Pendekatan Individu, Dan Pendekatan Interaksi, Pengertian Permasalah Sosial Oleh Kelompok 1 (5 Pai B)
Pendekatan Individu, Dan Pendekatan Interaksi, Pengertian Permasalah Sosial Oleh Kelompok 1 (5 Pai B)
Pendekatan Individu, Dan Pendekatan Interaksi, Pengertian Permasalah Sosial Oleh Kelompok 1 (5 Pai B)
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi Pendidikan yang diampu
oleh Prof. Dr. Hj. Tutuk Ningsih, S.Ag, M.Pd.
Disusun Oleh:
KELOMPOK 1
Kami panjatkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Shalawat serta salam kami ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa risalah agung sebagai pedoman umat manusia. Dengan rendah hati, kami
ingin menyampaikan penghargaan yang tulus kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyelesaian makalah ini.
Kami sadar bahwa makalah ini tidak luput dari kekurangan dan keterbatasan.
Oleh karena itu, segala kritik, saran, dan masukan yang membangun sangat kami
harapkan untuk perbaikan di masa depan.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang mengagungkan
pendidikan, ini terlihat ketika bagaimana usaha mereka untuk memperoleh
pendidikan, terkhusus para orang tua yang berharap anak mereka memiliki
pendidikan yang lebih baik dari mereka. Belajar dari masa lalu, negara kita
dijajah karena ketertinggalan, tetapi setelah bangsa kita banyak belajar buktinya
para pahlawan bisa memerdekakan negara ini. Pada mulanya pendidikan
merupakan hal yang hanya bisa dilakukan oleh bangsawan atau kaum pria saja
tetapi semakin berkembangnya zaman hingga saat ini tanpa pandang bulu,
semua masyarakat berhak melaksanakan haknya yaitu sebagai pelajar.
Di Indonesia sendiri, pemerintah memfasilitasi pendidikan dengan wajib
belajar selama 12 tahun yaitu mulai dari sekolah dasar, sekolah menengah
pertama, dan sekolah menengah atas. Namun, kembali lagi semakin
berkembangnya zaman, kualitas pendidikan di negeri ini juga semakin bagus
terkhusus pada tingkatnya, banyak orang berlomba-lomba tidak hanya sampai
sekolah menengah atas saja tetapi juga sampai bisa mendapatkan gelar sarjana.
Fasilitas pendidikan di Indonesia juga sangat diperhatikan oleh pemerintah,
buktinya banyak masyarakat Indonesia yang mendapat beasiswa di luar negeri
dengan harapan ketika mereka kembali, mereka bisa membagikan ilmu mereka
demi kepentingan bangsa ini.
Pendidikan tidak hanya pengembangan kemampuan kognitif, sosial,
emosional, dan fisik saja tetapi pendidikan juga sebagai tempat mentransfer
nilai-nilai dan norma sosial. Setiap murid dibekali kemampuannya masing-
masing, ada yang mahir di bidang akademik, ada yang mahir di bidang non
akademik, dan ada juga yang mahir di bidang keduanya. Kadang mereka juga
belum menemukan jati diri kemampuan mereka dan melalui guru, siswa dapat
terbantu menemukan jati diri mereka sehingga sekolah juga sebagai tempat
1
mereka mengembangkan kompetensi yang dimiliki dengan fasilitas yang
diberikan sekolah. Selain itu karena keberagaman bangsa ini juga tidak
membatasi adanya perbedaan yang ada seperti perbedaan suku atau agama. Para
peserta didik berhak diberikan pelayanan yang sama dan tidak boleh membeda-
bedakan. Setiap peserta didik juga mendapat pembelajaran agama yang mereka
yakini di setiap sekolah. Dari keberagaman inilah seharusnya tidak
menghalangi setiap peserta didik untuk mengembangkan potensi yang mereka
miliki karena mereka mendapatkan hak yang sama dalam pendidikan apalagi
Indonesia merupakan negara dengan toleransi yang tinggi.
