Biaya Produksi Jangka Panjang Dan Pendek
Biaya Produksi Jangka Panjang Dan Pendek
Biaya Produksi Jangka Panjang Dan Pendek
Biaya produksi adalah sejumlah pengorbanan ekonomis yang harus dikorbankan untuk
memproduksi suatu barang. Menetapkan biaya produksi berdasarkan pengertian
tersebut memerlukan kecermatan karena ada yang mudah diidentifikasikan, tetapi ada
juga yang sulitdiidentifikasikan dan hitungannya.
Biaya produksi yang di keluarkan setiap perusahaan dapat di bedakan dalam 2 jenis,
yaitu :
Teori biaya produksi erat kaitannya dengan teori fungsi pengeluaran. Kedua-duanya
membedakan analisisnya kepada jangka pendek dan jangka panjang. Kedua-duanya
juga dipengaruhi oleh hukum produksi marjinal yang semakin berkurang.
• Jangka pendek yaitu : jangka waktu dimana sebagian faktor produksi tidak dapat di
tambah jumlahnya.
• Jangka panjang yaitu : jangka waktu dimana semua faktor produksi dapat
mengalami perubahan.
• Yang dimaksud biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak tergantung dari
banyak sedikitnya jumlah output. Bahkan bila untuk sementara produksi dihentikan,
biaya tetap ini harus tetap dikeluarkan dalam jumlah yang sama.
• Yang termasuk dalam biaya tetap ini misalnya gaji tenaga administrasi, penyusutan
mesin, penyusutan gedung dan peralatan lain, sewa tanah, sewa kantor dan sewa
gudang. Dalam jangka panjang biaya tetap ini akan mengalami perubahan
Yang termasuk dalam biaya variabel ini adalah biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung, bahan bakar, listrik dsb. Biaya tetap dan biaya variabel ini jika
dijumlahkan hasilnya merupakan biaya total. Jika digambarkan dalam kurva, maka pola
biaya tetap total (TFC), biaya variabel total (TVC) dan biaya total (TC) dapat dilihat
sebagai berikut:
Biaya variabel total (TVC) adalah biaya yang besar kecilnya mengikuti banyak
sedikitnya output yang dihasilkan. Gambar yang menunjukkan bahwa kurva biaya
variabel total terus menerus naik. Jadi semakin banyak output yang dihasilkan maka
biaya variabel akan semakin tinggi.
Jika antara biaya tetap dan biaya variabel dijumlahkan, maka hasilnya disebut
biaya total (TC). Jadi, TC = TFC + TVC. Total Cost (TC) berada pada jarak vertikal di
semua titik antara biaya tetap total (TFC) dan biaya berubah total (TVC), yaitu sebesar
n.
Pengertian Teori Produksi jangka pendek/ satu faktor berubah
Teori Produksi jangka pendek/ satu faktor berubah adalah teori produksi yang
sederhana menggambarkan tentang hubungan di antara tingkat produksi suatu barang
dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat
produksi barang tersebut. Dalam analisa tersebut bahwa faktor-faktor produksi lainnya
jumlahnya tetap, yaitu modal dan tanah jumlahnya dianggap tidak mengalami
perubahan. Satu-satunya faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya adalah tenaga
kerja.[1]
Faktor produksi tetap adalah faktor produksi yang jumlah penggunaannya tidak
tergantung pada jumlah produksi. Ada atau tidak ada produksi, faktor produksi ini harus
ada dan tetap tersedia. Mesin-mesin pabrik adalah salah satu contoh. sampai pada
interval produksi tertentu jumlah mesin tidak perluh ditambah. Tetapi jika tingkat
produksi menurun sampai nol unit, jumlah mesin tidak bisa dikurangi.
Jumlah penggunaan faktor produksi variabel tergantung pada tingkat produksinya.
Makin besar tingkat produksi, makin banyak faktor produksi variabel yang digunakan,
begitu juga sebaliknya. Buruh harian lepas di pabrik rokok adalah contohnya. Jika
perusahaan ingin meningkatkan produksi, maka jumlah buruh hariannya ditambah.
Sebaliknya jika ingin mengurangi produksi, buruh harian dapat dikurangi.
Pengertian faktor produksi tetap dan faktor produksi variable terkait dengan waktu yang
dibutuhkan untuk menambah atau mengurangi faktor produksi tersebut. Mesin
dikatakan sebagai faktor produksi tetap karena dalam jangka pendek (kurang dari
setahun) susah untuk ditambah atau dikurangi. sebaliknya buruh dikatakan faktor
produksi variable karena jumlah kebutuhannya dapat disediakan dalam waktu kurang
dari satu tahun.
Teori produksi tidak mendefinisikan jangka pendek dan jangka panjang secara
kronologis. Periode jangka pendek adalah periode produksi di mana perusahaan tidak
mampu dengan segera melakukan penyesuaian jumlah penggunaan salah satu atau
beberapa faktor produksi.
