Rici Hardin Hulu
Rici Hardin Hulu
Rici Hardin Hulu
PENDAHULUAN
Sawi (Brassica juncea L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang berperan
penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat di Indonesia.Tanaman sawi bukan asli dari
Indonesia, namun pengembangan komoditas tanaman berpola agribisnis dan agroindustri telah
dapat dikategorikan sebagai salah satu sumber pendapatan dalam sektor pertanian di Indonesia
(Anjeliza, 2013).
manfaat, dalam arti tanaman mudah didapat dan tersedia setiap saat, harganya yang murah serta
dapat diolah sebagai sayuran atau lalapan dalam bentuk masak.Beberapa alasan tanaman sawi
disukai sebagai tanaman sayuran adalah tanaman sawi memiliki kandungan gizi yang tinggi
dengan kandungan kalsium, asam fosfat dan magnesium yang tinggi (Bernard, 2010).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia menyebutkan bahwa produktivitas sawi
rata-rata pada tahun 2013 adalah 10,10 ton/ha dan total produksinya adalah 635.728 ton dan
kemudian pada 2014 mengalami penurunan dengan jumlah rata-rata produktivitas yaitu 9,91
ton/ha sedangkan total produksinya adalah 602,468 ton. Bertambahnya jumlah penduduk tiap
tahunnya yakni pada tahun 2014 dengan jumlah 240 juta jiwa maka dengan jumlah tersebut
menjelaskan bahwa produksi sawi di Indonesia masih rendah dari syarat minimum yang
Statistik Provinsi Sumatera Utara (2014) produksi sawi selama periode tahun 2013-2014
mengalami penurunan dimana pada tahun 2013 jumlah produksi sawi adalah 69.820 ton dan
pada tahun 2014 jumlah produksi sawi adalah 63.032 ton, turun 6,788 tondan dari hasil tersebut
masih belum mencukpi kebutuhan sesuai dengan rekomendasi FAO. Untuk memenuhi
meningkatnya pertambahan jumlah penduduk dan konsumsi per kapita, pada sisi lainsebagian
masyarakat juga menginginkan produk hortikultura yang lebih berkualitas yang dominan
didapatkan dari hasil impor. Apabila kondisi ini terus berlangsung maka Indonesia akansangat
tergantung dari produk impor. Hal tersebut terjadi karena pertanian saat ini masih bersifat
konvensional dan tidak memperhatikan teknik budidaya yang baik, teknologi juga masih kurang
diterapkan oleh para petani, sehingga kualitas produksi yang dihasilkan masih tergolong
rendah.Selain itu, perkembangan industri semakin maju pesat, sehingga banyak menggeser lahan
Untuk mengatasi hal tersebut di atas maka perlu dilakukan budidaya yang baik yaitu
dengan caraintensifikasi pertanian dengan teknik budidaya yang modren dan baik, salah satu
teknik yang baik adalah teknik budidaya hidroponik. Sistem hidroponik merupakan cara
produksi tanaman yang sangat efektif, karena dengan sistem budidaya ini dapat dilakukan di
daerah perkotaan seperti pekarangan rumah, kantor dan lain sebagainya. Sistem ini dapat
dilakukandengan alasan bahwa jika tanaman diberi kondisi pertumbuhan yang optimal, maka
potensi maksimum unrtuk berproduksi dapat tercapai. Selain itu, pada sistem hidroponik
pengaruh dari kondisi lingkungan pertanaman yang tidak ideal dapat diminimalisir, bahwa
dengan sistem hidroponik dapat diatur kondisi lingkungan seperti suhu, kelembaban relatif dan
intensitas cahaya matahari, bahkan faktor curah hujan dapat dihilangkan sama sekali dan
serangan hama serta penyakit dapat diperkecil. Sistem hidroponik juga menjadi solusi
menghadapi kendala degradasi tanah di lahan pertanian yang semakin berkurang kesuburannya,
hal ini dikarenakan pada sistem hidroponik hara disediakan dalam bentuk larutan hara,
mengandung semua unsur hara esensial yang dibutuhkan oleh tanaman agar tercapai
pertumbuhan normal dan hal tersebut didapatkan dari media tanam dan juga bahan tumbuh.
