Semester 3 Modul Praktikum Patient Safety

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 202

MODUL

PATIENT SAFETY

Penyusun :

TIM

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI


POLITEKNIK INSAN HUSADA SURAKARTA
TAHUN 2022

Managemen Patient Safety Page i


BIODATA MAHASISWA

PAS FOTO

NAMA : .............................................................

NIM : .............................................................

ALAMAT : .............................................................

NO. TELP : .............................................................

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI


POLITEKNIK INSAN HUSADA SURAKARTA
TAHUN 2022

Managemen Patient Safety Page ii


PENGESAHAN

MODUL PATIENT SAFETY


PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI
POLITEKNIK INSAN HUSADA SURAKARTA
TAHUN 2021

Disahkan Di : Surakarta
Pada Tanggal : 3 September 2022

Oleh:

Kaprodi STKA

(Rahayu Setyaningsih, S.Kep., Ns., M.Kes.)


NIDN. 0620037801

Managemen Patient Safety Page iii


VISI, MISI DAN TUJUAN PRODI STKA

A. Visi, Misi dan Tujuan Program Studi


Visi Prodi Sarjana Terapan Keperawatan Anestesiologi:
Menjadi Program Studi Sarjana Terapan Keperawatan Anestesiologi yang berintegritas, kompeten,
dan kompetitif, mengutamakan keselamatan pasien (patient safety) serta unggul dalam pelayanan
kepenataan anestesi bedah ortopedi.

Misi Prodi Sarjana Terapan Keperawatan Anestesiologi:


1. Menyelenggarakan pendidikan Sarjana Terapan Keperawatan Anestesiologi yang
mengutamakan keselamatan pasien dan menunjukkan keunggulan dalam pelayanan
kepenataan anestesi bedah ortopedi;
2. Menyelenggarakan penelitian dalam bidang sains terapan keperawatan anestesiologi;
3. Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat yang didasari ilmu pengetahuan dan
teknologi serta hasil penelitian dalam bidang Sarjana Terapan Keperawatan Anestesiologi
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat;
4. Mengembangkan kerjasama kemitraan dan jejaring dalam pendayagunaan SDM dan lulusan.
B. Tujuan Program Studi Sarjana Terapan Keperawatan Anestesiologi:
1. Menghasilkan Lulusan Sarjana Terapan Keperawatan Anestesiologi yang mengutamakan
keselamatan pasien dan menunjukkan keunggulan dalam pelayanan kepenataan anestesi bedah
ortopedi
2. Menghasilkan penelitian dalam bidang sains terapan keperawatan anestesiologi
3. Terselenggaranya pengabdian kepada masyarakat yang didasari ilmu pengetahuan dan
teknologi serta hasil penelitian dalam bidang Sarjana Terapan Keperawatan Anestesiologi
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat;
4. Menghasilkan kerjasama kemitraan dan jejaring dalam pendayagunaan SDM dan lulusan.

Managemen Patient Safety Page iv


KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas ijinnya maka Modul Ketepatan Identifikasi
Pasien ini dapat tersusun. Modul ini bertujuan untuk memberi panduan selama mahasiswa belajar pada
mata kuliah Patient Safety. Mengingat pentingnya kompetensi tersebut dimiliki oleh mahasiswa prodi
STKA maka perlu disusun modul ini.
Modul ini dihadapkan dapat menuntun dan melengkapi pengetahuan (kognitif) mahasiswa yang
didapatkan dari kuliah ceramah maupun metode lain di kelas. Dalam modul ini terdiri dari pendahuluan,
tinjauan teori, latihan soal dan kunci jawaban.
Dengan segala kerendahan hati kami menyadari kekurangan dalam penyusunan modul
praktikum ini. Oleh karena itu, kami selaku penyusun dengan tangan terbuka mengharapkan masukan
demi perbaikan modul ini. Semoga modul ini dapat memberi tuntunan sesuai dengan harapan. Terima
kasih.

Surakarta, Agustus 2022


Penyusun

Managemen Patient Safety Page v


PETUNJUK PRAKTIKUM

Petunjuk Untuk Mahasiswa


Proses praktikum untuk keperawatan Anestesi yang sedang Anda ikuti dapat berjalan dengan lebih
lancar bila Anda mengikuti langkah-langkah belajar sebagai berikut.
1. Bacalah materi yang akan dibuat praktikum secara seksama.
2. Bacalah referensi lainnya yang berasal dari buku-buku referensi maupun dari mengunduh laman-
laman (situs) Internet yang tersedia.
3. Ikuti dan laksanakan praktikum dengan benar.

Petunjuk Bagi Dosen Pengajar/Fasilitator


1. Pahami capaian pembelajaran dalam setiap bagian dalam praktik ini.
2. Motivasi peserta didik untuk membaca dengan seksama materi yang disampaikan dan berikan
penjelasan untuk hal-hal yang dianggap sulit.
3. Motivasi peserta didik untuk melaksanakan praktikum sesuai petunjuk.
4. Identifikasi kesulitan mahasiswa dalam mempelajari materi terutama materi-materi yang dianggap
penting dan dalam melaksanakan praktikum.
5. Jika mahasiswa meemui kesulitan, mintalah mahasiswa mendiskusikannya dalam kelompok atau
kelas dan berikan kesimpulannya.
6. Motivasi peserta didik untuk menyelesaikan praktikum sesuai tugasnya dan mendiskusikan hasilnya
dengan teman sejawat.

Kami mengharapkan Anda dapat mengikuti keseluruhan Topik dalam Bab ini dengan baik. Selamat
Belajar Semoga sukses!

Managemen Patient Safety Page vi


DAFTAR ISI

Contents
MODUL .................................................................................................................................................... i
PATIENT SAFETY .................................................................................................................................. i
Penyusun : ................................................................................................................................................. i
BIODATA MAHASISWA ....................................................................................................................... ii
PENGESAHAN ...................................................................................................................................... iii
VISI, MISI DAN TUJUAN PRODI STKA ............................................................................................. iv
KATA PENGANTAR .............................................................................................................................. v
PETUNJUK PRAKTIKUM .................................................................................................................... vi
DAFTAR
ISI….…………………………………………………………………………………………………..…vii

BAB 1. Konsep Infeksi Nosokomial, Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan…… 9
Topik 1. KONSEP DASAR PENYAKIT INFEKSI …………………....…………...…………………..11
Topik 2. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan …………………......20

BAB 2. SASARAN KESELAMATAN PASIEN …………….......…………………………………….56


Topik 1. Mengidentifikasi Pasien dengan benar ……………………………......………………..……..58
Topik 2 Meningkatkan Komunikasi Efektif …………………………………………………......……..66
Topik 3 Meningkatkan Keamanan Obat-obatan yang Harus Diwapadai ……………………….....…..75
Topik 4 Memastikan Lokasi Pembedahan yang Benar, Prosedur yang Benar, Pembedahan Pasien yang
Benar …………………………………………………………………………………...……………….86
Topik 5. Mengurangi Risiko Infeksi akibat Perawatan Kesehatan ………………………………..........98
Topik 6 Mengurangi Risiko Cidera Pasien akibat Terjatuh …………………………………………. 106

BAB IV PRAKTIK SASARAN KESELAMATAN PASIEN …………………………....…………..114


Topik 1. Meningkatkan Identifikasi Pasien dengan Benar ……………………………………….....…117
Topik 2 Meningkatkan Komunikasi yang Efektif ……………………………………………....……..133
Topik 3. Meningkatkan Keamanan Obat yang Harus Diwaspadai ………………………………….....143
Topik 4. Memastikan Lokasi Pembedahan yang Benar, Prosedur yang Benar, Pembedahan pada Pasien
yang Benar ……………………………………………………………………………………149
Topik 5. Mengurangi Risiko Infeksi akibat Perawatan Kesehatan …………………………………....158
Topik 6. Menurunkan Risiko Pasien Cidera akibat Jatuh …………………………………………......180

Managemen Patient Safety Page 7


BAB I
Konsep Infeksi Nosokomial, Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

PENDAHULUAN

Salam Jumpa
Infeksi Nosokomial (Nosocomial Infections) adalah infeksi yang didapat penderita
ketika penderita itu dirawat di fasilitas pelayanan kesehatan, baik itu puskesmas, klinik,
maupun rumah sakit. ”Health-care Associated Infections” (HAIs) selama ini dikenal sebagai
Infeksi Nosokomial atau disebut juga sebagai Infeksi di rumah sakit ”Hospital-Acquired
Infections” merupakan persoalan serius karena dapat menjadi penyebab langsung maupun
tidak langsung kematian pasien. Kalaupun tak berakibat kematian, pasien dirawat lebih lama
sehingga pasien harus membayar biaya rumah sakit yang lebih banyak.
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi yang selanjutnya disingkat PPI adalah upaya
untuk mencegah dan meminimalkan terjadinya infeksi pada pasien, petugas, pengunjung,
dan masyarakat sekitar fasilitas pelayanan kesehatan.
Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun
rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.

Bab 4 dengan judul Konsep Infeksi Nosokomial, Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan dalam manajemen patient safety ini, akan menyajikan dua
topik yang akan diuraikan secara berurutan sebagai berikut:
Topik 1 tentang konsep infeksi nosokomial, akan memberikan pemahaman kepada Anda
tentang konsep dasar penyakit infeksi, Rantai Infeksi (Chain of infection), manifestasi klinis,
dampak infeksi nosokomial/ HAIs.
Topik 2 tentang Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan, akan
memberikan pemahaman kepada Anda tentangsebelas komponen dari kewaspadaan
standar (kebersihan tangan, Alat Pelindung Diri (APD), dekontaminasi peralatan perawatan
pasien, pengelolaan limbah, penatalaksanaan linen, perlindungan kesehatan petugas,
penempatan pasien, hygiene respirasi/etika batuk dan bersin, praktik menyuntik yang aman
dan praktik lumbal pungsi yang aman., dan tiga jenis kewaspadaan berdasarkan transmisi
(melalui kontak, melalui droplet, dan melalui udara (Airborne pracautions).
”Health-care Associated Infections (HAIs)” atau yang lebih dikenal dengan infeksi
nosokomial merupakan komplikasi yang paling sering terjadi di pelayanan kesehatan. Dalam
forum Asian Pasific Economic Comitte (APEC) atau Global Health Security Agenda (GHSA)
penyakit infeksi terkait pelayanan kesehatan (HAIs) telah menjadi agenda yang di bahas. Hal

Managemen Patient Safety Page 9


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

ini menunjukkan bahwa HAIs yang ditimbulkan berdampak secara langsung sebagai beban
ekonomi negara. Pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan penunggu pasien merupakan
kelompok yang berisiko mendapat HAIs. Infeksi ini dapat terjadi melalui penularan dari pasien
kepada petugas, dari pasien ke pasien lain, dari pasien kepada pengunjung atau keluarga
maupun dari petugas kepada pasien. Dengan demikian akan menyebabkan peningkatan angka
morbiditas, mortalitas, peningkatan lama hari rawat dan peningkatan biaya rumah sakit.
Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) sangat Penting untuk melindungi
pasien, petugas juga pengunjung dan keluarga dari risiko tertularnya infeksi karena dirawat.
Keberhasilan program PPI perlu keterlibatan lintas profesional: Klinisi, Perawat,
Laboratorium, Kesehatan Lingkungan, Farmasi, Gizi, IPSRS, Sanitasi & Housekeeping, dan
lain-lain sehingga perlu wadah berupa Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.
Tujuan dari PPI adalah meningkatkan kualitas pelayanan di fasilitas pelayanan
kesehatan, sehingga melindungi sumber daya manusia kesehatan, pasien dan masyarakat
dari penyakit infeksi yang terkait pelayanan kesehatan (PMK nomor 27 tahun 2017)

Setelah mempelajari Bab IV ini, diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan:


Konsep dasar penyakit infeksi,
Rantai Infeksi (Chain of infection)
Manifestasi klinis
Dampak infeksi nosokomial/ HAIs
Transmisi melalui kontak
Transmisi melalui droplet
Transmisi melalui udara.

Managemen Patient Safety Page 10


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Topik 1
Konsep Dasar Penyakit Infeksi

Sumber: https://www.google.com/infeksi+nosokomial

Seperti kita ketahui bersama, berdasarkan sumber infeksi, maka infeksi dapat berasal dari
masyarakat/komunitas (Community Acquired Infection) atau dari rumah sakit (Healthcare-
Associated Infections/HAIs). Penyakit infeksi yang didapat di rumah sakit beberapa waktu yang lalu
disebut sebagai Infeksi Nosokomial (Hospital Acquired Infection). Saat ini penyebutan diubah
menjadi Infeksi Terkait Layanan Kesehatan atau “HAIs” (Healthcare-Associated Infections) dengan
pengertian yang lebih luas, yaitu kejadian infeksi tidak hanya berasal dari rumah sakit, tetapi juga
dapat dari fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Tidak terbatas infeksi kepada pasien namun dapat
juga kepada petugas kesehatan dan pengunjung yang tertular pada saat berada di dalam lingkungan
fasilitas pelayanan kesehatan (PMK nomor 27 tahun 2017)
Agar upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas kesehatan dapat terlaksana
sesuai rencana, sebaiknya semua petugas kesehatan memahami konsep dasar penyakit infeksi,
dengan tujuan untuk memastikan adanya infeksi terkait layanan kesehatan (Healthcare-Associated
Infections/HAIs) serta menyusun strategi pencegahan dan pengendalian infeksi terkait pelayanan,
rantai penularan infeksi, jenis HAIs dan faktor risikonya.

A. Konsep Dasar Penyakit Infeksi


Pengertian Penyakit Infeksi
Infeksi merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh mikroorganisme patogen, dengan
/tanpa disertai gejala klinik. Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan (Health Care Associated
Infections) yang selanjutnya disingkat HAIs merupakan infeksi yang terjadi pada pasien selama
perawatan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dimana ketika masuk tidak
ada infeksi dan tidak dalam masa inkubasi, termasuk infeksi dalam rumah sakit tapi muncul
setelah pasien pulang, juga infeksi karena pekerjaan pada petugas rumah sakit dan tenaga
kesehatan terkait proses pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan.

Managemen Patient Safety Page 11


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Infeksi nosokomial disebut juga dengan “Hospital acquired infections (HAIs) ” apabila memenuhi
batasan/ kriteria sebagai berikut:
Waktu mulai dirawat tidak didapat tanda-tanda klinik infeksi dan tidak sedang dalam masa
inkubasi infeksi tersebut.
Merupakan infeksi yang terjadi di rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya,
setelah dirawat 3 x 24 jam. Sebelum dirawat, pasien tidak memiliki gejala tersebut dan tidak
dalam masa inkubasi. Infeksi nosokomial bukan merupakan dampak dari infeksi penyakit
yang telah dideritanya (Depkes, 2003)
Pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan penunggu pasien merupakan kelompok yang paling
berisiko terjadinya HAIs, karena infeksi ini dapat menular dari pasien ke petugas kesehatan,
dari pasien ke pengunjung atau keluarga ataupun dari petugas ke pasien (Husain, 2008)
HAIs adalah suatu infeksi yang tidak terinkubasi dan terjadi ketika pasien masuk ke rumah sakit
atau akibat dari fasilitas kesehatan lainnya yang ada di rumah sakit(Vincent, 2003).
HAIs adalah suatu infeksi yang terjadi di fasilitas pelayanan kesehatan yang berasal dari alat-alat
medis, prosedur medis atau pemberian terapi (Breathnach (2005)
Etiologi
Mikroorganisme penyebab infeksi nosokomial (WHO, 2002):
Conventional pathogens
Penyebab penyakit pada orang sehat, karena tidak adanya kekebalan terhadap kuman
tersebut, misalnyaStaphylococcus aureus, streptococcus, salmonella, shigella, virus
influenza, virus hepatitis.
Conditional pathogens
Penyebab penyakit pada orang dengan penurunan daya tahan tubuh terhadap kuman
langsung masuk dalam jaringan tubuh yang tidak steril, misalnyapseudomonas, proteus,
klebsiella, serratia, dan enterobacter.
Opportunistic pathogens
Penyebab penyakit menyeluruh pada penderita dengan daya tahan tubuh sangat menurun,
misalnya mycobacteria, nocardia, pneumocytis.

Patogenesis dan Patofisiologi

Sumber: https://www.google.com/infeksi+nosokomial

105
Managemen Patient Safety Page 12
MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Infeksi akan dimulai dari tempat masuknya mikroorganisme dan akan menimbulkan infeksi
setempat (lokal) dan menimbulkan gejala klinis yang terbatas. Sebagai contoh luka operasi di
perut yang mengalami infeksi, daerah sekitar akan menjadi merah, panas, dan nyeri. Infeksi
umum akan terjadi jika organisme memasuki aliran darah dan akan menimbulkan gejala klinis
sistemik berupa demam, menggigil, penurunan tekanan darah, atau gangguan mental. Keadaan
ini dapat berkembang menjadi sepsis, suatu keadaan yang berbahaya, karena menyerang
berbagai organ dengan cepat dan bersifat progresif. Keadaan ini kadang-kadang disebut
“keracunan darah” yang dapat menyebabkan kematian penderita.
Infeksi nosokomial rumah sakit dapat terjadi akibat tindakan pembedahan, penggunaan kateter
pada saluran kemih, hidung, mulut atau yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah. Selain itu
benda-benda yang berasal dari hidung atau mulut yang terhirup masuk ke dalam paru-paru.
Penularan oleh populasi kuman rumah sakit terhadap seseorang pasien yang memang sudah
lemah fisiknya tidak dapat dihindarkan. Lingkungan rumah sakit harus diusahakan agar sebersih
mungkin, dan sesteril mungkin. Hal tersebut tidak selalu bisa sepenuhnya terlaksana, karenanya
tak mungkin infeksi nosokomial ini bisa diberantas secara total (Yohanes,2010).

Diagnosis Infeksi Nosokomial fasilitas pelayanan kesehatan


Jika diduga telah terjadi infeksi, penderita rawat inap akan mengalami demam yang tidak
diketahui penyebabnya. Pada orang lanjut usia, demam bisa tidak terjadi. Adanya napas yang
cepat dan gangguan mental (bingung) merupakan gejala awal infeksi.

Diagnosis infeksi nosokomial fasilitas pelayanan kesehatandapat ditentukan dengan :


Mengevaluasi gejala dan tanda infeksi
Memeriksa luka dan tempat masuk kateter untuk melihat adanya warna kemerahan,
pembengkakan, adanya nanah atau abses.
Melakukan pemeriksaan fisik yang lengkap untuk mengetahui apakah ada penyakit tersamar
(underliying disease)
Pemeriksaan laboratorium, antara lain pemeriksaan darah lengkap, urinalisis, biakan kuman dari
luka, darah, dahak, urine atau cairan tubuh untuk menemukan organisme penyebabnya.
Pemeriksaan sinar-X dada jika diduga terjadi pneumonia
Melakukan pemeriksaan ulang atas semua tata laksana dan tindakan yag sudah dilakukan.
Jenis dan Faktor Risiko Infeksi Terkait Layanan Kesehatan “ Healthcare associaterd infections
(HAIs)
Semua penderita rawat inap di rumah sakit berisiko untuk mendapatkan infeksi dari pengobatan
atau tindakan operatif yang diterimanya.
Jenis HAIs yang paling sering terjadi di fasilitas pelayanan kesehatan, terutama rumah sakit
mencakup:
Ventilator associated pneumonia (VAP)
Infeksi aliran darah (IAD)
Infeksi saluran kemih (ISK)
Infeksi Daerah Operasi (IDO)
Faktor Risiko HAIs:

Managemen Patient Safety Page 13


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Umur: neonatus dan lansia lebih rentan.


Status imun yang rendah/terganggu (immuno-compromised): penderita dengan penyakit
kronik, penderita tumor ganas, pengguna obat-obat imunosupresan.
Gangguan/Interupsi barier anatomis:
Kateter urine: meningkatkan infeksi saluran kemih (ISK)
Prosedur operasi: dapat menyebabkan infeksi daerah operasi (IDO) “Surgical Site
Infection” (SSI)
Intubasi dan pemakaian ventilator: meningkatkan kejadian “Ventilator associated
Pneumonia” (VAP)
Kanula vena dan arteri: Plebitis
Luka bakar dan trauma
Implantasi benda asing
Pemakaian implant pada operasi tulang, kontrasepsi, alat pacu jantung
“cerebrospinal fluid shunts”
“valvular / vascular prostheses”
Perubahan mikroflora normal: pemakaian antibiotika yang tidak bijak dapat
menyebabkan pertumbuhan jamur berlebihan dan timbulnya bakteri resisten terhadap
berbagai antimikroba.

Rantai Infeksi (Chain of infection)


Pengetahuan tentang rantai penularan infeksi sangat penting karena apabila satu mata rantai
dihilangkan atau dirusak, maka infeksi dapat dicegah atau dihentikan.
Rantai Infeksi merupakan rangkaian yang harus ada untuk menimbulkan infeksi. Dalam
melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi dengan efektif, perlu dipahami
secara cermat rantai infeksi.

Skema rantai penularan infeksi

Sumber: Depkes RI,2007

Managemen Patient Safety Page 14


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Enam komponen rantai penularan infeksi


a. Agen infeksi (infectious agent) adalah mikroorganisme penyebab infeksi. Pada manusia, agen
infeksi dapat berupa bakteri, virus, ricketsia, jamur dan parasit. Ada tiga faktor pada agen
penyebab yang mempengaruhi terjadinya infeksi yaitu: patogenitas, virulensi dan jumlah
(dosis, atau “load”). Makin cepat diketahui agen infeksi dengan pemeriksaan klinis atau
laboratoriummikrobiologi,semakin cepat pula upaya pencegahan dan penanggulangannya
bisa dilaksanakan.
b. Reservoir adalah wadah tempat/sumber agen infeksi dapat hidup, tumbuh, berkembang-biak
dan siap ditularkan kepada pejamu atau manusia. Berdasarkan penelitian, reservoir
terbanyakadalah pada manusia, alat medis, binatang, tumbuh-tumbuhan, tanah, air,
lingkungan dan bahan-bahan organik lainnya. Dapat juga ditemui pada orang sehat,
permukaan kulit, selaput lendir mulut, saluran napas atas, usus dan vagina juga merupakan
reservoir.
Adanya mikroorganisme tidak selalu menyebabkan seseorang menjadi sakit. Carrier
(penular) adalah manusia atau binatang yang tidak menunjukkan gejala penyakit tetapi ada
mikroorganisme patogen dalam tubuh mereka yang dapat ditularkan ke orang lain. Misalnya,
seseorang dapat menjadi carrier virus hepatitis B tanpa ada tanda dan gejala infeksi. Untuk
berkembang biak dengan cepat, organisme memerlukan lingkungan yang sesuai, termasuk
makanan, oksigen, air, suhu yang tepat, pH, dan cahaya (Perry & Potter, 2005).
Tempat keluar (Port of exit) adalah lokasi tempat agen infeksi (mikroorganisme) meninggalkan
reservoir melalui saluran napas, saluran cerna, saluran kemih serta transplasenta. Setelah
mikrooganisme menemukan tempat untuk tumbuh dan berkembang biak, mereka harus
menemukan jalan ke luar jika mereka masuk ke pejamu lain dan menyebabkan penyakit.
Cara penularan (Mode of transmision) adalah metode transport mikroorganisme dari
wadah/reservoir ke pejamu yang rentan.
Ada beberapa metode penularan yaitu: (1) kontak: langsung dan tidak langsung, (2) droplet,
(3) airborne, (4) melalui vehikulum (makanan, air/minuman, darah) dan (5) melalui vektor
(biasanya serangga dan binatang pengerat). Secara langsung misalnya; darah/cairan tubuh,
dan hubungan kelamin, dan secara tidak langsung melalui manusia, binatang, benda-benda
mati, dan udara.
Portal masuk (Port of entry) adalah lokasi agen infeksi memasuki pejamu yang rentan dapat
melalui saluran napas, saluran cerna, saluran kemih dan kelamin atau melalui kulit yang tidak
utuh.
Sebelum infeksi, mikroorganisme harus memasuki tubuh. Kulit adalah bagian rentan terhadap
infeksi dan adanya luka pada kulit merupakan tempat masuk mikroorganisme.
Mikroorganisme dapat masuk melalui rute yang sama untuk keluarnya mikroorganisme.
Penjamu Rentan (host susceptibility) adalah seseorang dengan kekebalan tubuh menurun
sehingga tidak mampu melawan agen infeksi. Faktor yang dapat mempengaruhi kekebalan
adalah umur, status gizi, status imunisasi, penyakit kronis, lukabakar yang luas, trauma, pasca
pembedahan dan pengobatan dengan imunosupresan.
Seseorang terkena infeksi bergantung pada kerentanan terhadap agen infeksius. Kerentanan
tergantung pada derajat ketahanan individu terhadap mikroorganisme patogen. Semakin

Managemen Patient Safety Page 15


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

virulen suatu mikroorganisme, semakin besar kemungkinan kerentanan seseorang. Resistensi


seseorang terhadap agen infeksius ditingkatkan dengan vaksin.
Faktor lain yang berpengaruh adalah jenis kelamin, ras atau etnik tertentu, status ekonomi,
pola hidup, pekerjaan dan heriditer.

2. Cara penularan infeksi (Uliyah dkk, 2006; Yohanes, 2010)


Penularan secara kontak
Penularan dapat terjadi secara kontak langsung, kontak tidak langsung dan droplet. Kontak
langsung terjadi bila sumber infeksi berhubungan langsung dengan penjamu, misalnya
person to person pada penularan infeksi hepatitis A virus secara fekal oral. Kontak tidak
langsung terjadi apabila penularan membutuhkan objek perantara (biasanya benda mati).
Hal ini terjadi karena benda mati tersebut telah terkontaminasi oleh sumber infeksi,
misalnya kontaminasi peralatan medis oleh mikroorganisme.

Penularan melalui common vehicle.


Penularan ini melalui benda mati yang telah terkontaminasi oleh kuman dan dapat
menyebabkan penyakit pada lebih dari satu pejamu. Adapun jenis-jenis common vehicle adalah
darah/produk darah, cairan intra vena, obat-obatan, cairan antiseptik, dan sebagainya.
Penularan melalui udara dan inhalasi
Penularan terjadi, karena mikroorganisme mempunyai ukuran yang sangat kecil sehingga
dapat mengenai penjamu dalam jarak yang cukup jauh dan melalui saluran pernafasan.
Misalnya mikroorganisme yang terdapat dalam sel-sel kulit yang terlepas akan membentuk
debu yang dapat menyebar jauh (Staphylococcus) dan tuberkulosis.
Penularan dengan perantara vektor
Penularan ini dapat terjadi secara eksternal maupun internal. Disebut penularan secara
eksternal bila hanya terjadi pemindahan secara mekanis dari mikroorganime yang
menempel pada tubuh vektor, misalnya shigella dan salmonella oleh lalat. Penularan secara
internal bila mikroorganisme masuk kedalam tubuh vektor dan dapat terjadi perubahan
biologik, misalnya parasit malaria dalam nyamuk atau tidak mengalami perubahan biologik,
misalnya Yersenia pestis pada ginjal (flea).
Penularan melalui makanan dan minuman
Penyebaran mikroba patogen dapat melalui makanan atau minuman yang disajikan untuk
penderita. Mikroba patogen dapat ikut menyertainya sehingga menimbulkan gejala baik
ringan maupun berat.

Manifestasi Klinis
Demam sering merupakan tanda pertama infeksi. Gejala dan tanda dari adanya infeksi adalah:
Demam
Nafas cepat
Kebingungan mental
Tekanan darah rendah
Urine out-put menurun

Managemen Patient Safety Page 16


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Sel darah putih tinggi


Pasien dengan urinary tract infection (infeksi saluran kemih), mungkin ada rasa sakit ketika
kencing dan darah dalam air seni
Radang paru-paru (pneumoni), mungkin termasuk kesulitan bernafas dan ketidakmampuan
untuk batuk
Infeksi lokal: terjadi pembengkakan, kemerahan, dan kesakitan pada kulit atau luka sekitar
bedah atau luka, yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan di bagian bawah otot, atau
bisa juga menyebabkan sepsis.

Dampak Infeksi Nosokomial/HAIs

Menyebabkan cacat fungsional, stress emosional dan dapat menyebabkan cacat yang permanen
serta kematian
Dampak tertinggi pada negara berkembang dengan prevalensi HIV/AIDS yang tinggi.
Meningkatkan biaya kesehatan diberbagai negara yang tidak mampu dengan meningkatkan
lama perawatan di rumah sakit, pengobatan dengan obat-obat mahal dan penggunaan
pelayanan lainnya, serta tuntutan hukum.

Latihan
Setelah mempelajari uraian materi di atas, untuk memperjelas pemahaman, kerjakan latihan
dibawah ini.
Apa yang dimaksud dengan HAIs? Jelaskan tanda dan gejala dari infeksi HAIs tersebut !
Jelaskan kriteria yang menentukan seseorang yang di rawat di rumah sakit itu dinyatakan
terkena infeksi HAIs

Petunjuk Jawaban Latihan


Untuk menjawab soal-soal diatas, anda dapat mempelajari materi Topik 1 BAB IV yang
membahas tentang Konsep Dasar Infeksi.

Ringkasan
HAIs adalah infeksi yang didapat penderita ketika dirawat disarana pelayanan kesehatan, baik
itu puskesmas, klinik, maupun rumah sakit, biasanya gejala timbul 72 jam pasca penderita dirawat
di pelayanan kesehatan tersebut.
HAIs dapat bersumber pada peralatan kedokteran, makanan minuman, udara, debu, air
limbah, bahan-bahan desinfektan, dokter, perawat, bidan, laboran, staff, pengunjung, penderita
yang dirawat, hewan yang berada di lingkungan sarana pelayanan kesehatan, misalnya nyamuk lalat
dan masih banyak lagi yang berada di lingkungan sarana pelayanan kesehatan
Banyak upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengendalikan terjadinya infeksi
HAIs. Yang perlu menjadi fokus perhatian dalam upaya ini adalah rantai penularan infeksi.
Pengetahuan tentang rantai penularan infeksi sangat penting karena apabila satu mata rantai
dihilangkan atau dirusak, maka infeksi dapat dicegah atau dihentikan.
Penelaahan tentang rantai penularan infeksi melahirkan suatu upaya pencegahan berupa
kewaspadaan isolasi, yang meliputi kewaspadaan standar dan kewaspadaan transmisi.

Managemen Patient Safety Page 17


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Tes 1
Petunjuk: jawablah pertanyaan berikut dengan memilih satu jawaban yang paling benar.
Istilah terbaru Infeksi yang diperoleh pasien setelah mendapatkan pelayanan kesehatan di
semua fasilitas pelayanan kesehatan.
Infeksi Nosokomial
Health Care Associated Infections ( HAIs )
Surgery side Infection ( SSI )
Infection Preventive Control Nurse ( IPCN )

Infeksi yang terjadi pada daerah insisi akibat tindakan pembedahan pasca operasi disebut
Ventilator associatedpneumonia(VAP)
InfeksiSaluranKemih(ISK)
Surgical Site Infection (SSI)
InfeksiAliranDarah(IAD)

Manifestasi klinis yang khas pada pasien dengan urinary tract infection (infeksi saluran kemih),
yaitu ..
Urine out-put menurun
Sel darah putih tinggi
Darah dalam urine
Demam

Ada beberapa metode penularan yaitu kontak langsung dan kontak tidak langsung. Yang
termasuk dalam penularan kontak tidak langsung
Darah/cairan tubuh
Hubungan kelamin
Sentuhan
Udara

Rantai Infeksi merupakan rangkaian yang harus ada untuk menimbulkan infeksi. apabila satu
mata rantai diputus atau dihilangkan, maka penularan infeksi dapat dicegah atau dihentikan.
Ada berapa komponenkah rantai penularan infeksi …
8
7
6
5

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes 1 yang terdapat di bagian akhir Bab 4
ini.

Managemen Patient Safety Page 18


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Daftar Pustaka
Depkes RI bekerjasama dengan Perdalin. (2009). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Rumah Sakit dan Fasiltas Pelayanan Kesehatan Lainnya. SK Menkes No 382/Menkes/2007.
Jakarta: Kemenkes RI

Depkes RI. (2006). Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Pelayanan Kesehatan. Depkes RI:
Ditjen Bina Yan Med

_____. (2007). Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan
Fasiltas Pelayanan Kesehatan Lainnya. SK Menkes No 270/MENKES/2007. Jakarta: Depkes
RI

Kemenkes RI. (2017). PedomanPencegahanDanPengendalianInfeksi DiFasilitasPelayananKesehatan.


PMK nomor 27 tahun 2017. Jakarta :Kemenkes RI.

Managemen Patient Safety Page 19


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Topik 2
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Secara prinsip, kejadian HAIs sebenarnya dapat dicegah bila fasilitas pelayanan
kesehatan secara konsisten melaksanakan program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
(PPI). Pencegahan dan Pengendalian Infeksi merupakan upaya untuk memastikan
perlindungan kepada setiap orang terhadap kemungkinan tertular infeksi dari sumber
masyarakat umum dan disaat menerima pelayanan kesehatan pada berbagai fasilitas
kesehatan.
Penatalaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan bertujuan untuk:
Melindungi pasien, petugas kesehatan, pengunjung yang menerima pelayanan kesehatan
serta masyarakat dalam lingkungannya dengan cara memutus siklus penularan penyakit
infeksi melalui kewaspadaan standar dan kewaspadaan berdasarkan transmisi.
Bagi pasien yang memerlukan isolasi, maka akan diterapkan kewaspadaan isolasi yang
terdiri dari kewaspadaan standar dan kewaspadaan berdasarkan transmisi.
KEWASPADAAN STANDAR
Kewaspadaan standar yaitu kewaspadaan yang utama: ( yang harus dipahami, dipatuhi
dan diterapkan agar tidak terinfeksi).
Pada tahun 2007, CDC dan HICPAC merekomendasikan 11 (sebelas) komponen utama
yang harus dilaksanakan dan dipatuhi dalam kewaspadaan standar, yang akan dipelajari
dalam Bab 4 ini hanya 10 komponen, yaitu:
Kebersihan tangan
Alat pelindung diri (APD)
Dekontaminasi peralatan pasien
Pengelolaan limbah
Penatalaksanaan linen
Perlindungan kesehatan petugas
Penempatan pasien
Hygiene respirasi / etika batuk dan bersin,
Praktik menyuntik yang aman dan,
Praktik lumbal yang aman.
KEBERSIHAN TANGAN
Kebersihan tangan dilakukan dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir
bila tangan jelas kotor/terkena cairan tubuh, atau menggunakan alkohol (alcohol-based
handrubs) bila tangan tidak tampak kotor. Kuku petugas harus selalu bersih dan terpotong
pendek, tanpa kuku palsu, tanpa memakai perhiasan cincin. Cuci tangan dengan sabun
biasa/antimikroba dan bilas dengan air mengalir, dilakukan pada saat:

113

Managemen Patient Safety Page 20


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Bila tangan tampak kotor, terkena kontak cairan tubuh pasien yaitu darah, cairan tubuh
sekresi, ekskresi, kulit yang tidak utuh, ganti verband, walaupun telah memakai
sarung tangan.
Bila tangan beralih dari area tubuh yang terkontaminasi ke area lainnya yang bersih,
walaupun pada pasien yang sama.

Sebelum kontak pasien;


Sebelum tindakan aseptik;
Setelah kontak darah dan cairan tubuh;
Setelah kontak pasien;
Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien

Hasil yang ingin dicapaidalamkebersihan tangan adalah mencegah agar tidak terjadi infeksi,
kolonisasi pada pasien dan mencegah kontaminasi dari pasien ke lingkungan termasuk
lingkungan kerja petugas.

Gambar2. Cara Kebersihan Tangan dengan Antisepsik Berbasis


Alkohol Diadaptasi dari WHO Guide lineson Hand Hygienein Health
Care: First Global Patient Safety Challenge, World Health
Organization, 2009.

114

Managemen Patient Safety Page 21


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Gambar3. Cara Kebersihan tangan dengan Sabun dan Air Diadaptasi dari: WHO
Guidelineson Hand Hygienein Health Care: First Global Patient Safety Challenge, World
Health Organization, 2009.

ALAT PELINDUNG DIRI (APD)


A. UMUM

Alat pelindung diri adalah pakaian khusus atau peralatan yang dipakai petugas
untuk memproteksi diri dari bahaya fisik, kimia, biologi / bahan infeksius.
APD terdiri dari sarung tangan, masker / Respirator Partikulat, pelindung mata
(goggle), perisai / pelindung wajah, kap penutup kepala, gaun pelindung /
apron, sandal/ sepatu tertutup (Sepatu Boot).
Tujuan Pemakaian APD adalah melindungi kulit dan membran mukosa dari risiko
pajanan darah, cairan tubuh, sekret, ekskreta, kulit yang tidak utuh dan selaput
lendir dari pasien ke petugas dan sebaliknya.
Indikasi penggunaan APD adalah jika melakukan tindakan yang memungkinkan
tubuh atau membran mukosa terkena atau terpercik darah atau cairan tubuh
atau kemungkinan pasien terkontaminasi dari petugas.
Melepas APD segera dilakukan jika tindakan sudah selesai dilakukan.
Tidak dibenarkan menggantung masker dileher, memakai sarung tangan sambil
menulis dan menyentuh permukaan lingkungan.

115

Managemen Patient Safety Page 22


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Gambar4. Alat Pelindung Diri (APD)


Sumber: https://www.google.co.id/Jenis-
jenis+Alat+Pelindung+Diri+dari+penyakit+infeksi

B. JENIS-JENIS APD
1) Sarung tangan
Terdapat tiga jenis sarung tangan
Sarung tangan bedah (steril), dipakai sewakt umelakukan tindakan invasif
atau pembedahan.
Sarung tangan pemeriksaan (bersih), dipakai untuk melindungi petugas
pemberi pelayanan kesehatan sewaktu melakukan pemeriksaan atau
pekerjaan rutin
Sarung tangan rumah tangga, dipakai sewaktu memproses peralatan,
menangani bahan-bahan terkontaminasi, dan sewaktu membersihkan
permukaan yang terkontaminasi.

Umumnya sarung tangan bedah terbuat dari bahan lateks karena elastis, sensitif dan
tahan lama serta dapat disesuaikan dengan ukuran tangan. Bagi mereka yang alergi terhadap
lateks, tersedia dari bahan sintetik yang menyerupai lateks, disebut ‘nitril’. Terdapat sediaan
dari bahan sintesis yang lebih murah dari lateks yaitu ‘vinil’ tetapi sayangnya tidak elastis,
ketat dipakai dan mudah robek. Sedangkan sarung tangan rumah tangga terbuat dari karet
tebal, tidak fleksibel dan sensitif, tetapi memberikan perlindungan maksimum sebagai
pelindung pembatas.
Berikut ini adalah kegiatan atau tindakan yang memerlukan penggunaan sarung
tangan.

116

Managemen Patient Safety Page 23


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Berikut ini adalah kegiatan atau tindakan yang berhubungan dengan cairan
tubuh pasien ( misalnya: darah) yang memerlukan penggunaan sarung tangan.

117

Managemen Patient Safety Page 24


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Gambar5. Pemasangan sarung tangan

Sumber: https://www.google.co.id/memasang+sarung+tangan
Masker
Masker digunakan untuk melindungi wajah dan membran mukosa mulut dari
cipratan darah dan cairan tubuh dari pasien atau permukaan lingkungan udara
yang kotor dan melindungi pasien atau permukaan lingkungan udara dari
petugas pada saat batuk atau bersin. Masker yang digunakan harus menutupi
hidung dan mulut serta melakukan Fit Test (penekanan di bagian hidung).
Terdapat tiga jenis masker, yaitu:
Masker bedah, untuk tindakan bedah atau mencegah penularan melalui
 droplet.
 Masker respiratorik, untuk mencegah penularan melalui airborne.
Masker rumah tangga, digunakan dibagian gizi atau dapur.

Gambar 6. Memakai Masker

Sumber: PMK nomor 27 tahun 2017 tentang pencegahan dan pengendalian infeksi

118

Managemen Patient Safety Page 25


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Cara memakai masker:


Pegang pada bagian tali (kaitkan pada telinga jika menggunakan kaitan tali karet
atau simpulkan tali di belakang kepala jika menggunakan tali lepas).
Eratkan tali kedua pada bagian tengah kepala atau leher.
Tekan klip tipis fleksibel (jika ada) sesuai lekuk tulang hidung dengan kedua ujung
jari tengah atau telunjuk.
Betulkan agar masker melekat erat pada wajah dan dibawah dagu dengan baik.
Periksa ulang untuk memastikan bahwa masker telah melekat dengan benar.

Gambar7. Menekan klip pada tulang hidung

Gambar 8. Masker respirator / partikulat

Sumber: PMK nomor 27 tahun 2017 tentang pencegahan dan pengendalian infeksi

PemakaianRespiratorPartikulat

Respirator partikulat untuk pelayanan kesehatan N95 atau FFP2 (health care particular
respirator), merupakan masker khusus dengan efisiensi tinggi untuk melindungi seseorang

119

Managemen Patient Safety Page 26


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

dari partikel berukuran <5mikron yang dibawa melalui udara. Pelindung ini terdiri dari
beberapa lapisan penyaring dan harus dipakai menempel erat pada wajah tanpa ada
kebocoran. Masker ini membuat pernapasan pemakai menjadi lebih berat. Sebelum
memakai masker, petugas kesehatan perlu melakukan fittest. Hal yang perlu diperhatikan
saat melakukan fittest :

Ukuran respirator perlu disesuaikan dengan ukuran wajah.


Memeriksa sisi masker yang menempel pada wajah untuk melihat adanya cacat atau
lapisan yang tidak utuh. Jika cacat atau terdapat lapisan yang tidak utuh, maka tidak
dapat digunakan dan perlu diganti.
Memastikan tali masker tersambung dan menempel dengan baik di semua titik
sambungan.
Memastikan klip hidung yang terbuat dari logam dapat disesuaikan bentuk hidung
petugas.
Fungsi alat ini akan menjadi kurang efektif dan kurang aman bila tidak menempel erat
pada wajah. Beberapa keadaan yang dapat menimbulkan keadaan demikian, yaitu:
Adanya janggut dan jambang
Adanya gagang kacamata
Ketiadaan satu atau dua gigi pada kedua sisi yang dapat mempengaruhi
perlekatan bagian wajah masker.
Gambar9. Langkah-langkah menggunakan respirator

120

Managemen Patient Safety Page 27


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Sumber: PMK nomor 27 tahun 2017 tentang pencegahan dan pengendalian infeksi

Pemeriksaan Segel Positif


Hembuskan napas kuat-kuat. Tekanan positif di dalam respirator berarti tidak ada
kebocoran. Bila terjadi kebocoran atur posisidan / atau ketegangan tali. Uji kembali kerapatan
respirator. Ulangi langkah tersebut sampai respirator benar-benar tertutup rapat.

Pemeriksaan Segel Negatif


Tarik napas dalam-dalam. Bila tidak ada kebocoran, tekanan negatif di dalam respirator
akan membuat respirator menempel ke wajah. Kebocoran akan menyebabkan hilangnya
tekanan negatif di dalam respirator akibat udara masuk melalui celah-celah segelnya.
Lamanya penggunaan maksimal 1 (satu) minggu dengan pemeliharaan yang benar.
Cara pemeliharaan dan penyimpanan yang benar (setelah dipakai diletakkan di tempat
yang kering dan dimasukkan dalam kantong berlubang berbahan kertas).
Gaun Pelindung
Gaun pelindung digunakan untuk melindungi baju petugas dari kemungkinan
paparan atau percikan darah atau cairan tubuh, sekresi, ekskresi atau melindungi
pasien dari paparan pakaian petugas pada tindakan steril.
Jenis-jenis gaun pelindung:
Gaun pelindung tidak kedap air

121

Managemen Patient Safety Page 28


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Gaun pelindung kedap air


Gaun steril
Gaun nonsteril

Indikasi penggunaan gaun pelindung


Tindakan atau penanganan alat yang memungkinkan pencemaran atau kontaminasi
pada pakaian petugas, seperti:
Membersihkan luka
Tindakan drainase
Menuangkan cairan terkontaminasi ke dalam lubang pembuangan atau WC / toilet
Menangani pasien perdarahan masif
Tindakan bedah
Perawatan gigi

Segera ganti gaun atau pakaian kerja jika terkontaminasi cairan tubuh pasien (darah).
Caramemakaigaunpelindung:
Tutupi badan sepenuhnya dari leher hingga lutut, lengan hingga bagian pergelangan
tangan dan selubungkan kebelakang punggung.Ikat di bagian belakang leher dan
pinggang.

Gambar10. Gaun pelindung

Sumber: PMK nomor 27 tahun 2017 tentang pencegahan dan pengendalian infeksi

Goggle dan perisai wajah


Harus terpasang dengan baik dan benar agar dapat melindungi wajah dan
mata. Tujuan pemakaian Goggle dan perisai wajah:
Melindungi mata dan wajah dari percikan darah, cairan tubuh, sekresi dan eksresi.
Indikasi:

122

Managemen Patient Safety Page 29


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Pada saat tindakan operasi, pertolongan persalinan dan tindakan persalinan, tindakan
perawatan gigi dan mulut, pencampuran B3 cair, pemulasaraan jenazah, penanganan
linen terkontaminasi dilaundry, di ruang dekontaminasi CSSD.

