193 - M Aden Gianto - 10011382126193 - Proposal Skripsi
193 - M Aden Gianto - 10011382126193 - Proposal Skripsi
193 - M Aden Gianto - 10011382126193 - Proposal Skripsi
OLEH :
M. ADEN GIANTO
10011382126193
Salah satu cara untuk mencapai efisiensi dan produktivitas kerja yang baik
adalah dengan menerapkan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada
setiap tingkatan proses produksi. Secara umum K3 bertujuan untuk menciptakan
lingkungan kerja yang aman dan sehat sehingga dapat mengurangi angka
kecelakaan dan kesakitan akibat kerja yang pada akhirnya diharapkan dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas pekerja. Pencapaian tujuan K3 ini
dilakukan dengan pengendalian faktor-faktor risiko yang ada di tempat kerja, baik
berupa hazard fisik, kimia, biologi maupun hazard psikologi dan sosial.
Berdasarkan data ILO tahun 2013, satu pekerja di dunia meninggal setiap
15 detik karena kecelakaan kerja, 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja.
Tahun sebelumnya (2012) ILO mencatat angka kematian dikarenakan kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja (PAK) sebanyak 2 juta kasus setiap tahun
(Kementerian Republik Indonesia, 2014).
Jika kecelakaan kerja dapat diketahui dengan jelas, tidak demikian halnya
dengan penyakit akibat kerja. Penyakit akibat kerja sering bersifat kronik, dan
tidak disadari oleh pekerja atau dideteksi oleh tenaga medis sejak awal. Pada
akhirnya, dalam jangka waktu cukup lama, penyakit akibat kerja tersebut
membawa kerugian cukup fatal.
Salah satu jenis industri informal yang saat ini sedang mengalami
perkembangan adalah industri kerajinan songket tradisional. Meskipun belum
setenar batik, yang telah dinyatakan sebagai pakaian nasional Indonesia,
popularitas kain songket semakin meluas terutama sejak beberapa tahun terakhir.
Salah satu provinsi penghasil songket di Indonesia adalah Sumatera Selatan yang
salah satunya berada di Ogan Ilir khususnya desa Tanjung Pinang. Saat ini,
hampir semua wanita yang ada di desa tersebut bekerja sebagai pengrajin songket
yang bekerja penuh waktu maupun paruh waktu/sampingan. Para pengrajin ini
mengerjakan kain songket di rumah masing-masing dengan sistem membeli bahan
dan menjual hasil jadi kembali pada pengusaha songket. Perbulannya, setiap
pengusaha songket dapat memperoleh minimal satu buah songket dengan harga
lebih kurang lima ratus ribu.
Universitas Sriwijaya
memperhatikan aspek-aspek ergonomi. Selain itu, proses kerja yang dilakukan
juga tak jarang melibatkan postur janggal seperti menjangkau (reaching), twisting
dan bending. Proses yang dilakukan mulai dari pemilihan bahan baku berupa
berbagai jenis benang seperti benang, kemudian pewarnaan bahan baku dengan
cara mencelup benang dengan warna yang dikehendaki hingga penempatan
benang pada alat tenun dilakukan secara manual (manual handling).
Peralatan yang tidak ergonomis serta posisi kerja yang janggal tersebut
berakibat pada ketidaknyamanan yang dirasakan oleh pengrajin. Salah satu
dampak yang disebabkan oleh ketidaksesuaian atau ketidaknyamanan dalam
melakukan pekerjaan adalah Musculoskeletal Disorders atau gangguan pada otot
dan tulang rangka. Musculoskeletal Disorders yang paling sering dialami pekerja,
terutama yang bekerja dalam posisi duduk yaitu nyeri pinggang (Low Back Pain).
Nyeri punggung bawah (Low Back Pain) adalah sindrom klinik yang
ditandai dengan gejala utama nyeri atau perasaan lain yang tidak enak di daerah
tubuh bagian belakang dari rusuk terakhir vertebrata torakal 12 sampai bagian
bawah pantat terutama pada tulang punggung bagian bawah dan dapat menjalar ke
kaki terutama bagian sebelah belakang dan samping luar. Dalam kejadian yang
sesungguhnya dalam masyarakat, nyeri pinggang tidak mengenal perbedaan umur,
jenis kelamin, pekerjaan, status social, tingkat pendidikan, semuanya bisa terkena
nyeri pinggang. Lebih dari 70% manusia dalam hidupnya pernah mengalami nyeri
pinggang, dengan rata-rata puncak kejadian berusia 35-55 tahun (Rahmat 2009).
Data untuk jumlah penderita LBP di Indonesia tidak diketahui secara pasti,
namun diperkirakan penderita LBP di Indonesia bervariasi antara 7,6-37% dari
Universitas Sriwijaya
jumlah penduduk yang ada di Indonesia (Lailani, 2013).
LBP adalah masalah yang banyak dihadapi oleh banyak negara dan
menimbulkan banyak kerugian. Dilihat dari data yang dikumpulkan dari Pusat
Riset dan Pengembangan Pusat Ekologi Kesehatan, Departemen Kesehatan yang
melibatkan 800 orang dari 8 sektor informal di Indonesia menunjukan keluhan
LBP dialami oleh 31,6 % petani kelapa sawit di Riau, 21% pengrajin wayang kulit
di Yogyakarta, 18% pengrajin onix di Jawa Barat, 16% penambang emas di
Kalimantan Barat, 14,9% pengrajin sepatu di Bogor dan 8% pengrajin kuningan di
Jawah Tengah. Selain itu, pengrajin batu bata di Lampung dan nelayan di DKI
Jakarta yang menderita Keluhan LBP masing-masing 76,7% dan 41% (Sakinah,
2013).
