Makalah Psikologi Umum Kel.4
Makalah Psikologi Umum Kel.4
Makalah Psikologi Umum Kel.4
“PERKEMBANGAN INTELEGENSI”
Dosen Pengampu: Cut Ita Zahara, S.Psi., M.Psi
KELAS: 1-B
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan apa yang
kami harapkan.
Adapun maksud dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi apa yang menjadi tugas
kami sebagai mahasiswa psikologi dalam mata kuliah Psikologi Umum I yang membahas
tentang “Perkembangan Intelegensi”.
Atas terselesainya makalah ini tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Cut Ita
Zahara, S.Psi., M.Psi selaku dosen mata kuliah Psikologi Umum I yang telah membimbing
kami selama ini.
Kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kami pribadi dan pembaca
umumnya. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan pengetahuan
kita tentang Perkembangan Intelegensi. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Akhir
kata kami mohon maaf apabila ada kesalahan penulisan atau kata yang kurang berkenan.
Penyusun
Kelompok 4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
1.1 Latar Belakang...................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................6
2.1 Definisi Intelegensi............................................................................................6
2.2 Pengertian Kecerdasan.......................................................................................7
2.2.1 Kecerdasan Intelektual (Intelligence Qoutient).......................................8
2.2.2 Kecerdasan Emosi (Emotional Qoutient)................................................9
2.2.3 Kecerdasan Spiritual (Spiritual Qoutient).............................................10
2.3 Variasi Kemampuan Intelektual.......................................................................10
2.4 Mengukur Kecerdasan.....................................................................................13
BAB III PENUTUP..............................................................................................13
3.1 Kesimpulan......................................................................................................13
3.2 Saran.................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
Pada dasarnya intelegensi bermuara pada psikologis yang terkait dengan status sosial
manusia, faktor lingkungan dan pendidikan tentunya mempunyai pengaruh signifikan terkait
perkembangan intelegensi manusia itu, oleh sebab menganalisis intelegensi dari berbagai
sudut ilmu pengetahuan merupakan dasar untuk mengetahui apa sebenarnya hakikat
intelegensi bagi manusia dan terhadap pendidikan.
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
Terdapat banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli dengan beberapa variasi
perbedaan. Definisi Thornburg, Freeman, dan Robinson & Robinson mempunyai banyak
kesamaan.
Intelegensi didefinisikan sebagai: (1) kapasitas untuk belajar (2) total pengetahuan
yang dicapai seseorang (3) kemampuan beradaptasi secara sukses dengan situasi baru dan
lingkungan pada umumnya.
Menurut Dusek kecerdasan dapat didefinisikan melalui dua jalan yaitu secara
kuantitatif dan kualitatif. Secara kuantitatif, kecerdasan adalah proses belajar untuk
memecahkan masalah yang dapat diukur dengan tes intelegensi, sedangkan secara kualitatif
kecerdasan merupakan suaru cara berpikir dalam membentuk konstruk bagaimana
menghubungkan dan mengelola informasi dari luar yang disesuaikan dengan dirinya. Howard
Gardner berpendapat kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan atau menciptakan
sesuatu yang bernilai bagi budaya tertentu.
Awal abad ke-20, satu-satunya kecerdasan yang dikenal adalah kecerdasan intelektual
adalah suatu kecerdasan yang digunakan untuk berpikir logis-rasional, yaitu cara berpikir
linier yang meliputi kemampuan berhitung, menganalisa sampai mengevaluasi dan
seterusnya. Manusia yang memiliki kecerdasan intelektual tinggi, kecerdasan otaknya
seringkali diperumpamakan dengan kecinggihan ‘kecerdasan’ komputer. Sampai-sampai pola
berpikir kecerdasan intelektual ini merasuk kuat ke dalam ingatan kolektif masyarakat, bahwa
memiliki kecerdasan intelektual tinggi menjamin kesuksesan hidup, dan sebaliknya memiliki
kecerdasan intelektual sedang-sedang saja, apalagi rendah begitu suram masa depannya.
Alhasil, dalam kurun waktu hampi 100 tahun lamanya kecerdasan intelektual
merupakan satu-satunya prameter kecerdasan manusia, sehingga seorang anak yang memiliki
IQ yang tinggi menjadi kebanggaan orang tua, padahal itu tidak menjamin seseorang
berkembang dan sukses dalam hidupnya. Dikarenakan kecerdasan intelektual tidak mengukur
kreativitas, kapasitas emosi, nuansa spirtiual, dan hubungan sosial. Menurut Rober Copper
dalam Taufik Pasiak kecerdasan intelektual hanya menyumbangan sekitar 4 persen bagi
keberhasilan hidup. Paling penting, keberhasilan 90 persen dintentukan oleh kecerdasan-
kecerdasan lain.
