Makalah Psikologi Umum Kel.4

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“PERKEMBANGAN INTELEGENSI”
Dosen Pengampu: Cut Ita Zahara, S.Psi., M.Psi

Disusun Oleh: Kelompok 4

Annisatun Raihan (230620066)


Anggia Murni (230620055)
Reyvalina Perbina Br Sembiring (230620074)
Siti Rahiel Fissilmi (230620048)

KELAS: 1-B

MATA KULIAH: PSIKOLOGI UMUM

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan apa yang
kami harapkan.

Adapun maksud dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi apa yang menjadi tugas
kami sebagai mahasiswa psikologi dalam mata kuliah Psikologi Umum I yang membahas
tentang “Perkembangan Intelegensi”.

Atas terselesainya makalah ini tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Cut Ita
Zahara, S.Psi., M.Psi selaku dosen mata kuliah Psikologi Umum I yang telah membimbing
kami selama ini.

Kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kami pribadi dan pembaca
umumnya. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan pengetahuan
kita tentang Perkembangan Intelegensi. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Akhir
kata kami mohon maaf apabila ada kesalahan penulisan atau kata yang kurang berkenan.

Penyusun

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
1.1 Latar Belakang...................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................6
2.1 Definisi Intelegensi............................................................................................6
2.2 Pengertian Kecerdasan.......................................................................................7
2.2.1 Kecerdasan Intelektual (Intelligence Qoutient).......................................8
2.2.2 Kecerdasan Emosi (Emotional Qoutient)................................................9
2.2.3 Kecerdasan Spiritual (Spiritual Qoutient).............................................10
2.3 Variasi Kemampuan Intelektual.......................................................................10
2.4 Mengukur Kecerdasan.....................................................................................13
BAB III PENUTUP..............................................................................................13
3.1 Kesimpulan......................................................................................................13
3.2 Saran.................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Telah dipaparkan didepan individu memecahkan masalah, apakah cepat atau lambat,
faktor yang turut menentukan adalah faktor intelegensi dari indivu yang bersangkutan.
Berbicara mengenai intelegensi biasanya memang dikaitkan dengan kemampuan untuk
memecahkan masalah, kemampuan untuk belajar, ataupun kemampuan untuk berpikir
abstrak. Perkataan intelegensi dari kata latin Intelligere yang berarti mengorganisasikan,
menghubungkan atau menyatukan satu dengan yang lain (to organize, to relate, to bind
together). Istilah intelegensi kadang – kadang atau justru sering memberikan pengertian yang
salah, yang memandang intelegensi sebagai kemampuan yang mengandung kemampuan
tunggal, padahal menurut para ahli intelegenis mengandung bermacam – macam kemampuan.

Pada dasarnya intelegensi bermuara pada psikologis yang terkait dengan status sosial
manusia, faktor lingkungan dan pendidikan tentunya mempunyai pengaruh signifikan terkait
perkembangan intelegensi manusia itu, oleh sebab menganalisis intelegensi dari berbagai
sudut ilmu pengetahuan merupakan dasar untuk mengetahui apa sebenarnya hakikat
intelegensi bagi manusia dan terhadap pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari intelegensi?
2. Apa itu kecerdasan?
3. Apa saja variasi dalam kemampuan intelektual?
4. Bagaimana cara mengukur kecerdasan?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:


1. Untuk mengetahui definisi dari intelegensi.
2. Untuk mengetahui apa itu kecerdasan.
3. Untuk mengetahui apa saja variasi dalam kemampuan intelektual.
4. Untuk mengetahui bagaimana cara mengukur kecerdasan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Intelegensi