Gambar11.PenutupWajah

Gambar 12. Memakai Goggle

Sumber: PMK nomor 27 tahun 2017 tentang pencegahan dan pengendalian infeksi

Sepatu pelindung
Tujuan pemakaian sepatu pelindung adalah melindung kaki petugas dari tumpahan
/ percikan darah atau cairan tubuh lainnya dan mencegah dari kemungkinan
tusukanbendatajamatau kejatuhan alat kesehatan, sepatu tidak boleh berlubang
agar berfungsi optimal.
Jenis sepatu pelindung seperti sepatu boot atau sepatu yang menutup seluruh
permukaan kaki

123

Managemen Patient Safety Page 30


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Indikasi pemakaian sepatu pelindung:


Penanganan pemulasaraan jenazah
Penanganan limbah
Tindakan operasi
Pertolongan danTindakan persalinan
Penanganan linen
Pencucian peralatan di ruang gizi
Ruang dekontaminasi CSSD

Gambar13. Sepatu Pelindung

Sumber: PMK nomor 27 tahun 2017 tentang pencegahan dan pengendalian infeksi

Topi pelindung
Tujuan pemakaian topi pelindung adalah untuk mencegah jatuhnya
mikroorganisme yang ada di rambut dan kulit kepala petugas terhadap alat-alat /
daerah steril atau membran mukosa pasien dan juga sebaliknya untuk melindungi
kepala / rambut petugas dari percikan darah atau cairan tubuh dari pasien.
Indikasi pemakaian topi pelindung:
Tindakan operasi
Pertolongan dan tindakan persalinan
Intubasi Trachea
Penghisapan lendir massive
Pembersihan peralatan kesehatan

124

Managemen Patient Safety Page 31


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Gambar14. Topi Pelindung

Sumber: PMK nomor 27 tahun 2017 tentang pencegahan dan pengendalian infeksi

PELEPASAN APD

Langkah-langkah melepaskan APD adalah sebagai berikut:


Lepaskan sepasang sarung tangan
Lakukan kebersihan tangan
Lepaskan apron
Lepaskan perisai wajah (goggle)
Lepaskan gaun bagian luar
Lepaskan penutup kepala
Lepaskan masker
Lepaskan pelindung kaki
Lakukan kebersihan tangan
Gambar15. Pelepasan APD

Sumber : https://www.google.co.id/pelepasan+APD

Melepas sarung tangan


• Ingatlah bahwa bagian luar sarung tangan telah terkontaminasi.

125

Managemen Patient Safety Page 32


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Pegang bagian luar sarung tangan dengan sarung tangan lainnya,


kemudian lepaskan.
Pegang sarung tangan yang telah dilepas dengan menggunakan tangan
yang masih memakai sarung tangan.
Selipkan jari tangan yang sudah tidak memakai sarung tangan di bawah
sarung tangan yang belum dilepas di pergelangan tangan.
Lepaskan sarung tangan di atas sarung tangan pertama.
Buang sarung tangan di tempat limbah infeksius.

Gambar 16. Melepaskan Sarung Tangan

Sumber: https://www.google.co.id/pelepasan+APD
Melepas Goggle atau Perisai Wajah
 Ingatlah bahwa bagian luar goggle atau perisai wajah telah terkontaminasi.
 Untuk melepasnya, pegang karet atau gagang goggle.
Letakkan di wadah yang telah disediakan untuk diproses ulang atau dalam
 tempat limbah infeksius.
Gambar17. Melepaskan Goggle atau Perisai Wajah

Sumber: https://www.google.co.id/pelepasan+APD

126

Managemen Patient Safety Page 33


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Melepas Gaun Pelindung


o Ingatlah bahwa bagian depan gaun dan lengan gaun pelindung telah
terkontaminasi
o Lepas tali pengikat gaun.
o Tarik dari leher dan bahu dengan memegang bagian dalam gaun
pelindung saja.
o Balik gaun pelindung.
o Lipat atau gulung menjadi gulungan dan letakkan di wadah yang telah
disediakan untuk diproses ulang atau buang di tempat limbah infeksius.

Gambar 18. Melepas Gaun Pelindung

Sumber: https://www.google.co.id/pelepasan+APD

Melepas Masker
o Ingatlah bahwa bagian depan masker telah terkontaminasi – JANGAN
SENTUH.
o Lepaskan tali bagian bawah dan kemudian tali / karet bagian atas.
o Buang ke tempat limbah infeksius.

Gambar 19. Melepas Masker

Sumber: https://www.google.co.id/pelepasan+APD

127

Managemen Patient Safety Page 34


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Penggunaan APD pada pasien harus ditetapkan melalui Standar Prosedur Operasional
(SPO) difasilitas pelayanan kesehatan terhadap pasien infeksius sesuai dengan indikasi
dan ketentuan Pencegahan Pengendalian Infeksi (PPI), sedangkan penggunaan APD
untuk pengunjung juga ditetapkan melalui SPO di fasilitas pelayanan kesehatan
terhadap kunjungan ke lingkungan infeksius. Pengunjung disarankan untuk tidak
berlama-lama berada di lingkungan infeksius.

3. DEKONTAMINASI PERALATAN PERAWATAN PASIEN


Pada tahun 1968 Spaulding mengusulkan tiga kategori risiko berpotensi infeksi
untuk menjadi dasar pemilihan praktik atau proses pencegahan yang akan digunakan
(seperti sterilisasi peralatan medis, sarung tangan dan perkakas lainnya) sewaktu
merawat pasien. Kategori Spaulding adalah sebagai berikut:
Kritikal
Bahan dan praktikini berkaitan dengan jaringan steril atau sistem darah sehingga
merupakan risiko infeksi tingkat tertinggi. Kegagalan manajemen sterilisasi dapat
mengakibatkan infeksi yang serius dan fatal.
Semikritikal
Bahan dan praktik ini merupakan terpenting kedua setelah kritikal yang berkaitan
dengan mukosa dan area kecil di kulit yang lecet. Pengelola perlu mengetahui dan
memiliki keterampilan dalam penanganan peralatan invasif, pemrosesan alat,
Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT), pemakaian sarung tangan bagi petugas yang
menyentuh mukosa atau kulit tidak utuh.
Non-kritikal
Pengelolaan peralatan / bahan dan praktik yang berhubungan dengan kulit utuh
yang merupakan risiko terendah. Walaupun demikian, pengelolaan yang buruk pada
bahan dan peralatan non-kritikal akan dapat menghabiskan sumberdaya dengan
manfaat yang terbatas (contohnya sarung tangan steril digunakan untuk setiap kali
memegang tempat sampah atau memindahkan sampah).

Dalam dekontaminasi peralatan perawatan pasien dilakukan penatalaksanaan


peralatan bekas pakai perawatan pasien yang terkontaminasi darah atau cairan tubuh
(pre-cleaning, cleaning, disinfeksi, dansterilisasi) sesuai Standar Prosedur Operasional
(SPO) sebagai berikut:
Rendam peralatan bekas pakai dalam air dan detergen atau enzyme lalu dibersihkan
dengan menggunakan spons sebelum dilakukan disinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau
sterilisasi.
b. Peralatan yang telah dipakai untuk pasien infeksius harus didekontaminasi terlebih
dulu sebelum digunakan untuk pasien lainnya.
Pastikan peralatan sekali pakai dibuang dan dimusnahkan sesuai prinsip pembuangan
sampah dan limbah yang benar. Hal ini juga berlaku untuk alat yang dipakai berulang,

128

Managemen Patient Safety Page 35


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

jika akan dibuang.


d. Untuk alat bekas pakai yang akan dipakai ulang, setelah dibersihkan dengan
menggunakan spons, di DTT dengan klorin 0,5% selama 10 menit.
Peralatan non kritikal yang terkontaminasi, dapat didisinfeksi menggunakan alkohol
70%. Peralatan semikritikal didisinfeksi atau disterilisasi, sedangkan peralatan kritikal
harus didisinfeksi dan disterilisasi.
Untuk peralatan yang besar seperti USG dan X-Ray, dapat didekontaminasi
permukaannya setelah digunakan diruangan isolasi.

Gambar20. Alur Dekontaminasi Peralatan Perawatan Pasien

Sumber: PMK no 27 tahun 2017 tentang pencegahan dan pengendalian infeksi

Keterangan Alur:
Pembersihan Awal (pre-cleaning): Proses yang membuat benda mati lebih aman untuk
ditangani oleh petugas sebelum dibersihkan (umpamanya menginaktivasi HBV, HBC,
dan HIV) dan mengurangi, tapi tidak menghilangkan, jumlah mikro organisme yang
mengkontaminasi.
Pembersihan: Proses yang secara fisik membuang semua kotoran, darah, atau cairan
tubuh lainnya dari permukaan benda mati atau pun membuang sejumlah
mikroorganisme untuk mengurangi risiko bagi mereka yang menyentuh kulit atau

129

Managemen Patient Safety Page 36


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

menangani objek tersebut. Proses ini adalah terdiri dari mencuci sepenuhnya dengan
sabun atau detergen dan air atau menggunakan enzim, membilas dengan air bersih,
dan mengeringkan.
® ®
Jangan menggunakan pembersih yang bersifat mengikis, misalnya Vim atau Comet
atau serat baja atau baja berlubang, karena produk produk ini bisa menyebabkan
goresan. Goresan ini kemudian menjadi sarang mikroorganisme yang membuat
proses pembersihan menjadi lebih sulit serta meningkatkan pembentukan karat.
Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT): Proses menghilangkan semua mikroorganisme, kecuali
beberapa endospora bakterial dari objek, dengan merebus, menguapkan atau
memakai disinfektan kimiawi.
Sterilisasi: Proses menghilangkan semua mikroorganisme (bakteria, virus, fungi dan
parasit) termasuk endospora menggunakan uap tekanan tinggi (otoklaf), panas
kering (oven), sterilisasi kimiawi, atau radiasi.
Sterilisator Uap Tekanan Tinggi (autoklaf):
Sterilisasi uap tekanan tinggi adalah metodesterilisasi yang efektif, tetapi juga
paling sulit untuk dilakukan secara benar. Pada umumnya sterilisasi ini adalah
metode pillihan untuk mensterilisasi instrumen dan alat-alat lain yang digunakan
pada berbagai fasilitas pelayanan kesehatan. Bila aliran listrik bermasalah,
makainstrumen-instrumen tersebutdapat disterilisasidengan sebuahsterilisator
uap non-elektrik dengan menggunakan minyak tanah atau bahan bakar lainnya
sebagai sumber panas. Atur agar suhu harus berada pada 121°C; tekanan harus
berada pada 106kPa; selama 20 menit untuk alat tidak terbungkus dan 30 menit
untuk alat terbungkus. Biarkan semua peralatan kering sebelum diambil dari
sterilisator. Settekanan kPa atau lbs/in² mungkin berbeda tergantung pada jenis
sterilisator yang digunakan. Ikuti rekomendasi pabrik, jika mungkin.
Sterilisator Panas Kering (Oven):
Baik untuk iklim yang lembab tetapi membutuhkan aliran listrik yang terus menerus,
menyebabkan alat ini kurang praktis pada area terpencil atau pedesaan. Selain itu
sterilisasi panas kering yang membutuhkan suhu lebih tinggi hanya dapat digunakan
untuk benda-benda dari gelas atau logam–karena akan melelehkan bahan lainnya.
Letakkan instrumen dioven, panaskan hingga 170°C, selama 1 (satu) jam dan
kemudian didinginkan selama 2-2,5 jam atau 160°C selama2 (dua) jam. Perlu diingat
bahwa waktu paparan dimulai setelah suhu dalam sterilisator telah mencapai suhu
sasaran. Tidak boleh memberi kelebihan beban pada sterilisator karena akan
mengubah konveksi panas. Sisakan ruang kurang lebih 7,5 cm antara bahan yang
akan disterilisasi dengan dinding sterilisator.

PENGELOLAAN LIMBAH
Risiko Limbah
Rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lain sebagai sarana pelayanan
kesehatan adalah tempat berkumpulnya orang sakit maupun sehat, dapat menjadi

130

Managemen Patient Safety Page 37


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

tempat sumber penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran


lingkungan dan gangguan kesehatan, juga menghasilkan limbah yang dapat
menularkan penyakit. Untuk menghindari risiko tersebut maka diperlukan
pengelolaan limbah di fasilitas pelayanan kesehatan.
Jenis Limbah
Fasilitas pelayanan kesehatan harus mampu melakukan minimalisasi limbah yaitu
upaya yang dilakukan untuk mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan dengan cara
mengurangi bahan (reduce), menggunakan kembali limbah (reuse) dan daur ulang
limbah (recycle).

Tabel 1. Jenis wadah dan label limbah medis padat sesuai kategorinya

Sumber:
https://www.google.co.id/Jenis+wadah+dan+label+limbah+medis+padatsesuai
+kategorinya

131

Managemen Patient Safety Page 38


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Tujuan Pengelolaan Limbah


Melindungi pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan masyarakat sekitar
fasilitas pelayanan kesehatan dari penyebaran infeksi dan cidera.
Membuangbahan-bahan berbahaya (sitotoksik, radioaktif, gas, limbah infeksius,
limbah kimiawi dan farmasi) dengan aman.
Proses Pengelolaan Limbah
Proses pengelolaan limbah dimulai dari identifikasi, pemisahan, labeling,
pengangkutan, penyimpanan hingga pembuangan / pemusnahan.
Identifikasijenislimbah:
Secara umum limbah medis dibagi menjadi padat, cair, dan gas. Sedangkan
kategori limbah medis padat terdiri dari benda tajam, limbah infeksius, limbah
patologi, limbah sitotoksik, limbah tabung bertekanan, limbah genotoksik,
limbah farmasi, limbah dengan kandungan logam berat, limbah kimia, dan
limbah radioaktif.
Pemisahan Limbah

Sumber: https://www.google.co.id/pemilahan+limbah+padat

Pemisahan limbah dimulai pada awal limbah dihasilkan dengan memisahkan


limbah sesuai dengan jenisnya. Tempatkan limbah sesuai dengan enisnya,
antara lain:
– Limbah infeksius: Limbah yang terkontaminasi darah dan cairan tubuh
masukkan kedalam kantong plastik berwarna kuning.

132

Managemen Patient Safety Page 39


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Contoh: sampel laboratorium, limbah patologis (jaringan, organ, bagian dari


tubuh, otopsi, cairan tubuh, produk darah yang terdiri dari serum, plasma,
trombosit dan lain-lain), diapers dianggap limbah infeksius bila bekas pakai
pasien infeksi saluran cerna, menstruasi dan pasien dengan infeksi yang
ditransmisikan lewat darah atau cairan tubuh lainnya.
– Limbah non-infeksius: Limbah yang tidak terkontaminasi darah dan cairan
tubuh, masukkan ke dalam kantong plastik berwarna hitam.
Contoh: sampah rumah tangga, sisa makanan, sampah kantor.
– Limbah benda tajam: Limbah yang memiliki permukaan tajam, masukkan ke
dalam wadah tahan tusuk dan air. Contoh: jarum, spuit, ujung infus, benda
yang berpermukaan tajam.
– Limbah cair segera dibuang ketempat pembuangan / pojok limbah
cair(spoelhoek).
Wadah tempat penampungan sementara limbah infeksius berlambang
biohazard. Wadah limbah di ruangan:
– Harus tertutup
– Mudah dibuka dengan menggunakan pedal kaki
– Bersih dan dicuci setiap hari
– Terbuat dari bahan yang kuat, ringan dan tidak berkarat
– Jarak antar wadah limbah 10-20 meter, diletakkan diruang tindakan dan tidak
boleh di bawah tempat tidur pasien
– Ikat kantong plastik limbah jika sudah terisi ¾ penuh
Pengangkutan
– Pengangkutan limbah harus menggunakan troli khusus yang kuat, tertutup
dan mudah dibersihkan, tidak boleh tercecer, petugas menggunakan APD
ketika mengangkut limbah.
– Lift pengangkut limbah berbeda dengan lift pasien, bila tidak memungkinkan
atur waktu pengangkutan limbah
Tempat Penampungan Limbah Sementara
– Tempat Penampungan Sementara (TPS) limbah sebelum di bawa ke tempat
penampungan akhir pembuangan.
– Tempatkan limbah dalam kantong plastik dan ikat dengan kuat.
– Berilabel pada kantong plastik limbah.
– Setiap hari limbah diangkat dari TPS minimal 2 kali sehari.
– Mengangkut limbah harus menggunakan keretad orong khusus.
– Kereta dorong harus kuat, mudah dibersihkan, tertutup limbah tidak boleh
ada yang tercecer.
– Gunakan APD ketika menangani limbah.
– TPS harus di area terbuka, terjangkau oleh kendaraan, aman dan selalu dijaga
kebersihannya dan kondisi kering.
PengolahanLimbah

133

Managemen Patient Safety Page 40


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

– Limbah infeksius dimusnahkan dengan insenerator.


– Limbah non-infeksius dibawa ketempat pembuangan akhir (TPA).
– Limbah benda tajam dimusnahkan dengan insenerator.
Limbah cair dibuang ke spoelhoek.
– Limbah feces, urin, darah dibuang ketempat pembuangan / pojok limbah
(spoelhoek).
Penanganan Limbah Benda Tajam / Pecahan Kaca
– Jangan menekuk atau mematahkan benda tajam.
– Jangan meletakkan limbah benda tajam sembarang tempat.
– Segera buang limbah benda tajam ke wadah yang tersedia tahan tusuk dan
tahan air dan tidak bisa dibuka lagi.
– Selalu buang sendiri oleh si pemakai.
– Tidak menyarungkan kembali jarum suntik habis pakai
(recapping).
– Wadah benda tajam diletakkan dekat lokasi tindakan.
– Bila menangani limbah pecahan kaca gunakan sarung tangan rumah tangga.
– Wadah Penampung Limbah Benda Tajam
Tahan bocor dan tahan tusukan
Harus mempunyai pegangan yang dapat dijinjing dengan satu tangan
Mempunyai penutup yang tidak dapat dibuka lagi
Bentuknya dirancang agar dapat digunakan dengan satu tangan
Ditutup dan diganti setelah ¾ bagian terisi dengan limbah
Ditangani bersama limbah medis

Gambar25.WadahLimbahLaboratorium

Sumber: PMK 2017 tentang pencegahan dan pengendalian infeksi

134

Managemen Patient Safety Page 41


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Gambar26.Wadah TahanTusuk

Sumber: PMK 2017 tentang pencegahan dan pengendalian infeksi

Pembuangan Benda Tajam


– Wadah benda tajam merupakan limbah medis dan harus dimasukkan ke
dalam kantong medis sebelum insinerasi.
– Idealnya semua benda tajam dapat diinsinersi, tetapi bila tidak mungkin
dapat dikubur dan dikapurisasi bersama limbah lain.
– Apapun metode yang digunakan haruslah tidak memberikan kemungkinan
perlukaan.

Managemen Patient Safety Page 42


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Gambar27.AlurTataKelolaLimbah

Sumber: https://www.google.co.id/alur+pemilahan++limbah

Debu sisa pembakaran dari hasil incinerator dapat menimbulkan risiko, debu
hasil pembakaran incinerator dapat terdiri dari logam berat dan bahan toksik lain
sehingga menimbulkan situasi yang menyebabkan sintesa DIOXIN dan FURAN
akibat dari incinerator sering bersuhu area 200-450ᵒC. Selain itu sisa pembakaran
jarum dan gelas yang sudah terdesinfeksi tidak bisa hancur menjadi debu dapat
masih menimbulkan resiko pajanan fisik.
Metoda penanganan autoclave dan disinfeksi dengan uap panas juga dapat
menimbulkan produk hazard yang perlu penanganan yang lebih baik. Pada
prinsipnya, untuk menghindari pajanan fisik maka perlu perawatan dan
operasional incinerator yang baik.

5. PENATALAKSANAAN LINEN
Linen terbagi menjadi linen kotor dan linen terkontaminasi. Linen terkontaminasi
adalah linen yang terkena darah atau cairan tubuh lainnya, termasuk juga benda tajam.
Penatalaksanaan linen yang sudah digunakan harus dilakukan dengan hati-hati.
Kehatian-hatian ini mencakup penggunaan perlengkapan APD yang sesuai dan
membersihkan tangan secara teratur sesuai pedoman kewaspadaan standar dengan
prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Fasilitas pelayanan kesehatan harus membuat SPO penatalaksanaan linen. Prosedur
penanganan, pengangkutan dan distribusi linen harus jelas, aman dan memenuhi
kebutuhan pelayanan.

136

Managemen Patient Safety Page 43


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Petugas yang menangani linen harus mengenakan APD (sarung tangan rumah tangga,
gaun, apron, masker dan sepatu tertutup).
Linen dipisahkan berdasarkan linen kotor dan linen terkontaminasi cairan tubuh,
pemisahan dilakukan sejak dari lokasi penggunaannya oleh perawat atau petugas.
Minimalkan penanganan linen kotor untuk mencegah kontaminasi ke udara dan petugas
yang menangani linen tersebut. Semua linen kotor segera dibungkus / dimasukkan
ke dalam kantong kuning dilokasi penggunaannya dan tidak boleh disortir atau dicuci
dilokasi di mana linen dipakai.
Linen yang terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh lainnya harus dibungkus,
dimasukkan kantong kuning dan diangkut / ditranportasikan secara berhati-hati agar
tidak terjadi kebocoran.
Buang terlebih dahulu kotoran seperti faeces ke washerbedpan, spoelhoek atau toilet
dan segera tempatkan linen terkontaminasi ke dalam kantong kuning / infeksius.
Pengangkutan dengan troli yang terpisah, untuk linen kotor atau terkontaminasi
dimasukkan ke dalam kantong kuning. Pastikan kantong tidak bocor dan lepas ikatan
selama transportasi. Kantong tidak perlu ganda.
Pastikan alur linen kotor dan linen terkontaminasi sampai dilaundry TERPISAH dengan
linen yang sudah bersih.
Cuci dan keringkan linen di ruang laundry. Linen terkontaminasi seyogyanya langsung
masuk mesin cuci yang segera diberi disinfektan.
Untuk menghilangkan cairan tubuh yang infeksius pada linen dilakukan melalui 2 tahap
yaitu menggunakan deterjen dan selanjutnya dengan Natriumhipoklorit (Klorin)
0,5%. Apabila dilakukan perendaman maka harus diletakkan di wadah tertutup agar
tidak menyebabkan toksik bagi petugas.

Gambar 28. Linen Siap Pakai

Sumber: PMK no 27 tahun 2017 tentang pencegahan dan pengendalian infeksi

137

Managemen Patient Safety Page 44


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Gambar29. Gambar Pengangkutan Linen


terkontaminasi:KantongLinenterkontaminasi

Sumber: PMK no 27 tahun 2017 tentang pencegahan dan pengendalian nfeksi

PERLINDUNGAN KESEHATAN PETUGAS


Lakukan pemeriksaan kesehatan berkala terhadap semua petugas baik tenaga kesehatan
maupun tenaga non kesehatan. Fasyankes harus mempunyai kebijakan untuk
penatalaksanaan akibat tusukan jarum atau benda tajam bekas pakai pasien, yang
berisikan antara lain siapa yang harus dihubungi saat terjadi kecelakaan dan
pemeriksaan serta konsultasi yang dibutuhkan oleh petugas yang bersangkutan.
Petugas harus selalu waspada dan hati-hati dalam bekerjauntuk mencegah terjadinya
trauma saat menangani jarum, scalpel dan alat tajam lain yang dipakai setelah prosedur,
saat membersihkan instrumen dan saat membuang jarum.
Jangan melakukan penutupan kembali (recap) jarum yang telah dipakai, memanipulasi
dengantangan, menekuk, mematahkan atau melepas jarum dari spuit. Buang jarum,
spuit, pisau, scalpel, dan peralatan tajam habis pakai lainnya ke dalam wadah khusus
yang tahan tusukan / tidak tembus sebelum dimasukkan ke insenerator. Bila wadah
khusus terisi ¾ harus diganti dengan yang baru untuk menghindari tercecer.
Apabila terjadi kecelakaan kerja berupa perlukaan seperti tertusuk jarum suntik
bekas pasien atau terpercik bahan infeksius maka perlu pengelolaan yang cermat dan
tepat serta efektif untuk mencegah semaksimal mungkin terjadinya infeksi yang tidak
diinginkan.
Sebagian besar insiden pajanan okupasional adalah infeksi melalui darah yang
terjadi dalam fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes). HIV, hepatitis B dan hepatitis C
adalah patogen melalui darah yang berpotensi paling berbahaya, dan kemungkinan
pajanan terhadap patogen ini merupakan penyebab utama kecemasan bagi petugas
kesehatan di seluruh dunia.
Risikomen dapat infeksi lain yang dihantarkan melalui darah (bloodborne) seperti
hepatitis B dan C jauh lebih tinggi dibandingkan mendapatkan infeksi HIV. Sehingga
138

Managemen Patient Safety Page 45


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

tatalaksana pajanan okupasional terhadap penyebab infeksi tidak terbatas pada PPPHIV
saja.
Di seluruh fasyankes, kewaspadaan standar merupakan layanan standar minimal
untuk mencegah penularan patogen melalui darah.

a. TATALAKSANA PAJANAN
Tujuan tatalaksana pajanan adalah untuk mengurangi waktu kontak dengan
darah, cairan tubuh, atau jaringan sumber pajanan dan untuk membersihkan dan
melakukan dekontaminasi tempat pajanan. Tatalaksananya adalah sebagai berikut:
Bila tertusuk jarum segera bilas dengan air mengalir dan sabun / cairan
antiseptik sampai bersih
Bila darah / cairan tubuh mengenai kulit yang utuh tanpa luka atau tusukan,
cuci dengan sabun dan air mengalir
Biladarah / cairan tubuh mengenai mulut, ludahkan dan kumur-kumur dengan
air beberapa kali.
Bila terpecik pada mata, cucilah mata dengan air mengalir (irigasi), dengan
posisi kepala miring ke arah mata yang terpercik.
Bila darah memercik ke hidung, hembuskan keluar dan bersihkan denganair.
Bagian tubuh yang tertusuk tidak boleh ditekan dan dihisap dengan
mulut. b. TATA LAKSANA PAJANAN BAHAN INFEKSIUS DI TEMPAT KERJA

Tindakan darurat pada bagian yang terpajan seperti tersebut di atas.


Setiap pajanan dicatat dan dilaporkan kepada yang berwenang yaitu atasan langsung
dan Komite PPI atau K3. Laporan tersebut sangat penting untuk menentukan
langkah berikutnya. Memulai PPP sebaiknya secepatnya kurang dari 4 jam dan tidak
lebih dari 72 jam, setelah 72 jam tidak dianjurkan karena tidak efektif.

Langkah 2: Telaah pajanan


1) Pajanan
Pajanan yang memiliki risiko penularan infeksi adalah:
– Perlukaan kulit
– Pajanan pada selaput mukosa
– Pajanan melalui kulit yang luka
Bahan Pajanan

Darah
Cairan bercampur darah yang kasat mata
Cairan yang potensial terinfeksi: semen, cairan vagina, cairan serebrospinal,
cairansinovia, cairan pleura, cairan peritoneal, cairan perickardial, cairan
amnion
Virus yang terkonsentrasi

139

Managemen Patient Safety Page 46


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

3) StatusInfeksi
Tentukan status infeksi sumber pajanan (bila belum diketahui), dilakukan
pemeriksaan:
HbsAg untuk Hepatitis B
AntiHCV untuk Hepatitis C
AntiHIV untuk HIV
Untuk sumber yang tidak diketahui, pertimbangkan adanya
Faktor risiko yang tinggi atas ketiga infeksi di atas
Kerentanan

Pernahkan mendapat vaksinasi Hepatitis B.


Status serologi terhadap HBV (titer AntiHBs) bila pernah mendapatkan vaksin.
Pemeriksaan AntiHCV (untuk hepatitis C)
AntiHIV (untuk infeksi HIV)

Sumber: PMK nomor 27 tahun 2017 tentang pencegahan dan pengendalian infeksi

7. PENEMPATAN PASIEN
a. Tempatkan pasien infeksius terpisah dengan pasien noninfeksius.
b. Penempatan pasien disesuaikan dengan pola transmisi infeksi penyakit pasien
(kontak, droplet, airborne) sebaiknya ruangan tersendiri.
Bila tidak tersedia ruang tersendiri, dibolehkan dirawat bersama pasien lain yang
jenis infeksinya sama dengan menerapkan sistem cohorting. Jarak antara tempat
tidur minimal 1 meter. Untuk menentukan pasien yang dapat disatukan dalam satu
ruangan, dikonsultasikan terlebih dahulu kepada Komite atau Tim PPI.
140

Managemen Patient Safety Page 47


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Semua ruangan terkait cohorting harus diberitanda kewaspadaan berdasarkan jenis


transmisinya (kontak, droplet, airborne).
Pasien yang tidak dapat menjaga kebersihan diri atau lingkungannya seyogyanya
dipisahkan tersendiri.
Mobilisasi pasien infeksius yang jenis transmisinya melalui udara (airborne) agar
dibatasi di lingkungan fasilitas pelayanan kesehatan untuk menghindari terjadinya
transmisi penyakit yang tidak perlu kepada yang lain.
Pasien HIV tidak diperkenankan dirawat bersama dengan pasien TB dalam satu
ruangan tetapi pasienTB-HIV dapat dirawat dengan sesama pasien TB.
8. KEBERSIHAN PERNAPASAN / ETIKA BATUK DAN BERSIN
Diterapkan untuk semua orang terutama pada kasus infeksi dengan jenis transmisi
airborne dan droplet. Fasilitas pelayanan kesehatan harus menyediakan sarana
cucitangan seperti wastafel dengan air mengalir, tisu, sabun cair, tempat sampah
infeksius dan masker bedah. Petugas, pasien dan pengunjung dengan gejala infeksi
saluran napas, harus melaksanakan dan mematuhi langkah-langkah sebagai berikut:
Menutup hidung dan mulut dengan tisu atau saputangan atau lengan atas.
Tisu dibuang ke tempat sampah infeksius dan kemudian mencuci tangan.
Edukasi / Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) dan fasilitas pelayanan kesehatan
lain dapat dilakukan melalui audiovisual, leaflet, poster, banner, video melalui TV di
ruang tunggu atau lisan oleh petugas.
Gambar31.EtikaBatuk

Sumber: https://www.google.co.id/etika+batuk

9. PRAKTIK MENYUNTIK YANG AMAN


Pakai spuit dan jarum suntik steril sekali pakai untuk setiap suntikan, berlaku juga
pada penggunaan vial multidose untuk mencegah timbulnya kontaminasi mikroba saat
obat dipakai pada pasien lain. Jangan lupa membuang spuit dan jarum suntik bekas
pakai ke tempatnya dengan benar.

141

Managemen Patient Safety Page 48


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Hati-hati dengan pemakaian obat untuk perina dan anestesi karena berpotensi
menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB).
Rekomendasi Penyuntikan Yang Aman
Menerapkan aseptictechniqu euntuk mencegah kontaminasi alat-alat injeksi
Tidak menggunakan semprit yang sama untuk penyuntikan lebih dari satu
pasien walaupun jarum suntiknya diganti
Semua alat suntik yang dipergunakan harus satu kali pakai untuk satu pasien
dan satu prosedur
Gunakan cairan pelarut / flushing hanya untuk satu kali (NaCl, WFI, dll)
Gunakan singledoseuntukobatinjeksi(bilamemungkinkan)
Tidakmemberikanobat-
obatsingledosekepadalebihdarisatupasienataumencampurobat-
obatsisadarivial/ampuluntukpemberianberikutnya
Bilaharusmenggunakanobat-
obatmultidose,semuaalatyangakandipergunakanharussteril
Simpanobat-obatmultidosesesuaidenganrekomendasidaripabrikyangmembuat
Tidakmenggunakancairanpelarutuntuklebihdari1pasien

PRAKTIKLUMBALPUNGSIYANGAMAN
Semua petugas harus memakai masker bedah, gaun bersih, sarung tangan steril
saat akan melakukan tindakan lumbal pungsi, anestesis pinal / epidural / pasang kateter
vena sentral.
Penggunaan masker bedah pada petugas dibutuhkan agar tidak terjadi droplet flora
orofaring yang dapat menimbulkan meningitisbakterial.

KEWASPADAANBERDASARKAN TRANSMISI

Kewaspadaan berdasarkan transmisi sebagai tambahan Kewaspadaan Standar


yang dilaksanakan sebelum pasien didiagnosis dan setelah terdiagnosis jenis infeksinya.
Jenis kewaspadaan berdasarkan transmisi sebagai berikut:
Melalui kontak
142

Managemen Patient Safety Page 49


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Melalui droplet
Melalui udara (Airborne Precautions)
Melalui common vehicle (makanan, air, obat, alat,peralatan)
Melalui vektor (lalat, nyamuk, tikus)

Suatu infeksi dapat ditransmisikan lebih dari satu cara. Dalam BAB 2 ini, akan dibahas yang
berkaitan dengan HAIs yaitu transmisi kontak, dan droplet.

Kewaspadaan Transmisi Melalui Kontak


Kewaspadaan ini bertujuan untuk menurunkan risiko timbulnya Healthcare
Associated Infections (HAIs), terutama risiko transmisi mikroba yang secara
epidemiologi diakibatkan oleh kontak langsung atau tidak langsung.
Kontak langsung meliputi kontak dengan permukaan kulit yang terbuka dengan
kulit terinfeksi atau kolonisasi. Misalnya pada saat petugas membalikkan tubuh
pasien, memandikan, membantu pasien bergerak, mengganti perban, merawat oral
pasien Herpes Simplex Virus (HSV) tanpa sarung tangan.
Transmisi kontak tidak langsung adalah kontak dengan cairan sekresi pasien
terinfeksi yang ditransmisikan melalui tangan petugas yang belum dicuci atau
benda mati dilingkungan pasien, misalnya instrumen, jarum, kasa, mainan anak,
dan sarung tangan yang tidak diganti.
Hindari menyentuh permukaan lingkungan lain yang tidak berhubungan dengan
perawatan pasien sebelum melakukan aktivitas kebersihan tangan (handhygiene).
Petugas harus menahan diri untuk tidak menyentuh mata, hidung, mulut saat
masih memakai sarung tangan terkontaminasi / tanpa sarung tangan.

Kewaspadaan Transmisi Melalui Droplet

Transmisi drop letter jadi ketik apartikel droplet berukuran > 5 µm yang dikeluarkan
pada saat batuk, bersin, muntah, bicara, selama prosedur suction, bronkhos kopi,
melayang di udara dan akan jatuh dalam jarak < 2m dan mengenai mukosa atau
konjungtiva, untuk itu dibutuhkan APD atau masker yang memadai, bila memungkinkan
dengan masker 4 lapis atau yang mengandung pembunuh kuman
(germdecontaminator). Jenis transmisi percikan ini dapat terjadi pada kasus antara lain
commoncold, respiratory syncitial virus (RSV), Adenovirus, H5N1, H1N1.

143

Managemen Patient Safety Page 50


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Latihan
Coba saudara lakukan cuci tangan dengan menggunakan handscrub (WHO)
Jelaskan alur dekontaminasi peralatan perawatan pasien

Petunjuk Jawaban Latihan


Untuk membantu Anda dalam mengerjakan soal latihan tersebut silakan pelajari kembali
materi tentang
1. BAB IV Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di atas

Ringkasan
Keselamatan pasien adalah hal terpenting yang perlu diperhatikan oleh setiap petugas
medis yang terlibat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Tindakan
pelayanan, peralatan kesehatan, dan lingkungan sekitar pasien sudah seharusnya
menunjang keselamatan serta kesembuhan dari pasien tersebut. Oleh karena itu, setiap
tindakan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien sudah sepatutnya memberi
dampak positif dan tidak memberikan kerugian bagi pasien.

144

Managemen Patient Safety Page 51


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Tes 2
Penyebab utama timbulnya penyebaran infeksi di Rumah Sakit adalah karena kegagalan
petugas kesehatan dalam…
Hand Hygiene
Penggunaan APD
Desinfeksi alat
Sterilitas alat

WHO merekomendasikan gerakan cuci tangan ada berapa langkah ...


3 langkah
4 langkah
5 langkah
6 langkah

Melakukan cuci tangan dengan cairan berbasis Alkohol/Handsrub membutuhkan waktu …


20-30 detik
30-40 detik
40-50 detik
50-60 detik

Kapankah Saudara mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir ?


Sebelum mulai dinas dan saat mau pulang
Sebelum dan setelah melakukan tindakan
Terkena cairan tubuh pasien
Tidak tampak kotor

Masker digunakan untuk melindungi wajah dan membran mukosa mulut dari cipratan
cairan tubuh pasien, udara yang kotor. Masker apakah yang digunakan untuk mencegah
penularan melalui airborne?
Masker rumah tangga
Masker respiratorik
Masker bedah
Masker

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes 2 yang terdapat di bagian akhir
Bab 4 ini.

145

Managemen Patient Safety Page 52


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Kunci Jawaban Tes


Tes 1
B
C
C
D
C

Tes 2
A
D
A
C
B

146

Managemen Patient Safety Page 53


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Glosarium

Transmisi melalui Airborne : Transmisi melalui udara

Tarnsmisi melakui droplet : Transmisi melalui percikan ludah

Hand Hygiene : Kebersihan tangan

Handscrub : Cuci tangan pakai alkohol/antiseptik

Masker respiratorik : Masker mencegahpenularanmelaluiairborne.

ISK : infeksi saluran kemih

IDO : infeksi daerah operasi

SSI : Surgical Site Infection

VAP : Ventilator associated Pneumonia

147

Managemen Patient Safety Page 54


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Daftar Pustaka
Depkes RI bekerjasama dengan Perdalin. (2009). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Rumah Sakit dan Fasiltas Pelayanan Kesehatan Lainnya. SK Menkes No
382/Menkes/2007. Jakarta: Kemenkes RI

Depkes RI.( 2006). Pedoman Penatalaksanaan Flu Burung di Pelayanan Kesehatan. Depkes RI:
Ditjen Bina Yan Med

_____. (2007). Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit
dan Fasiltas Pelayanan Kesehatan Lainnya. SK Menkes No 270/MENKES/2007.
Jakarta: Depkes RI

Kemenkes RI. (2017). Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan. PMK nomor 27 tahun 2017. Jakarta : Kemenkes RI.

148

Managemen Patient Safety Page 55


BAB III
SASARAN KESELAMATAN PASIEN

PENDAHULUAN

Keselamatan Pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien lebih aman,
meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya, serta implementasi solusi
untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil . Pengaturan Keselamatan Pasien bertujuan untuk meningkatkan mutu
pelayanan fasilitas pelayanan kesehatan melalui penerapan manajemen risiko dalam seluruh
aspek pelayanan yang disediakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan. dalam rangka
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, dibutuhkan tindakan yang (1) komprehensif
dan responsif terhadap kejadian tidak diinginkan di fasilitas pelayanan kesehatan agar
kejadian serupa tidak terulang kembali Setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus
menyelenggarakan Keselamatan Pasien. Penyelenggaraan keselamatan pasien tersebut
dilakukan melalui pembentukan sistem pelayanan, yang menerapkan: 1) standar
keselamatan pasien, 2) tujuh langkah menuju keselamatan pasien; dan 3) sasaran
keselamatan pasien (PMK. No. 11 Tahun 2017).
Sasaran keselamatan pasien (SKP) di Indonesia mengacu kepada Internatinal Patient
Safety Goals (IPSG) merupakan hal sangat penting untuk dipahami dan diterapkan dalam
praktik asuhan keperawatan (2). Sasaran keselamatan pasien adalah syarat yang harus
diterapkan di semua rumah sakit. Tujuan SKP adalah untuk menggiatkan perbaikan-
perbaikan tertentu dalam soal keselamatan pasien. Sasaran sasaran dalam SKP menyoroti
bidang-bidang yang bermasalah dalam perawatan kesehatan, memberikan bukti dan solusi
hasil konsensus yang berdasarkan nasihat para pakar. Dengan mempertimbangkan bahwa
untuk menyediakan perawatan kesehatan yang aman dan berkualitas tinggi diperlukan
desain sistem yang baik, sasaran biasanya sedapat mungkin berfokus pada solusi yang
berlaku untuk keseluruhan sistem (PMK. No. 11 Tahun 2017).
Sasaran dalam SKP menyoroti bidang-bidang yang bermasalah di fasilitas pelayanan
kesehatan. Sasaran Keselamatan Pasien Nasional (SKPN), terdiri dari: SKP.1 mengidentifikasi
pasien dengan benar; SKP.2 meningkatkan komunikasi yang efektif; SKP.3 meningkatkan
keamanan obat- obatan yang harus diwaspadai; SKP.4 memastikan lokasi pembedahan yang
benar, prosedur yang benar, pembedahan pada pasienyang benar; SKP.5 mengurangi risiko
infeksi akibat perawatan kesehatan, dan SKP.6 mengurangi risiko cedera pasien akibat
terjatuh

149

Managemen Patient Safety Page 56


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Setelah mempelajari modul/ bab ini Anda diharapkan dapat menjelaskan sasaran
keselamatan pasien nasional. Lebih khusus Anda diharapkan dapat menjelaskan dan
mengidentifikasi pasien dengan benar
meningkatkan komunikasi yang efektif
meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai
memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar, pembedahan pada
pasienyang benar
mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan
mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh

150

Managemen Patient Safety Page 57


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Topik 1
Mengidentifikasi Pasien dengan Benar

Kesalahan identifikasi pasien semakin dikenal sebagai masalah yang meluas di dalam
organisasi layanan kesehatan. Kegagalan untuk mengidentifikasi pasien dengan benar
merupakan risiko serius terhadap keselamatan pasien. Identifikasi pasien yang benar dimulai
dengan kontak pertama pasien dengan layanan dan merupakan tanggung jawab semua staf
yang terlibat dalam proses penerimaan, klinis dan administratif untuk memastikan rincian
yang benar diperoleh dan dicatat dan bahwa setiap ketidakakuratan atau pertanyaan disorot
dan ditangani. Semua pasien harus dapat diidentifikasi setiap saat ketika sedang dilakukan
pemeriksaam atau menjalani prosedur/ perawatan dalam fasilitas pelayanan kesehatan.

Pengertian identifikasi pasien


Pengertian identifikasi adalah proses pengumpulan data dan pencatatan segala
keterangan tentang bukti-bukti dari seseorang sehingga kita dapat menetapkan dan
menyamakan keterangan tersebut dengan individu seseorang.
Identifikasi pasien adalah suatu proses pemberian tanda atau pembeda yang mencakup
nomor rekam medis dan identitas pasien dengan tujuan agar dapat membedakan antara
pasien satu dengan pasien yang lainnya guna ketepatan pemberian pelayanan,
pengobatan dan tindakan atau prosedur kepada pasien.

Manfaat dan tujuan identifikasi pasien dengan benar harus dilakukan


Mengidentifikasi pasien dilakukan dengan tujuan untuk membedakan antara pasien satu
dengan pasien yang lainnya, sehingga mempermudah dalam proses pemberian pelayanan
kesehatan kepada pasien yang datang berobat dan mencegah kesalahan dan kekeliruan
dalam proses pemberian pelayanan, pengobatan tindakan atau prosedur. Ketepatan
identifikasi pasien menjadi hal yang penting, karena berhubungan dengan keselamatan
pasien. Kesalahan karena keliru pasien dapat terjadi dalam semua aspek diagnosis dan
pengobatan. Kesalahan karena keliru pasien dapat merugikan pasien, menyebabkan
pasien tidak mendapatkan terapi yang tepat, membuat pasien cidera, bahkan bisa
menyebabkan cacat atau kematian pasien. Karena itu kesalahan karena keliru pasien
merupakan hal yang amat sangat berat hukumnya.
Tujuan dari mengidentifikasi pasien dengan benar adalah:
mengidentifikasi pasien sebagai individu yang dimaksudkan untuk mendapatkan
pelayanan atau pengobatan dengan cara yang dapat dipercaya/reliable,
untuk mencocokkan pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut.
untuk memastikan tidak terjadinya kesalahan dalam identifikasi pasien selama
perawatan di rumah sakit.

151

Managemen Patient Safety Page 58


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

d. mengurangi kejadian/ kesalahan yang berhubungan dengan salah identifikasi.


Kesalahan ini dapat berupa: salah pasien, kesalahan prosedur, kesalahan medikasi,
kesalahan transfusi, dan kesalahan pemeriksaan diagnostik.
mengurangi kejadian cidera pada pasien

Kondisi yang memerlukan identifikasi pasien


Beberapa keadaan yang dapat beresiko menyebabkan terjadinya error/ kesalahan dalam
mengidentifikasi pasien, yaitu pasien yang dalam keadaan terbius/ tersedasi, mengalami
disorientasi, atau tidak sadar sepenuhnya, mungkin bertukar tempat tidur, kamar, lokasi
di dalam rumah sakit; mungkin mengalami disabilitas sensori; atau akibat situasi lain.
Tujuan menerapkan sasaran ini adalah mengidentifikasi pasien sebagai individu yang
tepat untuk mendapatkan pelayanan atau pengobatan; dan untuk mencocokkan
pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien
disebutkan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan menyusun pendekatan untuk
memperbaiki ketepatan identifikasi pasien. Dari berbagai laporan kejadian baik di
Indonesia maupun di luar negeri, di Negara berkembang ataupun di Negara maju,
kesalahan karena keliru-pasien sebenarnya terjadi di semua aspek diagnosis dan
pengobatan. Keadaan yang dapat mengarahkan terjadinya error/ kesalahan dalam
mengidentifikasi pasien, adalah pasien yang dalam keadaan terbius/ tersedasi, mengalami
disorientasi, atau tidak sadar sepenuhnya; mungkin bertukar tempat tidur, kamar, lokasi
di dalam fasilitas pelayanan kesehatan; mungkin mengalami disabilitas sensori; atau
akibat situasi lain.

Ruang lingkup dan pelaksana identifikasi pasien


Ruang Lingkup identifikasi pasien, mencakup
semua pasien rawat inap, pasien Instalasi Gawat Darurat (IGD), dan pasien yang akan
menjalani suatu prosedur.
Pelaksana identifikasi pasien adalah semua tenaga kesehatan (medis, perawat, farmasi,
bidan, dan tenaga kesehatan lainnya); staf di ruang rawat, staf administratif, dan staf
pendukung yang bekerja di rumah sakit.

