Makalah Etika Dalam Penelitian

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ETIKA DALAM PENELITIAN

Mata Kuliah : Metode Penelitian Pendidikan Anak Usia Dini

Dosen Pengampuh:
M. Iksan Kahar, S.Pd.I.,M.Pd.

Disusun Oleh:

Kelompok 1

Nurul Indah Chairunnisa (211050019)


Nurfadilla M. Lamuke (211050020)
Ashari S. Hamadi ( 211050021 )
Eva Nursafitri ( 211050022 )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI DATOKARAMA PALU
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayah kepada kita semua, sehingga berkat Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah
etika penelitian tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih
kepada semua teman yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis hanya
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi diri sendiri maupun kepada pembaca
umumnya.
Penulis menyadari dengan keterbatasan yang kami miliki sebagai manusia biasa, namun
karena tugas ini adalah amanah, maka tersusunlah hasil pemikiran kami yang mungkin masih
jauh dari satu kesempurnaan untuk itu kami mengharapkan kritik dan pesan demi
menyempurnakan makalah ini.

Palu, 15 maret 2023

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ..............................................................................................................................................


KATA PENGANTAR

2
DAFTAR ISI ..............................................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................................
A. Latar Belakang 4

B. Rumusan Masalah 4

C. Tujuan Penulisan..............................................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................................................
A. Definisi Etika Penelitian 6

B. Prinsip Dasar dan Kaidah Etika Penelitian 7

C. Fungsi Penelitian dan Etika 9

D. Etika Penelitian Kesehatan 9

E. Etika dan Kualitas Data Penelitian 12

F. Pelanggaran Etika Penelitian 13

BAB III PENUTUP....................................................................................................................................................


A. Kesimpulan 15

B. Saran 15

DAFTAR PUSTAKA 16

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah mahluk sosial yang selalu berinteraksi secara terus menerus terhadap
diri sendiri, keluarga dan lingkungan masyarakat. Dalam berinteraksi dengan manusia lain
ada peraturan, norma-norma dan kaidah yang telah dibuat oleh diri sendiri maupun norma
yang telah disepakati bersama, baik itu peraturan tertulis mau pun peraturan yang tidak
tertulis. Salah satu bentuk peraturan adalah etika. Ada etika bagaimana seorang anak
berperilaku kepada orang tuanya, Ada etika yang mengatur bagaimana seorang dosen
mengajar dengan baik dan benar kepada mahasiswanya, begitu pula mahasiswa berperilaku
kepada dosennya, dan ada etika bagaimana polisi harus memperlakukan seorang pelaku
kriminal kejahatan. Ketidaktahuan seorang akan etika inilah yang sering lalai membuat
benturan-benturan. Atau, mereka tahu, namun masing-masing memakai etika yang berbeda.
Manusia adalah mahluk ciptaan tuhan yang paling agung dan sempurna, yang dilengkapi
dengan peralatan jasmaniah dan rohaniah. Salah satu yang membedakan manusia dengan
mahluk yang lainnya adalah manusia diberikan akal, budi, dan hati nurani, selain seperangkat
naluri.
Bila suatu ketika seorang peneliti dihadapkan pada suatu situasi dan ia harus
memutuskan sesuatu apa yang harus ia lakukan, seorang peneliti akan berpikir mengenai baik
dan buruknya, untung dan ruginya, serta boleh tidaknya tindakan itu ia lakukan. Pada saat
itulah mekanisme peralatan rohaniah seorang peneliti berjalan. Seorang peneliti harus
berfikir secara ilmiah, berpikir ilmiah menurut Poedjawijatna sebagaimana yang dikutip oleh
Vardiansyah (2005) ada empat cara berfikir ilmiah diantaranya adalah objektif, metodis,
sistematis dan universal. Sementara itu menurut Jac tidak memiliki risiko yang dapat
merugikan atau membahayakan subjek penelitian, namun peneliti perlu mempertimbangkan
aspek sosioetika menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan.