Intelegensi adalah kemampuan mencapai prestasi dalam berbagai bidang kehidupan.
Sedang dalam arti sempit, intelegensi adalah kemampuan untuk mencapai prestasi di sekolah.
Intelegensi dalam pengertian sempit mempunyai pengertian yang sama dengan kemampuan
intelektual atau kemampuan akademik. Alfred Binet merupakan seorang tokoh perintis
pengukuran intelegensi, ia menjelaskan bahwa intelegensi merupakan kemampuan individu
mencakup tiga hal. Pertama, kemampuan mengarahkan pikiran atau mengarahkan tindakan,
artinya individu mampu menetapkan tujuan untuk dicapainya (goal setting). Kedua,
kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila dituntut demikian, artinya individu mampu
melakukan penyesuaian diri dalam lingkungan tertentu. Ketiga, kemampuan untuk
mengkritik diri sendiri atau melakukan auto kritik, artinya individu mampu melakukan
perubahan atas kesalahan-kesalahan. Lebih lanjut, Raymond Bernard Cattel
mengklasifikasikan kemampuan mental menjadi dua macam, yaitu intelligence fluid (gf) dan
intelligence crystallized (gc). Intelligence fluid merupakan yang berasal dari faktor bawaan
biologis yang diperoleh sejak kelahirannya dan lepas dari pengaruh pendidikan dan
pengalaman. Sedangkan intelligence crystallized merupakan kemampuan yang merefleksikan
adanya pengaruh pengalaman, pendidikan, dan kebudayaan dalam diri seseorang, intelegensi
ini akan meningkat kadarnya dalam diri seseorang seiring dengan bertambahnya pengetauan,
pengalaman dan keterampilan-keterampilan yang dimiliki oleh individu. Karakteristik dari
intelligence fluid cenderung tidak berubah setelah usia 14 atau 15 tahun, sedangkan
intelligence crystallized masih dapat terus berkembang sampai usia 30 – 40 tahun bahkan
lebih

Terdapat banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli dengan beberapa variasi
perbedaan. Definisi Thornburg, Freeman, dan Robinson & Robinson mempunyai banyak
kesamaan.

A. Menurut Thorburg (1984 : 179)

Intelegensi adalah ukuran bagaimana individu berperilaku, dan diukur dengan


perilaku individu, interaksi interpersonal dan prestasi. Intelegensi dapat didefinisikan dengan
beragam cara: (1) kemampuan berpikir abstrak, (2) kemampuan mempertimbangkan,
memahami dan menalar, (3) kemampuan beradaptasi dengan lingkungan, dan (4) kemampuan
total individu untuk bertindak dengan sengaja dan secara rasional dalam lingkungan.

B. Menurut Freeman (Abror, 1993:43)

Intelegensi mempunyai pengertian: (1) Intelgensi adalah adaptasi atau penyesuaian


individu dengan keseluruhan lingkungan, (2) Intelegensi adalah kemampuan untuk belajar,
(3) Intelegensi adalah kmempuan berpikir abstrak.

C. Menurut Robinson & Robinson (Woolfolk dan Nicolich, 1984:130)

Intelegensi didefinisikan sebagai: (1) kapasitas untuk belajar (2) total pengetahuan
yang dicapai seseorang (3) kemampuan beradaptasi secara sukses dengan situasi baru dan
lingkungan pada umumnya.