Universitas Sriwijaya
6. Diketahuinya hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan keluhan nyeri
pinggang pada pengrajin songket di Desa Tanjung Pinang.
7. Diketahuinya hubungan antara posisi duduk dengan keluhan nyeri
pinggang pada pengrajin songket di Desa Tanjung Pinang.
1.4. Manfaat
1.4.1. Bagi Peneliti
1. Penelitian ini diharapkan dapat memenuhi keingintahuan terhadap objek
yang ingin diteliti sehingga dapat memperluas pengetahuan dan wawasan
peneliti.
2. Melalui penelitian ini, peneliti diharapkan dapat menerapkan secara langsung
ilmu dan teori yang didapat dari proses belajar di universitas.
Universitas Sriwijaya
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
1.5.1. Lingkup Lokasi
Penelitian ini dilakukan di Desa Tanjung Pinang Kecamatan Tanjung Batu
Kabupaten Ogan Ilir.
1.5.2. Lingkup Waktu
Pengambilan data dalam penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober
2016
Universitas Sriwijaya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Ergonomi
Ergonomi merupakan cabang ilmu yang mengkaji hubungan antara manusia dan
mesin serta faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan tersebut (Bridger, 2009). Istilah
ergonomi berakar dari bahasa Yunani “ergon” yang berarti kerja dan “nomos” yang berarti
hukum, sehingga ergonomi secara bahasa berarti hukum kerja. Konsep ergonomi mulai
berkembang ketika terjadinya revolusi industri pada awal abad 19 melalui FW Tailor,
Frank dan Lilian Gilbert yang memperkenalkan istilah “ergonomits” (Santoso, 2004).
Tahun 1949 istilah ergonomi digunakan secara resmi untuk menyebut suatu ilmu
interdisiplin yang betujuan menyelesaikan permasalahan kesehatan pada komunitas
pekerja. Pada tahun yang sama di Inggris, didirikan The Ergonomics Research Society
yang menerbitkan jurnal ergonomi pertama pada November 1957. Juga pada tahun 1957
dibentuk The International Ergonomics Association serta The Human Factors Society di
Universitas Sriwijaya
Amerika Serikat (Nurmianto, 2004) Ergonomi dapat didefinisikan sebagai suatu disiplin
ilmu tentang aspek aspek manusia dalam lingkungan kerja yang ditinjau secara anatomi,
fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan perancangan. Ergonomi juga terkait
dengan optimasi, efisiensi, keselamatan, kesehatan dan kenyamanan manusia di tempat
kerja, di rumah serta tempat rekreasi (International Ergonomics Association).
Menurut ILO, kajian ergonomi meliputi berbagai kondisi kerja yang dapat
mempengaruhi kesehatan dan kenyamanan pekerja, termasuk faktor-faktor seperti
pencahayaan, bising, suhu, getaran, desain tempat kerja, desain alat, desain mesin dan
desain proses/metode kerja serta faktor-faktor lain seperti shift kerja, jadwal istirahat dan
makan.
Universitas Sriwijaya
Ergonomi merupakan ilmu multidisiplin, yaitu perpaduan antara ilmu anatomi,
fisiologi, psikologi, fisika dan teknik. Ilmu anatomi memberikan informasi tentang
struktur tubuh, kemampuan dan keterbatasan fisik, dimensi tubuh, kemampuan
mengangkat serta ketahanan tubuh. Ilmu fisiologi memberikan gambaran tentang fungsi
sistem otak dan saraf yang berkaitan dengan tingkah laku, sedangkan ilmu psikologis
mempelajari tentang konsep dasar pengambilan.
Sasaran ergonimi adalah seluruh tenaga kerja, baik pada sektor industri modern
maupun pada sektor tradisional dan informal. Pada sektor industri modern, penerapan
ergonomi dala bentuk pengaturan sikap, tata cara kerja dan perencanan kerja yang tepat
adalah syarat penting bagi efisiensi dan produktivitas kerja yang tinggi. Peralatan kerja
dan mesin dalam industri-industri masih banyak didatangkan dari luar negeri dan
diperlukan penyesuaian seperlunya dengan bentuk dan ukuran tubuh tenaga pekerja. Pada
sektor tradisional dan informal, pekerjaan pada umumnya dilakukan dengan tangan dan
memakai peralatan serta sikap-sikap badan dan cara-cara kerja yang secara eergonomis
dapat diperbaiki (Tarwaka,2004).
Universitas Sriwijaya
b. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial,
mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan jaminan
sosial baik selama kurun waktu produktif maupun setelah tidak produktif.
c. Menciptakan keseimbangan antara berbagai aspek yaitu aspek teknis, ekonomis,
antropologi dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta
kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.
Penerapan ergonomi yang baik di tempat kerja dapat memberi banyak manfaat,
antara lain disebutkan oleh Stephen Pheasant dalam bukunya Bodyspace (1999) sebagai
berikut:
Beberapa prinsip ergonomi yang telah disepakati yang dapat digunakan sebagai
pegangan yaitu :
1. Sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan, ukuran dan
penenpatan mesin-mesin, penempatan alat-alat petunjuk, cara-cara, harus
menyelaraskan mesin (macam gerak, arah dan kekuatan).
2. Untuk normalisasi ukuran mesin dan alat-alat industri, harus diambil ukuran
terbesar sebagai dasar serta diatur dengan suatu cara, sehingga ukuran tersebut
dapat dikecilkan dan dapat digunakan oleh tenaga kerja yang kecil, seperti tempat
duduk yang dapat distel naik turun dan lain-lain.