Kapan tindakan mengidentifikasi pasien dilakukan?


Kebijakan dan/atau prosedur secara kolaboratif dikembangkan untuk memperbaiki proses
identifikasi, khususnya proses yang digunakan untuk mengidentifikasi pasien. Berikut
adalah beberapa prosedur yang membutuhkan identifikasi pasien:
pemberian obat
pemberian darah atau produk darah (transfusi darah)
pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis; atau
memberikan pengobatan atau tindakan lain.
prosedur pemeriksaan radiologi (rontgen, MRI, dan sebagainya)

152

Managemen Patient Safety Page 59


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Intervensi pembedahan dan prosedur invasif lainnya


transfer pasien
konfirmasi kematian

Kegiatan untuk mengidentifikasi pasien dengan benar


Suatu proses kolaboratif digunakan untuk mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur
untuk memastikan telah mengatur semua situasi yang memungkinkan untuk
diidentifikasi. Kegiatan yang dilaksanakan, adalah:
Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh menggunakan
nomor kamar atau lokasi pasien.
Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah.
Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan
klinis
Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan / prosedur.
Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang konsisten pada
semua situasi dan lokasi.

Tatalaksana identifikasi pasien


Kebijakan dan/atau prosedur memerlukan sedikitnya dua cara untuk mengidentifikasi
seorang pasien, seperti nama pasien, dengan nomor identifikasi menggunakan nomor
rekam medis, tanggal lahir, gelang (-identitas pasien) dengan bar-code, atau cara lain.
Nomor kamar atau lokasi pasien tidak bisa digunakan untuk identifikasi.
Kegiatan identifikasi pasien merupakan hal yang terintegrasi, sehingga penerapan ini
diperlukan standar operasional prosedur untuk pelaksanaan identifikasi pasien. Minimal
terdapat dua identitas pasien, meliputi nama pasien dan tanggal lahir.
Kebijakan dan/atau prosedur juga menjelaskan penggunaan dua pengidentifikasi/
penanda yang berbeda pada lokasi yang berbeda di fasilitas pelayanan kesehatan, seperti
di pelayanan ambulatori atau pelayanan rawat jalan yang lain, unit gawat darurat, atau
kamar operasi. Identifikasi terhadap pasien koma yang tanpa identitas, juga termasuk.
Tatalaksana identifikasi pasien (RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, 2016) adalah sebagai
berikut:
Melakukan identifikasi pasien
Menanyakan nama lengkap pasien dan tanggal lahir
Identifikasi pasien dapat menggunakan Nomor Rekam Medik (NRM)
Menggunakan komunikasi aktif/ pertanyaan terbuka dalam mengidentifikasi
Identifikasi pasien menggunakan dokumen foto
Pasien yang tidak memiliki ekstremitas
Pasien luka bakar luar
Pasien psikiatri yang tidak memungkinkan untuk dipasang gelang identitas
Pasien tanpa identitas
Identifikasi pasien menggunakan gelang identitas pasien

153

Managemen Patient Safety Page 60


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Gelang nama pasien diberikan berdasarkan jenis warna dengan ketentuan, berikut:
gelang warna merah jambu diberikan kepada pasien perempuan,
gelang warna biru diberikan kepada pasien laki-laki,
gelang warna putih diberikan kepada pasien ambigu
Label pada gelang identitas: Nama lengkap; tanggal lahir; jenis kelamin; dan Nomor
Rekam Medik.pasien

(Sumber: http://spo-keperawatan.blogspot.co.id/2016/04/spo-identifikasi-pasien.html)
Gambar 1.1 Gelang Identitas Pasien

Identifikasi pasien berisiko


Menggunakan gelang identitas:
warna merah diberikan kepada pasien yang mengalami alergi terhadap obat-
obatan terutama obat antibiotic,
gelang warna kuning diberikan kepada pasien yang mempunyai risiko jatuh
menggunakan klip dan gelang risiko:
a) Klip Merah : Pasien dengan risiko alergi
b) Klip Kuning : Pasien dengan risiko jatuh
c) Klip Ungu : Pasien dengn DNR (Do Not Resucitate)
d) Klip Pink : Pasien dengan keterbatasan ekstremitas
Gelang abu-abu : Pasien dengan pemasangan implant radio aktif
Identifikasi pasien berisiko adalah terkait pasien yang tidak dapat dilakukan
pemasangan gelang risiko, seperti pada pasien luka bakar luas, pasien psikiatri yang
tidak kooperatif/ gaduh gelisah dan pasien tanpa anggota gerak, maka diberikan
berupa stiker (sesuai warna gelang) yang ditempel pada halaman depan status
pasien.
Pastikan identitas pasien:
Ada dalam setiap lembar dokumen pasien di rekam medic
Ada dalam setiap cairan parenteral (obat/ makanan/ produk darah) yang
diberikan
Ada dalam botol susu/ botol makanan cair/ tempat makanan pasien.

154

Managemen Patient Safety Page 61


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Latihan
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut!
Jelaskan mengapa kita harus mengidentifikasi pasien di rumah sakit dengan benar?
Pada kondisi apa saja perawat harus melakukan identifikasi pasien?
Kegiatan apa saja yang dilakukan pada waktu mengidentifikasi pasien dengan benar?

Petunjuk Jawaban Latihan

Alasan kita mengidentifikasi pasien, antara lain:


Mengidentifikasi pasien dengan benar menjadi hal yang sangat penting, karena
berhubungan dengan keselamatan pasien. Dengan melakukan identifikasi pasien, kita
dapat membedakan antara pasien satu dengan pasien yang lainnya guna ketepatan
pemberian pelayanan, pengobatan dan tindakan atau prosedur kepada pasien. Kalau
tidak melakukan identifikasi pasien dengan benar maka dapat terjadi kesalahan karena
keliru pasien, baik pada saat diagnosis ataupun pengobatan. Kesalahan karena keliru
pasien dapat merugikan pasien, menyebabkan pasien tidak mendapatkan terapi yang
tepat, membuat pasien cidera, bahkan bisa menyebabkan cat atau kematian pasien.
Kondisi yang mengharuskan perawat melakukan identifikasi pasien, adalah:
Keadaan yang dapat mengarahkan/ menyebabkan terjadinya error/ kesalahan dalam
mengidentifikasi pasien, adalah pasien yang dalam keadaan terbius/ tersedasi,
mengalami disorientasi, atau tidak sadar sepenuhnya; mungkin bertukar tempat tidur,
kamar, lokasi di dalam fasilitas pelayanan kesehatan; mungkin mengalami disabilitas
sensori; atau akibat situasi lain.
Berikut adalah beberapa prosedur yang membutuhkan identifikasi pasien:
pemberian obat/ pengobatan atau tindakan lain
pemberian darah atau produk darah (transfusi darah)
pengambilan sampel darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis; atau
prosedur pemeriksaan radiologi (rontgen, MRI, dan sebagainya)
Intervensi pembedahan dan prosedur invasif lainnya
transfer pasien
konfirmasi kematian

Kegiatan yang dilakukan pada saat mengidentifikasi pasien dengan benar


pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh menggunakan
nomor kamar atau lokasi pasien.
pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah.
pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan
klinis
pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan/ prosedur.

155

Managemen Patient Safety Page 62


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

e. kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang konsisten pada


semua situasi dan lokasi.

Ringkasan
Mengidentifikasi pasien dengan benar merupakan sasaran keselamatan pasien yang
pertama yang harus dilaksanakan di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan oleh semua
tenaga kesehatan, yang bertujuan mengidentifikasi pasien sebagai individu yang
mendapatkan pelayanan atau pengobatan dengan cara yang dapat dipercaya/ reliable,
mencocokkan pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut, memastikan tidak
terjadinya kesalahan dalam identifikasi pasien selama perawatan di rumah sakit,
mengurangi kejadian/ kesalahan yang berhubungan dengan salah identifikasi (salah
pasien, kesalahan prosedur, kesalahan medikasi, kesalahan transfusi, dan kesalahan
 pemeriksaan diagnostik), dan mengurangi kejadian cidera pada pasien.
Kegiatan yang harus dilakukan pada saat mengidentifikasi pasien dengan benar, meliputi:
pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh menggunakan nomor
kamar atau lokasi pasien, pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau
produk darah. pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk
pemeriksaan klinis, pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan/
prosedur, serta kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang
konsisten pada semua situasi dan lokasi.

156

Managemen Patient Safety Page 63


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Tes 1
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat

Keselamatan pasien adalah memberikan asuhan keperawatan yang aman dan bermutu.
Apakah yang harus dilakukan oleh perawat sebelum melakukan tindakan memberikan
obat injeksi intra vena?.
melihat SOP
meminta Advice dokter
mengidentifikasi pasien dengan benar
menanyakan keluhan pasien tentang obat

Seorang pasien laki-laki umur 65 tahun dengan diagnosa medis stroke. Saat dikaji
diperoleh data kesadaran pasien menurun, Bagaimanakan cara perawat mengidentifikasi
pasien agar terhindar dari jatuh?
memasang klip hijau
memasang klip kuning
memasang klip abu-abu
memasang klip ungu dan kuning
Seorang pasien baru laki-laki umur 45 tahun masuk dengan diagnosa medis Hepatitis.
Gelang identitas yang manakah yang akan perawat pasangkan kepada pasien
warna merah
warna biru muda
warna merah muda
warna biru muda dan klip kuning

Pada kondisi yang apakah perawat melakukan identifkasi pasien menggunakan dokumen
foto?
pasien tanpa identitas
pasien tidak sadar
pasien anak-anak
pasien fraktur

Kegiatan yang benar agar fasilitas pelayanan kesehatan dapat mengidentifikasi pasien
dengan benar
Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, diantaranya menggunakan
nama pasien dan nomor kamar atau lokasi pasien.
Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan
klinis
Pasien tanpa identitas diidentifikasi sama dengan pasien lain yaitu dengan gelang
identitas.
Pasien dengan risiko jatuh diberi gelang warna abu-abu

157

Managemen Patient Safety Page 64


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes 1 yang terdapat di bagian akhir Bab 5
ini.

158

Managemen Patient Safety Page 65


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Topik 2
Meningkatkan Komunikasi Efektif

1. Pengertian komunikasi efektif


Komunikasi adalah sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi dari seseorang
kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti betul
apa yang dimaksud oleh penyampaian pikiran- pikiran atau informasi (Komaruddin,
1994:Schermerhorn, Hunt & Osborn, 1994: Koontz & Weihrich, 1988). Komunikasi berarti
pemberitahuan, pembicaraan, percakapan, pertukaran pikiran atau hubungan Hardjana,
2003) Secara etimologis, kata efektif (effective) sering diartikan dengan mencapai hasil
yang diinginkan (producing desired result), dan menyenangkan (having a pleasing effect).
Komunikasi efektif adalah sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi dari
seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut
mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran atau informasi”.
(Komaruddin, 1994;Schermerhorn, Hunt & Osborn, 1994).
Komunikasi efektif merupakan komunikasi di antara para petugas pemberi pelayanan
yang dilakukan dengan tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan dapat dipahami oleh
penerima, sehingga dapat mengurangi kesalahan dan menghasilkan perbaikan untuk
keselamatan pasien. Komunikasi efektif dapat dilakukan secara verbal/ lisan, tertulis dan
atau elektronik (RSUP Fatmawati, 2012)

2. Prinsip dan proses komunikasi efektif


Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti sebagaimana dimaksud
oleh pengirim pesan/komunikator, pesan ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan oleh
penerima pesan/komunikan dan tidak ada hambatan untuk hal itu (Hardjana, 2003).
Untuk mendapatkan komunikasi efektif, dilakukan prinsip komunikasi sebagai berikut:
Pemberi pesan secara lisan memberikan pesan
Penerima pesan menuliskan secara lengkap isi pesan tersebut
Isi pesan dibacakan kembali (read back) secara lengkap oleh penerima pesan
memberi pesan memverifikasi isi pesan kepada pemberi penerima pesan
Penerima pesan megklarifikasi ulang bila ada perbedaan pesan dengan hasil verifikasi.
Proses komunikasi efektif dengan prinsip: terima, catat, verifikasi dan klarifikasi dapat
digambarkan sebagai berikut:

159

Managemen Patient Safety Page 66


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Gambar 2.1 Proses komunikasi efektif


(Sumber: http://akreditasi.my.id/rs/panduan-komunikasi-efektif/)

3. Kegiatan untuk meningkatkan komunikasi efektif


Meningkatkan komunikasi yang efektif merupakan sasaran keselamatan pasien kedua,
yang harus dilaksanakan oleh semua fasilitas pelayanan kesehatan. Dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017, disebutkan bahwa Fasilitas pelayanan
kesehatan menyusun pendekatan agar komunikasi di antara para petugas pemberi
perawatan semakin efektif. Kegiatan yang dilaksanakan:
Perintah lisan dan yang melalui telepon ataupun hasil pemeriksaan dituliskan secara
lengkap oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.
Perintah lisan dan melalui telpon atau hasil pemeriksaan secara lengkap dibacakan
kembali oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.
Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh individu yang memberi perintah atau
hasil pemeriksaan tersebut
Kebijakan dan prosedur mendukung praktek yang konsisten dalam melakukan verifikasi
terhadap akurasi dari komunikasi lisan melalui telepon.

Komunikasi yang berisiko/ paling mudah mengalami kesalahan, adalah:


perintah diberikan secara lisan dan yang diberikan melalui telpon, bila diperbolehkan
peraturan perundangan.
pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis, seperti laboratorium klinis menelpon unit
pelayanan pasien untuk melaporkan hasil pemeriksaan segera /cito.
Fasilitas pelayanan kesehatan secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau
prosedur untuk perintah lisan dan melalui telepon termasuk: menuliskan (atau memasukkan
ke komputer) perintah secara lengkap atau hasil pemeriksaan oleh penerima informasi;
penerima membacakan kembali (read back) perintah atau hasil pemeriksaan; dan
mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah dituliskan dan dibacakan ulang dengan akurat.untuk
obat-obat yang termasuk obat NORUM/LASA dilakukan eja ulang. Kebijakan dan/atau
prosedur mengidentifikasi alternatif yang diperbolehkan bila proses pembacaan

160

Managemen Patient Safety Page 67


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

kembali (read back) tidak memungkinkan seperti di kamar operasi dan dalam situasi
gawat darurat/emergensi di IGD atau ICU.

4. Aturan/ hukum dalam komunikasi efektif


Ada 5 (lima) hukum komunikasi yang efektif (The 5 Inevitable Laws of Efffective
Communication) terangkum dalam satu kata yang mencerminkan esensi dari komunikasi
itu sendiri yaitu REACH, yang berarti merengkuh atau meraih. Karena sesungguhnya
komunikasi itu pada dasarnya adalah upaya bagaimana kita meraih perhatian, cinta kasih,
minat, kepedulian, simpati, tanggapan, maupun respon positif dari orang lain.Hukum
komunikasi efektif yang pertama adalah :
a. Respect:
Hukum pertama dalam mengembangkan komunikasi yang efektif adalah sikap menghargai
setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang kita sampaikan. Jika kita membangun
komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati, maka kita dapat
membangun kerjasama yang menghasilkan sinergi yang akan meningkatkan efektifitas kinerja
kita baik sebagai individu maupun secara keseluruhan sebagai sebuah tim.

Empathy
Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi
yang dihadapi oleh orang lain. Untuk bisa berempati, salah satu prasyarat utamanya
adalah kemampuan untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum
didengarkan atau dimengerti oleh orang lain. Rasa empati akan menimbulkan respek atau
penghargaan, dan rasa respek akan membangun kepercayaan yang merupakan unsur
utama dalam membangun teamwork.
Audible
Makna dari audible antara lain dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Jika
empati berarti kita harus mendengar terlebih dahulu ataupun mampu menerima umpan
balik dengan baik, maka audible berarti pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh
penerima pesan. Pesan harus disampaikan melalui media maupun perlengkapan atau alat
bantu audio visual yang akan membantu sedemikian hingga pesan dapat diterima dengan
baik oleh penerima pesan.
Clarity
Selain bahwa pesan harus dapat dimengerti dengan baik, pesan yang disampaikan harus
jelas sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang
berlainan.
Humble
humble atau sikap rendah hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum
pertama untuk membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari
olehsikaprendahhati yang kita miliki. Sikap Rendah Hati pernah yang pada intinya antara lain:
sikap yang penuh melayani (dalam bahasa pemasaran Customer First Attitude), sikap
menghargai, mau mendengar dan menerima kritik, tidak sombong dan memandang rendah

161

Managemen Patient Safety Page 68


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

orang lain, berani mengakui kesalahan, rela memaafkan, lemah lembut dan penuh
pengendalian diri, serta mengutamakan kepentingan yang lebih besar.

Aspek/ komponen dari komunikasi efektif?


Terdapat 5 aspek komunikasi efektif, yaitu:
Kejelasan (Clarity)  pesan yang disampaikan harus jelas
Ketepatan (Accuracy)  informasi yang diberikan adalah benar
Konteks (Context)  gaya bicara dan pesan disampaikan dalam situas yang tepat.
Alur (Flow)  pesan disampaikan secara sistematik/ urutannya tepat.
Budaya (Culture)  pesan disampaikan sesuai dengan bahasa, gaya bicara, dan norma-
etika yang berlaku.

Faktor yang mempengaruhi komunikasi efektif


Faktor teknis komunikasi
Secara tekniks, untuk mencapai komunikasi efektif, komunikasi verbal “memainkan”
teknik vocal :
Speed/ tempo – kecepatan bicara; variatif, jangan terlalu cepat jangan pula terlalu
lambat.
Volume – tinggi-rendah nada bicara, disesuaikan dengan karakter dan jumlah
audiens.
Aksentuasi – penekanan (stressing) pada kata-kata tertentu.
Artikulasi – kejelasan kata demi kata yang diucapkan.
Projection – memproyeksikan (mengarahkan) suara sampai ke bagian paling
belakang ruangan tanpa harus berteriak.
Pronounciation (Pelafalan) – pelafalan kata demi kata secara jelas dan benar.
Repetition (pengulangan) – untuk mengulangi kata-kata penting dengan irama yang
berbeda.
Hindari gumaman (Intruding Sound) terlalu sering.
Ringkas, namun jelas. Jangan bertele-tele.

Faktor lainnya
Selain teknik komunikasi, faktor berikut ini juga dapat menentukan keefektifan dari
komunikasi, antara lain:
Kepercayaan komunikan terhadap komunikator.
Kejelasan pesan yang disampaikan.
Keterampilan komunikasi komunikator
Daya tarik pesan.
Kesesuaian isi pesan dengan kebutuhan komunikan.
Kemampuan komunikan dalam menafsirkan pesan (decoding).
Setting komunikasi kondusif atau nyaman dan menyenangkan.
.

162

Managemen Patient Safety Page 69


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Jika komunikasi yang kita bangun didasarkan pada hal-hal tersebut di atas maka kita
dapat menjadi seorang komunikator yang handal dan pada gilirannya dapat membangun
jaringan hubungan dengan orang lain yang penuh dengan penghargaan (respect), karena
inilah yang dapat membangun hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan dan
saling menguatkan dengan menjalankan komunikasi efektif di rumah sakit .

Cara meningkatkan komunikasi verbal yang efektif


Komunikasi verbal di fasilitas pelayanan kesehatan dilakukan dengan pendekatan komunikasi
SBAR (situation – background – assessment – recommendation) dan TBAK (tulis
– baca – konfirmasi kembali).

Komunikasi S B A R
Komunikasi S B A R dilakukan pada
saat serah terima Pasien (antar shift keperawatan, perpindahan pasien antar unit kerja)
Saat Petugas melaporkan kondisi pasien kepada Dokter penanggung jawab Pasien (DPJP).
Melaparkan:
 kondisi pasien yang kritis
 pemeriksaan penunjang dengan hasil nilai kritis
 kondisi pasien yang mendapat pengobatan dan memerlukan pengawasan khusus
kondisi pasien yang memerlukan monitoring ketat
Isi laporan SBAR:
S (Situation)  melaporkan situasi pasien, meliputi: nama pasien, umur, lokasi, masalah
yang ingin disampaikan, tanda-tanda vital pasien, kekhawatiran petugas terhadap
kondisi pasien.
B (Background)  menyampaikan latar belakang atau masalah pasien sebelumnya
A (Assessment)  menyampaikan penilaian terhadap kondisi pasien dengan
menyampaikan masalah saat ini
R Recommendation)  menyampaikan rekomendasi berupa saran, pemeriksaan
tambahan, atau perubahan tatalaksana jika diperlukan.

Komunikasi TBAK
Komunikasi TBAK dilakukan, pada saat:
Saat petugas menerima instruksi verbal pertelepon/ lisan dari DPJP
Saat petugas menerima laporan hasil tes kritis/ critical test/ pemeriksaan cito.

Prosedur komunikasi TBAK dilakukan sebagai berikut:


a. Penerima pesan menuliskan pesan lengkap yang disampaikan pengirim di Catatan
Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT), meliputi:
 Tanggal dan jam pesan diterima
Isi pesan secara lengkap

163

Managemen Patient Safety Page 70


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Nama pemberi instruksi dalam kotak stempel KONFIRMASI (penerima pesan


membubuhkan stempel KONFIRMASI di sebelah kanan/bawah catatan
instruksi)
 Nama penerima pesan
Penerima pesan Membacakan kembali instruksi lengkap tersebut kepada pemberi pesan
Pemberi pesan mengkonfirmasi isi pesan dengan jawaban “Ya benar”
Pemberi pesan/ instruksi menanda tangani dan menulis tanggal dan jam
penandatanganan dalam kotak stempel KONFIRMASI dalam catatan perkembangan
terintegrasi, dalam waktu 1 x 24 jam

Latihan
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi komunikasi efektif, kerjakanlah
latihan berikut!
Sebutkan apa saja komponen dari komunikasi efektif?
Jelaskan faktor apa saja yang mempengaruhi komunikasi efektif?
Apa bedanya komunikasi SBAR dengan TBAK?

Petunjuk Jawaban Latihan

Untuk membantu Anda dalam mengerjakan soal latihan tersebut silakan pelajari kembali
materi tentang:
Komponen/ aspek komunikasi efektif, yaitu:
Kejelasan (Clarity, artinya pesan yang disampaikan harus jelas
Ketepatan (Accuracy), informasi yang diberikan adalah benar
Konteks (Context), gaya bicara dan pesan disampaikan dalam situas yang tepat.
Alur (Flow) , pesan disampaikan secara sistematik/ urutannya tepat.
Budaya (Culture), pesan disampaikan sesuai dengan bahasa, gaya bicara, dan norma-
etika yang berlaku.
Faktor yang mempengaruhi komunikasi efektif adalah faktor teknis dan faktor lain. Faktor
teknis komunikasi yang mempengaruhi komunikasi efektif pada komunikasi verbal,
diantaranya adalah teknik vocal, yaitu sebagai berikut: a) Speed/ tempo – kecepatan
bicara; harus variatif, jangan terlalu cepat jangan pula terlalu lambat, b) Volume – tinggi-
rendah nada bicara, disesuaikan dengan karakter dan jumlah audiens, c) Aksentuasi –
penekanan (stressing) pada kata-kata tertentu, d) Artikulasi – kejelasan kata demi kata
yang diucapkan, e) Projection – memproyeksikan (mengarahkan) suara sampai ke bagian
paling belakang ruangan tanpa harus berteriak, f) Pronounciation (Pelafalan) – pelafalan
kata demi kata secara jelas dan benar, g) Repetition (pengulangan) – untuk mengulangi
kata-kata penting dengan irama yang berbeda, h) Hindari gumaman (Intruding Sound)
terlalu sering, dan i) Ringkas, namun jelas. Jangan bertele-tele.

164

Managemen Patient Safety Page 71


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Selain teknik komunikasi, faktor berikut ini juga dapat menentukan keefektifan dari
komunikasi, antara lain: a) Kepercayaan komunikan terhadap komunikator, b) Kejelasan
pesan yang disampaikan, c) Keterampilan komunikasi komunikator, d) Daya tarik pesan, e)
Kesesuaian isi pesan dengan kebutuhan komunikan, f) Kemampuan komunikan dalam
menafsirkan pesan (decoding), dan g) Setting komunikasi kondusif atau nyaman dan
menyenangkan.
.
Perbedaan komunikasi SBAR dengan TBAK, adalah
Komunikasi S B A R dilakukan pada saat
serah terima Pasien (antar shift keperawatan, perpindahan pasien antar unit kerja),
saat Petugas melaporkan kondisi pasien kepada Dokter penanggung jawab Pasien
Sedangkan Komunikasi TBAK dilakukan, pada saat:
saat petugas menerima instruksi verbal pertelepon/ lisan dari DPJP
saat petugas menerima laporan hasil tes kritis/ critical test/ pemeriksaan cito.

Ringkasan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 11 Tahun 2017, menetapkan bahwa setiap fasilitas
pelayanan kesehatan menyusun pendekatan agar komunikasi di antara para petugas
pemberi perawatan semakin efektif. Kegiatan yang dilaksanakan, adalah: 1) Perintah
lisan dan yang melalui telepon ataupun hasil pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh
penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut, 2) Perintah lisan dan melalui telpon
atau hasil pemeriksaan secara lengkap dibacakan kembali oleh penerima perintah atau
hasil pemeriksaan tersebut, 3) Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh
individu yang memberi perintah atau hasil pemeriksaan tersebut, 4) Kebijakan dan
prosedur mendukung praktek yang konsisten dalam melakukan verifikasi terhadap
 akurasi dari komunikasi lisan melalui telepon.
Untuk meningkatkan komunikasi efektif di fasilitas pelayanan kesehatan digunakan
 pendekatan komunikasi SBAR dan TBAK
Prinsip komunikasi meliputi : 1) Pemberi pesan secara lisan memberikan pesan, 2)
Penerima pesan menuliskan secara lengkap isi pesan tersebut, 3) Isi pesan dibacakan
kembali (read back) secara lengkap oleh penerima pesan, 4) Pemberi pesan
memverifikasi isi pesan kepada pemberi penerima pesan, 5) Penerima pesan
megklarifikasi ulang bila ada perbedaan pesan dengan hasil verifikasi.

165

Managemen Patient Safety Page 72


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Tes 2
Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat

Salah satu aturan dalam mengembangkan komunikasi yang efektif adalah sikap
menghargai dan menghormati setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang kita
sampaikan. Sikap seperti disebut
respect
empathy
audible
clarity

Komunikasi dengan pendekatan TBAK, dilakukan perawat pada saat:


serah terima Pasien antar shift dinas
melaporkan kondisi pasien kepada Dokter
menerima laporan hasil pemeriksaan laboratorium
malaporkan hasil pemeriksaan laboratorium yang penting

Berikut ini adalah faktor teknis yang mempengaruhi komunikasi efektif


kepercayaan komunikan terhadap komunikator
ringkas dan jelas, tidak bertele-tele
kejelasan pesan yang disampaikan
daya tarik pesan

Pada saat dinas di ruang perawatan RS Anda mendapatkan seorang pasien mengalami
kondisi kritis. Tindakan Anda setelah memeriksa pasien, adalah:
melakukan intervensi sesuai instruksi dokter
melaporkan kondisi pasien dengan komunikasi SBAR
melakukan observasi tanda vital dan tingkat kesadaran
melaporkan kondisi pasien kepada DPJP dengan teknik TBAK

Pada saat Anda melaporkan kondisi pasien kepada dokter penanggung jawab, urutan/
tahapan isi laporan yang disampaikan, adalah
situasi pasien dan kekhawatiran Anda  masalah pasien sebelumnya  saran Anda
penilaian tentang pasien saat ini
masalah pasien sebelumnya  situasi pasien dan kekhawatiran Anda  saran Anda
penilaian tentang pasien saat ini
penilaian tentang pasien saat ini  kondisi pasien  masalah pasien sebelumnya 
saran
situasi pasien dan kekhawatiran Anda  masalah pasien sebelumnya penilaian
tentang pasien saat ini saran Anda

166

Managemen Patient Safety Page 73


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes 2 yang terdapat di bagian akhir Bab 5
ini.

167

Managemen Patient Safety Page 74


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Topik 3
Meningkatkan Keamanan Obat-obatan
yang Harus Diwapadai
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien,
disebutkan bahwa sasaran keselamatan ketiga adalah meningkatkan keamanan obat-obatan
yang harus diwaspadai. dan fasilitas pelayanan kesehatan mengembangkan pendekatan
untuk memperbaiki keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai.

Pengertian obat-obatan yang perlu diwaspadai


Obat yang perlu diwaspadai (High-Alert Medications) adalah sejumlah obat-obatan yang
memiliki risiko tinggi menyebabkan bahaya yang besar pada pasien jika tidak digunakan
secara tepat (drugs that bear a heightened risk of causing significant patient harm when
they are used in error (ISMP - Institute for Safe Medication Practices). Obat yang perlu
diwaspadai (High-Alert Medications) merupakan obat yang persentasinya tinggi dalam
menyebabkan terjadinya kesalahan/ error dan/ atau kejadian sentinel (sentinel event),
obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome)
termasuk obat-obat yang tampak mirip (nama obat, rupa dan "ucapan mirip, NORUM
atau Look-Alike Sound-Alike, LASA, termasuk pula elektrolit konsentrasi tinggi.
Jadi, obat yang perlu diwaspadai merupakan obat yang memerlukan kewaspadaan tinggi,
terdaftar dalam kategori obat berisiko tinggi, dapat menyebabkan cedera serius pada
pasien jika terjadi kesalahan dalam penggunaan.

Tujuan dari meningkatkan keamanan obat-bat yang perlu diwaspadai


Bila obat-obatan adalah bagian dari rencana pengobatan pasien, maka penerapan
manajemen yang benar penting/krusial untuk memastikan keselamatan pasien. Obat-
obatan yang perlu diwaspadai (high-alert medications) adalah obat yang persentasinya
tinggi dapat menyebabkan terjadi kesalahan/ error dan/ atau kejadian sentinel (sentinel
event). Obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse
outcome). Demikian pula obat-obat yang tampak mirip/ucapan mirip (Nama Obat, Rupa
dan Ucapan Mirip/NORUM, atau Look-Alike Sound-Alike/ LASA) (PMK. No. 11 Th. 2017).
Tujuan penerapan sasaran keselamatan pasien meningkatkan keamanan obat-obatan
yang perlu diwaspadai, adalah:
Memberikan pedoman dalam manajemen dan pemberian obat yang perlu diwaspadai
(high-alert medications) sesuai standar pelayanan farmasi dan keselamatan pasien
rumah sakit.
Meningkatkan keselamatan pasien rumah sakit.
Mencegah terjadinya sentinel event atau adverse outcome
Mencegah terjadinya kesalahan/ error dalam pelayanan obat yang perlu diwaspadai
kepada pasien.
Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.

168

Managemen Patient Safety Page 75


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Kegiatan yang harus dilaksanakan di fasilitas pelayanan kesehatan


Dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 11 Tahun 2017 disebutkan bahwa kegiatan yang
dilaksanakan untuk meningkatkan keamanan obat-obatan yang perlu diwaspadai, adalah:
Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan agar memuat proses identifikasi, lokasi,
pemberian label, dan penyimpanan obat-obat yang perlu diwaspadai
Kebijakan dan prosedur diimplementasikan
Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika dibutuhkan
secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian yang tidak sengaja di
area tersebut, bila diperkenankan kebijakan.
Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit pelayanan pasien harus diberi label yang
jelas, dan disimpan pada area yang dibatasi ketat (restricted).

Obat –obat yang perlu di waspadai


Obat yang perlu diwaspadai dapat dibedakan menjadi: a.
Kelompok obat yang memiliki rupa mirip (Look-Alike)

(Sumber: http://lancastria.net/blog/wp-
content/uploads/2010/11/Hydralazine_lancastria.jpg)
Gambar 3.1 Contoh Obat Look Alike (memiliki rupa mirip)

169

Managemen Patient Safety Page 76


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

b. Kelompok obat yang memiliki nama mirip (Sound-Alike)

Gambar 3.2 Contoh Obat Sound Alike (memiliki nama mirip)


(Sumber: https://altruisticobserver.files.wordpress.com/2011/12/lasa2.png)

Kelompok obat Look Alike Sound Alike (LASA)

(Sumber: (Sumber:
https://image.slidesharecdn.com/skp-
http://a.abcnews.com/images/Blotter/ht
160318072220/95/skp-47- _CIPROFLOXACIN_100301_ssh.jpg)
638.jpg?cb=1458304003)
Gambar 3.3 Contoh Obat Look Alike Sound Alike (LASA)

170

Managemen Patient Safety Page 77


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

c. Kelompok obat elektrolit konsentrasi tinggi

Daftar obat-obatan yang sangat perlu diwaspadai tersedia di WHO. Yang sering disebut-
sebut dalam isu keamanan obat adalah pemberian elektrolit konsentrat secara tidak
sengaja, misalnya:
Kalium/Potasium klorida [sama dengan 2 mEq/ml atau yang lebih pekat)],
Kalium/Potasium fosfat [(sama dengan atau lebih besar dari 3 mmol/ml)],
Natrium/sodium klorida [lebih pekat dari 0.9%], dan
Magnesium sulfat [sama dengan 50% atau lebih pekat]

staf tidak mendapatkan orientasi dengan baik di unit asuhan pasien,


perawat kontrak tidak diorientasikan sebagaimana mestinya terhadap unit asuhan
pasien, atau pada keadaan gawat darurat/emergensi.
Cara yang paling efektif untuk mengurangi atau mengeliminasi kejadian tersebut adalah
dengan mengembangkan proses pengelolaan obat-obat yang perlu diwaspadai termasuk
memindahkan elektrolit konsentrat dari unit pelayanan pasien ke farmasi.

Fasilitas pelayanan kesehatan secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan


dan/atau prosedur untuk menyusun daftar obat -obat yang perlu diwaspadai berdasarkan
datanya sendiri. Kebijakan dan/atau prosedur juga mengidentifikasi area mana yang
membutuhkan elektrolit konsentrat secara klinis sebagaimana ditetapkan oleh petunjuk
dan praktek profesional, seperti di IGD atau kamar operasi, serta menetapkan cara
pemberian label yang jelas serta bagaimana penyimpanannya di area tersebut sedemikian
rupa, sehingga membatasi akses untuk mencegah pemberian yang tidak disengaja/kurang
hati-hati.

Area pelayanan yang membutuhkan elektrolit konsentrat


Berdasarkan pelayanan medis yang diberikan kepada pasien maka unit yang dinilai
membutuhkan penempatan elektrolit konsentrasi tinggi di unit pelayanan hanya berada
di :
Intensive care unit (ICU)
Instalasi gawat darurat (IGD)
Kamar operasi
Elektrolit konsentrat tidak boleh berada di ruang perawatan, kecuali di ruang tersebut di
atas, dengan syarat disimpan di tempat terpisah, akses terbatas, jumlah terbatas dan
diberi label yang jelas untukmenghindari penggunaan yang tidak disengaja.
Peresepan, penyimpanan, penyiapan, pemberian elektrolit konsentrat di ruangan
tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku tentang manajemen obat yang perlu
diwaspadai (high-alert medications)

171

Managemen Patient Safety Page 78


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Cara penyimpanan obat yang harus diwaspadai


Lokasi penyimpanan
Obat yang perlu diwaspadai berada di logistik farmasi dan pelayanan farmasi, khusus
untuk elektrolit konsentrasi tinggi terdapat juga di unit pelayanan, yaitu ICU dan kamar
bersalin(VK) dalam jumlah yang terbatas. Obat disimpan sesuai dengan kriteria
penyimpanan perbekalan farmasi, utamanya dengan memperhatikan jenis sediaan
obat (rak/kotak penyimpanan, lemaripendingin), sistem FIFO dan FEFO serta
ditempatkan sesuai ketentuan obat“High Alert”
Penyimpanan Elektrolit Konsentrasi Tinggi
Asisten apoteker (logistik farmasi / pelayanan farmasi) yang menerima obat segera
memisahkan obat yang termasuk kelompok obat yang “High Alert”sesuai Daftar
Obat Hight alert di RSU Sari Mutiara Medan
Tempelkan stiker merah bertuliskan “High Alert” pada setiap kemasan obat high
alert.
Berikan selotip merah pada sekeliling tempat penyimpanan obat high alert yang
terpisah dari obat lain

Penyimpanan obat LASA


LASA (look alike sound alike) merupakan sebuah peringatan (warning) untuk
keselamatan pasien (patient safety) : obat-obatan yang bentuk / rupanya mirip dan
pengucapannya / namanya mirip tidak boleh diletakkan berdekatan.
Walaupun terletak pada kelompok abjad yang sama harus diselingi dengan minimal
(dua) obat dengan kategori LASA diantara atau ditengahnya.
Biasakan mengeja nama obat dengan kategori LASA saat memberi/menerima
instruksi
Pemberian LABEL
Label untuk obat yang perlu diwaspadai dapat dibedakan menjadi dua jenis :
HIGHT ALERT untuk elektrolit konsentrasi tinggi, jenis injeksi atau infuse tertentu,
mis. heparin, insulin, dll.
Penandaan obat High Alert dilakukan dengan stiker Hight Alert Double Check”
 pada obat.
LASA untuk obat-obat yang termasuk kelompok LASA/NORUM
Obat kategori Look Alike Sound Alike (LASA) diberikan penanda dengan stiker
 LASA pada tempat penyimpanan obat.
Apabila obat dikemas dalam paket untuk kebutuhan pasien, maka diberikan
tanda LASA pada kemasan primer obat.

172

Managemen Patient Safety Page 79


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

(Sumber: https://image.slidesharecdn.com/pengelolaanperbekalanfarmasinarko
tikadanpengelolaansertapenangananlasa-)
Gambar 3.4 Contoh Labeling Obat Look Alike

Penyimpanan obat HIGHT ALERT


Apoteker/ asisten apoteker memverifikasi resep obat high alert sesuai Pedoman
Pelayanan farmasi penangana High Alert
Garis bawahi setiap obat high alert pada lembar resep dengan tinta merah.
Jika apoteker tidak ada di tempat, maka penanganan obat high alert dapat
didelegasikan pada asisten apoteker yang sudah ditentukan.
Dilakukan pemeriksaan kedua oleh petugas farmasi yang berbeda sebelum obat
diserahkan kepada perawat
Petugas farmasi pertama dan kedua, membubuhkan tanda tangan dan nama jelas di
bagian belakang resep sebagai bukti telah dilakukan double check.
Obat diserahkan kepada perawat/pasien disertai dengan informasi yang memadai
dan menandatangani buku serah terima obat rawat inap.

Cara penyiapan obat HIGH ALERT


Pemberian elektrolit konsentrat di ruangan tersebut sesuai dengan ketentuan yang
berlaku tentang manajemen obat yang perlu diwaspadai (high-alert medications)
Penyimpanan Obat yang perlu diwaspadai (High Alert) diruang perawatan
Penyiapan dan pemberian obat kepada pasien yang perlu diwaspadai termasuk
elektrolit konsentrasi tinggi harus memperhatikan kaidah berikut:
Setiap pemberian obat menerapkan PRINSIP 7 BENAR
Pemberian elektrolit pekat harus dengan pengenceran dan penggunaan label khusus.
Pastikan pengenceran dan pencampuran obat dilakukan oleh orang yang
berkompeten.
Pisahkan atau beri jarak penyimpanan obat dengan kategori LASA
Tidak menyimpan obat kategori kewaspadaan tinggi di meja dekat pasien tanpa
pengawasan.

173

Managemen Patient Safety Page 80


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Biasakan mengeja nama obat dengan kategori obat LASA/NORUM) Look Alike
Sound Alike = nama obat mirip rupa, saat memberi / menerima instruksi.

Cara pengenceran obat yang perlu diwaspadai (Hight Alert) diruang perawatan
KCL 7,46 % injeksi (Konsentrasi sediaan yang ada adalah 1mEq=1ml) harus
diencerkan sebelum digunakan dengan perbandingan 1ml KCL : 1 ml pelarut
(WFI/Nacl 0,9%). Konsentrasi dalam larutan maksimum adalah 10meQ/10Ml.
PemberianKCL melalui perifer diberikan secara perlahan-lahan dengan kecepatan
infuse 10meQ/jam (atau 10meQKCL dalam 100ml pelarut/jam. Pemberian obat KCL
melalui central line (vena sentral) konsentrasi maksimum adalah 20mEq/100ml
kecepatan infuse maksimal 20mEq KCL dalam 100ml pelarut/jam.
Nacl 0,3 % injeksi intervena diberikan melalui vena sentral dengan kecepatan infuse
tidak lebih dari 100Ml/jam.
Atrium bicarbonat (Meylon vial 8,4%) injeksi, harus diencerkan sebelum digunakan.
Untuk penggunaan bolus, diencerkan dengan perbandingan 1Ml NA Bicarbonat : 1
Ml pelarut WFI untuk pemberian bolus dengan kecepatan maksimum 10mEq/menit
untuk penggunaan infuse drip,diencerkan dengan perbandingan 0,5Ml Na
Bicarbonat : 1Ml Dextrose 5% pemberian drip infuse dilakukan dengan kecepatan
maksimum 1mEq/ Kg BB/Jam

Cek 7 (Tujuh) Benar Obat Pasien


Setiap penyerahan obat kepada pasien dilakukan verifikasi 7 (tujuh) benar untuk
mencapai medication safety
Benar obat
Benar waktu dan frekuensi pemberian.
Benar dosis.
Benar rute pemberian.
Benar identitas pasien
- Kebenaran nama pasien
- Kebenaran nomor rekam medis pasien
- Kebenaran umur/tanggal lahir pasien -
Kebenaran alamat rumah pasien
- Nama DPJP
Benar informasi
Benar dokumentasi

Cara pemberian Obat yang perlu diwaspadai di ruang perawatan


Sebelum perawat memberikan obat high alert kepada pasien maka perawat lain harus
melakukan pemeriksaan kembali (double check) secara independent.
Kesesuaian antara obat dengan rekam medik/instruksi dokter.

174

Managemen Patient Safety Page 81


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Ketepatan perhitungan dosis obat.


Identitas pasien.

Obat high alert infus harus dipastikan :


Ketepatan kecepatan pompa infus (infuse pump).
Jika obat lebih dari satu, tempelkan label nama obat pada syringe pump dan
di setiap ujung jalur selang.
Obat high alert elektrolit konsentrasi tinggi harus diberikan sesuai perhitungan standar
yang telahbaku, yang berlaku di semua ruang perawatan.
Setiap kali pasien pindah ruang rawat, perawat pengantar menjelaskan kepada perawat
penerima pasien bahwa pasien mendapatkan obat high alert dan menyerahkan
formulir pencatatan obat.
Dalam keadaan emergency yang dapat menyebabkan pelabelan dan tindakan
pencegahan terjadinya kesalahan obat high alert dapat mengakibatkan tertundanya
pemberian terapi dan memberikan dampak yang buruk pada pasien, maka dokter dan
perawat harus memastikan terlebih dahulu keadaan klinis pasien yang membutuhkan
terapi segera (cito) sehingga double check dapat tidak dilakukan,namun sesaat
sebelum memberikan obat, perawat harus menyebutkan secara lantang semua jenis
obat yang diberikan kepada pasien sehingga diketahui dan didokumentasikan dengan
baik oleh perawat yang lainnya.

LATIHAN
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut!
Jelaskan pengertian dari Obat yang perlu diwaspadai?
Jelaskan cara penyiapan dan pemberian obat yang perlu diwaspadai di ruang perawatan?
Jelaskan penggunaan LABEL untuk obat yang perlu diwaspadai

Petunjuk Jawaban Latihan

Untuk membantu Anda dalam mengerjakan soal latihan tersebut silakan pelajari kembali
materi tentang:
Obat yang perlu diwaspadai (High-Alert Medications) adalah sejumlah obat-obatan yang
memiliki risiko tinggi menyebabkan bahaya yang besar pada pasien jika tidak digunakan
secara tepat (drugs that bear a heightened risk of causing significant patient harm when
they are used in error (ISMP - Institute for Safe Medication Practices). Obat yang perlu
diwaspadai (High-Alert Medications) merupakan obat yang persentasinya tinggi dalam
menyebabkan terjadinya kesalahan/ error dan/ atau kejadian sentinel (sentinel event),
obat yangberisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome)
termasuk obat-obat yang tampak mirip (nama obat, rupa dan "ucapan mirip, NORUM
atau Look-Alike Sound-Alike, LASA, termasuk pula elektrolit.

175

Managemen Patient Safety Page 82


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Cara penyiapan dan pemberian obat yang perlu diwaspadai (High Alert) termasuk
elektrolit konsentrasi tinggi di ruang perawatan, adalah sebagai berikut:
Setiap pemberian obat menerapkan PRINSIP 7 BENAR
Pemberian elektrolit pekat harus dengan pengenceran dan penggunaan label khusus.
Pastikan pengenceran dan pencampuran obat dilakukan oleh orang yang berkompeten.
Pisahkan atau beri jarak penyimpanan obat dengan kategori LASA
Tidak menyimpan obat kategori kewaspadaan tinggi di meja dekat pasien tanpa
pengawasan.
Biasakan mengeja nama obat dengan kategori obat LASA/NORUM) Look Alike Sound
Alike = nama obat mirip rupa, saat memberi / menerima instruksi.

Penggunaan LABEL untuk obat yang perlu diwaspadai, adalah sebagai berikut:
Label untuk obat yang perlu diwaspadai dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
HIGHT ALERT untuk elektrolit konsentrasi tinggi, jenis injeksi atau infuse tertentu, mis.
heparin, insulin, dll.  Penandaan obat High Alert ini dilakukan dengan stiker Hight
Alert Double Check” pada obat.
LASA untuk obat-obat yang termasuk kelompok LASA/NORUM:
Obat kategori Look Alike Sound Alike (LASA) diberikan penanda dengan stiker LASA
pada tempat penyimpanan obat.
Apabila obat dikemas dalam paket untuk kebutuhan pasien, maka diberikan tanda
LASA pada kemasan primer obat.