B. Rumusan Masalah

4
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah:
1. Apa definisi dari etika penelitian?
2. Apa prinsip dasar dan kaidah etika penelitian?
3. Apa fungsi penelitian dan etika?
4. Bagaimana etika penelitian kesehatan?
5. Bagaimana etika dan kualitas data penelitian?
6. Apa saja pelanggaran dalam etika penelitian?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui definisi etika penelitian.
2. Mengetahui prinsip dasar dan kaidah etika penelitian.
3. Mengetahui fungsi penelitian dan etika.
4. Mengetahui etika penelitian kesehatan.
5. Mengetahui etika dan kualitas data penelitian.
6. Mengetahui pelanggaran dalam etika penelitian.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Etika Penelitian


Hampir semua aspek dalam bisnis, disiplin ilmu, serta penelitian mengharapkan
pelakunya berperilaku etis dalam melaksanakan aktivitasnya atau beretika dalam bekerja.
Istilah etika pada dasarnya berasal dari bahasa yunani ethos (tunggal) atau etha (jamak) yang
mengandung arti antara lain: kebiasaan, perasaan, watak, adat dan cara berfikir. Istilah etika
bila ditinjau dari aspek etimologis memiliki makna kebiasaan dan peraturan perilaku yang
berlaku dalam masyarakat. Menurut pandangan Sastrapratedja (2004), dalam konteks filsafat
merupakan refleksi filsafat atas moralitas publik sehingga etika disebut pula sebagai filsafat
moral. Dalam kamus bahasa Indonesia karangan Poerwadarminta (1953) menyatakan etika
atau akhlak adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, tentang hak dan
kewajiban orang dalam kelompok sosial. Etika membantu manusia untuk melihat secara
kritis moralitas yang dihayati dalam suatu masyarakat, etika juga membantu kita dalam
merumuskan pedoman etis yang kuat dan norma-norma baru yang dibutuhkan karena adanya
perubahan yang dinamis dalam tata kehidupan dalam suatu masyarakat. Sedangkan etika
dalam ranah penelitian lebih merujuk pada prinsip-prinsip etis yang diterapkan dalam
kegiatan penelitian. Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa etika adalah
ilmu atau pengetahuan yang membahas manusia, terkait dengan perilakunya terhadap
manusia lain atau sesama manusia.
Moral atau moralitas terkait dengan tindakan seseorang benar atau salah. Sebaliknya,
etika merupakan studi tindakan tentang moral atau sistem yang mengikutinya. Etika
mencakup norma atau standar perilaku yang memberi pedoman pilihan moral perilaku dan
hubungan kita dengan orang pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bermuara
kepada kesejahteraan umat manusia. Dalam kegiatan penelitian tidak akan terlepas terjadinya
hubungan atau relasi antara pihak-pihak yakni pihak peneliti dengan pihak subjek yang
peneliti dengan pihak subjek yang diteliti. Dalam penelitian kesehatan, khususnya penelitian
kesehatan masyarakat, subjek penelitian tersebut adalah manusia.