3. Ukuran-ukuran antropometri terpenting seperti dasar ukuran-ukuran dan
penempatan alat-alat industri harus sesuai dengan ukuran tubuh si pemakai.
2.1.6 Sikap Tubuh dalam Bekerja
Sikap tubuh dalam bekerja yang dikatakan secara ergonomi adalah memberikan
rasa nyaman, aman, sehat dan selamat dalam bekerja yang dapat dilakukan antara lain
dengan cara (Ramadhani, 2003) :
Sikap tubuh Abduksi dan forward flexion (kepala turun maju kedepan) lebih dari
300 dapat mengakibatkan faktor risiko oleh karena adanya penekanan pada otot
supraspinatus sehingga terjadi gangguan aliran darah. Sakit tengkuk/leher ditemui pada
pekerja yang dituntut bekerja dengan sikap kerja tersebut dalam waktu lama. Umumnya
terjadi pada industri perakitan, bekerja dengan Visual Display Terminal (VDT),
membungkuk, mengepak.
Sikap kerja yang baik dengan duduk yang tidak berpengaruh buruk terhadap sikap
tubuh dan tulang belakang adalah sikap duduk dengan sedikit lordosa pada pinggang dan
sedikit kifosa pada punggung dimana otot otot punggung menjadi terasa enak. Sikap
duduk yang baik adalah :
Low Back Pain (LBP) atau Nyeri Pinggang adalah rasa nyeri pinggang
muskulosketal yaitu sindroma Klinik yang ditandai adanya rasa nyeri atau perasaan lain
yang tidak enak didaerah tubuh bagian belakang dari rusuk terakhir vetebra torakal 12
sampai bagian bawah pantat atau anus dan dapat menjalar kekaki terutama bagian
belakang dan samping luar. Tulang belakang manusia terdiri dari 33 ruas tulang. Satu
Universitas Sriwijaya
sama lain dihubungkan oleh sistem yang unik, terdiri atas tulang rawan, otot serta jaringan
ikat. Sistem itu bekerja sama untuk mempertahankan tubuh pada posisi tegak. Gangguan
pinggang biasanya berhubungan dengan tiga ruas tulang pinggang atau dengan organ di
sekitarnya seperti ginjal dan indung telur. (Suzilawat, 2006:1)
Pada dasarnya timbulnya rasa sakit pinggang terjadi karena ada penekanan pada
susunan saraf tepi daerah pinggang (syaraf terjepit). Jepitan pada syaraf ini dapat terjadi
karena gangguan pada otot pada jaringan sekitarnya, gangguan pada syaraf sendiri,
kelainan tulang belakang maupun kelainan di tempat lain. (Pearce, 1999). Timbulnya nyeri
pinggang erat kaitannya dengan cara kerja, sikap kerja, dan posisi kerja, desain alat kerja,
fasilitas kerja, tata letak, sarana kerja dan sebagainya. Dengan memperhatikan dan menata
factor-faktor penyebab dan pencetusnya, insiden nyeri pinggang kerja dapat dieliminir
atau di tunda kehadirannya. Bebarapa faKtor kaitan dengan beban angkat-angkat yang
mempengaruhi timbulnya nyeri pinggang kerja adalah berat beban, besar beban, bentuk
beban, jenis beban, tinggi beban, dan sebagainya. (Depnaker, 1995).
Tulang belakang adalah sebuah struktur lentur yang dibentuk oleh sejumlah tulang
yang disebut Vertebra atau ruas tulang. Pada orang dewasa panjang tulang dapat mencapai
57-67cm. Tulang belakang memiliki 33 ruas yang terdiri 24 buah ruas merupakan tulang-
tulang yang terpisah dengan 9 ruas lainnya bergabung membentuk 2 tulang. Diantara tiap
2 ruas tulang pada tulang belakang terdapat bantalan tulang belakang.
Vertebra dikelompokkan menjadi beberapa bagian dan diberi nama sesuai dengan
daerah yang ditempatinya yaitu:
1. Vertebra servikalis atau ruas tulang bagian leher membentuk daerah tengkuk yang
terdiri dari 7 buah.
Universitas Sriwijaya
2. Vertebra torakalis atau ruas tulang punggung membentuk bagian belakang torak
atau dada yang terdiri dari 7 buah.
3. Vertebra lumbalis atau ruas tulang pinggang membentuk daerah lumbal atau
pinggang yang terdiri dari 5 buah.
4. Vertebra sokralis atau rus tulang belakang membentuk sakru yang terdiri dari 5
buah.
5. Vertebra kosigeus atau ruas tulang tungging membentuk tulang konfigus yang
terdiri dari 4 buah (Evelyn, 1998).
Nyeri Pinggang disebabkan oleh berbagai kelainan atau perubahan patologi yang
mengenai berbagai macam organ. Beberapa ahli membuat klasifikasi yang berbeda atas
dasar kelainan atau jaringan yang mengalami kelainan tersebut. Rasa sakit dapat
ditimbulkan oleh segala sesuatu yang menekan atau menegangkan syaraf pada tubuh
bagian belakang dan di otot-otot. Menurut Audre L (2003) secara garis besar faktor
penyebab nyeri pinggang dapat dibedakan menjadi :
1. Sakit pinggang akibat sikap yang salah. Posisi tubuh yang tidak tepat pada saat
bekerja karena kursi yang digunakan tidak ergonomis. (Nadesul, 2002).