Pendidikan tidak terlepas dari peran pengajar atau yang biasa kita sebut
dengan guru. Guru berasal dari bahasa jawa yaitu digugu dan ditiru yang artinya
guru harus bisa dipercaya dan ditiru oleh muridnya. Guru harus bisa
memberikan contoh atau sebagai suri tauladan yang baik bagi muridnya. Guru
harus serba bisa, menjadi guru dituntut untuk bisa banyak hal, maka dari itu
seorang guru haruslah cerdas. Setiap guru memiliki pemikirannya masing-
masing, mereka memiliki cara tersendiri untuk menghadapi anak muridnya.
Guru tidak hanya memperhatikan satu murid saja tetapi beliau juga harus
memperhatikan semua murid di dalam kelas, apalagi mereka memiliki cara
belajar yang berbeda-beda. Guru dalam menjalankan tugasnya tidak dari aturan
yang dibuatnya sendiri tetapi guru mengikuti peraturan yang sudah dibuat oleh
pemerintah dan masing-masing sekolah tempat beliau mengajar. Selain faktor
pengajar, faktor lain yang mempengaruhi pendidikan yaitu faktor sekolah
sebagai tempat menuntut ilmu, faktor lingkungan tempat ia tinggal, serta
interaksi murid yang satu dengan murid yang lain itu juga berpengaruh bagi
kegiatan pembelajaran. Faktor-faktor tersebutlah yang dipahami melalui
Sosiologi Pendidikan.
Jadi, Sosiologi Pendidikan merupakan cabang sosiologi yang
memfokuskan perhatian pada studi tentang pendidikan dalam konteks sosial.
Sosiologi pendidikan memeriksa bagaimana interaksi antara guru dan siswa,
serta antara siswa satu sama lain mempengaruhi pengalaman pendidikan. Hal
2
ini juga mencakup pemeriksaan peran keluarga, teman sebagaya, dan
masyarakat dalam membentuk pengalaman pendidikan individu.
Tidak hanya pada interaksi sosial saja tetapi juga sistem pendidikan,
struktur sosial, ketidaksetaraan pendidikan, institusi pendidikan, kultur sekolah,
perubahan sosial dan teori sosiologi pendidikan juga termasuk hal yang
dipahami melalui sosiologi pendidikan. Melalui sosiologi pendidikan, akan
membantu kita memahami bagaimana pendidikan tidak hanya merupakan
proses individu, tetapi juga dipengaruhi oleh konteks sosial yang lebih luas
sehingga memungkinkan untuk menganalisis serta memahami isu-isu sosial
yang terkait dengan pendidikan, dan juga berkontribusi pada perbaikan sistem
pendidikan untuk mencapai lebih banyak kesetaraan dan keadilan dalam
masyarakat.
Permasalahan dalam pendidikan terkhusus masalah sosial memang harus
cepat diselesaikan karena pendidikan sendiri bertujuan untuk mencerdaskan dan
mengembangkan potensi setiap anak di bangsa ini, namun karena jumlah
kapasitas peserta didik yang besar itu juga yang mempengaruhi selalu ada saja
permasalahan dalam pendidikan terkhusus di bidang sosial. Pemerintah selalu
berusaha mencari penyelesaian secepatnya karena permasalahan tersebut
mengakibatkan kualitas dan aksesibilitas pendidikan menurun. Tidak hanya
sekolah, guru dan pihak sekolah juga akan melakukan hal yang sama, mereka
saling berkerja sama untuk menemukan jalan keluarnya.
Salah satu alternatif untuk menyelesaikan permasalahan sosial dalam
pendidikan yaitu melalui pendekatan. Pendekatan dalam memahami dan
mengatasi permasalahan sosial penting karena berkontribusi pada pemahaman
yang lebih baik tentang sumber dan akar masalah, membantu merancang solusi
yang sesuai, mencegah stigma, menggabungkan faktor kebijakan dan struktural,
meningkatkan kepatuhan dan efektivitas, serta menghasilkan perubahan sosial
yang berkelanjut. Pendekatan yang akan dibahas di sini yaitu pendekatan
individu dan pendekatan interaksi. Penyelesaian masalah sosial perlu untuk
memahami salah satu dari dua pendekatan tersebut tetapi juga bisa
3
menggabungkan kedua perspektif ini untuk mencapai perubahan sosial yang
positif.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Pendekatan Individu dan Pendekatan Interaksi ?