6
Kode etik peneliti adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap kegiatan
penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti ( subjek penelitian ) dan
masyarakat yang akan memperoleh dampak hasil penelitian tersebut. Etika peneliti ini
mencakup juga perilaku peneliti atau perilakuan peneliti terhadap subjek penelitian serta
sesuatu yang dihasilkan oleh peneliti bagi masyarakat. Pengertian peneliti di sini adalah
seseorang yang karena pendidikan dan kewenangannya memiliki kemampuan untuk
melakukan investigasi ilmiah dalam suatu bidang keilmuan tertentu, dan atau keilmuan yang
bersifat lintas disiplin. Sedangkan subjek yang diteliti adalah orang yang menjadi sumber
informasi, baik masyarakat awam atau professional berbagai bidang, utamanya professional
bidang kesehatan.
Di dalam penelitian, etika adalah jaminan agar tidak ada seorang pun yang dirugikan
atau memperoleh dampak negatif kegiatan penelitian, misalnya pelanggaran terhadap
persetujuan publikasi hasil penelitian, kerahasiaan, salah penyajian hasil temuan, besarnya
biaya penelitian, dan sebagainya. Pada penelitian survei, peneliti tidak boleh melupakan hak-
hak responden yang harus dilindungi saat pengumpulan data. Peneliti perlu mempersiapkan
instrumen penelitian yag dapat menghindarkan responden dari rasa takut, gelisah, malu,
menderita fisik, dan kehilangan kebebasan pribadi. Peneliti perlu pula mendapatkan
peretujuan resmi dari responden mengenai rancangan penelitian, tujuan, dan alasan
penelitian. Bagi penelitian bidang bisnis, persetujuan cukup secara lisan, tetapi tidak
demikian halnya dengan jenis penelitian medis, psikologi, atau penelitian dengan responden.

B. Prinsip Dasar dan Kaidah Etika Penelitian


Peneliti dalam melaksanakan seluruh kegiatan penelitian harus memegang teguh
sikap ilmiah ( scientific attitude) serta menggunakan prinsip-prinsip etika penelitian.
Meskipun intervensi yang dilakukan dalam penelitian tidak memiliki risiko yang dapat
merugikan atau membahayakan subyek penelitian, namun peneliti perlu mempertimbangkan
aspek sosioetika dan menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan. Secara garis besar,
etika penelitian memiliki berbagai macam prinsip, namun terdapat beberapa prinsip utama
yang perlu dipahami oleh peneliti, yaitu : menghormati harkat dan martabat manusia,
menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian, keadilan dan inklusivitas, dan

7
memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan, Milton (1999); Loisella, Profetto-
McGrath, Polit & Beck, (2004) yakni:
1. Prinsip pertama, peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subyek untuk mendapatkan
informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian serta memiliki kebebasan
menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk berpartisipasi dalam kegiatan
penelitian. Beberapa tindakan yang terkait dengan prinsip menghormati harkat dan
martabat manusia, adalah peneliti mempersiapkan formulir persetujuan subyek yang
terdiri atas :
a. Penjelasan manfaat penelitian
b. Penjelasan kemungkinan risiko dan ketidaknyamanan yang dapat ditimbulkan.
c. Penjelasan manfaat yang akan didapatkan.
d. Persetujuan peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan subyek
berkaitan dengan prosedur penelitian.
e. Persetujuan subyek dapat mengundurkan diri kapan saja.
f. Jaminan anonimitas dan kerahasiaan.
Namun kadangkala, formulir persetujuan subyek tidak cukup memberi subyek. Kelemahan
tersebut dapat diantisipasi dengan adanya prosedur penelitian.

2. Prinsip kedua, setiap manusia memiliki hak-hak dasar individu termasuk privasi dan
kebebasan individu. Pada dasarnya penelitian akan memberikan akibat terbukanya
informasi individu termasuk informasi yang bersifat pribadi. Sedangkan, tidak semua
orang menginginkan informasinya diketahui oleh orang lain, sehingga peneliti perlu
memperhatikan hak-hak dasar individu tersebut. Dalam implementasinya, peneliti tidak
boleh menampilkan informasi identitas baik nama maupun alamat asal subyek dalam
kuesioner dan alat ukur apapun untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek. Peneliti
dapat menggunakan koding sebagai pengganti identitas responden.
3. Prinsip ketiga, yaitu prinsip keadilan memiliki konotasi keterbukaan dan keadilan. Untuk
memenuhi prinsip keterbukaan, penelitian dilakukan secara jujur, hati-hati, profesional,
berperikemanusiaan, dan psikologis serta perasaan yang religius subyek penelitian.
Keadilan memiliki bermacam-macam teori, namun yang terpenting adalah bagaimana
keuntungan dan beban harus didistribusikan diantara anggota kelompok public. Prinsip