2. Sakit pinggang pada kelainan tulang belakang. Dapat disebabkan antara lain:
cidera, infeksi, tumor, dan osteoporosis.
3. Sakit pinggang pada penyakit organ dalam tubuh yang sering dijumpai adalah sakit
pinggang akibat penyakit prostate, batu ginjal, penyakit lambung, kandungan.
Sakit pinggang pada penyakit rematik antara lain: Osteoaritis, rematoid dan
arthritis.
5. Karena Ketegangan Otot (Psikis). Keadaan seperti ini disebut dengan nyeri
pinggang psikogenetik. Seperti tekanan mental ataupun pikiran yang berlebihan
dapat menyebabkan tulang belakang mengencang dan kaku serta nyeri.
Universitas Sriwijaya
Everett (2010) menyebutkan pada umumnya NPB disebabkan oleh sebuah
peristiwa traumatis akut, atau trauma kumulatif dimana berat ringannya suatu peristiwa
traumatis akut sangatlah bervariasi. NPB akibat trauma kumulatif lebih sering terjadi di
tempat kerja, misalnya karena duduk statis terlalu lama atau posisi kerja yang kurang
ergonomis.
Konsep spiral degeneratif biomekanis memiliki bobot kualitas yang baik serta
mendapatkan penerimaan yang lebih luas para ahli. Secara biomekanik,pergerakan tulang
punggung bawah merupakan gerakan kumulatif dari tulang-tulang vertebra lumbalis,
dengan 80-90% merupakan gerakan fleksi dan ekstensi lumbal yang terjadi di diskus
intervertebralis L4-L5 dan L5-S1. Posisi gerakan tulang belakang lumbal yang paling
berisiko untuk mengakibatkan nyeri punggung bawah ialah fleksi ke depan
(membungkuk), rotasi (memutar), dan ketika mencoba untuk mengangkat benda berat
dengan tangan terentang kedepan. Pembebanan aksial dengan durasi pendek ditahan oleh
serat kolagen annular diskus. Pembebanan aksial dengan durasi yang lebih lama
menciptakan tekanan ke anulus fibrosus lebih lama dan mengakibatkan tekanan menyebar
ke endplates. Jika anulus dan endplate dalam keadaan baik, kekuatan beban dapat dengan
baik ditahan. Namun tekanan yang dihasilkan dari kontraksi otot lumbal dapat bergabung
dengan tekanan beban dan dapat meningkatkan tekanan intradiskal yang melebihi
kekuatan serat annular diskus intervertbralis.
Beban kompresi pada diskus yang berulang-ulang seperti pada gerakan fleksi dan
torsi lumbal saat mengangkat suatu benda, menempatkan diskus pada resiko untuk
mengalami kerobekan annulus fibrosus. Isi anulus fibrosis yaitu nukleus pulposus dapat
menerobos annulus fibrosus yang robek. Serat paling dalam dari annulus fibrosus ini tidak
mempunyai persarafan sehingga bila mengalami kerobekan tidak menimbulkan rasa nyeri.
Universitas Sriwijaya
Tetapi apabila nukleus pulposus sudah mencapai tepi luar dari annulus fibrosus,
kemungkinan akan menimbulkan rasa nyeri karena tepi aspek posterior dari annulus
fibrosus mendapat persarafan dari beberapa serabut saraf dari n.sinuvertebral dan aspek
lateral dari diskus disarafi pada bagian tepinya oleh cabang dari rami anterior dan gray
rami communicants (Everet, 2010).
Nyeri adalah salah satu mekanisme perlindungan tubuh yang penting. Rangsangan
nyeri dapat membangkitkan dua reaksi yang secara sadar mengalami rasa nyeri dan reaksi
yang tidak sadar berapa reflek-reflek yang menyertai nyeri seperti menghindar,
immobilisasi sendi yang mengalami kerusakan dan ketegangan otot.
Fenomena nyeri timbul karena adanya kemampuan sistem saraf untuk mengubah
berbagai stimuli mekanik, kimia, termal, elektris menjadi potensial aksi yang dijalarkan ke
sistem saraf pusat. Untuk menghantar nyeri, pada jaringan lunak terdapat ujung saraf
aferen sebagai reseptor nyeri (nociceptor).
Saraf A alfa adalah syaraf bermielin yang menghambat nyeri. Saraf A delta adalah
saraf bermielin yang menghantarkan rasa, suhu dan nyeri yang bersifat cepat dan tajam.
Sedangkan saraf C adalah saraf yang menghantarkan rasa nyeri lambat yang kronik
(Guyton.AC, 1999). Saraf A delta dan serat C meneruskan implus nyeri menuju kolumna
dorsalis medula spinalis, saraf eferen A delta masuk kesel saraf di lamina I dan bagaian
luar lamina untuk menyebrang kontra lateral yaitu ke anterior medulla spinalis fener
berjalan keatas menuju ke batang otak dan felamus melalui 2 jalur. Jalur lengkung yang
Universitas Sriwijaya
melalui spiro atau kalamilus ke korfelus somatosensoris sehingga nyeri mulai bisa
dirasakan. Sedangkan jalur tidak langsung melalui formasio sefikularis ke korteks selebri
dankorteks asosiasi sehingga dapat dirasakan intensitas, Lokasi dan Lamanya nyeri. Proses
perjalanan nyeri dinamakan Transmisi (Guyton, 1999).
a. Anamnesis
1. Awitan
5. Kualitas/intensitas
Walaupun suatu tindakan atau gerakan yang mendadak dan berat, yang
biasanya berhubungan dengan pekerjaan, bisa menyebabkan suatu NPB, namun
sebagian besar episode herniasi diskus terjadi setelah suatu gerakan yang relatif
sepele, seperti membungkuk atau memungut barang yang enteng.