Ringkasan
Obat yang perlu diwaspadai merupakan obat yang persentasinya tinggi dalam
menyebabkan terjadinya kesalahan/ error dan/ atau kejadian sentinel (sentinel event),
obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome)
termasuk obat-obat yang tampak mirip (nama obat, rupa dan "ucapan mirip, NORUM
 atau Look-Alike Sound-Alike, LASA, termasuk pula elektrolit konsentrasi tinggi.
Tujuan penerapan sasaran keselamatan pasien meningkatkan keamanan obat-obatan
yang perlu diwaspadai, adalah: 1) Memberikan pedoman dalam manajemen dan
pemberian obat yang perlu diwaspadai (high-alert medications) sesuai standar pelayanan
farmasi dan keselamatan pasien rumah sakit, 2) Meningkatkan keselamatan pasien rumah
sakit, 3) Mencegah terjadinya sentinel event atau adverse outcome, 4) Mencegah
terjadinya kesalahan/ error dalam pelayanan obat yang perlu diwaspadai kepada pasien,
 5) Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.
Sebelum perawat memberikan obat high alert kepada pasien maka perawat lain harus
melakukan pemeriksaan kembali (double check) secara independent., meliputi: 1)
Kesesuaian antara obat dengan rekam medik/instruksi dokter, 2) Ketepatan perhitungan
dosis obat, dan 3) Identitas pasien

176

Managemen Patient Safety Page 83


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Tes 3
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
Perawat A masih asing dengan obat yang diresepkan untuk Pasien dengan Sarcoidosis.
Untuk mendapatkan informasi yang tepat, Perawat A harus berkonsultasi pada:
Buku Referensi Obat Dokter yang ada di ruangan
Buku Farmakologi dari perpustakaan
Panduan obat perawat yang telah disahkan oleh rumah sakit
Informasi yang didapat dari website pabrik obat tersebut

Perawat B menyiapkan pemberian obat antibiotic kapsul untuk seorang pasien. Di lemari
obat pasien, Perawat B mengenali bentuk dan warna kapsul, tetapi dosis kapsul tersebut
tidak tercantum pada bungkusnya. Perawat B harus:
Berikan saja obat tersebut karena penampilan kapsulnya sama seperti penampilan
dosis yang lalu.
Menghubungi petugas farmasi untuk dosis yang baru dan lengkap dengan labelnya.
Minta pada dokter untuk memverifikasi kapsul yang benar
Minta perawat jaga untuk menghubungi departemen manajemen risiko

Perawat-perawat Ruang Penyakit Dalam mencatat adanya peningkatan Phlebitis di area


pemasangan infus. Sebagai bagian dari proyek peningkatan kualitas yaitu Rencana (Plan),
Lakukan (Do), Pelajari (Study), dan Tindakan (Act), langkah manakah yang mulai lebih dulu?
Lakukan audit catatan keperawatan
Analisa data
Memutuskan untuk memonitor kassa balutan infus
Menulis standard operasional prosedur pemasangan infus yang baru

Selama pemasangan kateter infus perifer, Perawat C mencatat bahwa Perawat D yang
memasang telah membuat sarung tangan steril terkontaminasi. Keluarga ada di ruangan.
Perawat C harus:
Secara verbal mengatakan bahwa sarung tangannya telah terkontaminasi
Minta keluarga untuk meninggalkan ruangan, lalu katakan pada Perawat D bahwa sarung
tangannya telah terkontaminasi
Laporkan kejadian ini pada perawat pengawas
Tidak mengatakan apa-apa, dan memonitor pasien terhadap tanda infeksi selama
dirawat di ruangan tersebut

177

Managemen Patient Safety Page 84


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Manakah dari langkah-langkah dibawah ini yang tidak membantu menurunkan kesalahan
pada pemberian obat untuk pasien anak?
Hanya menggunakan alat bantu oral untuk pengobatan oral
Menambahkan langkah tambahan pada prosedur pemberian obat
Menurunkan dosis tinggi dari obat high alert ke dosis minimum
Batasi ukuran botol infus untuk pasien anak kecil

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes 3 yang terdapat di bagian akhir Bab
5 ini.

178

Managemen Patient Safety Page 85


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Topik 4
Memastikan Lokasi Pembedahan yang Benar,
Prosedur yang Benar, Pembedahan Pasien
yang Benar
Sasaran keselamatan pasien ke empat adalah: memastikan lokasi pembedahan yang benar,
prosedur yang benar, pembedahan pada pasien yang benar. Fasilitas pelayanan Kesehatan
mengembangkan suatu pendekatan untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan
tepat pasien operasi.

1. Pengertian
Pembedahan merupakan salah satu tindakan medis yang penting dalam pelayanan
kesehatan. Tindakan pembedahan merupakan salah satu tindakan medis yang bertujuan
untuk menyelamatkan nyawa, mencegah kecacatan dan komplikasi. Namun demikian,
pembedahan yang dilakukan juga dapat menimbulkan komplikasi yang dapat
membahayakan nyawa (WHO, 2009). Data World Health Organization (WHO)
menunjukkan bahwa selama lebih dari satu abad perawatan bedah telah menjadi
komponen penting dari perawatan kesehatan di seluruh dunia. Diperkirakan setiap tahun
ada 230 juta operasi utama dilakukan di seluruh dunia, satu untuk setiap 25 orang hidup.
Rumah sakit wajib mengembangkan suatu pendekatan untuk memastikan tepat-lokasi,
tepat-prosedur, dan tepat-pasien. Salah-lokasi, salah-prosedur, salah pasien pada operasi,
adalah sesuatu yang mengkhawatirkan dan sering terjadi di rumah sakit/ fasilitas
pelayanan kesehatan.
Maksud dan Tujuan
Tujuan rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memastikan tepat lokasi,
tepat prosedur, dan tepat pasien adalah mencegah dan menurunkan angka kejadian
salah-lokasi, salah-prosedur, salah-pasien operasi.

Faktor yang berkontribusi pada kesalahan


Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kesalahan (Salah-lokasi, salah-prosedur, salah
pasien pada operasi) ini adalah akibat dari:
komunikasi yang tidak efektif atau tidak adekuat antara anggota tim bedah,
kurang/tidak melibatkan pasien di dalam penandaan lokasi (site marking), dan
tidak ada prosedur untuk verifikasi lokasi operasi.
asesmen pasien yang tidak adekuat,
penelaahan ulang catatan medis tidak adekuat,
budaya yang tidak mendukung komunikasi terbuka antar anggota tim bedah,
permasalahan yang berhubungan dengan resep yang tidak terbaca (illegible handwriting)
pemakaian singkatan yang tidak lazim

179

Managemen Patient Safety Page 86


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Kebijakan
Fasilitas pelayanan kesehatan perlu untuk secara kolaboratif mengembangkan suatu
kebijakan dan/atau prosedur yang efektif di dalam mengeliminasi masalah yang
mengkhawatirkan ini.
Kebijakan termasuk definisi dari operasi yang memasukkan sekurang-kurangnya
prosedur yang menginvestigasi dan/atau mengobati penyakit dan kelainan/disorder
pada tubuh manusia dengan cara menyayat, membuang, mengubah, atau menyisipkan
kesempatan diagnostik/terapeutik.
Kebijakan tersebut berlaku atas setiap lokasi di fasilitas pelayanan kesehatan dimana
prosedur ini dijalankan.
Praktek berbasis bukti, seperti yang diuraikan dalam Surgical Safety Checklist dari WHO
Patient Safety (2009), juga di The Joint Commission’s Universal Protocol for Preventing
Wrong Site, Wrong Procedure, Wrong Person Surgery.
Penandaan lokasi operasi melibatkan pasien dan dilakukan dengan tanda yang segera
dapat dikenali. Tanda itu harus digunakan secara konsisten di seluruh fasilitas
pelayanan kesehatan; dan harus dibuat oleh orang yang akan melakukan tindakan;
harus dibuat saat pasien terjaga dan sadar; jika memungkinkan, dan harus terlihat
sampai pasien disiapkan dan diselimuti.
Lokasi operasi ditandai pada semua kasus termasuk sisi (laterality), struktur multipel (jari
tangan, jari kaki, lesi), atau multiple level (tulang belakang).
Kegiatan yang dilaksanakan:
Fasilitas pelayanan kesehatan menggunakan suatu tanda yang jelas dan dapat dimengerti
untuk identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien di dalam proses
penandaan/pemberi tanda.
Fasilitas pelayanan kesehatan menggunakan suatu checklist atau proses lain untuk
memverifikasi saat preoperasi tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien dan
semua dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia, tepat, dan fungsional.
Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur “sebelum insisi/time-out”
tepat sebelum dimulainya suatu prosedur/tindakan pembedahan.
Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung keseragaman proses untuk
memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien, termasuk prosedur medis
dan tindakan pengobatan gigi/ dental yang dilaksanakan di luar kamar operasi.
Prinsip-prinsip untuk Solusi ini harus diterapkan ke semua area di mana intervensi dilakukan
dan, bila digunakan, strategi tersebut harus dilakukan secara seragam di semua area
prosedural setiap saat untuk memberikan konsistensi dan kepatuhan yang meningkat.

Tindakan yang disarankan


Strategi berikut harus dipertimbangkan oleh Negara Anggota WHO.

180

Managemen Patient Safety Page 87


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Tetapkan kinerja pembedahan yang benar di tempat tubuh yang benar sebagai prioritas
keamanan fasilitas perawatan kesehatan yang memerlukan kepemimpinan dan
keterlibatan aktif semua praktisi garis depan dan petugas layanan kesehatan lainnya.
Pastikan bahwa organisasi perawatan kesehatan memiliki protokol yang:
Memberikan verifikasi - pada tahap preprocedure - pasien, prosedur, lokasi, dan,
sebagaimana yang berlaku, setiap implan atau prostesis.
Mengharuskan individu melakukan prosedur untuk secara jelas menandai lokasi
operasi dengan keterlibatan pasien, untuk mengidentifikasi lokasi insisi atau insersi
dengan benar.
Mengharuskan kinerja "time-out" dengan semua staf yang terlibat segera sebelum
memulai prosedur (dan anestesi terkait). Batas waktu adalah untuk menetapkan
kesepakatan mengenai posisi pasien yang dimaksud pada tabel prosedur, prosedur,
lokasi, dan, jika ada, implan atau prostesis apapun.
Keterangan:
"Time out" adalah periode yang dialokasikan secara khusus dimana tidak ada aktivitas
klinis yang sedang berlangsung. Selama masa ini, semua anggota tim secara
independen memverifikasi tindakan klinis yang akan datang. Mencegah Wrong-Patient,
Wrong-Site, Wrong Procedure Events

Keterlibatan pasien dan keluarga:


Libatkan pasien di semua titik dalam proses verifikasi pra operasi untuk menegaskan
kembali kepada staf prosedur tentang pemahaman mereka terhadap prosedur yang
direncanakan.
Libatkan pasien dalam proses penandaan di tempat operasi, bila memungkinkan.
Diskusikan masalah ini selama proses informed consent dan konfirmasikan keputusan
pada saat tanda tangan untuk mendapatkan persetujuan.

Hambatan potensial:
Kurangnya "perjanjian" ahli bedah dengan pendekatan standar dan kesulitan untuk
mengubah budaya.
Gagal mengenali risiko dalam pengaturan prosedural selain ruang operasi.
Keengganan perawat dan staf lainnya untuk menanyai ahli bedah bila ada kemungkinan
kesalahan diidentifikasi.
Sumber daya dan pengetahuan manusia yang tidak memadai untuk memudahkan proses
ditantang.
Perilaku "rutinitas" selama proses time-out ("berjalan sesuai" tapi tanpa komunikasi yang
berarti).
Kurangnya penelitian, data, dan pertimbangan ekonomi yang diterima secara umum
mengenai analisis biaya-manfaat atau pengembalian investasi (ROI) untuk menerapkan
rekomendasi ini.

181

Managemen Patient Safety Page 88


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Sumber: http://www.who.int/patientsafety/solutions/patientsafety/PS-Solution4.pdf

Gambar 4.1 Contoh Performa yang benar dari Prosedur Menandai


Sisi Tubuh yang Benar

Penandaan lokasi operasi dan ceklist keselamatan pasien pra operasi


Penandaan lokasi operasi perlu melibatkan pasien dan dilakukan atas satu pada tanda
yang dapat dikenali.
Tanda itu harus digunakan secara konsisten di rumah sakit dan harus dibuat oleh
operator/ orang yang akan melakukan tindakan, dilaksanakan saat pasien terjaga dan
sadar jika memungkinkan, dan harus terlihat sampai saat akan disayat.

182

Managemen Patient Safety Page 89


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

c. Penandaan lokasi operasi ditandai dilakukan pada semua kasus termasuk sisi
(laterality), multipel struktur (jari tangan, jari kaki, lesi), atau multipel level (tulang
belakang).
d. Tahap “Sebelum insisi” (Time out) memungkinkan semua pertanyaan atau kekeliruan
diselesaikan. Time out dilakukan di tempat, dimana tindakan akan dilakukan, tepat
sebelum tindakan dimulai, dan melibatkan seluruh tim operasi.
e. Rumah sakit menetapkan bagaimana proses itu didokumentasikan secara
ringkas,dengan menggunakan ceklist.

Teknik penandaan lokasi operasi


Berikut merupakan teknik yang dilakukan dalam penandaan lokasi operasi:
Pasien diberi tanda saat informed concent telah dilakukan
Penandaan dilakukan sebelum pasien berada di kamar operasi
Pasien harus dalam keadaan sadar saat dilakukan penandaan lokasi operasi
Tanda yang digunakan dapat berupa: tanda panah / tanda ceklist
Penandaan dilakukan sedekat mungkin dengan lokasi operasi
Penandaan dilakukan dengan spidol hitam (anti luntur, anti air) dan tetap terlihat
walau sudah diberi desinfektan.
Bagian organ mana yang perlu dilakukan penandaan adalah semua tempat yang
melibatkan incisi kulit dan lateralisasi harus ditandai.
Bila operasi dilakukan di sekitar orifisium maka penandaan dilakukan disebelahnya
dengan tanda panah.

Yang berhak melakukan penandaan lokasi operasi


Dokter Bedah
Asisten dokter
Pihak yang diberi pendelegasian (perawat bedah)

Tindakan operasi yang tidak memerlukan penandaan


Prosedur endoskopi
Kateterisasi jantung
Prosedur yang mendekati atau melalui garis midline tubuh: SC, Histerektomi,
Tyroidektomi, laparatomi
Pencabutan gigi
Operasi pada membran mukosa
Perineum
Kulit yang rusak
Operasi pada bayi dan neonatus
Pada lokasi lokasi intra organ seperti mata dan organ THT maka penandaan dilakukan
pada daerah yang mendekati organ berupa tanda panah.
Operasi yang tidak dilakukan penandaan diverifikasi pada saat time out.

183

Managemen Patient Safety Page 90


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Ceklist keselamatan pasien pra operasi


Kematian dan komplikasi akibat pembedahan dapat dicegah. Salah satu pencegahannya
dapat dilakukan dengan surgical safety checklist. Surgical Safety Checklist adalah sebuah
daftar periksa untuk memberikan pembedahan yang aman dan berkualitas pada pasien.
Surgical safety checklist merupakan alat komunikasi untuk keselamatan pasien yang
digunakan oleh tim profesional di ruang operasi. Tim profesional terdiri dari perawat,
dokter bedah, anestesi dan lainnya. Tim bedah harus konsisten melakukan setiap item
yang dilakukan dalam pembedahan mulai dari the briefing phase, the time out phase,
the debriefing phase sehingga dapat meminimalkan setiap risiko yang tidak diinginkan
(Safety & Compliance, 2012).

Manual ini menyediakan petunjuk penggunaan checklist, saran untuk implementasi, dan
rekomendasi untuk mengukur pelayanan pembedahan dan hasilnya. Setting praktek
yang berbeda harus mengadapatasi sesuai dengan kemampuan mereka. Tiap poin
checklist sudah berdasarkan bukti kliinis atau pendapat ahli dimana yang akan
mengurangi kejadian yang serius, mencegah kesalahan pembedahan, dan hal ini juga
mempengaruhi kejadian yang tidak diharapkan atau biaya tidak terduga. Checklist ini
juga dirancang untuk kemudahan dan keringkasan.

Banyak langkah yang sudah diterima sebagai praktek yang rutin di berbagai fasilitas di
seluruh dunia walaupun jarang diikuti oleh keseluruhan. Tiap bagian bedah harus
praktek dengan checklist dan mengevaluasi bagaimana kesensitivan integrasi checklist
ini dengan alur operasi biasanya. Tujuan utama dari WHO surgical safety checklist-dan
manualnya-untuk membantu mendukung bahwa tim secara konsisten mengikuti
beberapa langkah keselamatan yang kritis dan meminimalkan hal yang umum dan risiko
yang membahayakan dan dapat dihindari dari pasien bedah. Checklist ini juga memandu
interaksi verbal antar tim sebagai arti konfirmasi bahwa standar perawatan yang tepat
dipastikan untuk setiap pasien.

Untuk mengimplementasikan checklist selama pembedahan, seorang harus


bertanggungjawab untuk melakukan pengecekan checklist. Hal ini diperlukan seorang
checklist koordinator biasanya perawat sirkuler tapi dapat berarti setiap klinisi yang
berpartisipasi dalam operasi.

Checklist membedakan operasi menjadi 3 fase dimana berhubungan dengan waktu


tertentu seperti pada prosedur normal:
periode sebelum induksi anestesi,
setelah induksi dan sebelum insisi pembedahan dan
periode selama atau setelah penutupan luka tapi sebelum pasien masuk RR.
Dalam setiap fase, ceklist koordinator harus diijinkan mengkonfirmasi bahwa tim sudah
melengkapi tugasnya sebelum proses operasi dilakukan. Tim operasi harus familiar

184

Managemen Patient Safety Page 91


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

dengan langkah dalam ceklist, sehingga mereka dapat mengintegrasikan ceklist tersebut
dalam pola normal sehari-hari dan dapat melengkapi secara verbal tanpa intervensi dari
koordinator ceklist.
Setiap tim harus menggabungkan penggunaan ceklist ke dalam pekerjaan dengan
efisiensi yang maksimum dan gangguan yang minimal selama bertujuan untuk
melengkapi langkah secara efektif.

Tiga fase operasi:


a. Fase Sign in
Fase Sign In adalah fase sebelum induksi anestesi, koordinator secara verbal memeriksa
apakah identitas pasien telah dikonfirmasi, prosedur dan sisi operasi sudah benar, sisi
yang akan dioperasi telah ditandai, persetujuan untuk operasi telah diberikan, oksimeter
pulse pada pasien berfungsi. Koordinator dengan profesional anestesi mengkonfirmasi
risiko pasien apakah pasien ada risiko kehilangan darah, kesulitan jalan nafas, reaksi
alergi.
b. Fase Time Out
Fase Time Out adalah fase setiap anggota tim operasi memperkenalkan diri dan peran
masing-masing. Tim operasi memastikan bahwa semua orang di ruang operasi saling
kenal. Sebelum melakukan sayatan pertama pada kulit tim mengkonfirmasi dengan
suara yang keras mereka melakukan operasi yang benar, pada pasien yang benar.
Mereka juga mengkonfirmasi bahwa antibiotik profilaksis telah diberikan dalam 60
menit sebelumnya. c. Fase Sign Out
Fase Sign Out adalah fase tim bedah akan meninjau operasi yang telah dilakukan. Dilakukan
pengecekan kelengkapan spons, penghitungan instrumen, pemberian label pada spesimen,
kerusakan alat atau masalah lain yang perlu ditangani. Langkah akhir yang dilakukan tim
bedah adalah rencana kunci dan memusatkan perhatian pada manajemen post operasi serta
pemulihan sebelum memindahkan pasien dari kamar operasi (Surgery)
Apakah pasien sudah dikonfirmasi identitasnya, tempat operasi, prosedur dan
persetujuan?
Koordinator ceklist secara verbal menkonfirmasi identitas pasien, tipe prosedur yang
akan dilaksanakan, tempat pembedahan, dan persetujuan pembedahan yang sudah
diberikan. Walau hal ini terlihat berulangkali, namun langkah ini penting untuk
memastikan tim tidak mengoperasi pasien yang salah atau bagian yang salah atau
melakukan prosedur yang salah. Saat konfirmasi dengan pasien tidak mungkin dilakukan
seperti pada kasus anak atau pasien yang cacat, pengasuh atau keluarga dapat
menggantikan peran pasien. Jika pengasuh atau keluarga tidak ada (Lives, 2008).

Setiap langkah harus dicek secara verbal dengan anggota tim yang sesuai untuk memastikan
bahwa tindakan utama telah dilakukan. Oleh karena itu, sebelum induksi anstesi,
koordinator ceklist secara verbal akan mereview dengan anstesist dan pasien (jika mungkin)
bahwa identitas pasien sudah dikonfirmasi, bahwa prosedur dan tempat yang

185

Managemen Patient Safety Page 92


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

dioperasi sudah benar dan persetujuan untuk pembedahan sudah dilakukan.


Koordinator akan melihat dan mengkonfirmasi secara verbal bahwa tempat operasi
sudah ditandai (jika mungkin) dan mereview dengan anstesist risiko kehilangan darah
pada pasien, kesulitan jalan napas dan reaksi alergi dan mesin anstesi serta pemeriksaan
medis sudah lengkap. Idealnya ahli bedah akan hadir pada fase sebelum anestesi ini
sehingga mempunyai ide yang jelas untuk mengantisipasi kehilangan darah, alergi, atau
komplikasi pasien yang lain. Bagaimanapun juga, kehadiran ahli bedah tidak begitu
penting untuk melengkapi ceklist ini.

Latihan
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut!
Jelaskan faktor yang berkontribusi terhadap kesalahan (salah-lokasi, salah-prosedur,
salah-pasien operasi)
Bagaimanakah penandaan lokasi operasi dan ceklist keselamatan pasien pra operasi?
Siapakah yang berhak melakukan penandaan lokasi operasi?

Petunjuk Jawaban Latihan

Untuk membantu Anda dalam mengerjakan soal latihan tersebut silakan pelajari kembali
materi tentang:

Salah-lokasi, salah-prosedur, salah-pasien operasi, adalah kejadian yang


mengkhawatirkan dan biasa terjadi di fasilitas pelayanan kesehatan. Kesalahan ini adalah
akibat dari komunikasi yang tidak efektif atau tidak adekuat antara anggota tim bedah,
kurang/ tidak melibatkan pasien di dalam penandaan lokasi (site marking), dan tidak ada
prosedur untuk memverifikasi lokasi operasi. Di samping itu juga asesmen pasien yang
tidak adekuat, penelaahan ulang catatan medis tidak adekuat, budaya yang tidak
mendukung komunikasi terbuka antar anggota tim bedah, permasalahan yang
berhubungan dengan resep yang tidak terbaca (illegible handwriting) dan pemakaian
singkatan adalah merupakan faktor-faktor kontribusi yang sering terjadi.
Hal yang harus diperhatikan pada penandaan lokasi operasi dan ceklist keselamatan pasien
pra operasi, adalah: a) Penandaan lokasi operasi perlu melibatkan pasien dan dilakukan atas
satu pada tanda yang dapat dikenali, b) Tanda itu Penandaan lokasi operasi harus digunakan
secara konsisten di rumah sakit dan harus dibuat oleh operator/ orang yang akan melakukan
tindakan, dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar jika memungkinkan, dan harus terlihat
sampai saat akan disayat, c) ditandai dilakukan pada semua kasus termasuk sisi (laterality),
multipel struktur (jari tangan, jari kaki, lesi), atau multipel level (tulang belakang), d) Tahap
“Sebelum insisi” (Time out) memungkinkan semua pertanyaan atau kekeliruan diselesaikan.
Time out dilakukan di tempat, dimana tindakan akan dilakukan, tepat sebelum tindakan
dimulai, dan melibatkan seluruh tim operasi, e) Rumah

186

Managemen Patient Safety Page 93


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

sakit menetapkan bagaimana proses itu didokumentasikan secara


ringkas,denganmenggunakan ceklist.

Teknik yang dilakukan dalam penandaan lokasi operasi, adalah sebagai berikut:
Pasien diberi tanda saat informed concent telah dilakukan
Penandaan dilakukan sebelum pasien berada di kamar operasi
Pasien harus dalam keadaan sadar saat dilakukan penandaan lokasi operasi
Tanda yang digunakan dapat berupa: tanda panah / tanda ceklist
Penandaan dilakukan sedekat mungkin dengan lokasi operasi
Penandaan dilakukan dengan spidol hitam (anti luntur, anti air) dan tetap terlihat walau
sudah diberi desinfektan.
Bagian organ mana yang perlu dilakukan penandaan adalah semua tempat yang
melibatkan incisi kulit dan lateralisasi harus ditandai.
Bila operasi dilakukan di sekitar orifisium maka penandaan dilakukan disebelahnya
dengan tanda panah.

Ringkasan
Pembedahan merupakan salah satu tindakan medis yang penting dalam pelayanan
kesehatan. Tindakan pembedahan merupakan salah satu tindakan medis yang bertujuan
untuk menyelamatkan nyawa, mencegah kecacatan dan komplikasi. Namun demikian,
pembedahan yang dilakukan juga dapat menimbulkan komplikasi yang dapat
 membahayakan nyawa (WHO, 2009).
Tujuan rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memastikan tepat lokasi,
tepat prosedur, dan tepat pasien adalah mencegah dan menurunkan angka kejadian
salah-lokasi, salah-prosedur, salah-pasien operasi.
Fasilitas pelayanan kesehatan menggunakan suatu tanda yang jelas dan dapat dimengerti
untuk identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien di dalam proses
penandaan/pemberi tanda. Kegiatan yang dilakukan fasilitas pelayanan kesehatan,
meliputi: a) Fasilitas pelayanan kesehatan menggunakan suatu checklist atau proses lain
untuk memverifikasi saat preoperasi tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien dan
semua dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia, tepat, dan fungsional, b) Tim
operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur “sebelum insisi/time-out”
tepat sebelum dimulainya suatu prosedur/tindakan pembedahan, dan c) Kebijakan dan
prosedur dikembangkan untuk mendukung keseragaman proses untuk memastikan tepat
lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien, termasuk prosedur medis dan tindakan
 pengobatan gigi/ dental yang dilaksanakan di luar kamar operasi.
Yang berhak melakukan penandaan lokasi operasi adalah Dokter Bedah, Asisten dokter,
 dan pihak yang diberi pendelegasian (perawat bedah)
Hal yang harus diperhatikan terkait penandaan lokasi operasi: a) Penandaan lokasi operasi
perlu melibatkan pasien dan dilakukan atas satu pada tanda yang dapat dikenali, b) Tanda

187

Managemen Patient Safety Page 94


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

itu harus digunakan secara konsisten di rumah sakit dan harus dibuat oleh operator/
orang yang akan melakukan tindakan, dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar jika
memungkinkan, dan harus terlihat sampai saat akan disayat, c) Penandaan lokasi operasi
ditandai dilakukan pada semua kasus termasuk sisi (laterality), multipel struktur (jari
tangan, jari kaki, lesi), atau multipel level (tulang belakang), d) Tahap “Sebelum insisi”
(Time out) memungkinkan semua pertanyaan atau kekeliruan diselesaikan. Time out
dilakukan di tempat, dimana tindakan akan dilakukan, tepat sebelum tindakan dimulai,
dan melibatkan seluruh tim operasi, e) Rumah sakit menetapkan bagaimana proses itu
didokumentasikan secara ringkas, dengan menggunakan ceklist.

188

Managemen Patient Safety Page 95


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Tes 4
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

Tujuan keselamatan pasien dari Joint Commission on Accreditation Hospital Organization


(JCAHO) mencakup perawatan dan penggunaan teknologi yang efisien di kamar operasi
dan di tempat lain di fasilitas kesehatan. Sebagai kepala perawat di kamar operasi,
bagaimana Anda bisa meningkatkan keefektifan sistem alarm klinis?
Batasi pemasok obat hanya beberapa saja sehingga kualitasnya terjaga
Menerapkan inventaris persediaan dan peralatan secara teratur
Kepatuhan terhadap rekomendasi pabrik
Terapkan perawatan rutin dan pengujian system alarm

Perawat melakukan persiapan kulit untuk pasien yang menjalani operasi merupakan
tanggung jawab perawat pre-operasi. Jika rambut di tempat operasi tidak dicukur, apa
yang harus dilakukan untuk membuat penjahitan mudah dan mengurangi kemungkinan
infeksi insisi?
A. Terbungkus.
B. Diikat.
C. Digunting
D. Dijaga untuk tetap kering

Perawat memegang berbagai peran saat memberikan perawatan kepada pasien


perioperative. Manakah dari peran berikut yang menjadi tanggung jawab perawat scrub?
A. Menilai kesiapan pasien sebelum operasi
B. Pastikan jalan napas paten
C. Menghitung untuk jumlah spon, jarum, persediaan alat lain yang digunakan selama
prosedur operasi
D. Menulis standard operasional prosedur pemasangan infus yang baru
E. Evaluasi jenis anestesi yang sesuai untuk pembedahan

Kelebihan dosis obat atau obat anestesi bisa terjadi bahkan dengan bantuan teknologi
seperti pompa infus, sphygmomanometer, dan alat atau mesin serupa. Sebagai staf,
bagaimana Anda bisa meningkatkan keamanan penggunaan pompa infus:
A. Periksa fungsi pompa sebelum digunakan
B. Pilih merek pompa infus Anda seperti yang Anda lakukan dengan ponsel Anda
C. Ijinkan teknisi untuk mengatur pompa infus sebelum digunakan
D. Verifikasi laju alir terhadap perhitungan Anda

189

Managemen Patient Safety Page 96


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Protokol universal JCAHO untuk prosedur bedah dan invasif untuk mencegah sisi (site)
yang salah, orang yang salah, dan prosedur atau operasi yang salah mencakup berikut ini,
KECUALI:
Tandai situs operatif jika memungkinkan
Lakukan proses verifikasi pra-prosedur
Lakukan “time out” segera sebelum memulai prosedur
Melakukan perekaman video dari keseluruhan prosedur intra-operasi

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes 4 yang terdapat di bagian akhir Bab
5 ini.

190

Managemen Patient Safety Page 97


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Topik 5
Mengurangi Risiko Infeksi akibat Perawatan Kesehatan
Sasaran keselamatan pasien ke-5 adalah: mengurangi risiko infeksi akibat perawatan
kesehatan. Fasilitas pelayanan Kesehatan mengembangkan suatu pendekatan untuk
mengurangi risiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.

Pengertian
Infeksi adalah proses dimana seseorang rentan (susceptible) terkena invasi agen patogen
atau infeksius yang tumbuh, berkembang biak dan menyebabkan sakit. Yang dimaksud
agen bisa berupa bakteri, virus, ricketsia, jamur, dan parasit. Penyakit menular atau
infeksius adalah penyakit tertentu yang dapat berpindah dari satu orang ke orang lain
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Nosokomial berasal dari bahasa Yunani, dari kata nosos yang artinya penyakit dan komeo
yang artinya merawat. Nosokomion berarti tempat untuk merawat/rumah sakit. Jadi,
infeksi nososkomial dapat diartikan sebagai infeksi yang terjadi di rumah sakit. Infeksi
Nosokomial adalah infeksi silang yang terjadi pada perawat atau pasien saat dilakukan
perawatan di rumah sakit. Penderita yang sedang dalam proses asuhan perawatan di
rumah sakit, baik dengan penyakit dasar tunggal maupun penderita dengan penyakit
dasar lebih dari satu, secara umum keadaan umumnya tidak/kurang baik, sehingga daya
tahan tubuh menurun. Hal ini akan mempermudah terjadinya infeksi silang karena
kuman-kuman, virus dan sebagainya akan masuk ke dalam tubuh penderita yang sedang
dalam proses asuhan keperawatan dengan mudah. Infeksi yang terjadi pada setiap
penderita yang sedang dalam proses asuhan keperawatan ini disebut infeksi nosokomial.

Maksud dan tujuan:


Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan praktisi dalam kebanyakan
tatanan pelayanan kesehatan, dan peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi yang
berhubungan dengan pelayanan kesehatan merupakan keprihatinan besar bagi pasien
maupun para profesional pelayanan kesehatan. Infeksi umumnya dijumpai dalam semua
bentuk pelayanan kesehatan termasuk infeksi saluran kemih-terkait kateter, infeksi aliran
darah (blood stream infections) dan pneumonia (sering kali dihubungkan dengan ventilasi
mekanis). Pokok dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi lain adalah cuci tangan (hand
hygiene) yang tepat. Pedoman hand hygiene yang berlaku secara internasional bisa
diperoleh dari WHO, fasilitas pelayanan kesehatan mempunyai proses kolaboratif untuk
mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur yang menyesuaikan atau mengadopsi
pedoman hand hygiene yang diterima secara umum untuk implementasi pedoman itu di
Fasilitas pelayanan Kesehatan.
Kegiatan yang dilaksanakan:
Fasilitas pelayanan Kesehatan mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene
terbaru yang diterbitkan dan sudah diterima secara umum (al. dari WHO Patient Safety).

191

Managemen Patient Safety Page 98


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Fasilitas pelayanan Kesehatan menerapkan program hand hygiene yang efektif.


Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan secara
berkelanjutan risiko infeksi yang terkait pelayanan kesehatan

Penyebab infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan


Penyebab terjadinya infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan, adalah:
Suntikan yang tidak aman dan seringkali tidak perlu.
Penggunaan alat medis tanpa ditunjang pelatihan maupun dukungan laboratorium.
Standar dan praktek yang tidak memadai untuk pengoperasian bank darah dan
pelayanan transfusi
Penggunaan cairan infus yang terkontaminasi, khususnya di rumah sakit yang membuat
cairan sendiri
Meningkatnya resistensi terhadap antibiotik karena penggunaan antibiotik spektrum luas
yang berlebih atau salah
Berat penyakit yang diderita
penderita lain, yang juga sedang dalam proses perawatan
petugas pelaksana (dokter, perawat dan seterusnya)
peralatan medis yang digunakan
tempat (ruangan/bangsal/kamar) dimana penderita dirawat
tempat/kamar dimana penderita menjalani tindakan medis akut seperti kamar operasi
dan kamar bersalin
makanan dan minuman yang disajikan
lingkungan rumah sakit secara umum

Cara Penularan Infeksi


Penularan secara kontak
Penularan ini dapat terjadi secara kontak langsung, kontak tidak langsung dan droplet.
Kontak langsung terjadi bila sumber infeksi berhubungan langsung dengan penjamu,
misalnya person to person pada penularan infeksi virus Hepatitis A secara fecal oral.
Kontak tidak langsung terjadi apabila penularan membutuhkan objek perantara
(biasanya benda mati). Hal ini terjadi karena benda mati tersebut telah terkontaminasi
oleh infeksi, misalnya kontaminasi peralatan medis oleh mikroorganisme.
Penularan melalui Common Vehicle
Penularan ini melalui benda mati yang telah terkontaminasi oleh kuman dan dapat
menyebabkan penyakit pada lebih dari satu penjamu. Adapun jenis-jenis common
vehicle adalah darah/produk darah, cairan intra vena, obat-obatan dan sebagainya.
Penularan melalui udara dan inhalasi
Penularan ini terjadi bila mikroorganisme mempunyai ukuran yang sangat kecil sehingga
dapat mengenai penjamu dalam jarak yang cukup jauh dan melalui saluran pernafasan.
Misalnya mikroorganisme yang terdapat dalam sel-sel kulit yang terlepas
(staphylococcus) dan tuberculosis.

192

Managemen Patient Safety Page 99


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Penularan dengan perantara vector


Penularan ini dapat terjadi secara eksternal maupun internal. Disebut penularan secara
eksternal bila hanya terjadi pemindahan secara mekanis dari mikroorganisme yang
menempel pada tubuh vektor, misalnya shigella dan salmonella oleh lalat.

Faktor resiko
Faktor risiko “Healthcare-Associated Infections” (HAIs), adalah:
Umur: neonatus dan lansia lebih rentan.
Status imun yang rendah/tergantung (imuno-kompromais) : penderita dengan penyakit
kronik, penderita keganasan, obat-obat imunosupresan.
Interupsi barier anatomis:
Kateter urin: meningkat kejadian infeksi saluran kemih (ISK)
Prosedur operasi: dapat menyebabkan infeksi luka operasi (ILO) atau “Surgical Site
Infection” (SSI).
Intubasi pernafasan: meningkatkan kejadian : “Hosptal Acquired Pneumonia”
(HAP/VAP).
Kanula vena dan arteri: menimbulkan infeksi luka infus (ILI), “Blood Stream
Infection” (BSI).
Luka dan trauma
Implantasi benda asing :
“indwelling catheter”
“surgical suture material”
“cerebrospinal fluid shunts”
“valvular/vascular prostheses”
Perubahan mikroflora normal: pemakaian antibiotika yang tidak bijaksana menyebabkan
timbulnya kuman yang resisten terhadap berbagai antimikroba (Depertemen
Kesehatan, 2009)

Cara pencegahan infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan


Terdapat beberapa prosedur dan tindakan pencegahan infeksi nosokomial. Tindakan ini
merupakan seperangkat tindakan yang didesain untuk membantu meminimalkan resiko
terpapar material infeksius seperti darah dan cairan tubuh lain dari pasien kepada tenaga
kesehatan atau sebaliknya. Pencegahan infeksi didasarkan pada asumsi bahwa seluruh
komponen darah dan cairan tubuh mempunyai potensi menimbulkan infeksi baik dari
pasien ke tenaga kesehatan atau sebaliknya.
Kunci pencegahan infeksi pada fasilitas pelayanan kesehatan adalah mengikuti prinsip
pemeliharaan hygene yang baik, kebersihan dan kesterilan dengan lima standar
penerapan yaitu:
a) Mencuci tangan untuk menghindari infeksi silang. Mencuci tangan merupakan metode
yang paling efektif untuk mencegah infeksi nosokomial, efektif mengurangi
perpindahan mikroorganisme karena bersentuhan

193

Managemen Patient Safety Page 100


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Menggunakan alat pelindung diri untuk menghindari kontak dengan darah atau cairan
tubuh lain. Alat pelindung diri meliputi; pakaian khusus (apron), masker, sarung tangan,
topi, pelindung mata dan hidung yang digunakan di rumah sakit dan bertujuan untuk
mencegah penularan berbagai jenis mikroorganisme dari pasien ke tenaga kesehatan atau
sebaliknya, misalnya melaui sel darah, cairan tubuh, terhirup, tertelan dan lain-lain.
Manajemen alat tajam secara benar untuk menghindari resiko penularan penyakit
melalui benda-benda tajam yang tercemar oleh produk darah pasien. Terakit dengan
hal ini, tempat sampah khusus untuk alat tajam harus disediakan agar tidak
menimbulkan injuri pada tenaga kesehatan maupun pasien.
Melakukan dekontaminasi, pencucian dan sterilisasi instrumen dengan prinsip yang
benar. Tindakan ini merupakan tiga proses untuk mengurangi resiko tranmisi infeksi
dari instrumen dan alat lain pada klien dan tenaga kesehatan
Menjaga sanitasi lingkungan secara benar. Sebagaiman diketahui aktivitas pelayanan
kesehatan akan menghasilkan sampah rumah tangga, sampah medis dan sampah
berbahaya, yang memerlukan manajemen yang baik untuk menjaga keamanan tenaga
rumah sakit, pasien, pengunjung dan masyarat.
Proses terjadinya infeksi bergantung kepada interaksi antara suseptibilitas pejamu, agen
infeksi (patogenesis, virulesi dan dosis) serta cara penularan. Identifikasi faktor resiko
pada penjamu dan pengendalian terhadap infeksi tertentu dapat mengurangi insiden
terjadinya infeksi (HAIs), baik pada pasien ataupun pada petugas kesehatan. (Depertemen
Kesehatan, 2011).

Peran Perawat dalam Pencegahan Infeksi


Tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya dan orang lain
serta bertanggung jawab sebagai pelaksanaan kebijakan yang telah ditetapkan. Tenaga
kesehatan juga bertanggung jawab dalam mengunakan saran yang telah disediakan
dengan baik dan benar serta memelihara sarana agar selalu siap pakai dan dapat
dipakai selama mungkin.
Secara rinci kewajiban dan tanggung jawab tersebut, meliputi :
Bertanggung jawab melaksanakan dan menjaga kesalamatan kerja di lingkungan.
wajib mematuhi intruksi yang diberikan dalam rangka kesehatan dan keselamatan
kerja, dan
membantu mempertahankan lingkungan bersih dan aman.
Mengetahui kebijakan dan menerapkan prosedur kerja, pencegahan infeksi, dan
mematuhinya dalam pekerjaan sehari-hari.
Tenaga kesehatan yang menderita penyakit yang dapat meningkatkan resiko penularan
infeksi, baik dari dirinya kepada pasien atau sebaliknya, sebaiknya tidak merawat
pasien secara langsung.
Sebagai contoh misalnya, pasien penyakit kulit yang basah seperti eksim, bernanah,
harus menutupi kelainan kulit tersebut dengan plester kedap air, bila tidak
memungkinkan maka tenaga kesehatan tersebut sebaiknya tidak merawat pasien.

194

Managemen Patient Safety Page 101


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Bagi tenaga kesehatan yang megidap HIV mempunyai kewajiban moral untuk memberi
tahu atasannya tentang status serologi bila dalam pelaksanaan pekerjaan status
serologi tersebut dapat menjadi resiko pada pasien, misalnya tenaga kesehatan
dengan status HIV positif dan menderita eksim basah. (Depertemen Kesehatan, 2003).

Latihan
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut!
Jelaskan mengapa pasien yang dirawat di fasilitas pelayanan kesehatan berisiko
mengalami infeksi?
Jelaskan faktor risiko terjadinya infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan?
Bagaimanakah cara pencegahan infeksi akibat perawatan di fasilitas pelayanan kesehatan?

Petunjuk Jawaban Latihan

Untuk membantu Anda dalam mengerjakan soal latihan tersebut silakan pelajari kembali
materi tentang:
Penderita yang sedang dalam proses asuhan perawatan di fasilitas pelayanan kesehatan,
baik dengan penyakit dasar tunggal maupun penderita dengan penyakit dasar lebih dari
satu, secara umum keadaan umumnya tidak/kurang baik, sehingga daya tahan tubuh
menurun. Hal ini akan mempermudah terjadinya infeksi silang karena kuman-kuman,
virus dan sebagainya akan masuk ke dalam tubuh penderita yang sedang dalam proses
asuhan keperawatan dengan mudah.
Faktor risiko “Healthcare-Associated Infections” (HAIs), adalah: a) umur: neonatus dan lansia
lebih rentan, b) status imun yang rendah/tergantung (imuno-kompromais), c) Interupsi barier
anatomis, d) kateter urin, e) prosedur operasi, f) intubasi penafasan, g) kanula vena dan
arteri, h) luka dan trauma, i) implantasi benda asing (misal: indwelling catheter, dll.), j)
perubahan mikroflora normal: pemakaian antibiotika yang tidak bijaksana
Terdapat beberapa prosedur dan tindakan pencegahan infeksi di fasilitas pelayanan
kesehatan. Tindakan ini merupakan seperangkat tindakan yang didesain untuk membantu
meminimalkan resiko terpapar material infeksius seperti darah dan cairan tubuh lain dari
pasien kepada tenaga kesehatan atau sebaliknya. Pencegahan infeksi didasarkan pada
asumsi bahwa seluruh komponen darah dan cairan tubuh mempunyai potensi
menimbulkan infeksi baik dari pasien ke tenaga kesehatan atau sebaliknya.
Kunci pencegahan infeksi pada fasilitas pelayanan kesehatan adalah mengikuti prinsip
pemeliharaan hygene yang baik, kebersihan dan kesterilan dengan lima standar
penerapan yaitu:
Mencuci tangan untuk menghindari infeksi silang.
Menggunakan alat pelindung diri untuk menghindari kontak dengan darah atau cairan
tubuh lain.
Manajemen alat tajam secara benar untuk menghindari resiko penularan penyakit melalui
benda-benda tajam yang tercemar oleh produk darah pasien, dan menyediakan

195

Managemen Patient Safety Page 102


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

tempat sampah khusus untuk alat tajam agar tidak menimbulkan injuri pada tenaga
kesehatan maupun pasien.
Melakukan dekontaminasi, pencucian dan sterilisasi instrumen dengan prinsip yang
benar.
Menjaga sanitasi lingkungan secara benar.