8
keadilan menekankan sejauh mana kebijakan penelitian membagikan keuntungan dan
beban secara merata atau menurut kebutuhan, kemampuan, kontribusi pilihan public.
C. Fungsi Penelitian dan Etika
Seperti telah diuraikan dalam bagian lain dalam buku ini, bahwa penelitian di
samping sebagai proses pengembangan ilmu, tetapi juga sebagai produk ilmu itu sendiri: oleh
karena itu, sebuah penelitian mempunyai fungsi ganda, yakni:
1. Fungsi Akademik (Teoretis)
Sebuah penelitian seberapa kecil apapun harus mempunyai funsi teoretis bagi
pengembangan ilmu yang bersangkutan. Penelitian di bidang kesehatan hasilnya jelas
secara akademik merupakan pencerahan ilmu kesehatan. Dengan perkataan lain, hasil
atau temuan sebuah penelitian apa pun merupakan tambahan khasanah ilmu pengetahuan.
2. Fungsi Terapan (Aplikatif)
Bidang ilmu apapun, sebenarnya mempunyai aspek teori dan aspek aplikatif atau
penerapannya bagi kesejahteraan masyarakat. Demikian pula kesehatan atau kesehatan
masyarakat adalah ilmu ( science) dan seni (art ). Oleh sebab itu, penelitian di bidang
apapun bukan sekadar membuktikan teori atau memperoleh teori baru, tetapi juga harus
mempunyai implikasinya terhadap program peningkatan kesejahteraan masyarakat,
termasuk program kesehatan masyarakat. Hal ini dimaksudkan bahwa hasil atau temuan
sebuah penelitian, di samping menambah khasanah ilmu pengetahuan seperti disebutkan
di atas, juga dapat merupakan masukan bagi pengembangan program-program, khususnya
program kesehatan masyarakat. Inilah yang dimaksud bahwa penelitian itu juga
mempunyai fungsi terapan atau aplikatif, samping fungsi teoretis. Hasil sebuah penelitian,
meskipun menemukan teori yang muluk-muluk, tetapi tidak dapat digunakan untuk
perbaikan program, maka dapat dikatakan bahwa penelitianbmerupakan sarana atau cara
untuk memperoleh masukan atau input bagi perencanaan atau pengembangan program
atau alternatif pemecahan masalah, termasuk masalah kesehatan.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian harus dapat memenuhi
dua fungsi atau peranan ini: pengembangan ilmu dan pengembangan kesejahteraan
masyarakat . Apabila penelitian tidak memenuhi salah satu fungsi tersebut, apalagi kedua-
duanya maka penelitian tersebut dapat dikatakan penelitian yang tidak etis.