2. Apa saja faktor Pendekatan Individu dan Pendekatan Interaksi?
3. Bagaimana hubungan Pendekatan Individu dan Pendekatan Interaksi
dengan Sosiologi Pendidikan?
4. Apa itu Permasalahan Sosial?
5. Bagaimana Pendekatan Individu dan Pendekatan Interaksi menyelesaikan
Permasalahan Sosial di bidang Pendidikan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud Pendekatan Individu dan Pendekatan
Interaksi.
2. Untuk mengetahui faktor Pendekatan Individu dan Pendekatan Interaksi.
3. Untuk mengetahui hubungan Pendekatan Individu dan Pendekatan Interaksi
dengan Sosiologi Pendidikan.
4. Untuk mengetahui yang dimaksud Permasalahan Sosial.
5. Untuk mengetahui Pendekatan Individu dan Pendekatan Interaksi
menyelesaikan Permasalahan Sosial di bidang Pendidikan.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendekatan Individu
Individu adalah bagian dari suatu kelompok atau masyarakat, yaitu
membentuk kelompok.1 Pendekatan individual adalah pendekatan yang
memperhatikan faktor-faktor individu secara umum, termasuk ciri-ciri
kecerdasan psikologis dan kemampuan psikomotorik. Pada pendekatan
Individu, fokusnya lebih pada bagaimana kita dapat memahami perilaku
individu, cara berpikir, perasaan, keinginan, tindakan, sikap atau lebih khusus
lagi pendekatan individu yang dilakukan digunakan untuk mengetahui seperti
apa individu tersebut.2 Manusia pada mulanya ditentukan oleh dua macam
faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal, dimana faktor internal meliputi
faktor biologis dan psikis dan faktor eksternal, dimana faktor internal meliputi
faktor biologis dan psikis dan faktor eksternal meliputi faktor fisik dan
lingkungan, faktor lingkungan sosial.
Jadi, dalam pendekatan individual, seseorang lebih menitik beratkan pada
faktor biologis dan psikologis yang mengatur perilaku seseorang, sehingga
faktor biologis dan psikologis ini disebut dengan faktor primer, dan faktor fisik
dan lingkungan disebut dengan faktor lingkungan. Faktor sosial disebut faktor
sekunder.
1. Faktor Biologis Dalam Perilaku Manusia
Perbedaan antara faktor biologis dan faktor psikologis dalam perilaku
manusia adalah bahwa dalam faktor biologis, manusia dianggap sebagai
makhluk yang murni dan sederhana dalam lingkungan manusia, sedangkan
dalam faktor psikologis, manusia dianggap sebagai makhluk yang berakal
dan cerdas.3Pemahaman tentang biologi ini begitu luas sehingga ada
1
Fadilah, Layanan bimbingan kelompok dalam membentuk sikap jujur melalui
pembiasaan. Islamic Counseling: Jurnal Bimbingan Konseling Islam, 3(2), 2019, hlm 10.
2
Lesmana, Teori dan Pendekatan konseling, umsu press, 2021, hlm 12.
3
Situmeang, Buku Ajar Krimonologi, 2021, hlm 8-9.
5
pandangan bahwa kejahatan dan penyakit anak disebabkan oleh faktor
genetik atau biologis. Pada saat yang sama, kecerdasan dipengaruhi oleh
para ahli biologi, yang menyatakan bahwa orang dengan kecerdasan tinggi
termasuk dalam ras tertentu.
2. Faktor psikologis dalam perilaku manusia
Faktanya, perbedaan antara faktor psikologis dan biologis tidak terlalu
ekstrim, tidak terlalu jelas, dan tidak terlalu statis. Seiring dengan kemajuan
penelitian ilmiah, diakui bahwa hubungan antara psikologi dan biologi
sebenarnya bersifat timbal balik, bahkan keduanya saling melengkapi
dalam mempelajari perilaku manusia. Misalnya, dengan studi cepat tentang
perilaku hewan yang diterapkan pada penelitian manusia, maka perilaku
manusia dijelaskan oleh perilaku hewan.