Media tanam merupakan salah satu faktor yang mendukung keberhasilan sistem
hidroponik.Perlakuan media tanam yang sesuai membuat tanaman menjadi sehat sehingga dapat
bertahan dari serangan hama dan penyakit. Media tanam juga merupakan salah satu unsur yang
paling berperan dalam pertumbuhan tanam, selain sebagai penopang akar tanaman, ketersediaan
unsur hara yang terdapat dalam media tanam sangat dibutuhkan.Dalam budidaya tanaman
merupakan faktor penentu berhasil tidaknya suatu budidaya.Selain itu media tanam juga ikut
banyak jenisnya. Syarat media tanam hidroponik yaitu dapat dijadikan tempat berjangkarnya
akar tanaman, mampu mengikat air dan unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
tanaman, dapat mempertahankan kelembaban di sekitar akar tanaman dan tidak mudah lapuk
(Agoes, 1994).
Faktor penentu lainnya dari keberhasilan sistem hidroponik adalah dipengaruhi oleh
komposisi unsur hara yang diberikan harus tepat. Menurut Purnama, dkk (2013), pemberian
bahan organik pada sistem hidroponik sumbu dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara dan
jika bahan organik yang diberikan tepat maka akan meningkatkan jumlah daun, luas daun, tinggi
tanaman dan meningkatkan bobot segar total, untuk tanaman hidroponik pupuk yang diberikan
dalam bentuk larutan lebih dikenal dengan istilah nutrien atau nutrisi (Roni,dkk,
2017).Pemberian unsur hara pada tanaman secara hidroponik dapat dilakukan dengan cara
mengaplikasikannya pada akar. Aplikasi pada akar dapat dilakukan dengan cara merendam atau
mengalirkan larutan pada akar tanaman. Ketika dilarutkan dalam air, garam-garam mineral akan
memisahkan diri menjadi ion-ion. Penyerapan ion-ion oleh tanaman berlangsung secara
berkelanjutan, hal ini karena akar tanaman bersentuhan langsung dengan larutan (Mairusmiati,
2011).
berbagai media tanam dan bahan tumbuh pada pertumbuhan dan produksi tanaman sawi
1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai media tanam dan bahan
tumbuhserta interaksinya terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman sawi (Brassica juncea L.)
3. Diduga adanya pengaruh interaksi antara beberapa media tanam dan beberapa bahan
2. Bagi masyarakat secara umumnya hasil penelitian ini diharapkan memberi keuntungan
dari segi ekonomis dan solusi sulitnya memperoleh lahan, sehingga masyarakat dapat
3. Bagi petani sawi (Brassica juncea L.) penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat dalam pengunaan berbagai media tanam dan bahan tumbuh pada teknik budidaya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi dalam tata nama (sistematika) tumbuhan, tanaman sawi termasuk dalam
bentuknya bulat panjang (silindris) menyebar ke semua arah pada kedalaman 30-50 cm.akar-akar
ini berfungsi antara lain menghisap air dan zat makanan dari dalam tanah, serta menguatkan
berdirinya batang tanaman. Tanaman sawi mempunyai batang pendek dan beruas-ruas, sehingga
hampir tidak kelihatan.Batang sawi dapat berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang daun,
sedangkan daun sawi bertangkai panjang dan bentuknya pipih.Tanaman sawi umunya mudah
berbunga dan berbiji secara alami.Struktur bunga sawi tersusun dalam tangkai bunga yang
tumbuh dan tumbuh memanjang serta bercabang banyak.Setiap kuntum bunga sawi terdiri atas
empat helai daun kelopak, empat helai daun mahkota, bunga berwarna kuning cerah, empat helai
benang sari dan satu buah putih yang berongga dua (Margiyanto, 2007).
Penyerbukan bunga sawi dengan bantuan serangga lebah, hasil penyerbukan ini terbentuk
buah yang berisi biji.Buah sawi termasuk buah polong yakni berbentuk memanjang dan
berongga.Tiap buah (polong) berisi 2-8 butir bji.Biji-biji sawi bentuknya bulat kecil berwarna
Menurut Margiyanto (2007), sawi bukan tanaman asli Indonesia, namun berasal dari
benua Asia karena Indonesia mempunyai iklim, cuaca dan tanah yang sesuai umtuk tanaman
sawi maka sawi dapat dibudidayakan. Tanaman sawi dapat tumbuh di dataran rendah maupun
dataran tinggi.Daerah penanaman yang cocok mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan
1.200 mdpl dan biasanya dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100-500
meter.Tanaman sawi juga tahan terhadap air hujan, sehingga dapat ditanam sepanjang
tahun.Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah menyiram tanaman secara teratur.