Selain nyeri oleh penyebab mekanik ada pula nyeri non-mekanik. Nyeri
pada malam hari bisa merupakan suatu peringatan, karena bisa menunjukkan
adanya suatu kondisi terselubung seperti adanya suatu keganasan ataupun infeksi
(Tanjung R, 2009).
b. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
2. Palpis
Universitas Sriwijaya
3. Pemeriksaan motoris
4. Pemeriksaan sensorik
7. Tes Bragard
8. Tes Sicard
9. Tes valsava
2.4 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Nyeri Pinggang (Low Back
Pain)
2.4.1 Umur
Nyeri pinggang merupakan keluhan yang berkaitan erat dengan umur. Secara teori,
nyeri pinggang atau nyeri punggung bawah dapat dialami oleh siapa saja, pada umur
berapa saja. Dengan menanjaknya umur, maka kemampuan jasmani dan rohani pun akan
menurun tapi tidak pasti. Aktivitas hidup yang berkurang yang dapat mengakibatkan
semakin bertambahnya ketidak mampuan tubuh dalam berbagai hal. Faktor umur sangat
berpengaruh terhadap nyeri pinggang karena kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun
sehingga resiko terjadi keluhan otot meningkat yang menyebabkan nyeri pinggang. Dalam
penelitian yang dilakukan Fitriningsih dan Hariyono (2010) menjelaskan bahwa kekuatan
otot maksimal pada saat umur antara 20-29 tahun, selanjutnya akan berkurang sejalan
dengan bertambahnya umur.
Suma’mur (1996 : 45) menjelaskan bahwa masa kerja adalah suatu kurun waktu
atau lamanya tenaga kerja itu bekerja disuatu tempat. Masa kerja dapat mempengaruhi
baik kinerja positif maupun negatif. Masa kerja dikategorikan menjadi 3 (tiga) bagian
yaitu :
Universitas Sriwijaya
1. Masa kerja baru : < 6 tahun
2. Masa kerja sedang : 6-10 tahun
3. Masa kerja lama : > 10 tahun
Tekanan melalui fisik (beban kerja )pada suatu waktu tertentu mengakibatkan
berkurangnnya kineja otot, gejala yang ditunjukan juga berupa pada makin rendahnya
gerakan. Keadaan ini tidak hanya disebaabkan oleh sebab tunggal seperti terlalu kerasnya
beban kerja, namun juga oleh tekanan-tekanan yang terakumulasi setiap harinya pada
masa yang lama. Keadaan yang seperti ini mengakibatkan memburuknya kesehatan. (A.M.
Sugeng Budiono dkk. 2003:53).
Pengaturan lama kerja dan wktu istirahat harus disesuaikan dengan sifat, jenis
pekerjaan dan faktor lingkungan yang mempengaruhinya (Tarwaka, 2004).
Universitas Sriwijaya
istirahat tersebut, maka tubuh mempunyai kesempatan membangun kembali tenaga yang
telah digunakan (katabolisme).
Grandjean (1993) menjelaskan bahwa setiap fungsi tubuh manusia dapat dilihat
sebagai keseimbangan ritmis antara kebutuhan energi (kerja) dengan penggantian kembali
sejumlah energi yang telah digunakan (istirahat). Kedua proses tersebut merupakan bagian
integral dari kerja otot, kerja jantung dan keseluruhan fungsi biologis tubuh. Dengan
demikian jelas bahwa untuk memelihara performansi dan efisiensi kerja, waktu istirahat
harus diberikan secukupnya, baik antara waktu kerja maupun di luar jam kerja (istirahat
pada malam hari).
Pengaturan waktu istirahat harus disesuaikan dengan sifat, jenis pekerjaan dan faktor
lingkungan yang mempengaruhinya seperti lingkungan kerja panas, dingin, bising dan
berdebu. Namun demikian secara umum, di Indonesia telah ditentukan lamanya waktu
kerja sehari maksimum adalah 8 jam kerja dan selebihnya adalah waktu istirahat.
Memperpanjang waktu kerja lebih dari itu hanya akan menurunkan efisiensi kerja,
meningkatkan kelelahan, kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Dalam hal lamanya waktu kerja melebihi ketentuan yang telah ditetapkan (8 jam
per hari atau 40 jam seminggu), maka perlu diatur waktuwaktu istirahat khusus agar
kemampuan kerja dan kesegaran jasmani tetap dapat dipertahankan dalam batas-batas
toleransi. Pemberian waktu istirahat tersebut secara umum dimaksudkan untuk:
Seorang tenaga kerja dengan keadaan gizi yang baik akan memiliki kapasitas kerja
dan ketahanan tubuh yang lebih baik, bergitu juga sebaliknya (A.M. Sugeng Budiono
dkk. 2003:154) Ada beberapa cara penilaian status gizi, antara lain melalui: pemeriksaan
Universitas Sriwijaya
Nyoman Supariasa dkk. 2001:19) dalam penelitian ini menggunakan pengukuran
antropometri dengan teknik Indeks Masa Tubuh (IMT). Indeks Masa Tubuh (IMT) hanya
berlaku untuk orang dewasa yang berumur di atas 18 tahun, dengan cara berat badan
2
(dalam kilogram) dibagi kuadrat tinggi badan (dalam meter) atau BB/TB (I Dewa
Untuk orang Indonesia telah ditetapkan kategori ambang batas Indeks Masa
Posisi tubuh dalam kerja sangat ditentukan oleh jenis pekerjaan yang
keuntungan antara lain; pembebanan pada kaki; pemakaian energi dan keperluan untuk
Namun demikian kerja dengan sikap duduk terlalu lama dapat menyebabkan otot
perut melembek dan tulang belakang akan melengkung sehingga cepat lelah. Sedangkan
Clark (1996), menyatakan bahwa desain stasiun kerja dengan posisi duduk mempunyai
derajat stabilitas tubuh yang tinggi; mengurangi kelelahan dan keluhan subjektif bila
bekerja lebih dari 2 jam. Di samping itu tenaga kerja juga dapat mengendalikan kaki
Universitas Sriwijaya
untuk melakukan gerakan.