Sebagai salah satu pendekatan dalam sosiologi pendidikan,
pendekatan individu digunakan untuk mengkaji manusia dari segi tingkah
lakunya sebagai individu, sosial, dan berinteraksi. Manusia adalah makhluk
yang memiliki dua aspek, material (tubuh) dan spiritual (jiwa).4 Sisi
spiritual manusia terdiri dari pikiran dan perasaan. Setelah diselaraskan,
maka timbullah suatu keinginan yang kemudian menjadi suatu sikap
tindakan. Sikap inilah yang nantinya menjadi dasar gerak fisik manusia.
Aspek spiritual dalam komunikasi manusia menciptakan karakter. Proses
pembentukan kepribadian pada manusia terus berlanjut hingga meninggal
dunia. Proses terbentuknya kepribadian seseorang dipengaruhi oleh banyak
faktor, baik yang berasal dari dirinya sendiri maupun yang berasal dari
lingkungan.5 Manusia mempunyai naluri untuk tetap berhubungan satu
sama lain. Hubungan yang berkelanjutan ini menciptakan pola ikatan yang
dikenal dengan model interaksi sosial. Pandangan-pandangan tersebut
merupakan nilai-nilai kemanusiaan yang kemudian mempengaruhi cara dan
pola berpikir. Interaksi sosial antara orang dengan kelompok lain
4
F Ulfa, Cara Cerdas Mengatasi Krisis Spiritual Anak, Alprin, 2021, hlm 23.
5
R. W Ningrum dkk, Faktor–Faktor Pembentuk Karakter Disiplin dan Tanggung Jawab
Dalam Ekstrakurikuler Pramuka, Jurnal Prakarsa Paedagogia, 3(1), 2020, hlm 17.
6
mempunyai derajat dan arti tertentu bagi individu tersebut dalam kaitannya
dengan keanggotaan dalam suatu kelompok sosial tertentu, sehingga bagi
individu juga terdapat motivasi-motivasi tertentu sebagai anggota suatu
kelompok sosial. Dalam kaitannya dengan sosiologi pendidikan, individu
dan masyarakat akan belajar memahami perilaku yang dapat diterapkan dan
perilaku yang tidak dapat diterapkan.
B. Pendekatan Interaksi
Pendekatan interaksi atau The Interaction Approach merupakan salah
satu dari pendekatan dalam sosiologi pendidikan. Pendekatan interaksi adalah
sebuah pendekatan atau metode yang mengutamakan penggunaan interaksi
sosial, yaitu relasi atau hubungan antara individu dengan individu, serta
individu dengan masyarakat.6 Interaksi sosial ini terjadi ketika terdapat elemen-
elemen seperti kontak sosial dan komunikasi.
Kontak sosial merupakan hubungan atau interaksi yang terjadi antara
individu-individu dalam masyarakat. Kontak sosial dapat terwujud dalam tiga
bentuk7, yaitu (1) hubungan antara individu, seperti hubungan anak dengan
ibunya, (2) interaksi antara individu dengan kelompok, contohnya ketika
seorang anak berinteraksi dengan kelompok remaja di organisasi seperti Karang
Taruna, dan (3) kontak antara kelompok-kelompok yang berbeda, seperti ketika
guru berkomunikasi dengan para murid atau pun wali murid. Sementara
komunikasi merupakan proses pengiriman gagasan dan perasaan dari satu orang
kepada orang lain atau sekelompok individu. Dalam proses komunikasi, ada
berbagai alat yang dapat digunakan, seperti ekspresi wajah, gerakan tubuh,
kontak mata, serta isyarat dengan jari. Dalam perkembangannya, media cetak
dan elektronik juga menjadi bagian penting dari alat komunikasi.
6
Qoiriyah Anisa Mufidhatul & Binti Maunah, “Pendekatan Dan Kajian Sosiologi
Pendidikan Islam, Hubungan Pendidikan Islam Dengan Keluarga, Sekolah Dan Masyarakat, Serta
Potret Birokrasi Pendidikan Di Indonesia,” Al-Riwayah : Jurnal kependidikan, Vol. 14, No. 2,
Oktober 2022, hlm. 302.
7
Fiteriana Habibah, “Mencermati Relasi Hukum Dengan Interaksi Sosial Dan Fungsinya
Sebagai Respon Bagi Masyarakat,” JURNAL ILMIAH IDEA, Vol. 2, No. 1, Juni 2023, hlm. 80.