Pada masa pertumbuhan tanaman sawi membutuhkan hawa sejuk, dan lebih cepat tumbuh
apabila di tanam dalam suasana lembab, akan tetapi tanaman ini juga tidak cocok pada air yang
menggenang dengan demikian, tanaman ini cocok ditanam pada akhir musim penghujan. Tanah
yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah gembur, banyak mengadung humus, subur serta
pembuangan airnya baik. Sawi dapat tumbuh pada tanah dengan pH 5,5 – 6,5.
Sawi termasuk dalam sayuran daun yang mengandung zat-zat gizi lengkap dengan
memenuhi syarat untuk kebutuhan gizi masyrakat. Sawi dapat dikonsumsi dalam bentuk segar
sebagai lalapan maupun dalam bentuk olahan dalam berbagai macam masakan. Selain itu,
berguna untuk pengobatan berbagai macam penyakit seperti mencegah penyakit kanker,
hipertensi, penyakit jantung, memebantu kesehatan sistem pencernaan, serta menghindarkan ibu
sebagai minyak dan pelezat makanan.Tanaman sawi banyak disukai karena rasanya yang khas
dan kandungan vitamin yang banyak.Sawi mengandung berbagai gizi yang sangat dibutuhkan
Peningkatan produksi sayuran perlu didukung dengan berbagai usaha, salah satunya yaitu
ekstensifikasi dengan pemanfaatan lahan non pertanian, salah satunya yaitu dengan sistem
hidroponik. Salah satu teknik hidroponik yang paling populer adalah hidroponik sistem sumbu
(wicks) yang merupakan metode hidroponik yang sederhana dengan menggunakan sumbu
sebagai penghubung antara nutrisi dan bagian perakaran pada media tanam (Dewanti, dkk, 2017).
yaitu kombinasi kedua sistem hidroponik ini yaitu larutan nutrisi dapat tersirkulasi serta volume
larutan hara yang dibutuhkan lebih rendah. Kelebihan lain dari sistem ini yaitu larutan bahan
tumbuh dalam kondisi tersedia, adanya sirkulasi udara yang mencegah lumut, bersih dan mudah
dikontrol, tanaman tumbuh dengan optimal, umur panen menjadi lebih singkat dan penggunaan
nutrisi yang efesien. Namun kekurangan sistem tersebut yaitu biaya investasi cukup mahal.
Sumbu pada sistem hidroponik ini merupakan bagian yang penting dari sistem ini, karena
tanpa penyerap cairan yang baik, tanaman tidak akan mendapatkan kelembaban dan nutrisi yang
dibutuhkan. Sumbu yang baik, selain sebagai penyerap cairan bahan tumbuh, juga tidak mudak
rusak akibat pembusukan.Sumbu sebaiknya dicuci terlebih dahulu dengan air agar dapat
tanaman ketika bertumbuh untuk memastikan nutrisi yang diserap cukup memenuhi kebutuhan
tanaman.Pada sistem hidroponik sumbu, penggunaan pompa udara untuk aerase sistem ini tidak
terlalu dibutuhkan.Hal ini disebabkan karena akar mampu mendapatkan oksigen dari ruang di
dalam sistem, dan juga menyerap oksigen langsung dari cairan nutrisi (Adamdkk, 2017).
Media tanam memiliki fungsi yang cukup tinggi bagi tanaman, yaitu sebagai tempat
tumbuh dan berkembangnya tanaman dan penyedia air dan unsur hara bagi tanaman.Secara
umum, media tanam dapat dikategorikan menjadi dua yaitu, media tanam tanah dan media tanam
non tanah.Media tanam yang termasuk dalam kategori bahan unsur umumya berasal dari
komponen organisme hidup, misalnya bagian tanaman seperti daun, batang, bunga, atau kulit
kayu.Bahan tanam juga memiliki pori-pori makro dan mikro yang unsur haranya seimbang
sehingga sirkulasi udara yang dihasilkan cukup baik sehingga serta memiliki daya serap air yang
tinggi (Manurung, 2016).Media tanam yang baik mempunyai karakteristik dapat menyerap dan
menghantarkan air, tidak mempengaruhi pH air, tidak berubah warna, tidak mudah lapuk.