Duduk lama dalam posisi yang salah akan menyebabkan otot-otot pinggang
menjadi tegang (Samara, 2004). Hal ini karena tulang punggung beserta jaringan tendon
dan otot dipaksa untuk menjaga tubuh bagian atas secara berlebihan sehingga dapat
menyebabkan kelelahan dan ketegangan pada jaringan otot punggung terutama otot
Secara umum, posisi bekerja sambil duduk memberikan rasa nyaman yang lebih
besar dari pada berdiri. Ketika duduk, pekerja dapat memindahkan berat tubuh dari kaki,
memberikan stabilitas yang lebih besar dan dapat mengurangi pengeluaran energi.
Namun, sebagian orang cenderung mengalami ketidak nyamanan ketika bekerja dalam
posisi duduk, seperti mencondongkan badan ke depan. Hal ini dapat menyebabkan
postur janggal pada posisi duduk, kursi kerja harus dirancang sesuai dengan kriteria
a. Stabilitas kursi
Kursi yang stabil memiliki empat atau lima kaki dan dirancangdengan posisi kaki
b. Kekuatan kursi
Kursi kerja harus dirancang sedemikian rupa sehingga kuat untuk menahan beban
c. Adjustable
Ketinggian kursi kerja sebaiknya mudah diatur saat bekerja tanpa harus
d. Sandaran punggung
Universitas Sriwijaya
e. Fungsional
Rancangan kursi yang baik tidak menyebabkan terhambatnya pekerja saat ingin
f. Bahan
Dudukan dan sandaran kursi harus dilapisi dengan bahan yang lunak.
g. Kedalaman kursi
h. Lebar kursi
Lebar kursi minimal adalah sama dengan lebar pinggul wanita 5persentil
populasi.
Standar untuk lebar sandaran punggung adalah sama dengan lebar punggung
Menurut Helen Lee (2010) posisi duduk yang baik untuk kesehatan tubuh.
Sekalipun anda duduk di kursi yang terbaik maka tidak akan berarti apa-apa
terhadap postur tubuh jika anda tetap duduk cenderung bungkuk, membungkuk pada
keyboard atau duduk dengan menyilangkan kaki. Oleh karena itu, cobalah lakukan tips
• Posisikan kedua kaki mendatar di lantai dengan posisi lutut sedikit lebih
pada sandaran yang memungkinkan bahu untuk menjadi rileks atau santai.
Universitas Sriwijaya
• Kepala memandang lurus ke depan dan dagu agak miring ke bawah.
• Fokus pada perut atau bernapas dengan perut sepanjang hari untuk
agar pinggang tidak sakit pada saat duduk. Dr Lee memberikan saran agar duduk
bersandar.
Seabaiknya bergerak secara teratur atau bangun setiap 15-30 menit sekali.
cobalah berjalan-jalan sejenak. Cara ini akan meningkatkan sirkulasi atau energi
Masalah Dehidrasi dapat membuat seseorang menjadi lelah dan cenderung akan
duduk dengan posisi lebih merosot. Maka dari itu tetaplah menjaga tubuh agar
Tenun merupakan hasil kerajinan manusia di atas kain yang terbuat dari benang,
serat kayu, kapas, sutera dll dengan cara memasukkan benang pakan secara melintang
pada benang yang membujur atau lungsi. Kualitas sebuah tenunan biasanya tergantung
pada bahan dasar, motif, keindahan tata warna, ragam hiasnya. Songket adalah kain yang
ditenun dengan menggunakan benang emas atau benang perak. Selain benang emas atau
perak, ada jenis benang sutera yang berwarna, ada yang menggunakan benang sulam, ada
yang menggunakan benang katun berwarna dan sebagainya. Tetapi semua jenis benang
Universitas Sriwijaya
tersebut dipergunakan untuk menghias permukaan kain tenun, bentuknya seperti sulaman
dan dibuat pada waktu yang bersamaan dengan menenun dasar kain tenunnya. Prinsip
dengan proses menyungkit atau mengjungkit benang lungsi dalam membuat pola hias.
Bahan baku kain songket Palembang ini adalah berbagai jenis benang, seperti
benang kapas, atau yang lebih lembut dari bahan benang sutera. Untuk membuat kain
songket yang bagus, bahan bakunya berupa benang putih yang diimpor dari India, Cina
atau Thailand. Sebelum ditenun, bahan baku diberi warna dengan jalan dicelup dengan
bahan warna yang dikehendaki. Warna dominan dari tenun songket Palembang ini,
merah. Namun, saat ini penenun dari Palembang ini sudah menggunakan berbagai warna,
Dahulu, kain songket tradisional dicelup dengan warna - warna yang didapat dari
alam, dan teknik ini diteruskan ke anak cucu secara turun temurun. Biasanya warna
merah, didapat dari pengolahan kayu sepang dengan jalan mengambil inti kayunya dan
direbus, dan mengkudu, yang didapat dari akarnya. Warna biru didapat dari indigo,
warna kuning didapat dari dari kunyit. Untuk mendapatkan warna sekunder seperti hijau,
oranye dan ungu, dilakukan percampuran cat dari warna primer merah,biru dan kuning.