B. Model Produksi
Pengertian produksi dengan satu faktor produksi variabel adalah pengertian analisis
jangka pendek, di mana ada faktor produksi yang tidak dapat diubah. Ketika mencoba
memahami proses alokasi faktor produksi oleh perusahaan, ekonomi membagi faktor
produksi menjadi barang modal (capital) dan tenaga kerja (labour). Dalam model
produksi satu faktor produksi variabel, barang modal dianggap faktor produksi tetap.
Keputusan produksi ditentukan berdasarkan alokasi efisiensi tenaga kerja.
· Dua Faktor Produksi Variabel
Dalam bagian ini kita melonggarkan asumsi adanya faktor produksi tetap. Baik barang
modal maupun tenaga kerja sekarang bersifat variabel. Namun yang harus diingat
bahwa pelonggaran asumsi ini masih tetap terlalu menyederhanakan persoalan. Sebab
dalam kenyataan, faktor produksi variabel yang digunakan dalam proses produksi lebih
dari dua macam.
1. Isokuan (Isoquant)
Isokuan adalah kurva yang menggambarkan berbagai kombinasi penggunaan
dua macam faktor produksi variabel secara efisien dengan tingkat teknologi tertentu,
yang menghasilkan tingkat produksi yang sama. Misalnya, kasus usaha tekstil
tradisional dengan asumsi mesin dapat ditambah.
Asumsi-asumsi isokuan:
a. Konektivitas (Conectivity)
Asumsi koneksitas analogi dengan asumsi pada pembahasan perilaku konsumen, yaitu
kurva indiferensi yang menurun dan kiri atas ke kanan bawah (down ward sloping).
Produsen dapat melakukan berbagai kombinasi penggunaan dua macam faktor
produksi untuk menjaga agar tingkat produksi tetap. Kesediaan produsen untuk
mengorbankan faktor produksi yang satu demi menambah penggunaan faktor produksi
yang lain untuk menjaga tingkat produksi pada isokuan yang sama disebut Derajat
Teknik Substitusi Faktor Produksi atau Marginal Rate of Technical Substitution(MRTS).
MRTSIk adalah bilangan yang menunjukkan berapa unit faktor produksi I harus
dikorbankan untuk menambah 1 unit faktor produksi k pada tingkat produksi yang
sama. Jika I adalah tenaga kerja dan k adalah barang modal (mesin), maka MRTSIk
adalah berapa unit tenaga kerja yang harus dikorbankan untuk menambah 1 unit
mesian, demi menjaga produksi pada tingkat yang sama.
b. Penurunan Nilai MRTS (Diminishing of MRTS)
Produsen menganggap makin mahal faktor produksi yang semakin langka. Itulah
sebabnya mengapa nilai MRTSlk makin menurun (hukum LDR). Dalam kasus-kasus
tertentu, nilai MRTS akan konstan atau nol. MRTS konstan bila kedua faktor produksi
bersifat substitusi sempurna (perfect substitution).
3. Perkembangan Teknologi
Kemajuan teknologi memungkinkan peningkatan efisiensi penggunaan faktor
produksi. Tingkat produksi yang sama dapat dicapai dengan penggunaan faktor
produksi yang Iebih sedikit.
5. Keseimbangan Produsen
Keseimbangan produsen terjadi ketika kurva I bersinggungan dengan kurva Q.
Di titik persinggungan itu kombinasi penggunaan kedua faktor produksi akan
memberikan hasil output yang maksimum. Keseimbangan dapat berubah karena
perubahan kemampuan anggaran maupun harga faktor produksi. Analisis perubahan
keseimbangan produsen analogis dengan analisis perilaku konsumen.
Perubahan jumlah faktor produksi yang digunakan merupakan interaksi
kekuatan efek substitusi (substitution effect) dan efek skala produksi (output effect).
Karena itu produsen juga mengenal faktor produksi inferior, yaitu faktor produksi yang
penggunaannya justru menurun bila kemampuan anggaran perusahaan meningkat
(kemampuan memproduksi meningkat). Dalam mencapai keseimbangannya produsen
selalu berdasarkan prinsip efisiensi, yaitu maksimalisasi output (output maximalization)
atau minimalisasi biaya (cost minimalization). Prinsip maksimalisasi output menyatakan
bahwa dengan anggaran yang sudah ditentukan, dicapai output. Prinsip minimalisasi
biaya menyatakan target ouput yang sudah ditetapkan harus dicapai dengan biaya
minimum.
6. Pola Jalur Ekspansi (Expantion Path)
Tujuan perusahaan adalah maksimalisasi laba. Untuk mencapai tujuan itu,
dalam jangka pendek maupun jangka panjang perusahaan harus tetap
mempertahankan efisiensinya. Biasanya perusahaan menetapkan target yang akan
dicapai setiap tahunnya, yang harus dicapai dengan biaya minimum. Dalam jangka
panjang perusahaan memiliki tingkat fleksibilitas lebih tinggi dalam mengombinasikan
faktor produksi.