7
Pendekatan interaksi dalam sosiologi pendidikan mengacu pada
pemahaman tentang bagaimana individu berinteraksi satu sama lain dalam
konteks pendidikan. Hal ini berfokus pada proses interaksi sosial di dalam dan
di sekitar lembaga-lembaga pendidikan, serta bagaimana interaksi ini
memengaruhi pembelajaran dan perkembangan individu. Pendekatan ini juga
memperhatikan faktor individu secara utuh meliputi watak, intelegensi,
psikologi, dan kemampuan psikomotorik serta faktor lingkungan sekitar fisik.
Dalam pendekatan interaksi, perhatian diberikan pada bagaimana individu
dalam kelompok dan institusi pendidikan saling mempengaruhi, saling
berinteraksi, dan membentuk pola-pola perilaku dan norma-norma sosial yang
ada dalam masyarakat. Pendekatan ini juga memperhatikan peran penting
komunikasi, peran, dan identitas dalam konteks pendidikan.
Dalam pendekatan interaksi, individu dan masyarakat saling
mempengaruhi dan memiliki hubungan timbal balik. Pendekatan ini
menganggap bahwa interaksi antara individu adalah elemen kunci dalam
pemahaman tentang bagaimana pendidikan mempengaruhi dan dipengaruhi
oleh masyarakat. Pendekatan ini dapat digunakan dalam proses pembelajaran
untuk mengembangkan kemampuan dan kesanggupan siswa untuk mengadakan
hubungan dengan orang lain/siswa lain, serta dapat membantu guru dalam
berinteraksi dengan siswa saat kegiatan belajar mengajar dan memiliki
kemampuan untuk berinteraksi dengan masyarakat sekitar.
Faktor-faktor yang memengaruhi pendekatan interaksi dalam sosiologi
pendidikan dapat mencakup:
1. Hubungan guru-murid
Dinamika interaksi antara guru dan murid sangat memengaruhi pengalaman
pendidikan. Kualitas hubungan ini, metode pengajaran yang digunakan, dan
komunikasi antara mereka dapat berdampak pada pembelajaran dan
perkembangan siswa.
8
2. Interaksi antar siswa
Interaksi antara rekan sebaya di dalam dan di luar kelas juga berperan
penting. Teman sebaya dapat memengaruhi sikap, perilaku, dan prestasi
akademis siswa.
3. Lingkungan pendidikan
Faktor-faktor seperti ukuran kelas, struktur sekolah, dan ketersediaan
sumber daya pendidikan juga memainkan peran dalam interaksi sosial
dalam konteks pendidikan.
4. Norma sosial
Norma-norma sosial yang ada dalam masyarakat, budaya, atau komunitas
tertentu dapat memengaruhi cara individu berinteraksi dalam konteks
pendidikan. Norma-norma ini dapat mencakup nilai-nilai, harapan, atau
tuntutan sosial terkait pendidikan.
5. Kekuasaan dan hierarki
Aspek kekuasaan dalam interaksi antara individu juga merupakan faktor
penting. Hal ini bisa mencakup peran kekuasaan guru, kepala sekolah, atau
elemen-elemen hierarki dalam lingkungan pendidikan.
6. Komunikasi dan teknologi
Perkembangan teknologi dan cara komunikasi berubah seiring waktu, dan
dapat memengaruhi cara individu berinteraksi dalam konteks pendidikan.
Penggunaan teknologi dalam pengajaran dan interaksi online juga dapat
memainkan peran dalam pendekatan interaksi.
Semua faktor ini saling terkait dan memengaruhi dinamika interaksi sosial
dalam sosiologi pendidikan, yang pada gilirannya memengaruhi pengalaman
dan hasil pendidikan individu.
C. Permasalahan Sosial
Menurut Soerjono Soekanto, masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian
antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat yang menyebabkan kelompok
sosial dalam keadaan bahaya.8 Di sekeliling kita banyak isu-isu sosial. Namun,
8
P Burlian, Patologi sosial, Bumi Aksara, 2021, hlm 90.
9
ada kalanya kita mengabaikan permasalahan sosial yang sedang terjadi.
Faktanya, sangat mungkin kita tidak menyadari bahwa ini adalah masalah sosial
yang terus-menerus terjadi.