Dalam hal definisi, terdapat banyak


definisi
yan g dike m u kaka n oleh para a hli d
enga n
beberapa variasi perbedaan. Definisi
Thornburg,
Freeman dan Robinson & Robinson
mempunyai
banyak kesamaan. Menurut Thornburg
(1984 :
179 ) , inte l i gens i adalah ukur a n bag a
i mana
individu berperilaku. Inteligensi diukur
dengan
perila ku indi vi du, interak si inte rp
ersonal dan
prestasi. Inteligensi dapat didefinisikan
dengan
beragam cara: (1) kemampuan berpikir
abstrak,
(2) kemampuan mempertimbangkan,
memahami
dan menalar, (3) kemampuan beradaptasi
dengan
lingkungan, dan (4) kemampuan total
individu
untu k be rti nda k deng an sengaj a dan
secara
rasional dalam lingkungan. Menurut Free
ma n
(A b r o r, 199 3 : 4 3 ) , inteli g e n s i me
mpuny ai
pengertian: 1) inteligensi adalah adaptasi
atau
pen y e s uaia n i n d i vidu den g a n
keselu r u han
lingkungan, 2) intel ig ensi adalah
kemampuan
unt u k b el ajar, d an 3) i ntel ig ensi
adalah
kemampuan berpikir abstrak. Sedang
menurut
Robinson dan Robinson (Woolfolk dan
Nicolich,
1984 : 130), inteligensi didefinisikan
sebagai: 1)
kapasitas untuk belajar; 2) total
pengetahuan
yang di capai se se ora ng ; dan 3) ke
mampuan
beradaptasi secara sukses dengan situasi
baru
dan lingkungan pada umumnya.
Winkel dan Suryabrata membuat
pengelom-
pok kan defi nisi deng an ca ra ya ng
berbe da.
Menurut Winkel (1996:138) , inteligensi
dapat
diberikan pengertian luas dan sempit.
Dalam ar
2.2 Pengertian Kecerdasan
Kecerdasan berasal dari kata cerdas yang berarti pintar dan cerdik, cepat tanggap
dalam menghadapi masalah dengan cepat mengerti jika mendengar keterangan. Kecerdasan
adalah kesempurnan perkembangan akal budi. Kecerdasan adalah kemampuan seseorang
untuk memecahkan masalah yang dihadapi, dalam hal ini adalah masalah yang menuntut
kemampuan fikiran. Bagi para ahli menurut mereka, kecerdasan merupakan sebuah konsep
yang bisa diamati tetap menjadi hal yang paling sulit untuk didefinisikan. Hal ini terjadi
karena intelegensi tergantung pada konteks atau lingkungannya.

Menurut Dusek kecerdasan dapat didefinisikan melalui dua jalan yaitu secara
kuantitatif dan kualitatif. Secara kuantitatif, kecerdasan adalah proses belajar untuk
memecahkan masalah yang dapat diukur dengan tes intelegensi, sedangkan secara kualitatif
kecerdasan merupakan suaru cara berpikir dalam membentuk konstruk bagaimana
menghubungkan dan mengelola informasi dari luar yang disesuaikan dengan dirinya. Howard
Gardner berpendapat kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan atau menciptakan
sesuatu yang bernilai bagi budaya tertentu.

Berdasarkan pengertian kecerdasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan


adalah kmemapuan seseorang untuk memcahkan masalah yang dihadapi, dalam hal ini adalah
masalah yang menuntut kemampuan fikiran serta dapat diukur secara kuantitatif dan
kualitatif. Macam-macam kecerdasan menurut para ahli psikologi di dunia menyimpulkan
terkait dengan pemetaan kecerdasan (quotient mapping) seseorang, dapat dibagi menjadi tiga
bagian yaitu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual. Ketiga
kecerdasan ini merupakan kecerdasan personal yang melekat pada pribadi seseorang.

2.2.1 Kecerdasan Intelektual (Intelligence Qoutient)

a. Definisi Kecerdasan Intelektual

Awal abad ke-20, satu-satunya kecerdasan yang dikenal adalah kecerdasan intelektual
adalah suatu kecerdasan yang digunakan untuk berpikir logis-rasional, yaitu cara berpikir
linier yang meliputi kemampuan berhitung, menganalisa sampai mengevaluasi dan
seterusnya. Manusia yang memiliki kecerdasan intelektual tinggi, kecerdasan otaknya
seringkali diperumpamakan dengan kecinggihan ‘kecerdasan’ komputer. Sampai-sampai pola
berpikir kecerdasan intelektual ini merasuk kuat ke dalam ingatan kolektif masyarakat, bahwa
memiliki kecerdasan intelektual tinggi menjamin kesuksesan hidup, dan sebaliknya memiliki
kecerdasan intelektual sedang-sedang saja, apalagi rendah begitu suram masa depannya.
Alhasil, dalam kurun waktu hampi 100 tahun lamanya kecerdasan intelektual
merupakan satu-satunya prameter kecerdasan manusia, sehingga seorang anak yang memiliki
IQ yang tinggi menjadi kebanggaan orang tua, padahal itu tidak menjamin seseorang
berkembang dan sukses dalam hidupnya. Dikarenakan kecerdasan intelektual tidak mengukur
kreativitas, kapasitas emosi, nuansa spirtiual, dan hubungan sosial. Menurut Rober Copper
dalam Taufik Pasiak kecerdasan intelektual hanya menyumbangan sekitar 4 persen bagi
keberhasilan hidup. Paling penting, keberhasilan 90 persen dintentukan oleh kecerdasan-
kecerdasan lain.