Arang sekam adalah sekam padi yang telah dibakar dengan pembakaran tidak
sekam bakar adalah dapat memperbaiki sifat fisik tanah, serta melindungi tanaman.Sekam
digunakan dalam keadaan pembakaran yang tidak sempurna, sehingga diperoleh sekam yang
berwarna hitam, dan bukan abu sekam yang berwarna putih.Sekam memiliki aerasi dan drainase
yang baik.Arang sekam bersifat porous, ringan, tidak kotor dan cukup dapat menahan
air.Penggunaan cukup meluas dalam budidaya tanaman hias maupun sayuran. Arang sekam
mengadung SiO2 (52%), C (31%), K (0,3%), N (0,18%), F (0,08%), dan kalsium (0,04%).
Selain itu juga mengandung unsur lain seperti Fe2O3, K20, MgO, CaO, MnO dan CU dalam
jumlah yang kecil serta beberapa jenis bahan organik. Kandungan silikat yang tinggi dapat
menguntungkan bagi tanaman karena menjadi lebih tahan terhadap hama dan penyakit akibat
adanya pengerasan jaringan. Sekam bakar juga digunakan untuk menambah kadar kalium dalam
tanah (Septiani, 2012).Sirkulasi udara tinggi, kapasitas menahan air tinggi, berwarna kehitaman,
Bahan organik lainnya yang biasa digunakan dalam sistem hidroponik adalah Cocopeat
atau sabut kelapa dapat menyimpan air yang mengandung unsur hara, sifat cocopeat yang senang
menampung air dalam pori-pori menguntungkan karena menyimpan pupuk cair sehingga
frekuensi pemupukan dapat dikurangi dan di dalam cocopeat juga terkandung unsur hara dari
alam yang sangat dibutuhkan tanaman, daya hisap yang tinggi, menggemburkan tanah dengan
pH netral, dan menunjang pertumbuhan akar dengan cepat sehingga baik untuk pembibitan
(Agoes,1994).
Sistem hidroponik pemberian bahan tumbuh sangat penting karena dalam medianya tidak
terkandung zat hara yang tinggi dan cukup untuk prtumbuhan dan produksi tanaman. Komposisi
larutan bahan tumbuh tidak hanya bergantung pada konsentrasi larutan tapi juga faktor lainnya
terkait dengan budidaya, termasuk jenis hidroponik, lingkungan, tahap fenologis, jenis bahan
tumbuh untuk pertumbuhan yang berasal dari udara, air dan pupuk. Unsur-unsur tersebut adalah
karbon (C), hydrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), sulphur (S), kalsium
(Ca), magnesium (Mg), boron (B), mangan (Mn), tembaga (Cu), seng (Zn), molibednum (Mo)
dan khlorin (Cl). Unsur hara lainnya didapatkan melalui pemupukan atau larutan nutrisi
Limbah ternak kambing berpotensi menjadi sumber pupuk organik yaitu kambing
etawa.Limbah ini berupa feses dan urin yang mengandung kalium relatif tinggi.Feses kambing
mengandung N dan K dua kali lebih besar dari pada kotoran sapi (Balai Penelitian Ternak,
2003).Feses kambing juga mengandung P lebih tinggi dan urin kambing juga mengandung
hormon alami golongan IAA, giberelin, dan sitokinin yang lebih tinggi dari pada urin ternak
lainya.Limbah kambing etawa diolah menjadi pupuk organik cair (POC) untuk mengurangi
limbah dan mengurangi biaya produksi pertanian akibat pembelian pupuk organik pabrik.Pupuk
organik cair lebih mudah dimanfaatkan oleh tanaman karena sudah terurai dan jumlah tidak
terlalu banyak sehingga manfaatnya lebih cepat terlihat (Pancapalaga, 2011).Pemanfaatan limbah
kambing etawa menjadi POC ditambah gula merah, bekatul, air kelapa, air sumur dan
ditemukan banyak senyawa-senyawa yang mempunyai pengaruh fisiologis yang serupa dengan
hormon tanaman. Senyawa-senyawa sintetik ini pada umunya dikenal dengan nama ZPT(Zat
Pengatur Tumbuh =Plant Growth Regulator). Zat pengatur tumbuh adalah senyawa organik
bukan nutrisi yang dalam konsentrasi rendah dapat mendorong, menghambat, atau secara
2006). Zat pengatur tumbuh berfungsi untuk merangsang pertumbuhan misalnya pada
merangsang perpanjangan sel, tetapi auksin juga menyebabkan suatu kisaran respon
tetapi yang dominan yang pertama kali ditemukan dan didefenisikan ialah Asam Indole Asetat
(IAA). IAA terdapat di akar, pada konsentrasi yang hampir sama dengan bagian tumbuhan
lainnya. Pemberian auksin memacu perpanjangan potongan akar atau bahkan akar utuh pada
banyak spesies tapi hanya pada konsentrasi yang sangat rendah tergantung dari spesies dan umur
Auksin adalah salah satu hormon tumbuhan yang tidak lepas dari proses pertumbuhan
dan perkembangan suatu tanaman. Senyawa ini dicirikan oleh kemampuannya dalam
mendukung terjadinya perpanjangan sel pada pucuk (Salisbury dan Ross, 1995).