Konstruksi sosial yang dibangun dalam masyarakat yang tidak
menempatkan permasalahan sosial tersebut sebagai suatu hal yang cukup
penting untuk dianggap sebagai suatu permasalahan sosial, dapat
mempengaruhi pengabaian dan/atau ketidakpedulian terhadap permasalahan
tersebut. Terlebih lagi, dalam tatanan sosial dimana terdapat kecenderungan
untuk menikah dini, hubungan remaja putri di bawah umur tidak dipandang
sebagai isu sosial yang harus ditangani secara serius.9 Masalah sosial yang
negatif seperti alkoholisme, penyalahgunaan narkoba, dan HIV/AIDS hanyalah
beberapa contohnya. Sementara itu, isu-isu sosial memberikan dampak buruk
terhadap aktivitas publik individu, seperti kebrutalan terhadap generasi muda,
perilaku agresif di rumah, tidak adanya aksesibilitas dan sertifikasi pelatihan
dan kesejahteraan, serta kesenjangan dan kebutuhan. Isu-isu sosial yang
mempengaruhi iklim tempat tinggal individu termasuk urbanisasi yang
mengakibatkan munculnya ghetto metropolitan, penumpukan sampah, dan
kerusakan atmosfer yang berbahaya karena kerusakan ekologis.
Mengkarakterisasi permasalahan sosial tentu bukan pekerjaan yang
mudah. Hal ini karena makna permasalahan sosial tidak sepenuhnya ditetapkan
oleh masyarakat dalam melihat realitas yang terus menerus. Ketika mencoba
menjelaskan isu-isu sosial, ada dua gagasan tentang realitas: objektif tujuan isu-
isu sosial dan realitas dunia nyata. Menurut Leon-Guerrero, realitas obyektif
permasalahan sosial menyatakan bahwa permasalahan sosial muncul ketika
sejumlah besar pihak mengalami serangkaian kondisi sosial yang sama.
Keadaan sosial tertentu yang dianggap sebagai isu bersahabat diakui oleh
seluruh warga negara, terutama ketika ada informasi yang membantu
mengungkapkan bahwa keadaan sosial tertentu saat ini merupakan isu
9
Ashari, B., & Aulya, M, Edukasi Pra-Nikah Bagi Remaja Di Dusun Pangul Mlati Desa
Kepanjen Kecamatan Gumukmas Kabupaten Jember. Mabahits: Jurnal Hukum Keluarga Islam,
3(1), 2022, hlm 34-60.
10
bersahabat. Menurut hasil survei terbaru, hingga 25% penduduk hidup dalam
kemiskinan. Hal ini merupakan gambaran suatu permasalahan sosial yang
masuk dalam kategori realitas objektif.10 berada pada, padahal masyarakat
sendirilah yang sangat menentukan ada atau tidaknya permasalahan sosial
dalam realitas subjektif permasalahan sosial. Suatu hal dianggap sebagai
masalah sosial dalam suatu masyarakat, namun tidak dianggap sebagai masalah
sosial dalam masyarakat tersebut. Hal ini dimungkinkan karena setiap
masyarakat mempunyai cara berpikir yang berbeda-beda. Perbedaan pendapat
ini pada gilirannya memikirkan suatu masalah sosial. Hal ini dimungkinkan
karena setiap masyarakat mempunyai cara berpikir yang berbeda-beda. Cara
berpikir pasangan yang berbeda-beda menyebabkan mereka mempunyai
konstruksi sosial yang berbeda-beda mengenai apakah suatu masalah
merupakan masalah sosial atau tidak. Selanjutnya tidak ada lagi yang namanya
isu-isu sosial dalam ruang bersahabat sejati, namun isu-isu bersahabat hadir
sebagai tanda subjektivitas ruang sosial dalam mencirikan suatu hal. Ketika
konstruksi sosial masyarakat memandang kekerasan dalam rumah tangga
terhadap perempuan sebagai suatu kondisi yang tidak boleh terjadi, maka hal
tersebut menjadi permasalahan sosial. Kekerasan dalam rumah tangga terhadap
perubahan mungkin tidak dianggap sebagai masalah sosial dalam masyarakat
dengan konstruksi sosial yang berbeda karena dianggap sebagai kondisi alamiah
terjadinya hal tersebut.