Ringkasan
Infeksi Nosokomial atau infeksi akibat perawatan kesehatan (Healthcare-Associated
Infections- HAIs), adalah infeksi silang yang terjadi pada perawat atau pasien saat
dilakukan perawatan di fasilitas pelayanan kesehatan.
Penderita yang sedang dalam proses asuhan perawatan di fasilitas pelayanan kesehatan,
baik dengan penyakit dasar tunggal maupun penderita dengan penyakit dasar lebih dari
satu, secara umum keadaan umumnya tidak/ kurang baik, sehingga daya tahan tubuh
menurun. Hal ini akan mempermudah terjadinya infeksi silang karena kuman-kuman,
virus dan sebagainya akan masuk ke dalam tubuh penderita yang sedang dalam proses
 asuhan keperawatan dengan mudah.
Penyebab terjadinya infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan, meliputi: 1) Suntikan yang
tidak aman dan seringkali tidak perlu, 2) Penggunaan alat medis tanpa ditunjang pelatihan
maupun dukungan laboratorium, 3) Standar dan praktek yang tidak memadai untuk
pengoperasian bank darah dan pelayanan transfuse, 4) Penggunaan cairan infus yang
terkontaminasi, khususnya di rumah sakit yang membuat cairan sendiri, 5) Meningkatnya
resistensi terhadap antibiotik karena penggunaan antibiotik spektrum luas yang berlebih
atau salah, 6) Berat penyakit yang diderita, 7) penderita lain, yang juga sedang dalam
proses perawatan, 8) petugas pelaksana (dokter, perawat dan seterusnya), 9) peralatan
medis yang digunakan, 10) tempat (ruangan/bangsal/kamar) dimana penderita dirawat,
11) tempat/kamar dimana penderita menjalani tindakan medis akut seperti kamar
operasi dan kamar bersalin, 12) makanan dan minuman yang disajikan, 13) lingkungan
 rumah sakit secara umum.
Kunci pencegahan infeksi pada fasilitas pelayanan kesehatan adalah mengikuti prinsip
pemeliharaan hygene yang baik, kebersihan dan kesterilan dengan lima standar
penerapan yaitu: 1) mencuci tangan, 2) menggunakan alat pelindung diri, 3) manajemen
alat tajam secara benar dan tempat sampah khusus untuk alat tajam, 4) melakukan
dekontaminasi, pencucian dan sterilisasi instrumen dengan prinsip yang benar, 5)
 menjaga sanitasi lingkungan secara benar.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien:
Pokok dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi lain adalah cuci tangan (hand hygiene) yang
tepat. Pedoman hand hygiene yang berlaku secara internasional bisa diperoleh dari WHO,
fasilitas pelayanan kesehatan mempunyai proses kolaboratif untuk mengembangkan
kebijakan dan/atau prosedur yang menyesuaikan atau mengadopsi pedoman hand hygiene
yang diterima secara umum untuk implementasi pedoman itu di Fasilitas pelayanan
Kesehatan. Kegiatan yang dilaksanakan, meliputi: 1) Fasilitas pelayanan Kesehatan

196

Managemen Patient Safety Page 103


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru yang diterbitkan dan
sudah diterima secara umum , 2) Fasilitas pelayanan Kesehatan menerapkan program
hand hygiene yang efektif, dan 3) Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk
mengarahkan pengurangan secara berkelanjutan risiko infeksi yang terkait pelayanan
kesehatan.
Peran Perawat dalam Pencegahan Infeksi akibat perawatan kesehatan di fasilitas
kesehatan, meliputi: 1) menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya dan orang lain serta
bertanggung jawab sebagai pelaksanaan kebijakan yang telah ditetapkan, 2) bertanggung
jawab dalam mengunakan dan memelihara sarana yang telah disediakan dengan baik dan
benar

197

Managemen Patient Safety Page 104


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Tes 5
Nosokomial berasal dari bahasa Yunani, dari kata nosos yang artinya ….
penyakit
sakit
infeksi
radang

Pencegahan dan pengendalian infeksi adalah melalui ….


blood stream infections
hand hygiene yang tepat
staphylococcus dan tuberculosis
Surgical Site Infection

Suntikan yang tidak aman, penggunaan alat medis tanpa ditunjang pelatihan maupun
dukungan laboratorium serta standar dan praktek yang tidak memadai untuk
pengoperasian bank darah dan pelayanan transfuse merupakan beberapa hal penyebab
terjadinya ….
Infeksi
Patient Safety
Common Vehicle
Manajemen Patient

Penularan Infeksi Nosokomial melalui melalui benda mati yang telah terkontaminasi oleh
kuman dan dapat menyebabkan penyakit pada lebih dari satu penjamu disebut dengan
….
Penularansecarakontak
Penularanmelalui Common Vehicle
Penularandenganperantara vector
Penularanmelaluiudaradaninhalasi

Berikut ini tidak termasuk dalam faktor risiko HAIs adalah ....
Umur: neonatus dan lansia lebih rentan.
Status imun yang rendah/ tergantung (imuno-kompromais): penderita dengan penyakit
kronik, penderita keganasan, obat-obat imunosupresan.
Interupsi barier anatomis
Alat pelindung diri untuk menghindari kontak dengan darah

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes 4 yang terdapat di bagian akhir Bab 5
ini.

198

Managemen Patient Safety Page 105


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Topik 6
Mengurangi Risiko Cidera Pasien akibat Terjatuh
Fasilitas pelayanan kesehatan mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko
pasien dari cedera karena jatuh.
Maksud dan Tujuan.
Jumlah kasus jatuh menjadi bagian yang bermakna penyebab cedera pasien rawat inap.
Dalam konteks populasi/masyarakat yang dilayani, pelayanan yang diberikan, dan
fasilitasnya, fasilitas pelayanan kesehatan perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh dan
mengambil tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh. Evaluasi bisa meliputi
riwayat jatuh, obat dan telaah terhadap obat dan konsumsi alkohol, penelitian terhadap
gaya/cara jalan dan keseimbangan, serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien.
Program ini memonitor baik konsekuensi yang dimaksudkan atau yang tidak sengaja
terhadap langkah-langkah yang dilakukan untuk mengurangi jatuh. Misalnya penggunaan
yang tidak benar dari alat penghalang atau pembatasan asupan cairan bisa menyebabkan
cedera, sirkulasi yang terganggu, atau integrasi kulit yang menurun. Program tersebut harus
diterapkan di fasilitas pelayanan kesehatan.

Kegiatan yang dilaksanakan:


Fasilitas pelayanan kesehatan menerapkan proses asesmen awal risiko pasien jatuh dan
melakukan asesmen ulang terhadap pasien bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi
atau pengobatan.
Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka yang pada hasil
asesmen dianggap berisiko

Tujuan dari kebijakan mengurangi risiko cidera karena jatuh


Identifikasi pasien yang mempunyai risiko jatuh
Optimalisasi penggunaan asesmen jatuh untuk menentukan kategori risiko jatuh
Membandingkan faktor risiko intrinsik dan ekstrinsik jatuh
Mendeskripsikan kebutuhan akan perlunya pemahaman faktor risiko jatuh,
pencegahan,dan penanganannya dalam meningkatkan klinis dan kepuasan pasien, serta
menurunkan biaya kesehatan.
Memahami kunci keberhasilan Program Faktor Risiko Jatuh, Pencegahan, dan
Penanganannya.
Memperoleh sumber daya dalam mengembangkan dan meningkatkan Program Faktor
Risiko Jatuh, Pencegahan, dan Penanganannya.

Kondisi Pasien yang berisiko jatuh


Riwayat jatuh sebelumnya
Gangguan kognitif atau perubahan status mental secara tiba-tiba (Sudden mental status
changes)

199

Managemen Patient Safety Page 106


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Gangguan keseimbangan, gaya berjalan, atau kekuatan


Gangguan mobilitas
Penyakit neurologi; seperti stroke dan Parkinson
Gangguan muskuloskeletal; seperti artritis,penggantian sendi, deformitas
Penyakit kronis; seperti osteoporosis, penyakit kardiovaskular, penyakit paru, dan diabetes
Masalah nutrisi
Medikamentosa (terutama konsumsi > 4 jenis obat)

Risiko potensial:
Penglihatan yang buruk atau tidak baik/ tidak jelas (Poor vision)
Sepatu impor atau sepatu lokal yang tidak cocok (United shoes/improper shoe fit)
Lantai yang licin (Spills on the floor)
Terlalu banyak furniture (Too much forniture)
Medan tidak merata ( Uneven terrain)
Hidrasi yang kurang (Poor hydration)

Upaya yang dilakukan untuk mengurangi risiko cidera akibat jatuh


Melakukan pengkajian ulang secara berkala mengenai resiko pasien jatuh,
Termasuk resiko potensial yang berhubungan dengan jadwal pemberian obat serta
Mengambil tindakan untuk mengurangi semua resiko yang telah diidentifikasikan
tersebut. Dan menurut Agency for Healthcare Research and Quality (AHRQ), upaya-upaya
untuk mengurangi terjadinya kejadian pasien terjatuh di rumah sakit, yaitu:
A. Membiasakan pasien dengan lingkungan sekitarnya.
B. Menunjukkan pada pasien alat bantu panggilan darurat.
C. Posisikan alat bantu panggil darurat dalam jangkauan.
D. Posisikan barang-barang pribadi dalam jangkauan pasien.
E. Menyediakan pegangan tangan yang kokoh di kamar mandi, kamar dan lorong.
F. Posisikan sandaran tempat tidur di posisi rendah ketika pasien sedang beristirahat, dan
posisikan sandaran tempat tidur yang nyaman ketika pasien tidak tidur.
G. Posisikan rem tempat tidur terkunci pada saat berada di bangsal rumah sakit.
Menjaga roda kursi roda di posisi terkunci ketika stasioner.
Gunakan alas kaki yang nyaman, baik, dan tepat pada pasien.
Gunakan lampu malam hari atau pencahayaan tambahan.
Kondisikan permukaan lantai bersih dan kering. Bersihkan semua tumpahan.
Kondisikan daerah perawatan pasien rapi.
Ikuti praktek yang aman ketika membantu pasien pada saat akan ke tempat tidur dan
meninggalkan tempat tidur.

Assessment Resiko Jatuh


a. Memonitor pasien sejak masuk

200

Managemen Patient Safety Page 107


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Memonitor dengan ketat pada pasien yang mempunyai risiko tinggi: memberikan tanda/
alert ( sesuai warna universal )
Libatkan pasien atau keluarga dalam upaya pencegahan risiko jatuh
Laporan peristiwa pasien jatuh

Penilaian resiko jatuh Pasien


Penilaian Resiko Jatuh merupakan suatu penilaian terhadap factor-factor yang dapat
menyebabkan pasien jatuh. Ada tiga tipe skala resiko jatuh yang sering dipakai yaitu :
Skala penilaian risiko jatuh untuk geriatric/ lanjut usia
Morse Fall Scale (MFS) / Skala Jatuh dari morse Untuk Dewasa
b. Humpty Dumpty Fall Scale (HDFS) / Skala Jatuh Humpty Dumpty Untuk Pediatrik

Latihan
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan berikut!
Jelaskan tujuan melakukan evaluasi risiko jatuh pada pasien yang dirawat di fasilitas
pelayanan kesehatan?
Kondisi pasien seperti apa yang mengharuskan perawat harus melakukan evaluasi risiko
jatuh?
Upaya apa saja yang harus untuk mengurangi pasien cidera akibat terjatuh?

Petunjuk Jawaban Latihan

Tujuan melakukan evaluasi risiko jatuh pada pasien yang dirawat di fasilitas pelayanan
kesehatan, adalah untuk: a) mengurangi angka pasien cidera karena jatuh.
b) Identifikasi pasien yang mempunyai risiko jatuh, c) Optimalisasi penggunaan asesmen
jatuh untuk menentukan kategori risiko jatuh,d) Membandingkan faktor risiko intrinsik
dan ekstrinsik jatuh, e) Mendeskripsikan kebutuhan akan perlunya pemahaman faktor
risiko jatuh, pencegahan,dan penanganannya dalam meningkatkan klinis dan kepuasan
pasien, serta menurunkan biaya kesehatan, f) Memahami kunci keberhasilan Program
Faktor Risiko Jatuh, Pencegahan, dan Penanganannya, g) Memperoleh sumber daya
dalam mengembangkan dan meningkatkan program faktor risiko jatuh, pencegahan,
dan penanganannya

Perawat harus melakukan evaluasi risiko jatuh pada pasien dengan kondisi pasien yang
berisiko, yaitu: pasien dengan riwayat jatuh sebelumnya, gangguan kognitif, gangguan
keseimbangan, gaya berjalan, atau kekuatan, gangguan mobilitas, penyakit neurologi
(seperti stroke dan Parkinson), gangguan muskuloskeletal (seperti artritis, penggantian
sendi, deformitas), penyakit kronis (seperti: osteoporosis, penyakit kardiovaskular,
penyakit paru, dan diabetes), dengan masalah nutrisi, dan medikamentosa (terutama
konsumsi > 4 jenis obat)

201

Managemen Patient Safety Page 108


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Upaya untuk mengurangi pasien cidera akibat terjatuh di fasilitas pelayanan kesehatan,
adalah: a) Melakukan pengkajian ulang secara berkala mengenai resiko pasien jatuh, b)
mengambil tindakan untuk mengurangi semua resiko yang telah diidentifikasikan
tersebut, c) membiasakan pasien dengan lingkungan sekitarnya, d) menunjukkan pada
pasien alat bantu panggilan darurat, e) posisikan alat bantu panggil darurat dalam
jangkauan, f) posisikan barang-barang pribadi dalam jangkauan pasien, g) menyediakan
pegangan tangan yang kokoh di kamar mandi, kamar dan lorong, h) posisikan sandaran
tempat tidur di posisi rendah ketika pasien sedang beristirahat, dan posisikan sandaran
tempat tidur yang nyaman ketika pasien tidak tidur, i) posisikan rem tempat tidur
terkunci pada saat berada di bangsal rumah sakit, j) menjaga roda kursi roda di posisi
terkunci ketika stasioner, k) gunakan alas kaki yang nyaman, baik, dan tepat pada
pasien, l) gunakan lampu malam hari atau pencahayaan tambahan, m) kondisikan
permukaan lantai bersih dan kering. Bersihkan semua tumpahan, n) kondisikan daerah
perawatan pasien rapi, o) Ikuti praktek yang aman ketika membantu pasien pada saat
akan ke tempat tidur dan meninggalkan tempat tidur.

Ringkasan
Sasaran keselamatan pasien ke-6 adalah: mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh.
Fasilitas pelayanan kesehatan diharuskan mengembangkan suatu pendekatan untuk
mengurangi risiko pasien dari cedera karena jatuh.
Kegiatan yang harus dilakukan untuk menurunkan angka pasien cidera karena terjatuh,
adalah setiap fasilitas pelayanan kesehatan menerapkan proses asesmen awal risiko
pasien jatuh dan melakukan asesmen ulang terhadap pasien bila diindikasikan terjadi
perubahan kondisi atau pengobatan. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi
 risiko jatuh bagi mereka yang pada hasil asesmen dianggap berisiko
Kondisi pasien yang berisiko untuk mengalami cidera karena jatuh, diantaranya adalah: a)
Riwayat jatuh sebelumnya, b) Gangguan kognitif, c) Gangguan keseimbangan, gaya
berjalan, atau kekuatan, d) Gangguan mobilitas, e) Penyakit neurologi; seperti stroke dan
Parkinson, f) Gangguan muskuloskeletal; seperti artritis,penggantian sendi, deformitas, g)
Penyakit kronis; seperti osteoporosis, penyakit kardiovaskular, penyakit paru, dan
 diabetes, dan h) Masalah nutrisi
Assessment Resiko Jatuh, meliputi: a) memonitor pasien sejak masuk, memonitur dengan
ketat pada pasien, b) memonitor dengan ketat pada pasien yang mempunyai risiko tinggi:
memberikan tanda/ alert ( sesuai warna universal ), c) melibatkan pasien atau keluarga
 dalam upaya pencegahan risiko jatuh, dan d) laporan pasien jatuh.
Penilaian Resiko Jatuh merupakan suatu penilaian terhadap factor-factor yang dapat
menyebabkan pasien jatuh. Ada tiga tipe skala resiko jatuh yang sering dipakai, yaitu :
Skala penilaian untuk geriatric, Morse Fall Scale (MFS) / Skala Jatuh dari morse Untuk
Dewasa, dan Humpty Dumpty Fall Scale (HDFS) / Skala Jatuh Humpty Dumpty Untuk
Pediatrik

202

Managemen Patient Safety Page 109


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Tes 6
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat

Kondisi Pasien yang memerlukan penilaian risiko jatuh,


mendapatkan terapi diuretik
Gangguan keseimbangan
mengalami halusinasi
menjalani diet

Seorang perempuan usia 60 tahun keadaan umum lemah, kesadaran gelisah, mendapat
obat diuretic, terpasang dauer catheter warna urin kuning jernih. Untuk menghindari
resiko jatuh perawat melakukan tindakan pengurangan resiko jatuh. Apakah tindakan
keperawatan yang paling tepat?
Memasang rell side
Rendahkan tempat tidur
Pasien ditunggu keluarga
Pasien diantar ke kamar mandi

Tindakan yang termasuk Assessment risiko jatuh


memberikan tanda/ alert : gelang warna biru muda
Melakukan penilaian risiko jatuh kepada semua pasien
Memonitor pasien yang risiko tinggi jatuh dengan ketat
menugaskan keluarga untuk untuk memonitor pasien gangguan

Upaya mengurangi terjadinya kejadian pasien terjatuh di fasilitas pelayanan kesehatan,


diantaranya adalah:
A. Selalu menggunakan alas kaki bermerk terpercaya
B. Menunjukkan pada pasien alat-alat kesehatan yang ada di ruangan.
C. Menyediakan pegangan tangan yang kokoh di kamar mandi, kamar dan lorong.
D. Kondisikan permukaan lantai tidak licin, yaitu dengan menggunakan karpet.

Seorang perempuan usia 64 tahun keadaan umum lemah, mendapat obat diuretic, terpasang
dauer catheter warna urin kuning jernih. Anda akan memeriksa risiko jatuh pada pasien
tersebut. Yang manakah skala penilaian resiko jatuh yang akan Anda gunakan?
A. Morse Fall Scale (MFS)
B. Humpty Dumpty Fall Scale (HDFS) C.
Skala penilaian risiko jatuh geriatric D.
Semua skala penilaian bisa digunakan

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes 6 yang terdapat di bagian akhir Bab 5
ini.

203

Managemen Patient Safety Page 110


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Kunci Jawaban Tes

Tes 1 Tes 2
1. C 1. A
2. B 2. C
3. B 3. B
4. A 4. B
5. B 5. D

Tes 3 Tes 4
1. C 1. B
2. B 2. D
3. C 3. C
4. A 4. C
5. B 5. A

Tes 5 Tes 6
1. A 1. B
2. B 2. A
3. A 3. C
4. B 4. C
5. D 5. C

204

Managemen Patient Safety Page 111


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Daftar Pustaka

AORN. (2015). Preventing Wrong-Patient, Wrong-Site, WrongProcedure Events.


https://www.aorn.org/-/media/aorn/guidelines/position.../posstat-wrong-site.pdf

Endriani, S. (2012) Panduan identifikasi pasien. https://www.academia.edu/keypass/


PANDUAN_IDENTIFIKASI_PASIEN. Diperoleh 14 Agustus 2017.

Ferdiansyah, R. (2016). Panduan penandaan-lokasi-operasi-dan-surgery-safety-checklist.


https://www.slideshare.net/RizkyFerdiansyah6/panduan-
penandaanlokasioperasidansurgerysafetychecklist. (1Agsutus2017).

HARDJANA, a. m. (2003). KOMUNIKASI INTRAPERSONAL & INTERPERSONAL. YOGYAKARTA:


PENERBIT KANISIUS. HTTPS://BOOKS.GOOGLE.CO.ID/BOOKS?HL=EN&LR=&ID=
SFVIH7IGMEEC&OI=FND&PG=PA5&DQ=+DEFINISI+KOMUNIKASI+EFEKTIF

https://dokumen.tips/download/link/peningkatan-keamanan-obat-yang-perlu-diwaspadai-
print

https://image.slidesharecdn.com/pengelolaanperbekalanfarmasinarkotikadanpengelolaanse
rtapenangananlasa-

Ice, D. (2017). Penilaian resiko jatuh Pasien, Skala morse untuk dewasa dan skala Humpty
Dumpty Untuk Pediatrik. http://bangsalsehat.blogspot.co.id/2017/05/penilaian-resiko-
jatuh-pasien-skala.html

John F. Angle, MD, Albert A. Nemcek, Jr, MD, Alan M. Cohen, MD, Donald L. Miller, MD, et al.
2008. Quality Improvement Guidelines for Preventing Wrong Site, Wrong Procedure,
and Wrong Person…..http://www.jvir.org/article/S1051-0443%2808%2900473-9/pdf

Kementerian Kesehatan RI. (2011). Pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah
sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Cetakan ke-3. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI
Miller-Hoover, S. (2015). High-Alert Medications: Best Practices. Revised. RN.com.

Nurdiana dan Sulistyani, D. Ed. (2016). Buku saku keperawatan. Jakarta: Bidang Keperawatan
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo

NHS Foundation Trust. (2015). Patient Identification Policy.


.http://www.southernhealth.nhs.uk/_resources/assets/inline/full/0/71283.pdf

205

Managemen Patient Safety Page 112


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 Tentang


Keselamatan Pasien.

RSUP Fatmawati (2012). Buku saku panduan JCI. Jakarta: Tidak dipubilkasikan
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. (2016). Buku saku keperawatan. Jakarta: Bidang
Keperawatan RSCM.
Tietjen, L., dkk (terj. Saifuddin, AB, dkk): Panduan Pencegahan Infeksi: Untuk Fasilitas
Pelayanan Kesehatan dengan Sumber Daya Terbatas

WHO and JCI. 2007. Performance of correct Procedure at correct body Site
http://www.who.int/patientsafety/solutions/patientsafety/PS-Solution4.pdf

World health organization collaborating centre for patient safety solutions. (2007). Patient
identification. Dalam: patient safety solutions. Volume 1. Solution 2.

-------. (2009). Critical Management Solutions. Patient identification policy.


http//www.kraskerhc.com. Diperoleh 25 Februari 2012.

206

Managemen Patient Safety Page 113


BAB IV
PRAKTIK SASARAN KESELAMATAN PASIEN

PENDAHULUAN
Sasaran keselamatan pasien (SKP) merupakan syarat yang harus diterapkan di semua fasilitas
pelayanan kesehatan. Tujuan SKP adalah untuk menggiatkan perbaikan-perbaikan tertentu
dalam soal keselamatan pasien. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan. No. 11 Tahun 2017
tentang Keselamatan Pasien Pasal 5 ayat (5) disebutkan bahwa Sasaran Keselamatan Pasien
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi tercapainya hal-hal:
Meningkatkan identifikasi pasien dengan benar;
meningkatkan komunikasi yang efektif;
meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai;
memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar, pembedahan pada
pasien yang benar;
mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan; dan
mengurangi risiko cedera pasien akibat terjatuh.
Anda telah mempelajari dan memahami konsep sasaran keselamatan pasien tersebut pada
Bab V, tahap selanjutnya pada Bab VI ini Anda akan mengikuti pembelajaran laboratorium
keperawatan, sehingga Anda mampu menerapkan sasaran keselamatan pasien ketika
memberikan pelayanan/ asuhan keperawatan.
Setelah mempelajari modul ini diharapkan Anda mampu menerapkan sasaran keselamatan
pasien pada kegiatan pelayanan keperawatan melalui bermain peran (role play). Lebih
terperinci, kegiatan belajar yang akan Anda ikuti, adalah sebagai berikut:
Pada Kegiatan Belajar 1 Anda diharapkan mampu menerapkan SKP. 1 yaitu meningkatkan
identifikasi pasien dengan benar. Anda akan diberikan kesempatan untuk diskusi
kelompok untuk mempelajari materi, menyusun scenario untuk bermain peran, dan
 memperagakan tindakan penerapan identifikasi pasien dengan benar.
Pada Kegiatan Belajar 2, Anda diharapkan mampu menerapkan SKP 2 meningkatkan
komunikasi yang efektif. Anda akan mempelajari dan mempraktikkan materi komunikasi
efektif secara verbal/ lisan (langsung ataupun via telepon) dan komunikasi tertulis. Anda
akan mempelajari, mendiskusikan, bermain peran dan latihan tentang cara komunikasi
saat melaporkan kondisi pasien dan hasil pemeriksaan diagnostic yang kritis dengan
pendekatan atau metode SBAR, dan bagaimana komunikasi saat menerima instruksi/
pesan, dengan metode TBAK.
Pada kegiatan belajar 3, Anda akan mempelajari, mendiskusikan dengan kelompok dan
klasikal, dan bermain peran dan latihan mempratikkan peningkatkan keamanan obat-
obatan yang perlu diwaspadai.
Pada kegiatan belajar 4 Anda akan mempelajari, mendiskusikan dengan kelompok dan
klasikal, bermain peran dan latihan mempratikkan cara memastikan benar sisi, benar
prosedur, dan benar pasien operasi.

207

Managemen Patient Safety Page 114


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Pada kegiatan belajar 5 Anda akan mempelajari, mendiskusikan dengan kelompok dan
 klasikal, bermain peran dan latihan mempratikkan cara menurunkan risiko infeksi, dan
pada kegiatan belajar 6 Anda akan mempelajari, mendiskusikan dengan kelompok dan
klasikal, bermain peran dan latihan mempratikkan cara menurunkan risiko pasien cedera
akibat jatuh.
Agar Anda berhasil dengan baik dalam mempelajari materi yang ada pada modul ini, ikutilah
beberapa petunjuk belajar berikut ini.

Bacalah setiap uraian dengan cermat,


teliti, dan tertib sampai Anda memahami
pesan, ide, dan makna yang disampaikan.

https://www.google.com/search?q=gambar+membaca+buku&tbm=isch&imgil=3t-

Kerjakan apa yang diminta dan diinstruksikan


dalam materi ini, termasuk latihan dan tugas
praktika, tuliskan pada format yang tersedia,
atau kalaupun tidak ada siapkan sendiri.

https://www.google.com/search?q=gambar+orang+belajar&tbm

Lakukan diskusi dengan teman-


teman sejawat dalam mengatasi
bagian yang belum Anda pahami.

Perbanyak pula membaca hal-hal yang


terkait dengan praktik penerapan
sasaran keselamatan pasien

https://www.google.com/imgres?imgurl.manfaat-membaca-buku-bagi-kehidupanmu&docid

208

Managemen Patient Safety Page 115


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Jangan lupa, tanamkan pada diri Anda


bahwa Anda akan berhasil & buktikanlah
bahwa Anda memang berhasil.

https://www.google.com/urlkarakteristik-umum-pengusaha-sukses

Managemen Patient Safety Page 116


Topik 1
MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Meningkatkan Identifikasi Pasien dengan Benar

Identifikasi pasien adalah suatu proses pemberian tanda atau pembeda yang mencakup
nomor rekam medis dan identitas pasien dengan tujuan agar dapat membedakan antara
pasien satu dengan pasien yang lainnya guna ketepatan pemberian pelayanan, pengobatan
dan tindakan atau prosedur kepada pasien. Sebelum mempelajari topik ini pastikan bahwa
Anda sudah memahami konsep teori tentang identifikasi pasien yang sudah Anda pelajari
pada Bab V.
Setelah mempelajari topik 1, diharapkan Anda mampu melakukan tindakan identifikasi
pasien dengan benar,
Untuk mencapai tujuan tersebut, mahasiswa harus mampu mendemonstrasikan prosedur:
Memasang gelang identitas pasien
Mengidentifikasi pasien (pasien baru, neonatus, pelayanan transfusi)
Mengidentifikasi pasien pada the event of wrong patient, wrong procedure or wrong site
clinical incident

URAIAN MATERI

Sebelum Anda mempelajari prosedur identiifikasi pasien, Anda harus memahami hal berikut
ini
Pengertian
Pengertian identifikasi adalah proses pengumpulan data dan pencatatan segala
keterangan tentang bukti-bukti dari seseorang sehingga kita dapat menetapkan dan
menyamakan keterangan tersebut dengan individu seseorang.
Identifikasi pasien adalah suatu proses pemberian tanda atau pembeda yang
mencakup nomor rekam medis dan identitas pasien dengan tujuan agar dapat
membedakan antara pasien satu dengan pasien yang lainnya guna ketepatan
pemberian pelayanan, pengobatan dan tindakan atau prosedur kepada pasien.

Tujuan identifikasi pasien


Mengidentifikasi dengan benar pasien tertentu yang akan diberi layanan
atau pengobatan tertentu.
Mencocokkan layanan atau perawatan dengan individu tersebut.

Petugas kesehatan bisa keliru mengidentifikasi pasien, yaitu pada saat:


Pasien masih dalam kondisi tidak sadar atau kesadaran menurun karena
anastesi/ pembiusan setelah tindakan operasi
Paisen pindah tempat tidur tanpa koordinasi
Pasien pindah kamar tanpa koordinasi
Pindah lokasi/ ruangan/ instalasi di dalam rumah sakit
Pasien cacat indera (pendengaran/ penglihatan)

Managemen Patient Safety Page 117


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Kebijakan/ prosedur untuk mengidentifikasi pasien


Semua fasilitas pelayanan kesehatan harus menerapkan kebijakan bahwa setiap
pasien yang dirawat inap diidentifikasi dengan:
Nama lengkap pasien
Tanggal lahir
Nomor rekam medis
Gelang identitas pasien dengan barcode, dll
Untuk meningkatkan keselamatan pasien dilarang identifikasi pasien dengan menggunakan
nomor kamar pasien atau lokasi.
Pada saat memasang gelang identifikasi pasien:
jelaskan kepada pasien dan/atau keluarga, tentang tujuan pemakaian gelang,
dan mengapa mereka harus menggunakan Hal ini memberikan kesempatan
bagi mereka untuk mengidentifikasi kesalahan dan mendorong pasien dan
keluarga mereka untuk berpartisipasi dalam upaya mencegah kesalahan.
Jelaskan bahaya untuk pasien yang menolak, melepas, menutup gelang dengan
tape perban, dan lain-lain.

Prosedur/ tindakan yang memerlukan identifikasi pasien


Pemberian obat/ pengobatan
Prosedur pemberian obat baik obat oral, obat injeksi (intravena, intramuskuluer,
intracutan) atau obat topical mempunyai risiko yang sama. Untuk itu sebelum
pemberian obat apapun diperlukan tindakan identifikasi pasien, sehingga pasien
terhindar dari kejadian tidak diharapkan akibat kesalahan terapi/ pemberian obat.
Pemberian darah/ produk darah
Sebelum pemberian darah/ produk darah/ tranfusi darah, perawat/ petugas
kesehatan lain wajib melakukan identifikasi pasien dengan tepat
Pengambilan darah dan specimen lain untuk pemeriksaan klinis
Sebelum pengambilan darah dan specimen lain (urine, feses, sputum, dan lain-lain)
juga harus dilakukan identifikasi pasien, karena bila tidak dilakukan akan
mempengaruhi intervensi/ terapi yang akan diberikan, dan bila tidak tepat akan
merugikan pasien.
Sebelum memberikan tindakan (pemerikasaan radiologi: rontgen, MRI, dan
sebagainya, pembedahan, dan prosedur invasif lainnya)
Tindakan keperawatan mandiri ataupun kolaborasi, juga tindakan medis merupakan
tindakan yang diberikan kepada pasien sesuai kondisi pasien. Dengan demikian
untuk meningkatkan keamanan dan keselamatan pasien, perawat wajib melakukan
identifikasi pasien sebelum melakukan tindakan kepada pasien sehingga pasien
mendapatkan terapi yang tepat dan tidak membahayakan.
Transfer pasien

211

Managemen Patient Safety Page 118


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Transfer pasien atau proses pemindahan pasien dari satu unit kerja / ruang rawat ke
unit kerja lain merupakan tindakan yang memerlukan tindakan indetifikasi pasien
dengan tepat
Konfirmasi kematian
Cara melakukan identifikasi pasien dengan benar
Cara Identifikasi Pasien Rawat Inap/ UGD :
Tanya langsung kepada pasien (pertanyaan terbuka) : nama lengkap pasien dan
tanggal lahir atau nomor rekam medis.
Untuk pasien yang tidak sadar petugas bertanya langsung kepada keluarga/
penunggu pasien (nama lengkap pasien dan tanggal lahir atau nomor rekam medis).
Cocokan nama lengkap pasien dan tanggal lahir atau nomor rekam medis pada
gelang pasien dengan data di formulir terkait (misal: form pemeriksaan, SIT).
Tata laksana identifikasi pasien risiko
Tatalaksana Gelang Identifikasi Pasien
Semua pasien harus diidentifikasi dengan benar sebelum pemberian obat, darah,
atau produk darah; pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan
klinis; atau pemberian pengobatan atau tindakan lain.
Pakaikan gelang identifikasi di pergelangan tangan pasien yang dominan,
jelaskan dan pastikan gelang tepasang dengan baik dan nyaman untuk pasien.
Pada pasien dengan fistula arterio-vena (pasien hemodialisis), gelang identifikasi
tidak boleh dipasang di sisi lengan yang terdapat fistula.
Jika tidak dapat dipakaikan di pergelangan tangan, pakaikan di pergelangan kaki.
Pada situasi dimana tidak dapat dipasang di pergelangan kaki, gelang identifikasi
dapat dipakaikan di baju pasien di area yang jelas terlihat. Hal ini harus dicatat di
rekam medis pasien. Gelang identifikasi harus dipasang ulang jika baju pasien
diganti dan harus selalu menyertai pasien sepanjang waktu.
Pada kondisi tidak memakai baju, gelang identifikasi harus menempel pada
badan pasien dengan menggunakan perekat transparan/tembus pandang. Hal ini
harus dicatat di rekam medis pasien.
Gelang pengenal dan gelang alergi hanya boleh dilepas saat pasien keluar/pulang
dari rumah sakit. Gelang risiko jatuh hanya boleh dilepas apabila pasien sudah
tidak berisiko jatuh.
Gelang pengenal pasien (Gelang Pink/ Gelang Biru) sebaiknya mencakup 3 detail
wajib yang dapat mengidentifikasi pasien, yaitu:
Nama pasien dengan minimal 2 suku kata
Tanggal lahir pasien (tanggal/bulan/tahun)
Nomor rekam medis pasien
Gelang identifikasi Alergi sebaiknya mencakup 4 detail wajib yang dapat
mengidentifikasi pasien, yaitu:
a) Nama pasien
Umur Pasien

212

Managemen Patient Safety Page 119


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Nomor rekam medis pasien


Jenis Alergi
Gelang identifikasi Risiko Jatuh sebaiknya mencakup 4 detail wajib yang dapat
mengidentifikasi pasien, yaitu:
Nama pasien
Umur Pasien
Nomor rekam medis pasien
Tingkat Risiko Jatuh
Nama tidak boleh disingkat. Nama harus sesuai dengan yang tertulis di rekam
medis.
Jangan pernah mencoret dan menulis ulang di gelang identifikasi. Ganti gelang
identifikasi jika terdapat kesalahan penulisan data.
Jika gelang identifikasi terlepas, segera berikan gelang identifikasi yang baru.
Gelang Identifikasi harus dipakai oleh semua pasien selama perawatan di
rumah sakit.
Periksa ulang 3/ 4 detail data di gelang identifikasi sebelum dipakaikan ke pasien.
Saat menanyakan identitas pasien, selalu gunakan pertanyaan terbuka,
misalnya: ‘Siapa nama Anda?’ (jangan menggunakan pertanyaan tertutup
seperti ‘Apakah nama anda Ibu Susi?’)
Jika pasien tidak mampu memberitahukan namanya (misalnya pada pasien
tidak sadar, bayi, disfasia, gangguan jiwa), verifikasi identitas pasien kepada
keluarga/ pengantarnya. Jika mungkin, gelang pengenal jangan dijadikan satu-
satunya bentuk identifikasi sebelum dilakukan suatu intervensi. Tanya ulang
nama dan tanggal lahir pasien, kemudian bandingkan jawaban pasien dengan
data yang tertulis di gelang pengenalnya.
Semua pasien rawat inap dan yang akan menjalani prosedur menggunakan
minimal 1 gelang identifikasi.
Pengecekan gelang identifikasi dilakukan tiap kali pergantian jaga perawat.
Sebelum pasien ditransfer ke unit lain, lakukan identifikasi dengan benar dan
pastikan gelang identifikasi terpasang dengan baik.
Unit yang menerima transfer pasien harus menanyakan ulang identitas pasien
dan membandingkan data yang diperoleh dengan yang tercantum di gelang
identifikasi.
Pada kasus pasien yang tidak menggunakan gelang identifikasi:
Hal ini dapat dikarenakan berbagai macam sebab, seperti:
Menolak penggunaan gelang identifikasi
Gelang Identifikasi menyebabkan iritasi kulit
Gelang identifikasi terlalu besar
Pasien melepas gelang identifikasi
Pasien harus diinformasikan akan risiko yang dapat terjadi jika gelang
identifikasi tidak dipakai. Alasan pasien harus dicatat pada rekam medis.

213

Managemen Patient Safety Page 120


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Jika pasien menolak menggunakan gelang identifikasi, petugas harus lebih


waspada dan mencari cara lain untuk mengidentifikasi pasien dengan benar
sebelum dilakukan prosedur kepada pasien.
Tatalaksana Identifikasi Pasien Pada Pemberian Obat-Obatan
Perawat harus memastikan identitas pasien dengan benar sebelum melakukan
prosedur, dengan cara:
Meminta pasien untuk menyebutkan nama lengkap dan tanggal lahirnya.
Periksa dan bandingkan data pada gelang pengenal dengan rekam medis. Jika
data yang diperoleh sama, lakukan prosedur/ berikan obat Jika terdapat ≥ 2
pasien di ruangan rawat inap dangan nama yang sama, periksa ulang identitas
dengan melihat alamat rumahnya.
Jika data pasien tidak lengkap, informasi lebih lanjut harus diperoleh sebelum
pemberian obat dilakukan.

Tatalaksana Identifikasi Pasien yang Menjalani Tindakan Operasi


Petugas di kamar operasi harus mengkonfirmasi identitas pasien
Jika diperlukan untuk melepas gelang identifikasi selama dilakukan operasi,
tugaskanlah seorang perawat di kamar operasi untuk bertanggungjawab melepas
dan memasang kembali gelang identifikasi pasien.
Gelang identifikasi yang dilepas harus ditempelkan di depan rekam medis pasien
Tatalaksana Identifikasi Pasien yang akan Dilakukan Pengambilan dan Pemberian
Darah (Transfusi Darah)
Identifikasi, pengambilan, pengiriman, penerimaan, dan penyerahan komponen
darah (transfusi) merupakan tanggungjawab petugas yang mengambil darah.
Dua orang staf RS yang kompeten harus memastikan kebenaran: data
demografik pada kantong darah, jenis darah, golongan darah pada pasien dan
yang tertera pada kantong darah, waktu kadaluasanya, dan identitas pasien pada
gelang pengenal.
Staf RS harus meminta pasien untuk menyebutkan nama lengkap dan tanggal
lahirnya
Jika staf RS tidak yakin/ ragu akan kebenaran identitas pasien, jangan lakukan
transfusi darah sampai diperoleh kepastian identitas pasien dengan benar.
Tatalaksana Identifikasi pada Bayi Baru Lahir atau Neonatus
Untuk bayi baru lahir yang masih belum diberi nama, data di gelang pengenal
berisikan jenis kelamin bayi, nama ibu, tanggal dan jam lahir bayi, nomor rekam
medis bayi, dan modus kelahiran.
Saat nama bayi sudah didaftarkan, gelang pengenal berisi data ibu dapat dilepas
dan diganti dengan gelang pengenal yang berisikan data bayi.
Gunakan gelang pengenal berwarna merah muda (pink) untuk bayi perempuan
dan biru untuk bayi laki-laki.

214

Managemen Patient Safety Page 121


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Pada kondisi di mana jenis kelamin bayi sulit ditentukan, gunakan gelang
pengenalberwarna putih.

Melepas Gelang Identifikasi


Gelang pengenal (Gelang Pink/ Gelang Biru), hanya dilepas saat pasien pulang
atau keluar dari rumah sakit.
Gelang untuk alergi (Gelang Merah), hanya dilepas saat pasien pulang atau
keluar dari rumah sakit.
Gelang untuk risiko jatuh (Gelang Kuning), hanya dilepas saat pasien sudah tidak
berisiko untuk jatuh
Yang bertugas melepas gelang identifikasi adalah perawat yang bertanggungjawab
terhadap pasien selama masa perawatan di rumah sakit (PPJP).
Gelang identifikasi dilepas setelah semua proses selesai dilakukan. Proses ini
meliputi: pemberian obat-obatan kepada pasien dan pemberian penjelasan
mengenai rencana perawatan selanjutnya kepada pasien dan keluarga.
Gelang identifikasi yang sudah tidak dipakai harus digunting menjadi potongan-
potongan kecil sebelum dibuang ke tempat sampah.
Terdapat kondisi-kondisi yang memerlukan pelepasan gelang identifikasi
sementara (saat masih dirawat di rumah sakit), misalnya lokasi pemasangan
gelang identifikasi mengganggu suatu prosedur. Segera setelah prosedur selesai
dilakukan, gelang identifikasi dipasang kembali.

215

Managemen Patient Safety Page 122


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

A. PROSEDUR KERJA KETERAMPILAN MELAKUKAN IDENTIFIKASI


PASIEN

Memasang Gelang Identitas Pasien


Keterampilann memasang gelang identitas pasien baru, merupakan prosedur yang
sederhana, namun tetap Anda harus berlatih untuk dapat melakukankan dengan
sempurna. Berikut adalah langkah-langkah/ Prosedur melakukan memasang gelang
identifikasi pasien:

PROSEDUR MEMASANG GELANG IDENTIFIKASI PASIEN

Tahap Prainteraksi
Persiapan perawat
Persiapan alat : status pasien, alat tulis, gelang identitas pasien
Persiapan Lingkungan
b. Tahap Orientasi
Beri salam sambil berjabat tangan
Perkenalkan diri perawat
Tanyakan nama klien
Sampaikan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
Kontrak: waktu dan tempat
Tahap Kerja
Bina hubungan saling percaya
Lakukan pemasangan gelang identitas sesuai jenis kelamin
Berikan penjelasan tentang pentingnya gelang identitas pasien dan
bahayanya bila dilepas/ tidak dipakai
Evaluasi pemahaman pasien/ keluarga tentang gelang identitas
Tahap Terminasi
Evaluasi respon subjektif dan objektif klien
Berikan reinforcement positif
Tentukan rencana tindak lanjut
Beri salam terapeutik
Dokumentasi
Catat tindakan yang sudah dilakukan dan hasil/ responnya: pemasangan
gelang identitas dan edukasi

216

Managemen Patient Safety Page 123


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Mengidentifikasi pasien pada pasien yang sudah terpasang gelang identitas

Berikut adalah langkah-langkah/ Prosedur melakukan memasang gelang identifikasi


pasien:
PROSEDUR MENGIDENTIFIKASI PASIEN

Tahap Prainteraksi
Persiapan perawat
Persiapan alat : Status Pasien, Alat tulis, Peralatan untuk tindakan keperawatan
(sesuai indikasi tindakan identifikasi pasien)
Persiapan Lingkungan
Tahap Orientasi
Beri salam sambil berjabat tangan
Perkenalkan diri perawat
Tanyakan nama klien
Sampaikan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
Kontrak: waktu dan tempat
Tahap Kerja
Bina hubungan saling percaya
Tanya langsung kepada pasien (pertanyaan terbuka) : nama lengkap pasien dan
tanggal lahir atau nomor rekam medis.
Untuk pasien yang tidak sadar, Anda bertanya langsung kepada keluarga/
penunggu pasien (nama lengkap pasien dan tanggal lahir atau nomor rekam
 medis).
Cocokan/ periksa dan bandingkan data nama lengkap pasien dan tanggal lahir
atau nomor rekam medis pada gelang pasien dengan data di formulir terkait
(misal: form pemeriksaan).
Jika data yang diperoleh sama, lakukan prosedur/ berikan obat/ tindakan
 sesuai rencana
Jika terdapat ≥ 2 pasien di ruangan rawat inap dangan nama yang sama,
periksa ulang identitas dengan melihat alamat rumahnya.

Tahap Terminasi
Evaluasi respon subjektif dan objektif klien
Berikan reinforcement positif kepada pasien/ keluarga
Tentukan rencana tindak lanjut
Beri salam terapeutik
Dokumentasi
Catat tindakan yang sudah dilakukan dan hasil/ responnya: pemasangan gelang
identitas dan edukasi

Latihan
Untuk memperdalam pemahaman dan melatih keterampilan Anda mengenai materi di atas,
kerjakanlah latihan berikut:
Identifikasi pasien baru
Identifikasi pasien neonates
Anda dapat megunakan untuk latihan melakukan prosedur mengidentifikasi pasien sesuai
jenis kelamin, kondisi pasien (berisiko jatuh, alergi), dan lain-lain.

217

Managemen Patient Safety Page 124


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Petunjuk Jawaban Latihan

Untuk berlatih keterampilan melakukan identifikasi pasien pasien baru datang (belum
terpasang gelang identitas pasien), maka gunakan formulir 1.1. Penilaian keterampilan
memasang gelang identifikasi pasien.
Bacalah prosedur/ langkah-langkah tindakan memasang gelang identitas pasien.
Cobalah Anda melakukan sendiri dengan panduan formulir 1.1.
Setelah Anda yakin dapat melakukan tanpa melihat Formulir penilaian, mintalah teman/
Instruktur Anda untuk mengobservasi dan menilai penampilan Anda dalam melakukan
pemasangan gelang identitas pasien
Berlatihlah sampai Nilai Anda = 100 atau sempurna, baru lanjutkan ke prosedur lainnya.
Selamat latihan…

Untuk berlatih keterampilan melakukan identifikasi pasien neonates (belum terpasang


gelang identitas pasien), maka gunakan formulir 1.2. Penilaian keterampilan
mengidentifikasi pasien neonatus.
Bacalah prosedur/ langkah-langkah tindakan memasang gelang identitas pasien.
Cobalah Anda melakukan sendiri dengan panduan formulir 1.2.
Setelah Anda yakin dapat melakukan tanpa melihat Formulir penilaian, mintalah teman/
Instruktur Anda untuk mengobservasi dan menilai penampilan Anda dalam melakukan
pemasangan gelang identitas pasien
Berlatihlah sampai Nilai Anda = 100 atau sempurna, baru lanjutkan ke prosedur lainnya.
Selamat latihan…
FORMULIR 1.1. PENILAIAN KETERAMPILAN:
PROSEDUR PEMASANGAN GELANG IDENTITAS PASIEN

Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2
ASSESSMENT (A)
Kaji identitas dan status/ dokumen rekam medik pasien
PLANNINGT (P)
Persiapan perawat
Persiapan alat :
Status Pasien
Alat tulis
Gelang identitas(warna merah muda/ biru muda)
Persiapan Lingkungan
Beri salam sambil berjabat tangan
Perkenalkan diri perawat
Tanyakan nama klien
Sampaikan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan

218

Managemen Patient Safety Page 125


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Kontrak: waktu dan tempat


IMPLEMENTATION (I)
Bina hubungan saling percaya
Jelaskan kepada pasien dan/atau keluarga, tentang tujuan
pemakaian gelang, dan mengapa mereka harus menggunakan.
Pasang gelang identifikasi pasien
Jelaskan kepada pasien& keluarga, tentang bahaya bila pasien
menolak, melepas, menutup gelang dengan tape perban, dll.
Evaluasi pengetahuan pasien dan/ atau keluarga tentang pentingnya
gelang identitas pasien
EVALUATION (E)
Evaluasi respon subjektif dan objektif klien
Berikan reinforcement positif
Tentukan rencana tindak lanjut
Beri salam terapeutik
DOKUMENTASI
Catat hasil tindakan memasang gelang identitas
SIKAP
Dilakukan dengan sistematis
Percaya diri
Jumlah Nilai
Keterangan:
0= tidak dilakukan; 1= dilakukan tetapi tidak sempurna; 2= dilakukan dengan sempurna

Nilai 100 = sempurna; Nilai 81-99= Baik; Kurang

Jumlah Nilai Penilai/ Observer


NIlai = -----------------
X 100 = ------------------
40 …………………………………………………….