9
D. Etika Penelitian Kesehatan
Penelitian kesehatan masyarakat pada khususnya menggunakan manusia sebagai
objek yang diteliti di satu sisi dan di sisi lain manusia sebagai peneliti atau yang melakukan
penelitian. Maka dalam pelaksanaan penelitian kesehatan khususnya, harus diperhatikan
hubungan antara kedua belah pihak ini secara etika atau yang disebut etika penelitian.
Adapun status hubungan antara peneliti dengan yang diteliti dalam konteks ini adalah
masing-masing pihak mempunyai hak dan kewajibannya. Hak-hak dan kewajiban ini harus
diakui dan dihargai oleh masing-masing pihak tersebut.
1. Hak dan kewajiban responden:
Hak-hak responden
a. Hak untuk dihargai privacy-nya.
Privacy adalah hak setiap orang. Semua orang mempunyai hak untuk memperoleh
privacy atau kebebasan pribadinya. Demikian pula responden sebagai objek
penelitian di tempat kediamannya masing-masing. Seorang tamu, termasuk peneliti
atau pewawancaranya yang datang ke rumahnya, lebih-lebih menyita waktunya
untuk diwawancarai, jelas merampas privacy orang atau responden tersebut.
b. Hak untuk merahasiakan informasi yang diberikan.
Informasi yang akan diberikan oleh responden adalah miliknya
sendiri. Tetapi karena diperlukan dan diberikan kepada peneliti atau pewawancara,
maka kerahasiaan informasi tersebut perlu dijamin oleh peneliti. Apabila informasi
tersebut kemudian diberikan kepada peneliti dan kemudian diolahnya maka
bentuknya bukan informasi individual dari orang per orang dengan nama tertentu,
tetapi dalam bentuk agregat atau kelompok responden.
c. Hak memperoleh jaminan keamanan atau keselamatan akibat dari informasi yang
diberikan. Apabila informasi yang diberikan itu membawa dampak terhadap
keamanan atau keselamatan bagi dirinya atau keluarganya maka peneliti harus
bertanggungjawab terhadap akibat tersebut.
d. Hak memperoleh imbalan atau kompensasi.
Apabila semua kewajiban telah dilakukan, dalam arti telah memberikan informasi
yang diperlukan oleh peneliti atau pewawancara, responden berhak menerima
imbalan kompensasi dari pihak pengambil data atau informasi.

10
Kewajiban responden:
Setelah adanya inform concent dari responden atau informan, artinya responden sudah
mempunyai keterikatan dengan peneliti atau pewawancara berupa kewajiban responden
untuk memberikan informasi yang diperlukan peneliti. Tetapi selama belum ada inform
concent , responden tidak ada kewajiban apapun terhadap peneliti atau pewawancara.
2. Hak dan kewajiban peneliti atau pewawancara
Hak peneliti:
Bila responden bersedia diminta informasinya (menyetujui inform concent ), peneliti
mempunyai hak memperoleh informasi yang diperlukan sejujur-jujurnya dan
selengkap-lengkapnya dari responden atau informan. Apabila hak ini tidak diterima
dari responden, dari arti responden menyembunyikan informasi yang diperlukan, maka
responden perlu diingatkan kembali terhadap inform concent yang telah diberikan
Kewajiban peneliti:
a. Menjaga privacy responden:
dari responden harus menjaga privacy mereka. Untuk itu peneliti atau
pewawnacara harus menyesuaikan diri dengan responden tentang waktu dan tempat
dilakukannya wawancara atau pengambilan data, sehingga responden tidak merasa
diganggu privacy-nya.
b. Menjaga kerahasiaan responden:
Informasi atau hal-hal yang terkait dengan responden harus dijaga kerahasiaannya.
Peneliti atau pewawancara tidak dibenarkan untuk menyampaikan kepada orang
lain tentang apa pun yang diketahui oleh peneliti tentang responden di luar untuk
kepentingan atau mencapai tujuan penelitian.
c. Memberikan kompensasi:
Apabila informasi yang diperlukan telah diperoleh dari responden atau informan
maka peneliti atau pewawancara juga memenuhi kewajibannya. Kewajiban peneliti
atau pewawancara seyogianya bukan sekadar ucapan terima kasih saja kepada
responden. Tetapi diwujudkan dalam bentuk penghargaan yang lain, misalnya
berupa kenang-kenangan atau apapun sebagai apresiasi peneliti terhadap responden
atau informan yang telah mengorbankan waktu, pikiran, mungkin tenaga dalam
rangka memberikan informasi yang diperlukan peneliti atau pewawancara.