Memikirkan suatu masalah sosial, hal ini dimungkinkan karena setiap
masyarakat mempunyai cara berpikir yang berbeda-beda.11 Cara berpikir
pasangan yang berbeda-beda menyebabkan mereka mempunyai konstruksi
sosial yang berbeda-beda mengenai apakah suatu masalah merupakan masalah
sosial atau tidak. Selanjutnya tidak ada lagi yang namanya isu-isu sosial dalam
ruang bersahabat sejati, namun isu-isu bersahabat hadir sebagai tanda
10
M Mustofa , Kriminologi: Kajian sosiologi terhadap kriminalitas, perilaku menyimpang,
dan pelanggaran hukum, Prenada Media, 2022, hlm 34.
11
A Hulaimi, & Imanuddin, H, Studi Tentang Pendekatan Konstruktivisme Melalui Model
Pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) Dalam Meningkatkan Prestasi Balajar
Peserta Didik. Ta'dib: Jurnal Pendidikan Islam dan Isu-Isu Sosial, 17(2), 2019, hlm 56.
11
subjektivitas ruang sosial dalam mencirikan suatu hal. Ketika konstruksi sosial
masyarakat memandang kekerasan dalam rumah tangga terhadap perempuan
sebagai suatu kondisi yang tidak boleh terjadi, maka hal tersebut menjadi
permasalahan sosial. Kekerasan dalam rumah tangga terhadap perubahan
mungkin tidak dianggap sebagai masalah sosial dalam masyarakat dengan
konstruksi sosial yang berbeda karena dianggap sebagai kondisi alamiah
terjadinya hal tersebut.
12
Rahmat, Psikologi pendidikan, Bumi Aksara, 2021, hlm 23.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adanya masalah sosial dalam bidang pendidikan dapat membahayakan
dan menghambat terpenuhinya tujuan dari pendidikan atau bahkan pribadi
peserta didik itu sendiri. Permasalahan sosial dalam bidang pendidikan sangat
berbahaya apabila tidak di atasi terkhusus pada kemajuan generasi bangsa ini.
Maka dari itu pendekatan individu dan pendekatan interaksi sebagai cara
menyelesaikan masalah sosial di bidang pendidikan. Melalui pendekatan
individu dapat membantu mengatasi masalah individual peserta didik,
sementara pendekatan interaksi membantu menciptakan lingkungan belajar
yang inklusif serta mendukung perkembangan sosial siswa. Melalui pendekatan
yang tepat, permasalahan sosial dalam pendidikan dapat diatasi secara lebih
efektif.
13
DAFTAR PUSTAKA
Anisa Mufidhatul Qoiriyah & Binti Maunah. (2022). “Pendekatan Dan Kajian
Sosiologi Pendidikan Islam, Hubungan Pendidikan Islam Dengan
Keluarga, Sekolah Dan Masyarakat, Serta Potret Birokrasi Pendidikan Di
Indonesia,” Al-Riwayah : Jurnal kependidikan. Vol. 14, No. 2.
Ashari, B., & Aulya, M. (2022). Edukasi Pra-Nikah Bagi Remaja Di Dusun Pangul
Mlati Desa Kepanjen Kecamatan Gumukmas Kabupaten Jember. Mabahits:
Jurnal Hukum Keluarga Islam. 3(1).
Burlian, P. (2022). Patologi sosial. Bumi Aksara.
Fadilah, S. N. (2019). Layanan bimbingan kelompok dalam membentuk sikap jujur
melalui pembiasaan. Islamic Counseling: Jurnal Bimbingan Konseling
Islam, 3(2).
Habibah Fiteriana. (2023). “Mencermati Relasi Hukum Dengan Interaksi Sosial
Dan Fungsinya Sebagai Respon Bagi Masyarakat,” JURNAL ILMIAH
IDEA. Vol. 2. No. 1.
Hulaimi, A., & Imanuddin, H. (2019). Studi Tentang Pendekatan Konstruktivisme
Melalui Model Pembelajaran Conceptual Understanding Procedures
(CUPs) Dalam Meningkatkan Prestasi Balajar Peserta Didik. Ta'dib: Jurnal
Pendidikan Islam dan Isu-Isu Sosial. 17(2).