FORMULIR 1.2. PENILAIAN KETERAMPILAN:


PROSEDUR PEMASANGAN GELANG IDENTITAS PASIEN NEONATUS
Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2
ASSESSMENT (A)
Kaji identitas dan status/ dokumen rekam medik pasien
PLANNINGT (P)
Persiapan perawat
Persiapan alat : Status Pasien, Alat tulis, Gelang identitas(warna merah muda/
biru muda)
Persiapan Lingkungan
Beri salam sambil berjabat tangan

219

Managemen Patient Safety Page 126


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Perkenalkan diri perawat


Tanyakan nama klien
Sampaikan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
Kontrak: waktu dan tempat
IMPLEMENTATION (I)
Bina hubungan saling percaya
Pasang gelas identitas bayi
Untuk bayi baru lahir yang masih belum diberi nama, data di gelang
pengenal berisikan jenis kelamin bayi, nama ibu, tanggal & jam lahir bayi,
nomor rekam medis bayi, dan modus kelahiran.

Saat nama bayi sudah didaftarkan, gelang pengenal berisi data ibu dapat
dilepas & diganti dengan gelang pengenal yang berisikan data bayi.
Gunakan gelang pengenal berwarna merah muda (pink) untuk bayi
perempuan dan biru untuk bayi laki-laki.
Pada kondisi di mana jenis kelamin bayi sulit ditentukan, gunakan gelang
pengenal berwarna putih.

Jelaskan kepada ibu & keluarga, tentang bahaya bila pasien menolak,
melepas, menutup gelang dengan tape perban, dll.
Evaluasi pengetahuan ibu/keluarga tentang pentingnya gelang identitas pasien

EVALUATION (E)
Evaluasi respon subjektif dan objektif klien
Berikan reinforcement positif
Tentukan rencana tindak lanjut
Beri salam terapeutik
DOKUMENTASI
Catat hasil tindakan memasang gelang identitas
SIKAP
Dilakukan dengan sistematis
Percaya diri
Jumlah Nilai
Keterangan:
0= tidak dilakukan; 1= dilakukan tetapi tidak sempurna; 2= dilakukan dengan sempurna

Nilai 100 = sempurna; Nilai 81-99= Baik; Kurang

Jumlah Nilai Penilai/ Observer


NIlai = -----------------
X 100 = ------------------
40 …………………………………………………….

Ringkasan
220

Managemen Patient Safety Page 127


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Identifikasi pasien adalah suatu proses pemberian tanda atau pembeda yang mencakup
nomor rekam medis dan identitas pasien dengan tujuan agar dapat membedakan antara
pasien satu dengan pasien yang lainnya guna ketepatan pemberian pelayanan, pengobatan
dan tindakan atau prosedur kepada pasien. Tindakan mengidentifikasi pasien adalah proses
pengumpulan data dan pencatatan segala keterangan tentang bukti-bukti dari seseorang
sehingga kita dapat menetapkan dan menyamakan keterangan tersebut dengan individu
seseorang.
Tanda yang digunakan untuk mengidentifikasi pasien, meliputi:
Untuk membedakan jenis kelamin pasien, digunakan perbedaan warna pada gelang
identitas pasien, gelang pink untuk perempuan, dan gelang biru muda untuk laki-laki.
Untuk pasien yang sudah menggunakan gelang identitas pasien, tanya langsung kepada pasien
(pertanyaan terbuka): nama lengkap pasien dan tanggal lahir atau nomor rekam medis. Untuk
pasien yang tidak sadar, petugas harus bertanya langsung kepada keluarga/ penunggu pasien
(nama lengkap pasien dan tanggal lahir atau nomor rekam medis). Lalu cocokan/ periksa dan
bandingkan data nama lengkap pasien dan tanggal lahir atau nomor rekam medis pada
gelang pasien dengan data di formulir terkait (misal: form pemeriksaan). Jika data yang
diperoleh sama, lakukan prosedur/ berikan obat/ tindakan sesuai rencana.
Jika terdapat ≥ 2 pasien di ruangan rawat inap dangan nama yang sama, periksa ulang
identitas dengan melihat alamat rumahnya
Untuk bayi baru lahir yang masih belum diberi nama, data di gelang pengenal berisikan
jenis kelamin bayi, nama ibu, tanggal & jam lahir bayi, nomor rekam medis bayi, dan
modus kelahiran. Dan Saat nama bayi sudah didaftarkan, gelang pengenal berisi data ibu
dapat dilepas dan diganti dengan gelang pengenal yang berisikan data bayi.
Untuk pasien dengan alergi digunakan gelang merah
Untuk pasien yang berisiko jatuh digunakan gelang/ klip warna kuning
Tata laksana pelepasan gelas identitas pasien, meliputi:
Gelang pengenal (Gelang Pink/ Gelang Biru), hanya dilepas saat pasien pulang atau keluar
dari rumah sakit.
Gelang untuk alergi (Gelang Merah), hanya dilepas saat pasien pulang atau keluar dari
rumah sakit.
Gelang untuk risiko jatuh (Gelang Kuning), hanya dilepas saat pasien sudah tidak berisiko
untuk jatuh
Yang bertugas melepas gelang identifikasi adalah perawat yang bertanggungjawab
terhadap pasien selama masa perawatan di rumah sakit (PPJP).
Gelang identifikasi dilepas setelah semua proses pemulangan pasien selesai dilakukan.
Proses ini meliputi: pemberian obat-obatan kepada pasien dan pemberian penjelasan
mengenai rencana perawatan selanjutnya kepada pasien dan keluarga.
Gelang identifikasi yang sudah tidak dipakai harus digunting menjadi potongan-potongan
kecil sebelum dibuang ke tempat sampah.

221

Managemen Patient Safety Page 128


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Terdapat kondisi-kondisi yang memerlukan pelepasan gelang identifikasi sementara (saat


masih dirawat di rumah sakit), misalnya lokasi pemasangan gelang identifikasi
mengganggu suatu prosedur. Segera setelah prosedur selesai dilakukan, gelang
identifikasi dipasang kembali.

Tugas Praktika 1
Lakukanlah prosedur tindakan mengidentifikasi pasien berikut ini
Identifikasi pasien yang menggunakan gelang identifikasi pasien
identifikasi pasien pada pelayanan tranfusi
Gunakan Formulir Penilaian keterampilan yang sesuai untuk tugas praktika tersebut

Petunjuk/ Jawaban Tugas Praktika


Mengidentifikasi pasien yang telah menggunakan gelas identitas
Lakukan prosedur dan mintalah instruktur/ teman Anda untuk mengobaservasi & menilai
tindakan yang Anda lakukan, menggunakan formulir 1.3. Berikut ini

FORMULIR 1.3. PENILAIAN KETERAMPILAN (Pendekatan APIE):


PROSEDUR MENGIDENTIFIKASI PASIEN YANG TELAH MENGGUNAKAN GELANG IDENTITAS
Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2
ASSESSMENT (A)
Kaji identitas dan status/ dokumen rekam medik pasien
PLANNINGT (P)
Persiapan perawat
Persiapan alat :
Status Pasien
Alat tulis
Peralatan untuk tindakan keperawatan (sesuai indikasi
tindakan identifikasi pasien)
Persiapan Lingkungan
Beri salam sambil berjabat tangan
Perkenalkan diri perawat
Tanyakan nama klien
9. Sampaikan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
Kontrak: waktu dan tempat
IMPLEMENTATION (I)
Bina hubungan saling percaya
Tanya langsung kepada pasien (pertanyaan terbuka) : nama
lengkap pasien dan tanggal lahir atau nomor rekam medis.

222

Managemen Patient Safety Page 129


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Untuk pasien yang tidak sadar à bertanya langsung kepada


keluarga/ penunggu pasien (nama lengkap pasien dan
tanggal

lahir atau nomor rekam medis).
Cocokan/ periksa dan bandingkan data nama lengkap pasien dan
tanggal lahir atau nomor rekam medis pada gelang pasien
dengan data di formulir terkait (misal: form pemeriksaan).
Jika data yang diperoleh sama, lakukan prosedur/ berikan obat/
tindakan sesuai rencana

Jika terdapat ≥ 2 pasien di ruangan rawat inap dangan nama
yang sama, periksa ulang identitas dengan melihat
alamat rumahnya.
EVALUATION (E)
Evaluasi respon subjektif dan objektif klien
Berikan reinforcement positif
Tentukan rencana tindak lanjut
Beri salam terapeutik
DOKUMENTASI
Catat hasil tindakan yang sudah dilakukan dan respon/ hasilnya
SIKAP
Dilakukan dengan sistematis
Percaya diri
Jumlah Nilai
Keterangan:
0= tidak dilakukan; 1= dilakukan tetapi tidak sempurna; 2= dilakukan dengan sempurna

Nilai 100 = sempurna; Nilai 81-99= Baik; Nilai < 80 = Kurang/ tidak lulus

Jumlah Nilai Penilai/ Observer


NIlai = -----------------
X 100 = ------------------
40 …………………………………………………….

223

Managemen Patient Safety Page 130


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Mengidentifikasi pasien yang akan mendapatkan tranfusi darah


Lakukan prosedur dan mintalah instruktur/ teman Anda untuk mengobaservasi & menilai
tindakan yang Anda lakukan, menggunakan formulir 1.4. Berikut ini

FORMULIR 1.4. PENILAIAN KETERAMPILAN:


PROSEDUR MENGIDENTIFIKASI PASIEN PADA PELAYANAN TRANFUSI
Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2
ASSESSMENT (A)
Kaji identitas dan status/ dokumen rekam medik pasien
PLANNINGT (P)
Persiapan perawat
Persiapan alat : Status Pasien; Alat tulis; Peralatan untuk tindakan tranfusi
Persiapan Lingkungan
Bina hubungan saling percaya: Beri salam sambil berjabat tangan; Perkenalkan
diri perawat
Sampaikan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan, tanyakan kesiapan pasien
Kontrak: waktu dan tempat
IMPLEMENTATION (I)
Anda dan teman sejawat Anda (staf RS yang kompeten) memastikan kebenaran:
data demografik pada kantong darah, jenis darah, golongan darah pada pasien
dan yang tertera pada kantong darah, waktu kadaluasanya, dan identitas pasien
pada gelang pengenal.
Identifikasi pasien. Anda meminta pasien untuk menyebutkan nama lengkap dan
tanggal lahirnya
Jika staf RS tidak yakin/ ragu akan kebenaran identitas pasien, jangan lakukan
transfusi darah sampai diperoleh kepastian identitas pasien dengan benar
Lakukan prosedur tindakan tranfusi darah
Observasi dan Pastikan ketepatan tetesan dan kelancaran aliran darah
Observasi reaksi dan tanda-tanda komplikasi tranfusi
EVALUATION (E)
Evaluasi respon subjektif dan objektif klien
Berikan reinforcement positif
Tentukan rencana tindak lanjut
Beri salam terapeutik
DOKUMENTASI
Catat hasil tindakan yang sudah dilakukan dan respon/ hasilnya
SIKAP
Dilakukan dengan sistematis
Percaya diri
Jumlah Nilai

224

Managemen Patient Safety Page 131


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Keterangan:
0= tidak dilakukan; 1= dilakukan tetapi tidak sempurna; 2= dilakukan dengan sempurna

Nilai 100 = sempurna; Nilai 81-99= Baik; Kurang

Jumlah Nilai Penilai/ Observer


NIlai = -----------------
X 100 = ------------------
40 …………………………………………………….

Topik 2
225

Managemen Patient Safety Page 132


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Meningkatkan Komunikasi yang Efektif


Sebelum melaksanakan kegiatan dalam topic 2 ini, pastikan bahwa Anda sudah
memahami konsep teori tentang komunikasi efektif. Setelah menyelesaikan topik ini
diharapkan Anda dapat melakukan komunikasi efektif untuk keselamatan pasien, meliputi:
Mendemonstrasikan prosedur/ langkah-langkah memberikan laporan kondisi pasien
Mendemonstrasikan prosedur menerima laporan hasil tes kritis/ pemeriksaan cito atau
menerima instruksi verbal pertelepom

URAIAN MATERI
Komunikasi dengan pendekatan S B A R
Komunikasi efektif dapat terjadi dengan menggunakan suatu format baku agar komunikasi
terstandar dan berlangsung secara efektif dan efisien. Salah satu format baku yang di
pergunakan oleh JAHCO adalah format SBAR. SBAR merupakan kerangka komunikasi yang
mempermudah mengatasi hambatan dalam komunikasi. SBAR merupakan bentuk struktur
mendasari komunikasi antara pemberi informasi dengan penerima informasi. SBAR mudah
diingat yang praktis untuk komunikasi atau percakapan. SBAR tersusun sebagai berikut: S =
Situation; B = Background; A = Assessment; R = Recommendation.

Komunikasi verbal atau komunikasi tulis yang kurang adekuat merupakan sumber
kesalahan yang serius pada pusat pelayanan kesehatan. Analisis akar masalah ditemukan
sebagai sumber kesalahan yang terjadi secara umum di sebabkan dari kedua macam
komunikasi ini. Terdapat beberapa hambatan dalam komunikasi antar petugas pemberi
pelayanan karena factor hirarki, gender, suku, perbedaan gaya komunikasi antar disiplin
ilmu dan gaya komunikasi individual.

Tujuan dan keuntungan menggunakan SBAR


Tujuan dan keuntungan menggunakan SBAR (Byred et al, 2009) ,yaitu :
Meningkatkan keamanan keselamatan pasien ( patient safety ).
Memberikan standar untuk penyebaran atau berbagi informasi.
Meningkatkan kekuatan atau penjelasan dari para pemberi pelayanan kesehatan dalam
mengajukan permintaan perubahan perawatan pasien atau untuk menyelesaikan
informasi dalam keadaan kritis dengan benar dan akurat.
Meningkatkan efektivitas kerja tim.
Dapat dipergunakan pada daerah spesifik

Isi laporan SBAR


- S (Situation):

226

Managemen Patient Safety Page 133


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

melaporkan situasi pasien, meliputi: nama pasien, umur, lokasi, masalah yang ingin
disampaikan, tanda-tanda vital pasien, kekhawatiran petugas terhadap kondisi
pasien yang belum maupun sudah teratasi.
Mengawali suatu komunikasi di perlukan pengenalan antara penyampai berita dan
penerima berita. Dalam hal ini identitas Anda (petugas) dan unit pelayanan
kesehatan diinformasikan. Selain itu juga perlu disampaikan kepada siapa
 (penerima) informasi yang petugas ajak berkomunikasi
Dalam situasi ini perlu petugas menjelaskan permasalahan yang dihadapinya,
misalnya: pasien serta kekhawatiran bila tidak di lakukan tindakan. Dalam hal
menginformasikan pasien disebutkan identitas pasien.

B (Background):
menyampaikan latar belakang atau masalah pasien sebelumnya (Background)
a. Keluhan utama, intervensi yang telah dilakukan, respon pasien  diagnose
keperawatan, riwayat alergi, riwayat pembedahan, pemasangan alat infasif dan
obat atau infuse
b. Berilah informasi riwayat medis pasien,atau informasi yang berkaitan dengan
permasalahan yang ditemukan.untuk pasien perlu dijelaskan riwayat medisnya,
perlu dijelaskan atau digaris bawahi riwayat medis yang bermakna. Bila
permasalahan di bidang lain misalnya sampel darah atau permasalahan obat maka
poin penting dari permasalahan tersebut ditonjolkan
A (Assessment):
menyampaikan penilaian terhadap kondisi pasien dengan menyampaikan masalah
 saat ini
 hasil Pengkajian kondisi pasien terkini (Assesment)
Sebutkan tanda vital, pain score, GCS, status restrain, Resiko jatuh, Status nutrisi,
eliminasi hal yang kritis dan lain lain.
Hasil pemerikasaan penunjang yang abnormal
Informasi lain yang mendukung
Penilaian terhadap masalah yang di temukan terkait dengan apa yang menjadi
masalah pada pasien. Berilah kesan pasien secara klinis serta hal yang terkait
dengan hal tersebut. Jelaskan pula tindakan apa yang sudah di berikan kepada
pasien untuk mengatasi permasalahan tersebut sambil menunggu rekomendasi
yang diterima petugas

R (Recommendation):
menyampaikan rekomendasi berupa saran, pemeriksaan tambahan, atau
 perubahan tatalaksana jika diperlukan.
Usulan pemeriksaan atau tindakan atas kondisi pasien saat ini.
Tindakan apa yang direkomendasikan untuk memperbaiki masalah

227

Managemen Patient Safety Page 134


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Apa yang dibutuhkan untuk memperbaiki kondisi pasien


Kapan waktu yang di harapkan tindakan ini terjadi
Jelaskan kepada petugas rekomendasi yang diberikan untuk mengatasi
permasalahan tersebut. Saran disampaikan dengan jelas, bagaimana cara
melaksanakan saran serta tentukan waktu pelaksanaannya serta tindak lanjutnya.
Terakhir, rekomendasi yang diberikan, apakah sudah sesuai dengan harapan pada
akhir pembicaraan dengan klinisi atau petugas tersebut.

4. Komunikasi TBAK (menerima laporan dengan TBAK)


Komunikasi dengan pendekatan TBAK (Tulis-baca-konfirmasi) dilakukan saat petugas
menerima instruksi verbal pertelepon/ lisan dari Dokter penanggung jawab pasien (DPJP).
Komunikasi ini juga harus dilakukan pada saat petugas menerima laporan hasil tes kritis/
critical test/ pemeriksaan cito, yaitu hasil pemeriksaan diagnostik/ penunjang yang
memerlukan penanganan segera. Prosedur komunikasi TBAK, adalah sebagai berikut:
PROSEDUR KOMUNIKASI TBAK

TULIS:
Penerima pesan menuliskan pesan lengkap yang disampaikan pengirim di Catatan
Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT), meliputi:
Tanggal & jam pesan diterima
Nama lengkap pasien, tanggal lahir, diagnosa
Gunakan simbol/ singkatan sesuai standar
Dosis/ nilai harus spesifik untuk menghindari salah penafsiran
Nama petugas pelapor/ memberi pesan
Nama dan ttd petugas penerima pesan
Bila pesan melalui telepon, pengirim pesan/ dokter menandatangani pada saat
visit hari berikutnya
BACA:
Baca yaitu membacakan kembali instruksi/ isi pesan lengkap tersebut kepada pemberi
pesan

KONFIRMASI:
Pemberi pesan mengkonfirmasi isi pesan dengan jawaban “Ya benar”
Pemberi pesan/ instruksi menanda tangani dan menulis tanggal dan jam
penandatanganan dalam kotak stempel KONFIRMASI dalam catatan perkembangan
terintegrasi, dalam waktu 1 x 24 jam

228

Managemen Patient Safety Page 135


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Kapan komunikasi SBAR digunakan/ dilakukan?


SBAR dipergunakan sebagai landasan menyusun komunikasi verbal, tertulis lewat
menyusun surat dari berbagai keadaan perawatan pasien, antara lain :
saat serah terima Pasien (antar shift keperawatan, perpindahan pasien antar unit kerja)
Saat Petugas melaporkan kondisi pasien kepada Dokter penanggung jawab Pasien (DPJP).
Isi laporan yang disampaikan, meliputi:
kondisi pasien yang kritis
pemeriksaan penunjang dengan hasil nilai kritis
kondisi pasien yang mendapat pengobatan dan memerlukan pengawasan khusus
kondisi pasien yang memerlukan monitoring ketat
Pasien rawat jalan dan pasien rawat inap.
Komunikasi pada kasus urgent dan non urgent.
Komunikasi dengan pasien, perorangan atau lewat telepon
Keadaan khusus antara dokter dan perawat.
Membantu konsultasi antara dokter dengan dokter.
Mendiskusikan dengan konsultan professional lain misal terapi respirasi, fisioterapi.
Komunikai dengan mitra bestari.
Komunikasi pada saat perubahan shift jaga.
Meningkatkan perhatian
Serah terima dari petugas ambulans kepada staf rumah sakit.
Contoh:
SERAH TERIMA PASIEN DENGAN KOMUNIKASI SBAR

Situasi: Pasien Tn Gun, 45 thn, dirawat di kamar 605, saat ini mengalami gangguan
 pernafasan dengan RR 35 x/mt
 Background: Pasien masuk rumah sakit 2 hari yang lalu dengan riwayat, Pneumothorax,
O2 saturasi turun, 95% dalam 2 menit menjadi 85% dgn non rebreathing, pada auskultasi:
suara pernafasan menurun di sebelah kanan. Tracheal shift, peningkatan distress, pasien
 saat ini diposisikan tidur semi fowler
 Assessment: Pasien tampaknya mengalami gagal nafas/ gangguan pertukaran gas
Recommendation: Dokter telah dihubungi melalui telepon belum terhubung, mohon
dihubungi kembali untuk kemungkinan alih rawat ICU untuk pemasangan ventilator.

Latihan Praktika
Anda seorang Perawat dinas pagi, akan melakukan serah terima pasien kepada perawat
dinas sore.

KASUS 1:
Seorang pasien laki-laki bernama Tn. Anto tanggal lahir 22 April 1970. Saat ini dirawat di lantai 7,
kamar 711. Pasien mengalami gangguan pernapasan, TD 130/ 90 mmHg, Nadi 88 x/ menit,

229

Managemen Patient Safety Page 136


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

25 x/ menit. Pasien masuk rumah sakit 2 hari yang lalu dengan riwayat Pneumothorax, O2
saturasi turun dari 95% dalam 2 menit menjadi 85% dgn non rebreathing, pada auskultasi:
suara pernafasan menurun disebelah kanan, Tracheal shift, distress pernafasan, pasien saat
ini diposisikan tidur semi fowler. Anda menilai bahwa Pasien tampaknya tidak stabil dan
cenderung memburuk, mengalami gagal nafas/ gangguan pertukaran gas. Anda meminta
dokter untuk segera datang, dan menanyakan apakah diperlukan pindah rawat ke ruang
intensif dan tindakan intubasi.
Instrusksi:
Kelompokkanlah data pada Kasus-1 (Tn. Anto) menjadi struktur SBAR
Mintalah teman Anda/ instruktur untuk mengobservasi praktik melaporkan kondisi pasien yang
Anda lakukan (lakukan sampai dengan tindakan Anda sempurna/ mendapat Nilai 100)

Petunjuk Jawaban Latihan Praktika


Struktur Komunikasi SBAR pada kasus Tn. Anto, adalah sebagai berikut:
Situasi: Tn Anto Suanto, Tanggal lahir 22 April 1970, rawat di lantai 7, kamar 711,
mengalami gangguan pernafasan, TD 130/90, N 88, RR 25 x/mt
Background: Pasien masuk rumah sakit 2 hari yang lalu dengan riwayat Pneumothorax,
O2 saturasi turun dari 95% dalam 2 menit menjadi 85% dgn non rebreathing, pada
auskultasi: suara pernafasan menurun disebelah kanan, Tracheal shift, distress
pernafasan, pasien saat ini diposisikan tidur semi fowler
Assessment: Pasien tampaknya tidak stabil dan cenderung memburuk, mengalami gagal
nafas/ gangguan pertukaran gas
Recommendation: Mohon segera datang, apakah diperlukan pindah rawat ke ruang
intensif dan tindakan intubasi. (Stempel)

Gunakan formulir 2.1 Penilaian Keterampilan Melaporkan Kondisi Pasien (dengan


komunikasi SBAR) dan formulir 2.2 Penilaian Keterampilan Melaporkan Kondisi Pasien
Pada Saat Handover berikut.

FORMULIR 2.1. PENILAIAN KETERAMPILAN:


PROSEDUR MELAPORKAN KONDISI PASIEN KEPADA DOKTER
Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2
ASSESSMENT (A)
Kaji kelengkapan data pasien yang akan dilaporkan
PLANNINGT (P)
Persiapan perawat
Persiapan alat : Saluran telepon; Status Pasien; Alat tulis
Persiapan Lingkungan
Bina hubungan saling percaya:

230

Managemen Patient Safety Page 137


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Beri salam; Perkenalkan diri perawat; Tanyakan nama dokter/ petugas yang
menerima laporan; Sampaikan tujuan menelepon; Kontrak: waktu dan
tempat

IMPLEMENTATION (I)
Laporkan kondisi pasien:
Situation (kondisi terkini yang terjadi pada pasien):
Perawat menyebutkan nama, umur pasien dan lokasi
Perawat menyebutkan nama dokter yang menangani pasien
Perawat menyebutkan masalah kesehatan yang dialami pasien (penyakit).
Perawat menyebutkan tanda-tanda vital dan kekhawatiran Perawat
terhadap kondisi pasien)

Perawat menyampaikan latar belakang atau masalah pasien sebelumnya


Perawat menyebutkan riwayat alergi, riwayat pembedahan
Assessment (hasil pengkajian dari kondisi pasien terkini):
Perawat menyampaikan penilaian terhadap kondisi pasien,
dengan menyampaikan masalah pasien saat ini
Recommendation/Rekomendasi
Perawat menyampaikan rekomendasi berupa saran, pemeriksaan
tambahan, atau perubahan tatalaksana jika diperlukan
EVALUATION (E)
Evaluasi respon dokter/ penerima laporan terhadap rekomendasi
Klarifikasi rekomendasi yang diberikan oleh penerima laporan
Tentukan rencana tindak lanjut
Beri salam
DOKUMENTASI
18 Catat hasil tindakan yang sudah dilakukan dan respon/ hasilnya
SIKAP
Dilakukan dengan sistematis
Percaya diri
Jumlah Nilai
Keterangan:
0= tidak dilakukan; 1= dilakukan tetapi tidak sempurna; 2= dilakukan dengan sempurna

Nilai 100 = sempurna; Nilai 81-99= Baik; Kurang

Jumlah Nilai Penilai/ Observer


NIlai = -----------------
X 100 = ------------------
40 …………………………………………………….

FORMULIR 2.2. PENILAIAN KETERAMPILAN:

231

Managemen Patient Safety Page 138


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

PROSEDUR MELAPORKAN KONDISI PASIEN PADA SAAT HANDOVER


Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2
ASSESSMENT (A)
Kaji kelengkapan data pasien yang akan dilaporkan
PLANNINGT (P)
Persiapan perawat
Persiapan alat: Status Pasien, Alat tulis
Persiapan Lingkungan
Bina hubungan saling percaya: beri salam; Perkenalkan diri perawat; Sampaikan
tujuan serah terima pasien; Kontrak: waktu dan tempat
IMPLEMENTATION (I)
Laporkan kondisi pasien:
Situation (kondisi terkini yang terjadi pada pasien):
Perawat (P) menyebutkan nama dan umur pasien
P menyebutkan tanggal pasien masuk ruangan & hari perawatannya
P menyebutkan nama dokter yang menangani pasien
P menyebutkan diagnose medis pasien/ penyakit yang dialami pasien
P menyebutkan masalah keperawatan pasien yang sudah & belum teratasi
Background (Info penting berhubungan dengan kondisi pasien terkini)
P menjelaskan intervensi/ tindakan dari setiap masalah keperawatan pasien
P menyebutkan riwayat alergi, riwayat pembedahan
P menyebutkan pemasangan alat invasif (infus, dan alat bantu lain seperti kateter
dll), serta pemberian obat & cairan infus
P menjelaskan dan mengidentifikasi pengetahuan pasien terhadap diagnose
medis/ penyakit yang dialami pasien
Assessment (hasil pengkajian dari kondisi pasien terkini):
P menjelaskan hasil pengkajian pasien terkini
P menjelaskan kondisi klinik lain yang mendukung, seperti hasil Lab, Rontgen
Recommendation/Rekomendasi:
Perawat menyampaikan rekomendasi berupa saran, pemeriksaan tambahan, atau
perubahan tatalaksana jika diperlukan
EVALUATION (E)
Evaluasi respon subjektif & objektif dari petugas yang menerima pasien
Berikan reinforcement positif
Tentukan rencana tindak lanjut
Beri salam
DOKUMENTASI
22 Catat hasil tindakan yang sudah dilakukan dan respon/ hasilnya

SIKAP

232

Managemen Patient Safety Page 139


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Dilakukan dengan sistematis


Percaya diri
Jumlah Nilai
Keterangan:
0= tidak dilakukan; 1= dilakukan tetapi tidak sempurna; 2= dilakukan dengan sempurna

Nilai 100 = sempurna; Nilai 81-99= Baik; Kurang

Jumlah Nilai Penilai/ Observer


NIlai = -----------------
X 100 = ------------------
48 …………………………………………………….

Latihan Komunikasi Tbak

Untuk berlatih melakukan komunikasi TBAK dalam menerima pesan/ instruksi instruksi per
telepon/ lisan, Anda dapat gunakan Formulir 2.3. Mintalah teman atau instruktur Anda untuk
mengobservasi tindakan yang Anda lakukan pada saat berlatih menerima pesan/ instruksi.

FORMULIR 2.3. PENILAIAN KETERAMPILAN


PROSEDUR MENERIMA INSTRUKSI PER TELEPON/ LISAN/ HASIL PEMERIKSAAN KRITIS
Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2
ASSESSMENT (A)
Kaji kesiapan diri perawat
PLANNINGT (P)
Persiapan alat: Status Pasien (catatan perkembangan pasien terintegrasi), Alat tulis
Persiapan Lingkungan (tidak menggangu konsentrasi, pendengaran, penglihatan)
IMPLEMENTATION (I)
Bina hubungan saling percaya: Beri salam; Perkenalkan diri perawat (Nama,
jabatan, tempat tugas, jam tugas); Sampaikan siap menerima pesan
Tanyakan nama dan jabatan yang menelepon/ memberikan instruksi
TULIS: Penerima pesan menuliskan pesan lengkap yang disampaikan pengirim di
Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT), meliputi:
a. Tanggal & jam pesan diterima
b. Nama lengkap pasien, tanggal lahir, diagnosa
c. Gunakan simbol/ singkatan sesuai standar
d. Dosis/ nilai harus spesifik untuk menghindari salah penafsiran
10e. Nama petugas pelapor/ memberi pesan
11f. Nama dan ttd petugas penerima pesan
g. Bila pesan melalui telepon, pengirim pesan/ dokter menandatangani pada saat
12visit hari berikutnya

233

Managemen Patient Safety Page 140


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

BACA: Penerima pesan membacakan kembali instruksi/ isi pesan lengkap


tersebut kepada pemberi pesan
KONFIRMASI:
a. Penerima pesan mengkorfimasi apakah yang dibacakan sudah benar?
Pemberi pesan mengkonfirmasi isi pesandengan jawaban“Ya benar”
b. Penerima pesan menanyakan/ mengingatkan kepada pemberi pesan untuk
menandatangani pesan yang ditulis
Pemberi pesan/ instruksi menanda tangani dan menulis tanggal dan
jampenandatanganan dalam kotak stempel KONFIRMASI dalam catatan
perkembangan terintegrasi, dalam waktu 1 x 24
jam EVALUATION (E)
Evaluasi respon subjektif & objektif dari petugas yang menerima pasien
Berikan reinforcement positif
Tentukan rencana tindak lanjut
Beri salam
DOKUMENTASI
20 Catat hasil tindakan yang sudah dilakukan dan respon/ hasilnya

Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2
SIKAP
Dilakukan dengan sistematis
Percaya diri
Jumlah Nilai

Keterangan:
0= tidak dilakukan; 1= dilakukan tetapi tidak sempurna; 2= dilakukan dengan sempurna

Nilai 100 = sempurna; Nilai 81-99= Baik; Kurang

Jumlah Nilai Penilai/ Observer


NIlai = -----------------
X 100 = ------------------
44 …………………………………………………….

Ringkasan

234

Managemen Patient Safety Page 141


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Untuk meningkatkan keselamatan pasien yang dirawat di fasilitas pelayanan kesehatan,


perawat dan tenaga kesehatan lain harus mampu dan terampil menerapkan sasaran
keselamatan pasien yang kedua, yaitu meningkatkan komunikasi yang efektif. Pendekatan
komunikasi yang digunakan meliputi komunikasi SBAR dan TBAK.
Komunikasi efektif dengan pendekatan SBAR mudah diingat dan praktis untuk komunikasi
atau percakapan. SBAR tersusun sebagai berikut: S = Situation; B = Background; A =
Assessment; R = Recommendation.
Komunikasi dengan pendekatan ini dilakukan pada saat perawat atau petugas kesehatan
lain melaporkan kondisi pasien dan kekhawatiran pelapor terhadap kondisi pasien
(situation), latar belakang atau masalah pasien sebelumnya (background), penilaian
terhadap kondisi pasien dengan menyampaikan masalah saat ini - hasil Pengkajian kondisi
pasien terkini (assesment), dan rekomendasi berupa saran, pemeriksaan tambahan, atau
 perubahan tatalaksana jika diperlukan (Recommendation).
Tujuan dan keuntungan menggunakan SBAR, yaitu : a) Meningkatkan keamanan keselamatan
 pasien ( patient safety ), b) Memberikan standar untuk penyebaran atau berbagi informasi, c)
Meningkatkan kekuatan atau penjelasan dari para pemberi pelayanan kesehatan dalam
mengajukan permintaan perubahan perawatan pasien atau untuk menyelesaikan
informasi dalam keadaan kritis dengan benar dan akurat, d) Meningkatkan efektivitas kerja
 tim, dan e) Dapat dipergunakan pada daerah spesifik.
Komunikasi dengan pendekatan TBAK (Tulis-baca-konfirmasi) dilakukan saat petugas
menerima instruksi verbal pertelepon/ lisan dari Dokter penanggung jawab pasien (DPJP).
Komunikasi ini juga harus dilakukan pada saat petugas menerima laporan hasil tes kritis/
critical test/ pemeriksaan cito, yaitu hasil pemeriksaan diagnostik/ penunjang yang
memerlukan penanganan segera.

Tugas Praktika 2
Lakukan komunikasi SBAR pada kasus lain. Mintalah teman Anda/ instruktur untuk menilai praktik
melaporkan kondisi pasien yang Anda lakukan dengan menggunakan formulir 2.1 dan 2.1.

Lakukan komunikasi TBAK pada kasus lain. Mintalah teman Anda/ Instruktur untuk menilai praktik
yang Anda lakukan, dengan menggunakan formulir 2.3

235

Managemen Patient Safety Page 142


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Topik 3
Meningkatkan Keamanan Obat yang Harus Diwaspadai
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 58 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit mengharuskan rumah sakit di Indonesia untuk mengembangakan
kebijakan pengelolan obat untuk meningkatkan keamanan khususnya obat yang perlu
diwaspadai (high-alert medications). Untuk itu Perawat sebagai tenaga kesehatan yang ikut
berperan dalam terpenuhinya kebutuhan pasien akan pengobatan harus memahami kebijakan
ini. Sebelum melaksanakan kegiatan pada topik ini pastikan Anda sudah memahami konsep
teori tentang upaya meningkatkan keamanan obat yang harus diwaspadai. Setelah mempelajari
topik ini, diharapkan Anda dapat:
Melakukan prosedur untuk meningkatkan keamanan high alert medications melalui
pengecekan ganda (double check) sebelum diberikan kepada pasien.
mendemonstrasikan prosedur memberikan obat yang harus diwaspadai (High alert
medications)

URAIAN MATERI
Pengertian
High-Alert Medication atau obat dengan kewaspadaan tinggi adalah obat-obat yang secara
signifikan berisiko membahayakan pasien bila digunakan dengan salah atau pengelolaan
yang kurang tepat. Obat ini sering menyebabkan kesalahan serius (sentinel event) dan dapat
menyababkan reaksi obat yang tidak diinginkan (ROTD). Berdasarkan study yang dilakukan
oleh Institute for Safe Medication Practices (ISMP) di US, obat yang paling sering
menyebabkan ROTD dan sentinel event adalah insulin, opium dan narkotik, injeksi potassium
chloride (phospate) concentrate, intravenous anticoagulants (hepari) dan sodium chloride
solutionlebih besar dari 0,9%. Pengobatan yang aman perlu dijamin dalam setiap langkah
pemberian obat, yaitu pada saat: a) Peresepan obat, b) Pemberian obat, dan c) Pemantauan
efek obat.
Beberapa terminologi penting terkait pemberian obat:
Side-effect: efek yang diketahui, yaitu efek tambahan dari efek primer obat yang
diharapkan. Efek ini terkait dengan efek farmakologis dari sediaan obat tersebut. Contoh:
opiat analgesia sering menyebabkan mual
Adverse reaction: bahaya atau efek yang tidak diinginkan yang terjadi karena tindakan
pemberian obat yang benar, dan proses yang benar. Contoh: reaksi alergi yang tidak
diharapkan pada pasien yang baru pertama kali menggunakan obat tersebut.
Error: kegagalan untuk melaksanakan rencana penatalaksanaan atau pemberian obat, atau
kesalahan dalam penatalaksanaan. Contoh: kesalahan pemberian obat pada pasien
Adverse event: kejadian tidak diinginkan yang membahayakan pasien
Ketagori dan spesifikasi obat yang termasuk ke dalam high alert medication
Tabel 3.1. Daftar Obat yang Perlu Diwaspadai

236

Managemen Patient Safety Page 143


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

(Sumber: https://dlscrib.com/download/pedoman-obat-high-alert_58afcc2d6454a7406ab1e8d9_pdf)

237

Managemen Patient Safety Page 144


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

(Sumber: https://dlscrib.com/download/pedoman-obat-high-alert_58afcc2d6454a7406ab1e8d9_pdf)

Dengan adanya daftar obat di atas, diharapkan bisa mengurangi kesalahan dalam pemberian
high alert medications. Pemberian high-alert medications harus teliti. Hal-hal yang dilakukan
untuk meningkatkan keamanan high alert medications adalah perawat harus melakukan
pengecekan ganda (double check) terhadap semua high alert medications sebelum diberikan
kepada pasien. Selain itu, persiapan dan penyimpanannya pun harus jelas. High alert
medications harus disimpan di pos perawat di dalam troli atau kabinet yang terkunci dan
diberi label yang jelas.
Pemberian obat yang perlu diwaspadai (high-alert) di ruang perawatan

Sebelum perawat memberikan obat high alert kepada pasien maka perawat lain harus
melakukan pemeriksaan kembali (double check) secara independen: 7 benar
Benar obat (esesuaian antara obat dengan rekam medik/instruksi dokter)
Benar waktu dan frekuensi pemberian
Benar dosis (ketepatan perhitungan dosis obat)
Benar rute pemberian
Benar identitas pasien (Kebenaran nama pasien, Kebenaran nomor rekam medis pasien,
Kebenaran umur/ tanggal lahir pasien, Kebenaran alamat rumah pasien, Nama DPJP)
Benar informasi
Benar dokumentasi
Obat high alert infus harus dipastikan:
- Ketepatan kecepatan pompa infus (infuse pump).
- Jika obat lebih dari satu, tempelkan label nama obat pada syringe pump dan disetiap
ujung jalur selang.

238

Managemen Patient Safety Page 145


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Obat high alert elektrolit konsentrasi tinggi harus diberikan sesuai perhitungan standar yang
telah baku, yang berlaku di semua ruang perawatan.
Setiap kali pasien pindah ruang rawat, perawat pengantar menjelaskan kepada perawat
penerima pasien bahwa pasien mendapatkan obat high alert, dan menyerahkan formulir
pencatatan obat.
Dalam keadaan emergency yang dapat menyebabkan pelabelan dan tindakan pencegahan
terjadinya kesalahan obat high alert dapat mengakibatkan tertundanya pemberian terapi
dan memberikan dampak yang buruk pada pasien, maka dokter dan perawat harus
memastikan terlebih dahulu keadaan klinis pasien yang membutuhkan terapi segera (cito)
sehingga double check dapat tidak dilakukan, namun sesaat sebelum memberikan obat,
perawat harus menyebutkan secara lantang semua jenis obat yang diberikan kepada
pasien sehingga diketahui dan didokumentasikan dengan baik oleh perawat yang lainnya.

Latihan

Untuk memperdalam pemahaman dan melatih keterampilan Anda mengenai materi di atas,
kerjakanlah latihan berikut:
Lakukanlah prosedur pengecekan ganda (double check) sebelum pemberian obat high alet
Demonstrasikan prosedur memberikan obat yang perlu diwaspadai

Anda dapat menggunakan Formulir 3.1 untuk latihan melakukan prosedur pengecekan ganda
(double check) sebelum memberikan obat high alert dan latihan mendemonstrasikan
pemberian obat kepada pasien.

Petunjuk Jawaban Latihan

Untuk berlatih keterampilan melakukan prosedur peningkatan keamanan high alert


medications melalui pengecekan ganda (double check) sebelum diberikan kepada pasien.
Bacalah prosedur/ langkah-langkah tindakan
Cobalah Anda melakukan sendiri dengan panduan formulir 3.1.
Setelah Anda yakin dapat melakukan tanpa melihat Formulir penilaian, mintalah teman/
Instruktur
Berlatihlah sampai Nilai Anda = 100 atau sempurna, baru lanjutkan ke prosedur lainnya.
Selamat latihan…

239

Managemen Patient Safety Page 146


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

FORMULIR 3.1. PENILAIAN KETERAMPILAN:


PROSEDUR PENGECEKAN GANDA (DOUBLE CHECK) SEBELUM PEMBERIAN
DAN PEMBERIAN OBAT YANG PERLU DIWASPADAI
Dilakukan
No Aspek yang dinilai
Ya Tidak
ASSESSMENT (A)
Kaji identitas dan status/ dokumen rekam medik pasien
PLANNINGT (P)
Persiapan perawat
Persiapan alat : obat high alert, alat kesehatan yang diperlukan, Status Pasien;
Persiapan Lingkungan
Bina hubungan saling percaya: Beri salam; Perkenalkan diri perawat (Nama,
jabatan, tempat tugas, jam tugas);
Tanyakan nama dan tanggal lahir klien
Sampaikan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
Kontrak: waktu dan tempat
IMPLEMENTATION (I)
Anda dan Perawat lain melakukan pemeriksaan kembali (double check) secara
independen, tentang:
1) Benar obat (kesesuaian antara obat dengan rekam medik/instruksi dokter)
2) Benar waktu dan frekuensi pemberian
3) Benar dosis (ketepatan perhitungan dosis obat)
4) Benar rute pemberian
5) Benar identitas pasien
6) Benar informasi
7) Benar dokumentasi
Setelah semua sesuai dan tepat, Perawat memberikan obat high alert kepada
pasien dengaan hati-hati
Perawat memastikan Obat high alert infuse diberikan dengan tepat:
Perawat memastikan ketepatan kecepatan pompa infus (infuse pump).
Jika obat lebih dari satu, tempelkan label nama obat pada syringe pump dan di
setiap ujung jalur selang.
EVALUATION (E)
Evaluasi respon subjektif dan objektif klien
Berikan reinforcement positif
Tentukan rencana tindak lanjut
Beri salam terapeutik
DOKUMENTASI
Catat hasil tindakan memberikan obat high alert
SIKAP
Dilakukan dengan sistematis

240

Managemen Patient Safety Page 147


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Percaya diri
Jumlah Nilai
Keterangan:
0= tidak dilakukan; 1= dilakukan tetapi tidak sempurna; 2= dilakukan dengan sempurna

Nilai 100 = sempurna; Nilai 81-99= Baik; Kurang

Jumlah Nilai Penilai/ Observer


NIlai = -----------------
X 100 = ------------------
27 …………………………………………………….