Untuk tanaman hidroponik, pupuk yang diberikan dalam bentuk larutan dan lebih dikenal
dengan istilah nutrien.Nutrien atau kandungan unsur hara yang dibutuhkan untuk tanaman
hidroponik adalah tidak berbeda dengan tanaman pada media tanam (Lingga dan Marsono,
2001).
BAB III
dilaksanakan pada bulan Januari 2020 sampai pada bulan Februari 2020.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah bak instalasi/bak plastik ukuran 40cm x
30cm x12cm, stryfoam, netpot, kain flanel, bak TDS meter, gergaji besi, gunting, meteran,
bambu, kayu,try semai, pinset, pengaduk. Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah benih sawi tosakan, gula, arang sekam, cocopeat, air, EM4, AB Mix, ZPT (Auksin), POC
kambing etawa.
Penelitian ini adalah percobaan faktorial yang menggunakan RAK (Rancangan Acak
Jarak tanam : 10 cm x 10 cm
Konsentrasi semua perlakuan adalah sama, yang dijelaskan pada Tabel berikut :
Metode linear analisis yang digunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial
Keterangan :
Yijk : Nilai pengamatan pada perlakuan media tanam ƿ taraf ke-i, faktor bahan tumbuh
: Nilai tengah
(ƿ )ij :Pengaruh interaksi perlakuan media tanam ƿ taraf ke-I dan bahan tumbuhtaraf ke-
ijk :Pengaruh galat pelakuan media tanam ƿ taraf ke-I, faktor perlakuan bahan
Untuk mengetahui pengaruh dan faktor perlakuan yang diberikan serta interaksinya maka
data hasil percobaan dianalisis dengan menggunakan sidik ragam. Hasil sidik ragam yang nyata
atau sangat nyata pengaruhnya dilanjutkan dengan menggunakan uji jarak Duncan pada taraf uji
α = 0,05 dan α = 0,01 untuk membandingkan perlakuan dan kombinasi perlakuan (Malau, 2005).
3.5 Pelaksanaan Penelitian
3.5.1 Persemaian
Benih sawi disemai pada media tanamcocopeat.Baki diisi dengan cocopeat secukupnya
setinggi 85% dari baki dan dibuat garis-garis galian menggunakan kayu kecil untuk menabur
benih, kemudian media dibasahi dengan air secukupnya. Benih yang akan disemai terlebih
dahulu direndam didalam air hangat selam 3-5 menit. Benih yang terapung terapung dibuang
sedangkan yang tenggelam langsung dipindahkan ke garis-garis tanam tersebut lalu ditutup
dengan arang sekam.Baki ditutup dengan plastik hitam agar kelembaban terjaga dan gelap.Siram
benih dengan menggunakan spayer dua kali sehari.Setelah 2 hari plastik hitam dapat dibuka dan
kecambah siap agar mendapatkan cahaya matahari.Benih yang disemai dilebihkan jumlahnya
sekitar 10% dari kebutuhan jumlah bibit untuk pertanaman.Bibit yang berlebih digunakan
Media tanam yang digunakan disesuaikan dengan perlakuan yaitu M1 yaitu arang sekam
dan M2 yaitucocopeat.Masing-masing media tanam tersebut dimasukkan kedalam net pot tidak
terlalu penuh dengan menyisahkan 2-4 cm pada permukaan net pot yang telah disediakan yang
bagian bawahnya telah dilubangi dan diberi sumbu dari kain flanel.
atau wadah yang dapat menampung air dan tempat penyimpanan hasil larutan lengkap
dengan penutup. Kedua ember dengan air 5 liter, kemudian dimasukkan nutrisi AB Mix
kedalam masing-masing ember yang berisi air 5 liter. Larutan diaduk hingga menjadi
homogen. Penggunaan AB Mix dilakukan dengan cara mengambil masing-masing yaitu
5 ml larutan yang kemudian ditambahkan dengan air hingga volumenya mencapai 1 liter.