Menurut Sunar, Kecerdasan Intelektual (IQ) merupakan kemampuan untuk


memecahkan masala secara logis dan akademis. Secara garis besar integensi adalah suatu
kemampuan mental yang melibatkan proses berfikir secara rasional. Oleh karena itu,
inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai
tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa intelegensi adalah


suatu kemampuan mental yang melibatkan proses kognitif secara rasional dan menggunakan
daya pikir tersebut dalam memahami situasi yang baru.

2.2.2 Kecerdasan Emosi (Emotional Qoutient)

b. Definisi Kecerdasan Emosi

Emosi secara etimologi berasal dari kata “e” yang berarti energy dan “motion” yang
berarti getaran. Dalam hal ini, emosi dapat diartikan sebagai suatu energi yang terus bergerak
dan bergetar. Secara terminologi emosi diartikan sebagai setiap kegiatan atau pergolakan
pikiran, perasaan, nafsu dari setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap. Pendapat
lain menyebutkan emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak
menjauh.

Kata ini dapat diartikan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam
emosi. Emosi merujuk pada suatu perasaan yang berkaitan dengan keadaan biologis dan
psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak

2.2.3 Kecerdasan Spiritual (Spiritual Qoutient)


c. Definisi Kecerdasan Spiritual

Secara etimologis, spiritual, spiritualitas atau spiritualisme berasal dari kata spirit.
Makna dari spirit, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa spirit memiliki
arti semangat, jiwa, sukma dan roh. Dan spiritual diartikan sesuatu yang berhubungan dengan
atau bersifat kejiwaan (jiwa atau rohani). Kecerdasan spiritual adalah semangat atau
dorongan yang sangat kuat yang dimiliki jiwa atau rohani, melalui tatanan moral yang benar-
benar luhur dan agung, dasar bagi tumbuhnya harga diri, nilai-nilai moral, semangat jiwa
seseorang dalam menjalankan kehidupan. Spiritual memberikan arah dan arti bagi kehidupan
manusia tentang kepercayaan tentang adanya kekuatan non-fisik yang lebih besar dari pada
kekuatan manusia.

2.3 Variasi Kemampuan Intelektual


1. Kecerdasan Spasial (Visual)
Kecerdasan spasial berkaitan dengan kemampuan menangkap warna, arah
Dan ruang secara akurat. Anak yang memiliki bakat di bidang ini berpotensi menjadi
arsitek, artis dan insinyur karena lihai dalam:
1. Membaca dan menulis berdasarkan kesenangan
2. Pandai menyusun teka-teki
3. Menafsirkan gambar, grafik, dan bagan
4. Menyukai seni lukis
5. Mampu mengenali pola dengan mudah
2. Kecerdasan Linguistik (Verbal)
Kecerdasan linguistik adalah kemampuan untuk menyusun pikiran dengan jelan dan
dapat menerjemahkan dalam bahasa yang lugas. Anak dengan karakteristik ini pandai
menulis cerita, menghafal informasi, dan membaca.