Ringkasan

High-Alert Medication atau obat dengan kewaspadaan tinggi adalah obat-obat yang secara
signifikan berisiko membahayakan pasien bila digunakan dengan salah atau pengelolaan
yang kurang tepat. Obat ini sering menyebabkan kesalahan serius (sentinel event) dan dapat
 menyababkan reaksi obat yang tidak diinginkan (ROTD).
 Setiap tenaga kesehatan harus mengetahui penanganan khusus untuk obat high alert
Setiap depo farmasi, ruang rawat, poliklinik harus memiliki daftar obat high alert, dengan
 harapan bisa mengurangi kesalahan dalam pemberian high alert medications.
Pemberian high-alert medications harus teliti. Hal-hal yang dilakukan untuk meningkatkan
keamanan high alert medications adalah perawat harus melakukan pengecekan ganda
(double check) terhadap semua high alert medications sebelum diberikan kepada pasien.
Persiapan dan penyimpanannya pun harus jelas. High alert medications harus disimpan di
pos perawat di dalam troli atau kabinet yang terkunci dan diberi label yang jelas (Obat high
 alert disimpan ditempat terpisah, akses terbatas, diberi label High alert)
Prosedur peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai dilakukan mulai dari
 peresepan, penyimpanan, penyiapan di farmasi dan ruang perawatan dan pemberian obat
Tidak menyimpan obat kategori kewaspadaan tinggi di meja dekat pasien tanpa pengawasan

Tugas Praktika 3
Lakukanlah/ demonstrasikan prosedur pemberian obat yang perlu diwaspadai, mulai dari
pengecekan ganda dengan menerapkan 7 benar sebelum pemberian sampai dengan pemberian
obatnya.
Gunakan formulir 3.1 untuk menilai keterampilan Anda.
Lakukan tugas ini sampai dengan nilai Anda = 100

241

Managemen Patient Safety Page 148


Topik 4

MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Memastikan Lokasi Pembedahan yang Benar, Prosedur


yang Benar, Pembedahan pada Pasien yang Benar

Pembedahan merupakan salah satu tindakan medis yang penting dalam pelayanan kesehatan.
Tindakan pembedahan merupakan salah satu tindakan medis yang bertujuan untuk
menyelamatkan nyawa, mencegah kecacatan dan komplikasi. Namun demikian, pembedahan
yang dilakukan juga dapat menimbulkan komplikasi yang dapat membahayakan nyawa (WHO,
2009). Data World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa selama lebih dari satu abad
perawatan bedah telah menjadi komponen penting dari perawatan kesehatan di seluruh dunia.
Diperkirakan setiap tahun ada 230 juta operasi utama dilakukan di seluruh dunia, satu untuk
setiap 25 orang hidup. Rumah sakit wajib mengembangkan suatu pendekatan untuk
memastikan tepat-lokasi, tepat-prosedur, dan tepat-pasien. Salah-lokasi, salah-prosedur, salah
pasien pada operasi, adalah sesuatu yang mengkhawatirkan dan sering terjadi di rumah sakit/
fasilitas pelayanan kesehatan.
Setelah mempelajari topik ini, diharapkan Anda dapat:
Mendemonstrasikan prosedur untuk memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang
benar, pembedahan pada pasien yang Benar

URAIAN MATERI
Definisi
Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara
infasive dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani (R.
Sjamsuhidajat & Wim de jong, 2005). Proses operasi merupakan pembukaan bagian tubuh
untuk dilakukan perbaikan yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka.
Pembedahan merupakan cabang dari ilmu medis yang ikut berperan terhadap
kesembuhandari luka atau penyakit melalui prosedur manual atau melalui operasi dengan
tangan. Bedah atau operasi merupakan tindakan pembedahan cara dokter untuk mengobati
kondisi yang sulit atau tidak mungkin disembuhkan hanya dengan obat-obatan sederhana
(Potter, 2006) Perkembangan baru juga terjadi pada pengaturan tempat untuk dilaksanakan
prosedur operasi. Bedah sehari (ambulatory surgery), kadangkala disebut pembedahan
tanpa rawat inap ( outpatient surgery ) atau pembedahan sehari (one-day surgery).

242

Managemen Patient Safety Page 149


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

2. Tujuan
Tujuan rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memastikan tepat lokasi,
tepat prosedur, dan tepat pasien adalah mencegah dan menurunkan angka kejadian salah-
lokasi, salah-prosedur, salah-pasien operasi.
Prosedur Salah-lokasi, salah-prosedur, salah pasien pada operasi adalah sesuatu yang
mengkhawatirkan dan tidak jarang terjadi di rumah sakit. Adapun penyebab dari kesalahan
tersebut, adalah:
komunikasi yang tidak efektif atau tidak adekuat antara anggota tim bedah,
kurang/tidak melibatkan pasien di dalam penandaan lokasi (site marking),
tidak ada prosedur untuk verifikasi lokasi operasi.
asesmen pasien yang tidak adekuat,
penelaahan ulang catatan medis tidak adekuat,
budaya yang tidak mendukung komunikasi terbuka antar anggota tim bedah,
permasalahan yang berhubungan dengan resep yang tidak terbaca (illegible handwriting),
pemakaian singkatan adalah merupakan faktor-faktor kontribusi yang sering terjadi.

Peran dan tanggung jawab:


a. Petugas/Perawat kamar operasi
Sebelum tindakan dilakukan, petugas melakukan penandaan area yang akan dilakukan
 operasi.
Sebelum tindakan, petugas melakukan pengecekan ulang seluruh identifikasi pasien
 dan kelengkapan berkas penunjang sebelum dilakukan tindakan operasi.
Dalam pelaksanaan tindakan operasi, petugas melakukan tindakan berdasarkan atas
SPO yang berlaku.
Kepala bagian Ruang Operasi
 Memahami dan mengimplementasikan seluruh prosedur yang ada

Memastikan ketepatan pasien dan penandaan area yang akan dilakukan tindakan operasi

Melaporkan jika tejadi kesalahan dalam identifikasi ataupun marking area
Ka.Sub Keselamatan Pasien
Memastikan dan memantau petugas telah melaksanakan panduan tindakan
 preoperatif, intraoperatif dan posoperatif dengan baik
 Melakukan penyelidikan jika telah terjadi kesalahan dalam melakukan tindakan operasi
Melakukan pemantauan atas tata kelola panduan tindakan operasi bersama
dengan Kepala bagian ruang operasi
Prinsip
Prinsip pendekatan untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien, adalah:
Semua pasien rawat jalan, rawat inap, IGD yang akan menjalani suatu prosedur
pembedahan, wajib di lakukan penandaan dengan benar saat berada di ruangan atau
sekurang kurangnya 1 jam sebelum di lakukan prosedur pembedahan.

243

Managemen Patient Safety Page 150


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Tujuan utama penandaan adalah untuk menghindari salah lokasi, salah prosedur dan salah
pasien
Penandaan digunakan pada proses untuk mengidentifikasi pasien ketika akan di lakukan
suatu prosedur pembedahan
Penandaan di lakukan oleh dokter operator dan wajib ikut di dalam kamar operasi saat
prosedur pembedahan di lakukan.
Penandaan dengan menggunakan tanda GARIS tebal “ —”
Untuk identifikasi lokasi operasi wajib mengikut sertakan pasien dalam proses penandaan.
Menggunakan checklist atau proses lain untuk verifikasi lokasi yang tepat, prosedur yang
tepat, dan pasien yang tepat sebelum operasi, dan seluruh dokumen serta peralatan yang
dibutuhkan tersedia, benar dan berfungsi.
Seluruh tim operasi membuat dan mendokumentasikan prosedur time out sesaat sebelum
prosedur operasi dimulai.

Ceklist keselamatan pasien pra operasi


Kematian dan komplikasi akibat pembedahan dapat dicegah. Salah satu pencegahannya dapat
dilakukan dengan surgical safety checklist. Surgical Safety Checklist adalah sebuah daftar periksa
untuk memberikan pembedahan yang aman dan berkualitas pada pasien. Surgical safety
checklist merupakan alat komunikasi untuk keselamatan pasien yang digunakan oleh tim
profesional di ruang operasi. Tim profesional terdiri dari perawat, dokter bedah, anestesi dan
lainnya. Tim bedah harus konsisten melakukan setiap item yang dilakukan dalam pembedahan
mulai dari the briefing phase, the time out phase, the debriefing phase sehingga dapat
meminimalkan setiap risiko yang tidak diinginkan (Safety & Compliance, 2012).

Manual ini menyediakan petunjuk penggunaan checklist, saran untuk implementasi, dan
rekomendasi untuk mengukur pelayanan pembedahan dan hasilnya. Setting praktek yang
berbeda harus mengadapatasi sesuai dengan kemampuan mereka. Tiap poin checklist sudah
berdasarkan bukti kliinis atau pendapat ahli dimana yang akan mengurangi kejadian yang
serius, mencegah kesalahan pembedahan, dan hal ini juga mempengaruhi kejadian yang
tidak diharapkan atau biaya tidak terduga. Checklist ini juga dirancang untuk kemudahan dan
keringkasan.

Banyak langkah yang sudah diterima sebagai praktek yang rutin di berbagai fasilitas di
seluruh dunia walaupun jarang diikuti oleh keseluruhan. Tiap bagian bedah harus praktek
dengan checklist dan mengevaluasi bagaimana kesensitivan integrasi checklist ini dengan
alur operasi biasanya. Tujuan utama dari WHO surgical safety checklist-dan manualnya-
untuk membantu mendukung bahwa tim secara konsisten mengikuti beberapa langkah
keselamatan yang kritis dan meminimalkan hal yang umum dan risiko yang membahayakan
dan dapat dihindari dari pasien bedah. Checklist ini juga memandu interaksi verbal antar tim
sebagai arti konfirmasi bahwa standar perawatan yang tepat dipastikan untuk setiap pasien.

244

Managemen Patient Safety Page 151


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Tiga fase operasi


Untuk mengimplementasikan checklist selama pembedahan, seorang harus
bertanggungjawab untuk melakukan pengecekan checklist. Hal ini diperlukan seorang
checklist koordinator biasanya perawat sirkuler tapi dapat berarti setiap klinisi yang
berpartisipasi dalam operasi. Checklist membedakan operasi menjadi 3 fase dimana
berhubungan dengan waktu tertentu seperti pada prosedur normal, yaitu: a) periode
sebelum induksi anestesi (sign in), b) setelah induksi dan sebelum insisi pembedahan, dan c)
periode selama atau setelah penutupan luka tapi sebelum pasien masuk RR.
Fase Sign in
Fase Sign In adalah fase sebelum induksi anestesi, koordinator secara verbal memeriksa
apakah identitas pasien telah dikonfirmasi, prosedur dan sisi operasi sudah benar, sisi yang
akan dioperasi telah ditandai, persetujuan untuk operasi telah diberikan, oksimeter pulse
pada pasien berfungsi. Koordinator dengan profesional anestesi mengkonfirmasi risiko pasien
apakah pasien ada risiko kehilangan darah, kesulitan jalan nafas, reaksi alergi.
Fase Time Out
Fase Time Out adalah fase setiap anggota tim operasi memperkenalkan diri dan peran
masing-masing. Tim operasi memastikan bahwa semua orang di ruang operasi saling
kenal. Sebelum melakukan sayatan pertama pada kulit tim mengkonfirmasi dengan suara
yang keras mereka melakukan operasi yang benar, pada pasien yang benar. Mereka juga
mengkonfirmasi bahwa antibiotik profilaksis telah diberikan dalam 60 menit sebelumnya.
Fase Sign Out
Fase Sign Out adalah fase tim bedah akan meninjau operasi yang telah dilakukan. Dilakukan
pengecekan kelengkapan spons, penghitungan instrumen, pemberian label pada spesimen,
kerusakan alat atau masalah lain yang perlu ditangani. Langkah akhir yang dilakukan tim
bedah adalah rencana kunci dan memusatkan perhatian pada manajemen post operasi serta
pemulihan sebelum memindahkan pasien dari kamar operasi (Surgery) & Apakah pasien
sudah dikonfirmasi identitasnya, tempat operasi, prosedur dan persetujuan?

Koordinator ceklist secara verbal menkonfirmasi identitas pasien, tipe prosedur yang akan
dilaksanakan, tempat pembedahan, dan persetujuan pembedahan yang sudah diberikan.
Walau hal ini terlihat berulangkali, namun langkah ini penting untuk memastikan tim tidak
mengoperasi pasien yang salah atau bagian yang salah atau melakukan prosedur yang salah.
Saat konfirmasi dengan pasien tidak mungkin dilakukan seperti pada kasus anak atau pasien
yang cacat, pengasuh atau keluarga dapat menggantikan peran pasien. Jika pengasuh atau
keluarga tidak ada (Lives, 2008).

Setiap langkah harus dicek secara verbal dengan anggota tim yang sesuai untuk memastikan
bahwa tindakan utama telah dilakukan. Oleh karena itu, sebelum induksi anstesi, koordinator
ceklist secara verbal akan mereview dengan anstesist dan pasien (jika mungkin) bahwa

245

Managemen Patient Safety Page 152


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

identitas pasien sudah dikonfirmasi, bahwa prosedur dan tempat yang dioperasi sudah
benar dan persetujuan untuk pembedahan sudah dilakukan. Koordinator akan melihat dan
mengkonfirmasi secara verbal bahwa tempat operasi sudah ditandai (jika mungkin) dan
mereview dengan anstesist risiko kehilangan darah pada pasien, kesulitan jalan napas dan
reaksi alergi dan mesin anstesi serta pemeriksaan medis sudah lengkap. Idealnya ahli bedah
akan hadir pada fase sebelum anestesi ini sehingga mempunyai ide yang jelas untuk
mengantisipasi kehilangan darah, alergi, atau komplikasi pasien yang lain. Bagaimanapun
juga, kehadiran ahli bedah tidak begitu penting untuk melengkapi ceklist ini.

Latihan

Untuk memperdalam pemahaman dan melatih keterampilan Anda mengenai materi topik 4,
kerjakanlah latihan berikut:
Lakukanlah prosedur tindakan penandaan area tubuh pasien yang akan dilakukan operasi.
Demonstrasikan prosedur verifikasi seluruh identifikasi pasien dan kelengkapan berkas
penunjang sebelum dilakukan tindakan operasi.

Anda dapat menggunakan Formulir 4.1 untuk latihan melakukan prosedur penandaan area tubuh
pasien yang akan dilakukan operasi, dan formulir 4.2 untuk melakukan verifikasi sebelum operasi.

Petunjuk Jawaban Latihan

Untuk berlatih keterampilan melakukan prosedur


Bacalah prosedur/ langkah-langkah tindakan
Cobalah Anda melakukan sendiri dengan panduan formulir 4.1. dan 4.2
Setelah Anda yakin dapat melakukan tanpa melihat Formulir penilaian, mintalah teman/
Instruktur
Berlatihlah sampai Nilai Anda = 100 atau sempurna, baru lanjutkan ke prosedur lainnya.
Selamat latihan…

246

Managemen Patient Safety Page 153


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

FORMULIR 4.1. PENILAIAN KETERAMPILAN:


MEMASTIKAN LOKASI PEMBEDAHAN YANG BENAR, PROSEDUR YANG BENAR,
PEMBEDAHAN PADA PASIEN YANG BENAR
No Aspek yang dinilai Dilakukan

Ya Tidak
ASSESSMENT (A)
Kaji identitas dan status/ dokumen rekam medik pasien
PLANNINGT (P)
Persiapan perawat
Persiapan alat:
Persiapan Lingkungan
Bina hubungan saling percaya: Ucapkan salam; Perkenalkan diri perawat (Nama,
jabatan, tempat tugas, jam tugas);
Sampaikan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
Kontrak: waktu dan tempat
IMPLEMENTATION (I)
Pastikan identitas pasien pada gelang pasien, tanyakan nama, tempat tanggal
lahir, no RM
Jelaskan materi tentang penandaan lokasi operasi pada pasien dan atau
keluarga pasien
Berikan tanda lokasi operasi dengan tanda yang tidak mudah luntur dan mudah
dikenali
melibatkan pasien saat dilakukan penandaan lokasi operasi tersebut
Lakukan verifikasi pada pasien dan atau keluarga bahwa mereka telah
memahami dan mengetahui lokasi yang akan dilakukan operasi
Ucapkan terimakasih, dan semoga semuanya dapat berjalan dengan baik.
EVALUATION (E)
Evaluasi respon subjektif dan objektif klien
Berikan reinforcement positif
Tentukan rencana tindak lanjut
Beri salam terapeutik
DOKUMENTASI
Catat hasil tindakan memberikan obat high alert
SIKAP
Dilakukan dengan sistematis
Percaya diri

247

Managemen Patient Safety Page 154


Jumlah Nilai
Keterangan:
0= tidak dilakukan; 1= dilakukan tetapi tidak sempurna; 2= dilakukan dengan sempurna

Nilai 100 = sempurna; Nilai 81-99= Baik; Kurang

Jumlah Nilai Penilai/ Observer


NIlai = -----------------
X 100 = ------------------
20 …………………………………………………….

Managemen Patient Safety Page 155


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

FORMULIR 4.2. PENILAIAN KETERAMPILAN:


MELAKUKAN VERIFIKASI SEBELUM OPERASI UNTUK MEMASTIKAN
PEMBEDAHAN YANG BENAR (LOKASI, PROSEDUR, PASIEN)
Dilakukan
No Aspek yang dinilai
Ya Tidak
ASSESSMENT (A)
Kaji identitas dan status/ dokumen rekam medik pasien
PLANNINGT (P)
Persiapan perawat
Persiapan alat:
Persiapan Lingkungan
Bina hubungan saling percaya: Ucapkan salam; Perkenalkan diri perawat (Nama,
jabatan, tempat tugas, jam tugas);
Sampaikan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
Kontrak: waktu dan tempat
IMPLEMENTATION (I)
8 Melakukan identifikasi identitas pasien pada gelang pasien, tanyakan nama,
tempat tanggal lahir, no RM
Jelaskan tentang tindakan verifikasi yang dilakukan sebelum operasi
Menggunakan check-list:
melakukan verifikasi semua dokumen, gambar atau citra, penyelidikan yang
relevam telah tersedia, sudah diberi label & ditampilkan,
Melakukan verifikasi memastikan tersedianya peralatan khusus dan/ atau
implant yang diperlukan tindakan operasi
Melakukan verifikasi pada pasien dan atau keluarga bahwa mereka telah
memahami dan mengetahui lokasi yang akan dilakukan operasi
Ucapkan terimakasih, dan semoga semuanya dapat berjalan dengan baik.
EVALUATION (E)
Evaluasi respon subjektif dan objektif klien
Berikan reinforcement positif
Tentukan rencana tindak lanjut
Beri salam terapeutik
DOKUMENTASI
Catat hasil tindakan memberikan obat high alert
SIKAP
Dilakukan dengan sistematis
Percaya diri

248

Managemen Patient Safety Page 156


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Jumlah Nilai
Keterangan:
0= tidak dilakukan; 1= dilakukan tetapi tidak sempurna; 2= dilakukan dengan sempurna

Nilai 100 = sempurna; Nilai 81-99= Baik; Kurang

Jumlah Nilai Penilai/ Observer


NIlai = -----------------
X 100 = ------------------
20 …………………………………………………….

Ringkasan

Penggunaan Surgery safety checklist WHO dimaksudkan untuk memfasilitasi komunikasi


yang efektif dalam prosedur pembedahan sehingga meningkatkan kualitas pelayanan
keperawatan dan peningkatan keselamatan pasien di kamar bedah baik sebelum operasi,
 selama operasi dan sesudah operasi.
Dalam setiap fase, checklist koordinator harus diijinkan mengkonfirmasi bahwa tim sudah
melengkapi tugasnya sebelum proses operasi dilakukan. Tim operasi harus familiar dengan
langkah dalam ceklist, sehingga mereka dapat mengintegrasikan ceklist tersebut dalam pola
normal sehari-hari dan dapat melengkapi secara verbal tanpa intervensi dari koordinator
ceklist. Setiap tim harus menggabungkan penggunaan ceklist ke dalam pekerjaan dengan
efisiensi yang maksimum dan gangguan yang minimal selama bertujuan untuk melengkapi
langkah secara efektif.

Tugas Praktika 4
Lakukanlah/ demonstrasikan prosedur pemberian obat yang perlu diwaspadai, mulai dari
pengecekan ganda dengan menerapkan 7 benar sebelum pemberian sampai dengan pemberian
obatnya.
Gunakan formulir 4.1 dan 4.2 untuk menilai keterampilan Anda.
Lakukan tugas ini sampai dengan nilai Anda = 100

249

Managemen Patient Safety Page 157


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Topik 5
Mengurangi Risiko Infeksi akibat Perawatan Kesehatan
Mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan merupakan sasaran keselamatan
pasien kelima. Untuk mencapai sasaran ini setiap Fasilitas pelayanan kesehatan
mengembangkan suatu pendekatan untuk mengurangi risiko infeksi yang terkait pelayanan
kesehatan. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 11 Tahun 2017 disebutkan bahwa pokok
dari eliminasi infeksi adalah cuci tangan (hand hygiene ) yang tepat. Pedoman hand hygiene
yang berlaku secara internasional bisa diperoleh dari WHO, fasilitas pelayanan kesehatan
mempunyai proses kolaboratif untuk mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur yang
menyesuaikan atau mengadopsi pedoman hand hygiene yang diterima secara umum untuk
implementasi pedoman itu di Fasilitas pelayanan Kesehatan.
Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
bertujuan untuk melindungi pasien, petugas kesehatan, pengunjung yang menerima
pelayanan kesehatan serta masyarakat dalam lingkungannya dengan cara memutus siklus
penularan penyakit infeksi melalui kewaspadaan standar dan berdasarkan transmisi. Bagi
pasien yang memerlukan isolasi, maka akan diterapkan kewaspadaan isolasi yang terdiri dari
kewaspadaan standar dan kewaspadaan berdasarkan transmisi.
Kewaspadaan standar yaitu kewaspadaan yang utama, dirancang untuk diterapkan
secara rutin dalam perawatan seluruh pasien di rumah sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya, baik yang telah didiagnosis, diduga terinfeksi atau kolonisasi. Diterapkan
untuk mencegah transmisi silang sebelum pasien di diagnosis, sebelum adanya hasil
pemeriksaan laboratorium dan setelah pasien didiagnosis. Tenaga kesehatan seperti petugas
laboratorium, rumah tangga, CSSD, pembuang sampah dan lainnya juga berisiko besar
terinfeksi. Oleh sebab itu penting sekali pemahaman dan kepatuhan petugas tersebut untuk
juga menerapkan Kewaspadaan Standar agar tidak terinfeksi. Pada tahun 2007, CDC dan
HICPAC merekomendasikan 11 (sebelas) komponen utama yang harus dilaksanakan dan
dipatuhi dalam kewaspadaan standar, yaitu kebersihan tangan, Alat Pelindung Diri (APD),
dekontaminasi peralatan perawatan pasien,kesehatan lingkungan, pengelolaan limbah,
penatalaksanaan linen, perlindungan kesehatan petugas, penempatan pasien, hygiene
respirasi/etika batuk dan bersin, praktik menyuntik yang aman dan praktik lumbal pungsi
yang aman. Kesebelas kewaspadaan standar tersebut yang harus di terapkan di semua
fasilitas pelayanan kesehatan.
Setelah mempelajari topik ini, diharapkan Anda mampu melakukan/ mempraktikkan:
hand hygiene (hand wash dan hand rub)
memasang alat pelindung diri (APD)
melepas alat pelindung diri

Managemen Patient Safety Page 158


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Kebersihan Tangan/ Mencuci Tangan


Kebersihan tangan dilakukan dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan air
mengalir bila tangan jelas kotor atau terkena cairan tubuh, atau menggunakan alkohol
(alcohol-based handrubs)bila tangan tidak tampak kotor. Kuku petugas harus selalu
bersih dan terpotong pendek, tanpa kuku palsu, tanpa memakai perhiasan cincin. Cuci
tangan dengan sabun biasa/antimikroba dan bilas dengan air mengalir, dilakukan pada
saat: a) bila tangan tampak kotor, terkena kontak cairan tubuh pasien yaitu darah, cairan
tubuh sekresi, ekskresi, kulit yang tidak utuh, ganti verband, walaupun telah memakai
sarung tangan, b) bila tangan beralih dari area tubuh yang terkontaminasi ke area lainnya
yang bersih, walaupun pada pasien yang sama.
Tujuan
Tujuan cuci tangan adalah mencegah terjadinya penyebaran infeksi melalui kontak
dengan tangan. Mencuci tangan merupakan metode yang paling efektif untuk
mencegah infeksi nosokomial, efektif mengurangi perpindahan mikroorganisme
karena bersentuhan

Lima momen cuci tangan/ Indikasi


Sebelum kontak dengan pasien.
Sebelum tindakanaseptik
Setelah kontak cairan tubuhpasien.
Setelah kontak dengan pasien
Setelah kontak dengan lingkunganpasien.

(Sumber: https://www.google.com/search?q=gambar+5+moment+hand+hygiene&tbm=isch&imgil)
Gambar 5.1 Lima momen cuci tangan

Managemen Patient Safety Page 159


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

c. Prinsip dan langkah cuci tangan


Setelah sebelumnya membahas 5 momen cuci tangan sekarang coba kita bahas
tentang enam langkah cuci tangan dengan antiseptik (handrub) yang benar menurut
WHO. Hal ini juga wajib diketahui dan dilakukan untuk semua karyawan RS/
Puskesmas/ Klinik. Prinsip dari 6 langkah cuci tangan, antara lain:
Dilakukan dengan menggosokkan tangan menggunakan cairan antiseptik (handrub)
atau dengan air mengalir dan sabun antiseptik (handwash). Rumah sakit akan
menyediakan kedua ini di sekitar ruangan pelayanan pasien secara merata.
Handrub dilakukan selama 20-30 detik sedangkan handwash 40-60 detik.
5 kali melakukan handrub sebaiknya diselingi 1 kali handwash

6 langkah cuci tangan yang benar menurut standart WHO, adalah sebagai berikut:
Tuang cairan handrub pada telapak tangan kemudian usap dan gosok kedua telapak
tangan secara lembut dengan arah memutar.

Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian

3) Gosok sela-sela jari tangan hingga bersih

Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan posisi saling mengunci

Managemen Patient Safety Page 160


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

5) Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian

6) Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan

Gambar 5.2 Enam (6) langkah cuci tangan


(Sumber: https://www.google.com/search?q=gambar+6+step+hand+hygiene+WHO&tbm)

Cara mencuci tangan dapat dengan menggosokkan saja menggunakan larutan antiseptik
berbasis alkohol, atau dengan mencuci menggunakan air dan sabun antiseptik.

Managemen Patient Safety Page 161


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

CARA MENCUCI TANGAN DENGAN SABUN DAN AIR

Gambar 2. Cara Kebersihan tangan dengan Sabun dan Air


(Diadaptasi dari: WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health Care:
First Global Patient Safety Challenge, World HealthOrganization, 2009)

Managemen Patient Safety Page 162


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Gambar 3. Cara Kebersihan Tangan dengan Antisepsik Berbasis Alkohol


(Diadaptasi dari WHO Guidelines on Hand Hygiene in Health Care:
First Global Patient Safety Challenge, World Health Organization, 2009).

Alat Pelindung Diri (APD)


Pengertian
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam APD sebagai berikut:

Managemen Patient Safety Page 163


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Alat pelindung diri adalah pakaian khusus atau peralatan yang di pakai petugas
untuk memproteksi diri dari bahaya fisik, kimia, biologi/bahan infeksius.
APD terdiri dari sarung tangan, masker/Respirator Partikulat, pelindung mata
(goggle), perisai/pelindung wajah, kap penutup kepala, gaun pelindung/ apron,
sandal/sepatu tertutup (Sepatu Boot).
Tujuan Pemakaian APD adalah melindungi kulit dan membran mukosa dari resiko
pajanan darah, cairan tubuh, sekret, ekskreta, kulit yang tidak utuh dan selaput
lendir dari pasien ke petugas dan sebaliknya.
Indikasi penggunaan APD adalah jika melakukan tindakan yang memungkinkan
tubuh atau membran mukosa terkena atau terpercik darah atau cairan tubuh atau
kemungkinan pasien terkontaminasi dari petugas.
Melepas APD segera dilakukan jika tindakan sudah selesai di lakukan.
Tidak dibenarkan menggantung masker di leher, memakai sarung tangan sambil
menulis dan menyentuh permukaan lingkungan.

Gambar 4. Alat Pelindung Diri (APD)

Jenis-jenis APD 1)
Sarung tangan

Sarung tangan bedah (steril), dipakai sewaktu melakukan tindakan invasif atau
pembedahan.
Sarung tangan pemeriksaan (bersih), dipakai untuk melindungi petugas pemberi
pelayanan kesehatan sewaktu melakukan pemeriksaan atau pekerjaan rutin
Sarung tangan rumah tangga, dipakai sewaktu memproses peralatan, menangani
bahan-bahan terkontaminasi, dan sewaktu membersihkan permukaan yang
terkontaminasi.
Umumnya sarung tangan bedah terbuat dari bahan lateks karena elastis, sensitif dan
tahan lama serta dapat disesuaikan dengan ukuran tangan. Bagi mereka yang alergi
terhadap lateks, tersedia dari bahan sintetik yang menyerupai lateks, disebut ‘nitril’.

Managemen Patient Safety Page 164


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Terdapat sediaan dari bahan sintesis yang lebih murah dari lateks yaitu ‘vinil’ tetapi
sayangnya tidak elastis, ketat dipakai dan mudah robek. Sedangkan sarung tangan
rumah tangga terbuat dari karet tebal, tidak fleksibel dan sensitif, tetapi
memberikan perlindungan maksimum sebagai pelindung pembatas.

Gambar 5. Pemasangan sarung tangan

Masker
Masker digunakan untuk melindungi wajah dan membran mukosa mulut dari
cipratan darah dan cairan tubuh dari pasien atau permukaan lingkungan udara yang
kotor dan melindungi pasien atau permukaan lingkungan udara dari petugas pada
saat batuk atau bersin. Masker yang di gunakan harus menutupi hidung dan mulut
serta melakukan Fit Test (penekanan di bagian hidung). Terdapat tiga jenis masker,
yaitu: ⁻ Masker bedah, untuk tindakan bedah atau mencegah penularan melalui
droplet. ⁻ Masker respiratorik, untuk mencegah penularan melalui airborne. ⁻
Masker rumah tangga, digunakan di bagian gizi atau dapur.

Gambar 6. Memakai Masker


Cara memakai masker:
Memegang pada bagian tali (kaitkan pada telinga jika menggunakan kaitan tali
karet atau simpulkan tali di belakang kepala jika menggunakan tali lepas).

Managemen Patient Safety Page 165


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Eratkan tali kedua pada bagian tengah kepala atau leher.


Tekan klip tipis fleksibel (jika ada) sesuai lekuk tulang hidung dengan kedua ujung
jari tengah atau telunjuk.
Membetulkan agar masker melekat erat pada wajah dan di bawah dagu dengan
baik.
Periksa ulang untuk memastikan bahwa masker telah melekat dengan benar.

Gambar 7. Menekan klip pada tulang hidung

Gambar 8. Masker respirator/partikulat

Pemakaian Respirator Partikulat Respirator partikulat untuk pelayanan kesehatan


N95 atau FFP2 (health care particular respirator), merupakan masker khusus
dengan efisiensi tinggi untuk melindungi seseorang dari partikel berukuran <5
mikron yang dibawa melalui udara. Pelindung ini terdiri dari beberapa lapisan
penyaring dan harus dipakai menempel erat pada wajah tanpa ada kebocoran.
Masker ini membuat pernapasan pemakai menjadi lebih berat.
Sebelum memakai masker ini, petugas kesehatan perlu melakukan fit test. Hal yang
perlu diperhatikan saat melakukan fit test:
Ukuran respirator perlu disesuaikan dengan ukuran wajah.


9

Managemen Patient Safety Page 166


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Memeriksa sisi masker yang menempel pada wajah untuk melihat adanya cacat
atau lapisan yang tidak utuh. Jika cacat atau terdapat lapisan yang tidak utuh,
maka tidak dapat digunakan dan perlu diganti.
Memastikan tali masker tersambung dan menempel dengan baik di semua titik
 sambungan.
Memastikan klip hidung yang terbuat dari logam dapat disesuaikan bentuk
hidung petugas.

Fungsi alat ini akan menjadi kurang efektif dan kurang aman bila tidak menempel erat
pada wajah. Beberapa keadaan yang dapat menimbulkan keadaan demikian, yaitu:
 Adanya janggut dan jambang
 Adanya gagang kacamata
Ketiadaan satu atau dua gigi pada kedua sisi yang dapat mempengaruhi
perlekatan bagian wajah masker.

10

Managemen Patient Safety Page 167


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Gambar 9.Langkah-langkah menggunakan respirator


(Sumber: PMK No. 27 Tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan)
Pemeriksaan Segel Positif:
Hembuskan napas kuat-kuat. Tekanan positif di dalam respirator berarti tidak ada
kebocoran. Bila terjadi kebocoran atur posisi dan/atau ketegangan tali.Uji kembali
kerapatan respirator. Ulangi langkah tersebut sampai respirator benar-benar
tertutup rapat.
Pemeriksaan Segel Negatif:
Tarik napas dalam-dalam. Bila tidak ada kebocoran, tekanan negatif di dalam
respirator akan membuat respirator menempel ke wajah. Kebocoran akan
menyebabkan hilangnya tekanan negatif di dalam respirator akibat udara masuk
 melalui celahcelah segelnya.
Lamanya penggunaan maksimal 1 (satu) minggu dengan pemeliharaan yang
 benar.
Cara pemeliharaan dan penyimpanan yang benar (setelah dipakai diletakkan di
tempat yang kering dan dimasukkan dalam kantong berlubang berbahan kertas).

Gaun Pelindung
Gaun pelindung digunakan untuk melindungi baju petugas dari kemungkinan
paparan atau percikan darah atau cairan tubuh, sekresi, ekskresi atau melindungi
pasien dari paparan pakaian petugas pada tindakan steril.
Jenis-jenis gaun pelindung:
- Gaun pelindung tidak kedap air
- Gaun pelindung kedap air
- Gaun steril
11

Managemen Patient Safety Page 168


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Gaun non steril Indikasi penggunaan gaun pelindung

Tindakan atau penanganan alat yang memungkinkan pencemaran atau kontaminasi


pada pakaian petugas, seperti:
Membersihkan luka
Tindakan drainase
Menuangkan cairan terkontaminasi kedalam lubang pembuangan atau WC/toilet
Menangani pasien perdarahan masif
Tindakan bedah
Perawatan gigi
Segera ganti gaun atau pakaian kerja jika terkontaminasi cairan tubuh pasien (darah).
Cara memakai gaun pelindung: Tutupi badan sepenuhnya dari leher hingga lutut,
lengan hingga bagian pergelangan tangan dan selubungkan ke belakang punggung.
Ikat di bagian belakang leher dan pinggang.

Gambar 10. Gaun pelindung


Goggle dan perisai wajah
Harus terpasang dengan baik dan benar agar dapat melindungi wajah dan mata.
Tujuan pemakaian Goggle dan perisai wajah: Melindungi mata dan wajah dari
percikan darah, cairan tubuh, sekresi dan eksresi. Indikasi: Pada saat tindakan
operasi, pertolongan persalinan dan tindakan persalinan, tindakan perawatan gigi
dan mulut, pencampuran B3 cair, pemulasaraan jenazah, penanganan linen
terkontaminasidi laundry, di ruang dekontaminasi CSSD.

Gambar 11. Penutup Wajah

12

Managemen Patient Safety Page 169


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Gambar 12. Memakai Goggle


Sepatu pelindung
Tujuan pemakaian sepatu pelindung adalah melindung kaki petugas dari
tumpahan/percikan darah atau cairan tubuh lainnya dan mencegah dari
kemungkinan tusukan benda tajam atau kejatuhan alat kesehatan, sepatu tidak
boleh berlubang agar berfungsi optimal. Jenis sepatu pelindung seperti sepatu boot
atau sepatu yang menutup seluruh permukaan kaki.
Indikasi pemakaian sepatu pelindung:
Penanganan pemulasaraan jenazah
Penanganan limbah
Tindakan operasi
Pertolongan dan Tindakan persalinan
Penanganan linen
Pencucian peralatan di ruang gizi
Ruang dekontaminasi CSSD

Gambar 13. Sepatu Pelindung

Topi pelindung
Tujuan pemakaian topi pelindung adalah untuk mencegah jatuhnya mikroorganisme
yang ada di rambut dan kulit kepala petugas terhadap alat-alat/daerah steril atau
membran mukosa pasien dan juga sebaliknya untuk melindungi kepala/rambut
petugas dari percikan darah atau cairan tubuh dari pasien.
13

Managemen Patient Safety Page 170


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Indikasi pemakaian topi pelindung:


Tindakan operasi
Pertolongan dan tindakan persalinan
Tindakan insersi CVL
Intubasi Trachea
Penghisapan lendir massive
Pembersihan peralatan kesehatan

Gambar 14.Topi Pelindung

Pelepasan APD
Langkah-langkah melepaskan APD adalah sebagai berikut: 1) Lepaskan sepasang
sarung tangan, 2) Lakukan kebersihan tangan, 3) Lepaskan apron, 4) Lepaskan perisai
wajah (goggle), 5) Lepaskan gaun bagian luar, 6) Lepaskan penutup kepala, 7) Lepaskan
masker, 8) Lepaskan pelindung kaki, 9) Lakukan kebersihan tangan
Melepas sarung tangan
Ingatlah bahwa bagian luar sarung tangan telah terkontaminasi.
Pegang bagian luar sarung tangan dengan sarung tangan lainnya, kemudian
lepaskan.
Pegang sarung tangan yang telah dilepas dengan menggunakan tangan yang
masih memakai sarung tangan.
Selipkan jari tangan yang sudah tidak memakai sarung tangan di bawah sarung
tangan yang belum dilepas di pergelangan tangan.
Lepaskan sarung tangan di atas sarung tangan pertama.
Buang sarung tangan di tempat limbah infeksius.
Melepas Goggle atau Perisai Wajah
Ingatlah bahwa bagian luar goggle atau perisai wajah telah terkontaminasi.

14

Managemen Patient Safety Page 171


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Untuk melepasnya, pegang karet atau gagang goggle.


Letakkan di wadah yang telah disediakan untuk diproses ulang atau dalam
tempat limbah infeksius.
Melepas Gaun Pelindung
Ingatlah bahwa bagian depan gaun dan lengan gaun pelindung telah
terkontaminasi
Lepas tali pengikat gaun.
Tarik dari leher dan bahu dengan memegang bagian dalam gaun pelindung saja.
Balik gaun pelindung.
Lipat atau gulung menjadi gulungan dan letakkan di wadah yang telah di
sediakan untuk diproses ulang atau buang di tempat limbah infeksius.
Melepas Masker
Ingatlah bahwa bagian depan masker telah terkontaminasi
JANGAN SENTUH.
Lepaskan tali bagian bawah dan kemudian tali/karet bagian atas.
Buang ke tempat limbah infeksius.

Penggunaan APD pada pasien harus ditetapkan melalui Standar Prosedur Operasional
(SPO) di fasilitas pelayanan kesehatan terhadap pasien infeksius sesuai dengan indikasi
dan ketentuan Pencegahan Pengendalian Infeksi (PPI), sedangkan penggunaan APD
untuk pengunjung juga ditetapkan melalui SPO di fasilitas pelayanan kesehatan
terhadap kunjungan ke lingkungan infeksius. Pengunjung disarankan untuk tidak
berlama-lama berada di lingkungan infeksius.

Latihan

Untuk memperdalam pemahaman dan melatih keterampilan Anda mengenai materi topik 5,
kerjakanlah latihan berikut:

Lakukanlah prosedur mencuci tangan dengan air & sabun dan dengan hand-rub
Demonstrasikan prosedur memakai dan melepaskan APD: masker, sarung tangan, dan
gaun celemek

Anda dapat menggunakan Formulir 5.1 – 5.5 pada halaman berikut sebagai panduan untuk
latihan melakukan prosedur mengurangi risiko infeksi karena pelayanan kesehatan.

Petunjuk Jawaban Latihan

Untuk berlatih keterampilan melakukan prosedur pengurangan risiko infeksi karena


pelayanan kesehatan
a. Bacalah prosedur/ langkah-langkah tindakan dari masing-masing tindakan
b. Cobalah Anda melakukan sendiri dengan panduan formulir 5.1. – 5.5
15
f. Setelah Anda yakin dapat melakukan tanpa melihat Formulir penilaian, mintalah teman/
Instruktur untuk mengobservasi dan menilai penampilan kerja Anda.

Managemen Patient Safety Page 172


g. Berlatihlah sampai Nilai Anda = 100 atau sempurna, baru lanjutkan ke prosedur lainnya.
h. Selamat latihan…

Managemen Patient Safety Page 173


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

FORMULIR 5.1. PENILAIAN KETERAMPILAN


MENCUCI TANGAN DENGAN AIR DAN SABUN

Nama Mahasiswa : ..................... NIM : ..................... Hari/Tanggal: …….

ASPEK YANG DIOBSERVASI Dilakukan


Ya Tdk
ASSESMENT (A) : Pengkajian
1. Periksa tangan dan jari perawat terhadap luka terpotong/abrasi
PLANNING (P) : Perencanaan
2. Persiapan Alat (* = wajib ada)
Bak cuci tangan dengan air kran yang mengalir*
Sabun antiseptik*
Tissu sekali pakai*
Persiapan perawat
3. Lepaskan jam tangan atau perhiasan yang menempel (misalnya cincin).
Yakinkan kuku dalam keadaan bersih dan pendek
4. Gulung bagian lengan baju sampai di atas siku
5. Berdiri di depan bak cuci tangan. Tangan dan baju jangan menempel di
sisi bak cuci tangan
IMPLEMENTATION (I) : Implementasi
6. Hidupkan air dan basuh tangan dengan air. Hindari cipratan air mengenai
baju perawat. Posisi pergelangan tangan selalu lebih rendah di bawah
siku pada saat mencuci tangan
7. Tuangkan sabun antiseptic secukupnya (kurang lebih 1-3 cc)
8. Ratakan dengan kedua tangan
9. Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan menggunakan
tangan kanan, dan sebaliknya
10. Gosok kedua telapak dan sela-sela jari
11. Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci
12. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan, dan lakukan
sebaliknya
13. Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di telapak tangan
kiri dan sebaliknya
14. Bilas kedua tangan dengan air
15. Keringkan dengan tissu sampai tangan benar-benar kering

16

Managemen Patient Safety Page 174


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Gunakan tissu yang sudah dipakai untuk melapisi pada saat menutup
kran. Tangan perawat kini sudah bersih
Buang tissu di tempat sampah
EVALUATION (E) : Evaluasi
18. Evaluasi terhadap kebersihan tangan dan kontak terhadap objek lain.
SIKAP
Melakukan tindakan dengan sistematis
Percaya diri
TOTAL YA
Keterangan: - Ya = 1 (dilakukan dengan benar) Tdk = 0 (tidak dilakukan/dilakukan kurang benar)
Kriteria Penilaian: 100 = Baik sekali/ sempurna; 81-99 = Baik; ≤ 80 = Kurang/TL
Jumlah Ya PENILAI/ OBSERVER
Nilai = -------------- x 100 = ………………
20 ……………………………………………………

FORMAT 5.2. PENILAIAN KETERAMPILAN:


MEMAKAI DAN MELEPASKAN APD (MASKER) UNTUK MERAWAT PASIEN

Nama Mahasiswa : ..................... NIM : .....................

Dilakukan
No Aspek yang dinilai
Ya Tdk
ASSESMENT (A): Pengkajian
Kaji indikasi pemakaian dan pelepasan masker
PLANNING (P): Perencanaan
Persiapan Alat:
2Masker dalam tempatnya
Bengkok
Sabun, Air mengalir, tissue/ hands rub
Persiapan Perawat:
Rambut rapih
IMPLEMENTATION (I): Implementasi
Memasang masker:
Cuci tangan dan keringkan
Cari ujung atas masker
Pegang masker pada bagian atas kedua tali atau kait
Talikan kedua tali atas secara pas di belakang atas kepala Anda.
Dengan lembut tekan bagian atas logam di atas tonjolan hidung Anda.
Cuci tangan kembali
Melepaskan masker:

17

Managemen Patient Safety Page 175


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Buka kedua ikatan masker


Lipat masker di bagian tengahnya dengan kedua permukaan dalamnya
bertemu.
Buang masker ke tempat khusus/ bengkok.
Cuci tangan kembali
EVALUATION (E): Evaluasi
Evaluasi ketepatan pemakaian masker
SIKAP
17 Melaksanakan tindakan dengan sistematis
18 Percaya diri
Total nilai

Keterangan: Ya = 1 (dilakukan dengan benar) Tdk = 0 (tidak dilakukan/dilakukan kurang benar)


Kriteria Penilaian: 100 = Baik sekali/ sempurna; 81-99 = Baik; ≤ 80 = Kurang/TL

Jumlah Ya PENILAI/ OBSERVER


Nilai = -------------- x 100 = ………………
18 ……………………………………………………

FORMAT 5.3. PENILAIAN KETERAMPILAN:


MEMAKAI DAN MELEPASKAN SARUNG TANGAN BERSIH UNTUK MERAWAT PASIEN

Nama Mahasiswa : ..................... NIM : .....................

Dilakukan
No Aspek yang dinilai
Ya Tdk
ASSESMENT (A): Pengkajian
Kaji indikasi pemakaian dan pelepasan sarung tangan
PLANNING (P): Perencanaan
Persiapan Alat:

18

Managemen Patient Safety Page 176


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Sarung tangan bersih


Bengkok
Sabun dan air mengalir/ hand rub
Handuk/ tissu
Persiapan Perawat:
6 Kuku pendek dan bersih
IMPELEMNTATION (I):
Memakai sarung tangan
Cuci tangan dan keringkan
Pasang sarung tangan
Melepas sarung tangan
Pegang bagian luar sarung tangan dengan sarung tangan lainnya,
kemudian lepaskan.
Pegang sarung tangan yang telah dilepas dengan
menggunakan tangan yang masih memakai sarung tangan.
Selipkan jari tangan yang sudah tidak memakai sarung tangan di
bawah sarung tangan yang belum dilepas di pergelangan tangan.
Lepaskan sarung tangan di atas sarung tangan pertama dan buang
sarung tangan di tempat limbah infeksius.
Cuci tangan dan keringkan
EVALUATION (E):
Evaluasi ketepatan pemakaian sarung tangan
Sikap:
Dilakukan secara sistimatis
Percaya diri
Total nilai
Keterangan:
Ya = 1 (dilakukan dengan benar) Tdk = 0 (tidak dilakukan/dilakukan kurang benar)

Kriteria Penilaian: 100 = Baik sekali/ sempurna; 81-99 = Baik; ≤ 80 = Kurang/TL

Jumlah Ya PENILAI/ OBSERVER


Nilai = -------------- x 100 = ………………
16 ……………………………………………………

FORMAT 5.5. PENILAIAN KETERAMPILAN:


MEMAKAI DAN MELEPASKAN GAUN CELEMEK UNTUK MERAWAT PASIEN

Nama Mahasiswa : ..................... NIM : .....................