Untuk mencegah agar warna tidak luntur atau pudar pada waktu pencelupan ditambahkan
tawas.
Setelah benang diberi warna, lalu ditenun dengan alat yang sederhana.
Penempatan benang-benang telah dihitung dengan teliti. Benang yang memanjang atau
vertikal disebut lungsi, benang yang ditempatkan melebar atau horizontal disebut benang
pakan. Hasil persilangan kedua jenis benang ini terangkai menjadi kain. Karena rumitnya
proses bertenun ini , sehelai kain dapat diselesaikan dalam waktu ber bulan - bulan.
Apalagi di masa lalu, menenun dikerjakan oleh para ibu pada waktu senggang ketika
Universitas Sriwijaya
Tenun songket biasanya diberi motif berwarna emas. Benang emas yang dipakai
ada tiga jenis , yaitu benang emas cabutan , benang emas Sartibi dan benang emas
Bangkok. Benang emas cabutan didapat dari kain songket antik yang sebagian kainnya
sudah rusak, yang diurai kembali. Benang emas cabutan masih kuat karena dibuat dari
benang katun yang dicelupkan ke dalam cairan emas 24 karat. Pengerjaaan yang rumit
dengan mengurai kembali benang yang sudah ditenun ini menghasilkan kain songket
Jenis yang kedua, benang emas Sartibi. yaitu benang emas sintetis dari pabrik
benang di Jepang. Benang ini halus, dan tidak mengkilap, hasil tenunannya lebih halus
dan ringan. Jenis benang emas yang ketiga yaitu benang Bangkok yang mengkilap dan
Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat songket, antara lain seperti alat
tenun, rungsen, benang emas, benang merah, baliro, lidi, buluh, pleting dan lain
Kalau dilakukan terburu-buru hasilnya tidak bagus. Waktu yang dibutuhkan untuk
menenun satu songket biasanya paling cepat setengah bulan dan paling lama satu bulan.
Waktu tersebut belum termasuk membuat motif. Sehingga untuk membuat satu songket
Sutera yang masih putih dicelup sesuai warna yang dikehendaki, setelah itu dijemur
dengan bambu panjang di terik matahari untuk membuat kain dan selendang (ukuran
lebar kain 90 cm untuk selendang 60 cm, sedangkan panjangnya 165 hingga 170).
Selanjutnya, adalah cabutan, atau proses pemisahan benang Emas dari songket
lama. Satu persatu benang emas dipilih dan dipisahkan dari kain pakan dan lungsen lama
yang akan diganti. Proses ini harus dilakukan dengan hati-hati, karena benang emas yang
sudah berumur tersebut bisa mengalami pengelupasan (rontok). Setelah benang dipisah
Universitas Sriwijaya
dari kain yang lama, kemudian di rol dengan gulungan.
Biasanya, benang yang dipisahkan atau dicabut dari kain pakan dan lungsen
mengalami putus-putus menurut lekuk dari kain. Maka dilakukan proses penyambungan.
dimasukkan ke dalam teropong (keduanya terbuat dari bambu) agar saat ditenun benang
Setelah proses pencabutan dan penggulungan, benang emas mulai ditenun, yaitu
memasukkan benang emas dan benang sutera sesuai dengan motif. Sebelumnya
dilakukan proses desain (pencukitan) dengan menggunakan lidi sesuai dengan motif yang
dikehendaki. Lama proses penenunan ini memerlukan waktu mulai 2 hingga 3 bulan.
ORGANISASI
a. Umur
b. Jenis Kelamin
c. Pekerjaan
d. Aktifitas fisik/ olah
raga
e. Indeks Massa Tubuh
f. Masa Kerja
g. Lama Kerja
h. Kebiasaan Merokok
i. Riwayat Penyakit
PEKERJAAN
Sikap tubuh membungkuk,
menekuk ke kiri/kanan,
dan berputar yang
Keluhan Nyeri Pinggang
dilakukan secara berulang-
(Low Back Pain)
ulang.
LINGKUNGAN
a. Posisi duduk
b. Peralatan Kerja
c. Pelatihan Kerja
d. SOP
Universitas Sriwijaya
e. Desain Ruang Kerja
2.6. Kerangka Konsep
berhubungan dengan nyeri pinggang pada pengerajin songket di Desa Tanjung Pinang
Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir tahun 2016 sebagai berikut :
1. Umur
Keluhan Nyeri
2. Masa Kerja Pinggang ( Low
Back Pain)
3. Lama Kerja
4. Waktu Istirahat
5. Indeks Massa Tubuh
6. Posisi Duduk
Kerangka Konsep
Universitas Sriwijaya
Kerja responden menjadi 2. ≤ 11 tahun
pengerajin songket
yang dihitung
mulai dari saat
menjadi pengrajin
hingga saat
penelitian
berlangsung.