Anak dengan jenis kecerdasan ini cocok menjadi penulis, wartawan, pengacara dan
guru karena ahli dalam:
1. Mengingat informasi tertulis atau lisan
2. Beredebat atau memberikan pidato persuasif
3. Mampu menjelaskan sesuatu dengan baik
4. Menyelipkan humor ketika bercerita
3. Kecerdasan Logis (Matematika)
Kecerdasan logis dapat diartikan sebagai kemampuan nalas yang tinggi. Anak dengan
jenis kecerdasan ini dapat menganalisis masalah secara logis. Mereka berpikir secara
konseptual tentang angka, hubungan, dan pola. Anak yang memiliki bakat di bidang
ini berpotensi menjadi ilmuan, ahli matematika, progammer, insinyur dan akuntan
karena lihai dalam:
1. Keterampilan memecahkan masalah
2. Menemukan solusi dari ide-ide abstrak
3. Senang melakukan eksperimen ilmiah
4. Mampu menyelesaikan perhitungan yang rumit
4. Kecerdasan Kinestik (Jasmani)
Kecerdasan kinestik adalah kemampuan menggerakkan anggota tubuh sesuai dengan
keinginan otak. Anak dengan kemampuan di bidang ini memiliki koordinasi gerak
fisik, mata dan kontrol motorik yang baik. Anak yang memiliki bakat di bidang ini
berpotensi menjadi penari, pembangun, pematung, dan aktor karena lihai dalam:
1. Keterampilan yang membutuhkan oleh fisik
2. Dapat menciptakan karya dengan tangannya
3. Memiliki koordinasi fisik yang sangat baik
4. Mampu mengingat gerakan dengan baik
5. Kecerdasan Musik
Kecerdasan musik adalah kemampuan untuk menikmati, mengamati, membedakan,
mengarang, membentuk, dan mengekspresikan musik. Kecerdasan ini meliputi
kepekaan terhadap melodi, ritme, dan nada dari musik yang didengar. Anak dengan
jenis kecerdasan ini cocok menjadi pemusik, komposer, penyanyi, guru musik, dan
konduktor karena ahli dalam:
1. Bernyanyi dan bermain alat musik
2. Mengenali pola dan nada dengan mudah
3. Mengingat dengan jelas tentang lagu dan melodi

6. Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan dalam berkomunikasi, peka terhadap
emosi orang lain, mudah menyesuaikan diri, memiliki rasa empati yang tinggi dan
suka menolong orang lain. Anak yang memiliki bakat di bidang ini berpotensi
menjadi psikolog, filsuf, konselor, pramuniaga, dan politikus karena lihai dalam:
1. Berkomunikasi dengan baik secara verbal
2. Terampil dalam komunikasi secara nonverbal
3. Mampu melihat situasi dari persepektif yang berbeda
4. Ciptakan hubungan positif dengan orang lain
5. Menyelesaikan konflik secara damai
7. Kecerdasan Intrapersonal
Anak yang memiliki kecerdasan intrapersonal pandai menyadari emosi, perasaan, dan
motivasi diri sendiri. Kecerdasan ini dapat membantu merefleksikan dan
mengevaluasi dirii, serta bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Anak
dengan jenis kecerdasan ini cocok menjadi filsuf, penulis, ahli teori, dan ilmuwan
karena mereka ahli dalam menganalisis kelebihan dan kekurangan diri sendiri dengan
baik.
8. Kecerdasan Naturalistik
Ini menjadi teori terbaru dari Gardner. Menurutnya, anak dengan jenis kecerdasan
naturalistik bisa lebih selaras dengan alam dan seisinya. Mereka sangan peka dan
menyadari perubahan yang terjadi di lingkungannya. Anak yang memiliki bakat di
bidang ini berpotensi menjadi ahli biologi dan konservasionis karena tertarik dalam
bidang:
1. Botani (tumbuh-tumbuhan)
2. Biologi (karakteristik tentang makhluk hidup)
3. Zoologi (ilmu tentang hewan)
2.4 Mengukur Kecerdasan

Sampai saat ini sudah banyak tes intelegensi yang disusun oleh para ahli baik tes
intelegensi untuk anak-anak maupun orang dewasa. Tes ini disajikan secara individual
maupun secara kelompok, tes verbal dan tes performansi, dan tes intelegensi untuk orang
cacat khusus misalnya tuna rungu dan tuna netra.

Beberapa bentuk tes intelegensi antara lain;

a. Tes intelegensi untuk anak-anak (tes Binet, WISC, WPPSI, CPM, CFIT skala 1 & 2,
dan TIKI dasar).

b. Tes intelegensi untuk remaja – dewasa ( TIKI menengah, TIKI tinggi, WAIS, SPM,
APM, CFIT skala 3).

c. Tes intelegensi untuk tuna rungu (SON).