11
E. Etika dan Kualitas Data Penelitian
Agar kita sebagai peneliti atau pewawancara memahami pentingnya memperlakukan
responden dalam rangka memperoleh kualitas informasi yang baik dan akurat, maka perlu
menyadari bahwa dalam pengambilan data atau informasi kepada responden akan
menimbulkan ketidaknyamanan responden. Ketidaknyamanan tersebut dapat diidentifikasi
sebagai berikut :
1. Terganggunya Privacy
Pasti tidak akan menerimanya begitu saja seperti anggota keluarga. Mereka akan berusaha
untuk berpenampilan selayaknya menerima tamu, dan menyediakan temapat duduk yang
layak, dan sebagainya.
2. Terganggunya Kegiatan atau Pekerjaan
Pengambilan data atau wawancara terhadap responden, baik di rumah maupun di tempat
kerja sudah pasti akan menyita waktu informan atau responden. Bukan saja menyita waktu
responden, tetapi hal ini berarti juga responden harus meninggalkan kegiatan atau
pekerjaannya untuk sementara waktu. Terlebih lagi bila responden tersebut ibu rumah
tangga yang sedang menyiapkan masakan buat keluarga, diamping mengasuh anak dan
sebagainya. Tentu saja hal itu mengganggu sekali bagi responden atau ibu tersebut.
3. Berfikir atau Berusaha Sebaik Mungkin untuk Menjawab Pertanyaan ataubMemberikan
informasi
Dalam menjawab pertanyaan atau memberikan informasi, kadang-kadang responden tidak
secara spontan atau terlontar apa adanya. Responden memerlukan waktu untuk berfikir,
mengingat, dan sebagainya. Lebih-lebih kalau pertanyaan atau informasi yang harus
diberikan berupa pengetahuan atau pendapatnya terhadap suatu fenomena kehidupan,
misalnya penyakit, gizi atau makanan, pelayanan kesehatan, dan sebagainya.
4. Kemungkinan Munculnya Rasa Emosional yang Pernah Dialami pada Waktu yang Lalu
Dalam penelitian, khususnya penelitian kesehatan sering ditanyakan tentang penyakit-
penyakit yang pernah dialami, atau dialami oleh responden atau keluarga, tentang
kematian yang dialami oleh anggota keluarga, dan sebagainya. Pertanyaan-pertanyaan
semacam itu, terutama pertanyaan masalah kematian sudah barang tentu akan membuka
lama. Pada waktu menjawab atau menanggapi pertanyaan ini ada yang tidak

12
menyenangkan tersebut belum lama terjadi, atau melalui suatu kejadian yang sangat
traumatis (misalnya kecelakaan).
5. Peneliti dengan Melakukan Tindakan Invasif
Kadang-kadang suatu penelitian, pengambilan data atau informasinya melalui tindakan
invasive misalnya pengambilan sampel darah, memasukkan sesuatu kedalam tubuh
misalnya (inplan) atau percobaan alat tertentu. Pada penelitian dengan tindakan invasive
semacam ini sudah barang tentu terjadi ketidakenakan fisik (rasa sakit) bagi responden.

F. Pelanggaran Etika Penelitian


Etika penelitian akademik diperlukan mencegah/mengatasi pelanggaran- pelanggaran
ilmiah ( scientific misconduct ). Seorang peneliti tidak boleh melakukan penipuan dalam
menjalankan proses penelitian. Semua sistem etika melarang penipuan seperti ini.
Pelanggaran ilmiah yang bisa terjadi pada seorang peneliti adalah:
a. Fabrikasi ( fabrication)
Fabrikasi didefinisikan sebagai rekaman atau presentasi (dalam format apapun) yang
menggunakan data fiksi (Sastrapratedja, 2009). Fabrikasi merupakan bentuk
pelanggaran yang paling mencolok dari pelanggaran yang akan mempengaruhi
kebenaran (Martono, 2015). Fabrikasi ini bisa berupa pemalsuan data dan metode
penelitian. Fabrikasi sering terjadi dikarenakan adanya keinginan untuk memenuhi
target, keterbatasan waktu, keterbatasan biaya, atau adanya persaingan antar peneliti
bisa dilakukan secara keseluruhan (berupa salinan atau terjemahan dari makalah orang
lain yang telah diterbitkan), atau lebih terbatas (mengambil dan memasukkan bagian
tulisan orang lain ke dalam tulisan tanpa referensi).
b. Pemalsuan/Manipulasi data ( falsification)
Ada beberapa penulis yang menyebut falsification sebagai research fraud . Seorang
peneliti dilarang memalsukan/memanipulasi data atau prosedur untuk menghasilkan
hasil sesuai dengan keinginan peneliti.
d. Kepenulisan (authorship)
Kepenulisan perlu diperhatikan dengan baik denganmemperhatikan tata penulisan
ilmiah.
e. Kemubaziran (redundant )

