,19 sebagai lemah”.

b. Effect size (F square) untuk mengetahui kebaikan model. Menurut

Chin (1998) dalam Ghozali (2015 : 80) interprestasi nilai f square yaitu

0,02 memiliki pengaruh kecil; 0,15 memiliki pengaruh moderat dan

0,35 memiliki pengaruh besar pada level struktural.

c. Prediction relevance (Q square) atau dikenal dengan Stone-Geisser's.

Uji ini dilakukan untuk mengetahui kapabilitas prediksi seberapa baik

nilai yang dihasilkan. Apabila nilai yang didapatkan 0.02 (kecil), 0.15

(sedang) dan 0.35 (besar). Hanya dapat dilakukan untuk konstruk

endogen dengan indikator reflektif

3. Pengujian hipotesis

Dalam bukunya Husein (2015 : 21) pengujian hipotesis dapat dilihat dari

nilai t-statistik dan nilai probabilitas. Untuk pengujian hipotesis yaitu

dengan menggunakan nilai statistik maka untuk alpha 5% nilai t-statistik

yang digunakan adalah 1,96. Sehingga kriteria penerimaan atau penolakan

hipotesis adalah Ha diterima dan H0 di tolak ketika t-statistik > 1,96.


Untuk menolak atau menerima hipotesis menggunakan probabilitas maka

Ha di terima jika nilai p < 0,05.

Anda mungkin juga menyukai