(dalam tahun)
1. Status gizi
kurang (IMT
Kurus)
2. Status gizi
baik (IMT
Normal –
Gemuk)
Criteria:
1. Kurus :
Kurus
tingkat berat
Universitas Sriwijaya
: IMT < 17.0
Kurus
tingkat
ringan : 17.0
– 18.4
2. Normal :
IMT 18.5 –
25.0
3. Gemuk :
gemuk
tingkat
ringan : IMT
25.1 – 27.0
Gemuk
tingkat berat
: IMT > 27.0
(Puslitbang
Gizi Bogor,
2001)
Variabel Dependent
Universitas Sriwijaya
2.8 Hipotesis
Berdasarkan kerangka konsep di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Ada hubungan antara umur dengan keluhan nyeri pinggang (Low Back
2. Ada hubungan masa kerja dengan keluhan nyeri pinggang (Low Back
3. Ada hubungan lama kerja dengan keluhan nyeri pinggang (Low Back
4. Ada hubungan waktu istirahat dengan keluhan nyeri pinggang (Low Back
5. Ada hubungan Indeks Massa Tubuh dengan keluhan nyeri pinggang (Low
6. Ada hubungan posisi duduk dengan keluhan nyeri pinggang (Low Back
Universitas Sriwijaya
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu
suatu penelitian dimana variabel-variabel yang termasuk faktor resiko dan variabel-
variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada waktu yang sama (Notoadmojo,
2005). Metode analisis yang digunakan adalah analisis kuantitatif.
a. Pedoman kuesioner
b. Kamera digital untuk pendokumentasian ruang kerja, alat kerja dan proses kerja.
3.5 Pengolahan Data
Teknik Pengolahan Data
Data-data terkumpul akan diolah dan disajikan dalam bentuk table distribusi.
Pengolahan data dari hasil jawaban responden dalam kuesioner dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut :
Universitas Sriwijaya
3.7 Analisis dan Penyajian Data
Data yang telah diperoleh akan diolah dan dianalisis secara komputerisasi. Untuk
dapat membuktikan kearah pembuktian hipotesis yang diajukan maka teknik analisa
yang digunakan adalah :
a. Analisis univariat
Analisis univariat digunakan untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi dan
proporsi dari masing-masing variabel yang diteliti. Analisa ini dimulai dengan
perhitungan frekuensi dan mempresentasikam nilai masing-masing variabel.
b. Analisi bivariat
Analisis bivariat dalam penelitian ini dilakuakan dengan mengalisis dua variabel
yaitu variabel independen dan dependen. Metode yang digunakan adalah uji
statistic Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95% dan tingkat kemaknaan (α)
sebesar 5%.
Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA
A.M. Sugeng Budiono, R.M.S. Jusuf, dan Adriana Pusparini. 2003. Bunga Rampai
Hiperkes dan Keselamtan Kerja. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Clark, D.R. 1996. Workstation Evaluation and Design. Dalam: Battacharya, A. &
McGlothlin, J.D. eds. Occupational Ergonomic. Marcel Dekker Inc. USA: 279-
302.
Clark, D.R. 1996. Workstation Evaluation and Design. Dalam: Battacharya, A. &
McGlothlin, J.D. eds. Occupational Ergonomic. Marcel Dekker Inc. USA: 279-
302.Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2003, Modul Pelatihan Bagi Fasilitator
Kesehatan Kerja:Jakarta.
Depnaker. 1993. Data Antropometri Statis (A) tenaga kerja Indonesia pria dan wanita
dari beberapa perusahaan di Indonesia tahun 1992-1993. Jakarta: Depnaker.
Evelyn C Peafce. 1998. Anatomi dan Fisiologi Untuk Para Medis. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama
Fitriningsih dan Hariyono, W. 2010. Hubungan Umur, Beban Kerja dan Posisi Duduk
saat Bekerja dengan Keluhan Nyeri Punggung pada Pengemudi angkutan Kota di
Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah. Yogyakarta:FKM Universitas Ahmad
Universitas Sriwijaya
Dahlan. Jurnal KESMAS UAD. (online). Vol. 5, No. 2, Juni 2011 : 162-232
ISSN: 1997=0575
Grandjean, E. 1993. Fitting the Task to the Man, 4th edt. Taylor & Francis Inc. London.
Hastono, (2006). Basic Data Analysis for Health Research Training, FKM. UI
Hendrawan Nadesul. 2002. 428 Jawaban Untuk Dua Puluh Lima Penyakit Manajer.
Jakarta : PT Kompas Media Nusantara.
I Nyoman Supariasa, Bahcyar Bakri, dan Ibnu Fajar. 2001. Penentuan Status Gizi.
Jakarta: EMG.
Idyan, Z. (2007). Hubungan lama duduk saat perkuliahan dengan kejadian low back
pain. Diperoleh tanggal 10 November 2016 dari http://www.inna-
ppni.or.id/index.php?name=News&file=article%sid=130.
Mc.Keown, Celine. 2008. Office Ergonomics, Practical Applicattions. USA: CRC Press.
Nurmianto, Eko. 2004. Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya: Tinjauan Anatomi,
Fisiologi, Atropometri, Psikologi dan Komputasi untuk Perancangan Kerja dan
Produk. Surabaya : Penerbit Guna Widya.
Oborne, David J. 1995. Ergonomic at Work Third Edition. England: John Wiley and Sons
Ltd.
Sakinah. (2012). Faktor yang berhubungan dengan keluhan nyeri punggung bawah pada
pekerjan batu bata di Kelurahan Lawawoi Kabupaten Sidrap. Diperoleh tanggal
17 November 2016 dari.
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/6701/JURNAL.pdf
Suma’mur. 1982. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. PT. Gunung Agung.
Jakarta.
Suma’mur P.K. 1996. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta. PT. Toko
Gunung Agung.
Tarwaka, Solichul H, Bakri A, dan Sudiajeng Lilik. 2004. Ergonomi Untuk Kesehatan
dan Keselamatan Kerja dan Produktivitas. UNIBA Press. Surakarta
Universitas Sriwijaya