13
Kemubaziran di sini terjadi karena adanya publikasi yang berulang-ulang. Seorang
peneliti kembali mempublikasikan suatu bagian dari tulisan yang sudah pernah
dipublikasikan.
f. Publikasi duplikat (duplicate publication)
Publikasi duplikat diartikan sebagai publikasi sebuah artikel identik atau tumpang
tindih substansial dengan sebuah artikel sudah diterbitkan. Publikasi duplikat ini dapat
diklasifikasikan sebagai plagiarisme diri.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada prinsipnya sebab-sebab orang melakukan kegiatan penelitian selain untuk
memenuhi rasa ingin tahu terhadap sebuah gejala atau peristiwa juga untuk memecahkan
masalah secara ilmiah dan dapat diterima dengan logika kemanusiaan. Etika penelitian
adalah suatu ukuran dari tingkah laku dan perbuatan yang harus dilakukan oleh seorang
peneliti dalam memperoleh data-data penelitiannya yang disesuaikan dengan adat istiadat
serta kebiasaan masyarakat ditempat ia meneliti.Dalam penelitian kualitatif, salah satu
utamanya adalah orang sebagai alat/instrument untuk mengumpulkan data. Ini dapat
dilakukan dalam pengamatan berperan serta, wawancara mendalam, pengumpulan dokumen,
foto, dan sebagainya.
Persoalan etika akan timbul apabila peneliti tidak menghormati, tidak mematuhi,dan
tidak mengindahkan nilai-nilai masyarakat dan pribadi tersebut. Sementara si peneliti tetap
berpegang teguh pada latar belakang, norma, adat, kebiasaan, dan kebudayaannya sendiri
dalam menghadapi sebuah situasi dan konteks latar penelitiannya tersebut. Penting untuk
menjaga hubungan antara peneliti dan pihak yang diteliti yang merupakan kunci penting
keberhasilan penelitian, dan diperlukan kepekaan,keterampilan, dan juga seni untuk dapat
memasuki lingkungan budaya yang akan diteliti. Kemampuan untuk berempati dan bergaul
dengan orang lain jelas merupakan modal penting.

B. Saran
Setelah membaca tulisan ini diharapkan pembaca dapat memahami dan
mengaplikasikan etika penelitian terutama di bidang kesehatan masyarakat.

15
DAFTAR PUSTAKA

Coughlin S. Steven, Beauchamp L. Tom. 1996. Ethics and Epidemiology.: NewYork : Oxford
Universty Press.

Hanafiah M Jusuf, Amri amir. 1999. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan Jakarta:
Kedokteran EGC.

Kleinbaum, David, dkk. 1982. Epidemiologic Research. United states of America: Lifetime
Learning Publications.

Neuman W. Lawrence. 1997. Social Reasearch Methods. Singapore: University of wisconsian at


whitewater.

Notoadmojo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Pasolong Harbani. 2013. Metode Penelitian Administrasi Publik . Bandung : Alfabeta.

Usman Husain, Akbar Purnomo Setiady. 2000. Metodologi Penelitian sosial . Jakarta: Bumi
Aksara.

Sumarni, Murti. 2006. Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: CV Andi OFFSET.

Swarjana Ketut. 2013. Metodologi Peelitian Kesehatan. CV Andi OFFSET : Yogyakarta.

WHO. 1992. Health Research Methodology. WHO : Manila.

16

Anda mungkin juga menyukai