Hasil tes intelegensi pada umumnya berupa IQ (Intelligence Qoutient), namun, ada
juga tes intelegensi yang tidak menghasilkan IQ yaitu berupa tingkat/grade (Raven). Istilah
IQ pertama kali dikemukakan pada tahun 1912 oleh William Stern, seorang ahli psikologi
kebangsaan Jerman. Kemudian oleh Lewis Madison Terman istilah tersebut digunakan secara
resmi untuk hasil tes intelegensi Stanford Binet Intelligence Scale di Amerika Serikat pada
tahun 1916. Perhitungan IQ menurut William Stern menggunakan rasio antara MA dan CA,
dengan rumus IQ = (MA/CA) x 100. MA 25 adalah mental age, CA adalah chronological
age, 100 adalah angka konstan.

Terman dan Merril mengklasifikasikan inteligensi berdasarkan standardisasi tes


inteligensi Stanford Binet tahun 1937, sebagai berikut ;

Klasifikasi IQ
Very Superior 140 ke atas
Superior 120 - 139
High Average 110 – 119
Normal or Average 100 – 109
Low Average 80 – 89
Borderline Defective 60 – 79
Mentally Defective 30 – 69

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari uraian tentang Intelegensi atau Kecerdasan diatas, kita dapat menarik kesimpulan
bahwa kecerdasan adalah kemampuan yang sangat penting bagi manusia dan keadaannya
sangat perlu untuk dikembangkan untuk proses kehidupan manusia. Individu yang memiliki
kecerdasan intelektual mempunyai kemampuan untuk menunjukkan pengetahuan mengenai
masalah yang dihadapi, mengambil keputusan yang tepat, menyelesaikan masalah secara
optimal, menunjukkan fikiran jernih, memiliki kosa kata yang baik, dan membaca dengan
penuh pemahaman. Dari uraian diatas juga kita dapat menyimpulkan bahwa kecerdasan
manusia tidak bisa menjadi patokan akan sukses atau tidaknya seseorang.
3.2 Saran

Semoga makalah ini bisa kita pelajari terutama mengenai memori. Makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik dan saran yang mendukung sangat kami harapkan
terutama dari ibu dosen mata kuliah psikologi umum I dan juga dari teman-teman sekalian
demi tercapainya kesempurnaan dari makalah kami selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Purwanto M.Ed (2010). Intelegensi: Konsep dan Pengukurannya. Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan

Daryanto, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, (Surabaya : Apollo, 2006)

Uswah Wardiana, Psikologi Umum, (Jakarta : Pt. Bina Ilmu, 2004)

Akyas A. Hari, Psikologi Umum Dan Perkembangan, (Jakarta Selatan : Mizan Publika 2004)

T. Safaria, Interpesonal Intelligence : Metode Pengembangan Kecerdasan Interpersonal


Anak, (Yogyakarta : Amara Books, 2005)

Rustam Hanafi, Kecerdasan Spiritual, Kecerdasan Emosional Dan Performa Auditor


(Semarang : Universitas Islam Sultan Agung Semarang)

Rus’an, Spiritual Qoutient (Sq): The Unique Intelligence, (Palu : Jurnal Lentera Pendidikan,
Vol. 16 2013)
Dana Frasetya, Hubungan Antara Tingkat Kecerdasan Intelektual Dan Status Sosial Ekonomi
Orang Tua Dengan Prestasi Belajar Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan Siswa
Kelas VII DI Smp Negeri $ Gamping Tahun Pelajaran 2014/2015, (Skripsi Universitas
Negeri Yogyakarta, 2015)

Triantoro Safaria Dkk, Managemen Emosi : Sebuah Panduan Cerdas Bagaimana Mengelola
Emosi Positif Dalam Hidup Anda, (Jakarta : Bumi Aksara, 2012)

Daniel Goleman, Emosional Intelligence : Mengapa EQ Lebih Penting Dari Pada IQ


(Jakarta : Pt Gramedia Pustaka Utama, 2007)

Simply Psychology (2022): Garrdner’s Theory of Multiple Intelligence

Very Well Mind (2022): Gardner’s Theory Of Multiple Intelligence

Nur’aeni, S.Psi., M.Si. , TES PSIKOLOGI : Tes Intelegensi dan Tes Bakat (Universitas
Perwokerto, 2012)

Anda mungkin juga menyukai