Emosi secara etimologi berasal dari kata “e” yang berarti energy dan “motion” yang
berarti getaran. Dalam hal ini, emosi dapat diartikan sebagai suatu energi yang terus bergerak
dan bergetar. Secara terminologi emosi diartikan sebagai setiap kegiatan atau pergolakan
pikiran, perasaan, nafsu dari setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap. Pendapat
lain menyebutkan emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak
menjauh.
Kata ini dapat diartikan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam
emosi. Emosi merujuk pada suatu perasaan yang berkaitan dengan keadaan biologis dan
psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak
Secara etimologis, spiritual, spiritualitas atau spiritualisme berasal dari kata spirit.
Makna dari spirit, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa spirit memiliki
arti semangat, jiwa, sukma dan roh. Dan spiritual diartikan sesuatu yang berhubungan dengan
atau bersifat kejiwaan (jiwa atau rohani). Kecerdasan spiritual adalah semangat atau
dorongan yang sangat kuat yang dimiliki jiwa atau rohani, melalui tatanan moral yang benar-
benar luhur dan agung, dasar bagi tumbuhnya harga diri, nilai-nilai moral, semangat jiwa
seseorang dalam menjalankan kehidupan. Spiritual memberikan arah dan arti bagi kehidupan
manusia tentang kepercayaan tentang adanya kekuatan non-fisik yang lebih besar dari pada
kekuatan manusia.
Anak dengan jenis kecerdasan ini cocok menjadi penulis, wartawan, pengacara dan
guru karena ahli dalam:
1. Mengingat informasi tertulis atau lisan
2. Beredebat atau memberikan pidato persuasif
3. Mampu menjelaskan sesuatu dengan baik
4. Menyelipkan humor ketika bercerita
3. Kecerdasan Logis (Matematika)
Kecerdasan logis dapat diartikan sebagai kemampuan nalas yang tinggi. Anak dengan
jenis kecerdasan ini dapat menganalisis masalah secara logis. Mereka berpikir secara
konseptual tentang angka, hubungan, dan pola. Anak yang memiliki bakat di bidang
ini berpotensi menjadi ilmuan, ahli matematika, progammer, insinyur dan akuntan
karena lihai dalam:
1. Keterampilan memecahkan masalah
2. Menemukan solusi dari ide-ide abstrak
3. Senang melakukan eksperimen ilmiah
4. Mampu menyelesaikan perhitungan yang rumit
4. Kecerdasan Kinestik (Jasmani)
Kecerdasan kinestik adalah kemampuan menggerakkan anggota tubuh sesuai dengan
keinginan otak. Anak dengan kemampuan di bidang ini memiliki koordinasi gerak
fisik, mata dan kontrol motorik yang baik. Anak yang memiliki bakat di bidang ini
berpotensi menjadi penari, pembangun, pematung, dan aktor karena lihai dalam:
1. Keterampilan yang membutuhkan oleh fisik
2. Dapat menciptakan karya dengan tangannya
3. Memiliki koordinasi fisik yang sangat baik
4. Mampu mengingat gerakan dengan baik
5. Kecerdasan Musik
Kecerdasan musik adalah kemampuan untuk menikmati, mengamati, membedakan,
mengarang, membentuk, dan mengekspresikan musik. Kecerdasan ini meliputi
kepekaan terhadap melodi, ritme, dan nada dari musik yang didengar. Anak dengan
jenis kecerdasan ini cocok menjadi pemusik, komposer, penyanyi, guru musik, dan
konduktor karena ahli dalam:
1. Bernyanyi dan bermain alat musik
2. Mengenali pola dan nada dengan mudah
3. Mengingat dengan jelas tentang lagu dan melodi
6. Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan dalam berkomunikasi, peka terhadap
emosi orang lain, mudah menyesuaikan diri, memiliki rasa empati yang tinggi dan
suka menolong orang lain. Anak yang memiliki bakat di bidang ini berpotensi
menjadi psikolog, filsuf, konselor, pramuniaga, dan politikus karena lihai dalam:
1. Berkomunikasi dengan baik secara verbal
2. Terampil dalam komunikasi secara nonverbal
3. Mampu melihat situasi dari persepektif yang berbeda
4. Ciptakan hubungan positif dengan orang lain
5. Menyelesaikan konflik secara damai
7. Kecerdasan Intrapersonal
Anak yang memiliki kecerdasan intrapersonal pandai menyadari emosi, perasaan, dan
motivasi diri sendiri. Kecerdasan ini dapat membantu merefleksikan dan
mengevaluasi dirii, serta bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Anak
dengan jenis kecerdasan ini cocok menjadi filsuf, penulis, ahli teori, dan ilmuwan
karena mereka ahli dalam menganalisis kelebihan dan kekurangan diri sendiri dengan
baik.