Dilakukan
No Aspek yang dinilai
Ya Tdk
ASSESSMENT (A): Pengkajian
Kaji indikasi pemakaian & pelepasan gaun celemek

19

Managemen Patient Safety Page 177


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

PLANNING(P): Perencanaan
Persiapan Alat:
Gaun celemek dalam tempatnya
Bengkok
Sabun dan air mengalir (hands rub)
Handuk/ tissu
Persiapan Perawat:
Rambut rapih
IMPLEMENTATION (I): implementasi
Memakai gaun celemek
Cuci tangan dan keringkan
Gunakan celemek sampai menutupi pakaian Anda
Ikatkan tali gaun pada bagian posterior leher kepala, dada,
dan pinggul
Cuci tangan
Melepaskan gaun celemek
Cuci tangan dan keringkan
Lepaskan/buka ikatan celemek
Biarkan gaun jatuh ke arah depan dari arah bahu Anda
tapi jangan sampai jatuh ke lantai.
Cuci tangan dan keringkan
EVALUATION (I): Evaluasi
Evaluasi ketepatan pemakaian gaun celemek
SIKAP
Dilakukan secara sistimatis
Percaya diri
Total nilai
Keterangan:
Ya = 1 (dilakukan dengan benar) Tdk = 0 (tidak dilakukan/dilakukan kurang benar)

Kriteria Penilaian: 100 = Baik sekali/ sempurna; 81-99 = Baik; ≤ 80 = Kurang/TL

Jumlah Ya PENILAI/ OBSERVER


Nilai = -------------- x 100 = ………………
17 ……………………………………………………

Ringkasan

SKP yang kelima adalah mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan. Pokok dari
eliminasi infeksi ini maupun infeksi lain adalah cuci tangan (hand hygiene) yang tepat.Terdapat 5
momen cuci tangan, yaitu sebelum kontak dengan pasien, sebelum tindakan aseptic, setelah
kontak cairan tubuh pasien, setelah kontak dengan pasien, dan setelah kontak dengan

20

Managemen Patient Safety Page 178


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

lingkungan pasien. Enam langkah cuci tangan dapat dilakukan dengan handrub selama 20 –
30 detik dan dengan air mengalir selama 40 – 60 detik.

Managemen Patient Safety Page 179


Topik 6
Menurunkan Risiko Pasien Cidera akibat Jatuh

MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

SKENARIO

Anda bertugas di Ruang Perawatan suatu RS. Anda diberi tugas oleh Ketua Tim
Asuhan keperawatan untuk merawat 6 orang pasien yang berada di kamar 104
dan kamar 106. Tn. A berumur 67 tahun dengan diagnose medis UAP dan CHF fc
III.Pasien baru kembali ke ruangan setelah menjalani kateterisasi jantung.
Keadaan umum stabil dengan kesadaran CM. Saat ini terpasang infus Asering
dan masih terpasang ‘Nichiban’ di pergelangan tangan kiri.

PENGANTAR
Sasaran keselamatan pasien (SKP) merupakan syarat yang harus diterapkan di semua
fasilitas pelayanan kesehatan. Tujuan SKP adalah untuk menggiatkan perbaikan-
perbaikan tertentu dalam soal keselamatan pasien (PMK. No. 11 Tahun 2017). Kita
ketahui bahwa SKP yang pertama adalah meningkatkan identifikasi pasien dengan
benar. Identifikasi pasien adalah suatu proses pemberian tanda atau pembeda yang
mencakup nomor rekam medis dan identitas pasien dengan tujuan agar dapat
membedakan antara pasien satu dengan pasien yang lainnya guna ketepatan
pemberian pelayanan, pengobatan dan tindakan atau prosedur kepada pasien.

Anda telah mempelajari dan memahami konsep sasaran keselamatan pasien pada
modul atau Bab V. Kali ini coba Anda baca skenario di atas. Perlukah pada kasus di
atas dilakukan identifikasi risiko jatuh pada pasien? Apa tujuannya?. kapankah Anda
harus melakukan pengkajian risiko jatuh pasien? Bagaimanakah cara mengidentifikasi
pasien yang memiliki risiko jatuh? Bagaimanakah cara menurunkan risiko pasien
cedera akibat jatuh?

Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa mampu melakukan tindakan identifikasi pasien dengan benar
Untuk mencapai tujuan tersebut, mahasiswa harus mampu mendemonstrasikan:
Tindakan penilaian risiko jatuh pada pasien lansia
Tindakan penilaian risiko jatuh pada pasien dewasa
Tindakan penilaian risiko jatuh pada pasien anak
Tindakan penilaian risiko jatuh di unit rawat jalan atau IGD
URAIAN MATERI

Tujuan menurunkan risiko pasien cedera akibat jatuh


a. Mencegah kejadian pasien cedera akibat jatuh.

Managemen Patient Safety Page 180


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Meningkatkan kewaspadaan petugas kesehatan dalam pencegahan pasien jatuh.


Memberikan edukasi kepada klien dan keluarga yang memiliki risiko pasien jatuh.

Kebijakan/ prosedur untuk mengidentifikasi pasien


Pengkajian risiko jatuh
Gelang identifikasi risiko jatuh berwarna kuning
Pemasangan Segitiga jatuh pada brancard
Edukasi pencegahan jatuh : Pemberian brosur risiko jatuh kepada keluarga
Edukasi pencegahan jatuh dilakukan pada semua pasien baik pasien berisiko jatuh
maupun pasien yang tidak berisiko jatuh. Jelaskan kepada pasien dan keluarga,
tentang:
Tujuan pemakaian gelang identifikasi risiko jatuh, dan mengapa mereka harus
menggunakan.
Hal ini memberikan kesempatan bagi mereka untuk mengidentifikasi kesalahan
dan mendorong pasien dan keluarga mereka untuk berpartisipasi dalam upaya
mencegah jatuh.
Jelaskan bahaya untuk pasien yang menolak, melepas, menutup gelang dengan
tape perban, dll

Identifikasi risiko pasien jatuh wajib dilakukan pada saat


Pengkajian awal kepada pasien (saat pasien masuk RS)
Sebelum melakukan transportasi pasien
Terjadi perubahan kondisi/ pengobatan yang dapat mempengaruhi penilaian jatuh

Petugas pelaku identifikasi risiko pasien jatuh: Dokter, Perawat

Tatalaksana Menurunkan Risiko Pasien Cedera akibat Jatuh

Tatalaksana Penilaian dan Intervensi Risiko Jatuh


Get Up and Go Test
Dilakukan pada pasien di Rawat Jalan dan IGD
Penilaian Risiko Jatuh:
Komponen Penilaian Ya Tidak
Perhatikan cara berjalan pasien saat akan duduk
di kursi. Apakah pasien tampak tidak seimbang
(sempoyongan / limbung)?
(2). Apakah pasien memegang pinggiran kursi atau
meja atau benda lain sebagai penopang saat
akan duduk?
Tingkat Risiko :
Tidak Berisiko : (1) & (2) tidak ditemukan

23

Managemen Patient Safety Page 181


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Risiko Rendah : (1) atau (2) ditemukan


Risiko Tinggi : (1) & (2) ditemukan

Intervensi:
(1) Intervensi Jatuh Risiko Rendah: Edukasi jatuh pada pasien dan keluarga
dengan memberikan brosur
(2) Intervensi Jatuh Risiko Tinggi di Unit Rawat Jalan
Edukasi jatuh denganmemberikan brosur Edukasi MencegahJatuh kepada
pasien dan keluarganya
Memasang pitakuning pada tanganpasien.
Jelaskan pada pasien dan keluarga tujuan pemasangan pita. Jelaskan
kepada pasien dan keluarga untuk melepaspita kuning setelah ke luar dari
areaRS, kemudian sisimpan bersama brosu edukasi jatuh dan kartu
kontrol untuk dibawa setiap kali kontrol ke RS.
Intervensi Jatuh Risiko Tinggi di IGD
Memberikan brosur risiko jatuh kepada pasien dan keluarga
Memasang pitakuning pada tanganpasien. Saat di ruang emergent/
urgent dilakukan penilaian ulang tiap shift, kemudkemudian pita risiko
diganti dengan klip risiko warna kuning.
Memasang segitiga jatuh di brancard/ tempat tidur pasien

Fall Morse Scale


Dilakukan pada pasien dewasa (>18 tahun s.d. <60 tahun) di ruang Rawat Inap
Penilaian Risiko Jatuh: Fall Morse Scale

No. Risiko Skala Skor


(1) Riwayat jatuh yang baru atau dalam 3 bulan Tidak: 0
terakhir Ya: 25
(2) Diagnosis Medis Sekunder >1 Tidak: 0
Ya: 15
Menggunakan alat bantu jalan:
• Bed rest/ dibantu perawat 0
• Penopang/ tongkat/ walker 15
• Furnitur 30
(4) Menggunakan infus Tidak: 0
Ya: 25
Cara berjalan/ berpindah
• Normal/ Bed rest/ imobilisasi 0
• Lemah 15
• Terganggu 30
Status mental :

24

Managemen Patient Safety Page 182


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

• Orientasi sesuai kemampuan diri 0


• Lupa keterbatasan diri 15
Jumlah Skor
Tingkat Risiko :
Tidak Berisiko bila skor 0-24 : lakukan perawatan yang baik
Risiko Rendah bila skor 25-50 : lakukan perawatan yang baik
Risiko Tinggi bila skor >50 : lakukan perawatan yang baik

Intervensi :
Intervensi Jatuh Standar untuk Risiko Rendah :
Tingkatkan observasi bantuan yang sesuai saat ambulasi
Keselamatan lingkungan : hindari lingkungan yang kacau balau, dekatkan
bel dan telepon, gunakan penerangan yang cukup pada malam hari, posisi
ttempat tidur rendah, terpasang penghalang tempat tidur/ side rail, roda
tempat tidur harus selalu terkunci.
Monitor kebutuhan pasien. Keluarga menemani pasien yang berisiko jatuh
Edukasi perilaku untuk mencegah jatuh pada pasien dan keluarga,
tempatkan standing akrilik di meja pasien
Gunakan alat bantu jalan (walker, handrail)
Lakukan penilaian ulang skor jaruh bila ada perubahan kondisi atau
pengobatan
Intervensi Jatuh Risiko Tinggi
Pasang pitakuning atau klip risiko jatuh pada pasien.
Pasang tanda peringatan risiko jatuh kuning pada tempat tidur pasien
Lakukan intervensi jatuh standar
Strategi mencegah jatuh dengan penilaian jatuh yang lebih detail seperti
analisa cara berjalan
Tempatkan pasien di dekatnursestation
Pastikan handrali kokoh dan mudah dijangkau oleh pasien
Siapkan alat bantu jalan
Gunakan karpet anti slip/ tidak liciin di lantai kamar mandi
Dampingi pasien bila ke kamar mandi/toilet, jangan tinggalkan sendirian
di kamar mandi/toilet, informasikan cara penggunaan bel di kamar
mandi/toilet untuk memanggil perawat, pintu kamar mandi/toilet jangan
dikunci
Lakukan penilaian ulang risiko jatuh tiap shift

Skala Risiko Jauh pada Lanjut Usia


Dilakukan pada pasien lanjut usia (>60 tahun) di ruang Rawat Inap
Penilaian Risiko Jatuh Pasien Geriatri:
No. Risiko Skala Skor

25

Managemen Patient Safety Page 183


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

(1) Gangguan gaya berjalan (diseret, menghentak, berayun) 4


(2) Pusing/ pingsan pada posisi tegak 3
(3) Kebingungan setiap saat 3
(4) Nokturia/ inkontinen 3
(5) Kebingungan intermiten 2
(6) Kelemahan umum 2
(7) Obat-obat berisiko tinggi (diuretik, narkotik, sedatif, anti 2
psikotik, laksatif, vasodilator, antiaritmia, anti
hipertensi, obat hipoglikemik, antidepresan, neuroleptik,
NSAID)
(8) Riwayat jatuh dalam waktu 12 bulan sebelumnya 2
(9) Osteoporosis 1
(10) Gangguan pendengaran dan/atau penglihatan 1
(11) Usia 70 tahun keatas 1
Jumlah Skor
Tingkat Risiko : - Risiko Rendah: skor 1-3
Risiko Tinggi : skor > 4

Intervensi :
Intervensi Jatuh Risiko Rendah :
Melakukan penilaian ulang skor jatuh bila ada perubahan kondisi atau
pengobatan
Edukasi perilaku untuk mencegah jatuh pada pasien dan keluarga disertai
pemberian brosur
Intervensi Jatuh Risiko Tinggi
Pasang pita kuning atau klip risiko jatuh pada pasien.
Pasang tanda peringatan risiko jatuh kuning pada tempat tidur pasien
Mengkomunikasikan risiko jatuh pasien kepada Dokter Penanggung
jawab Praktik (DPJP)
Mengkomunikasikan risiko jatuh pasien kepada pasien dan/atau keluarga
serta memberikan brosur edukasi pencegahan jatuh
Motivasi keluarga untuk berpartisipasi dalam upaya pencegahan pasien
jatuh
Tempatkan pasien di dekat nursestation
Monitor kebutuhan pasien secara berkala (minimal tiap 2 jam), jadwalkan
ke toilet secara teratur.
Pastikan handrail kokoh dan mudah dijangkau oleh pasien
Siapkan di dekat tempat tidur pasien : alat bantu jalan/ fasilitasi
kebutuhan pasien
Anjurkan kepada pasien untuk menggunakan walker untuk membantu
stabilitas berjalan

26

Managemen Patient Safety Page 184


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Gunakan karpet anti slip/ tidak licin di lantai kamar mandi, dan siapkan
tempat duduk jika diperlukan
Keselamatan lingkungan : hindari lingkungan yang kacau balau, dekatkan
bel dan telepon, gunakan penerangan yang cukup pada malam hari, posisi
ttempat tidur rendah, terpasang penghalang tempat tidur/ side rail, roda
tempat tidur harus selalu terkunci.
Dampingi pasien bila ke kamar mandi/toilet, jangan tinggalkan
sendirian di kamar mandi/toilet, informasikan cara penggunaan bel
di kamar mandi/toilet untuk memanggil perawat, pintu kamar
mandi/toilet jangan dikunci
Pakaikan kaus kaki atau alas kaki yang tidak licin untuk pasien
Kolaborasi dengan :
Farmasi klinik untuk kemungkinan interaksi obat
Rehabilitasi medik untuk masalah mobilitas atau aktivitas harian
yang baru
Berikan edukasi mengenai perilaku yang lebih aman saat jatuh atau
proses transportasi/ trasfer pasien
Humpty Dumty Scale
Dilakukan pada pasien anak (usia 0-18 tahun) di ruang Rawat Inap
Penilaian Risiko Jatuh Pasien anak: Humpty Dumty Scale

No. Parameter Kriteria Skala Skor


(1) Umur • Di bawah 3 tahun 4
• 3-7 tahun 3
• 7-13 tahun 2
• >13 tahun 1
(2) Jenis Kelamin • Laki-laki 2
• Perempuan 1
(3) Diagnosis • Kelainan neurologi 4
• Perubahan dalam oksigenasi (masalah saluran 3
nafas, dehidrasi, anemia, anoreksia, sinkop/
sakit kepala, dll)
• Kelainan psikis/ perilaku 2
• Diagnosis lain 1
(4) Gangguan • Tidak sadar terhadap keterbatasan (Gangguan 3
Kognitif kesadaran, retardasi mental)
• Lupa keterbatasan (Anak-anak yang hiperaktif) 2
• Mengetahui kemampuan diri 1

27

Managemen Patient Safety Page 185


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

(5) Faktor • Riwayat jatuh dari tempat tidur saat bayi-anak 4


lingkungan • Pasien menggunakan alat bantu/ box/ furnitur 3
• Pasien berada di tempat tidur 2
• Di luar area pasien 1
(6) Respon thd • Dalam 24 jam 3
pembedahan/ • Dalam 48 jam 2
sedasi/ anestesi • >48 jam 1
(7) Penggunaan • Bermacam-macam obat yg digunakan: sedatif 3
obat (kecuali pasien ICU yg menggunakan sedasi
dan paralisis), hipnotik, Barbiturat, Fenotiazin,
Anti-depresan, Laksans/ diuretika, Narkotik
• Salah satu dari pengobatan di atas
• Pengobatan lain
2
1
Jumlah Skor
Keterangan: Tingkat Risiko:
Skor minimal :7 Risiko Rendah : skor 7-11
Skor maksimal : 23 Risiko Tinggi : skor > 12

Intervensi :
Intervensi Jatuh Standar Risiko Rendah :
Orientasikan ruangan pada pasien dan keluarga
Atur posisi tempat tidur rendan dan dalam kondisi terkunci
Tempatan pengaman di tempat tidur dengan 2 atau 4 sisi pengaman
Pakaikan kaus kaki atau alas kaki yang tidak licin untuk pasien
Lakukan penilaian kemampuan untuk ke kamar mandi/toilet dan berikan
bantuan jika diperlukan (barthel indeks)
Tempatkan pasien di dekat nursestation
Lingkungan harus bebas dari kondisi yang mengandung risiko
Memberikan penjelasan pada pasien dan keluarga
Berikan edukasi pada pasien dan keluarga
Lakukan penilaian ulang bila ada perubahan kondisi dan/atau pengobatan
Intervensi Jatuh Standar Risiko Tinggi :
Pasang pitakuning atau klip risiko jatuh pada pasien.
Pasang tanda peringatan risiko jatuh kuning pada tempat tidur pasien
Lakukan penilaian ulang tiap shift
Tempatkan pasien di dekat nursestation
Temani pasien saat mobilisasi, atau libatkan keluarga untuk mendampingi

28

Managemen Patient Safety Page 186


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

pasien
Libatkan keluarga dalam membantu pasien melakukan aktivitas sehari-hari
Gunakan tempat tidur yang sesuai dengan tingkat perkembangan pasien.
Atur ketinggian tempat tidur sesuai perkembangan pasien, sebaiknya
cukup rendah.
Pastikan handrail kokoh dan mudah dijangkau oleh pasien

Perubahan Kondisi/ Pengobatan yang dapat mempengaruhi Penilaian Jatuh


Penurunan kesadaran
Pasien pasca jatuh
Penambahan obat-obat: Hipnotik, Barbiturat, Fenotiazin, Psikotropik, Anti-
Depresan, Diuretik, Narkotik, Vasodilator, Antiaritmia, Antihipertensi, Obat
Hipoglikemik, Antiparkinsonian, Vestibular Supresan, Antikonvulsan, Sedatif,
Analgesik, dan Obat Tetes Mata.
Pasien yang langsung ditetapkan mempunyai Risiko Tinggi Jatuh
Pasien usia <12
Pasien di ruang perawatan intensif
Pasien pasca operasi operasi dan prosedur invasif selama dalam pengaruh sedadsi
Pasien pasca prosedur mata

Tata laksana pasien yang langsung dinyatakan Risiko Tinggi Jatuh


Pasien anak usia <12 tahun :
Rawat Jalan  tidak dipakaikan pita kuning atau diberikan brosur Edukasi
Mencagah Jatuh, sehingga semua petugas harus waspada terhadap risiko jatuh
pasien usia <12 tahun
IGD tidak dipakaikan pita kuning atau diberikan brosur Edukasi Mencagah
Jatuh, sehingga semua petugas harus waspada terhadap risiko jatuh pasien usia
<12 tahun, setelah pasien masuk kriteria rawat inap, maka pasien dipasang
gelang/klip risiko jatuh, segituga jatuh di brankard pasien dan keluarga diedukasi
pencegahan jatuh, kemudian didokumentasikan
Unit perinatologi  bayi tidak dipasang gelang/klip risiko jatuh, tetapi dipasang
segituga jatuh di inkubator
Pasien di ruang rawat intensif  ditatalaksana dengan memasang gelang/ klip risiko jatuh,
segituga jatuh, dan memastikan siderail tempat tidur selalu terpasang
Pasien pasca operasi dan prosedur invasif dipasang gelang atau klip risiko jatuh
di ruang pemulihan kamar operasi atau kamar tindakan. Tatalaksana selanjutnya
dilakukan di ruang rawat inap
Pasien pasca prosedur mata dipasang gelang atau klip risiko jatuh di ruang
prosedur mata

Tatalaksana Pemakaian Gelang Pasien Risiko Jatuh

29

Managemen Patient Safety Page 187


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Semua pasien harus diidentifikasi tingkat risiko jatuhnya dengan benar pada saat
pasien masuk RS, sebelum melakukan transportasi pasien, dan saat terjadi
perubahan kondisi/ pengobatan yang dapat mempengaruhi penilaian jatuh.
Pakaikan gelang risiko jatuh di pergelangan tangan pasien yang dominan, jelaskan
dan pastikan gelang tepasang dengan baik dan nyaman untuk pasien.
Pada pasien dengan fistula arterio-vena (pasien hemodialisis), gelang identifikasi
risiko jatuh tidak boleh dipasang di sisi lengan yang terdapat fistula.
Jika tidak dapat dipakaikan di pergelangan tangan, pakaikan di pergelangan kaki.
Pada situasi dimana tidak dapat dipasang di pergelangan kaki, gelang risiko jatuh
dapat dipakaikan di baju pasien di area yang jelas terlihat. Gelang risiko jatuh harus
dipasang ulang jika baju pasien diganti dan harus selalu menyertai pasien sepanjang
waktu.
Pada kondisi tidak memakai baju, gelang risiko jatuh harus menempel pada badan
pasien dengan menggunakan perekat transparan/tembus pandang. Hal ini harus
dicatat di rekam medis pasien.
Gelang risiko jatuh hanya boleh dilepas apabila pasien sudah tidak berisiko jatuh.
Gelang identifikasi Risiko Jatuh sebaiknya mencakup 4 detail wajib yang dapat
mengidentifikasi pasien, yaitu:
Nama pasien
Umur Pasien
Nomor rekam medis pasien
Tingkat Risiko Jatuh
Nama tidak boleh disingkat. Nama harus sesuai dengan yang tertulis di rekam medis.
Jangan pernah mencoret dan menulis ulang di gelang identifikasi risiko jatuh. Ganti
gelang identifikasi risiko jatuh jika terdapat kesalahan penulisan data.
Jika gelang identifikasi risiko jatuh terlepas, segera berikan gelang identifikasi risiko
jatuh yang baru.
Periksa ulang detail data di gelang identifikasi risiko jatuh sebelum dipakaikan ke
pasien.
Pengecekan gelang identifikasi risiko jatuh dilakukan tiap kali pergantian jaga
perawat.
Sebelum pasien ditransfer ke unit lain, lakukan identifikasi dengan benar dan
pastikan gelang identifikasi risiko jatuh terpasang dengan baik.
Unit yang menerima transfer pasien harus menanyakan ulang identitas pasien dan
membandingkan data yang diperoleh dengan yang tercantum di gelang identifikasi.
Pada kasus pasien yang tidak menggunakan gelang risiko jatuh:
Hal ini dapat dikarenakan berbagai macam sebab, seperti:
Menolak penggunaan gelang risiko jatuh
Gelang risiko jatuh menyebabkan iritasi kulit
Gelang risiko jatuh terlalu besar
Pasien melepas gelang risiko jatuh

30

Managemen Patient Safety Page 188


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Pasien harus diinformasikan akan risiko yang dapat terjadi jika gelang risiko
jatuhtidak dipakai. Alasan pasien harus dicatat pada rekam medis.
Jika pasien menolak menggunakan gelang risiko jatuh, petugas harus lebih
waspada dan mencari cara lain untuk mengidentifikasi pasien risiko jatuh
dengan benar.

Melepas Gelang Risiko Jatuh


Gelang untuk risiko jatuh (Gelang Kuning), hanya dilepas saat pasien sudah tidak
berisiko untuk jatuh
Yang bertugas melepas gelang identifikasi adalah perawat yang bertanggungjawab
terhadap pasien selama masa perawatan di rumah sakit (PPJP).
Gelang risiko jatuh yang sudah tidak dipakai harus digunting menjadi potongan-
potongan kecil sebelum dibuang ke tempat sampah.
Terdapat kondisi-kondisi yang memerlukan pelepasan gelang identifikasi sementara
(saat masih dirawat di rumah sakit), misalnya lokasi pemasangan gelang risiko jatuh
mengganggu suatu prosedur. Segera setelah prosedur selesai dilakukan, gelang
risiko jatuh dipasang kembali.

(b) (c)
(a)

Gambar : (a) Segitiga risiko jatuh, (b) Gelang risiko jatuh, (c) Klip risiko jatuh

PENILAIAN KETERAMPILAN
MELAKUKAN TINDAKAN PENCEGAHAN PASIEN RISIKO JATUH

NO ASPEK YANG DINILAI Nilai


0 1 2
ASSESSMENT (A)

PLANNING (P)

31

Managemen Patient Safety Page 189


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Persiapan perawat
Persiapan alat :
Formulir penilaian risiko jatuh
Alat tulis
Gelang atau klip risiko jatuh
Segitiga jatuh
Brosur pencegahan risiko jatuh
Persiapan Lingkungan
Persiapan pasien (bina hubungan saling percaya):
- Beri salam sambil berjabat tangan
- Perkenalkan diri perawat
- Tanyakan nama klien
- Sampaikan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
- Kontrak: waktu dan tempat
IMPLEMENTATION (I)
Lakukan penilaian risiko jatuh menggunakan instrument yang sesuai
(berdasarkan tempat pengkajian dan kondisi pasien
Lakukan penilaian secara sistimatis
Lakukan intervensi untuk mencegah pasien cidera akibat jatuh jika hasil
penilaian menunjukkan pasien risiko jatuh ringan atau sedang
EVALUATION (E)
Evaluasi respon subjektif & objektif klien
Berikan reinforcement positif
Tentukan rencana tindak lanjut
Beri salam
DOKUMENTASI
Hasil penilian risiko jatuh
Tindakan yang sudah dilakukan: pemasangan gelang/ klip risiko jatuh,
segitiga jatuh, edukasi
SIKAP
Tindakan dilakukan secara sistiematis
Percaya diri
Total Nilai:
Keterangan:
0 = tidak dilakukan; 1 = dilakukan dengan tidak benar; 2 = dilakukan dengan benar
Nilai 100 = sempurna

Total Nilai - Nilai 100 = Sempurna


Nilai = -------------- x 100 = ……………………………….. - Nilai 81-99 = Baik
40 - < 80 = Tidak lulus

32

Managemen Patient Safety Page 190


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Latihan
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakanlah latihan
berikut :

Skenario 1:
Anda bertugas di Ruang Perawatan suatu RS. Anda diberi tugas oleh Ketua Tim Asuhan
keperawatan untuk merawat 5 orang pasien yang berada di kamar 203 dan kamar 204. Ny.
W berumur 72 tahun dengan diagnosa medis STEMI anterior post primary PCI 2 hari yang
lalu. Keadaan umum stabil dengan kesadaran CM. Klien pernah jatuh sebanyak 2 kali dalam 6
bulan terakhir & memiliki gangguan penglihatan (katarak). Saat ini klien mendapatkan
pengobatan anti hipertensi, anti aritmia, dan vasodilator.
Lakukan penilaian risiko jatuh untuk pasien Ny. W dan berikan intervensi berdasarkan hasil
penilaian risiko jatuh !

Petunjuk Jawaban Latihan

Pada skenario 1, Anda terlebih dahulu menentukan instrumen penilaian risiko jatuh yang
sesuai untuk menilai pasien.
Pasien Ny. W berumur 72 tahun, maka instrument yang dipilih dan digunakan adalah
 instrument penilaian risiko jatuh Pasien Geriatri.
Selanjutnya Anda lakukan penilaian risiko jatuh menggunakan instrumen yang sesuai.
Hasil penilaian risiko jatuh pada N y. W, adalah sebagai berikut:

FORMAT PENILAIAN RISIKO JATUH PASIEN GERIATRI


Nama Pasien : Ny W
Tanggal lahir (Umur) : tanggal/ bulan/tahun (72 tahun)
No. Rekam Medik : xxxxyyyyyy

No. Risiko Skala Skor


1) Gangguan gaya berjalan (diseret, menghentak, berayun) 4 0
2) Pusing/ pingsan pada posisi tegak 3 0
3) Kebingungan setiap saat 3 0
4) Nokturia/ inkontinen 3 0
5) Kebingungan intermiten 2 0
6) Kelemahan umum 2 2
7) Obat-obat berisiko tinggi (diuretik, narkotik, sedatif, anti 2 2
psikotik, laksatif, vasodilator, antiaritmia, anti hipertensi, obat
hipoglikemik, antidepresan, neuroleptik, NSAID)
8) Riwayat jatuh dalam waktu 12 bulan sebelumnya 2 2
9) Osteoporosis 1 0

33

Managemen Patient Safety Page 191


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

No. Risiko Skala Skor


10) Gangguan pendengaran dan/atau penglihatan 1 1
11) Usia 70 tahun keatas 1 1
Jumlah Skor 8
Tingkat Risiko :
Risiko Rendah : skor 1-3
Risiko Tinggi : skor > 4

Score hasil penilaian jatuh Ny. W = 8artinya termasuk kategoritingkat risiko tinggi

Setelah mendapatkan kategori risiko jatuh pada pasien, selanjutnya tentukan intervensi
yang sesuai  Intervensi untuk Ny. W, adalah Intervensi Jatuh Risiko Tinggi, sebagai
berikut:
Pasang pita kuning atau klip risiko jatuh pada pasien.
Pasang tanda peringatan risiko jatuh kuning pada tempat tidur pasien
Mengkomunikasikan risiko jatuh pasien kepada Dokter Penanggung jawab Praktik (DPJP)
Mengkomunikasikan risiko jatuh pasien kepada pasien dan/atau keluarga serta
memberikan brosur edukasi pencegahan jatuh
Motivasi keluarga untuk berpartisipasi dalam upaya pencegahan pasien jatuh
Tempatkan pasien di dekat nursestation
Monitor kebutuhan pasien secara berkala (minimal tiap 2 jam), jadwalkan ke toilet
secara teratur.
Pastikan handrail kokoh dan mudah dijangkau oleh pasien
Siapkan di dekat tempat tidur pasien : alat bantu jalan/ fasilitasi kebutuhan pasien
Anjurkan kepada pasien untuk menggunakan walker untuk membantu stabilitas berjalan
Gunakan karpet anti slip/ tidak licin di lantai kamar mandi, dan siapkan tempat duduk
jika diperlukan
Keselamatan lingkungan : hindari lingkungan yang kacau balau, dekatkan bel dan
telepon, gunakan penerangan yang cukup pada malam hari, posisi ttempat tidur
rendah, terpasang penghalang tempat tidur/ side rail, roda tempat tidur harus
selalu terkunci.
Dampingi pasien bila ke kamar mandi/toilet, jangan tinggalkan sendirian di kamar
mandi/toilet, informasikan cara penggunaan bel di kamar mandi/toilet untuk
memanggil perawat, pintu kamar mandi/toilet jangan dikunci
Pakaikan kaus kaki atau alas kaki yang tidak licin untuk pasien
Kolaborasi dengan:
Farmasi klinik untuk kemungkinan interaksi obat
Rehabilitasi medik untuk masalah mobilitas atau aktivitas harian yang baru
Berikan edukasi mengenai perilaku yang lebih aman saat jatuh atau proses

34

Managemen Patient Safety Page 192


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

transportasi/ trasfer pasien


d. Lakukan latihan/ simulasi keterampilan melakukan tindakan pencegahan pasien risiko
jatuh!
Gunakan Formulir Penilaian Keterampilan untuk prosedur tindakan pencegahan pasien
 risiko jatuh.
Minta teman Anda untuk mengobservasi keterampilan Anda dalam melakukan
 pencegahan risiko jatuh.
Lakukan terus latihan sampai dengan semua aspek yang dinilai mendapat nilai 2 (dilakukan
 dengan sempurna) (lihat contoh cara pengisian hasil observasi keterampilan)
Berikan hasil latihan dan observasi teman Anda kepada pembimbing/ instruktur, lalu
mintalah buatlah kontrak waktu untuk ujian/ penilaian oleh pembimbing.

Hasil penilaian keterampilan

PENILAIAN KETERAMPILAN:
PROSEDUR TINDAKAN PENCEGAHAN PASIEN RISIKO JATUH
Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2
Tahap Prainteraksi
1. Persiapan perawat √
2. Persiapan alat : √
- Formulir penilaian risiko jatuh
- Alat tulis
- Gelang atau klip risiko jatuh
- Segitiga jatuh
- Brosur pencegahan risiko jatuh √
3. Persiapan Lingkungan
Tahap Orientasi
4. Beri salam sambil berjabat tangan √
5. Perkenalkan diri perawat √
6. Tanyakan nama klien √
7. Sampaikan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan √
8. Kontrak: waktu dan tempat √
Tahap Kerja
9. Bina hubungan saling percaya √
10. Lakukan penilaian risiko jatuh menggunakan instrumen √
yang sesuai (berdasarkan tempat pengkajian dan kondisi
pasien)
Lakukan penilaian secara sistematis √
11. √

35

Managemen Patient Safety Page 193


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

12. Lakukan intervensi untuk mencegah pasien cedera akibat


jatuh jika hasil penilaian menunjukkan pasien memiliki
risiko jatuh ringan atau sedang :
a. Edukasi Risiko Jatuh
b. Pemasangan Gelang/ klip risiko jatuh pada pasien
c. Pemasangan segitiga risiko jatuh di tempat tidur pasien
Tahap Terminasi
13. Evaluasi respon subjektif dan objektif klien √
14. Berikan reinforcement positif √
15. Tentukan rencana tindak lanjut √
16. Beri salam terapeutik √
Dokumentasi
17. Catat hasil penilaian risiko jatuh √
18. Catat tindakan yang sudah dilakukan : pemasangan gelang/ √
klip risiko jatuh, segitiga jatuh, edukasi
Jumlah Nilai 36

Keterangan :
0= tidak dilakukan; 1= dilakukan tetapi tidak sempurna; 2= dilakukan dengan sempurna
- Nilai 100 = sempurna; Nilai 81-99 = Baik; < 80 = Tidak lulus

Total Nilai 36 Observer/ Penilai


Nilai = -------------- x 100 = ------- x 100 = 100
36 36
………………………………………………

Ringkasan
Setelah selesai mempelajari topik di atas dapat kita simpulkan bahwa :
Menurunkan Risiko Pasien Jatuh merupakan salah satu bagian dari IPSG, yaitu IPSG ke-
enam
Kagiatan menurunkan risiko pasien jatuh harus dilaksanakan pada seluruh ruang di rumah
sakit, baik di ruang gawat darurat, ruang rawat jalan/ poliklinik, maupun ruang rawat inap.
Penilaian risiko jatuh pada pasien dapat dilakukan dengan beberapa instrumen,
berdasarkan pada lokasi dan usia pasien. Intervensi kepada pasien yang berisiko jatuh
dilakukan berdasarkan kategori risiko jatuh yang didapatkan dari penilaian sebelumnya

Tugas Praktika 6

36

Managemen Patient Safety Page 194


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Skenario 2: Anda bertugas di Ruang Perawatan suatu RS. Ketua Tim Asuhan keperawatan
memberikan tugas kepada Anda untuk merawat 6 orang pasien yang berada di kamar
109. Tn. R berumur 32 tahun dengan diagnosa medis fraktur femurkiri post operasi ORIF
hari ke-4. Pasien masuk RS Karena KLL.Saat ini keadaan umum pasien stabil dengan
kesadaran CM, terpasang infus RL. Klien saat ini sudah mulai belajar menggunakan kruk.
Latihan: Lakukan penilaian risiko jatuh untuk pasien Tn. R dan berikan intervensi
berdasarkan hasil penilaian risiko jatuh !

Skenario 3: Anda bertugas di Ruang Perawatan Anak suatu RS. Ketua Tim Asuhan
Keperawatan memberikan tugas kepada Anda untuk merawat 5 orang pasien yang
berada di kamar 10. An. K (laki-laki) berumur 12 tahun dengan diagnosa medis ALL pro
Kemoterapi siklus II. Saat ini keadaan umum pasien sedang dengan kesadaran CM. Klien
terpasang infus KA-EN 3A dan rencana transfusi darah karena Hb 7. Klien mengeluh
pusing dan hanya tiduran di tempat tidur.
Lakukan penilaian risiko jatuh untuk pasien An. K dan berikan intervensi berdasarkan
hasil penilaian risiko jatuh !

Petunjuk Mengerjakan Tugas Praktika 6, Skenario 1, 2 dan 3:

Pada skenario 2 dan 3 Anda terlebih dahulu menentukan instrumen penilaian risiko jatuh
yang sesuai untuk menilai pasien, selanjutnya Anda lakukan penilaian risiko jatuh
menggunakan instrumen yang sesuai (Penilaian risiko jatuh pada Lansia/ Dewasa/ Anak-
anak/ di Unit Rawat Jalan atau IGD) . Setelah mendapatkan kategori risiko jatuh pada pasien,
selanjutnya tentukan intervensi yang sesuai. Terakhir lakukan simulasi keterampilan
melakukan tindakan pencegahan pasien risiko jatuh !
Usia pasien pasien pada scenario 2: 32 tahun  gunakan penilaian risiko jatuh pasien
dewasa
Nilai risiko jatuh = ………. ? termasuk risiko rendah/ sedang/ tinggi?
Intervensi : ……………….?
Minta bantuan teman untuk Observasi keseluruhan tindakan pencegahan pasien
jatuh yang Anda lakukan dengan menggunakan formulir penilaian berikut.

FORMULIR 1. PENILAIAN PELAKSANAAN KETERAMPILAN :


MELAKUKAN TINDAKAN PENCEGAHAN PASIEN RISIKO JATUH
Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2
Tahap Prainteraksi
Persiapan perawat
Persiapan alat :
Formulir penilaian risiko jatuh
Alat tulis

37

Managemen Patient Safety Page 195


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

- Gelang atau klip risiko jatuh


- Segitiga jatuh
- Brosur pencegahan risiko jatuh
3. Persiapan Lingkungan
Tahap Orientasi
4. Beri salam sambil berjabat tangan
5. Perkenalkan diri perawat
6. Tanyakan nama klien
7. Sampaikan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
8. Kontrak: waktu dan tempat
Tahap Kerja
9. Bina hubungan saling percaya
10. Lakukan penilaian risiko jatuh menggunakan instrumen yang sesuai
(berdasarkan tempat pengkajian dan kondisi pasien)
Lakukan penilaian secara sistematis
11. Lakukan intervensi untuk mencegah pasien cedera akibat jatuh jika
12. hasil penilaian menunjukkan pasien memiliki risiko jatuh ringan atau
sedang :
a. Edukasi Risiko Jatuh
b. Pemasangan Gelang/ klip risiko jatuh pada pasien
c. Pemasangan segitiga risiko jatuh di tempat tidur pasien
Tahap Terminasi
13. Evaluasi respon subjektif dan objektif klien
14. Berikan reinforcement positif
15. Tentukan rencana tindak lanjut
16. Beri salam terapeutik
Dokumentasi
17. Catat hasil penilaian risiko jatuh
18. Catat tindakan yang sudah dilakukan : pemasangan gelang/ klip risiko
jatuh, segitiga jatuh, edukasi
Total Nilai:
Keterangan :
0 = tidak dilakukan; 1 = dilakukan tetapi tidak sempurna; 2 = dilakukan dengan sempurna

Total Nilai - Nilai 100 = Sempurna


Nilai = -------------- x 100 = ……………………………….. - Nilai 81-99 = Baik
72 - < 80 = Tidak lulus

FORMULIR 2. PENILAIAN PASIEN RISIKO JATUH DI RAWAT JALAN DAN IGD 38

Managemen Patient Safety Page 196


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Komponen Penilaian Ya Tidak


Perhatikan cara berjalan pasien saat akan
duduk di kursi. Apakah pasien tampak tidak
seimbang (sempoyongan / limbung)?
Apakah pasien memegang pinggiran kursi atau
meja atau benda lain sebagai penopang saat
akan duduk?
Tingkat Risiko :
 Tidak Berisiko : (1) & (2) tidak ditemukan
 Risiko Rendah : (1) atau (2) ditemukan
 Risiko Tinggi : (1) & (2) ditemukan

FORMULIR 3. PENILAIAN RISIKO JATUH PADA PASIEN DEWASA


(>18 TAHUN S.D. <60 TAHUN) DI RUANG RAWAT INAP (Fall Morse Scale)

No. Risiko Skala Skor


(1) Riwayat jatuh yang baru atau dalam 3 bulan terakhir Tidak: 0
Ya: 25
(2) Diagnosis Medis Sekunder >1 Tidak: 0
Ya: 15
(3) Menggunakan alat bantu jalan:
• Bed rest/ dibantu perawat 0
• Penopang/ tongkat/ walker 15
• Furnitur 30
(4) Menggunakan infus Tidak: 0
Ya: 25
(5) Cara berjalan/ berpindah
• Normal/ Bed rest/ imobilisasi 0
• Lemah 15
• Terganggu 30
(6) Status mental :
• Orientasi sesuai kemampuan diri 0
• Lupa keterbatasan diri 15
Jumlah Skor
Tingkat Risiko :
 Tidak Berisiko bila skor 0-24 : lakukan perawatan yang baik
 Risiko Rendah bila skor 25-50 : lakukan perawatan yang baik
 Risiko Tinggi bila skor >50 : lakukan perawatan yang baik

39

Managemen Patient Safety Page 197


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

FORMULIR 4. PENILAIAN RISIKO JATUH PASIEN ANAK (USIA 0-18 TAHUN)


DI RUANG RAWAT INAP (Humpty Dumty Scale)

No. Parameter Kriteria Skala Skor


(1) Umur • Di bawah 3 tahun 4
• 3-7 tahun 3
• 7-13 tahun 2
• >13 tahun 1
(2) Jenis Kelamin • Laki-laki 2
• Perempuan 1
(3) Diagnosis • Kelainan neurologi 4
• Perubahan dalam oksigenasi (masalah 3
saluran nafas, dehidrasi, anemia, anoreksia,
sinkop/sakit kepala, dll)
• Kelainan psikis/ perilaku 2
• Diagnosis lain 1
(4) Gangguan • Tidak sadar terhadap keterbatasan 3
Kognitif (Gangguan kesadaran, retardasi mental)
• Lupa keterbatasan (Anank-anak yang 2
hiperaktif)
• Mengetahui kemampuan diri 1
(5) Faktor • Riwayat jatuh dari tempat tidur saat bayi- 4
lingkungan anak
• Pasien menggunakan alat bantu atau box/ 3
furnitur
• Pasien berada di tempat tidur 2
• Di luar area pasien 1
(6) Respon thd • Dalam 24 jam 3
pembedahan/ • Dalam 48 jam 2
sedasi/ anestesi • >48 jam 1
(7) Penggunaan • Bermacam-macam obat yg digunakan: 3
obat sedatif (kecuali pasien ICU yg menggunakan
sedasi dan paralisis), hipnotik, Barbiturat,
Fenotiazin, Anti-depresan, Laksans/ diuretika,
Narkotik
• Salah satu dari pengobatan di atas 2
• Pengobatan lain 1
Jumlah Skor

40

Managemen Patient Safety Page 198


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

Glosarium
KARS : Komite Akreditasi rumah sakit
KKPRS : Komite Keselamatan pasien rumah sakit
KTD : Kejadian Tidak Diharapkan
Insiden keselamatan pasien : kejadian tidak tidak diharapkan pada pasien
SOP : Standar Operasional Prosedur
IPSG : International Patient Safety Goals

41

Managemen Patient Safety Page 199


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

DAFTAR PUSTAKA

Endriani, S. (2012) Panduan identifikasi pasien. https://www.academia.edu/keypass/


PANDUAN_IDENTIFIKASI_PASIEN. Diperoleh 14 Agustus 2017.

Hasri, E. T. (2015). Peningkatan Keamanan High-Alert Medication.


https://www.mutupelayanankesehatan.net/index.php/component/content/articl
e/1680
https://www.mutupelayanankesehatan.net/index.php/component/content/artic
le/1680

https://www.google.com/search?q=gambar+5+moment+hand+hygiene&tbm=isch&imgil)

http://www.who.int/gpsc/5may/Hand_Hygiene_Why_How_and_When_Brochure.pdf

Kementerian Ristekdikti. (2015). Modul pelatihan untuk pelatih keselamatan


pasien. http://fk.ui.ac.id/uncategorized/e-book-modul-pelatihan-untuk-
pelatih-keselamatan-pasien.html
Nurdiana dan Sulistyani, D. Ed. (2016). Buku saku keperawatan. Jakarta: Bidang
Keperawatan RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo

NHS Foundation Trust. (2015). Patient Identification Policy.


.http://www.southernhealth.nhs.uk/_resources/assets/inline/full/0/71283.pdf

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017


Tentang Keselamatan Pasien.

World Health Organization. (2011). WHO Patient Safety Curricullum Guide: Multi
Professional Edition.
(http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/44641/26/9789241501958_ind.pdf
Diterbitkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2011
Lembaga Kesehatan Budi Kemuliaan. (2015). Panduan Kurikulum Keselamatan
Pasien Edisi Multi-Profesional.

IPSG 2 Peningkatan komunikasi yang efektif.


https://www.scribd.com/document/242148577/Komunikasi-SBAR-TBAK?
doc_id=242148577&download=true&order=437759807

Pedoman obat high alert.


https://dlscrib.com/download/pedoman-obat-high-
alert_58afcc2d6454a7406ab1e8d9_pdf

42

Managemen Patient Safety Page 200


MANAJEMEN KESELAMATAN PASIEN

https://www.scribd.com/search?page=1&content_type=tops&query=obat%20high%20alert

43

Managemen Patient Safety Page 201


Managemen Patient Safety Page 202

Anda mungkin juga menyukai