ZPT diberikan sesuai dengan konsentrasi perlakuan dengan interval seminggu sekali yang
diberikan pada saat penanaman pertama dan dilarutkan dalam 1 liter air. Setiap 1 ml
auksin = 50 ppm/1 liter air, maka untuk mendapatkan 1100 ppm Minggu I dibutuhkan 22
ml auksin, Minggu ke II 1200 ppm = 24 ml, Minggu III 1300 ppm = 26 ml dan Minggu
Pembuatan POC kambing etawa yaitu menggunakan limbah berupa feses dan urin.
Caranya adalah dengan mengisi ember plastik ukuran 30 liter dengan air 10 liter. Pada
tempat yang tepisah membuat larutan molase sebanyak 1 liter, dengan cara
mencampurkan gula 250 gram dengan air. Kemudian memasukkan molase tadi sebanyak
perlahan hingga bersatu dengan larutan. Selanjutnya tambahkan air sebanyak 15 liter dan
diaduk kembali sampai rata dan ember ditutup dengan rapat, pengadukan selanjutnya
dengan perlahan setiap hari selama 7 hari.Setelah 7 hari, dengan cirri-ciri tidak berbau
urin kambing dan menimbulkan bau khas tape maka pupuk organik kambing etawa siap
digunakan.
Instalasi untuk hidroponik sistem sumbu menggunakan bak plastik.Bagian atas atau
penutup menggunakan stryfoam yang dilubangi dengan menggunakan kawat panas dengan
ukuran disesuaikan dengan ukuran net pot.Untuk jarak tanam antar net pot digunakan jarak 10
cm x 10 cm.untuk net pot yang digunakan diberi sumbu berupa kain flanel ukuran 15 cm x 2 cm.
flanel kemudian diamsukkan melalui lubang bagian bawah net pot sehinnga flanel menjadi dua
bagian. Flanel dicuci terlebih dahulu dengan air agar dapat meningkatkan kemampuannya dalam
menyerap air.
Penanaman bibit dilakukan setelah bibit berumur 1 minggu atau setelah muncul 2-3 helai
daun maka bibit siap dipindahkan ke media tanam permanen.Penanaman dilakukan pada sore
hari pukul 15.00-17.00 WIB untuk menghindari kematian tanaman akibat suhu yang terlalu
tinngi. Bibit yang ditanam adalah bibit yang pertumbuhannya seragam dan sehat dengan ciri-ciri
batangnya tumbuh tegak, daunnya berwarna hijau segar, serta tidak terserang hama atau
penyakit. Pada setiap net pot ditanami 1 bibit, penanaman dilakukan dengan hati-hati untuk
Pembuatan naungan diakukan dengan cara membuat naungan plastic bening yang diikat
pada tiang/bambu. Naungan bertujuan menjaga keadaan tanaman baik dan nutrisi tetap terjaga
Perawatan dilakukan menjaga ketersediaan nutrisi dan kestabilan pH larutan dan untuk
menghindari terjadinya pengendapan nutrisi dilakukan pengadukan pada nutrisi satu kali dalam
satu minggu. Pengendalian hama dan penyakit yang mungkin menyerang dilakukan dengan cara
mekanik.
3.7 Panen
Pemanenan dilakukan setelah 30 hari setelah tanam (HST) pada saat tanaman mencapai
pertumbuhan maksimal. Panen dilakukan pada cuaca yang cerah dengan cara mencabut tanaman
dari net pot atau media tanam beserta akarnya. Media tanam yang melekat pada akar dilepaskan
Pengukuran dilakukan dimulai dari batas permukaan net pot sampai pada ujung daun
tertinggi tanaman.Pengukuran dilakukan dengan jarak interval tujuh hari sekali pada saat
Jumlah daun diperoleh dengan cara mengitung semua daun yang terbuka
sempurna.Pengamatan jumlah daun dimulai pada umur tanaman 7, 14, 21, dan 28 HSPT.
Pengukuran panjang akar dilakukan pada saat panen.Diukur mulai dari pangkal akar
layu dan daun rusak. Alat yang digunakan adalah timbangan analitik yang dilakukan saat panen.
Bobot jual adalah bobot dari batang dan daun yang sudah dibersihkan dari akar dan daun
yang sudah menguning, layu dan rusa.Alat yang digunakan untuk menimbang bobot jual adalah
timbangan analitik yang dilakukan setelah menimbang bobot panen basah total.