8. Kecerdasan Naturalistik
Ini menjadi teori terbaru dari Gardner. Menurutnya, anak dengan jenis kecerdasan
naturalistik bisa lebih selaras dengan alam dan seisinya. Mereka sangan peka dan
menyadari perubahan yang terjadi di lingkungannya. Anak yang memiliki bakat di
bidang ini berpotensi menjadi ahli biologi dan konservasionis karena tertarik dalam
bidang:
1. Botani (tumbuh-tumbuhan)
2. Biologi (karakteristik tentang makhluk hidup)
3. Zoologi (ilmu tentang hewan)
2.4 Mengukur Kecerdasan
Sampai saat ini sudah banyak tes intelegensi yang disusun oleh para ahli baik tes
intelegensi untuk anak-anak maupun orang dewasa. Tes ini disajikan secara individual
maupun secara kelompok, tes verbal dan tes performansi, dan tes intelegensi untuk orang
cacat khusus misalnya tuna rungu dan tuna netra.
a. Tes intelegensi untuk anak-anak (tes Binet, WISC, WPPSI, CPM, CFIT skala 1 & 2,
dan TIKI dasar).
b. Tes intelegensi untuk remaja – dewasa ( TIKI menengah, TIKI tinggi, WAIS, SPM,
APM, CFIT skala 3).
Hasil tes intelegensi pada umumnya berupa IQ (Intelligence Qoutient), namun, ada
juga tes intelegensi yang tidak menghasilkan IQ yaitu berupa tingkat/grade (Raven). Istilah
IQ pertama kali dikemukakan pada tahun 1912 oleh William Stern, seorang ahli psikologi
kebangsaan Jerman. Kemudian oleh Lewis Madison Terman istilah tersebut digunakan secara
resmi untuk hasil tes intelegensi Stanford Binet Intelligence Scale di Amerika Serikat pada
tahun 1916. Perhitungan IQ menurut William Stern menggunakan rasio antara MA dan CA,
dengan rumus IQ = (MA/CA) x 100. MA 25 adalah mental age, CA adalah chronological
age, 100 adalah angka konstan.
Klasifikasi IQ
Very Superior 140 ke atas
Superior 120 - 139
High Average 110 – 119
Normal or Average 100 – 109
Low Average 80 – 89
Borderline Defective 60 – 79
Mentally Defective 30 – 69
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian tentang Intelegensi atau Kecerdasan diatas, kita dapat menarik kesimpulan
bahwa kecerdasan adalah kemampuan yang sangat penting bagi manusia dan keadaannya
sangat perlu untuk dikembangkan untuk proses kehidupan manusia. Individu yang memiliki
kecerdasan intelektual mempunyai kemampuan untuk menunjukkan pengetahuan mengenai
masalah yang dihadapi, mengambil keputusan yang tepat, menyelesaikan masalah secara
optimal, menunjukkan fikiran jernih, memiliki kosa kata yang baik, dan membaca dengan
penuh pemahaman. Dari uraian diatas juga kita dapat menyimpulkan bahwa kecerdasan
manusia tidak bisa menjadi patokan akan sukses atau tidaknya seseorang.
3.2 Saran
Semoga makalah ini bisa kita pelajari terutama mengenai memori. Makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik dan saran yang mendukung sangat kami harapkan
terutama dari ibu dosen mata kuliah psikologi umum I dan juga dari teman-teman sekalian
demi tercapainya kesempurnaan dari makalah kami selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Purwanto M.Ed (2010). Intelegensi: Konsep dan Pengukurannya. Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan
Akyas A. Hari, Psikologi Umum Dan Perkembangan, (Jakarta Selatan : Mizan Publika 2004)
Rus’an, Spiritual Qoutient (Sq): The Unique Intelligence, (Palu : Jurnal Lentera Pendidikan,
Vol. 16 2013)
Dana Frasetya, Hubungan Antara Tingkat Kecerdasan Intelektual Dan Status Sosial Ekonomi
Orang Tua Dengan Prestasi Belajar Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan Siswa
Kelas VII DI Smp Negeri $ Gamping Tahun Pelajaran 2014/2015, (Skripsi Universitas
Negeri Yogyakarta, 2015)
Triantoro Safaria Dkk, Managemen Emosi : Sebuah Panduan Cerdas Bagaimana Mengelola
Emosi Positif Dalam Hidup Anda, (Jakarta : Bumi Aksara, 2012)
Nur’aeni, S.Psi., M.Si. , TES PSIKOLOGI : Tes Intelegensi dan Tes Bakat (Universitas
Perwokerto, 2012)